Upload
aresmaxsim
View
1.354
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 1/37
DIKTATMANAJEMENMUTU
(KONSEP MUTU KESEGARAN)
Oleh :
YULIATI H. SIPAHUTAR
JURUSAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL
PERIKANAN
SEKOLAH TINGGI PERIKANAN
JAKARTA
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 2/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
2010
1. PENDAHULUAN
Ikan merupakan salah satu bahan makanan yang sangat mudah busuk, sehingga untuk
mencegah atau memperlambat proses pembusukan tersebut diperlukannya cara pengerjaan
yang khusus dan peralatan yang khusus pula, Dengan cara pengerjaan yang ceroboh dan
peralatan yang tidak memadai, maka kwalitas ikan akan akan cepat sekali menurun, serta nilai
ekonomisnya akan menurun pula, secepat menurunnya kwalitas ikan.
Dalam mempertahankan kesegaran ikan basah selama mungkin, diperlukan
persyaratan-persayaratan sebagai berikut :
• Bekerja cepat dan cermat
•Memindahkan syarat-syarat kebersihan dan kesehatan
• Mengusahakan suhu ikan selalau rendah
Untuk dapat memenuhi persyaratan tersebut diatas, diperlukan sarana yang khusus pula.
Apabila ketiga syarat tersebut dapat dipenuhi, maka dapat diharapkan kesegaran ikan
dipertahankan semaksimal mungkin.
Selain itu sarana yang ceroboh juga dapat menyebabkan mutu ikan menurun yang akan
berakibat nilai ekonomisnya akan menurun pula.
Ikan segar atau ikan basah adalah ikan yang belum atau tidak diawet dengan apapun
kecuali semata-mata didinginkan dengan es. Penaganan ikan segar dimaksudkan sebagai
semua pekerjaaan yang dilakukan terhadap ikan segar sejak ditangkap sampai saat diterima
oleh pemakainya. Pekerjaan ini dilakukan oleh nelayan, pedagang, pengolah, penyalur,
pengecer dan seterusnya hingga konsumen.
2
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 3/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
2. PENANGANAN IKAN SETELAH DITANGKAP
2.1 Sewaktu Ikan Ditangkap Dari Pancing / Jaring
Setelah ikan ditangkap diusahakan agar secepatnya mati tanpa banyak perlawanan,
kemudian dicuci dengan air atau air es maksudnya untuk mengurangi bakteri/mikroorganisme
awal yang melekat pada tubuhnya.
Pada umumya ikan-ikan yang berasal dari tangkapan dengan jarring akan lebih cepat mati,
sehingga keterlambatan pengangkatan ke atas dek kapal akan mempercepat proses
pembusukan ikan.
Sehingga hasil penangkapan ikan yang berasal dari pancing akan menjuus ke arah lebih
lambat mengalami kematiaannya sehingga penanganan yang relative lebih cepat akan
memperlambat pembusukan yang terjadi.
2.2 Sortasi
Sebelum ikan itumpahkann diatas dek kapal hendaknya lantai dek kapal dibersihkan
lebih dahulu.
Kemudian semua perlengkapan yang akan dipergunakan untuk penanganan ikan
tersebut seperti keranjang, peti-peti, pisau harus sudah siap untuk bias digunakan dalam
kondisi yang bersih dengan perlahan-lahan ikan ditumpahkan diatas dek kapal dan segera
dilakukan pemilihan terhadap jenis, ukuran dari ikan dan ditempatkan dalam keranjang-
keranjang plastic atau peti ikan terhadap ikan yang akan atau perlu disiangi terlebih dahhulu
sebelum disimpan dalam palka kapal ikan .
Sesuai dengan persyaratan yang diperlukan dalam pengerjaan ikan basah, maka setiap
peralatan dan tempat kerja di atas kapal/perahu harus dibuat sedemikian rupa, sehingga
mudah untuk dibersihkan.
Peralatan pengerjaan hendaknya terbuat dari bahan yang ringan, kuat, tidak mudah
berkarat, tidak menyerap air, sehingga mudah untuk dibersihkan. Peralatan yang terbuat dari
kayu hendaknya diusahakan agar permukaannya dibuat rata dan halus, giuna
mempermudahkan pembersihannya. Peralatan yang terbuat dari plastik, sangat baik digunakan
3
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 4/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
karena plastic mempunyai sifat-sifat yang baik, seperti : ringan, kuat, fleksibel, tidak berkarat
dan tidak menyerap air.
2.3 Pencucian
Pencucian bisa dilakukan bersamaan dengan pemilihan atau sesudah sortasi, yaitu
dengan menyemprotkan air laut bersih dengan menggunakan slang air yang mempunyai
tekanan air yang cukup dengan pencucian ini diharapkan ikan bersih dari kotoran-kotoran
maupun sewaktu disiangi
2.4 Penirisan
Sesudah dilakukan pencucian, kemudian diadakan penirisan agar ikan dibebaskan dari air
bekas pencucian tersebut. Penirisan bisa dilakukan dengan jalan menumpuk peti-peti ikan
tersebut di atas dek yang terhindar dari panas matahari.
Sementara penirisan ini dilakukan, maka perku dihancurkan, diusahakan agar pecahan es
jangan terlalu besar, sebab akan merusak tubuh ikan.
2.5 Penyimpanan Dalam Palka Ikan
Penggunaan es untuk mengawetkan ikan didalam kapal, merupakan penanganan yang
paling baik. Sebab es dasamping sebagai media pengawet, bagi kapalnya endiri juga tidak
memerlukan fasilitas yang mahal.
Cara pemberian es pada ikan bisa dilakukan dengan bermacam-macam cara tergantung
dari jarak penangkapan.
Penyimpanan ikan dalam palka yang menggunakan es sebagai media pengawet dilakukan
dengan berbagai cara :
1. Shelfing
Cara peng-es-annya ialah palkah pada bagian bawah dan samping diberi lapisan
es, kemudian ikan diatur di atasnya, diberi es diatasnya
Demikian seterusnya dan di bagian yang teratas diberi lapisan es lagi.)
2. Bulking
Cara peng-es-annya ialah ikan dan es dicampur agar kontak bisa sempurna.
Pengaturan es dan ikan tersebut dimasukkan kedalam palka-palka yang disekat
dengan sekat-sekat hidup atau bisan dilepas. Tebal tumpukan ikan dan es jangan
lebi dari 40 cm. Jika tumpukan berlebihan akan merusak ikan yang ada dibdagian
bawah, akibatnya dan tekanan berat dari ikan yang ada diatasnya.
3. Boxing
4
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 5/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
Cara ini ialah ikan yang sebelumya telah diatur dalam peti dan dicampur dengan
es, kemudian disimpan dalam palka hendaknya diatur agar tumpukan satu drngan
yang lainnya masih ada rongga, ini dimaksudkan agar selalu ada sirkulasi udara
disekeliling peti-peti tersebut. Dan penggecetan pada lapisan ikan di bagianteratas peti dengan dasar peti di atasnya agar supaya dihindarkan (Gambar 5.3).
Pencucian peralatan bongkar ikan harus memprgunakan diterjen atau disenfektan,
yang konsentrasinya telah dijelaskan diatas. Pergunakanlah sikat atau alat lainnya
yang dapat membantu mempercepat dan menjamin kebersihan. Usahakanlah
agar alat – alat yang sudah bersih tadi menjadi kering untuk mencegah
berkembang biaknya bakteri yang masih melekat pada alat tersebut, disamping
mencegah terjadinya pengaratan.
2.6 Pelelangan
Tempat pelelangan ikan sebagai salah satu sarana pemasaran ikan basah merupakan
bagian yang harus mendapat perhatian yang khusus. Tempat pelelangan di Indonesia pada
waktu ini pada umumnya sangat tidak memenuhi syarat baik dari segi kesehatan dan
kebersihan maupun dari segi perlengkapannya.
Tempat pelelangan ikan yang baik haruslah memenuhi syarat sebagai berikut :
- Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih
- Mempunyai tempat penyimpanan es atau coolroom
- Mempunyai timbangan
- Mempunyai wadah – wadah atau peti – peti standar untuk melelang ikan
- Lantai bangunan dari beton atau besi
- Tidak terdapat genangan air atau pada lantai pelelangan
- Mempunyai saluran – saluran air atau selokan pembuangan kotoran
- Mempuyai peralatan untuk pembersihan ruangan pelelangan
Cara melelang ikan dengan meletakan ikan diatas lantai yang kotor seperti yang banyak
dipraktekan pada waktu ini tidak dapat dipertahankan. Factor – factor kebersihan sangat
menentukan kualitas ikan basah.
Setiap selesai pelelangan, cucilah ruangan dengan mempergunakan diterjen atau
disenfektan. Begitu juga semua peralatan yang telah digunkan. Ruang pelelangan tidak boleh
terlalu pengap. Serta harus bebas dari serangga maupun tikus. Sirkulasi udara harus baik
5
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 6/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
sehingga tercegah timbulnya bau busuk atau bau yang tidak enak lainnya. Sinar matahari
harus dapat masuk ruangan dengan baik sehingga memberikan suasana sehat pada ruangan.
Letak pelelangan ikan yag baik harus dekat dengan pendaratan ikan, akan tetapi juga
harus mudah dicapai oleh kendaraan – kendaraan pengangkut ikan. Janganlah tempat
pelelangan ikan tersebut terletak ditengah perkampungan nelayan atau dipinggir suatu jalan
kecilyang tidak bisa dicapai dengan kendaraan pengangkut yang besar.
Suatu hal yang penting juga untuk diperhatikan, ialah orang – orang yang keluar masuk
ruangan pelelangan. Kebersihan mereka harus mendapat perhatian dan cegahlah orang yang
tidak mempunyai kepentingan memasuki ruangan pelelangan., untuk mencegah pengotoran
ruangan. Juga barang – barang yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan pelelangan
ikan jangan sampai masuk keruangan pelelangan.
2.7 Packing Plant
Yang dimaksudkan dengan packing plant, adalah semacam pabrik yang mempunyai
fasilitas – fasilitas untuk melakukan pekerjaan – pekerjaan pembantalan, pencucian peng-esan,
pengepakan dan penyimpanan, sebelum ikan diangkut kepusat – pusat distribusi.
Packing plant harus dilengkapi dengan sarana – sarana pencuian, (air bersih, sikat –
sikat, drum – drum dan sebagainya) pembantalan (meka – meja pisau – pisau dan wadah
untuk kotoran), pengesan (alat pemecah es, sekop – sekop) alat – alat dan dan bahan – bahan
pengepak, ruang penyimpan dingin (coolroom atau ruang berisolasi ), serta alat – alat
pembersih ruangan.
Ruangan packing plant sebaiknya berdekatan dengan tempat pelelangan ikan dan
harus dibuat sedemikian rupa, sehingga memungkinkan orang untuk bekerja dengan cepat,
serta terjamin kebersihannya. Lantai harus terbuat dari ubin atau beton dengan selokan –
selokan yang menjamin lancarnya pembuangan air kotor. Dan konstruksinya harus menjamin
tidak akan terjadi penggenangan air. Tempat pembuangan kotoran harus sempurna serta tidak
menimbulkan bau busuk kedalam packing plant.
Usahakanlah agar ruangan packing plant tidak lembab, ventilasi harus baik dan cahaya
harus sempurna. Dinding hendaknya dicat dengan cat tahan air, seperti cat – cat synthetic
seperti vinilex atau semacamnya.
Akan baik sekali apabila ruangan packing plant dilengkapi dengan alat pendingin
ruangan, sehingga suhu ruangan selalu sejuk. Pintu ruangan sebaiknya dibuat rangkap
sehingga ruangan tidak berhubungan langsung dengan suasna luar. Jarak kedua pintu tersebut
kira – kira 1 m. jagalah agar dalam ruangan tidak tumbuh jamur atau lumut, karena hal itu
menunjukkkan kecerobohan kerja.
6
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 7/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
Sebelum masuk packing plant pekerja harus mencuci tangan dengan air yang
mengandung disenfektan. Hal itu mencegah terjadinya kontaminasi pada ikan yang dikerjakan.
Dianjurkan agar selama bekerja pekerja mengenaka pakaian khusus. Dan apabila selesai
bekerja, disimpan dalam suatu ruangan tertentu. Ketertiban dalam cara bekerja dapatmembantu mencegah merosotnya kualitas ikan.
2.8 Pengepakan
Wadah pengepakan dalam rangka pemasaran ikan basah, dapat dibagi menjadi dua jenis:
- Wadah yang hanya dipergunakan untuk sekali pakai dan
- Wadah yang dipergunakan berkali – kali pemakaian
Wadah yang dipergunakan untuk sekali pakai, apabila selesai dipergunakan langsung
dapat dibuang. Untuk keperluan ini, maka wadah harus terbuat dari bahan yang murah akan
tetapi harus dapat dijamin bahwa tidak akan rusak selama diangkut. Disamping itu harus dapat
melindungi ikan dari kerusakan fisik atau pencemaran pada ikan yang terdapat didalamnya.
Wadah semacam ini dapat dibuat dari bahan bambu kayu, karton atau kalau mungkin dari
plastic. Wadah – wadah tersebut hendaknya mempunyai ukuran tertentu dan tidak terlaku
besar sehingga sulit mengangkatnya. Untuk wadah – wadah yang dapat dipergunakan
beberapa kali, diperlukan bahan – bahan yang tidak berkarat, ringan tapi kuat. Untuk keperluan
ini dapat dipergunakan bahan plastic, logam – logam yang ringan ataupun kayu. Akan tetapi
pemakaian kayu mempunyai sedikit keberatan, karena sulit dibersihkan. Ada suatu cara baru
yang telah dikembangkan dibeberapa Negara, yaitu dengan mempergunakan wadah logam
yang ringan dengan lapisan plastic disebelah dalamnya. Plastiknya hanya sekali pakai sedang
wadah logamnya dapat dipakai berkali – kali. Wadah – wadah tadi sebagai tempat ikan juga
harus dapat memuat es yang melindungi suhu ikan. Keuntungan pemakaian wadah yang
hanya sekali pakai ialah bahwa tidak diperlukan tenaga atau biaya untuk pengurusan setelah
pemakaian, sedangkan pada wadah? Yang dipergunakan berkali – kali diperlukan tenaga dan
biaya, untuk pencucian dan pengambilan wadah ketempat asalnya (produsen), disamping
biaya perawatan setelah pemakaian. Pemilihan pemakaian jenis wadah akan langsung
mempengaruhi harga ikan basah yang bersangkutan.
Untuk mengurangi biaya pengangkutan wadah kosong ketempat produsen, dapat
diusahakan dengan membuat wadah yang dapat dilepas., sehingga menjadi kepingan –
kepingan dan memasangnya kembali apabila akan dipergunakan kembali. Dengan cara
demikian, wadah kosong tadi tidak voluminous (memakan tempat) lagi. Setelah wadah –
wadah tersebut selesai dipergunakan, maka harus dilakukan pencucian dengan
mempergunakan diterjen atau disenfektan. Hanya wadah yang sudah bersih, yang boleh
7
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 8/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
dipergunakan kembali. Pada bagian dasar dari wadah harus dibuat lobang sebagai saluran
pembuanga kotoran yang terbentuk, sebagai akibat melelehnya es.
Apabila tidak dibuat lubang, maka cairan yang terbentuk akan menggenangi ikan. Hal ini akan
mempercepat proses pembusukan . jumlah dan dasarnya lubang tergantung dari besarnya
wadah. Pengisian wadah yang terlalu penuh, selain merusak fisik ikan juga dapat berakibat
rusaknya wadah sendiri.
2.9 Penyimpanan
Yang dimaksud dengan dengan coolroom adalah ruang penyimpanan yang suhunya
berkisar sekitar 0°C, yaitu kira – kira antara -2°C, hingga +2°C, sehingga ikan yang disimpan
didalamnya tidak sampai beku. Ikan yang disimpan didalam coolroom tidak disimpan begitu
saja, akan tetapi untuk mendapatkan suhu dingin yang diinginkan dibantu dengan hancuran –
hancuran es. Ikan dimasukkan kedalam coolroom dibuat rak – rak untuk penyimpanan ikan.
Janganlah mengatur wadah – wadah terlalu rapat, karena hal tersebut menyebabkan sirkulasi
udara yang tidak baik. Usahakanlah agar udara dapat bersikulasi diantara wadah – wadah tadi.
Suhu ruangan harus dijaga agar tetap konstan. Hal ini dapat dicapai apabila pintu coolroom
tidak sering dibuka, untuk mengurangi penumpahan udara dingin pada waktu pintu bibuka,
maka pada pintu coolroom dapat dibuat tirai dari lembaran karet atau plastic. Apabila udara
dingin tumpah keluar ruangan coolroom. Maka suhu dalam ruangan akan naik.
Ruangan coolroom hanyalah tempat penyimpanan dan sama sekali bukan tempat untuk
mengerjakan kegiatan – kegiatan pengerjaan. Jagalah selalu kebersihan ruangan coolroom,
bebas dari sampah, kotoran – kotoran lainnya, serta benda (alat – alat) yang tidak diperlukan
dalam ruangan coolroom. Guna menjamin kualitas ikan yang disimpan, maka janganlah
menyimpan ikan melebihi kapasitas muat coolroom. Jika pada suatu ketika aliran listrik
terputus, maka harus dimasukkan balok – balok es dengan segera, untuk menjamin suhu
ruangan tetap rendah.
2.10 Sarana Tranport Dan Distribusi
Pada umumnya daerah konsumsi berjauhan letaknya dari daerah produsen. Jarak
kedua tempat tersebut dapat memerlukan waktu berjam – jam atau sampai ratusan kilometer.
Sudah barang tentu, agar ikan sampai ketangan konsumen dalam keadaan yang sesegar
mungkin diperlukan sarana – sarana transportasi dan distribusi yang memenuhi syarat.
8
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 9/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
3.TINGKAT KESEGARAN
Ikan setelah mati dan di es dari pre-rigor dalam waktu 1 jam sampai 3 hari lebih.
Beberapa pendinginan es untuk ikan tropis dikenal dapat mempertahankan 6 sampai 8 hari.
Ikan tergantung pada keadaan segarnya ketika ikan pada fase pre-rigor dan fase full- rigor
meskipun kemudian nilai kesegaran ikan karenaaksi enzimatik. Ketika enzim masuk ke dalam
fase post-rigor, kebusukan dimulai.
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Rigor Mortis
o Kondisi ikan ketika mati
o Suhu
o Jenis ikan
o Ukuran ikan
o Penangan ikan
a. Bagaimana Pengaruh Rigor Terhadap Kualitas?
Rigor menciptakan masalah utama untuk setiap bagian industri terutama pembekuan
ikan di laut tanpa kecuali sebagai bentuk utuh atau fillet, atau orang yang menanganiikan
perairan dangkal secara segar di pelabuhan untuk pembekuan secara cepat setelah mendarat.
Ikan Beku Utuh
Rigor dapat mempengaruhi kualitas pada ikan beku utuh dalam 3 cara, yaitu akan
menyebabkan :
o Celah basah pada ikan beku
o Keras
o Kelebihan pencairan pada ikan beku
Fillet Beku
Fillet pre-rigor akan mengecil, menunjukan fillet berubah bentuk dan permukaan luarnya
mengkerut. Rigor juga menggaruhi kekerasan dan hilangnya cairan dari fillet beku seperti padaikan utuh.
9
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 10/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
b. Bagaimana mengontrol Dampak Rigor?
Menjaga ikan tetap dingin pada setiap tahap sebelum pembekuan.
c. Apakah yang dimaksud Thaw Rigor?
Ketika daging yang dibekukan adalah pre-rigor dan disimpan sesaat di cold storage, masih
dapat mengerut dan kemudian mengalami rigor setelah thawing. Hal ini disebut thaw rigor.
Masalah ini jarang terjadi pada ikan utuh yang dicairkan, tetapi merupakan masalah utama
untuk fillet pre-rigor.
d. Bagaimana Mencegah Thaw Rigor?
Memperpanjang waktu penyimpanan beku untuk stok ikan pre-rigor ( antara 8 minggu
pada suhu -10° C ).
Cairkan perlahan pada suhu kamar untuk ikan yang telah dikeluarkan dari penyimpanan
beku kurang dari 8 minggu.
3.1 Komposisi Kimia Ikan Segar
Komposisi kimia daging ikan dapat berbeda-beda tergantung spesies ikan, tingkat
umur, habitat, dan kebiasaan makan ikan tersebut (Zaitsev et al .,1969). Suzuki (1981),
merincikan komposisi kimia ikan adalah sebagai berikut:protein 15-24% ; lemak 0,1-22% ;karbohidrat 1-3%; bahan organik 0,8-2% , serta air 66-84%.
Protein ikan dapat diklasifikasikan menjadi protein miofibril, sarkoplasma dan protein
stroma (protein jaringan ikat). Dengan komposisi kandungan miofibril 65-75%, sarkoplasma 20-
30%, dan stroma 1-3%. Protein miofibril merupakan bagian terbesar dan merupakan jenis
protein yang larut dalam larutan garam. Protein ini terdiri dari miosin, aktin, dan protein regulasi
yang merupakan gabungan antara aktin dan miosin yang menbentuk aktomiosin. Golongan
protein yang menyusun miofibril pada otot daging merupakan 50% lebih dari seluruh protein
daging ikan (Zaitsev et al.,1969). Protein miofibril sangat berperan dalam pembentukan geldalam proses koagulasi, terutama dari aktomiosin (Suzuki, 1981). Pada umumnya protein yang
larut dalam larutan garam labih efisien sebagai pengemulsi dibandingkan dengan protein yang
larut dalam air. Protein sarkoplasma adalah protein terbesar kedua dan merupakan 20-25%
dari keseluruhan protein (Zaitsev et al ., 1969). Protein sarkoplasma (protein dindingsel) larut
dalam air 0,5 M(Wilson et al .,1981). Proteinini mengandung berbagai jenis protein yang larut
dalam air yang disebut miogen(Suzuki,1981). Protein stroma merupakan bagian terkecil yang
membentuk jaringan ikat dan tidak dapat diekstrak dengan air, larutan asam, larutan alkali, atau
larutan garam pada konsentrasi 0,01-0.1 M. Protein stroma ini terdiri dari kolagen dan elastin,
yang merupakan protein yang terdapat pada bagian luar sel otot. Daging merah ikan pada
10
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 11/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
umumnya lebih banyak mengandung protein stroma tetapi lebih sedikit mengandung protein
sarkoplasma jika dibandingkan dengan daging putih ikan. Daging merah ini terdapat
disepanjang tubuh bagian samping dibawah kulit, sedangkan daging putih pada hampir seluruh
bagian tubuh (Suzuki, 1981).
Berdasarkan sifat kelarutannya, potein terbagi menjadi enam golongan (Anglemier dan
Montgomery, 1976). Penggolongan protein berdasarkan kelarutannya dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel 1 Penggolongan Protein Berdasarkan Kelarutan.
Jenis Protein Jenis Pelarut Sifat Lain
Albumin Air dan garam pekat Koagulasi oleh panas
Globulin Garam encer Koagulasioleh panas
Protamin dan gliadin Etanol 700-800C -
Glutelin Asam danbasa encer -
Histon Air Tidak larut dalam amoniak encer
Protamin Air -Sumber: Anglemier dan Montgomery, (1976).
Lemak pada ikan tediri dari 95% trigliserida dan asam lemak penyusunnya berantai
lurus(Stansby dan Olcott, 1963). Daging merah ikan mempunyai kandungan lemak yang relatif
lebih tinggi tetapi kandungan proteinnya lebih rendah jika dibandingkan dengan daging
putih(Suzuki, 1981). Penggolongan ikan berdasarkan kandungan lemak dan proteinnya dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Penggolongan ikan berdasarkan kandungan lemak dan proteinnya.
Golongan Ikan Kadar Lemak (%) Kadar Protein (%)
Lemak rendah-protein sedang <5 15-20
Lemak sedang-protein sedang 5-15 15-20
Lemak tinggi-protein rendah >15 <15
Lemak rendah-protein tinggi <5 >20
Lemak rendah-protein rendah <5 <15
Sumber : Stansby dan Olcott (1963)
3.2 Pembusukan Ikan
Ikan mulai membusuk segera setelah mati. Secara umum, kerusakan ikan atau
pembusukan dan hasil-hasil olahannya dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Kerusakan biologis disebabkan oleh bakteri, jamur , ragi dan serangga.
2. Kerusakan enzimatis yang disebabkan oleh enzim
3. Kerusakan fisika yang disebabkan oleh kecerobohan dalam penanganan, misalnya
luka-luka memar, patah, kering, dsb
11
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 12/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
4. Kerysakan kimiawi yang disebabkan oleh adanya reaksi-reaksi kimia, misalnya
ketengikan (rancidity) yang diakibatkan oleh oksidasi lemak, denaturasi (perubahan
sifat) protein
Diantara sekian banyak kerusakan itu, kerusakan yang paling menonjol adalah
kerusakan yang disebabkan oleh enzim dan bakteri, yaitu kerusakan yang mengakibatkan
pembusukan.
Tahap-Tahap Pembusukan
Secara kronologis, proses pembusukan itu berjalan melalui 4 tahap sebagai berikut :
a. Hyperaemia
Lendir ikan terlepas dari kelenjar-kelenjarnya di dalam kulit, membentuk lapisan beningyang tebal disekitar tubuh iksn. Pelepasan lendir dari kelenjar lendir ini merupakan reaksi
alami ikan yang sedang sekarat terhadap keadaaan yang tidak menyenangkan. Jumlah lendir
yang terlepas dan menyelimuti tubuh dapat sangat banyak hingga mencapai 1-2,5 persen dari
berat tubuhnya. Lendir itu terdiri atas glukoprotein mucin yang merupakan substrat yang baik
dalam pertumbuhan bakteri.
b. Rigor mortis
Fase ini diikuti dengan tubuh ikan yang kejang setelah ikan mati (rigor = kaku, mortis =mati). Ikan dikatakan masih sangat segar dalam fase ini. Tahapan ini diakibatkan oleh tubuh
ikan yang mengejang setelah mati akibat proses bio-kimia yang kompleks di dalam jaringan
tubuh, yang menghasilkan kontraksi dan ketegangan.
Waktu ikan mati, senyawa organik didalam jaringan dipecah oleh enzim yang masih tetap
aktif (sejak ikan masih hidup). Pada mulanya, glikogen terhidrolisa menghasilkan akumulasi
asam laktat dan penurunan pH. Hal ini selanjutnya merangsang enzim untuk menghidrolisa
fosfat organik. Fosfat yang mula-mula terurai adalah creatine phosphate, membentuk creatine
dan asam fosfat. Proses ini diikuti oleh adenosine trifosfat (ATP) menjadi adenosin difosfst
(ADP) dan asam fosfat.
Kekejangan dimulai dari bagian ekor dan dengan perlahan menjalar kearah kepala.
Keadaan kejang berlangsung bervariasi mulai dari beberapajam sampai 3 hari. Selain lamanya,
selang waktu antara kematian dandimulainya rigor mortis juga bervariasi. Kedua hal itu
dipengaruhi oleh beberapa factor berikut :
1. Jenis ikan. Tiap jenis ikan mempunyai komposisi kimia jaringan yang berbeda dari
jenis lain, hingga waktu yang diperlukan untuk memasuki factor rigor juga berbeda-
beda.
12
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 13/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
2. Kondisi ikan. Ikan yang lapar/lemah dan habis berpijah, mempunyai cadangan energi
yang lebih sedikit, sehingga lebih cepat memasuki fase rigor.
3. Tinggkat kelelahan. Ikan yang banyak meronta dan menggelepar waktu tertangkap
akan lebih cepat mencapai rigor.
4. Ukuran ikan. Ikan-ikan yang lebih kecil akan lebih cepat menagalami rigor.
5. Cara penaganan ikan. Penaganan sebelum rigor tidak menunjukan akibat yang
buruk, tetapi penaganan ketika ikan dalam fase rigor (misalna jika seeorang
mencoba meluruskannya atau membengkokannya) dapat mengakibatkan keadaan
rigor lebih cepat berakhir.
6. Temperatur penyimpanan. Penyimpanan pada temperature yang lebih rendah
menyebabkan ikan lebih lama mancapai rigor dan lebih lama bertahan dalam fase
rigor.
c. Autolisis
Ikan menjadi lemas kembali setelah mengalami rigor. Autolisis (auto=sendiri,
lysis=penguraian) adalah proses penguraian protein dan lemak oleh enzim (protease dan
lipase) yang terdapat didalam daging ikan. Karena daging ikan terutama terdiri atas protein,
maka proses ini juga disebut proteulisis. Enzim-enzim yangberperan di sini sebetulnya sudah
melakukan kegiatan sejak ikan masih hidup, tetapi ketika itu hasil kerjanya bermanfaat dalam
proses pembentukan energi.
Autolisis dimulai bersamaan dengan menurunnya pH. Mula-mula, protein dipecah
menjadi molekul-molekul makro, yanag menyebabkan dehidrasi protein dan molekulnya pecah
menjadi proteose, lalu pecah lagi menjadi pepton, polipeptida dan akhirnya menjadi asam
amino. Di samping asam amino, autolisis menghasilkan juga sejumlah kecil pyrimidine.dan
purine basa yang dibebaskan pada waktu asam nukleat memecah. Bersamaan dengan itu,hidrolisis lemak menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol.
Autolisis belum dapat disebuit pembusukan karena hasil hidrolisa protein dan lemak masih
dapat dimakan manusia. Namun demikian, autilisis merubah stukturdaging hingga
kekenyalannya menurun sehingga daging ikan menjadi lembek, terbagi menjadi lapisan-lapisan
dan terpisah dari tulang. Kerusakan inin menyebabkan bagian perut robek. Selain itu,
pemecahan protein menghasilkan substrat yang disukai bakteri yang menyebebkan
pembusukan.
13
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 14/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
Dampak Autolisis :
o Perubahan warna
o Melembek
o Penguraian jaringan
o Hati terbakar
o Perut terbakar
Pengaruh yang nyata, yaitu :
o Denaturasi protein
o Pembusukan Lemak
Denaturasi Protein
Protein adalah Kumpulan substansi kimia yang membantu membangun tubuh hewan
dan menjaganya tetap sehat.
Denaturasi Protein tercertmin dari :
o Menurunnya kapasitas daya ikat air
o Mengerasnya jaringan otot
o Tingginya tingkat rembesan
o Rendahnya kualitas daging ikan seperti keras, berserat, kering dan rasa yang
kurang.
Kerusakan Lemak
o Kerusakan lemak adalah penguraian pada lemak. Proses utamanya adalah
oksidasi lemak.
o Oksidasi lemak yaitu suatu proses dimana lemak pada ikan menyatu dengan
oksigen dari udara untuk membentuk produk sampingan yang disebut
peroksida. Hal ini adalah penyebab utama pembusukan pada daging ikan.
14
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 15/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
d. Perubahan Pigmen Pada Kulit, Daging dan Insang
Warna diterima peranan utama apakah sebuah makanan dapat diterima atau tidak dan
sering membantu mengenali makanan secara teliti. Jika produk diterima di pasaran, produk
tersebut harus sesuai dengan harapan konsumen akan warna sebaik hal-hal lainnya.
Ikan dan seafood mengandung golongan pigmen dibawah ini :
o Karotenoid
o Melanin
o Astaxantin
Karotenoid yang terdegradasi didapat pada tegang perubahan warna, kehilangan warna
dengan kehadiran cahaya kuat, enzim-enzim ( lipoxigenases ) atau kondisi pengeringan.
e. Pengaruh Perubahan Oxogenous Terhadap Kualitas Ikan
Perubahan exogenous menunjukkan terjadinya hal tersebut pada permukaan tubuh ikan.
Hal tersebut ada dibawah ini :
1. Perubahan Fisik, yaitu ;
o Termasuk perubahan lingkungan dan penanganan
o Akibat dari salahnya penanganan ikan diatas kapal seperti penggunaan fork
untuk mengambil ikan, menginjak dan meemukkan ikan yang mudah patah dan
rusak.
3.3 Penurunan Mutu Ikan dan Faktor Penyebabnya
Segera setelah ikan tertangkap, lalu mati, ikan itu mengalami proses penurunan mutu
atau deteorisasi yang disebabkan oleh tiga macam kegiatan, yaitu autolisis, kimiawi, danbakterial (Hadiwiyoto,1993).
Penguraian protein jaringan otot dan komponen organik lainnya dalam daging ikan
menghasilkan perubahan tekstural, citarasa, dan bau. Bau yang busuk dihasilkan terutama
oleh metabolit bakterial dan pertumbuhan bakterial yang luar biasa (Poedjiadi, 1993).
Perubahan deteriotatif oleh aksi bakteri pada ikan yang baru mati, umumnya barulah
dimulai sesudah ikan selesai melalui masa kejang (rigor mortis). Suasana pH yang menurun
semakin rendah selama masa kejang tidak menyenangkan bagi bakteri. Pada fase kejang
maksimum, pH jatuh jadi sekitar 6,2 sampai 6,6 karena pembentukan asam laktat dari
15
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 16/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
penguraian glikogen yang marginal bagi pertumbuhan kebanyakan bakteri pembusuk tetapi
tidak absolut menghambat pertumbuhan (Nasran, 1999).
Segera setelah rigor selesai, mulai pula berlangsung penguraian protein komplek
tinggi otot daging ikan menjadi protein yang lebih sederhana antara lain dipeptida dan asam
amino. Perubahan ini dinamakan otolisis yang terdiri dari proteolisis dan proses otolitik lainnya
(Poedjiadi, 1993). Perubahan otolisis dan bakterial berlangsung berdampingan oleh enzim otot,
enzim isi perut dan enzim bakteri.
Menurut Sofyan Ilyas, 1998, secara ringkas proses perubahan pada ikan setelah mati
dapat digambarkan sebagai berikut:
Ikan mati rigor mortis ikan busuk
Pre rigor post rigor
Autolisi perombakan oleh bakteri
proses oksidasi
Gambar 1. Tahap- tahap perubahan ikan sebelum menjadi busuk.
Dari gambar diatas tampak bahwa ikan telah mengalami beberapa proses perubahan
terlebih dahulu sebelum menjadi busuk. Dengan demikian, dapat dimengerti mengapa kualitas
ikan segar tidak sama meskipun wujud penampilannya relatif tidak berbeda (Hadiwiyoto,
1993).
3.3.1 Penurunan Mutu Secara Autolisis
Proses penurunan mutu secara autolisis (enzimatik, self-digestion) berlangsung
sebagai aksi kegiatan enzim yang mengurai senyawa pada jaringan tubuh ikan (Afrianto,
1989). Enzim berperan sebagai katalisator yang menjadi pendorong dan motor segala
perubahan senyawa biologis yang terdapat pada ikan, baik perubahan yang bersifat
membangun sel dan jaringan tubuh, maupun yang merombaknya. Sama halnya dengan enzim
yang terdapat pada sel bakteri adalah enzim yang mendorong kegiatan hidup bakteri yang
dalam metabolisme bakteri akan mengurai bahan ikan.
16
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 17/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
Dalam setiap sel, kadar dan jenis enzim berbeda, mereka berspesialisasi dalam
tugasnya membangun atau merombak setiap sel dan jaringan dalam mahluk hidup, ada enzim
ynag sanggup mengurai atau membangun protein serta ada jenis enzim yang mempunyai
kekhususan terhadap lemak, karbohidrat dan lain-lain (Almatsier, 1998).
Segera setelah ikan mati, seluruh sistem tata tertib enzimatik yang tadinya mengatur
ikan hidup segera berantakan. Setiap enzim beraksi semaunya menurut fungsinya yang
berakibat jaringan dan organ ikan berubah ke arah apa yang disebut “busuk” (Ilyas, 1998).
3.3.2. Penurunan Mutu Secara Kimiawi
Pada proses penurunan mutu secara kimiawi yang menyolok kegiatannya adalah
perubahan yang disebabkan oleh oksidasi lemak pada ikan yang mengakibatkan bau dan rasa
yang tengik, sehingga gejala ini dinamakan ketengikan oksidatif (oxidative rancidity) (Poedjiadi,
1994). Di samping itu rupa ikan dan dagingnya pun berubah ke arah coklat kusam.
Dilihat dari segi kandungan akan lemak, ikan dasar (demersal) umumnya kurus (lean
fish, non fatty fish). Kadar lemak hanya beberapa persen. Sebaliknya ikan pelagic yang
umumnya berukuran kecil, tinggi kadar lemaknya (fatty fish), antara beberapa % sampai di atas
20%, tergantung musim, siklus hidup masa pemijahan, makanan, dan lain-lain (Ilyas, 1998).
Corak penurunan mutu dan pembusukan ikan pelagik lebih menonjol berupa ketengikan,
berhubungan dengan tinggi kadar lemaknya. Di samping itu, jaringan otot ikan pelagik
umumnya kemerahan. Kegiatan metabolik berlangsung hebat dan proses otolisis lebih hebat
daripada ikan demersal (Hadiwiyoto, 1993).
3.3.3. Proses Penurunan Mutu Secara Bakterial
Reaksi metabolisme jaringan daging yang penting sesudah ikan mati adalah terurainya
glikogen dan terbentuknya asam laktat yang diikuti oleh penurunan derajat keasaman daging
ikan tersebut (Poedjiadi, 1994). Derajat keasaman yang dinyatakan dengan angka pH, bagi
ikan hidup harganya adalah sekitar 7,0 setelah mati harga pH tersebut menurun mencapai
minimum antara 5,8 hingga 6,2 pada saat mana tejadi “kekejangan” (rigor mortis) pada ikan.
Penurunan pH menjelang fase rigor mortis mempunyai arti khusus lain terhadap perbiakan
bakteri (Hadiwiyoto, 1993).
Jutaan bakteri yang terdapat pada seekor ikan yang baru ditangkap, distribusi mereka
tidaklah tersebar merata pada seluruh ikan, melainkan terpusat pada tiga tempat yakni lendir
kulit, insang dan isi perut (Afrianto, 1989).
17
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 18/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
Menurut Eddy Afrianto dan Evi Liviawaty, 1989, ternyata kepadatan bakteri pada ketiga
lokasi tersebut tidak sama:
1) Kepadatan bakteri pada insang berkisar 103 – 105/gram
2) Kepadatan bakteri pada kulit berkisar 102 – 106/gram
3) Kepadatan bakteri pada usus berkisar 103 – 107/gram
Daging ikan yang sehat umumnya tidak mengandung bakteri (steril). Setelah mati
hingga dilaluinya masa rigor mortis, daging yang masih utuh adalah steril. Dan setelah ikan
mati, jutaan bakteri yang tadinya terpusat pada tiga konsentrasi itu mulai bergerak menyebar
ke setiap penjuru jaringan dan organ ikan yang tadinya steril (Alamtsier, 1998).
Khusus ikan yang mengalami luka akibat pisau atau perlakuan kasar, sobekan-sobekanpada tubuh ikan berarti mempermudah introduksi dan serangan bakteri pembusuk, sehingga
laju pembusukan jauh lebih cepat berlangsung dari pada ikan utuh normal (Afrianto, 1989).
Akibat serangan bakteri yang dimulai sejak fase rigor mortis berlalu adalah kemunduran
mutu ikan berupa lendirnya menjadi pekat, bergetah dan amis, mata jadi terbenam dan pudar
sinarnya, insang dan isi perut berubah warna (diskolorasi) dengan susunannya (isi perut)
berantakan dan bau menusuk, akhirnya seluruh ikan busuk (Ilyas, 1998).
3.4 Usaha Menghambat Penurunan Mutu Ikan Dengan Teknik Suhu Rendah
Penurunan suhu rendah mempunyai peranan yang penting terhadap rigor mortis,
aktifitas enzimatik, bekterial dan kimiawi yang terdapat dalam tubuh ikan. Selain itu juga dapat
memberikan pengaruh terhadap perubahan organoleptik (rupa, rasa, bau dan tekstur ikan)
serta daya awet ikan.
3.4.1 Hubungan Antara Rigor Mortis, Suhu dan Mutu Ikan
Segera setelah mati, otot ikan menjadi terkulai lemas dan berada dalam kondisi pre-
rigor. Setelah beberapa saat otot mengejang dan mulai memasuki tahap rigor, artinya ia tidak
mau lagi berkontraksi walaupun diransang. Masa kejang ini berlangsung beberapa jam sampai
beberapa hari, tergantung dari beberapa faktor. Setelah itu jaringan otot tersebut mulai lumpuh
lagi, terkulai dan memasuki tahap pasca-rigor (post-rigor). Pada ikan, rigor bermulai dari ekor
dan berangsur-angsur menjalar di sepanjang tubuh ke arah kepala, sekujur tubuh ikan menjadi
kaku walaupun dipegang kepalanya pada posisi horizontal tapi ikan tidak terkulai.
Faktor-faktor seperti jenis dan ukuran ikan, keadaan fisik ikan, derajat keletihan
sebelum atau saat mati, cara penanganan selama rigor dan suhu penyimpanan ikan sangatmempengaruhi waktu ikan memasuki, melalui dan melewati masa kejang.
18
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 19/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
a. Jenis dan Ukuran Ikan
Pada kondisi penanganan dan penyimpanan yang sama, waktu memasuki rigor sangat
berbeda bagi jenis ikan yang berlainan. Ada jenis ikan yang memerlukan waktu rigor hanya
satu jam tetapi ada juga yang sampai memerlukan waktu 24 jam untuk mencapai rigor sempurna. Pada jenis ikan yang sama, ikan berukuran kecil biasanya lebih cepat memasuki
rigor dibandingkan ikan besar.
b. Kondisi Fisik Ikan
Kondisi fisik ikan yang lemah sebelum ditangkap, kurangnya gizi makanan, baru
selesai menelur dan sebgainya akan mempengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk memasuki
tahap rigor.
c. Derajat Keletihan
Jenis teknik penangkapan (trawl, selne, pancing dan sebagainya) umumnya sangat
berpengaruh terhadap keletihan ikan. Ikan yang berjuang keras lama menghadapi kematiannya
dalam jaring sebelum ditarik ke kapal akan kehabisan banyak cadangan tenaganya sehingga
lebih cepat memasuki masa rigor.
d. Suhu Penyimpanan Setelah Ikan Ditangkap
Suhu adalah faktor yang paling besar peranannya dalam menetukan waktu yang
diperlukan ikan dalam memasuki, melalui dan melewati rigor. Semakin rendah suhu
penanganan ikan segera setelah ikan ditangkap semakin lambat ia memasuki tahap rigor dan
semakin panjang waktu rigor itu berakhir.
Selain suhu pendinginan, kondisi rigor setelah ikan mati mempunyai peranan dan
pengaruh yang lebih besar lagi pada pembekuan ikan. Pertumbuhan bakteri pembusuk pada
ikan jelas lebih jauh berkurang pada suhu antara –1 hingga 5o C.
3.4.2 Hubungan Antara Suhu dan Pertumbuhan Bakteri
Suhu mempunyai pengaruh besar terhadap jenis bakteri pembusuk. Pertumbuhan
bakteri pembusuk tertahan pada suhu antara –1 sampai 5oC. pembusukan ikan secara
bakterial kelihatannya menonjol pada jenis ikan dasar (kakap, bawal). Pada jenis ikan pelagis
(kembung, layang dan lemuru) tipe pembusukannya lebih bersifat ketengikan oksidatif
berhubung lebih tingginya kadar lemak pada jenis ikan pelagis.
Pada penurunan suhu sampai 5oC, bakteri golongan mesofil (bakteri suhu sedang)
umumya sudah tidak dapat berkembang dan kalau suhu diturunkan lagi maka akan dihambat
juga pertumbuhan beberapa bakteri psikrofilik (bakteri suhu rendah). Suhu optimum bakteri
psikrofilik berada antara suhu 10 sampai 20oC dan laju pertumbuhannya dua kali lebih cepat
pada suhu 3,5oC.
19
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 20/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
3.4.3 Hubungan Antara Suhu dan Laju Pembusukan Ikan
Pertumbuhan bakteri pada ikan sangat dipengaruhi oleh suhu, semakin rendah suhu
ikan maka akan semakin dihambat pertumbuhan bakteri tersebut. Penurunan suhu ikan juga
dapat menyebabkan pencegahan penguraian (dekomposisi) oleh bakteri yang lebih efektif. Titik
beku ikan terletak diantara suhu –1,1 sampai –2,2oC. pada ikan beku suhu penyimpanan
terbaik lebih rendah pada suhu –18 sampai –30oC.
Besarnya suhu penyimpanan juga sangat berpengaruh terhadap mutu organoleptik,
yaitu rupa, rasa, bau dan tekstur ikan. Semakin tinggi suhu penyimpanan semikin cepat mutu
menurun dan semakin pendek daya awet ikan. Kerena bakteri pembusuk lebih cepat
meningkat dengan semakin tingginya suhu penyimpanan ikan tersebut dan semakin lamanya
waktu penyimpanan.
Table 3. Hubungan Antara Suhu, Pertumbuhan Bakteri dan Mutu Ikan
Suhu Pertumbuhan bakteri Mutu ikan
Suhu tinggi
25 sampai 10oC
2 sampai –1oC
Luar biasa cepat
Pertumbuhan kurang
cepat
Cepat menurun, daya awet sangat
pendek (3-10 jam)
Menurun sedikit lambat, daya awet
pendek (2-5 hari)
Suhu rendah
2 sampai –1oC
-1oC
Pertumbuhan bakteri
jauh berkurang
Kegiatan dapat
ditekan
Menurun lambat, daya awet wajar (3-10
hari)
Menurun minimum, daya awet
maksimum
Suhu sangat rendah
-2 sampai –10oC
-18 dan lebih rendah
Ditekan tidak aktif
Ditekan minimum,
bakteri tersisa tidak
aktif
Menurun minimum dan ikan menjadi
beku, tekstur dan rasa ikan rendah, daya
awet panjang (7-30 hari)
Mutu ikan beku lebih baik, daya awet
sampai setahun
Catatan: Daya awet tergantung dari jenis kadar lemak ikan. Oleh karena itu, daya awetdinyatakan dalam deret, misal 3-10 hari, angka rendah untuk ikan berlemak danangka tinggi untuk ikan tidak berlemak.
Tanda-Tanda Pembusukan Ikan
20
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 21/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
Ikan yang telah mengalami pembusukan menampakkan cirri-ciri fisik yang dapat
dikenali dari luar.Pada tabel dibawah ini menampilkan perbedaan antara ikan yang sangat
segar dan ikan yang relative telah busuk. Cara-cara menentukan derajat kesegaran ikan akan
dibahas sebagai berikut :
Perbedaan Ikan Segar dan Ikan Busuk
No Bagian Ikan Ciri Ikan Segar Ciri Ikan Busuk
1. Mata Cerah, baning, cembung
menonjol
Pudar, bertkerut, cekung,
tenggelam
2. Insang Merah, berbau segar, tertutup
lendir bening
Coklat/kelabu, berbau asam,
tertutup lendir keruh3. Warna Terang, lendir bening Pudar, lendir kelabu
4. Bau Segar, berbau laut Asam, busuk
5 Daging Putih, padat/kenyal, bila
ditekan bekasnya segera
lenyap
Kemerahan, terutama di
sekitar tulang punggung,
bekas tekanan jari tidak hilang
6. Sisik Menempel kuat pada kulit Mudah lepas
7. Dinding perut Utuh, elastis Menggelembung, pecah, isi
perut keluar, lembek
8. Tenggelam dalam air Terapung (bila sudah sangat
busuk)
4 . MEMPERPANJANG TINGKAT KESEGARAN
21
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 22/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
Kesegaran ikan segera setelah ditangkapdapat diperpanjang dengan berbagai usaha
penanganan sebagai berikut :
a. Mengangkat ikan segera kegeladak setelah tertangkap, membunuh secara cepat
dengan merusak bagian kepala (Medule Oblingata) tanpa ikan meronta-ronta lebih
lama melalukan pendarahan sempurna dan kemudian mencuci dengan air bersih
untuk menghilangkan kotoran, lendir,darah dan bakteri pada permukaan tubuhnya.
b. Membuang isi perut, insang dan lendir permukaan sebagai tempat pemustan bakteri
dan kemudian mencucinya dengan air bersih.
c. Menurunkan suhu pusat ikan se-awal mungkin terutama pada saat ikan berada dalam
tahap pre-rigor atau rigor mortis hingga mencapai suhu dingin (sekitar 0ºC) atau suhu
beku ( sekitar -18ºC) dan kemudian mempertahankan suhu pusat tersebut selamatahap-tahap penaganan selanjutnyahingga saatnya tiba dikonsumen. Perlakuan seperti
diatas yang dilakukan terhadap ikan yang telah berada dalam tahap post-rigor adalah
tidak banyak manfaatnya lagi dalam usaha memperpanjang mutu kesegaran ikan.
d. Penanganan terhadap bahan mentah ikan pada setiap tempat dan setip saat harus
dilalaukan dengan cepat, tepat, cermat tanpa menimbulkan kerusakan fisik (luka,
babak belur dll) dan selalu dalam suasana bersih(tempat bekerja, peralatan maupun
bahan pembantu yang digunakan misal : es, air dll).
4.1 Kecepatan Penurunan Kesegaran Ikan
Olehk arena itu adalah suatub produk yang cepat mengalami pembusukan., terutama
oleh sifatnya sebagai produk biologis yang sangat dipengaruhi oleh suhu, maka jelasnya
bahwa mutu kesegaran adalah sesuatu yang sangat labil sifatnya. Kecepatan penurunan mutu
kesegaran ikan dipengaruhi oleh suhu, maka jelasnya bahwa mutu kasegaran ikan dipengaruhi
pula beberapa factor antara lain :
a. Faktor biologis, meliputi jenis ikan, ukuran, tingkat kematangan sex, perutnyakenyang makanan atau tidak, jenis makanan dll.
b. Faktor lingkungan, meliputi suhu air laut, suhu udara, kebersihan tempat bekerja,
peralatan penaganan, bahan pembantu, orang yang bekerja, lingkungan perairan
dll.
c. Faktor penangkapan, meliputi jenis alat tangkap dimana menimbulkan cara
kematian yang berbeda, interval waktu antara pelepasan dan penarikan alat
tangkap dari air,lama trip penangkapan dll.
d. Faktor penaganan di laut meliputi :
22
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 23/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
1. Apakah dilakukan sortasi (jenis ukuran), preparasi pendahuluan (utuh,
buang isi perut, insang, fillet dll)dan pencucian (bagaimanakah mutu dan
suhu air pencuci) terhadap hasil tangkapan.
2. Sebelum ikan diawet dengan pendingin atau pembekuan apakah suhu
pusatnya telah terlebih dahulu diturunkan (sekitar 0ºC ) seawal dan secepat
mungkin.
3. Apabila diawetkan dengan penedinginan, bagaimanakah tehnik pendinginan
yang digunakan. Apakah dengan es hancuran, udara dingin atau dalam air
laut dingin.
4. Apabila didinginkan dengan es hancuran atau udara dingin, bagaimanakah
cara penyusunan ikan dalam ruang palka. Apakah dengan carapenumpukan tinggi dalam ruangan (bulking), dengan sekat-sekat (selving)
atau dalam peti (boxing).
5. Apabila dibekukan, bagaimanakah teknik pembekuan dan penyimpanan
beku dilakukan dalam hubungannya dengan type produk, suhu dan waktu.
6. Bagaimanakah kondisi insulasi dari dinding ruangan penyimpanan dingin
(palka) dan bagaimana konstruksi dan kondisi dari peralatan penaganan,
apakah dapat menjamin kecepatan, ketepatan dan kebersihan kerja.
e. Faktor penanganan didarat meliputi tehnik pembongkaran dikapal, praktek
pelelangan, perlakuan pendahuluan sebelum pengangkutan, cara pengangkutan ke
pabrik pengolahan / pusat distribusi/pusat konsumsi, bagaimana cara penyimpanan
sementara di pabrik pengolahan/pusat distribusi/pusat konsumsi dan bagaimana
cara pengencerannya selama pemasaran. Khususnya bagi bahan mentah yang
diterima dalam keadaan beku, bagaimanakah cara pelelehan dilakukan sebelum
perlakuan pengolahan lebih lanjut.
f. Hubungan antara waktu dan suhu, yang dimaksud adalah berapa lama waktu
berjalan dan bagaimanakah perubahan suhu yang teklah dialami ikan selama tahap
penangan, dari sejak ia diangkat dari air hingga saaatnya dinilai tingkat
kesegarannya oleh konsumen.
4.2 Pemeriksaan Kesegaran Ikan
Ikan yang telah busuk bukan saja tidak enak, tetapi juga dpat membahayakan
kesehatan bila dimakan. Oleh karena itu, kita harus memperhatikan mutu ikan yang hendak
dimakan. Pemriksaan mutu dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
23
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 24/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
1. Pemeriksaan organoleptik atau sensorik.
2. Pemeriksaan di laboratorium (secara fisik, kimia, dan makro biologis)
3. Mempergunakan alat-alat seperti freshness measure, elektrik freshness tester.
Cara organolepti adalah cara penilaian dengan hanya mempergunakan indra manusia,
sehingga cara organoleptik dapat juga disebut cara sensorik. Cara ini sangat cepat, murah dan
praktis untuk dikerjakan, tetapi ketelitiannya sangat tergantung pada tingkat kepandaian orang
yang melaksanakannya. Jadi, cara pemeriksaaan organoleptik bersifat subyektif.
Berbeda dari pemeriksaan laboratorium yang memerlukan banyak waktu dan biaya, cara
organoleptik relatif murah dan cepat. Dengan metode ini, secara kasar ikan yang busuk dapat
dibedakan dari ikan segar dengan melihat tanda-tanda pada tubuh ikan.
Lembar Penilaian Ikan Segar
Sasaran
Pengamatan Keadaan Nilai
Nilai
contohMata Sangat besar, biji mata cembung hitam, kornea jernih 5
Agak tenggelam, biji mata kelabu, warna kornea agak 3
24
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 25/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
keruh
Tenggelam, biji mata putih susu, kornea keruh 2
Biji mata tenggelam total 0
Insang
Warna merah cerah, tidak berllendir akibat bakteri 5
Warna sedikit memucat, sedikit berlendir 3
Warna banyak berubah, lendir banyak 2
Warna sangat pucat, lendir sangat banyak 0
Dindingperut
Perut utuh, tidak ada perubaham warna pada dindingperut 5
Dinding perut sedikit berubah warna, dan menjadi agaklunak 3
Dinding perut sedikit berubah warna, dan menjadi agaklunak 2
Dinding perut berubah warna secara total, dan sangatlembek 0
Daging
Kenyal, elastis terhadap tekanan jari 5
Sedikt lunak 3
Lebih lunak, sisik mudah lepas 2
Sangat lembek, jika ditekan dengan jari, bekasnya tidakhilang 0
Bau danRasa
Segar, rasa manis yang khas dari species yangbersangkutan 5
Rasa netral, rasa khas hilang 4
Rasa hambar 3
Rasa tidak enak, asam, tengik, berbau amoniak(trimetil- amin) 2
Berbau busuk (hidrogen sulfida), menjijikan 0
Bau danRasaSesudahDirebus
Berbau seperti rumput laut segar 10
Bau segar hilang, netral 8
Bau lebih kuat 6
Berbau susu asam, rasa hambar atau sedikit pahit 4
Berbau amoniak, rasa pahit 2
Bau busuk kuat (hidrogen sulfida, indol) 0
Tekstur SesudahDirebus
Kenyal, warna alami 5
Kenyal, warna agak kekuning-kuningan 3
Lunak, hampir tidak dapat dimakan 2
Sangat lunak, tidak dapat dimakan 1
5. KONSEP MENGENAI MUTU IKAN
Ikan merupakan salah satu bahan makanan yang tak asing lagi bagi masyarakat
Indonesia. Bahan makanan ini merupakan sumber protein yang relatif murah, tetapi beberapa
jenis di antaranya adalah mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi untuk diekspor.Salah
25
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 26/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
satu kelemahan ikan sebagai bahan makanan ialah sifatnya yang mudah busuk setelah
ditangkap dan mati. Oleh karena itu, ikan perlu ditangani dengan baik agar tetap dalam kondisi
yang layak dikonsumsi oleh konsumen. Ini berarti bahwa mutu dari ikan tersebut harus tetap
dipertahankan.Mutu dapat diartikan sebagai “derajat kebaikan” menurut Kamus Besar Bahasa Inggris
Kontemporer Longman. Dalam konteks seafood, pengertian mutu yang digunakan adalah
sangat luas, mencakup seluruh masalah yang oleh konsumen secara sadar atau tidak
dianggap perlu. Ketika seseorang menilai mutu seafood, ataupun jenis makanan apapun, ia
harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
- komposisi seafood itu
- tingkat cemaran zat-zat yang tidak diinginkan
- nilai gizi
- tingkat kebusukan
- kerusakan
- kemunduran mutu selama pengolahan
- kondisi penyimpanan
- penyebaran
- penjualan dan penyajian kepada konsumen
- ancaman terhadap kesehatan
- kepuasan dalam pembelian dan konsumsi
- pertimbangan estesis
- rendemen dan keuntungan bagi produsen dan penyalur
Produk perikanan termasuk ikan segar, sejauh mungkin yang dapat dicapai adalah
dengan cara berproduksi yang baik, haruslah bebas dari bahan yang memberatkan, parasit
dan mikroorganisme yang membahayakan kesehatan manusia bebas cemaran atau
kontaminan, kimia dalam jumlah yang mungkin membahayakan kesehatan.
Tidak boleh mengandung senyawa beracun yang berasal dari mikroorganisme dalam jumlah
yang membahayakan kesehatan dan harus sesuai dengan persyaratan yang diajukan oleh
Codex Alimentaarius Commission, WHO/FAO, mengenai residu pestisida dan bahan tambahan
pangan (food additive) seperti yang termuat dalam daftar yang diizinkan bagi standar komoditi
Codex atau harus memenuhi persyaratan mengenai residu pestisida dan food additif di negeri
produk perikanan yang akan dijual.
Produk perikanan, termasuk hasil perikanan yang paling membusuk. Mengandalkan usaha
pada bidang komoditi yang paling cepat busuk adalah suatu pertaruhan yang mengandung
resiko yang lebih besar, tetapi kalau mampu mengatasi dan menangani masalah yang
dihadapi, keuntungan besar yang dapat diraih akan menanti didepan.
26
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 27/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
5.1. Jenis-Jenis Mutu
5.1.1.1Mutu Teknologis
Didalam menentukan mutu teknologis ikan sebagai bahan mentah hubungannya terhadap carapenanganan, pengolahan, permintaan pasar serta penyediaan sarana yang tepat, maka factor
yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Komposisi kimia, terutama kadar lemak disamping air, protein dan abu.
Kadar lemak tinggi akan menyulitkan dalam pengolahan dan penyimpanan, karena produk
akan cepat tengik akibat oksidasi lemak oleh udara.
b. Nilai gizi dari daging dan bagian-bagian organ lainnya yang berupa asam
amino essensial, vitamin, mineral dll. Perlu diketahui dalam hubungannya dengan
penanganan dan pengolahan yang bertujuan mempertahankan komponen gizi tertentudari produk yang dihasilkan, misalnya dalam ekstraksi vitamin A dari hati, insulin dari
pancreas, agar-agar dari rumput lautdll.
c. Sifat phisik dari tiap jenis ikan yang meliputi bentuk, ukuran, (panjang, dan
berat), berat per satuan volume, kapasitas panas yang dikandung, sifatnya terhadap
perlakuan panas dan listrikdll. Data-data ini sangat penting dalam menentukan teknik dan
sarana dalam penanganan, pengolahan, penyimpanan dan transportasi.
d. Komposisi berat yaitu perbandingan berat total satu individu ikan. Karena sifat-sifat dan
komposisi kimianya maka mungkin sekali organ-organ tersebut yang jumlahnya cukup
besar masih dapat digunakan untuk sesuatu tujuan pengolahan tertentu sehingga dapat
meningkatkan nilai ekonomisnya bahan mentah.
e. Terdapatnya kelainan dan perubahan pada rupa, warna, bau, rasa dan tekstur yang
memberatkan baik sebelum maupun selama pengolahan sehingga menghasilkan mutu
produk yang rendah, misalnya: greenish, flabby, atau jelly meat, spongy meat dll.
5.1.2 Mutu Kesehatan
Untuk mendapatkan produk olahan yang aman dan sehat, khususnya bagi konsumsi manusia,
maka terhadap bahan mentah ikan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Perlu diketahui flora bacteria asli dari ikan dimana pada bagian tubuh
biasanya terpusat pada bagian insang, isi perut dan selaput lendir (epidermis). Perbedaan
kuantitatif dan kualitatif flora bacteria tersebut sangat dipengaruhi oleh musim dan keadaan
geografis.
b. Adanya penyakit atau parasit yang mungkin membahayakan kesehatan
manusia
27
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 28/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
c. Terjadinya kontaminasi oleh bakteri patogen seperti Salmonella,
Shigella, Vibrio parahaemolitycus dll yang berasal dari lingkungan perairan, tempat bekerja
dan peralatan penanganan.
d. Terjadinya kontaminasi oleh logam-logam berat seperti mercury (Hg)dalam daging tuna, cucut dll. Dimana, secara akumulatif dapat membahayakan kesehatan
manusia.
e. Terjadinya kontaminasi oleh pestisida, herbisida dll dari lingkungan perairan akibat kegiatan
sector pertanian lainnya.
f. Terdapatnya racun yang secara alami memang sudah terkandung pada jenis-jenis ikan
tertentu misalnya : Ikan buntel, barrcaouta dll.
5.1..3 Mutu KesegaranBagi produk yang cepat busuk seperti hasil perikanan, maka mutu kesegaran adalah sangat
penting dan identik dengan nilai uang. Demikian pentingnya maka mutu kesegaran tersebut
sangat diperhatikan oleh berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan usaha perikanan,
misalnya : nelayan produsen, pedagang, pengolah, perencana, policy makers, konsumen dll.
Dalam menentukan langkah-langkah kegiatan dan kebijaksanaan secara cepat, cermat, dan
tepat. Dalam prinsip teknologi pengolahan dikatakan pula bahwa hanya dari bahan mentah
yang bermutu kesegaran tinggi akan dapat dihasilkan produk-produk olahan yang bermutu
tinggi pula.
Berdasarkan atas tahap tahap perubahan setelah ikan mati yaitu tahap pre rigor (tubuh ikan
kenyal dan lenting), rigor mortis (tubuh ikan kaku), dan tahap post rigor (tubuh ikan mulai
mengalami pelembekan, maka tingkatan mutu kesegaran ikan dapatlah digolongkan sebagai
berikut :
a. Berkondisi seperti ikan hidup, apabila ikan berada dalam tahap pre-rigor
b. Amat segar, apabila kondisi ikan masih berada dalam tahap pre rigor dan
rigor mortis
c. Segar, apabila kondisi ikan masih berada dalam tahap rigor mortis dan post
rigor
d. Kurang segar, apabila kondisi ikan berada dalam tahap post-rigor hingga
saatnya dinyatakan busuk sebagai makanan manusia.
Persyaratan Mutu Ikan Segar Dan Ikan Beku
Ikan segar dan ikan beku terutama untuk keperluan ekspor harus diolah di dalam unit
pengolahan dan telah memenuhi standard mutu yang ditetapkan.
Standard mutu adalah persyaratan produk yang memenuhi ketentuan spesifikasi teknis meliputi
identitas, higieni, kimiawi, keseragaman, mengenai ukuran, berat atau isi, jumlah, rupa, label
28
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 29/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
dan sebagainya yang dibakukan dan disusun berdasarkan konsesus semua pihak
sebagaimana dimaksud dalam keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 1989 tentang Dewan
Standarisasi Nasional, dengan memperhatikan syarat-syarat kesehatan, keselamatan,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta didasarkan pengalaman perkembanganmasa kini dan masa yang akan dating untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya serta
diakui oleh badan standardisasi yang berwenang.
Penetapan mutu ikan, didasarkan pada hasil pengujian laboratorium penguji sesuai dengan
ketentuan Instruksi Presiden ini. Untuk menjamin mutu ikan diperlukan persyaratan teknis yang
meliputi:
a. penanganan ikan
b. unit pengolahan
c. produk akhir d. pengemasan, penyimpanan, pengangkutan dan distribusi.
Untuk mempertahankan mutu pada proses pengangkutan harus memenuhi ketentuan-
ketentuan berikut:
- suhu dan kondisi lainnya harus dipertahankan agar suhu pada pusat produk konstan
selama distribusi (penyimpanan, pengangkutan, dan pengenceran). Khusus pada ikan
basah suhu pada suhu pusat produk 0° C.
- produk dingin selama produksi dan distribusi harus dilindungi dari penularan
(kontaminasi) oleh bakteri, kapang, senyawa kimiawi dan kotoran lainnya yang berasal
dari air, es dan lain-lain bahan dari luar yang dapat membahayakan manusia, juga
dilindungi dari gangguan serangga, lalat, kecoa dan lain-lain.
- Selama distribusi produk harus ditangani dan diperlakukan dengan cermat, hati-hati dan
cepat. Semua sarana harus memenuhi persyaratan sanitasi, demikian juga
pemeliharaannya.
5.1..4 Mutu intrinsic
Mutu instrinsik adalah semua hal yang ada secara alami pada bahan mentah yang diperoleh.
Hal ini dipengaruhi oleh:
- Jenis ikan
Tingkat kebusukan ataupun kemunduran mutu tergantung pada jenis ikan antara lain
ikan berlemak dan ikan kurus.
- Ukuran
Semakin besar ukuran semakin mahal harganya.
- Jenis kelamin
29
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 30/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
Betina yang sedang memijah berharga lebih mahal karena telurnya.
- Kondisi, komposisi dan musim
Ikan yang ditangkap saat tidak makan ataupun selama memijah dan pasca memijah
menghasilkan produk yang bermutu rendah. “Pecah perut” ditemukan pada ikan yangditangkap saat sedang makan banyak karena enzim pencernaannya yang tengah giat
bekerja.
- Parasit dan organisme lain
Termasuk didalamnya protozoa, cacing pipih, cacing gelang, udang-udangan,jamur dan
bakteri. Parasit-parasit ini dimusnahkan selama proses pembekuan atau melalui
pemasakan.
- Ikan beracun alami
Contohnya racun ciguatera, ikan puffer, atau racun tetradotoxin, dan racun kerang
paralitis.
- Pencemaran oleh polutan
a. pencemaran logam berat seperti air raksa, kadmium, timah dan selenium.
b. Unsur-unsur seperti seng dan tembaga yang menimbulkan aroma logam
yang tidak sedap dan timbulnya warna kehijauan.
c. Zat-zat kimia organis seperti DDT, PCBs, aldrin dan dieldrin dari sumber-
sumber pertanian.
d. Isotop-isotop radioaktif seperti kalsium dari kebocoran reactor nuklir.
e. Mikroorganisme.
- Tempat hidup
Ikan mendapatkan cemaran dari tempat hidupnya, dan terkadang daging ikan menjadi
berubah rasanya.
- Perilaku makan
Kerang-kerangan yang merupakan filter feeder cenderung menumpuk cemaran didalam
usus dan jaringan dagingnya antara lain hepatitis.
5.2 . Pengawasan mutu
Pengawasan mutu barang-barang untuk keperluan ekspor dilakukan agar setiap partai barang
yang akan diekspor telah memenuhi persyaratan-persyaratan mutu yang tercantum dalam
standar perdagangan yang telah ditetapkan oleh Menteri Perdagangan. Untuk keperluan
tersebut maka setiap partai barang yang diekspor wajib disertai Sertifikat Mutu (Certificate of
Quality).Sertifikat mutu dibuat dibuat berdasarkan hasil analisa dari contoh barang yang diambil
di gudang eksportir dari partai barang yang akan diekspor dengan persyaratan pengambilan
contoh sesuai dengan yang tercantum pada standar mutu barang-barang ekspor. Pada
prinsipnya contoh yang diambil harus dapat mewakili partai barang secara keseluruhan, karena
30
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 31/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
itu ketentuan mengenai besarnya contoh yang diambil disesuaikan dengan jenis barangnya.
Pengambilan contoh dilaksanakan oleh Badan Pengambil Contoh yang telah ditunjuk oleh
Departemen Perdagangan sedangkan Sertifikat Mutu dikeluarkan oleh Laboratorium Penguji
Mutu.
Sertifikat Mutu adalah dokumen yang menyatakan bahwa sesuatu partai barang ekspor telah
memenuhi suatu persyaratan standar mutu yang berlaku. Tanggung jawab eksportir, Badan
Pengambil Contoh serta Laboratorium Penguji Mutu terhadap Sertifikat Mutu dicerminkan
dalam bentuk kolom pertama yang disahkan oleh pihak eksportir, kolom kedua oleh Badan
Pengambil Contoh dan kolom ketiga oleh Laboratorium Penguji Mutu. Dasar pengeluaran
Sertifikat Mutu tersebut adalah hasil pengujian contoh uji yang dilakukan oleh pihak
Laboratorium Penguji Mutu. Sertifikat Mutu digunakan oleh eksportir sebagai dokumenPendamping untuk keperluan fiat muat dengan pihak Bea dan Cukai serta untuk pihak pembeli
di luar negeri. Prosedur pengeluaran Sertifikat Mutu (SM) adalah sebagai berikut:
o Pada saat akan melakukan ekspor, eksportir mengajukan permintaan blanko Sertifikat
Mutu kepada Laboratorium Penguji Mutu.
o Setelah blanko Sertifikat Mutu tersebut disampaikan kepada eksportir, kemudian eksportir
mengajukan permintaan pengambialan contoh kepada Badan Pengambil Contoh.
o Badan Pengambil Contoh melaksanakan pengambilan contoh dan mengambil Sertifikat
Mutu yang telah diisi oleh Eksportir.
o Badan Pengambil Contoh mengirimkan contoh yang telah diambil digudang eksportir ke
Laboratorium Penguji Mutu untuk dianaliasa beserta Sertifikat Mutu yang telah diisi oleh
eksportir dan Badan Pengambil Contoh.
o Setelah conoh dianalisa dan telah memenuhi persyaratan-persyaratan mutu yang
tercantum dalam Standar Perdagangan, Laboratorium penguji Mutu menyampaikan
Sertifikat mutu kepada eksportir sebagai dokumen pendamping untuk flat muat dengan
pihak Bea dan Cukai untuk disampaikan kepada pembeli di luar negeri.
5.3 Cara-Cara Pengawasan Mutu
Metode Kimia dan Biokimia
Metode kimia dan biokimia yang akan disampaikan terbatas pada tujuan pengukuran
kerusakan ikan pada kondisi didinginkan. Rincian dari tiap-tiap pengujian dapat diperoleh
dalam buku “Laboratory Manual on Analytical Methods and Procedures for fish and Fish
Products” yang diterbitkan oleh Departemen Penelitian Perikanan Laut, Pusat PengembanganPerikanan Asia Tenggara, Singapura.
31
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 32/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
Pada prinsipnya metode-metode ini dapat diterapkan pada ikan beku, kering, ataupaun ikan
kalengan. Ciri-ciri biaokimia digunakan untuk menentukan hal-hal sebagai berikut:
•Degradasi nukleotida
Indeks nilai-K digunakan untuk menentukan tingkat degradasi adenosin trifosfat (ATP)
menjadi hipoksantin (Hx). Hal ini dinyatakan dalam bentuk persentase perbandingan jumlah
total inosin dan hipoksantin yang dihasilkan seluruh nukleotida (dari ATP menjadi Hx) yang
ada. Hal ini merupakan pengukuran kesegaran enzimatis dan ditentukan dengan
kromatografi pertukaran anion.
Semakin tinggi nilai-K, semakin buruk mutu ikan. Untuk ikan tropis yang di-es, ikan yang
baru mati memiliki nilai-K kurang dari 5%. Pada tahap awal penguraian ATP, ketika IMP
terakumulasi, ikan yang dimasak cenderung terasa lebih enak. Meskipun demikian, ketika
pembusukan terus berlanjut, dengan peningkatan kadar hipoksantin, rasa pahit dapat timbul
pada daging.
Pada batas daya awetnya selama penyimpanan dingin, bandeng laut (Lates calcarifer),
memiliki nilai-K 28%, ikan grouper (Ephinepelus tauvina), kakap bakau (Lutjanus johnii)
28%. Ikan-ikan tersebut merupakan ikan-ikan hasil budidaya yang diperoleh dalam keadaan
hidup dari tambak dan segera di-es setelah mati dalam air es. Untuk ikan yang diperoleh
dari pasar, misalnya bawal Cina (Pampus Chinensis) memiliki nilai-K 24% dan bawal putih
(Pampus argenteus) 39% jika ikan-ikan tersebut memiliki mutu dibawah standar.
Perubahan ATP
ATP ADP AMP IMP Linosin Hypoxantin
• Senyawa-senyawa amina
Ikan laut memiliki kandungan trimetilamin oksida (TMAO). TMAO tersebar secara tidak
merata di dalam tubuh ikan. Biasanya ikan berdaging putih (domersal dan non-migratif)
memiliki kandungan TMAO yang lebih tinggi, dan TMAO ditemukan lebih banyak dalam
daging biasa daripada dalam bagian daging merah. Pada ikan berdaging merah (pelagis
dan migratif) kandungan TMAO biasanya lebih rendah dan ditemukan lebih banyak dalam
bagian yang berdaging merah.
TMAO dipecahkan menjadi trimetilamin (TMA) dan turunannya (basa-basa volatile dan
formaldehyde) oleh enzim bakteri selama pembusukan. Oleh karena itu seseorang dapat
menguji trimetilamin-nitrogen (TMA-N) dan basa nitrogen volatile total(VB-N) sebagai
32
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 33/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
parameter yang mencerminkan pembusukan akibat aktivitas bakteri. Peningkatan kadar
basa volatile total pada ikan biasanya disertai dengan timbulnya aroma yang amis.
Untuk jenis ikan yang tidak banyak bergerak, batas ekstrem ikan utuh yang didinginkandapat dianggap terlalu buruk untuk diolah lebih lanjut. TMA-N-nya bernilai 10 hingga 15
mgN/100g dan VB-N 35 hingga 40 mgN/100g. meskipun demikian ikan tropis yang
didinginkan biasanya memiliki kadar TMA-N yang jauh lebih rendah (sekitar 1.5
mgN/100g) dan seringkali TMA-N tidak terdeteksi sama sekali (atau kurang dari 0.5
mgN/100g), ketika ikan-ikan tersebut dianggap memiliki kualitas yang tidak dapat diterima.
Pada batas daya awetnya, ikan tropis yang didinginkan biasanya memiliki kadar VB-N
sekitar 15 mgN/100g atau lebih.
Perubahan Kimiawi TMAO Ikan
CH3 CH3
Bakteriologis
CH3 N O CH3 N
CH3 CH3
(TMAO) (TMA berbau tidak enak)
CH3 H
N + C = O
CH3 H
(DMA) (formaldehid)
• Kerusakan lemak
Lemak pada ikan diuraikan melalui hidrolisis atau oksidasi. Dalam hidrolisis, lemak
diuraikan oleh enzim (lipase) menjadi gliserol dan asam lemak bebas. Asam lemak bebas
33
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 34/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
yang terbentuk dianalisa dan menunjukkan nilai asam dari contoh. Semakin tinggi nilai
asam semakin tinggi tingkat hidrolisis yang terjadi pada lemak ikan.
Lemak ikan bergabung secara fisik dengan oksigen di udara dan membentuk peroksida.Proses ini dikenal sebagai oksidasi lemak. Ketengikan oksidatif merupakan hasil dari
proses ketengikan akibat oksidasi lemak ikan. Dua pengujian digunakan untuk mengukur
tingkat ketengikan oksidatif yaitu nilai peroksida (PV) dan angka asam tiobarbiturat (No.
TBA). Secara umum ikan laut tropis yang didinginkan ketika nilai PV berkisar antara 10-20
meq/kg dan /atau nomor TBA berkisar 1-2, bau tengik dapat tercium. Sebagian besar ikan
laut tropis bersifat lebih sedikit kandungan lemaknya dengan kandungan total lemak kurang
dari 10%, biasanya kurang dari 5%, sehingga oksidasi lemak tidak berpengaruh serius
terhadap ikan yang di-es.
Reaksi Hidrolisa
CH3 O C = O CH2OH
R
CH2 O C = O + H2O CH2OH + 3R C = O
R Hidrolisa
CH3 O C = O CH2OH R
R
(Minyak) (Gliserol) (asam minyak)
• Denaturasi protein
Ketika ikan mulai membusuk protein dalam jaringan otot terdenaturasi dan terurai. Hal
ini menimbulkan penurunan kemampuan pengikatan air pada daging, dan
mengakibatkan tekstur yang buruk. Perubahan-perubahan pada protein dapat diamati
melalui pengukuran perubahan pada protein nitrogen total, protein nitrogen yang larut
air, protein nitrogen yang larut air dan tingkat protein stroma.
7.2 Penilaian Ikan Secara Organoleptik
34
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 35/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
Caranya dengan menggunakan kelima indranya yaitu
penglihatan, penciuman, perasa, peraba, dan pendengaran. Dengan menggabungkan
indera-indera ini dan dengan memahami perubahan mutu pada ikan, seseorang dapat
melaksanakan pengujian terhadap mutu produk. Cara ini merupakan cara yang penting, dan tergantung pada
pengalaman
Cara ini sederhana dan mudah dilakukan tetapi kurang
objektif
Penilaian ikan mentah utuh
Ikan mentah biasanya diperiksa penampakan, bau, dan teksturnya. Dalam menguji ikan,
penguji memperhatikan hal-hal berikut:
- Mata
- Bentuk, kejernihan, warna dan keberadaan darah
- Insang
- Warna insang, warna dan kebanyakan lendir serta bau insang
- Permukaan tubuh
Bau permukaan tubuh beserta lubang-lubang yang ada
- Daging
Warna, bau, keutuhan atau kekenyalan daging terhadap sentuhan,
kecerahan potongan permukaan, dan keberadaan serta ukuran gumpalan
darah.
Dinding perut
- Warna, bau, kilauan, keberadaan warna akibat empedu dan kerusakan fisis
pada dinding seperti “perut hangus” dan “pecah perut”
- Usus
Bau, penampakan dan keutuhan
- Tetesan
umlah dan warna tetesan yang keluar dari tubuh.
Penilaian terhadap ikan matang
Tersedia banyak jenis pengujian tergantung kebutuhan. Pengujian ini melibatkan
penggunaan panca indera manusia untuk mengukur mutu yaitu penglihatan, penciuman
dan pendengaran. Hal ini merupakan cara yang lebih baik karena konsumen
menggunakan cara yang sama untuk menilai mutu, dan sebaiknya digunakan untuk
memperkuat data-data kimia. Uji organoleptik melibatkan sekelompok penilai yangdisebut panelis. Contoh biasanya di uji dalam hal penampakan, rasa dan teksturnya.
35
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 36/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
Kelengkapan dasar pengujian organoleptik yang diperlukan meliputi areal penyiapan
makanan, areal pertemuan, dan kamar-kamar pengujian.
Areal penyiapan makanan
Pada dasarnya merupakan sebuah dapur yang berada di dekat kamar-kamar
pengujian dengan bak-bak pencucian dan lokasi kerja yang memadai untuk
mempersiapkan contoh. Kipas pengeluaran udara dan cerobong asap harus
disesuaikan dengan alur keluarnya aroma dari makanan menuju ke arah luar dapur
dan jauh dari kamar-kamar pengujian. Dapur harus dilengkapi dengan alat-alat
penting yang diperlukan seperti gelas atau cangkir pemuangan, pisau dan sendok
makan yang memadai, alat-alat tanah liat, tisu, ketel, oven atau penghangat makanan
untuk menjaga makanan tetap hangat, oven microwave, penggorengan, pengukus,
lemari es, tong sampah, dan lemari penyimpanan yang cukup. Harus tersedia pula
meja saji di dalam dapur yang berada di sebelah kamar-kamar pengujian untuk
mempermudah para panelis selama pengujian.
Kamar-kamar pengujian
Merupakan suatu ruangan yang dapat menampung 5 hingga 10 kamar pengujian
tergantung luasan yang tersedia. Kamar-kamar sebaiknya berwarna abu-abu netral
dan sesuai dengan sinar matahari. Jika diperlukan, cahaya berwarna dapat digunakan
pula untuk menutupi warna dari makanan yang diberi pewarna. Tiap-tiap kamar harus
dilengkapi dengan bak pencucian kecil untuk mencuci dan cangkir pembuangan
sebagai tempat sampah. Kamar-kamar sebaiknya benar-benar terpisah satu sama
lain untuk mencegah terjadinya diskusi antar panelis. Kursinya haruslah senyaman
mungkin dan dapat diatur untuk memenuhi keinginan tiap anggota panelis yang
berbeda. Ruangannya harus dilengkapi penyejuk udara untuk menjaga tempat itu
tetap nyaman dan sejuk dan system penyejuk udara ini harus lah hanya
memungkinkan terjadinya aliran udara dingin dalam satu arah saja, misalnya masuk
dan keluar melalui dapur. Hal ini akan membantu mencegah udara masuk dari dapur. Ruang pertemuan panelis
Ruang ini bersama-sama dengan kamar-kamar pengujian dapat ditempatkan dalam
ruangan yang sama. Ruang pertemuan panelis harus memiliki sebuah papan tulis,
sebuah meja bundar yang mampu menampung 8 hingga 10 orang panelis dilengkapi
dengan kursi-kursi yang nyaman. Ruangan ini juga harus mendapatkan penerangan
yang cukup dari sinar matahari dan memiliki penyejuk udara yang sama dengan
kamar-kamar pengujian yang membutuhkan diskusi di meja bundar dan bagi
koordinator pengujian untuk membahas hasil pengujian mereka kepada para panelis
36
5/8/2018 MANAJEMEN MUTU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-mutu-559abf06bfa7a 37/37
Manajemen Mutu Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
Para panelis harus diberikan penyegaran atau pembekalan ulang setelah setiap jenis pengujian
dilakukan untuk mendorong mereka agar tetap menjadi bagian tim pengujian. Para panelis
dapat pula dibawa keliling untuk lebih mengenal fassilitas-fasilitas yang ada, yang dijelaskan
secara ringkas dan jelas pada formulir isian, hindari makan, minum atau merokok paling tidak30 menit sebelum pengujian dilaksanakan. Minum air putih tawar tetap diperbolehkan. Panelis
dapat disaring untuk memilih siapa diantara mereka yang memiliki ketajaman dalam pengujian
makanan untuk diikutsertakan sebagai panelis ahli.
Hasil yang diperoleh kemudian dianalisa dengan metode statistika dan dapat disajikan dalam
bentuk grafik. Contoh dari score sheet pengujian dan grafik hasil pengujian organoleptik dari
ikan mentah dan matang ditunjukkan melalui table dan gambar yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah, Rabiatul. 2008. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Afrianto E. dan E. Liviawati, 1993 Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisisus, Jakarta
Hadiwiyoto, S. 1993. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Liberty. Yogyakarta
.SNI 01-27291-1992 Persyaratan Bahan Baku Ikan Segar Dewan Standarisasi Nasional
Jakarta 1992
SNI 01-2729-1992 Ikan Segar Dewan Standarisasi Nasional Jakarta 1992
Ilyas, S. 1983. Teknologi Refrigerasi Hasil Perikanan Jilid II. Teknik pembekuan Ikan. CV.
Paripurna. Jakarta.
37