23
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Definisi Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella thypii ( Arief Mansjoer, 2000). Tifus abdominalis merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella thypii, yang ditularkan melalui makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella thypii (Hidayat, 2006). Menurut Nursalam et al . (2008), demam tipoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh Salmonella thypii dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada  pencernaan dan gangguan kesadaran yang ditularkan melalui makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella thypii. 2.2. Epidemologi  Di beberapa negara penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan, termasuk di Indonesia. Indonesia dan sebagian besar Asia Selatan merupakan daerah endemik Demam Tifoid. Anak-anak prasekolah dan yang berusia 5-19 tahun seringkali menjadi penderita penyakit ini akibat perilaku jajan sembarangan yang makanan maupun minuman yang dikonsumsi tidak tejamin kebersihannya. Demam tifoid terjadi pada 16-33 juta manusia setiap tahunnya, dengan meninggal sebanyak 500.000. Sedangkan, dalam referensi lain mengatakan bahwa diperkirakan angka kejadian penyakit ini mencapai 13-17 juta kasus di seluruh dunia dengan angka kematian mencapai 600.000 jiwa per tahun. Daerah endemiknya tersebar di  berbagai benua, mulai dari Asia, Afrika, Amerika Selatan, Karibia, hingga

BAB II (Repaired)

Embed Size (px)

Citation preview

A

BAB IITINJAUAN TEORI

1. 2. 2.1. DefinisiTyphoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella thypii ( Arief Mansjoer, 2000).Tifus abdominalis merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella thypii, yang ditularkan melalui makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella thypii (Hidayat, 2006).Menurut Nursalam et al. (2008), demam tipoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran.Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh Salmonella thypii dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran yang ditularkan melalui makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella thypii.

2.2. EpidemologiDi beberapa negara penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan, termasuk di Indonesia. Indonesia dan sebagian besar Asia Selatan merupakan daerah endemik Demam Tifoid. Anak-anak prasekolah dan yang berusia 5-19 tahun seringkali menjadi penderita penyakit ini akibat perilaku jajan sembarangan yang makanan maupun minuman yang dikonsumsi tidak tejamin kebersihannya. Demam tifoid terjadi pada 16-33 juta manusia setiap tahunnya, dengan meninggal sebanyak 500.000.Sedangkan, dalam referensi lain mengatakan bahwa diperkirakan angka kejadian penyakit ini mencapai 13-17 juta kasus di seluruh dunia dengan angka kematian mencapai 600.000 jiwa per tahun. Daerah endemiknya tersebar di berbagai benua, mulai dari Asia, Afrika, Amerika Selatan, Karibia, hingga Oceania. 80% kasus ditemukan di negara-negara berkembang, seperti Bangladesh, LAOS, Nepal, Pakistan, India, Vietnam, dan Indonesia. Di Indonesia, mayoritas penderitanya adalah kelompok umur 3-19 tahun (91%) (WHO, 2003).Di Indonesia, Kabupaten Sumba Barat Daya adalah salah satu daerah endemic tifoid dengan angka kesakitan diperkirakan mencapai 725/100.000 penduduk per tahun. Angka tersebut melebihi angka kesakitan rata-rata kejadian demam tifoid di daerah pedesaan Indonesia (385/100.000 penduduk) bahkan mendekati angka kesakitan untuk penduduk perkotaan (810/100.000 penduduk).

2.3. Etiologi Penyebab typhoid adalah Salmonella thypii. Salmonella para typhi A, B dan C. Ada dua sumber penularan Salmonella thypii yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi Salmonella thypii dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.Salmonella Thyposa merupakan basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora. Di Indonesia, thypoid terdapat dalam keadaan endemik. Pasien anak yang ditemukan berumur di atas satu tahun. Sebagian besar pasien yang dirawat dibagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Jakarta berumur diatas 5 tahun (Ngastiyah 2005).

2.4. PatofisiologiPenularan Salmonella thypii dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman Salmonella thypii kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman Salmonella thypii masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Salmonella thyposa masuk melaui saluran pencernaan kemudian masuk ke lambung. Basil akan masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limfoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu ke organ terutama hati dan limpa serta berkembangbiak sehingga organ-organ tersebut membesar (Ngastiyah 2005). Semula klien merasa demam akibat endotoksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan di sebabkan oleh kelainan pada usus halus. Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks payers. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plak pyeri (Suriadi 2006).

3.

Salmonella ThyposaPathway

Saluran pencernaan

Peristaltik ususMerangsang pusat muntah di medulla oblongataSSPUsus halusOtakNapas berbau tidak sedapLidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue)Defisit Perawatan Diri (Oral hygine)Bedrest TotalKelemahan Gg. Pemenuhan NutrisiAnoreksia Muntah Mual Hipertermia Suhu Tubuh Gg. Rasa nyaman nyeri kepalaNyeri kepalaGg. Rasa nyaman nyeri perutPelepasan mediator inflamasiBibir kering dan pecah-pecahDehidrasiDefisit volume cairan dan elektrolitKekurangan cairan dan elektrolit Kel. Limfoid Usus HalusMasuk retikuloendotelialSeluruh TubuhAliran darah Jaringan limfoidDimusnahkan oleh lambungLolos dari asam lambungNyeri perabaan kuadran atasPembesaran hati dan limfaMasuk limfa dan hati Diare Konstipasi Peristaltik ususMotilitas usus tergangguUlkus di Plak PyeriNekrosis usus halusMengeluarkan endotoksinJaringan limfoidSalmonella Thyposa 3.1. Manifestasi Klinik Masa inkubasi typhoid 10-20 hari. Klien biasanya mengeluh nyeri kepala dan terlihat lemah dan lesu disertai demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama peningkatan suhu tubuh naik turun. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat dan pada minggu ketiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali normal. Pada gangguan di saluran pencernaan, terdapat napas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue) , ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limfa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya terjadi konstipasi tetapi juga terdapat diare atau normal menurut Ngastiyah (2005). Umumnya klien mengalami penurunan kesadaran yaitu apatis sampai somnolent, jarang terjadi stupor, koma, atau gelisah kecuali terjadi penyakit berat dan terlambat mendapatkan pengobatan.

3.2. Pemeriksaan DiagnostikMenurut Suryadi (2006) pemeriksaan pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari:1. Pemeriksaan leukositDi dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.

2. Pemeriksaan SGOT DAN SGPTSGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.3. Biakan darahBila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor:

a. Teknik pemeriksaan LaboratoriumHasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.b. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakitBiakan darah terhadap Salmonella thypii terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.c. Vaksinasi di masa lampauVaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.d. Pengobatan dengan obat anti mikroba.Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.4. Uji WidalUji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella thypii terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh Salmonella thypii, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).c. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.5. Pemeriksaan Tubex Pemeriksaan yang dapat dijadikan alternatif untuk mendeteksi penyakit demam tifoid lebih dini adalah mendeteksi antigen spesifik dari kuman Salmonella (lipopolisakarida O9) melalui pemeriksaan IgM Anti Salmonella (Tubex TF). Pemeriksaan ini lebih spesifik, lebih sensitif, dan lebih praktis untuk deteksi dini infeksi akibat kuman Salmonella thypii. Keunggulan pemeriksaan Tubox TF antara lain bisa mendeteksi secara dini infeksi akut akibat Salmonella thypii, karena antibody IgM muncul pada hari ke 3 terjadinya demam. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan ini mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap kuman Salmonella (lebih dari 95%). Keunggulan lain hanya dibutuhkan sampel darah sedikit, dan hasil dapat diperoleh lebih cepat, Anon1 (2010).

3.3. Penatalaksanaan Medis Pasien yang di rawat dengan diagnosis observasi tifus abdominalis harus dianggap dan diperlakukan langsung sebagai pasien tifus abdominalis dan di berikan perawatan sebagai berikut:1. Perawatan Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam hilang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya kondisi bila ada komplikasi perdarahan.2. Diet Makanan mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang kerja usus dan tidak mengandung gas, dapat diberikan susu 2 gelas sehari Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.3. Obat-obatanObat-obat yang dapat di berikan pada anak dengan thypoid yaitu : Klorampenikol dengan dosis tinggi, yaitu 100mg/kgBB/hari (maksimum) 2 gram/hari, diberikan peroral atau intravena. Pemberian kloramfenikol dengan dosis tinggi tersebut mempersingkat waktu perawatan dan mencegah relaps. Efek negatifnya adalah mungkin pembentulan zat anti berkurang karena basil terlalu cepat di musnahkan. Dapat juga diberikan Tiampenikol, Kotrimoxazol, Amoxilin dan ampicillin disesuaikan dengan keluhan anak. Kloramfenikol digunakan untuk memusnahkan dan menghentikan penyebaran kuman. Diberikan sebagai pilihan utama untuk mengobati demam thypoid di Indonesia. Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya. Bila terjadi dehidrasi dan asidosis diberikan cairan intravena.

3.4. KomplikasiPerdarahan usus, peritonitis, meningitis, kolesistitis, ensefalopati, bronkopneumonia, hepatitis. (Arif mansjoer & Suprohaitan 2000).Perforasi usus terjadi pada 0,5-3% dan perdarahan berat pada 1-10% penderita demam tifoid. Kebanyakan komplikasi terjadi selama stadium ke-2 penyakit dan umumnya didahului oleh penurunan suhu tubuh dan tekanan darah serta kenaikan denyut jantung.Pneumonia sering ditemukan selama stadium ke-2 penyakit, tetapi seringkali sebagai akibat superinfeksi oleh organisme lain selain Salmonella. Pielonefritis, endokarditis, meningitis, osteomielitis dan arthritis septik jarang terjadi pada hospes normal. Arthritis septik dan osteomielitis lebih sering terjadi pada penderita hemoglobinopati. (Behrman Richard, 1992)

3.5. Pencegahan Menurut Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (2006), ada 3 strategi pokok untuk memutuskan transmisi thypoid yaitu: Identifikasi dan eradikasi Salmonella thypii baik pada kasus demam thypoid maupun pada kasus carrier thypoid. Pencegahan transmisi langsung dari pasien terinfeksi Salmonella thypii akut maupun carrier. Proteksi pada orang yang beresiko terinfeksi. Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipasteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas karena akan memperberat kerja usus dan pemberian vaksin.

3.6. Tumbuh kembang anak usia 6-12 TahunPertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel. Pertambahan berat badan 2 4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah mulai mengembangkan cirri sex sekundernya.Perkembangan menitik beratkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan sosial dan emosi.a. Motorik kasar1) Loncat tali2) Badminton3) Memukul4) motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara bertahap meningkatkan irama dan keleluasaan.b. Motorik halus1) Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan2) Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan bermain alat musik.c. Kognitif1) Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi2) Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah3) Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak awal4) Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datangd. Bahasa1) Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak2) Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan, kata penghubung dan kata depan3) Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal4) Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan

3.7. Dampak HospitalisasiHospitalisasi atau sakit dan dirawat di RS bagi anak dan keluarga akan menimbulkan stress dan tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan.Penyebab anak stress meliputi ;a. Psikososial: Berpisah dengan orang tua, anggota keluarga lain, teman dan perubahan peran b. Fisiologis: Kurang tidur, perasaan nyeri, imobilisasi dan tidak mengontrol diric. Lingkungan asing: Kebiasaan sehari-hari berubahd. Pemberian obat kimia

Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit usia sekolah (6-12 tahun)a. Merasa khawatir akan perpisahan dengan sekolah dan teman sebayanyab. Dapat mengekspresikan perasaan dan mampu bertoleransi terhadap rasa nyeric. Selalu ingin tahu alasan tindakand. Berusaha independen dan produktifReaksi orang tuaa. Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit, prosedur, pengobatan dan dampaknya terhadap masa depan anakb. Frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan pengobatan serta tidak familiernya peraturan Rumah sakit

3.8. Asuhan Keperawatan Teori3.8.1. PengkajianPengumpulan data1. Identitas klienMeliputi nama,, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medik.2. Keluhan utamaKeluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turun-turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran.3. Riwayat penyakit sekarangPeningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam tubuh.4. Riwayat penyakit dahuluApakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid.5. Riwayat penyakit keluargaApakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.

11 pola fungsional kesehatan menurut Gordon adalah:1. Persepsi dan Penanganan KesehatanMenggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan. Persepsi terhadap arti kesehatan, dan piata laksanaan kesehatan, kemampuan menyusun tujuan, pengetahuan tentang praktek kesehatan.Komponen:a. Gambaran kesehatan secara umum dan saat ini,b. Alasan kunjungan dan harapan,c. Gambaran terhadap sakit dan penyebabnya dan penanganan yang dilakukan, Kepatuhan terhadap pengobatan Pencegahan/tindakan dalam menjaga kesehatan Penggunaan obat resep dan warung, Penggunaan produk atau zat didalam kehidupan sehari-hari dan frekuensi (misal : rokok, alkohol) Penggunaan alat keamanan dirumah/sehari-hari, dan faktor resiko timbulnya penyakit Gambaran kesehatan keluarga

2. Nutrisi-MetabolikMenggambarkan intake makanan, keseimbangan cairan dan elektrolit, nafsu makan, pola makan, diet, fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan menelan, mual / muntah, kebutuhan julah zat gizi, masalah / penyembuhan kulit, akanan kesukaan.Komponen Gambaran yang biasa dimakan (Pagi,siang,sore,snack) Tipe dan intake cairan Gambaran bagaimana nafsu makan, kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi makan dan nafsu makan Penggunaan obat diet Makanan Kesukaan, Pantangan,alergi Penggunaan suplemen makanan Gambaran BB, perubahan BB dalam 6-9 bln, Perubahan pada kulit (lesi, kering, membengkak,gatal) Proses penyembuhan luka (cepat-lambat) Adakah faktor resiko terkait ulcer kulit (penurunan sirkulasi, defisit sensori,penurunan mobilitas)

3. EliminasiMenggambarkan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan kulit. Komponen Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin Adakah masalah dalam proses miksi, adakah penggunaan alat bantu untuk miksi Gambaran pola BAB, karakteritik Penggunaan alat bantu Bau bdn, Keringat berlebih,lesi & pruritus

4. Aktivitas-LatihanMenggambarkan pola aktivitas dan latihan, fungsi pernafasan dan sirkulasi. Komponen Gambaran level aktivitas, kegiatan sehari-hari dan olahraga Aktivitas saat senggang/waktu luang Apakah mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri dada,palpitasi,nyeri pada tungkai, gambarkan!

Gambaran dalam pemenuhan ADL1. Level Fungsional (0-IV)2. Kekuatan Otot (1-5)

5. Tidur-Istirahat Menggambarkan pola tidur-istirahat dan persepsi pada level energi.Komponen Berapa lama tidur dimalam hari Jam berapa tidur-Bangun Apakah terasa efektif Adakah kebiasaan sebelum tidur Apakah mengalami kesulitan dalam tidur

6. Kognitif-PersepsiMenggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, taktil, penciuman, persepsi nyeri, bahasa, memori dan pengambilan keputusan.Komponen Kemampuan menulis dan membaca Kemampuan berbahasa Kemampuan belajar kesulitan dalam mendengar Penggunaan alat bantu mendengar/melihat Bagaimana visus Adakah keluhan pusing bagaimana gambarannya Apakah mengalami insensitivitas terhadap dingin, panas,nyeri Apakah merasa nyeri (Skala dan karaketeristik) Suhu abnormal

7. Persepsi Diri Konsep DiriMenggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan,harga diri,gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri.Komponen Bagaimana menggambarkan diri sendiri Apakah ada kejadian yang akhirnya mengubah gambaran terhadap diri Apa hal yang paling menjadi pikiran Apakah sering merasa marah, cemas, depresi, takut, bagaimana gambarannya

8. Peran HubunganMenggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga-lainnya.Komponen Bagaimana gambaran pengaturan kehidupan (hidup sendiri/bersama) Apakah mempunyai orang dekat?Bagaimana kualitas hubungan?Puas? Apakah ada perbedaan peran dalam keluarga, apakah ada saling keterikatan Bagaimana dalam mengambil keputusan dan penyelesaian konflik Bagaimana keadaan keuangan Apakah mempunyai kegiatan sosial?

9. Seksualitas Reproduksi Menggambarkan kepuasan/masalah dalam seksualitas-reproduksi.Komponen Apakah kehidupan seksual aktif Apakah menggunakan alat bantu/pelindung Apakah mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan seks Khusus wanita : TMA, gambaran pola haid, usia menarkhe/ menopause riwayat kehamilan, masalah terkait dengan haid

10. Koping Toleransi StresMenggambarkan kemampuan untuk menangani stres dan menggunakan sistem pendukung.Komponen Apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam bbrp thn terakhir Dalam menghadapi masalah apa yang dilakukan?efektif? Apakah ada orang lain tempat berbagi?apakah orang tersebut ada sampai sekarang? Apakah anda selalu santai/tegang setiap saat Adakah penggunaan obat/zat tertentu

11. Nilai KepercayaanMenggambarkan spiritualitas, nilai, sistem kepercayaan dan tujuan dalam hidup. Komponen Apakah anda selalu mendapatkan apa yang diinginkan Adakah tujuan,cita-cita,rencana di masa y.a.d Adakah nilai atau kepercayaan pribadi yang ikut berpengaruhApakah agama merupakan hal penting dalam hidup?Gambarkan

3.9. Diagnosa Keperawatan1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan, dispnea.2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi kuman salmonella thypii.3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses peradangan.4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, demam5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake outpu tidak adekuat.6. Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan peningkatan suhu tubuh.7. Konstipasi berhubungan dengan Perubahan pola makan8. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran9. Intolerasnsi Aktifitas berhubungan dengan Kelemahan Umum10. Gangguan personal hygiene berhubungan dengan kelemahan

3.10. Interfensi Keperawatan

NODIAGNOSA KEPERAWATAN DAN TUJUANINTERVENSIRASIONAL

1.Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan, dispnea.Dengan keriteri hasil:1. Tidak terdapat pernapasan cuping hidung2. Tidak ada keluhan sesak3. Frekuensi pernapasan dalam batas normal 24-32 x/menit1. Kaji frekuensi, kedalaman, dan upaya pernapasan

2. Selidiki perubahan kesadaran

3. Pertahankan kepala tempat tidur tinggi. Posisi miring

4. Dorong penggunaan teknik napas dalam5. Kolaborasi Berikan tambahan okseigen sesuai indikasi

1. Pernapasan dangkal, cepat/dispnea sehubungan dengan peningkatan kebutuhan oksigen2. Perubahan mental dapat menunjukkan hipoksemia dan gagal pernapasan3. Memudahkan pernapasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma4. Membantu memaksimalkan ekspansi paru5. Perlu untuk mengatasi/mencegah hipoksia. Bila pernapasan/oksigenasi tidak adekuat, ventilasi mekanik sesuai kebutuhan.

2.Hieperrmi berhubungan dengan proses inflamasi kuman salmonella thypii .Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam tidak terjadi kenaikan suhu tubuh dengan kriteria hasil :1. Klien merngatakan nyaman.2. Suhu badan klien 36,5oC-370 C

1. Jelaskan penyebab terjadinya panas kepada keluarga atau klien 2. Ajurkan klien untuk banyak istirahat dan mengurangi aktivitas 3. Berikan klien banyak minum

4. Berikan kompres air hangat 5. Berikan klien pakaian yang mudah menyerap keringat6. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang7. Monitor tanda-tanda vital

8. Monitor input dan output cairan9. Kolaborasi medis untuk pemberian obat antibiotik1. Membantu mengurangi kecemasan pada klien maupun keluarga2. Aktivitas yang berlebihan akan memperberat kerja usus sehingga menghambat proses penyembuhan3. Mengembalikan cairan yang keluar saat suhu tubuh mengalami peningkatan serta mencegah terjadinya dehidrasi4. Membantu menurunkan suhu tubuh5. Membantu memberikan rasa nyaman pada klien6. Memberikan rasa nyaman pada klien

7. Sebagai indikator untuk memantau perkembangan penyakit klien8. Membantu mencegah terjadinya dehidrasi9. Membantu menghilangkan bakteri penyebab thypoid

3.Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses peradangan.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam tidak terjadi nyeri pada bagian perut dengan criteria hasil1. Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang.2. Klien menunjukan ekspresi wajah tenang.3. Nyeri tekan berkurang.4. TTV dalam batas normal.

1. Kaji respon klien terhadap nyeri

2. Kaji respon nonverbal klien

3. Berikan posisi yang nyaman pada klien 4. Ajak klien untuk mengalihkan rasa sakit 5. Monitor TTV

6. Kolaborasi medis untuk pemberian obat analgetik1. Membantu menyamakan persepsi antara perawat dan klien2. Mencocokan kesesuaian dengan verbal klien3. Membantu mengurangi rasa sakit yang di rasakan klien4. Membantu mengalihkan perhatian mereka dari apa yang di rasakan5. Sebagai indikator untuk memantau perkembangan penyakit klien6. Menurangi rasa sakit yang dirasakan klien

4.Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake dan output tidakadekuat : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak gangguan pemenuhan nutrisi dengan criteria hasil1. Klien mampu menghabiskan 1 porsi makanan yang disajikan.2. BB klien stabil atau naik.

1. Kaji kebiasaan makan klen

2. Jaga kebersihan mulut, bersihkan secret maupun kotoran-kotoran sebelum makan3. Berikan makanan sedikit-sedikit tapi sering

4. Berikan atau anjurkan untuk memberikan makanan tambahan di luar jam makan sesuai dengan kesukaan klien selama tidak ada kontraindikasi5. Kolaborasi dengan ahli gizi

6. Monitor BB setiap hari

1. Membantu menentukan inrevensi yang tepat2. Memberikan rasa nyaman pada klien agar klien mau makan3. Membantu klien untuk tidak mrasa mual saat makan dan makanan tetap masuk dengan jumlah yang dibutuhkan4. Membantu meningkatkan nafsu makan pada klien

5. Membantu menyediakan makanan sesuai kebutuhan klien6. Menunjukan pertumbuhan pada klien.

5.Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, demam Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam, pola tidur efektifKriteria hasil: 1. Melaporkan tidur nyenyak2. Klien tidur 8-10 jam semalam3. Klien tampak segar

1. Kaji pola tidur klien2. Berikan bantal yang nyaman3. Berikan lingkungan yang nyaman, batasi pengunjung4. Anjurkan untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam/masase punggung sebelum tidur

1. Mengetahui kebiasaan tidur klien, mengetahui gangguan yang dialami, memudahkan intervensi selanjutnya2. Meningkatkan kenyamanan meningkatkan pemenuhan istirahat tidur3. Mengurangi stimulus yang dapat mengganggu istirahat tidur4. Meningkatkan relaksasi menstimulasi istirahat tidur yang nyaman

6.Konstipasi beruhubungan dengan Pola makan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam, pola eliminasi kembali normalKriteria hasil : Klien melaporkan BAB lancar -Konsistensi lunak

1. Kaji pola eliminasi klien2. Auskultasi bising usus3. Selidiki keluhan nyeri abdomen4. Observasi gerakan usus, perhatikan warna, konsistensi, dan jumlah feses5. Anjurkan makan makanan lunak, buah-buahan yang merangsang BAB6. Kolaborasi Berikan pelunak feses, supositoria sesuai indikasi1. Sebagai data dasar gangguan yang dialami, memudahkan intervensi selanjutnya2. Penurunan menunjukkan adanya obstruksi statis akibat inflamasi, penumpukan fekalit3. Berhubungan dengan distensi gas4. Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensi5. Mengatasi konstipasi yang terjadi6. Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan perlahan

7.Defisit perawatan diri ( oral hygiene ) berhubungan dengan kelemahan.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam tidak terjadi defisit perawatan diri (oral hygiene) dengan criteria hasil :1. Mulut tampak bersih.2. Mulut tercium tidak berbau.3. Lidah tampak bersih.1. Kaji tingkat ketergantungan klien2. Bantu klien dalam melakukan aktifitas ringan seperti mengubah posisi

3. Ajarkan keluarga dalam membantu klien agar dapat memenuhi ADL1. Menentukan intervensi yang akan di berikan2. Membantu memotivasi klien untuk memenuhi ADL3. Klien biasanya lebih nyaman jika di bantu oleh keluarganya selain itu akan dapat mempererat ikatan emosional.

8.Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan defekasi berlebihan.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam tidak terjadi kekurangan volume dan cairan dan elektrolit dengan kriteria hasil :1. Mukosa bibir tampak lembab.2. TTV dalam batas normal.3. Klien tampak tidak lemas4. Tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi

1. Observasi TTV anak 4 jam sekali2. Monitor tanda-tanda kekurangan cairan seperti turgor tidak elastic, produksi urin menurun, membrane mukosa kering, bibir pecah-pecah3. Observasi dan catat intake dan output cairan

4. Monitor pemberian cairan melalui intravena

5. Berikan kompres dingin

1. Membantu memantau keadaan klien2. Melakukan pencgahan dehidrasi sejak awal

3. Untuk mempertahankan intake dan output yang adekuat4. Mencegah terjadinya pemasukan cairan yang berlebihan5. Mengurangi kehilangan cairan yang tidak kelihatan