Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Manajemen Mutu Pembelajaran
1. Pengertian Manajemen
Secara sistematis kata manajemen berasal dari kata kerja “to manage”
yang berarti mengurus, mengatur, mengemudikan, mengendalikan, menangani,
mengelola,menyelenggarakan, menjalankan, melaksanakan dan memimpin.
Kata“management” berasal dari bahasa latin “mano” yang berartI tangan,
kemudian menjadi “manus” berarti bekerjaberkali-kalimenggunakan tangan,
ditambah imbuhan “agree” yang berartimelakukan sesuatu sehingga menjadi
“managiare” yangberarti melakukan sesuatu berkali-kali
denganmenggunakantangan.
Namun demikian dari pikiran-pikiran ahli tentangdefinisi manajemen
kebayakan menyatakan bahwa manajemenmerupakan suatu proses tertentu yang
menggunakankemampuan atau keahlian untuk mencapai suatu tujuan yang
didalam pelaksanaannya dapat mengikuti alur keilmuan secara ilmiah dan dapat
pula menonjolkan kekhasanaan atau gayamanajer dalam mendayagunakan
kemampuan orang lain.
Menurut Ramayulis menyatakan bahwa pengertianyang sama dengan
manajemen adalah al- tadbir (pengaturan).Kata ini merupakan derivasi dari kata
dabbara (mengatur)yang banyak terdapat dalam al-Qur’an seperti firman
AllahSWT:
1Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip, dan Aplikasi dalam
Mengelola Sekolah dan Madrasah, (Bandung:Pustaka Educa, 2010), 1
Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian(urusan) itunaik
kepada-Nya dalam satu hari yangkadarnya (lamanya) adalah seribu tahun
menurutperhitungan (al-Qur’an surat. as-Sajdah).
Dari ayat diatas diketahui bahwa Allah SWT.Merupakan pengatur alam.
Akan tetapi, sebagai khalifah dibumi ini, manusia harus mengatur dan mengelola
bumidengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah SWT mengatur alam raya ini.
Meskipun cenderung mengarah pada satu fokustertentu, para ahli masih
berbeda pandangan dalammendefinisikan manajemen. Menurut Hersey dan
Blanchard,manajemen merupakan suatu proses bagaimana pencapaian sasaran
organisasi melalui kepemimpinan. Stoner, manajemen merupakan proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para
anggota organisasi danpenggunaan sumber daya organisasi lainnya agar
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Menurut Sudjana manajemen merupakan rangkaianberbagai kegiatan wajar yang
dilakukan seseorang berdasarkannorma-norma yang telah ditetapkan dan dalam
pelaksanaannyamemiliki hubungan dan saling keterkaitan dengan
2Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia,2012),1
3Al-qur’an dan terjemah surat As-sajdah ayat 5
4Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan,
(Bandung: Alfabeta, 2011), 86
lainnya. Haltersebut dilaksanakan oleh orang atau beberapa orang yang
adadalam organisasi dan diberi tugas untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Manajemen diartikan sebagai koordinasi dari semuasumber-sumber yang
mencakup proses dari perencanaan,pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan supayamemperoleh keadaan yang obyektif sebagaimana
dikemukakanoleh Henry L. Sisk dalam bukunya Principles of
Management,“management is the coordination of all resources through
theprocesses of planning, organizing, directing, and controlling inorder to attain
stated objectives”. Dari definisi tersebut, manajemen adalah mengkoordinasikan
semua sumber-sumber melalui proses-proses perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengawasan di dalam ketertiban untuk mencapai tujuan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen
merupakan suatu kegiatan yang memiliki target dan tujuan dengan menggunakan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi dalam
mencapai tujuan yang efektif dan efisien.
2. Fungsi Manajemen
Fungsi – fungsi manajeme sebagai berikut :
1. Perencanaan ( planning )
Perencanaan adalah proses penerapan danpemanfaatan sumber daya secara
terpadu yang diharapkandapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya
yangakan dilaksanakan secara efektif dan efisien dalam
mencapai tujuan. Dalam konteks pembelajaran perencanaan dapat diartikan
sebagai proses penyusunanmateri pelajaran, penggunaan dapat diartikan
sebagaiproses penyusunan materi pelajaran, penggunaan mediapengajaran,
penggunaan pendekatan atau metodepengajaran, dalam suatu alokasi waktu yang
akandilaksanakan pada masa satu semester yang akan datanguntuk mencapai
tujuan tertentu.
Proses perencanaan dilaksanakan secarakolaboratif atau kerjasama, artinya
denganmengikutsertakan personel madrasah dalam semua tahapperencanaan.
Menurut Hoyle bahwa sangat perlu bagiseorang pengajar atau personel lain yang
berkepentingan dengan tujuan madrasah dilibatkan dalam perencanaan,
karenanya masyarakat madrasah bertanggung jawab atasperencanaan yang telah
ditetapkan.
Untuk membangun kerjasama yang baik danperencanaan yang tepat
diperlukan personel yangberpengalaman dan berpengetahuan dalam
bidangperencanaan agar dapat menentukan dengan tepat apa yang
harus dikerjakan. “The planning process must move awayfrom being based
solely on the input dimension of plans.emphasis should be placed on collating
output data, on therelationship between inputs and outputs and.
Mostimportantly, on the actually happening in the classroom.(Godfrey)” yakni
proses perencanaan harus bergerak jauhdari yang hanya didasarkan pada dimensi
masukan rencana. Penekanan harus ditempatkan pada menyusundata keluaran,
5Henry L. Sisk, Principles Of Management, (Brighton: SouthWestern Publishing Company,
1969),10
6Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2009), cet 3,23-24
pada hubungan antara masukan dan keluaran yang paling penting, pada
sebenarnya terjadi di dalam kelas. Perencanaan pembelajaran
memainkanperanan penting dalam memandu guru untuk melaksanakantugas
profesionalnya sebagai pendidik dalam melayanikebutuhan belajar para siswa.
Perencanaan pengajaran jugadimaksudkan sebagai langkah awal sebelum
prosespembelajaran berlangsung.
Perencanaan pembelajaran pada prinsipnya meliputi :
a. Menetapkan apa yang mau dilakukan oleh guru, kapan dan bagaimana cara
melakukannya dalam impementasi pembelajaran.
b. Membatasi sasaran atas dasar tujuan instruksionalkhusus dan menetapkan
pelaksanaan kerja untuk mencapai hasil yang maksimal melalui proses
penentuan target pembelajaran.
c. Mengembangkan alternatif-alternatif yang sesuai dengan strategi
perencanaan, pengorganisasian, dengan strategi perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan,dan pengawasan dapatdiimplementasikan
dengan baik dan benar dalam program pembelajaran, dengan strategi
perencanaan, pengorganisasian,penggerakan,dan pengawasan dapat
diimplementasikan dengan baik dan benar dalam program pembelajaran.
d. Mengumpulkan dan menganalisis informasi yangpenting untuk mendukung
kegiatan pembelajaran.
7Godfrey Baldacchino and Charles J. Farrugia, Educational Planning and Management in Small
States Concepts andExperiences,(London: Commonwealth Secretariat Publicatins,2002), 151
e. Mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencanarencana dan keputusan-
keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran kepada pihak- pihak yang
berkepentingan.
Mengacu pada implementasi fungsi perencanaandalam kegiatan
pembelajaran tersebut, sehinggadikembangkan sejumlah indikator tentang
perencanaanpembelajaran yang mencakup penyusunan kegiatanpembelajaran,
penetapan dan pembatasan tujuanpembelajaran, pengembangan strategi
pembelajaran,pengumpulan data dan informasi pendukung pembelajaran, dan
pengomunikasian rencana-rencana pembelajaran tersebut kepada pihak terkait.
Bentuk perencanaan pembelajaran dimaksud,diukur dengan penyusunan
Rencana PelaksanaanPembelajaran (RPP) dinyatakan dengan
sejumlahkomponen, yaitu tujuan pembelajaran, materi ajar, metodepengajaran,
sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.
2. Pelaksanaan (actuating)
Fungsi manajemen pembelajaran lainnya adalahpelaksanaan. Penerapan
fungsi pelaksanaan dalampembelajaran, meliputi:
a. Menyusun kerangka waktu dan biaya yang diperlukanbaik untuk institusi
maupun pembelajaran secara rincidan jelas.
b. Memprakarsai dan menampilkan kepemimpinan dalammelaksanakan rencana
dan pengambilan keputusan.
c. Mengeluarkan instruksi-instruksi yang spesifik ke arahpencapaian tujuan.
8Syaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran UntukMembantu Memecahkan Problematika
Belajar dan Mengajar, (Bandung: Alfabeta,2012), 143
d. Membimbing, memotivasi, dan melakukan supervisioleh kepala sekolah
terhadap guru, membimbing,memotivasi, dan memberi tuntunan atau arahan
yangjelas oleh guru terhadap pelayanan belajar kepada peserta didik.
Hubungan siswa dengan guru dalam prosespembelajaran, menempatkan
guru pada sisi strategissebagai manajer pembelajaran dengan
mempersiapkansegala sesuatu yang berhubungan dengan prosespembelajaran,
seperti adanya tujuan yang ingin dicapai,bahan atau pesan yang menjadi isi
interaksi, pelajar yangaktif mengalami, guru yang melaksanakan, metode
untukmencapai tujuan, situasi yang memungkinkan prosespembelajaran berjalan
dengan baik, serta adanya penilaian terhadap hasil belajar.
2. Evaluasi (Evaluating)
Menurut Bloom et.al evaluasi adalahpengumpulan kenyataan secara
sistematis untukmenetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan.
Sedangkan menurut Stuffle beam et. Alevaluasi merupakan proses
menggambarkan, memperoleh,dan menyajikan informasi yang berguna untuk
menilaialternatif keputusan.
Evaluasi adalah pertimbangan menurut suatu perangkat kriteria yang
disepakati dan dapat dipertanggung jawabkan. Evaluasi ini merupakan proses
untukmemberikan penilaian dalam berbagai kegiatan sertamenilai sejauh mana
usaha mencapai tujuan yang telahditetapkan.
9Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran….,146
10
Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001), 1-2 11
Nanang Fatah, Landasan Manajemen..... , 107
3. Pengawasan (controlling)
Pengawasan adalah suatu konsep yang luas yangdapat diterapkan pada
manusia, benda, dan organisasi.Menurut Anthony, Dearden dan Bedford (1984)
mengemukakan bahwa pengawasan dimaksudkan untuk memastikan agar
anggota organisasi melaksanakan apa yang dikehendaki dengan mengumpulkan,
menganaliisis, dan mengevaluasi informasi serta memanfaatkannya untuk
mengendalikan organisasi.
Jadi pengawasan dilihat dari segi input, proses, output maupun
outcome.Dalam konteks pembelajaran pengawasan dilakukan oleh kepala
madrasah terhadap seluruh kelas apakah terjadi kegiatanbelajar mengajar.
Kemudian mengawasi pihak-pihak yangterkait dengan pembelajaran apakah
dengan sungguhsungguh memberikan pelayanan kebutuhan pembelajaran.
Pengawasan dalam perencanaan pembelajaran meliputi:
a. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dibandingkan dengan
rencanapembeljaran.
b. Melaporkan penyimpangan untuk tindakan koreksi danmerumuskan tindakan
koreksi, menyusun standar-standar pembelajaran dan sasaran-sasaran.
c. Menilai pekerjaan dan melakukan tindakan koreksiterhadap penyimpangan
baik institusi satuanpendidikan maupun proses pembelajaran.
Jika rencana itu berhasil dan konsisten sesuaidengan rencana, maka
hendaklah bersyukur serta berniatlagi untuk melaksanakan rencana-rencana
berikutnya.Kaitannya dengan pengawasan Allah swt juga sudahmengingatkan
dalam firman Allah :
Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang
mengawasi (pekerjaanmu),yang mulia (disisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-
pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.(AlQur’an surat.
al-Infiţar 10-12).
Ayat diatas menjelaskan bahwa semua perbuatanyang dilakukan oleh
manusia akan selalu diawasi olehmalaikat yang ada disamping kanan dan kiri
mereka, danmencatat semua pekerjaan.
B. Pengertian Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah(MPMBS)
Secara umum, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)
dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar
kepada sekolah, memberikan fleksibelitas atau keluwesan besar kepada sekolah
dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah dan masyarakat untuk
meningkatkan mutu sekolah berdasar kebijakan-kebijakan nasional serta
peraturan perundangan yang berlaku .MPMBS merupakan bagian dari
manajemen berbasis sekolah. Jika MBS bertujuan untuk meningkatkan kinerja
sekolah (efektivitas, kualitas, efisiensi, inovasi, relevansi dan pemerataan serta
akses pendidikan) maka MPMBS lebih difokuskan pada peningkatan mutu. Hal
ini didasari oleh kenyataan bahwa mutu pendidikan nasional kita saat ini sangat
12Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran …., 147
13
Departemen RI, Al-Qur’an dan Terjemahan,(Jakarta: Syamil Qur’an,2009), al-Infiţar 10-12
memprihatinkan sehingga memerlukan perhatian yang lebih serius. Itulah
sebabnya sejak tanggal 2 Mei 1998 Menteri Pendidikan Nasional telah
mencanangkan program pelaksanaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah (MPMBS).
Secara umum, manajemen peningkatan mutu berbasis sekoiah (MPMBS)
dapat diartikan sebagai model manajemen yang menjadi bahan pertimbangan
bagi SMU untuk melaksanakan MPMBS. memberikan otonomi lebih besar
kepada sekolah, memberikan flleksibilitas/keluwesan-keluwesan kepada
sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah (guru, siswa,
kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orang tua siswa, tokoh masyarakat,
ilmuwan, pengusaha, dsb) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan
kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perUndang-undangan yang
berlaku. Dan dalam mengimplemenasikan MPMBS tidak boleh menyimpang
dari peraturan-peraturan yang berlaku saat sekarang ini.
Dengan otonomi yang lebih besar, maka sekolah memiliki kewenangan
yang lebih besar dalam mengelola sekolahnya, sehingga sekolah lebih mandiri.
Dengan kemandiriannya sekolah lebih berdaya dalam mengembangkan
program-programnya, tentu saja lebih sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang
dimiliki. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah merupakan bagian
dari manajemen berbasis sekolah (MBS). Jika MBS bertujuan untuk
meningkatkan semua kinerja sekolah (efektifitas, kualitas/mutu, efisiensi,
inovasi, relevansi, dan pemerataan serta akses pendidikan), maka manajemen
14Depdiknas, 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Menengah Umum, 4
peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) lebih difokuskan pada
peningkatan mutu.
Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa mutu pendidikan nasional kita saat
ini sangat memprihatinkan sehingga memerlukan perhatian yang lebih serius.
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah
rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang satuan pendidikan, khususnya
pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnya pengembangan kurikulum
nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan
buku dan alat-alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sara dan prasarana
pendidikan.
Slamet PH mengemukakan bahwa manajemen berbasis sekolah sebagai
pengkoordinasian dan penyelarasan sumber daya yang dilakukan secara
otonomis (mandiri) oleh sekolah melalui sejumlah input manajemen untuk
mencapai tujuan sekolah dalam kerangka pendidikan nasional, dengan
melibatkan semua kelompok stakeholder dalam pengambilan keputusan yang
partisipatif. Kelompokstakeholder meliputi kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, guru, siswa, konselor, tenaga administrasi, orang tua siswa, tokoh
masyarakat, para profesional, wakil pemerintah dan wakil organisasi
pendidikan.dan wakil organisasi pendidikan.
Sementara itu Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa manajemen berbasis
sekolah sekolah adalah penataan system pendidikan yang memberikan
15Depdiknas, 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta:Direktorat
Pendidikan Menengah Umum, 4
keleluasaan penuh kepada kepala sekolah dan atas kesepakatan seluruh stafhya,
untuk memanfaatkan sumber belajar dan semua fasilitas yang tersedia untuk
menyelenggarahan pendidikan bagi siswa, serta bertanggung jawab penuh atas
segala tindakannya itu. Lanjutnya, dalam manajemen berbasis sekolah, wilayah
sekolah bukan hanya terbatas sampai pagar sekolah dengan anggota keluarga
yang terdiri dari kepala sekolah, guru, siswa dan staf administrasi saja, tetapi
meluas sampai lingkungan masyarakat setempat. Anggota organisasi sekolah
tidak hanya terbatas pada warga masyarakat lokal tetapi siapa saja yang
mempunyai kepedulian terhadap urasan sekolah meskipun berdomosili sangat
jauh dari sekolah.
Dari berbagai pendapat di atas, dapat dipahami mengenai esensi dari
manajemen berbasis sekolah. Esensinya adalah : pertama, adanya otonomi
sekolah yang lebih besar dalam mengelola dimensi-dimensi pendidikan di
sekolah, dan kedua, mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang
melibatkan secara langsung semua warga sekolah untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
Dengan demikian target utama manajemen peningkatan mutu berbasis
sekolah di Indonesia adalah pemberdayaan sekolah untuk secara mandiri dapat
meningkatkan mutu pendidikan masing-masing. Oleh karena itu, kemampuan
16
Sri Minarti, Manajemen Sekolah : Mengelola LembagaPendidikan Secara Mandiri, (Yogyakarta : Ar-
Ruzz Media,2012), 338
17Hadari Nawawi, Manajemen Strategik Organisasi Non ProfitBidang Pemerintahan, (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2003), 127
18Godfrey Baldacchino and Charles J. Farrugia, EducationalPlanning and Management in Small States
Concepts andExperiences,(London: Commonwealth Secretariat Publicatins,2002), 42
kepemimpinan dan manajemen dari kepala sekolah dan ketersediaan sumber
daya yang memadai merupakan persyaratan bagi keberhasilan pelaksanan
manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah ini. lim Wasliman
menyebutkan limaalasan latar belakang pentingnya pelaksanaan manajemen
berbasis sekolah dalam konteks pengelolaan pendidikan di Indonesia yakni
sebagai berikut:
1. Kepala sekolah kurang memiliki kewenangan yang luas mengelola sekolah
yang dipimpinnya.
2. Kemampuan manajerial (managerial skills) kepala sekolah pada umumnya
mereka masihsangattergantungpadajuklakdanjuknis.
3. Pola anggaran yang teramat kaku, sehingga hampir tidak ada kemungkinan
guru yang berprestasi untuk mendapatkan insentif penghargaan.
4. Peran serta masyarakat sangat kecil dalam pengelolaan pendidikan
5. Visi, misi dan strategi pendidikan di sekolah tidak bertumpu pada
kemampuan lingkungan.
1. Ciri-Ciri MPMBS
Ciri-ciri MPMBS adalah adanya otonomi yang kuat pada tingkat sekolah,
peranserta aktif masyarakat dalam pendidikan, proses pengambilan keputusan
yang demokratis dan berkeadilan, serta menjunjung tinggi akuntabilitas dan
trasnparansi dalam setiap keagiatan pendidikan.
Program MPMBS bertujuan untuk memandirikan atau memberdayakan
sekolah melalui pemberian kewenangan, keluwesan dan sumberdaya untuk
meningkatkan mutu kinerja sekolah dan pendidikan terutama meningkatkan
hasil belajar siswa.
Selain itu Edward dalam Umaedi ,mengemukakan bahwa konsep MPMBS
diperkenalkan oleh teori “Effective School” yang memfokuskan diri pada
perbaikan proses pendidikan. Beberapa indikator yang menunjukkan karakter
dari konsep manajemen ini antara lain sebagai berkut:
1. lingkungan sekolah yang aman dan tertib
2. sekolah memiliki misi dan target mutu yang ingin dicapai
3. sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat
4. adanya harapan yang tinggi dari personil sekolah (kepala sekolah, guru dan
staf lainnya termasuk siswa) untuk berprestasi
5. adanya pengembangan staf sekolah yang terus menerus sesuai tuntutan
IPTEK
6. adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek
akademik dan administratif
7. adanya komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua murid/masyarakat.
Model MPMBS, dapat dikatakan bahwa sebagai model manajemen yang
memberikan, otonomi yang lebih besar kepada sekolah, memberikan fleksibilitas
keluwesan-keluwesan kepada sekolah dan mendorong partisipasi secara
langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat
(orang tua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha dan lain-lain) yang
merupakan bagian dari aktor-aktor atau stakeholders yang sangat berperan
20Depdiknas, 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta:Direktorat
Pendidikan Menengah Umum, 4
dalam pelaksanaan kebijakan MPMBS di suatu sekolah, di samping aktor-aktor
lain seperti pemerintah (baik pemerintah pusat maupun daerah), lebih khusus
lagi Dinas Pendidikan (Pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan
Kecamatan). Dengan kata lain koalisi aktor-aktor/stakeholders (keterlibatan
aktor-aktor/stakeholders yang terkait), sangat menentukan tercapai atau tidak
tercapainya peningkatan mutu pendidikan di sekolah, khususnya dalam
pelaksanaan (implementasi) kebijakan MPMBS di Sekolah Dasar.
2. Konsep Dasar Kebijakan MPMBS
Secara umum mendefinisikan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah (MPMBS) sebagai berikut : MPMBS dapat diartikan sebagai
pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri
oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait
dengan sekolah (stakeholders) secara langsung dalam proses pengambilan
keputusan untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan
mutu sekolah dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.
Dari pengertian tersebut terlihat bahwa
sekolahmemiliki kewenangan(otonomi) atau kemandirian lebih besar dari
sebelumnya untuk mengelola sekolahnya (menetapkan Sasaran peningkatan
mutu, menyusun rencana peningkatan mutu, melaksanakan rencana peningkatan
mutu dan melakukan evaluasi pelaksanaan peningkatan mutu), dan pengambilan
keputusanpartisipatif merupakan ciri khas MPMBS. Jadi, sekolah merupakan
unit utama pengelolaan proses pendidikan, sedangkan unit-unit diatasnya
(Kandep, Kanwil, Depdiknas) merupakan pendukungnya, khususnya dalam
pengelolaan peningkatan mutu.
Caldwell dan Spinks menegaskan pelaksanaan MPMBS memerlukan
kepemimpinan kepala sekolah yang transformasional, agar semua potensi yang
ada di sekolah dapat berfungsi secara optimal Davis dan Thomas
menggambarkan kualitas kepala sekolah yang efektif dan berhasil memajukan
sekolah, antara lain yaitu:
1. Memiliki visi dan misi tentang masa depan sekolahnya, serta mampu
mendorong stafnya untuk bekerja merealisasikan visi tersebut,
2. Memiliki harapan yang tinggi baik terhadap prestasi siswa maupun kinerja
guru.
3. Mengamati guru dalam kelas dan memberikan masukan yang positif dan
konstruktif dalam menyelesaikan masalah peningkatan pengajaran,
4. Mendorong guru untuk dapat memanfaatkan waktupengajaran yang efisien
dan merancang prosedur untuk meminimalkan gangguan,
5. Mampu menggunakan dan memanfaatkan sumber daya (material dan tenaga)
secara efektif dan
6. Memonitor prestasi siswa baik secara individual maupun kelompok serta
dapat memanfaatkan informasi untuk perencanaan pengajaran.
3. Prinsip-prinsip MPMBS
Konsep Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah menurut
Indriyanto dalam Sumarno memiliki beberapa prinsip, yaitu:
1. Sekolah sebagai organisasi pembelajaran
2. Struktur organisasi sederhana (short organization)
3. Penataan Peran
4.Penentuan target sekolah (benchmarking) Uraian mengenai keempat prinsip
dalam manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah:
1. Sekolah sebagai organisasi pembelajaran
Mengingat pembelajaran merupakan fungi utama sekolah, paling tidak ada
dua konsekuensi. Sekolah dituntut senantiasa sensitif dengan perubahan di
lingkungan sampai dengan ukuran tingkat mikro; apabila sekolah tidak tanggap
dengan perubahan sangat besar kemungkinan sekolah akan menjadi penghambat
bagi perkembangan masyarakatnya. Misalnya masyarakat sudah membutuhkan
kemampuan menghargai perbedaan pendapat, maka sekolah juga harus
membentuk kemampuan untuk berbeda pendapat dan menghargai pendapat yang
brbeda secara harmonis dengan kepentingan menegakkan prinsip. Sekolah
dituntut mampu merumuskan tujuan atau program yang terukur, artinya tingkat
keberhasilan sekolah sangat mudah dipantau oleh siapa saja. Guru dan kepala
sekolah harus berpegang pada prinsip kerukunan tersebut dalam perencanaan
program dan pengalokasian dana pendidikan.
2. Struktur organisasi sederhana (short organization)
Supaya sekolah sebagai suatu organisasi dapat bergerak dengan lincah,
gesit, seyogyanya organisasi sekolah bersifat ramping sederhana, dengan jenjang
birokrasi yang sependek mungkin. Jarak guru dengan kepala sekolah tidak
terlalu jauh, komunikasi intensif dijalin antar segenap komponen-komponen
sekolah. Disamping aspek tatanan struktur organisasi, budaya sekolah juga perlu
dibangun yang sesuai dengan semangat sebagai suatu organisasi modern
misalnya; berorientasi pada pemberian layanan terbaik masyarkatnya, seluruh
jajaran sekolah memahami visi dan misi dan dengan sepenuh hati secara
berkelanjutan mengupayakan untuk menjadi kenyataan.
3. Penataan Peran
Sebagai suatu organisasi yang dikelola profesionalkan dengan sendirinya
melakukan penataan dan pembagian pekerjaan, serta mengisi dengan personal
yang paling tepat, sesuai dengan kemampuan sekolah. Termasuk dalam penataan
peran ini adalah penataan dan pendayagunaan jaringan kerjasama, koordinasi,
serta kontrol.
Penentuan target sekolah (benchmarking) Target ini sebaiknya terukur,
layak, dan dapat dijangkau oleh sekolah. Target tersebut adalah sebagai berikut:
a. Internal : apa yang ingin dicapai sekarang relatif terhadap kondisi lampau.
b. Eksternal: apa yang ingin dicapai relatif terhadap sekolah lain
c. Fungsional: apa yang ingin dicapai didasarkan pada misi sekolah
d. Generik : apa yang ingin dicapai didasarkan pada kapasitas dan sumberdaya
sekolah
Diantara sekian banyak target, barangkali yang patut mendapat perhatian
adalah target mengenai mutu dengan berbagai indikatornya seperti: NEM masuk
dan NEM lulusan, iklim sekolah, program ekstra kurikuler, dan fasilitas sekolah.
Kepala sekolah harus tampil sebagai koordinator diri sejumlah orang yang
mewakili berbagai kelompok berbeda di dalam masyarakat sekolah dan secara
profesional harus terlibat dalam setiap proses perubahan di sekolah melalui
penerapan prinsip pengelolaan kualitas total dengan menciptakan kompetisi dan
penghargaandidalamsekolahitusendirimaupunsekolahlain.
4. Tujuan dan Alasan MPMBS
1. Tujuan MPMBS
MPMBS ditujukan untuk meningkatkan efisiensi, mutu dan pemerataan
pendidikan. Peningkatan efisiensi diperoleh melalui antara lain keleluasaan
pengelolaan sumber daya, partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi.
Peningkatan mutu dapat diperoleh antara lain melalui partisipasi orang tua
terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan
profesionalisme guru dan kepala sekolah, berlakunya sistem insentif/disinsentif,
dan lain-lain. Menegaskan bahwa peningkatan pemerataan dapat diperoleh
melalui peningkatan partisipasi masyarakat. Di samping itu, MPMBS juga
bertujuan untuk mempersiapkan kemandirian sekolah di era desentralisasi
pendidikan.Menegaskan bahwa MPMBS mempunyai tujuanuntuk memandirikan
atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan, keluwesan,
dan sumberdaya untuk meningkatkan mutu sekolah.
Adapun tujuan di terapkannya MPMBS adalah sebagai berikut:
MPMBS bertujuan untuk memandirikan atau memberdayakan
sekolah melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada 21
Depdiknas, 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Menengah Umum, 4
sekolah,pemberian fleksibilitasyang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola
sumberdaya sekolah, dan mendorong partisipasi warga sekolah dan
masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan. Lebih rincinya, MPMBS
bertujuan untuk :
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kemandirian,
fleksibelitas, partisipasi, keterbukaan, kerjasama, akuntabilitas, sustainbilitas,
dan inisiatif sekolah dalam mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan
sumberdaya yang tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
3. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan
pemerintah tentang mutu sekolahnya, dan
4. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan
yang akan dicapai.
2. Alasan Diterapkannya MPMBS
Depdikbud MPMBS diterapkan karena beberapa alasan berikut:
1. Dengan pemberian otonomi yang lebih besar kepada sekolah, maka sekolah
akan lebih inisiatif/kreatif dalam meningkatkan mutu sekolah.
2. Dengan pemberian fleksibilitas/keluwesankeluwesan yang lebih besar kepada
sekolah untuk mengelola sumberdayanya, maka sekolah akan lebih luwes dan
lincah dalam mengadakan dan memanfaatkan sumberdaya sekolah secara
optimal untuk meningkatkan mutu sekolah.
3. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, pelung, dan ancaman bagi
dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang
tersedia untuk memajukan sekolahnya.
4. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input
pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses
pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
5. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk
memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa
yang terbaik bagi sekolahnya.
6. Penggunaan sumberdaya pendidikan lebih efisien dan efektif bilamana
dikontrol oleh masyarakat setempat.
7. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan
keputusan sekolah menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat.
8. Sekolah dapat bertanggungjawab tentang mutu pendidikan masing-masing
kepada pemerintah, orang peserta didik, dan masyarakat pada umumnya,
sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan
mencapai sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan.
9. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain
untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan
dukungan orangtua peserta didik, masyarakat dan pemerintah daerah
setempat, dan
10. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan
yang berubah dengan cepat.
5. Mutu Pembelajaran
a. Pengertian
Mutu adalah bagian dari konsep Total QualityManagement (TQM) yang
merupakan suatu pendekatanpengendalian mutu melalui penumbuhan partisipasi
karyawan.Total Quality Management merupakan mekanisme formaldan
dilembagakan yang bertujuan untuk mencari pemecahanpersoalan dengan
memberikan tekanan pada partisipasi da kreativitas di antara karyawan.
Menurut Bounds, Total Quality Management adalahsistem manajemen
yang berfokus pada orang yang bertujuanuntuk meningkatkan mutu secara
berkelanjutan atau kepuasanpelanggan pada biaya yang sesungguhnya. Selain
itu, Total Quality Management juga didefinisikan sebagai sistem manajemen
yang berorientasi pada kepuasan pelanggan yang melibatkan seluruh anggota
organisasi.
Menurut FandyTjiptono dan Anastasia Diana Total Quality Management
merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk
memaksimumkan daya saingorganisasi melalui perbaikan terus menerus atas
produk, jasa,manusia, proses, dan lingkungannya.
Sedangkan menurut Sallis dalam bukunyaEducational Planning and
Management…”Total QualityManagement is a philosophy of continuous
improvementwhich can provide any educational institution with a set of
practical tools for meeting and exceeding present and futurecustomers needs,
wants, and expectations”. Dari definisitersebut TQM adalah filosofi perbaikan
terus-menerus yangdapat memberikan lembaga pendidikan dengan satu set
alatpraktis untuk memenuhi dan melampaui kebutuhan pelanggansekarang dan
masa depan, keinginan, dan harapan.
Mendengar istilah mutu (kualitas), pemikiran tertujupada suatu benda atau
keadaan yang baik. Mutu (kualitas) lebih mengarah pada suatu yang baik.
Mutusecara umum adalah gambaran dan karakteristik menyeluruhdari barang
atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang
diharapkan atau yangtersirat. Dalam konteks pendidikan mutu mencakup
input,proses dan out put pendidikan.
Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sisdiknaspasal 1 pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar.18 Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa.
Pembelajaran merupakan proses yangsangat vital dalam mencerdaskan
kehidupan manusia. Tanpaadanya pembelajaran, guru tidak akan dapat
mengarahkan para siswa menemukan pengetahuan, mengembangkan sikap
positif, dan melatih potensi psikomotoriknya. Dengan kata lain pembelajaran
pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan
pendidik serta antar pesertadidik dalam rangka perubahan sikap. Aktifitas belajar
sangatterkait dengan proses perencanaan ilmu dan menempatkan orang-orang
berpengetahuan pada derajat yang tinggi, hal inisesuai dengan firman Allah
SWT :
..... ......
…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat….19(al-Qur’an surat.al-
Mujādalah: 11)
Mutu pembelajaran merupakan refleksi dari kemapuan profesional guru
dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Mutu pembelajaran merupakan salah
satu aspek penilaian dari suatumadrasah. Jadi kualitas (mutu) pembelajaran
dapat diartikandengan kualitas ataupun keunggulan proses pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru, ditandai dengan kualitas atau lulusanatau output institusi
pendidikan atau sekolah.
Pendidikan agama Islam adalah upaya mendidikkan agamaislam atau
ajaran islam dan nilai-nilainya agar menjadi way of lifeseseorang. Pembelajaran
agama islam adalah suatu proses yangbertujuan untuk membantu siswa dalam
belajar agama Islam.Dalam pengajaran agama Islam mungkin saja terjadi
tanpa proses pembelajaran. Pengaruh pembelajaran ataspengajaran sering
menguntungkan dan biasanya mudah untukdiamati.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemenmutu
pembelajaran merupakan proses kegiatan pembelajaransiswa dalam belajar
22 Al-qur’an dan terjemahsurat.al-Mujādalah: 11
agama Islam yang meliputi perencanaan,pelaksanaan, evaluasi maupun
pengawasan agar dapat mencapaitujuan dan keluaran yang bermutu.
Prinsip mutumerupakan sejumlah asumsi yang dinilaidan diyakini
memiliki kekuatan untuk mewujudkan mutu.Terdapat delapan prinsip mutu
menurut ISO yaitu:
1. Customer focused organization (fokus pada pelanggan)
2. Leadership (kepemimpinan)
3. Involvement of people (keterlibatan orang-orang)
4. Process approach (Pendekatan proses)
5. System approach to management (pendekatan system dalammanajemen)
6. Continual environment (peningkatan secara berkelanjutan)
7. Factual approach to decision making (pendekatan factualdalam pengambilan
keputusan)
8. Mutually beneficial supplier relationship (hubungan yangsaling
menguntungkan dengan supplier).
Peningkatan mutu pembelajaran dengan melaluipengembangan sebagai
berikut :
1. Model kegiatan pembelajaran yang mengacu pada standarproses. Peran
peserta didik dalam proses pembelajaran secara Paiken peserta didik dapat
membentuk karakter danmemiliki pola pikir serta kebebasan berpikir
sehinggadapat melakukan aktivitas intelektual yang kreatif dan inovatif,
berargumentasi,mempertanyakan menemukan dan memprediksi.
2. Keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses belajaryang dilakukan
secara sungguh-sungguh dan mendalamuntuk mencapai pemahaman konsep,
tidak terbatas padamateri yang telah diberikan oleh guru.
3. Bertanggung jawab terhadap mutu perencanaan kegiatanbelajar untuk setiap
mata pelajaran yang diampunya agarsiswa mampu :
a. Meningkat rasa ingin tahunya
b. Mencapai keberhasilan mengajarnya secara konsistensesuai dengan tujuan
c. Memahami perkembangan pengetahuan dengankemampuan mencari sumber
informasi, mengolahinformasi menjadi pengetahuan.
d. Menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah.
e. Mengkomunikasikan pengetahuan pada pihak lain, dan
f. Mengembangkan belajar mandiri dan kelompok denganproporsi yang wajar.
Perencanaan pembelajaran yaitu persiapan mengelolapembelajaran yang
akan dilaksanakan dalam kelas pada setiaptatap muka. Dalam pembuatan
perencanaan pembelajaran yang baik, harus dipahami permasalahan
pembelajaran yang ada.Robert H. Davis. Mendefinisikan lima tipe permasalahan
pembelajaran sehingga memerlukanperencanaan pembelajaran yang matang
sebagai berikut :
1. Direction adalah tujuan atau kompetensi pembelajaran yang
harus dicapai oleh siswa.
2. Content and sequence yaitu untuk mencapai setiap unsur dari
tujuan masing-masing kawasan yang menjadi sasaranpembelajaran, tentu saja
diperlukan adanya materipembelajaran.
3. Methods yaitu mengomunikasikan materi kepada siswa agarmencapai tujuan
sangat ditentukan pula oleh ketepatanmemilih dan menggunakan metode
pembelajaran.
4. Constrains yaitu batasan yang jelas sumber-sumberpembelajaran yang akan
digunakan dan mendukung terhadapproses pembelajaran. Robert H. Davis
mengklasifikasikan sumber- sumber kedalam tiga bidang besar yaitu
sumbersumber manusia (human), sumber kelembagaan(institusional), dan
sumber pembelajaran (instruction).
5. Evaluation yaitu penilaian sebagai salah satu cara untukmemberikan harga
atau nilai terhadap objek, yaitu siswa.
Mutu membuat rencana pembelajaran dilihat melaluilima kemampuan
pengambilan yaitu :
1. Merencanakan pengorganisasian bahan pengajaran
2. Merencanakan pengelolaan kegiatan pembelajaran
3. Merencanakan pengelolaan kelas
4. Merencanakan penggunaan media dan sumber pembelajaran
5. Merencanakan penilaian prestasi peserta didik untuk kepentingan
pembelajaran
Mutu perencanaan pembelajaran terdiri dari:
1. Silabus dan SAP dibuat oleh Tim guru yang berisi: tujuan,
bahan ajar, bahan bacaan, metodologi dan evaluasi
2. Mengacu pada tujuan yang terdapat pada tujuan kurikulum.
3. Menggunakan standardisasi bentuk, format maupun urutanpenulisan.
Indikator mutu tugas pembelajaran. Kaitannya denganguru yang bermutu,
adalah guru yang melaksanakan tugas-tugassebagai berikut:
1. Membuat silabus dan SAP yang mengandung kejelasantahapan konsep, teori
serta aplikasi ilmu pengetahuan, sesuaidengan pengembangan ilmu
pengetahuan dalam disiplinakademik. Kandungan tersebut teruraikan, baik
dalam tujuan, bahan ajar, bahan bacaan, evaluasi dan metodologi.
2. Hadir di kelas sesuai dengan jadwal pembelajaran
3. Membacakan syarat-syarat pembelajaran secara jelas padapeserta didik
4. Meningkatkan efektifitas pembelajaran, yakni mencarimetode baru dalam
menyampaikan materi pembelajaran,memotivasi peserta didik serta memberi
contoh menghormati hak orang lain yang berbeda pendapat.
5. Memberikan latihan dan menilai mata pelajaran secaraobjektif.
6. Melaksanakan tugas-tugas lain yang dipercayakan sekolah
Permendiknas nomor 41 tahun 2007 standar proses untuksatuan
pendidikan dasar dan menengah diantaranya Perencanaanpembelajaran meliputi
silabus dan RPP (rencana pelaksanaanpembelajaran):
1. Silabus sebagai acuan pengembangan RPP yang berkualitas
apabila memuat:
a. Identitas mata pelajaran atau tema pelajaran.
b. SK (standar kompetensi)
c. KD (Kompetensi dasar)
d. Materi pembelajaran
e. Tujuan pembelajaran (“mengembangkan prilaku yang mencerminkan
karakter yang diinginkan”).
f. Indikator pencapaian kompetensi. (pada indikator, ditambahkan
point):”menunjukkan perilaku yang mencerminkankarakter yang diinginkan”
g. Penilaian
h. Alokasi waktu
i. Dan sumber belajar
j. Karakter (Nilai-nilai budaya dan karakter yangdikembangkan dan diharapkan
muncul, mengacu keindikator kompetensi dan kegiatan pembelajaran).
2. Rencana pelaksanaan pembelajaran
Mutu pelaksanaan pembelajaran terdiri dari:
a. Kehadiran guru di kelas, pada awal dan akhir pertemuandengan memberikan
motivasi kepada peserta didik.
b. Informasi silabus dan SAP, sebagai gambaran peserta didik tentang apa yang
akan dipelajari dan mengkondisikan kesiapan belajar peserta didik.
c. Menggunakan media pembelajaran, baik dengan ungkapan lisan, tulisan
maupun dengan media elektronik.
d. Penguasaan bahan, yakni bagaimana cara menyampaikanmateri pembelajaran
kepada peserta didik.
e. Dinamika kelas, cara guru mengatur suasana pembelajaran agar menjadi
efektif.
f. Evaluasi hasil pembelajaran, evaluasi pembelajarandilaksanakan pada setiap
akhir pertemuan, tengah maupun akhir semester.
g. Penugasan guru yakni memberikan tugas rumah ataulatihan kepada peserta
didik.
RPP yang ideal dijabarkan dari silabus untukmengarahkan kegiatan belajar
peserta didik dalam upayamencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan
berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis.
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalamsatu kali
pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalanRPP untuk setiap pertemuan
yang sesuai dengan penjadwalandi satuan pendidikan, yakni :
a. Identitas Mata Pelajaran meliputi :
1. satuan pendidikan,
2. kelas,
3. semester
4. program/ program keahlian,
5. mata pelajaran atau tema pelajaran,
6. jumlah pertemuan.
b. Standar Kompetensi
Merupakan kualifikasi kemampuan minimalpeserta didik yang
menggambarkan penguasaanpengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada setiap kelas atau semester pada suatu mata
pelajaran.
c. Kompetensi Dasar
Merupakan sejumlah kemampuan yang harusdikuasai oleh peserta didik
dalam mata pelajaran tertentusebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi
dalam satuan pembelajaran.
d. Indikator pencapaian kompetensi
Merupakan perilaku yang dapat diukur dan/ataudiobservasi untuk
menunjukkan ketercapaian kompetensidasar tertentu yang mencapai acuan
penilaian matapelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamatidan diukur, yang
mencakup pengetahuan, sikap, danketerampilan.
e. Tujuan pembelajaran
Menggambarkan proses dan hasil belajar yangdiharapkan dicapai oleh
peserta didik sesuai dengankompetensi dasar.
f. Materi ajar
Memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yangrelevan, dan ditulis
dalam bentuk butir-butir sesuaidengan rumusan indikator pencapaian
kompetensi.
g. Alokasi waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengankeperluan untuk pencapaian KD
dan beban pembelajaran.
h. Metode pembelajaran
Metode digunakan oleh guru untuk mewujudkansuasana belajar dan proses
pembelajaran agar pesertadidik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat
indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metodepembelajaran disesuaikan
dengan situasi dan kondisipeserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator
dankompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata
pelajaran. Metode pembelajaran merupakan cara yangdigunakan dalam
penyampaian materi pada saatpembelajaran.
Terdapat beberapa metode/strategi pembelajaranPaikem yang dapat
digunakan untuk mengimplementasikan sebuah pembelajaran aktif antara lain:
1. Everyone is teacher here (setiap murid jadi guru)
2. Writing in the here and now (menulis pengelamansecara langsung)
3. Reading aloud (strategi membaca dengan keras)
4. The power of two & four (menggabung 2 dan 4kekuatan)
5. Informasi search (mencari informasi)
6. Point-counterpoint (beradu pandangan sesuaiperspektif)
7. Reading guide (bacaan terbimbing)
8. Active debate (debat aktif)
9. Index card match (mencari jodoh kartu tanyajawab/isu sejenisnya )
10. Jigsaw learning (belajar melalui tukar delegasi antar kelompok)
11. Role play (bermain peran)
12. Debat berantai
13. Listening team (tim pendengar)
14. Team quiz (pertanyaan kelompok)
15. Small group discussion (diskusi kelompok kecil)
16. Card sort (menyortir kartu)
17. Gallery walk (pameran berjalan)
18. Ceramah plus (memaksimalkan metode ceramah)
Dengan demikian, di dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih,
menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil belajar yang
diinginkan.
i. Kegiatan pembelajaran terdiri dari pendahuluan, inti,penutup (di kegiatan
langkah pembelajaran ini,dicantumkan karakter yang diinginkan pada setiap
kegiatan)
j. Penilaian hasil belajar (pada penilaian menggunakanlembar observasi atau
pengamatan perilaku)Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil
belajar disesuaikan dengan indikator pencapaiankompetensi dan mengacu
kepada standar penilaian.
k. Sumber belajar
Didasarkan pada standar kompetensi dankompetensi dasar, serta materi
ajar, kegiatanpembelajaran. Dan indikator pencapaian kompetensi.
Idealitas pembelajaran dimaksudkan pelaksanaanproses pembelajaran
yang lebih menitik beratkan pada upaya pemberdayaan siswa bukan penindasan
terhadap siswa baikpenindasan secara intelektual, sosial, maupun budaya.
Pembelajaran ideal didasarkan empat pilar pendidikan yang dirancang
UNESCO :
a. Learning to do maksudnya pembelajaran diupayakan untuk memberdayakan
peserta didik agar bersedia dan mampu memperkaya pengalaman belajarnya.
b. Learning to know yaitu proses pembelajaran yang didesain dengan cara
mengintensifkan interaksi dengan lingkungan baik lingkungan fisik, sosial
dan budaya sehingga peserta didik mampu membangun pemahaman dan
pengetahuanterhadap lingkungan sekitarnya.
c. Learning to be yaitu proses pembelajarandiharapkan siswa mampu
membangun pengetahuan dan kepercayaan dirinya. Pengetahuan dan
kepercayaan diri itu diperoleh setelah peserta didik aktif melakukan interaksi
dengan lingkungan sekitarnya.
d. Learning to live together pembelajaran yang lebih diarahkan dengan upaya
membentuk kepribadian untuk memahami dan mengenai keanekaragaman
(kemajemukan) sehingga melahirkan sikap dan perilaku positif dalam
melakukan respon terhadap perbedaan atau keanekaragaman.
Menurut Muhibbin Syah ,ada sepuluhkemampuan dasar yang harus
dimiliki guru dalammeningkatkan mutu (kualitas) pembelajaran, yaitu :
a. Menguasai bahan
Dalam menguasai bahan /materi meliputi :
1. menguasai bahan/materi bidang studi dalamkurikulum madrasah
2. menguasai bahan pendalaman(cara) aplikasi bidang studi
b. Mengelola program pembelajaran, meliputi :
1. Merumuskan tujuan instruksional
2. Mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar
3. Memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat
4. Melaksanakan program belajar mengajar
5. Mengenal kemampuan siswa
6. Merencanakan dan melaksanakan remedial
c. Mengelola kelas, meliputi :
1. Mengatur tata ruang kelas
2. Menciptakan iklim belajar yang serasi seperti menyesuaikan ruang kelas
dengan materi pelajaran yang akan diajarkan
d. Menggunakan media dan sumber, meliputi :
1. Mengenal, memilih dan menggunakan media
2. Membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana
3. Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar
mengajar
4. Mengembangkan laboratorium
5. Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar
6. Menggunakan micro teaching unit dalam program pengalaman lapangan.
e. Menguasai landasan-landasan pendidikan
Yaitu adanya persepsi atau pemahaman guru terhadap proses pembelajaran
dan proses pendidikan.Penguasaan landasan kependidikan inilah nantinya bisa
membentuk kepribadian atau karakteristik guru sebagai seorang pendidik .
Pendidik (guru di kelas) perlu menyadari bahwa ia telah melaksanakan
tugas yang diamanahkan oleh Allah dan orangtua peserta didik. Mendidik anak
harus didasarkan pada rasa kasih sayang. Oleh sebab itu, pendidik harus
memperlakukan peserta didiknya bagaikan anaknya sendiri. Ia harus berusaha
dengan ikhlas agar peserta didik dapat mengembangkan potensinya secara
maksimal. Pendidik tidak boleh merasa benci kepada peserta didik karena sifat-
sifat yang tidak disenangi. Nabi bersabda sebagai berikut :
Abu Ad-Darda’ berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, siapa yang
menempuh jalan mencari ilmu, akan dimudahkan Allah jalan untuknya ke surga.
Sesungguhnya, malaikat merentangkan sayapnya karena senang kepada pencari
ilmu. Sesungguhnya ,pencari ilmudimintakan ampun oleh orang yang ada di
langit dan bumi, bahkan ikan yang ada dalam air. Keutamaan orang berilmu dari
orang yang beribadah adalah bagaikan keutamaan bulan di antara semua bintang.
Sesungguhnya, ulama adalah pewaris para nabi. Merekatidak mewariskan emas
dan perak, tetapi ilmu. Siapa yang mencari ilmu, hendaklah ia mencari
sebanyakbanyaknya.’” (HR. At-Tirmidzi, Ahmad, Al-Baihaqi,Abu-Dawud, dan
Ad-Darimi).
Hal yang ada dalam hadits tersebut adalah ulama pewaris para nabi.
Pendidik, dalam hal ini terutama guru, adalah orang yang berilmu pengetahuan.
Dengan demikian, ia termasuk kategori ulama. Jadi, ia adalah pewaris para nabi.
Sebagai pewaris para nabi, tentu guru tidak dapat mengharapkan banyak harta
karena mereka tidak mewariskan harta. Akan tetapi, Rasulullah SAW tidak
pernah melarang orang berilmu, termasuk pendidik, untuk mencari harta
kekayaan selama proses itu tidak mengurangi upaya pengambilan warisan beliau
sebenarnya, yaitu ilmu pengetahuan.
f. Mengelola interaksi-interaksi belajar mengajar.
Artinya setiap guru harus melaksanakan proses belajar mengajar secara
baik dan benar. Maksudnya kemampuan guru dalam memberikan materi dapat
dicerna atau dipahami oleh siswa.
g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran.
Penilaian adalah sesuatu yang mutlak dan pasti dilakukan disetiap
madrasah. Agar penilaian atau evaluasi tidak banyak mengandung kelemahan
dan kekurangan maka guru harus mampu melaksanakan evaluasi belajar
secaravalid dan reliabel, memahami fungsi evaluasi secara tepat, mampu
menjadikan hasil evaluasi sebagai proses perbaikan pembelajaran
h. Mengenal fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan di Mts Nurul Jadid Kota
Mojokerto
1. Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan konseling di
madrasah
2. Menyelenggarakan program layanan bimbingan dan konseling di Mts Nurul
Jadid Kota Mojokerto
i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi madrasah, meliputi:
1. Mengenal penyelenggaraan administrasi madrasah
2. Menyelenggarakan administrasi madrasah
j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna
keperluan pengajaran.
Peningkatan mutu (kualitas) pembelajaran harusmemperhatikan beberapa
komponen antara lain:
a. Komponen siswa
1. perhatian siswa dalam pembelajaran, misalnya siswa bertanya pada guru
2. cara siswa menjawab pertanyaan. Misalnya keseriusan siswa dalam
mengerjakan tugas.
b. Komponen Guru
1. Gaya mengajar guru ketika melakukan demonstrasi. misalnya keterampilan
guru dalam memilih alat peraga.
2. Kemampuan guru dalam memberikan contoh
c. Komponen Kurikulum
1. Ketepatan metode dengan pokok bahasan, misalnya guru menggunakan
metode yang disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan
2. Materi yang disajikan kepada siswa dengan urut
d. Komponen Sarana dan prasarana pendidikan
1. Pemanfaatan alat peraga dalam proses pembelajaran misalnya melibatkan
siswa dalam menggunakan alat peraga
2. Banyaknya buku sumber penunjang pokok bahasan, misalnya menggunakan
buku yang ada di perpustakaan sebagai penunjang pembelajaran.
23M. Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran, Upaya Kreatifdalam Mewujudkan
Pembelajaran yang Berhasil, (Lombok: Holistica, 2013), 12
e. Komponen Pengelolaan sekolah/madrasah
1. Pengaturan tempat duduk siswa di kelas, misalnya cara mengatur siswa yang
mengganggu temannya.
2. Mengelompokkan siswa dalam mengerjakan tugas, misalnya penunjukan
siswa yang disuruh maju untuk mengerjakan soal di papan tulis
f. Komponen Pengelolaan proses pembelajaran
1. Penampilan guru dalam memerikan materi pembelajaran
2. Penguasaan materi guru yang diberikan kepada siswa.
g. Komponen Pengelolaan dana
Meliputi perencanaan anggaran, sumber dana, penggunaan dana.
h. Komponen Evaluasi
1. Untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan oleh kepala
sekolah dan pengawas satuan pendidikan
2. Membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar
proses.
3. Mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran
i. Komponen Kemitraan
1. Menjalin hubungan dengan instansi pemerintahan
2. Menjalin hubungan dengan dunia usaha dan tokoh masyarakat
3. Menjalin hubungan dengan lembaga pendidikan.
Terdapat tiga strategi untuk mengukur mutu (kualitas) pembelajaran yaitu :
a. Strategi pengorganisasian
24Suharsimi Arikunto & Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta : Aditya Media,2008),
102
Menurut Reigeluth strategipengorganisasian adalah metode untuk
mengorganisasi isi bidang studiyang telah dipilih untuk pengajaran.
b. Strategi penyampaian
Strategi penyampaian isi pengajaranmerupakankomponen variabel metode
untuk melaksanakan proses pembelajaran
c. Strategi pengelolaan
Strategi pengelolaan pengajaran yang merupakan komponen variabel
metode. Komponen ini berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara
siswa dengan variabelvariabel metode pengajaran lainnya. Strategi ini berkaitan
dengan pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi
penyampaian mana yangdigunakan selama proses pembelajaran. Paling tidak
ada 3 klasifikasi penting variabel strategi pengelolaan, yaitu :
a. Penjadwalan,
b. Pembuatan catatan kemajuan belajar siswa,
c. Motivasi.
Ketiga strategi ini merupakan kegiatan pokok yang merupakan dimensi
dari kualitas pembelajaran. Indikator subkomponen kompetensi pengelolaan
mutu pembelajaran dapat dilihat sebagai berikut:
25Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan ProsesBelajar yang Kreatif dan Efektif,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Ed.1, Cet. 3,
Tabel 2.1 Sub Komponen Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran
Sub komponen kompetensi pengelolaan pembelajaran
Kompetensi Indikator
1. Menyusun Mutu rencana
Pembelajaran
a. Mendeskripsikan tujuan pembelajaran
1)Dirumuskan dalam bentuk operasional
(pengetahuan, sikap dan ketrampilan)
2) Dirumuskan dalam bentuk produk belajar,
bukan proses belajar
3) dirumuskan dalam tingkah laku siswa
bukan tingkah laku guru
4) rumuskan standar prilaku yang akan
c. Mengorganisasikan materi berdasarkan
urutan dan kelompok
1) Potensi peserta didik
2)Relevansi dengan karakteristik daerah
3) Tingkat perkembangan fisik,
intelektual,emosional, social. Dan spiritual
pesertadidik
4)Manfaat bagi peserta didik
5)Keluasan materipembelajaran
6) Relevansi dengan kebutuhan peserta didik
dan lingkungan
d.Mengalokasikan waktu
1) Didasarkan pada minggu efektif
2) Disesuaikan mata pelajaran perminggu
dengan mempertimbangkan jumlah
kompetensi dasar.
e. Menentukan metode pembelajaran yang
sesuai
1) Everyone is teacher here (setiap murid
jadi guru)
2) Writing in the here and now (menulis
pengelaman secara langsung)
3)Reading aloud (strategi membaca dengan
keras)
4) The power of two & four (menggabung 2
dan 4 kekuatan)
5) Informasi search (mencari informasi)
6) Point-counterpoint (beradu pandangan
sesuai perspektif)
7) Reading guide (bacaan terbimbing)
8) Active debate (debat aktif)
9) Index card match (mencari jodoh kartu
tanya jawab/isu sejenisnya)
10) Jigsaw learning (belajar melalui tukar
delegasi antar kelompok)
11) Role play (bermain peran)
12) Debat berantai
13) Listening team (tim pendengar)
14) Team quiz (pertanyaan kelompok)
15)Small group discussion(diskusi kelompok
kecil)
16) Card sort (menyortir kartu)
17) Gallery walk (pameran berjalan)
18)Ceramah plus(memaksimalkan metode
ceramah)
f. Merancang prosedur pembelajaran
g.Menentukan media pembelajaran,
peralatanpraktikum, dan bahan yang akan
digunakan
1) Papan tulis
2) CD, dll
h. Menentukan sumber belajar yang sesuai
1) Buku
2) Modul
3) Program computer dan lain-lain
i.Menentukan teknik penilaian yang sesuai
1) Tes
2) Non Tes
3) Performance
26
Barnawi &Muhammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012),
20
27Sri Narwantri dan Somadi, Panduan Menyusun Silabus danRencana Pelaksanaan Pembelajaran
Konsep dan Implementasi,(Yogyakarta: Familia, 2012), 30
28Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, ..., 60
C.Kerangka Konseptual
Beberpa masalah yang teridentifikasi oleh penulis antara lain : Minimnya
uapaya yang dilakukan guru maupun sekolah dalam usaha untuk meningkatkan
Mutu Pembelajatan PAI, kurangnya motofasi guru dalam mengajar, kurangnya
penguasaa meode pembelajaran, kurang terampilnya guru pendidikan agama
islam mengajar semua itu dapat menyebabkan proses belajar mengajar kurang
efektif dan mengakibatkan peserta didik kurang baik.
Mutu pelaksanaan pembelajaran agar mendapatkan hasil sebuah mutu
pembelajaran yang baik dibutuhkan proses pembelajaran yang harus dijalankan
oleh seorang guru, oleh itu guru berperan penting dalam proses pelaksanaan
pembelajaran, dan kepala madrasah sebagai manajer atau supervisor bagi
seorang guru.
Mutu Pembelajaran guru pendidikan agama islam di MTs Nurul Jadid
Kota Mojokerto menjadi permasalahan di skripsi ini. Agar terjadi Mutu
Pembelajaran yang tinggi maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Guru meluangkan waktunya sejenak untuk mengatasi pelajaran sebelum
mengajar,
2. Sekolah menambah sarana dan prasarana belajar untuk melancarkan proses
belajar mengajar seperti : musollah dan boneka mayat.
3. Sekolah mengadakan penyuluhan dan diklat-diklat tentang mutu
pembelajaran,
4. Sekolah mengadakan seminar tentang mutu pembelajaran,
5. Guru dianjurkan mengikuti pendidikan profesi, agar guru yang belum
mendapatkan sertifikasi dianjurkan untuk memperolah dari pendidikaan
profesi.
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Input Proses Output
Kondisi Masalah Strategi Hasil
Rendahnya Mutu
Pembelajaran PAI
Rendahnya
tingkat Mutu
Pembelajaran PAI
di MTs Nurul
Jadid Kota
Mojokerto
1. Guru
meluangkan
waktunya
sejenak untuk
mengatasai
pelajaran
sebelum
mengajar,
2. Sekolah
menambah
sarana dan
prasarana
belajar untuk
melancarkan
proses belajar
mengajar
seperti :
musollah dan
boneka mayat.
3. Sekolah
mengadakan
penyuluhan
dan diklat-
diklat tentang
mutu
pembelajaran,
4. Sekolah
mengadakan
seminar
Menghasilkan
anak didik
menjadi generasi
muda yang
berakhlaq baik.
tentang mutu
pembelajaran,
5. Guru
dianjurkan
mengikuti
pendidikan
profesi, agar
guru yang
belum
mendapatkan
sertifikasi
dianjurkan
untuk
memperolah
dari
pendidikaan
profesi.
Timbal Balik