Upload
thenewaasitumorang
View
28
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Case Report Hernia
Citation preview
Status Pemeriksaan Pasien
Departemen Bedah
RSUD Waled Kabupaten Cirebon
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. J
Umur : 80 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Menikah
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : -
Alamat : Asem Rt 001/001 Blok Manis Kabupaten Cirebon
Tanggal masuk RS : 25 September 2015
No. Rekam medis : 780696
II. Keluhan Utama
Terdapat benjolan di lipat paha kiri sejak 5 bulan yang lalu.
III. Anamnesa Lengkap
A. Riwayat penyakit sekarang
Os datang dengan keluhan terdapat benjolan di lipat paha sebelah kiri,
benjolan sudah dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Benjolan kadang
kadang timbul kadang kadang tidak timbul, os mengaku benjolan
timbul ketika bekerja mencangkul sebagai petani, dan benjolan hilang
ketika berbaring. Saat benjolan keluar kadang kadang berusaha untuk
menekan benjolannya agar masuk, karena yang dirasakan benjolan
dapat keluar masuk. Os merasakan nyeri hilang timbul pada benjolan,
1
demam (-), meriang (-), sesak (-), mual (-), muntah(-), dan intake
makanan dan minuman (+), BAB (+) tidak sembelit maupun mencret,
BAK (+) lancar, tidak tersendat dan selalu tuntas.
B. Riwayat penyakit dahulu
Os mengaku tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya, dan tidak
pernah dirawat di RS sebelumnya. Os mengaku mempunyai riwayat
penyakit hipertensi, Diabetes militus disangkal, riwayat pernah batuk
lama disangkal dan riwayat pernah terkena tuberkulosis disangkal serta
riwayat pembesaran prostat disangkal. Riwayat trauma di lipat paha
disangkal.
C. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada dari pihak keluarga yang mempunyai penyakit yang sama.
D. Riwayat pribadi dan sosial ekonomi
Os mengaku pekerja keras sering mengangkut barang barang berat
hasil pekerjaannya sebagai petani. kebiasaanya mengangkut barang
tidak pernah memakai alat, seringnya langsung dipanggul. Merokok
(+) saat mudanya dan minum alkohol (-), jarang berolah raga dan rutin
makan minum 3 kali sehari serta istirahat yang cukup.
IV. Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5ºC
Kulit
Warna : Sawo matang, tidak pucat, tidak ikterik, tidak
terdapat hipopigmentasi ataupun hiperpigmentasi.
2
Lesi : Tidak terdapat lesi primer seperti makula, papula,
vesikula, pustula maupun lesi sekunder seperti jaringan parut
atau keloid
Rambut : Tumbuh rambut pada permukaan kulit
Turgor : Baik
Keringat : Normal
Kepala
Normocephali
Distribusi rambut merata dan berwarna hitam
Tidak tampak adanya deformitas
Mata
Tidak terdapat ptosis pada palpebra dan tidak terdapat oedem
Conjunctiva tidak anemis
Sklera tidak tampak ikterik
Pupil : isokor, RCL +/+, RCTL +/+
Telinga
Daun telinga : Normal
Tofi : Tidak ditemukan
Liang telinga : Lapang
Membrana timpani : Intak
Nyeri tekan mastoid : Tidak nyeri tekan
Serumen : Tidak ada
Sekret : Tidak ada
Hidung
Bagian luar : Normal, tidak terdapat deformitas
Septum : Terletak di tengah dan simetris
Mukosa hidung : Tidak hiperemis
Cavum nasi : Tidak ada tanda perdarahan
Mulut dan Tenggorokan
Bibir : Tidak pucat dan tidak sianosis
3
Gigi geligi : Lengkap, tidak ada karies
Palatum : Tidak ditemukan torus
Lidah : Normoglosia
Tonsil : T1/T1 tenang
Faring : Tidak hiperemis
Leher
JVP : (5+2) cm H20
Kelenjar tiroid : Tidak teraba membesar
Trakea : Letak di tengah
Kelenjar Getah Bening
Leher : Tidak teraba membesar
Axilla : Tidak teraba membesar
Inguinal : Tidak teraba membesar
Thorax
Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat Palpasi : Ictus cordis teraba 1 jari linea midklavikularis
kiri, ICS 5
Perkusi : Batas atas : ICS 2 garis parasternal kiri
Batas kanan : ICS 3-4 garis sternalis kanan
Batas kiri : ICS 5, 1 cm lateral garis midklavikularis kiri
Auskultasi : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Inspeksi : Pergerakan nafas saat statis dan dinamis
Palpasi : Vocal Fremitus sama pada kedua paru
Perkusi : Sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler di kedua paru, Rh -/-,
Wh -/-
Abdomen
Inspeksi : Datar, tidak terdapat pelebaran vena
4
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), benjolan (-)
Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-), shifting dullnes (-)
Auskultasi : Bising usus 10 x/menit
Punggung
Tidak terdapat kelainan bentuk tulang pada punggung pasien
Tidak terdapat skoliosis, lordosis, dan kifosis
Tidak terdapat nyeri pada perabaan vertebra panggul
Tidak terdapat nyeri ketok sudut costovertebra
Ekstremitas
Ekstremitas atas
o Regio kanan : Akral hangat, tidak terdapat oedem
o Regio kiri : Pada status lokalis
Ekstremitas bawah
o Regio kanan : Akral hangat, tidak terdapat oedem
o Regio kiri : Akral hangat, tidak terdapat oedem,
terdapat luka lecet
V. Status Lokalis
Regio inguinal sinistra
Inspeksi
Tanpa mengedan atau batuk tampak massa dengan ukuran sebesar
8x5x3 cm di daerah inguinal sinistra, berbentuk bulat, warnanya
seperti kulit di sekitarnya, dan tidak terdapat tanda-tanda radang
Palpasi
Manuver Valsavah (+) teraba benjolan di lipat paha kiri,
permukaan halus tidak berbenjol benjol batas tidak tegas, benjolan
dapat dimasukan kembali. Finget tip test (+) teraba masa diujung
jari saat mengedan dan batuk. Pemeriksaan skrotum: tidak terlihat
bengkak atau membesar, tidak ada kemerahan pada kulit skrotum,
5
testis teraba 2 tidak nyeri, funikulus spermatikus tidak teraba massa
seperti cacing akibat varises, transluminasi (-).
VI. Pemeriksaan tambahan
Laboratorium
Hematologi
o Hb : 11,8 g/dl
o Ht : 35 %
o Trombosit : 228.000 /dl
o Leukosit : 9700 /ul
o Eritrosit : 3,73 juta
o Bleeding time : 3 menit
o Clotting time : 8 menit
o GDS : 115
VII. Diagnosa Kerja
Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponible
6
BAB I
PENDAHULUAN
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi
hernia. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital
dan hernia dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai
dengan lokasi anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis,
femoralis, dll. Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia
inguinal direk, indirek, serta hernia femoralis.
Menurut sifatnya, hernia disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat
keluar-masuk. Usus keluar saat berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika
berbaring atau bila didorong masuk perut. Selama hernia masih reponibel, tidak
ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat
direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut hernia ireponibel.
Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia
ingunalis medialis dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua
pertiga dari hernia ingunalis medialis. Sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis
medialis. Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita.
Perbandingan antara pria dan wanita untuk hernia ingunalis 7 : 1.
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis karena
keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang teletak
lateral dari pembuluh epigastrika inferior. Hernia kemudian masuk ke dalam
kanalis inguinalis (kanalis inguinalis berisi funikulus spermatikus pada laki-laki
dan ligamentum rotundum pada perempuan) dan jika cukup panjang, menonjol
keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan
sampai ke skrotum sehingga disebut hernia skrotalis.
7
Hernia inguinalis direk, disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol
langsung ke depan melalui segitiga Hesselbach (Hesselbach, Franz K. 1788-
1856, ahli ilmu anatomi, Jerman). Hernia inguinalis medialis karena tidak keluar
keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum, umumnya tidak disertai
strangulasi karena cincin hernia longgar.
BAB II
LANDASAN TEORI
I. EMBRIOLOGI
Pada pria, ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari
pole inferior gonad ke permukaan interna skrotum. Gubernaculum akan
melewati dinding abdomen yang mana pada sisi bagian ini akan menjadi
kanalis inguinalis. Processus vaginalis adalah evaginasi diverticular
peritoneumyang membentuk bagian ventral gubernaculums bilateral. Testis
8
awalnya retroperitoneal dan dengan processus vaginalis testis akan turun
melewati canalis inguinalis ke scrotum dikarenakan kontraksi gubernaculum.
Pada sisi sebelah kiri terjadi penurunan terlebih dahulu sehingga ,yang
tersering hernia inguinalis lateralis angka kejadiannya lebih banyak pada laki-
laki dan yang paling sering adalah yang sebelah kanan.
Testis turun melalui anulus inguinalis dan melintasi tepi atas os
pubikum ke dalam tonjolan skrotum pada saat lahir. Testis kemudian
dibungkus oleh suatu lipatan refleksi prosesus vaginalis. Lapisan peritoneum
yang membungkus testis dikenal sebagai tunika vaginalis testis lamina
viseralis, bagian lain kantong peritoneum membentuk tunika vaginalis testis
lamina parietalis. Saluran sempit yang menghubungkan lumen prosesus
vaginalis dengan rongga peritoneum, menutup pada saat lahir atauu segera
sesudahnya. Disamping dibungkus oleh lapisan-lapisan peritoneum yang
berasal dari prosesus vaginalis, testis juga terbungkus di dalam lapisan-lapisan
yang berasal dari dinding abdomen anterior yang dilewatinya.
Lapisan prosesus vaginalis secara normal berfusi bersama dan
berobliterasi masuk kedalam saluran inguinal disekitar cincin interna.
Kegagalan obliterasi processus vaginalis oleh tunika vaginalis mengakibatkan
berbagai anomaly inguinal.
9
Gambar 2.1.1 Proses Desensus testis
Pada wanita ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian inferior
menjadi ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna ke labia
majus. Processus vaginalis normalnya menutup, menghapuskan perluasan
rongga peritoneal yang melewati cincin interna.
II. ANATOMI
STRUKTUR DINDING ANTERIOR ABDOMEN
Lapisan-lapisan dinding abdomen terdiri dari (luar ke dalam):
1. Kulit
2. Fascia superficialis, terdiri dari fascia camperi dan fascia scarpae
10
3. Otot dinding anterior abdomen, antara lain: muskulus obliquus externus
abdominis, muskulus obliquus internus abdominis, muskulus transversus
abdominis
4. Fascia transversalis
5. Lemak extraperitoneal
6. Peritoneum parietale
Seperti pada gambar dibawah ini
Gambar 2.2.1 Lapisan-lapisan dinding abdomen
11
Penjelasan:
1. Kulit
Garis-garis lipatan kulit alami berjalan konstan dan hampir horizontal
di sekitar tubuh. Secara klinis hal ini penting karena insisi sepanjang garis
lipatan ini akan sembuh dengan sedikit jaringan parut sedangkan insisi yang
menyilang garis-garis ini akan sembuh dengan jaringan parut yang menonjol
2. Fascia superficialis:
a. Lapisan luar, Panniculus adiposus (fascia camperi): berhubungan dengan
lemak superficial yang meliputi bagian tubuh lain dan mungkin sangat
tebal (3 inci [8cm] atau lebih pada pasien obesitas)
b. Lapisan dalam, Stratum membranosum (fascia scarpae): stratum
membranosum tipis dan menghilang di sisi lateral dan atas. Di bagian
inferior, stratum membranosum berjalan di depan paha dan di sini bersatu
dengan fascia profunda pada satu jari di bawah ligamentum inguinale.
3. Otot dinding anterior abdomen:
a. Musculus obliquus externus abdominis
Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis, dibentuk oleh dua
lapisan: superfisial dan profunda menjadi aponeurosis obliquus externus.
Bersama dengan aponeurosis otot obliqus internus dan transversus
abdominis, mereka membentuk sarung rektus dan akhirnya linea alba.
Aponeurosis obliqus eksternus menjadi batas superfisial dari kanalis
inguinalis. Ligamentum inguinal terletak dari spina iliaca anterior
superior ke tuberculum pubicum. Ligamentum inguinale (Poupart)
merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus
eksternus. Terletak mulai dari SIAS sampai ke ramus superior tulang
pubis. Lakunare (Gimbernati) merupakan paling bawah dari ligamentum
12
inguinale dan dibentuk dari serabut tendon obliqus eksternus yang
berasal dari daerah Sias.
b. Muskulus obliquus internus abdominis
Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis yang terletak di
profunda muskulus obliquus externus abdominis. Serabut tendon yang
terbawah bergabung dengan serabut-serabut yang sama dari muskulus
transversus abdominis membentuk conjoined tendon.
c. Muskulus transversus abdominis
Merupakan lembaran otot yang tipis dan terletak di profunda
muskulus obliquus internus abdominis dan serabut-serabutnya berjalan
horizontal ke depan. Serabut tendo yang terbawah bersatu dengan serabut
tendo yang sama dari muskulus obliquus internus abdominis membentuk
conjoined tendon.
4. Fascia transversalis
Merupakan lapisan fascia tipis yang membatasi muskulus transversus
abdominis. Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2
lapisan:Fascia transversalis dapat dibagi menjadi dua bagian, satu terletak
sedikit sebelum yang lainnya, bagian dalam lebih tipis dari bagian luar; ia
keluar dari tendon otot transversalis pada bagian dalam dari spermatic cord
dan berikatan ke linea semulunaris. Ligamentum Cooper terletak pada
bagian belakang ramus pubis dan dibentuk oleh ramus pubis dan fascia.
Ligamentum Cooper adalah titik fiksasi yang penting dalam metode
perbaika laparoscopic sebagaimana pada titik McVay.
5. Lemak extraperitoneal
Merupakan selapis tipis jaringan ikat yang mengandung lemak dalam
jumlah yang bervariasi dan terletak diantara fascia transversalis dan
peritoneum parietale.
13
6. Peritoneum parietale
Merupakan membrana serosa tipis (pelapis dinding abdomen) dan
melanjutkan diri ke bawah dengan peritoneum parietale yang melapisi
rongga pelvis.
Saraf-saraf dinding anterior abdomen:
Rami anteriores enam nervi thoracici bagian bawah. Berjalan di dalam celah
antara muskulus obliquus internus abdominis dan muskulus transversus
abdominis. Saraf tersebut menyarafi kulit dinding anterior abdomen, otot-
otot (termasuk muskulus rectus abdominis dan muskulus pyramidalis), dan
peritoneum parietale. Saraf-saraf ini berakhir dengan menembus dinding
anterior vagina muskuli recti abdominis.
Nervus lumbalis 1. Punya perjalanan yang sama namun tidak masuk ke
vagina muskuli recti abdominis. Saraf ini berbentuk sebagai nervus
iliohypogastricus yang menembus aponeurosis muskulus obliquus externus
abdominis di atas anulus inguinalis superficialis dan nervus ilioinguinalis
yang keluar dari anulus ini. Saraf-saraf ini berakhir dengan menyarafi kulit
tepat di atas ligamentum inguinale dan symphisis pubica
Arteriae dinding anterior abdomen:
Arteri epigastrika superior: merupakan salah satu cabang terminal arteri
thoracica interna. Mendarahi bagian tengah atas dinding anterior abdomen
dan beranastomosis dengan arteria epigastrika inferior
Arteri epigastrika inferior: merupakan cabang arteria iliaca externa tepat
diatas ligamentum inguinale. Mendarahi bagian tengah bawah dinding
abdomen anterior dan beranastomosis dengan arteria epigastika superior.
Arteri circumflexa profunda: merupakan cabang arteria iliaca externa tepat
diatas ligamentum inguinale. Mendarahi bagian lateral bawah dinding
abdomen.
14
Dua arteri intercostales posterior bagian bawah merupakan cabang aorta
descendens dan empat arteri lumbales yang berasal dari aorta abdominalis.
Mendarahi bagian lateral dinding abdomen.
Vena dinding anterior abdomen:
Vena epigastrika superior
Vena epigastrika inferior mengalirkan darah ke vena
thoracica
Vena circumflexa ilium profunda interna dan vena iliaca externa
Vena intercostales posterior mengalirkan darah ke vena azygos
Vena lumbales mengalirkan darah ke vena cava inferior
CANALIS INGUINALIS
Canalis inguinalis merupakan saluran oblik yang mnembus bagian bawah
dinding anterior abdomen dan terdapat pada kedua jenis kelamin. Pada laki-
laki, saluran ini merupakan tempat lewatnya struktur-struktur yang berjalan
dari testis ke abdomen dan sebaliknya. Pada perempuan, saluran ini dilalui oleh
ligamentum teres uteri (rotundum) yang berjalan dari uterus ke labium majus
pudendi. Selain itu, saluran ini dilewati oleh nevus ilioinguinalis baik laki-laki
maupun perempuan.
Canalis inguinalis panjangnya sekitar 1.5 inci (4cm) pada orang dewasa
dan terbentang dari anulus inguinalis profundus (lubang berbentuk oval terletak
sekitar 1.3cm diatas ligamentum inguinale pada pertengahan antara sias dan
symphisis pubica) pada fascia transversalis, berjalan ke bawah dan medial
sampai anulus inguinalis superficialis (lubang berbentuk segitiga) pada
aponeurosis obliquus externus abdominis. Canalis inguinalis terletak sejajar
dan tepat diatas ligamentum inguinale.
15
Gambar 2.2.2 Canalis inguinalis
Dinding canalis inguinalis, terdapat dinding anterior, dinding posterior,
dinding inferior/dasar, dan dinding superior/atap. Dinding anterior canalis
inguinalis dibentuk oleh aponeurosis muskulus obliquus externus abdominis.
Dinding posterior canalis inguinalis dibentuk oleh fascia transversalis. Dinding
inferior canalis inguinalis dibentuk oleh lipatan pinggir bawah aponeurosis
muskulus obliquus externus abdominis yang disebut ligamentum inguinale dan
ujung medialnya disebut ligamentum lacunare. Dinding superior canalis
inguinalis dibentuk oleh serabut-serabut terbawah muskulus obliquus internus
abdominis dan muskulus transversus abdominis yang melengkung.
Fungsi canalis inguinalis, pada laki-laki, memungkinkan struktur-struktur
yang terdapat di dalam funiculus spermaticus berjalan dari atau ke testis
menuju abdomen dan sebaliknya. Pada perempuan, canalis inguinalis yang
lebih kecil memungkinkan ligamentum teres uteri berjalan dari uterus menuju
ke labium majus.
16
Adanya canalis inguinalis pada bagian bawah dinding anterior abdomen
pada laki-laki dan perempuan merupakan suatu tempat lemah. Tataletak canalis
inguinalis untuk mengatasi kelemahan ini:
1. Dinding anterior canalis inguinalis diperkuat oleh serabut-serabut muskulus
obliquus internus abdominis tepat di depan anulus inguinalis profundus
2. Dinding posterior canalis inguinalis diperkuat oleh conjoined tendon tepat di
belakang anulus inguinalis superficialis
3. Pada waktu batuk dan mengedan (miksi, defekasi, dan partus), serabut-
serabut paling bawah muskulus obliquus internus abdominis dan muskulus
transversus abdominis yang melengkung berkontraksi sehingga atap yang
melengkung menjadi datar dan turun mendekati lantai. Atap mungkin
menekan isi canalis inguinalis ke arah dasar sehingga sebenarnya canalis
inguinalis menutup.
4. Bila diperlukan mengedan dengan kuat, seperti pada defekasi dan partus,
secara alamiah orang cenderung dalam posisi jongkok, articulatio coxae
fleksi, dan permukaan anterior tungkai atas mendekati permukaan anterior
dinding abdomen. Dengan cara ini, bagian bawah dinding anterior abdomen
dilindungi oleh tungkai atas.
FUNIKULUS SPERMATIKUS
Funikulus spermatikus berawal pada anulus inguinalis profundus yang
terletak lateral terhadap arteria epigastrica inferior dan berakhir di testis.
Struktur-struktur pada funikulus spermatikus adalah sebagai berikut: 1. Vas
deferens, 2. Arteria testikularis, 3. Vena testikularis, 4. Pembuluh limfatik
testis, 5. Saraf-saraf otonom, 6. Prosessus vaginalis (sisa), 7. Arteria
cremasterica, 8. Arteria ductus deferentis, dan 9. Ramus genitalis nervus
genitofemoralis yang menyarafi muskulus cremaster.
17
Gambar 2.2.3 Funikulus spermatikus
TRIGONUM HESSELBACH
Trigonum Hesselbach merupakan daerah dengan batas:
- Inferior: Ligamentum Inguinale.
- Lateral: Vasa epigastrika inferior.
- Medial: Tepi m. rectus abdominis.
Dasarnya dibentuk oleh fascia transversalis yang diperkuat serat
aponeurosis m.transversus abdominis. Hernia yang melewati trigonum
Hesselbach disebut sebagai hernia direk, sedangkan hernia yang muncul lateral
dari trigonum ini adalah hernia indirek.
18
Gambar 2.2.4 Trigonum hesselbach
19
BAB III
HERNIA INGUINALIS
I. DEFINISI
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan
adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang
lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di
berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen
pada umumnya daerah inguinal.
Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis
(HIL) dan Hernia Ingunalis Medialis. Hernia inguinalis lateralis mempunyai
nama lain yaitu hernia indirecta yang artinya keluarnya tidak langsung
menembus dinding abdomen. Selain hernia indirek nama yang lain adalah
hernia oblique yang artinya kanal yang berjalan miring dari lateral atas ke
medial bawah. Hernia ingunalis lateralis sendiri mempunyai arti pintu
keluarnya terletak disebelah lateral vasa epigastrica inferior. Hernia inguinalis
lateralis (HIL) dikarenakan kelainan kongenital meskipun ada yang didapat.8.
Hernia inguinalis medialis (HIM) atau hernia direk hampir selalu disebabkan
oleh peninggian tekanan intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di
trigonum Hesselbach.
II. KLASIFIKASI
1. Menurut waktu
a. Hernia kongenital
b. Hernia akuisita/didapat
2. Menurut lokasi/letaknya
a. Hernia inguinalis
b. Hernia femoralis
c. Hernia umbilikalis
3. Secara klinis
20
a. Hernia reponibilis: bila isi hernia dapat keluar masuk. Keluar saat berdiri
atau mengedan, masuk ketika berbaring atau bila didorong masuk perut
b. Hernia ireponibilis: bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke
dalam rongga perut. Ini biasanya disebabkan oleh pelekatan isi kantong
kepada peritoneum kantong hernia.
c. Hernia strangulasi: hernia ireponibel yang disertai gangguan
vaskularisasi
d. Hernia inkarserata: hernia ireponibel yang disertai gangguan pasasse
III. ETIOLOGI
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau
didapat. Hernia dapat dijumpai pada segala usia, dan lebih banyak pada laki-
laki daripada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada
pembentukan pintu masuk hernia di anulus internus yang cukup lebar
sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan pula
faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka
cukup lebar itu.
Faktor yang dipandang berperan dalam terjadinya hernia ingunalis antara
lain:
1. Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang.
Mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan ukuran
badan.
Sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau gangguan
saluran kencing.
Batuk yang kronis dikarenakan infeksi, bronchitis, asthma,
emphysema, alergi.
Partus.
2. Kelemahan otot dinding perut karena usia.
3. Prosesus vaginalis yang terbuka
Hernia terdiri atas tiga bagian:
21
a. Kantong hernia, merupakan kantong (divertikulum) peritonei dan
mempunyai leher dan badan (corpus)
b. Isi hernia dapat terdiri atas setiap struktur yang ditemukan di dalam
cavitas abdominalis dan dapat bervariasi dari sebagian kecil omentum
sampai organ besar seperti ren
c. Pelapis hernia dibentuk dari lapisan-lapisan dinding abdomen yang
dilalui oleh kantong hernia
Gambar 3.3.1 Bagian-bagian dari hernia
IV. PERBANDINGAN ANTARA HIL DAN HIM
Tipe Deskripsi Hubungan dengan
vasa epigastrica
inferior
Dibungkus
oleh fascia
spermatica
interna
Onset
biasanya
pada waktu
Hernia
ingunali
s
lateralis
Penojolan
melewati
cincin inguinal
dan biasanya
merupakan
kegagalan
penutupan
Lateral Ya Kongenital
dan bisa
pada waktu
dewasa.
22
cincin
ingunalis
interna pada
waktu embrio
setelah
penurunan
testis
Hernia
ingunali
s
medialis
Keluarnya
langsung
menembus
fascia dinding
abdomen
Medial Tidak Dewasa
Tabel 3.4.1 perbandingan antara HIL dan HIM
Hernia Inguinalis Lateralis.
Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral
pembuluh epigastrika inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar
melalui dua pintu dan saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Pada
pemeriksaan hernia lateralis akan tampak tonjolan berbentuk lonjong. Dapat
terjadi secara kongenital atau akuisita:
- Hernia inguinalis indirekta congenital.
Terjadi bila processus vaginalis peritonei pada waktu bayi
dilahirkan sama sekali tidak menutup. Sehingga kavum peritonei tetap
berhubungan dengan rongga tunika vaginalis propria testis. Dengan
demikian isi perut dengan mudah masuk ke dalam kantong peritoneum
tersebut.
- Hernia inguinalis indirekta akuisita.
23
Terjadi bila penutupan processus vaginalis peritonei hanya pada
suatu bagian saja. Sehingga masih ada kantong peritoneum yang berasal
dari processus vaginalis yang tidak menutup pada waktu bayi dilahirkan.
Sewaktu-waktu kantung peritonei ini dapat terisi dalaman perut
(misalkan pada saat tekanan intra abdomen meningkat)
Gambar 3.4.1 Hernia Inguinalis Lateralis
Hernia Inguinalis Medialis
24
Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis,
menonjol langsung ke depan melalui segitiga Hasselbach, daerah yang
dibatasi ligamentum inguinale di bagian inferior, pembuluh epigastrika
inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar
segitiga Hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat
aponeurosis muskulus transversus abdominis yang kadang-kadang tidak
sempurna sehingga daerah ini potensial untuk menjadi lemah. Hernia
medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak ke
skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar.
Gambar 3.4.2 Hernia Inguinalis Medialis
25
V. PATOFISIOLOGI
Pada bulan ke – 8 dari kehamilan, terjadinya desensus testikulorum
melalui kanal. Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum
sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis
peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi,
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam
beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri turun terlebih
dahulu dari yang kanan, maka prosesus vaginalis yang kanan lebih sering
terbuka. Dalam keadaan normal, prosesus yang terbuka ini akan menutup pada
usia 2 bulan. Bila prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia
inguinalis lateralis kongenital.
Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi kerana usia lanjut, karena
pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan
bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi.
Pada orang tua prosesus tersebut telah menutup. Namun karena daerah ini
merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan
tekanan intra abdominal meningkat seperti batuk – batuk kronik, bersin yang
kuat dan mengangkat barang – barang berat, mengejan. Prosesus yang sudah
tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena
terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut.
Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma,
hipertropi protat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat
terjadi pada semua. 14,15,16
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses
perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin.
26
VI. GAMBARAN KLINIS
Hernia inguinalis lateralis
Terdapat benjolan dilipat paha yang timbul pada waktu mengedan, batuk,
bersin, berdiri, mengangkat berat dan hilang setelah berbaring (apabila
masih reponibel)
Nyeri atau rasa tidak enak di daerah epigastrium atau para umbilical
sewaktu segmen usus halus masuk ke kantong hernia
Mual, muntah, kolik bila terjadi inkaserasi ataupun strangulasi
Hernia inguinalis medialis
Pada umumnya hernia direct akan memberikan gejala yang sedikit
dibandingkan hernia ingunalis lateralis
VII. DIAGNOSA
Diagnosis hernia dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik,
gejala klinis maupun pemeriksaan khusus. Bila benjolan tidak tampak,
27
pasien dapat disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan
berdiri. Bila hernia maka akan tampak benjolan, atau pasien diminta
berbaring, bernafas dengan mulut untuk mengurangi tekanan
intraabdominal.
PEMERIKSAAN
- Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang saat berbaring atau
saat direposisi.
- Hernia ireponibel terdapat benjolan dilipat paha yag muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan tidak menghilang saat berbaring
atau saat direposisi
- Hernia inguinal
- Lateralis : muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari
lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.
- Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
Pemeriksaan Finger Test :
1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.
3. Penderita disuruh batuk:
- Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
- Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.
28
Gambar 7.3.1 Finger Test
Pemeriksaan Zieman Test :
1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh
penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :
- jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
- jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
- jari ke 4 : Hernia Femoralis.
29
Gambar 7.3.2. Zieman Test
Pemeriksaan Thumb Test :
- Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
- Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
- Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
Gambar 7.3.3. Thumb Test
30
VIII. DIAGNOSA BANDING
Gambar 8.3.1. diagnosa banding hernia inguinalis
1. Hidrokel
Tidak dapat dimasukkan kembali. Testis pada pasien hidrokel tidak
dapat diraba. Pada hidrokel, pemeriksaan transiluminasi akan memberi
hasil positif. Hidrokel dapat dikosongkan dengan pungsi, tetapi sering
kambuh kembali. Pada pungsi didapatkan cairan jernih.
2. Varikokel
Peninggian tekanan di dalam pleksus pampiniformis dapat diraba
sebagai struktur yang terdiri atas varises pleksus pampiniformis yang
memberikan kesan raba seperti kumpulan cacing. Permukaan testis
normal licin tanpa tonjolan dengan konsistensi elastis.
IX. KOMPLIKASI
1. Hernia inkarserasi :
Isi hernia yang tercekik oleh cincin hernia yang menimbulkan
gejala obstruksi usus yang sederhana, menyebabkan gangguan dari
31
pasase usus, mual, dan muntah. Hernia yang membesar mengakibatkan
nyeri dan tegang. Pada hernia inkarserasi, hernia tidak dapat direposisi.
2. Hernia strangulasi :
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan
isi hernia. Pada permulaan, terjadi bendungan vena sehingga terjadi
oedem organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam
kantong hernia. Timbulnya oedem menyebabkan jepitan pada cincin
hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan
terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi
transudat berupa cairan serosanguinus.
X. PENATALAKSANAAN
Konservatif :
- Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong
sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan
tekanan lambat dan menetap sampai terjadi reposisi.
- Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi
Trendelenburg, pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas hernia,
kemudian bila berhasil, anak boleh menjalani operasi pada hari
berikutnya.
Operatif:
Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan,
kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin
kemudian dipotong.
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti
lebih penting artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan
herniotomi.
32
Pada anak-anak dilakukan herniotomi tanpa hernioraphy karena
masalahnya pada kantong hernia sedangkan keadaan otot-otot abdomen
masih kuat (tidak lemah), maka dilakukan pembebasan kantong hernia
sampai dengan lehernya, dibuka dan dibebaskan isi hernia, jika ada
perlekatan lakukan reposisi, kemudian kantong hernia dijahit setinggi-tinggi
mungkin lalu dipotong.
Karena herniotomi pada anak-anak sangat cepat dan mudah, maka
kedua sisi dapat direparasi sekaligus jika hernia terjadi bilateral
Teknik Operasi;
Adapun teknik-teknik operasi hernia ada beberapa cara, yaitu
Bassini, dahulu merupakan metode yang sering digunakan, dengan cara
conjoint tendon didekatkan dengan ligamentum Poupart’s dan spermatic
cord diposisikan seanatomis mungkin di bawah aponeurosis muskulus
oblikuus eksterna. Menjait conjoint tendon dengan ligamentum inguinale.
Shouldice : seperti bassini ditambah jahitan fascia transversa dengan lig.
Cooper.
Lichtenstein : menggunakan propilene (bahan sintetik) menutup segitiga
Hasselbach dan mempersempit anulus internus.
Halsted, menempatkan muskulus oblikuus eksterna diantara cord
kebalikannya cara Bassini. seperti Bassini tetapi funikulus spermatikus
berada diluar Apponeurosis M.O.E.
Mc Vay, dikenal dengan metode ligamentum Cooper, meletakkan conjoint
tendon lebih posterior dan inferior terhadap ligamentum Cooper.
Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik hernioraphy dapat
dikelompokkan dalam 4 kategori utama:
a. Kelompok 1 : Open Anterior Repair
Kel. 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice)
melibatkan pembukaan aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus
dan membebaskan funnikulus spermatikus. Fascia transversalis kemudian
33
dibuka, dilakukan inspeksi kanalis spinalis, celah direct dan indirect.
Kantung hernia diligasi dan dasar kanalis spinalis di rekonstruksi.
Teknik Bassini
Komponen utama dari teknik ini adalah :
- Membelah aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dikanalis
inguinalis hingga ke cincin eksternal.
- Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari hernia
indirect sekaligus menginspeksi dasar dari kanalis inguinal untuk
mencari hernia direct.
- Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis inguinalis
(fascia transversalis)
- Melakukan ligasi kantong hernia seproksimal mungkin.
- Rekonstruksi dinding posterior dengan menjahit fascia transversalis,
otot transversalis abdominis dan otot abdominis internus ke
ligamentum inguinalis lateral.
-
Bassini technique
34
Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam
rekonstruksi, tetapi semuanya menggunakan jahitan permanen untuk
mengikat fascia disekitarnya dan memperbaiki dasar dari kanalis
inguinalis. Kelemahannya adalah tegangan yang terjadi akibat jahitan
tersebut, selain dapat menimbulkan nyeri juga dapat terjadi nekrosis otot
yang akan menyebabkan jahitan terlepas dan mengakibatkan
kekambuhan.
b. Kelompok 2 : Open Posterior Repair
Posterior repair (iliopubic repair dan teknik Nyhus) dilakukan
dengan membelah lapisan dinding abdomen superior hingga ke
cincinluar dan masuk ke properitoneal space. Diseksi kemudian
diperdalam kesemua bagian kanalis inguinalis. Perbedaan utama antara
teknik ini dan teknik open anterior adalah rekonstruksi dilakukan dari
bagian dalam. Posterior repair sering digunakan pada hernia dengan
kekambuhan karena menghindari jaringan parut dari operasi sebelumnya.
Operasi ini biasanya dilakukan dengan anastesi regional atau anastesi
umum.
c. Kelompok 3: Tension-free repair with Mesh
Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow)
menggunakan pendekatan awal yang sama dengan teknik open anterior.
Akan tetapi tidak menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki defek,
tetapi menempatkan sebuah prostesis, yaitu Mesh yang tidak diserap.
Mesh ini dapat memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan tegangan
dan ditempatkan di sekitar fascia. Hasil yang baik diperoleh dengan
teknik ini dan angka kekambuhan dilaporkan kurang dari 1 persen.
Beberapa ahli bedah meragukan keamanan jangka panjang penggunaan
implant prosthesis, khususnya kemungkinan infeksi atau penolakan.
Akan tetapi pengalaman yang luas dengan mesh telah mulai
menghilangkan anggapan ini, dan teknik ini terus populer. Teknik ini
dapat dilakukan dengan anastesi lokal, regional atau general.
35
d. Kelompok 4 : Laparoscopic
Operasi hernia laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun
terakhir, tetapi juga menimbulkan kontroversi. Pada awal pengembangan
teknik ini, hernia diperbaiki dengan menempatkan potongan mesh yang
besar di regio inguinal diatas peritoneum. Teknik ini ditinggalkan karena
potensi obstruksi usus halus dan pembentukan fistel karena paparan usus
terhadap mesh. Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorhappies
dilakukan menggunakan salah satu pendekatan transabdominal
preperitoneal (TAPP) atau total extraperitoneal (TEP). Pendekatan TAPP
dilakukan dengan meletakkan trokar laparoskopik dalam cavum abdomen
dan memperbaiki regio inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh
diletakkan dan kemudian ditutupi dengan peritoneum. Sedangkan
pendekatan TEP adalah prosedur laparokopik langsung yang
mengharuskan masuk ke cavum peritoneal untuk diseksi.
Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa cedera selama operasi.
36
BAB IV
KESIMPULAN
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan
adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah
(defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai
tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya
daerah inguinal.
Hernia inguinalis dibagi dua jenis: hernia inguinalis medialis/hernia
inguinalis directa/hernia inguinalis horisontal dan hernia ingunalis lateralis/ hernia
indirecta/hernia obliqua. Yang tersering hernia inguinalis lateralis angka
kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang
sebelah kanan.
Etiologi dari hernia inguinalis antara lain prosesus vaginalis persisten,
tekanan intra abdominal yang meninggi, kelemahan otot-otot abdomen.
Komplikasi yang terjadi yaitu inkarserasi dan strangulasi. Jika sudah
terjadi strangulasi penanganan segera adalah dengan operasi.
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasjad C. Hernia. Dalam : Sjamsuhidajat R, Jong WD, editor. Buku Ajar
Ilmu Bedah. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2010;
hal. 619-29
2. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery.
17th Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-217.
3. Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery
Basic Science and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.
4. Sadler, T.W. Embriologi Kedokteran Langman. Alih bahasa: Joko
Suyono. Edisi ke-7. Jakarta: EGC, 2000; hal. 304-9
5. Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery.
New York. WB Saunders Company. 795-801
6. Snell, Richard S. Anatomi Klinik untuk mahasiswa kedokteran; alih
bahasa: Liliana Sugiharto, edisi ke-6. Jakarta:EGC, 2006, hal. 148-65,
189-90
7. Manthey, David. Hernias .2007.on 14 June 2012 Available
athttp://www.emedicine.com/emerg/topic251.htm
8. Inguinal Hernia: Anatomy and Management Accesed on 14 June 2012
Available at http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4
9. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartz’s Principles of
Surgery. Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-94.
10. Kerry V. Cooke.incarcerated hernia.2005.on 13 June 2012 Available
athttp://www.webmed.com
11. Inguinal hernia.Accesed on 13 June 2012 Available at
http://www.healthsystem.virginia.edu/toplevel/home/
12. C. Palanivelu. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery. Edisi I.
Penerbit GEM Foundation. 2004. Hal 39-58
13. Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergency surgery. Edisi XXIII.
Penerbit Hodder Arnold. 2006.
38
14. A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2000. Hal 313-17
15. Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by step
approach). Edisi I. Penerbit Global Digital Services, Bhatia Global
Hospital & Endosurgery Institute. New Delhi. 2003
16. H G, Burhitt & O.R.G. Quick. Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal 348-
56
17. Michael M. Henry & Jeremy N. T. Thompson. Clinical Surgery. Edisi II.
2005.
39