55
Status Pemeriksaan Pasien Departemen Bedah RSUD Waled Kabupaten Cirebon I. Identitas Pasien Nama : Tn. J Umur : 80 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Status : Menikah Pendidikan : SLTA Pekerjaan : - Alamat : Asem Rt 001/001 Blok Manis Kabupaten Cirebon Tanggal masuk RS : 25 September 2015 No. Rekam medis : 780696 II. Keluhan Utama Terdapat benjolan di lipat paha kiri sejak 5 bulan yang lalu. III. Anamnesa Lengkap A. Riwayat penyakit sekarang Os datang dengan keluhan terdapat benjolan di lipat paha sebelah kiri, benjolan sudah 1

Case Report Hernia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Case Report Hernia

Citation preview

Page 1: Case Report Hernia

Status Pemeriksaan Pasien

Departemen Bedah

RSUD Waled Kabupaten Cirebon

I. Identitas Pasien

Nama : Tn. J

Umur : 80 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status : Menikah

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : -

Alamat : Asem Rt 001/001 Blok Manis Kabupaten Cirebon

Tanggal masuk RS : 25 September 2015

No. Rekam medis : 780696

II. Keluhan Utama

Terdapat benjolan di lipat paha kiri sejak 5 bulan yang lalu.

III. Anamnesa Lengkap

A. Riwayat penyakit sekarang

Os datang dengan keluhan terdapat benjolan di lipat paha sebelah kiri,

benjolan sudah dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Benjolan kadang

kadang timbul kadang kadang tidak timbul, os mengaku benjolan

timbul ketika bekerja mencangkul sebagai petani, dan benjolan hilang

ketika berbaring. Saat benjolan keluar kadang kadang berusaha untuk

menekan benjolannya agar masuk, karena yang dirasakan benjolan

dapat keluar masuk. Os merasakan nyeri hilang timbul pada benjolan,

1

Page 2: Case Report Hernia

demam (-), meriang (-), sesak (-), mual (-), muntah(-), dan intake

makanan dan minuman (+), BAB (+) tidak sembelit maupun mencret,

BAK (+) lancar, tidak tersendat dan selalu tuntas.

B. Riwayat penyakit dahulu

Os mengaku tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya, dan tidak

pernah dirawat di RS sebelumnya. Os mengaku mempunyai riwayat

penyakit hipertensi, Diabetes militus disangkal, riwayat pernah batuk

lama disangkal dan riwayat pernah terkena tuberkulosis disangkal serta

riwayat pembesaran prostat disangkal. Riwayat trauma di lipat paha

disangkal.

C. Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada dari pihak keluarga yang mempunyai penyakit yang sama.

D. Riwayat pribadi dan sosial ekonomi

Os mengaku pekerja keras sering mengangkut barang barang berat

hasil pekerjaannya sebagai petani. kebiasaanya mengangkut barang

tidak pernah memakai alat, seringnya langsung dipanggul. Merokok

(+) saat mudanya dan minum alkohol (-), jarang berolah raga dan rutin

makan minum 3 kali sehari serta istirahat yang cukup.

IV. Pemeriksaan Fisik

Status generalis

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 140/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 36,5ºC

Kulit

Warna : Sawo matang, tidak pucat, tidak ikterik, tidak

terdapat hipopigmentasi ataupun hiperpigmentasi.

2

Page 3: Case Report Hernia

Lesi : Tidak terdapat lesi primer seperti makula, papula,

vesikula, pustula maupun lesi sekunder seperti jaringan parut

atau keloid

Rambut : Tumbuh rambut pada permukaan kulit

Turgor : Baik

Keringat : Normal

Kepala

Normocephali

Distribusi rambut merata dan berwarna hitam

Tidak tampak adanya deformitas

Mata

Tidak terdapat ptosis pada palpebra dan tidak terdapat oedem

Conjunctiva tidak anemis

Sklera tidak tampak ikterik

Pupil : isokor, RCL +/+, RCTL +/+

Telinga

Daun telinga : Normal

Tofi : Tidak ditemukan

Liang telinga : Lapang

Membrana timpani : Intak

Nyeri tekan mastoid : Tidak nyeri tekan

Serumen : Tidak ada

Sekret : Tidak ada

Hidung

Bagian luar : Normal, tidak terdapat deformitas

Septum : Terletak di tengah dan simetris

Mukosa hidung : Tidak hiperemis

Cavum nasi : Tidak ada tanda perdarahan

Mulut dan Tenggorokan

Bibir : Tidak pucat dan tidak sianosis

3

Page 4: Case Report Hernia

Gigi geligi : Lengkap, tidak ada karies

Palatum : Tidak ditemukan torus

Lidah : Normoglosia

Tonsil : T1/T1 tenang

Faring : Tidak hiperemis

Leher

JVP : (5+2) cm H20

Kelenjar tiroid : Tidak teraba membesar

Trakea : Letak di tengah

Kelenjar Getah Bening

Leher : Tidak teraba membesar

Axilla : Tidak teraba membesar

Inguinal : Tidak teraba membesar

Thorax

Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat Palpasi : Ictus cordis teraba 1 jari linea midklavikularis

kiri, ICS 5

Perkusi : Batas atas : ICS 2 garis parasternal kiri

Batas kanan : ICS 3-4 garis sternalis kanan

Batas kiri : ICS 5, 1 cm lateral garis midklavikularis kiri

Auskultasi : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : Inspeksi : Pergerakan nafas saat statis dan dinamis

Palpasi : Vocal Fremitus sama pada kedua paru

Perkusi : Sonor pada seluruh lapangan paru

Auskultasi : Suara nafas vesikuler di kedua paru, Rh -/-,

Wh -/-

Abdomen

Inspeksi : Datar, tidak terdapat pelebaran vena

4

Page 5: Case Report Hernia

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), benjolan (-)

Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-), shifting dullnes (-)

Auskultasi : Bising usus 10 x/menit

Punggung

Tidak terdapat kelainan bentuk tulang pada punggung pasien

Tidak terdapat skoliosis, lordosis, dan kifosis

Tidak terdapat nyeri pada perabaan vertebra panggul

Tidak terdapat nyeri ketok sudut costovertebra

Ekstremitas

Ekstremitas atas

o Regio kanan : Akral hangat, tidak terdapat oedem

o Regio kiri : Pada status lokalis

Ekstremitas bawah

o Regio kanan : Akral hangat, tidak terdapat oedem

o Regio kiri : Akral hangat, tidak terdapat oedem,

terdapat luka lecet

V. Status Lokalis

Regio inguinal sinistra

Inspeksi

Tanpa mengedan atau batuk tampak massa dengan ukuran sebesar

8x5x3 cm di daerah inguinal sinistra, berbentuk bulat, warnanya

seperti kulit di sekitarnya, dan tidak terdapat tanda-tanda radang

Palpasi

Manuver Valsavah (+) teraba benjolan di lipat paha kiri,

permukaan halus tidak berbenjol benjol batas tidak tegas, benjolan

dapat dimasukan kembali. Finget tip test (+) teraba masa diujung

jari saat mengedan dan batuk. Pemeriksaan skrotum: tidak terlihat

bengkak atau membesar, tidak ada kemerahan pada kulit skrotum,

5

Page 6: Case Report Hernia

testis teraba 2 tidak nyeri, funikulus spermatikus tidak teraba massa

seperti cacing akibat varises, transluminasi (-).

VI. Pemeriksaan tambahan

Laboratorium

Hematologi

o Hb : 11,8 g/dl

o Ht : 35 %

o Trombosit : 228.000 /dl

o Leukosit : 9700 /ul

o Eritrosit : 3,73 juta

o Bleeding time : 3 menit

o Clotting time : 8 menit

o GDS : 115

VII. Diagnosa Kerja

Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponible

6

Page 7: Case Report Hernia

BAB I

PENDAHULUAN

Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah

dari dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi

hernia. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital

dan hernia dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai

dengan lokasi anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis,

femoralis, dll. Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia

inguinal direk, indirek, serta hernia femoralis.

Menurut sifatnya, hernia disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat

keluar-masuk. Usus keluar saat berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika

berbaring atau bila didorong masuk perut. Selama hernia masih reponibel, tidak

ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat

direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut hernia ireponibel.

Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia

ingunalis medialis dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua

pertiga dari hernia ingunalis medialis. Sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis

medialis. Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita.

Perbandingan antara pria dan wanita untuk hernia ingunalis 7 : 1.

Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis karena

keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang teletak

lateral dari pembuluh epigastrika inferior. Hernia kemudian masuk ke dalam

kanalis inguinalis (kanalis inguinalis berisi funikulus spermatikus pada laki-laki

dan ligamentum rotundum pada perempuan) dan jika cukup panjang, menonjol

keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan

sampai ke skrotum sehingga disebut hernia skrotalis.

7

Page 8: Case Report Hernia

Hernia inguinalis direk, disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol

langsung ke depan melalui segitiga Hesselbach (Hesselbach, Franz K. 1788-

1856, ahli ilmu anatomi, Jerman). Hernia inguinalis medialis karena tidak keluar

keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum, umumnya tidak disertai

strangulasi karena cincin hernia longgar.

BAB II

LANDASAN TEORI

I. EMBRIOLOGI

Pada pria, ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari

pole inferior gonad ke permukaan interna skrotum. Gubernaculum akan

melewati dinding abdomen yang mana pada sisi bagian ini akan menjadi

kanalis inguinalis. Processus vaginalis adalah evaginasi diverticular

peritoneumyang membentuk bagian ventral gubernaculums bilateral. Testis

8

Page 9: Case Report Hernia

awalnya retroperitoneal dan dengan processus vaginalis testis akan turun

melewati canalis inguinalis ke scrotum dikarenakan kontraksi gubernaculum.

Pada sisi sebelah kiri terjadi penurunan terlebih dahulu sehingga ,yang

tersering hernia inguinalis lateralis angka kejadiannya lebih banyak pada laki-

laki dan yang paling sering adalah yang sebelah kanan.

Testis turun melalui anulus inguinalis dan melintasi tepi atas os

pubikum ke dalam tonjolan skrotum pada saat lahir. Testis kemudian

dibungkus oleh suatu lipatan refleksi prosesus vaginalis. Lapisan peritoneum

yang membungkus testis dikenal sebagai tunika vaginalis testis lamina

viseralis, bagian lain kantong peritoneum membentuk tunika vaginalis testis

lamina parietalis. Saluran sempit yang menghubungkan lumen prosesus

vaginalis dengan rongga peritoneum, menutup pada saat lahir atauu segera

sesudahnya. Disamping dibungkus oleh lapisan-lapisan peritoneum yang

berasal dari prosesus vaginalis, testis juga terbungkus di dalam lapisan-lapisan

yang berasal dari dinding abdomen anterior yang dilewatinya.

Lapisan prosesus vaginalis secara normal berfusi bersama dan

berobliterasi masuk kedalam saluran inguinal disekitar cincin interna.

Kegagalan obliterasi processus vaginalis oleh tunika vaginalis mengakibatkan

berbagai anomaly inguinal.

9

Page 10: Case Report Hernia

Gambar 2.1.1 Proses Desensus testis

Pada wanita ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian inferior

menjadi ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna ke labia

majus. Processus vaginalis normalnya menutup, menghapuskan perluasan

rongga peritoneal yang melewati cincin interna.

II. ANATOMI

STRUKTUR DINDING ANTERIOR ABDOMEN

Lapisan-lapisan dinding abdomen terdiri dari (luar ke dalam):

1. Kulit

2. Fascia superficialis, terdiri dari fascia camperi dan fascia scarpae

10

Page 11: Case Report Hernia

3. Otot dinding anterior abdomen, antara lain: muskulus obliquus externus

abdominis, muskulus obliquus internus abdominis, muskulus transversus

abdominis

4. Fascia transversalis

5. Lemak extraperitoneal

6. Peritoneum parietale

Seperti pada gambar dibawah ini

Gambar 2.2.1 Lapisan-lapisan dinding abdomen

11

Page 12: Case Report Hernia

Penjelasan:

1. Kulit

Garis-garis lipatan kulit alami berjalan konstan dan hampir horizontal

di sekitar tubuh. Secara klinis hal ini penting karena insisi sepanjang garis

lipatan ini akan sembuh dengan sedikit jaringan parut sedangkan insisi yang

menyilang garis-garis ini akan sembuh dengan jaringan parut yang menonjol

2. Fascia superficialis:

a. Lapisan luar, Panniculus adiposus (fascia camperi): berhubungan dengan

lemak superficial yang meliputi bagian tubuh lain dan mungkin sangat

tebal (3 inci [8cm] atau lebih pada pasien obesitas)

b. Lapisan dalam, Stratum membranosum (fascia scarpae): stratum

membranosum tipis dan menghilang di sisi lateral dan atas. Di bagian

inferior, stratum membranosum berjalan di depan paha dan di sini bersatu

dengan fascia profunda pada satu jari di bawah ligamentum inguinale.

3. Otot dinding anterior abdomen:

a. Musculus obliquus externus abdominis

Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis, dibentuk oleh dua

lapisan: superfisial dan profunda menjadi aponeurosis obliquus externus.

Bersama dengan aponeurosis otot obliqus internus dan transversus

abdominis, mereka membentuk sarung rektus dan akhirnya linea alba.

Aponeurosis obliqus eksternus menjadi batas superfisial dari kanalis

inguinalis. Ligamentum inguinal terletak dari spina iliaca anterior

superior ke tuberculum pubicum. Ligamentum inguinale (Poupart)

merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus

eksternus. Terletak mulai dari SIAS sampai ke ramus superior tulang

pubis. Lakunare (Gimbernati) merupakan paling bawah dari ligamentum

12

Page 13: Case Report Hernia

inguinale dan dibentuk dari serabut tendon obliqus eksternus yang

berasal dari daerah Sias.

b. Muskulus obliquus internus abdominis

Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis yang terletak di

profunda muskulus obliquus externus abdominis. Serabut tendon yang

terbawah bergabung dengan serabut-serabut yang sama dari muskulus

transversus abdominis membentuk conjoined tendon.

c. Muskulus transversus abdominis

Merupakan lembaran otot yang tipis dan terletak di profunda

muskulus obliquus internus abdominis dan serabut-serabutnya berjalan

horizontal ke depan. Serabut tendo yang terbawah bersatu dengan serabut

tendo yang sama dari muskulus obliquus internus abdominis membentuk

conjoined tendon.

4. Fascia transversalis

Merupakan lapisan fascia tipis yang membatasi muskulus transversus

abdominis. Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2

lapisan:Fascia transversalis dapat dibagi menjadi dua bagian, satu terletak

sedikit sebelum yang lainnya, bagian dalam lebih tipis dari bagian luar; ia

keluar dari tendon otot transversalis pada bagian dalam dari spermatic cord

dan berikatan ke linea semulunaris. Ligamentum Cooper terletak pada

bagian belakang ramus pubis dan dibentuk oleh ramus pubis dan fascia.

Ligamentum Cooper adalah titik fiksasi yang penting dalam metode

perbaika laparoscopic sebagaimana pada titik McVay.

5. Lemak extraperitoneal

Merupakan selapis tipis jaringan ikat yang mengandung lemak dalam

jumlah yang bervariasi dan terletak diantara fascia transversalis dan

peritoneum parietale.

13

Page 14: Case Report Hernia

6. Peritoneum parietale

Merupakan membrana serosa tipis (pelapis dinding abdomen) dan

melanjutkan diri ke bawah dengan peritoneum parietale yang melapisi

rongga pelvis.

Saraf-saraf dinding anterior abdomen:

Rami anteriores enam nervi thoracici bagian bawah. Berjalan di dalam celah

antara muskulus obliquus internus abdominis dan muskulus transversus

abdominis. Saraf tersebut menyarafi kulit dinding anterior abdomen, otot-

otot (termasuk muskulus rectus abdominis dan muskulus pyramidalis), dan

peritoneum parietale. Saraf-saraf ini berakhir dengan menembus dinding

anterior vagina muskuli recti abdominis.

Nervus lumbalis 1. Punya perjalanan yang sama namun tidak masuk ke

vagina muskuli recti abdominis. Saraf ini berbentuk sebagai nervus

iliohypogastricus yang menembus aponeurosis muskulus obliquus externus

abdominis di atas anulus inguinalis superficialis dan nervus ilioinguinalis

yang keluar dari anulus ini. Saraf-saraf ini berakhir dengan menyarafi kulit

tepat di atas ligamentum inguinale dan symphisis pubica

Arteriae dinding anterior abdomen:

Arteri epigastrika superior: merupakan salah satu cabang terminal arteri

thoracica interna. Mendarahi bagian tengah atas dinding anterior abdomen

dan beranastomosis dengan arteria epigastrika inferior

Arteri epigastrika inferior: merupakan cabang arteria iliaca externa tepat

diatas ligamentum inguinale. Mendarahi bagian tengah bawah dinding

abdomen anterior dan beranastomosis dengan arteria epigastika superior.

Arteri circumflexa profunda: merupakan cabang arteria iliaca externa tepat

diatas ligamentum inguinale. Mendarahi bagian lateral bawah dinding

abdomen.

14

Page 15: Case Report Hernia

Dua arteri intercostales posterior bagian bawah merupakan cabang aorta

descendens dan empat arteri lumbales yang berasal dari aorta abdominalis.

Mendarahi bagian lateral dinding abdomen.

Vena dinding anterior abdomen:

Vena epigastrika superior

Vena epigastrika inferior mengalirkan darah ke vena

thoracica

Vena circumflexa ilium profunda interna dan vena iliaca externa

Vena intercostales posterior mengalirkan darah ke vena azygos

Vena lumbales mengalirkan darah ke vena cava inferior

CANALIS INGUINALIS

Canalis inguinalis merupakan saluran oblik yang mnembus bagian bawah

dinding anterior abdomen dan terdapat pada kedua jenis kelamin. Pada laki-

laki, saluran ini merupakan tempat lewatnya struktur-struktur yang berjalan

dari testis ke abdomen dan sebaliknya. Pada perempuan, saluran ini dilalui oleh

ligamentum teres uteri (rotundum) yang berjalan dari uterus ke labium majus

pudendi. Selain itu, saluran ini dilewati oleh nevus ilioinguinalis baik laki-laki

maupun perempuan.

Canalis inguinalis panjangnya sekitar 1.5 inci (4cm) pada orang dewasa

dan terbentang dari anulus inguinalis profundus (lubang berbentuk oval terletak

sekitar 1.3cm diatas ligamentum inguinale pada pertengahan antara sias dan

symphisis pubica) pada fascia transversalis, berjalan ke bawah dan medial

sampai anulus inguinalis superficialis (lubang berbentuk segitiga) pada

aponeurosis obliquus externus abdominis. Canalis inguinalis terletak sejajar

dan tepat diatas ligamentum inguinale.

15

Page 16: Case Report Hernia

Gambar 2.2.2 Canalis inguinalis

Dinding canalis inguinalis, terdapat dinding anterior, dinding posterior,

dinding inferior/dasar, dan dinding superior/atap. Dinding anterior canalis

inguinalis dibentuk oleh aponeurosis muskulus obliquus externus abdominis.

Dinding posterior canalis inguinalis dibentuk oleh fascia transversalis. Dinding

inferior canalis inguinalis dibentuk oleh lipatan pinggir bawah aponeurosis

muskulus obliquus externus abdominis yang disebut ligamentum inguinale dan

ujung medialnya disebut ligamentum lacunare. Dinding superior canalis

inguinalis dibentuk oleh serabut-serabut terbawah muskulus obliquus internus

abdominis dan muskulus transversus abdominis yang melengkung.

Fungsi canalis inguinalis, pada laki-laki, memungkinkan struktur-struktur

yang terdapat di dalam funiculus spermaticus berjalan dari atau ke testis

menuju abdomen dan sebaliknya. Pada perempuan, canalis inguinalis yang

lebih kecil memungkinkan ligamentum teres uteri berjalan dari uterus menuju

ke labium majus.

16

Page 17: Case Report Hernia

Adanya canalis inguinalis pada bagian bawah dinding anterior abdomen

pada laki-laki dan perempuan merupakan suatu tempat lemah. Tataletak canalis

inguinalis untuk mengatasi kelemahan ini:

1. Dinding anterior canalis inguinalis diperkuat oleh serabut-serabut muskulus

obliquus internus abdominis tepat di depan anulus inguinalis profundus

2. Dinding posterior canalis inguinalis diperkuat oleh conjoined tendon tepat di

belakang anulus inguinalis superficialis

3. Pada waktu batuk dan mengedan (miksi, defekasi, dan partus), serabut-

serabut paling bawah muskulus obliquus internus abdominis dan muskulus

transversus abdominis yang melengkung berkontraksi sehingga atap yang

melengkung menjadi datar dan turun mendekati lantai. Atap mungkin

menekan isi canalis inguinalis ke arah dasar sehingga sebenarnya canalis

inguinalis menutup.

4. Bila diperlukan mengedan dengan kuat, seperti pada defekasi dan partus,

secara alamiah orang cenderung dalam posisi jongkok, articulatio coxae

fleksi, dan permukaan anterior tungkai atas mendekati permukaan anterior

dinding abdomen. Dengan cara ini, bagian bawah dinding anterior abdomen

dilindungi oleh tungkai atas.

FUNIKULUS SPERMATIKUS

Funikulus spermatikus berawal pada anulus inguinalis profundus yang

terletak lateral terhadap arteria epigastrica inferior dan berakhir di testis.

Struktur-struktur pada funikulus spermatikus adalah sebagai berikut: 1. Vas

deferens, 2. Arteria testikularis, 3. Vena testikularis, 4. Pembuluh limfatik

testis, 5. Saraf-saraf otonom, 6. Prosessus vaginalis (sisa), 7. Arteria

cremasterica, 8. Arteria ductus deferentis, dan 9. Ramus genitalis nervus

genitofemoralis yang menyarafi muskulus cremaster.

17

Page 18: Case Report Hernia

Gambar 2.2.3 Funikulus spermatikus

TRIGONUM HESSELBACH

Trigonum Hesselbach merupakan daerah dengan batas:

- Inferior:  Ligamentum Inguinale.

- Lateral:  Vasa epigastrika inferior.

- Medial:  Tepi m. rectus abdominis.

Dasarnya dibentuk oleh fascia transversalis yang diperkuat serat

aponeurosis m.transversus abdominis. Hernia yang melewati trigonum

Hesselbach disebut sebagai hernia direk, sedangkan hernia yang muncul lateral

dari trigonum ini adalah hernia indirek.

18

Page 19: Case Report Hernia

Gambar 2.2.4 Trigonum hesselbach

19

Page 20: Case Report Hernia

BAB III

HERNIA INGUINALIS

I. DEFINISI

Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan

adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang

lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di

berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen

pada umumnya daerah inguinal.

Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis

(HIL) dan Hernia Ingunalis Medialis. Hernia inguinalis lateralis mempunyai

nama lain yaitu hernia indirecta yang artinya keluarnya tidak langsung

menembus dinding abdomen. Selain hernia indirek nama yang lain adalah

hernia oblique yang artinya kanal yang berjalan miring dari lateral atas ke

medial bawah. Hernia ingunalis lateralis sendiri mempunyai arti pintu

keluarnya terletak disebelah lateral vasa epigastrica inferior. Hernia inguinalis

lateralis (HIL) dikarenakan kelainan kongenital meskipun ada yang didapat.8.

Hernia inguinalis medialis (HIM) atau hernia direk hampir selalu disebabkan

oleh peninggian tekanan intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di

trigonum Hesselbach.

II. KLASIFIKASI

1. Menurut waktu

a. Hernia kongenital

b. Hernia akuisita/didapat

2. Menurut lokasi/letaknya

a. Hernia inguinalis

b. Hernia femoralis

c. Hernia umbilikalis

3. Secara klinis

20

Page 21: Case Report Hernia

a. Hernia reponibilis: bila isi hernia dapat keluar masuk. Keluar saat berdiri

atau mengedan, masuk ketika berbaring atau bila didorong masuk perut

b. Hernia ireponibilis: bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke

dalam rongga perut. Ini biasanya disebabkan oleh pelekatan isi kantong

kepada peritoneum kantong hernia.

c. Hernia strangulasi: hernia ireponibel yang disertai gangguan

vaskularisasi

d. Hernia inkarserata: hernia ireponibel yang disertai gangguan pasasse

III. ETIOLOGI

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau

didapat. Hernia dapat dijumpai pada segala usia, dan lebih banyak pada laki-

laki daripada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada

pembentukan pintu masuk hernia di anulus internus yang cukup lebar

sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan pula

faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka

cukup lebar itu.

Faktor yang dipandang berperan dalam terjadinya hernia ingunalis antara

lain:

1. Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang.

Mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan ukuran

badan.

Sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau gangguan

saluran kencing.

Batuk yang kronis dikarenakan infeksi, bronchitis, asthma,

emphysema, alergi.

Partus.

2. Kelemahan otot dinding perut karena usia.

3. Prosesus vaginalis yang terbuka

Hernia terdiri atas tiga bagian:

21

Page 22: Case Report Hernia

a. Kantong hernia, merupakan kantong (divertikulum) peritonei dan

mempunyai leher dan badan (corpus)

b. Isi hernia dapat terdiri atas setiap struktur yang ditemukan di dalam

cavitas abdominalis dan dapat bervariasi dari sebagian kecil omentum

sampai organ besar seperti ren

c. Pelapis hernia dibentuk dari lapisan-lapisan dinding abdomen yang

dilalui oleh kantong hernia

Gambar 3.3.1 Bagian-bagian dari hernia

IV. PERBANDINGAN ANTARA HIL DAN HIM

Tipe Deskripsi Hubungan dengan

vasa epigastrica

inferior

Dibungkus

oleh fascia

spermatica

interna

Onset

biasanya

pada waktu

Hernia

ingunali

s

lateralis

Penojolan

melewati

cincin inguinal

dan biasanya

merupakan

kegagalan

penutupan

Lateral Ya Kongenital

dan bisa

pada waktu

dewasa.

22

Page 23: Case Report Hernia

cincin

ingunalis

interna pada

waktu embrio

setelah

penurunan

testis

Hernia

ingunali

s

medialis

Keluarnya

langsung

menembus

fascia dinding

abdomen

Medial Tidak Dewasa

Tabel 3.4.1 perbandingan antara HIL dan HIM

Hernia Inguinalis Lateralis.

Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral

pembuluh epigastrika inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar

melalui dua pintu dan saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Pada

pemeriksaan hernia lateralis akan tampak tonjolan berbentuk lonjong. Dapat

terjadi secara kongenital atau akuisita:

- Hernia inguinalis indirekta congenital.

Terjadi bila processus vaginalis peritonei pada waktu bayi

dilahirkan sama sekali tidak menutup. Sehingga kavum peritonei tetap

berhubungan dengan rongga tunika vaginalis propria testis. Dengan

demikian isi perut dengan mudah masuk ke dalam kantong peritoneum

tersebut.

- Hernia inguinalis indirekta akuisita.

23

Page 24: Case Report Hernia

Terjadi bila penutupan processus vaginalis peritonei hanya pada

suatu bagian saja. Sehingga masih ada kantong peritoneum yang berasal

dari processus vaginalis yang tidak menutup pada waktu bayi dilahirkan.

Sewaktu-waktu kantung peritonei ini dapat terisi dalaman perut

(misalkan pada saat tekanan intra abdomen meningkat)

Gambar 3.4.1 Hernia Inguinalis Lateralis

Hernia Inguinalis Medialis

24

Page 25: Case Report Hernia

Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis,

menonjol langsung ke depan melalui segitiga Hasselbach, daerah yang

dibatasi ligamentum inguinale di bagian inferior, pembuluh epigastrika

inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar

segitiga Hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat

aponeurosis muskulus transversus abdominis yang kadang-kadang tidak

sempurna sehingga daerah ini potensial untuk menjadi lemah. Hernia

medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak ke

skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar.

Gambar 3.4.2 Hernia Inguinalis Medialis

25

Page 26: Case Report Hernia

V. PATOFISIOLOGI

Pada bulan ke – 8 dari kehamilan, terjadinya desensus testikulorum

melalui kanal. Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum

sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis

peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi,

sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam

beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri turun terlebih

dahulu dari yang kanan, maka prosesus vaginalis yang kanan lebih sering

terbuka. Dalam keadaan normal, prosesus yang terbuka ini akan menutup pada

usia 2 bulan. Bila prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia

inguinalis lateralis kongenital.

Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi kerana usia lanjut, karena

pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan

bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi.

Pada orang tua prosesus tersebut telah menutup. Namun karena daerah ini

merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan

tekanan intra abdominal meningkat seperti batuk – batuk kronik, bersin yang

kuat dan mengangkat barang – barang berat, mengejan. Prosesus yang sudah

tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena

terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut.

Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma,

hipertropi protat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat

terjadi pada semua. 14,15,16

Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses

perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin.

26

Page 27: Case Report Hernia

VI. GAMBARAN KLINIS

Hernia inguinalis lateralis

Terdapat benjolan dilipat paha yang timbul pada waktu mengedan, batuk,

bersin, berdiri, mengangkat berat dan hilang setelah berbaring (apabila

masih reponibel)

Nyeri atau rasa tidak enak di daerah epigastrium atau para umbilical

sewaktu segmen usus halus masuk ke kantong hernia

Mual, muntah, kolik bila terjadi inkaserasi ataupun strangulasi

Hernia inguinalis medialis

Pada umumnya hernia direct akan memberikan gejala yang sedikit

dibandingkan hernia ingunalis lateralis

VII. DIAGNOSA

Diagnosis hernia dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik,

gejala klinis maupun pemeriksaan khusus. Bila benjolan tidak tampak,

27

Page 28: Case Report Hernia

pasien dapat disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan

berdiri. Bila hernia maka akan tampak benjolan, atau pasien diminta

berbaring, bernafas dengan mulut untuk mengurangi tekanan

intraabdominal.

PEMERIKSAAN

- Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu

berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang saat berbaring atau

saat direposisi.

- Hernia ireponibel terdapat benjolan dilipat paha yag muncul pada waktu

berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan tidak menghilang saat berbaring

atau saat direposisi

- Hernia inguinal

- Lateralis : muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari

lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.

- Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.

Pemeriksaan Finger Test :

1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.

2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.

3. Penderita disuruh batuk:

- Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

- Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.

28

Page 29: Case Report Hernia

Gambar 7.3.1 Finger Test

Pemeriksaan Zieman Test :

1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh

penderita).

2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.

3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :

- jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.

- jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.

- jari ke 4 : Hernia Femoralis.

29

Page 30: Case Report Hernia

Gambar 7.3.2. Zieman Test

Pemeriksaan Thumb Test :

- Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan

- Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.

- Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

Gambar 7.3.3. Thumb Test

30

Page 31: Case Report Hernia

VIII. DIAGNOSA BANDING

Gambar 8.3.1. diagnosa banding hernia inguinalis

1. Hidrokel

Tidak dapat dimasukkan kembali. Testis pada pasien hidrokel tidak

dapat diraba. Pada hidrokel, pemeriksaan transiluminasi akan memberi

hasil positif. Hidrokel dapat dikosongkan dengan pungsi, tetapi sering

kambuh kembali. Pada pungsi didapatkan cairan jernih.

2. Varikokel

Peninggian tekanan di dalam pleksus pampiniformis dapat diraba

sebagai struktur yang terdiri atas varises pleksus pampiniformis yang

memberikan kesan raba seperti kumpulan cacing. Permukaan testis

normal licin tanpa tonjolan dengan konsistensi elastis.

IX. KOMPLIKASI

1. Hernia inkarserasi :

Isi hernia yang tercekik oleh cincin hernia yang menimbulkan

gejala obstruksi usus yang sederhana, menyebabkan gangguan dari

31

Page 32: Case Report Hernia

pasase usus, mual, dan muntah. Hernia yang membesar mengakibatkan

nyeri dan tegang. Pada hernia inkarserasi, hernia tidak dapat direposisi.

2. Hernia strangulasi :

Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan

isi hernia. Pada permulaan, terjadi bendungan vena sehingga terjadi

oedem organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam

kantong hernia. Timbulnya oedem menyebabkan jepitan pada cincin

hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan

terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi

transudat berupa cairan serosanguinus.

X. PENATALAKSANAAN

Konservatif :

- Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong

sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan

tekanan lambat dan menetap sampai terjadi reposisi.

- Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi

Trendelenburg, pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas hernia,

kemudian bila berhasil, anak boleh menjalani operasi pada hari

berikutnya.

Operatif:

Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.

Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke

lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan,

kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin

kemudian dipotong.

Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis

internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti

lebih penting artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan

herniotomi.

32

Page 33: Case Report Hernia

Pada anak-anak dilakukan herniotomi tanpa hernioraphy karena

masalahnya pada kantong hernia sedangkan keadaan otot-otot abdomen

masih kuat (tidak lemah), maka dilakukan pembebasan kantong hernia

sampai dengan lehernya, dibuka dan dibebaskan isi hernia, jika ada

perlekatan lakukan reposisi, kemudian kantong hernia dijahit setinggi-tinggi

mungkin lalu dipotong.

Karena herniotomi pada anak-anak sangat cepat dan mudah, maka

kedua sisi dapat direparasi sekaligus jika hernia terjadi bilateral

Teknik Operasi;

Adapun teknik-teknik operasi hernia ada beberapa cara, yaitu

Bassini, dahulu merupakan metode yang sering digunakan, dengan cara

conjoint tendon didekatkan dengan ligamentum Poupart’s dan spermatic

cord diposisikan seanatomis mungkin di bawah aponeurosis muskulus

oblikuus eksterna. Menjait conjoint tendon dengan ligamentum inguinale.

Shouldice : seperti bassini ditambah jahitan fascia transversa dengan lig.

Cooper.

Lichtenstein : menggunakan propilene (bahan sintetik) menutup segitiga

Hasselbach dan mempersempit anulus internus.

Halsted, menempatkan muskulus oblikuus eksterna diantara cord

kebalikannya cara Bassini. seperti Bassini tetapi funikulus spermatikus

berada diluar Apponeurosis M.O.E.

Mc Vay, dikenal dengan metode ligamentum Cooper, meletakkan conjoint

tendon lebih posterior dan inferior terhadap ligamentum Cooper.

Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik hernioraphy dapat

dikelompokkan dalam 4 kategori utama:

a. Kelompok 1 : Open Anterior Repair

Kel. 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice)

melibatkan pembukaan aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus

dan membebaskan funnikulus spermatikus. Fascia transversalis kemudian

33

Page 34: Case Report Hernia

dibuka, dilakukan inspeksi kanalis spinalis, celah direct dan indirect.

Kantung hernia diligasi dan dasar kanalis spinalis di rekonstruksi.

Teknik Bassini

Komponen utama dari teknik ini adalah :

- Membelah aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dikanalis

inguinalis hingga ke cincin eksternal.

- Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari hernia

indirect sekaligus menginspeksi dasar dari kanalis inguinal untuk

mencari hernia direct.

- Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis inguinalis

(fascia transversalis)

- Melakukan ligasi kantong hernia seproksimal mungkin.

- Rekonstruksi dinding posterior dengan menjahit fascia transversalis,

otot transversalis abdominis dan otot abdominis internus ke

ligamentum inguinalis lateral.

-

Bassini technique

34

Page 35: Case Report Hernia

Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam

rekonstruksi, tetapi semuanya menggunakan jahitan permanen untuk

mengikat fascia disekitarnya dan memperbaiki dasar dari kanalis

inguinalis. Kelemahannya adalah tegangan yang terjadi akibat jahitan

tersebut, selain dapat menimbulkan nyeri juga dapat terjadi nekrosis otot

yang akan menyebabkan jahitan terlepas dan mengakibatkan

kekambuhan.

b. Kelompok 2 : Open Posterior Repair

Posterior repair (iliopubic repair dan teknik Nyhus) dilakukan

dengan membelah lapisan dinding abdomen superior hingga ke

cincinluar dan masuk ke properitoneal space. Diseksi kemudian

diperdalam kesemua bagian kanalis inguinalis. Perbedaan utama antara

teknik ini dan teknik open anterior adalah rekonstruksi dilakukan dari

bagian dalam. Posterior repair sering digunakan pada hernia dengan

kekambuhan karena menghindari jaringan parut dari operasi sebelumnya.

Operasi ini biasanya dilakukan dengan anastesi regional atau anastesi

umum.

c. Kelompok 3: Tension-free repair with Mesh

Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow)

menggunakan pendekatan awal yang sama dengan teknik open anterior.

Akan tetapi tidak menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki defek,

tetapi menempatkan sebuah prostesis, yaitu Mesh yang tidak diserap.

Mesh ini dapat memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan tegangan

dan ditempatkan di sekitar fascia. Hasil yang baik diperoleh dengan

teknik ini dan angka kekambuhan dilaporkan kurang dari 1 persen.

Beberapa ahli bedah meragukan keamanan jangka panjang penggunaan

implant prosthesis, khususnya kemungkinan infeksi atau penolakan.

Akan tetapi pengalaman yang luas dengan mesh telah mulai

menghilangkan anggapan ini, dan teknik ini terus populer. Teknik ini

dapat dilakukan dengan anastesi lokal, regional atau general.

35

Page 36: Case Report Hernia

d. Kelompok 4 : Laparoscopic

Operasi hernia laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun

terakhir, tetapi juga menimbulkan kontroversi. Pada awal pengembangan

teknik ini, hernia diperbaiki dengan menempatkan potongan mesh yang

besar di regio inguinal diatas peritoneum. Teknik ini ditinggalkan karena

potensi obstruksi usus halus dan pembentukan fistel karena paparan usus

terhadap mesh. Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorhappies

dilakukan menggunakan salah satu pendekatan transabdominal

preperitoneal (TAPP) atau total extraperitoneal (TEP). Pendekatan TAPP

dilakukan dengan meletakkan trokar laparoskopik dalam cavum abdomen

dan memperbaiki regio inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh

diletakkan dan kemudian ditutupi dengan peritoneum. Sedangkan

pendekatan TEP adalah prosedur laparokopik langsung yang

mengharuskan masuk ke cavum peritoneal untuk diseksi.

Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa cedera selama operasi.

36

Page 37: Case Report Hernia

BAB IV

KESIMPULAN

Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan

adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah

(defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai

tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya

daerah inguinal.

Hernia inguinalis dibagi dua jenis: hernia inguinalis medialis/hernia

inguinalis directa/hernia inguinalis horisontal dan hernia ingunalis lateralis/ hernia

indirecta/hernia obliqua. Yang tersering hernia inguinalis lateralis angka

kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang

sebelah kanan.

Etiologi dari hernia inguinalis antara lain prosesus vaginalis persisten,

tekanan intra abdominal yang meninggi, kelemahan otot-otot abdomen.

Komplikasi yang terjadi yaitu inkarserasi dan strangulasi. Jika sudah

terjadi strangulasi penanganan segera adalah dengan operasi.

37

Page 38: Case Report Hernia

DAFTAR PUSTAKA

1. Rasjad C. Hernia. Dalam : Sjamsuhidajat R, Jong WD, editor. Buku Ajar

Ilmu Bedah. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2010;

hal. 619-29

2. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery.

17th Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-217.

3. Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery

Basic Science and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.

4. Sadler, T.W. Embriologi Kedokteran Langman. Alih bahasa: Joko

Suyono. Edisi ke-7. Jakarta: EGC, 2000; hal. 304-9

5. Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery.

New York. WB Saunders Company. 795-801

6. Snell, Richard S. Anatomi Klinik untuk mahasiswa kedokteran; alih

bahasa: Liliana Sugiharto, edisi ke-6. Jakarta:EGC, 2006, hal. 148-65,

189-90

7. Manthey, David. Hernias .2007.on 14 June 2012 Available

athttp://www.emedicine.com/emerg/topic251.htm

8. Inguinal Hernia: Anatomy and Management Accesed on 14 June 2012

Available at http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4

9. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartz’s Principles of

Surgery. Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-94.

10. Kerry V. Cooke.incarcerated hernia.2005.on 13 June 2012 Available

athttp://www.webmed.com

11. Inguinal hernia.Accesed on 13 June 2012 Available at

http://www.healthsystem.virginia.edu/toplevel/home/

12. C. Palanivelu. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery. Edisi I.

Penerbit GEM Foundation. 2004. Hal 39-58

13. Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergency surgery. Edisi XXIII.

Penerbit Hodder Arnold. 2006.

38

Page 39: Case Report Hernia

14. A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta

Kedokteran. Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2000. Hal 313-17

15. Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by step

approach). Edisi I. Penerbit Global Digital Services, Bhatia Global

Hospital & Endosurgery Institute. New Delhi. 2003

16. H G, Burhitt & O.R.G. Quick. Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal 348-

56

17. Michael M. Henry & Jeremy N. T. Thompson. Clinical Surgery. Edisi II.

2005.

39