Cyanobacteria Sebagai Sumber Senyawa Bioaktif-Revisi-13 Juni 2011

Embed Size (px)

Citation preview

CYANOBACTERIA SEBAGAI SUMBER SENYAWA BIOAKTIF Oleh Dr.rer.nat. Elmi Nurhaidah Zainuddin, DES. Division Cyanophyta (blue-green algae) memiliki hanya 1 class, Cyanophyceae . Cyanophyta merupakan phototrophic prokaryotes yang mempunyai alat photosynthetic yang structure dan fungsinya sama seperti chloroplast eukaryotes. Kemampuannya menghasilkan oxygenic photosynthesis dan morfologinya yang seperti alga, membuat taxonomic cyanophyceans didasarkan pada aturan International Code of Botanical Nomenclatur [1972]. Karena struktur dan fungsi sel cyanophyceans berbeda dengan algae lainnya, membuat taxonomical blue-green algae dipisahkan pada kelas atau divisi tersendiri [Skulberg et al., 1993]. Divisi Cyanophyta termasuk dalam kingdom Eubacteria, yang bersama dengan Archaebacteria masuk dalam kelompok Prokaryota. Prokaryotes adalah organisms yang selnya tidak mempunyai nuclei, badan golgi, mitochondria, endoplasmic reticulum dan plastids. Bentuk seperti bakteri yang dimiliki oleh blue-green algae, membuat klasifikasi didasarkan pada International Code of Nomenclatur of Bacteria [1975]. Taxonomy dan nomenclature cyanophyceans berada pada dilema karena cocok pada kedua klasifikasi di atas. Alternatif terbaru adalah memberi nama baru bluegreen algae menjadi cyanobacteria, yang mewakili 2 aspek yaitu algae dan Eubacteria [Anagnostidis and Komrek, 1985] [Castenholz and Waterbury, 1989]. Pigments photosynthetic dari cyanobacteria berada dalam thylakoids. Thylakoids hanya mengandung chlorophyll a, tanpa chlorophyll b dan c. Sel umumnya berwarna blue-green sampai violet, kadang merah atau hijau. Warna hijau dari chlorophyll tertutup oleh pigments warna biru, phycocyanin dan allophycocyanin, dan pigmen merah phycoerythrin. Phycocyanin, allophycocyanin dan phycoerythrin adalah phycobiliproteins yang berada pada phycobilisomes, yaitu bentuk hemidiscoidal atau hemispherical yang berukuran kecil yang menempel pada permukaan thylakoids. Klass Cyanophyceae mengandung 150 genera dan 2000 species [Fott, 1971]. Cyanophyceae dibagi atas 5 ordo sesuai International Code of Nomenclatur of Bacteria [1975], yaitu Chroococcales, Pleurocapsales, Oscillatoriales, Nostocales and Stigonematales. Klasifikasi ini sama dengan modern botanical taxonomy [Anagnostidis and Komrek, 1985]. Bentuk cyanobacteria ada yang unicellular, colonial, dan filamentous.

Order Chroococcales Terdiri dari unicellular dan sel terbentuk oleh mucilaginous polysaccharides. Reproduction terjadi dengan cara pembelahan sel, termasuk pembentukan nanocytes, dan dengan budding. Ordo ini memiliki 7 genera: Cyanothece, Aphanothece, Merismopedia, Chroococcus, Gloeocapsa, Microcystis dan Chamaesiphon. Order Pleurocapsales Species dari order ini adalah unicellular atau membentuk colonies dari beberapa cells, atau terdiri dari irregular aggregates dari cells yang membentuk short, branched atau unbranched filaments; yang bersatu dalam suatu pseudoparenchyma. Reproduction terjadi dengan cell division dan membentuk endospores. Hanya 2 genera yang masuk dalam ordo ini: Cyanocystis dan Pleurocapsa. Order Oscillatoriales Filamentous blue-green algae bereproduksi dengan membentuk hormogonia. Tipe percabangan terjadi secara false branching, dan baik heterocysts dan akinetes tidak ada. Ordo ini terdiri dari 3 genera: Oscillatoria, Lyngbya dan Microcoleus. Order Nostocales Berbentuk filamentous dan reproduksi dengan cara membentuk hormogonia. Terjadi false branching dan memproduksi heterocysts dan akinetes. Ordo ini memiliki genera: Nostoc, Anabaena, Aphanizomenon, Scytonema dan Rivularia. Order Stigonematales Filaments sering multiseriate, yaitu dengan beberapa susunan cells. Reproduction terjadi dengan pembentukan hormogonia. Terdapat genuine branching, heterocysts dan akinetes. Hanya memiliki genus Stigonema Cyanobacteria (blue-green algae) ditemukan di berbagai habitats: di air tawar, laut, tanah perpolusi, tempat yang ekstrim dan tak berpenghuni seperti glaciers, deserts and hot springs. Mastigocladus laminosus and Phormidium laminosum adalah 2 jenis cyanobacteria yang dapat hidup pada hot springs, pada temperatur sekitar 50C sampai 70C. Jenis ini biasa ditemukan sebagai phytoplankton air tawar yang menetap atau bergerak lamban. Biasanya melimpah pada akhir musim semi awal musim panas (contohnya dari bentuk filamen seperti Anabaena atau Aphanizomenon ) sementara dipertengahan musim panas (seperti Microcystis aeruginosa ). Cyanobacteria dapat mengontrol buoyancynya, dan mengatur posisinya dalam perairan dengan bantuan gas vacuoles. Beberapa species, utamanya yang memiliki gas vacuoles dalam cellnya biasanya membentuk water bloom pada permukaan air tawar atau di laut. Marine phytoplankton yang berupa cyanobacteria masuk dalam kelompok picoplankton, yaitu berukuran sangat kecil (cells 0.2-2 m).

Picoplanktonic cyanobacteria terdiri dari bentuk unicellular dan coccoid. Coccoid cyanobacteria tampak ubiquitous pada daerah perairan laut yang temperate dan tropical dan berkontribusi dalam photosynthetic primary production [Fogg, 1987] [Johnson and Sieburth, 1979]. Beberapa planktonic cyanobacteria memiliki tidak hanya gas vacuoles tetapi juga heterocysts: yaitu sel yang mengalami differentiated dengan interior yang tak berwarna, dinding yang tebal dan dapat menangkap atmospheric nitrogen. Cyanobacteria yang mempunyai heterocysts dapat menyediakan kebutuhan nitrogennya meskipun dalam perairan jumlah nitrate atau ammonium rendah. Cyanobacteria adalah satu-satunya organisme yang mampu menyediakan sendiri baik carbon dioxide (in the presence of light) dan nitrogen. Di negara tropis, species Anabaena penting karena berkontribusi dalam penyediaan nitrogen untuk tanaman padi yang tumbuh pada ladang yang selalu tergenang. Ladang sawah yang diberikan strain cyanobacteria dapat menangkap nitrogen lebih sebesar 40 kg N per hektar per tahun. Pertumbuhan tanaman air Azolla, yang menyimpan nitrogen-fixing Anabaena dalam cavities daunnya, terbukti menambah 120-310 kg N/ha/year di ladang sawah [Fay, 1983]. Beberapa blue-green algae hidup sebagai symbionts bersama atau dalam tanaman lain pada lichens, akar Cycas (contohnya Nostoc), cavities daun Azolla (Anabaena), dan dalam unicellular fungus Geosiphon [Fay, 1983].

Senyawa Toxic and Cytotoxic Laporan tentang toxic algae di daerah perairan tawar selalu disebabkan oleh jenis cyanobacteria dan ini sudah dikenal sejak 19th century [Carmichael et al., 1990]. Dari 50 genera cyanobacteria, paling sedikit 9 memperlihatkan aktivitas toksisitas yaitu Anabaena, Aphanizomenon, Coelosphaerium, Gloeotrichia, Lyngbya, Nostoc, Microcystis, Nodularia, Synechocystis, Hormothamnion and Oscillatoria. Genus ini terdistribusi di perairan air tawar, air payau dan air laut dan umumnya menyebabkan waterblooms di perairan air tawar dan di laut [Nagle and Paul, 1999] [Moore, 1977]. Toxins yang dihasilkan cyanobacteria menimbulkan problem kesehatan yang serius baik terhadap hewan maupun manusia. Penyakit dan kematian sering diakibatkan karena terminum air yang mengandung sel toksik dari cyanobacteria atau dari media dimana toksik dikeluarkan oleh sel cyanobacteria yang telah tua. Cyanobacteria mensynthesa racun sebagai pertahanan terhadap spesies plankton lainnya (zooplankton).

Carmichael [1994] menemukan bahwa cyanobacterial neurotoxins and hepatotoxins dapat berakibat fatal terhadap kehidupan zooplankton diperairan laut. DeMott et al. [1991] menemukan bahwa species zooplankton umumnya tidak memakan cyanobacteria yang memproduksi toxins, kecuali tidak ada lagi makanan yang tersedia, dan dalam jumlah yang tidak bersifat letal. Toxigenic cyanophyceans terdiri dari 40 species, dan toksinnya terdiri dari peptides, alkaloids dan phenols [Campbell, 1984]. Toxins dari cyanobacteria dikelompokkan dalam 2 kelompok utama, biotoxins dan cytotoxins berdasarkan tipe bioassays yang digunakan untuk mengskrining aktivitasnya. Biotoxins dinamakan karena percobaannya menggunakan hewan laboratorium, sementara cytotoxins dinamakan karena bioassaynya menggunakan sel kultur mamalia, algae, fungi dll. Biotoxins larut di air dan tahan panas dan biasanya dihasilkan karena sel menjadi tua atau telah mati. Dalam ukuran toksisitas, biotoxins dikenal sebagai supertoxic atau acute lethal toxic. Secara umum ada dua kelompok biotoxins, alkaloid neurotoxins dan peptide hepatotoxins. Uji toksisitas terhadap spesies penyebab water blooms umumnya positive terhadap kedua groups biotoxins. Paling sedikit 50% dari cyanobacterial blooms mengandung toxin jenis ini [Lawton et al. 1994a]. Peptide hepatotoxins dari jenis cyanobacteria air tawar dan air payau umumnya mempunyai kesamaan baik secara toxicology dan chemistry. Hepatotoxic cyclic heptapeptides microcystins diisolasi dari Microcystis juga ditemukan pada strains Anabaena, Nostoc and Oscillatoria [Rouhiainen et al., 1995] [Bagchi, 1996]. Bentuk toxicitynya dikenal sebagai hepatotoxicity dengan mouse tests, perubahan pathological adalah terjadinya extensive haemorrhage ke dalam liver and hepatocyte necrosis [Falconer et al., 1981] [Rinehart et al., 1988] [Eriksson, 1990]. Kematian akut disebabkan karena shock akibat kehilangan darah, dan meningkatnya berat liver sampai 60% karena terakumulasinya darah [Hooser et al., 1989]. Lebih dari 60 jenis microcystins telah diisolasi dari species cyanobacterial dan microcystinLR adalah yang paling terkenal.

Hepatotoxic nodularins adalah cyclic pentapeptides diproduksi oleh Nodularia spiumigena yang selalu menyebabkan blooming di perairan air payau seperti di Baltic Sea [Sivonen et al., 1989]. Dibandingkan microcystins, hanya 4 nodularins yang telah diisolasi [Rinehart et al., 1988] [Namikoshi et al., 1994]. Kedua kelompok hepatotoxins (microcystins and nodularins) juga memproduksi efek toksik dengan cara menghambat secara spesifik enzim yang mengatur sel, yaitu protein phosphatases 1 (PP1) and 2A (PP2A) [MacKintosh et al., 1990]. Enzim PP1 and PP2A adalah 2 dari protein phosphatases dalam sel eukaryotic yang berperan sebagai enzim pada tumour promotion [Lawton et al., 1994] [Rouhiainen et al., 1995]. Berbagai strain Anabaena, Aphanizomenon, Oscillatoria and Trichodesmium memproduksi

neurotoxic alkaloids [Carmichael et al., 1990] [Skulberg et al., 1992] [Mahmood and Carmichael, 1986b] [Hawser et al., 1991] seperti anatoxin-a, anatoxin-a(s), homo anatoxin-a, aphantoxin I (neosaxitoxin), dan aphantoxin II (saxitoxin) [Rouhiainen et al., 1995] [Carmichael et al., 1990]. Oscillatoria rubescens memproduksi methylene derivative dari anatoxin-a disebut homo anatoxin-a [Skulberg et al., 1992]. Anatoxin-a(s) diisolasi pertamakali dari Anabaena flos-aquae strain NRC-525-

17 dan memproduksi berbagai tanda neurotoxicosis, contohnya profuse salivation (s= salivation factor) [Mahmood and Carmichael, 1986b]. Anatoxin-a(s) adalah guanidinium methyl phosphate ester (mw: 252) berpotensi sebagai penghambat cholinesterase [Matsunaga et al., 1989]. LD50 i.p mouse untuk anatoxin-a(s) sekitar 20 g/kg, 10 kali lebih toksik dari pada anatoxin-a. Sawyer et al. [1988] pertama kali menemukan aphantoxins pada freshwater filamentous cyanobacterium Aphanizomenon flos-aquae. Hasil chromatographic and pharmacological menyebutkan aphantoxins terdiri atas 2 neurotoxic alkaloids yang mirip saxitoxin dan neosaxitoxin, yaitu 2 toksin penyebab red-tide paralytic shellfish poison (PSP) yang diproduksi oleh marine dinoflagellate Gonyaulax catenella [Sasner et al, 1984]. Toxins ini menghambat transmission of nervous impulses dan menyebabkan kematian akibat berhentinya sistim pernapasan. Oscillatoxin A dan 3 toksin lainnya merupakan toksin mengandung bromine yang diisolasi dari campuran Oscillatoria nigroviridis dan Schizothrix calcicola dari Enewetak. Oscillatoxin A (I) dan turunannya memperlihatkan aktivitas sebagai tumour promoters dan fish poisons [Mynderse and Moore, 1978a]. Cytotoxic antibiotic tubercidine yang telah dikenal dari Streptomyces tubercidicus diisolasi dari Tolypothrix byssoidea (Scytonemataceae) dan berpotensi sebagai tumour promoter [Barchi et al., 1983] dan juga mempunyai aktivitas antimycotic [Stewart et al., 1988].

Me

Me

Me O

NOM e OH

NH 2 N N

HO O H O CH2 O

O O O Me

H OH 2CI

O

Me

OH OH

Endotoxins, lipopolysacharides (LPS), diisolasi dari Anabaena flos-aquae, A cylindrical, Oscillatoria tenuis, dan O. brevis. Walaupunn endotoxins ini menyebabkan water-borne gastroenteritis pada manusia tetapi kurang membahayakan dibandingkan endotoxins dari Gram-negative bacteria [Keleti et al., 1979]. Selain khusus cyanobacterial toxins, berbagai senyawa aktif cytotoxic dan antineoplastic telah diisolasi dari cyanobacteria. Senyawa-senyawa ini tidak bersifat toksik terhadap hewan uji tetapi memperlihatkan bioaktivitas yang selektif, seperti anticancer, antifungal, antimalaria, anti-HIV, antimicrobial, dan cytotoxic. Ordo utama dari cyanobacteria yang ditemukan memproduksi senyawa cytotoxic adalah Nostocales dan Stigonematales. Macrolides dengan C21-lacton ring, scytophycins A, B, C, D, and E (I-V), diisolasi dari terrestrial cyanobacterium Scytonema pseudohofmanni [Moore et al., 1986]. Scytophycins memperlihatkan potensi cytotoxicity terhadap sel KB dan NIH/3T3 dan aktivitas antineoplastic terhadap P388 lymphocytic leukaemia dan Lewis lung carcinoma [Ishibashi et al., 1986] [Moore et al., 1986]. Scytophycins secara struktur mirip dengan swinholide A, ulapualides A and B, dan kabiramide C. Swinholide A adalah senyawa antifungal yang diisolasi dari Red sea sponge Theonella swinhoei yang hidup bersimbiosis dengan unicellular blue green alga [Carmeli and Kashman, 1985]. Sementara ulapualides and kabiramides adalah cytotoxic and antifungal macrolides yang telah diisolasi dari nudibranches [Roesener and Scheuer, 1986] [Matsunaga et al., 1986].R R1 OMe Me O OMe OMe Me Me O OH O OH Me Me Me N R 2 R3 OMe Me O H

I, RR 1 =CH 2 O, R 2 =H, R 3 =OH II, RR 1 =CH 2 O, R 2 R 3 =O III, R=Me, R 1 =H, R 2 R 3 =O IV , R=Me, R 1 =OH, R 2 R 3 =O V , R=CH 2 OH, R 1 =H, R 2 R 3 =O

Scytophycins A-E (I-V)

Tolytoxin adalah macrocyclic lactone dengan aktivitas antineoplastic dan antifungal yang diisolasi dari Tolypothrix conglutinate var. colorata [Moore et al., 1989b]. Tolytoxin menghambat actin polymerization dan mengganggu microfilament dalam sel eukaryotic [Patterson and Carmeli, 1992] [Patterson et al., 1993a].

O OMe O OMe OMe OH O OMe O23

OH

OTolytoxin

OMe

Me N CHO

Acutiphycins dari Oscillatoria acutissima adalah macrolides, yang memperlihatkan cytotoxicity tinggi terhadap sel KB dan NIH/3T3 dan aktivitas antineoplastic secara in vivo terhadap Lewis lung carcinoma [Barchi et al., 1984]. Hormothamnin A yang diisolasi dari tropical marine cyanobacterium, Hormothamnion enteromorphoides, adalah lipopeptide yang memproduksi antimicrobial dan cytotoxic [Gerwick et al., 1989]

OHHOH2C COHN NH OC R O N H CO N

OH CH2OH CONH CONH Ph CONH OC HN H N O NHCO H H NHCO

O

O OH H O HO

O20 21

R = -(CH2)4CH3

Borophycin adalah metabolit yang mengandung boron diisolasi dari marine strains cyanobacteria Nostoc linckia and Nostoc spongiaeforme var. tenue memperlihatkan potensi cytotoxicity terhadap human epidermoid carcinoma (LoVo) dan human colorectal adenocarcinoma (KB) cell lines, dan terakhir ditemukan juga memiliki aktivitas antimicrobial [Davidson, 1995] [Banker and Carmeli, 1998] .

Borophycin

Senyawa Antimikroba Meskipun kebanyakan struktur dan identitas dari senyawa aktifnya belum diketahui, sejumlah cyanobacterial extracts telah ditemukan memiliki aktivitas antimicrobial (antibacterial, antifungal, antialgal, antiprotozoal). Selain biomassa selnya, senyawa antibiotics juga diproduksi dari larutan kultur cyanobacteria. Screening larutan kultur (extracellular products) dari 36 strains Nostocaceae, Microchaetaceae dan Scytonemataceae, yang diisolasi dari Argentine paddy fields memperlihatkan 20 strains menghambat S. aureus, 12 terhadap C. albicans dan hanya 5 menghambat kedua jenis pathogens [De Caire et al., 1993]. Thermophilic dan thermotolerant cyanobacterial Phormidium memproduksi senyawa antimicrobial extracellular yang menghambat secara luas pertumbuhan Gram-positive dan Gram-negative heterotrophic bacteria, Candida albicans and Cladosporium resinae [Fish and Codd, 1994]. Senyawa antibacterial dan antifungal yang telah teridentifikasi dari cyanobacteria adalah termasuk fatty acids dan acids [Ohta et al., 1995] [Mundt et al., 2003] [Gerwick et al., 1987], lactone [Cardellina et al., 1979c], phenolic compounds [DeCano et al., 1990], bromophenols [Pedersn and DaSilva, 1973], terpenoids [Jaki et al., 1999b], N-glycosides [Bonjouklian et al., 1991], peptides and lipopeptides [Carter et al., 1984] [MacMillan, et al., 2002] dan isonitrile-containing indole alkaloids [Moore et al., 1984] [Moore et al., 1987]. Kebanyakan uji aktivitas antimicrobial hanya menggunakan in vitro assays, dan umumnya senyawa ini hanya sedikit yang termanfaatkan dalam pengobatan klinis karena bersifat toksik atau inactive secara in vivo. Meskipun demikian dapat digunakan sebagai contoh struktur untuk

pengembangan antibiotik sintetik yang baru atau sebagai produk dalam bidang pertanian [Reichelt and Borowitzka, 1984]. Contohnya tjipanazoles, yang diisolasi dari cyanobacterium, Tolypothrix tjipanensis, yaitu indolo [2,3-a] carbazoles, mirip dengan yang ditemukan pada actinomycetes dan slime moulds [Bonjouklian et al., 1991]. Meskipun hanya sedikit memiliki aktivitas cytotoxicity dan tidak aktif secara in vivo terhadap Candida albicans, tjipanazole A1 dan A2 memperlihatkan fungicidal activity terhadap rice blast dan leaf rust wheat infections. 1994]. Schizotrin A antimicrobial cyclic undecapeptide yang diisolasi dari kultur Schizothrix sp. (TAU strain IL-89-2) [Pergament and Carmeli,

Schizotrin A

Tjipanazol eN H

Cl

N Cl

H

Cryptophycin I pertamakali diisolasi dari Nostoc sp. ATCC 53789 oleh peneliti Merck, dan ditemukan berpotensi fungicide [Schwartz et al., 1990] [Hirsch et al., 1990]. Tapi ditemukan terlalu toksik untuk menjadi kandidat secara klinis. Selanjutnya Moore dkk. [Moore et al., 1996] [Barrow et al., 1995] [Trimurtulu et al., 1995] berkerjasama dengan Carmichael mengisolasi senyawa yang sama dari Nostoc sp. GSV 224 dan mengembangkan semi-synthetic analogous cryptophycin 8 yang terbukti mempunyai efisiensi therapi yang besar dan toxicity rendah dibandingkan cryptophycin I secara in vivo. Sejauh ini telah teridentifikasi 50 cryptophycins yang berbeda.

Bentuk diterpenoids pada cyanobacteria adalah tidak umum. 5 metabolit extracellular baru dengan unprecedented diterpenoid skeleton, comnostins A-E, telah diisolasi dari media culture terrestrial cyanobacterium Nostoc commune Vaucher (EAWAG 122b) dengan cara bioassay-guided isolation. Aktivitas antibacterial yang moderate terhadap Bacillus cereus terdeteksi pada comnostins A-E, terhadap S. epidermidis untuk comnostins A-D, dan terhadap E. coli untuk comnostins A, B, dan D [Jaki et al., 2000]. Glycosylated lipopeptide hassallidin A diisolasi dari epilithic cyanobacterium dikoleksi di Bellano, Italy, Hassallia sp. (diidentifikasi sebagai jenisTolypothrix) memperlihatkan aktivitas antifungal terhadap Aspergillus fumigatus dan Candida albicans dengan nilai MIC 4.8 g/mL [Neuhof et al., 2005]. Cyanobacterin meskipun sangat keras menghambat pertumbuhan cyanobacteria lainnya dan green algae, tetapi mempunyai efek terbatas pada bakteri non-photosynthetic atau protozoans [Gleason and Paulson, 1984]. Senyawa ini telah dipatenkan sebagai herbicide dan dapat digunakan untuk mengontrol algal blooms [Gleason et al., 1986].R2 OHCyanobacterin

R1 O Cl

O

MeO

R1, R2 = -OCH2O-

Dari enam bi-indol yang diisolasi dari marine Rivularia firma, rivularin D3 memperlihatkan antiinflammatory activity [Norton and Wells, 1982].O HO O O OH H

Rivularin D3

Senyawa Antiviral Isolasi sulfated polysaccharides dan senyawa lainnya dari algae dengan aktivitas antiviral terhadap HIV, HSV type 1 and 2, influenza A virus, RSV, SIV, pseudorabies virus, bovine herpes virus dan human cyatomegalovirus (HCMV), membuat pentingnya algae sebagai sumber senyawa antiviral. Senyawa ini berperan dalam mengganggu penempelan virus terhadap sel targetnya, sehingga menghambat fusi virus dengan sel (yaitu masuknya virus dalam sel inang). Porphyridium polysaccharide memperlihatkan aksi pleiotropic terhadap HSV and VZV viruses, yaitu memblokir berbagai tahap siklus hidup virus HSV and VZV dengan cara mengintervensi dan memblokir adsorption dan penetration virus ke dalam sel inang [Huheihel et al., 2001]. Sulfated polysaccharides dan sulfated polyanions lainnya dapat menghambat aktivitas dari reverse transcriptase (RT) and RNase H, yang berperan dalam replikasi retrovirus [Biesert et al., 1990] [Moelling et al., 1989] [Nakashima et al., 1987]. Meskipun sejumlah algal polysaccharides ditemukan berpotensi sebagai bahan antiviral sudah sejak lama [Ehresmann et al., 1979] [Hatch et al., 1979] [Neushul, 1990], tetapi belum dikembangkan untuk penggunaan secara klinis, karena beberapa alasan yaitu : (a) berat moleculesnya sangat tinggi; sehingga agak susah untuk melewati berbagai barriers dari tubuh atau membranes cell. (b) tidak adanya enzymes yang mampu mencerna molekul yang besar dan kompleks, sehingga dapat terakumulasi dalam tubuh dan mengakibatkan efek cytotoxic. (c) mekanisme aksinya belum teridentifikasi [Huheihel et al., 2001]. Dilema ini juga dilaporkan oleh Cardellina et al. [1993] pada screening AIDS-antiviral dari tanaman terrestrial, cyanobacteria, marine invertebrates dan algae untuk activitas HIV-antiviral di National Cancer Institute. Dari 1754 cyanobacteria yang diuji, 26 (1.5%) organic acid dan 124 (7.1%) aqueous extracts dipilih untuk dilanjutkan. 99 dari 150 extracts (66%) dieliminasi karena mengandung polysaccharides, dan 43 (29%) supernatants active dilanjutkan untuk diteliti lebih lanjut. Patterson et al.

[1993b] menemukan sekitar 10% dari extracts cyanobacteria yang dikultur memperlihatkan activitas antiviral terhadap HSV-2, dan sekitar 2% mempunyai aktivitas terhadap respiratory syncytial virus (RSV). Lau et al. (1993) mengskrining extracts dari 900 strains cyanobacteria untuk penghambatan reverse transcriptase dari avian myeloblastosis virus dan HIV-1, dan menemukan 2% dari cyanobacteria memperlihatkan potensi. Spirulina platensis (Nordst.) Geitl. (Arthrospira) adalah blue-green alga (cyanobacteria) yang tumbuh di beberapa danau yang kaya akan garam di Afrika dan di Amerika Tengah dan Selatan. Karena jumlah good-quality protein, carotenoids, vitamins, dan minerals tinggi, serta rendah cholesterol dan berefek hypotensive, membuat Spirulina umumnya digunakan sebagai makanan supplement. Pada pengujian dengan hewan, Spirulina yang diberikan sebagai makanan dapat meningkatkan aktivitas phagocytic, produksi antibody, akumulasi NK cells dan menggerakkan sel T dan B ke dalam darah [Luescher-Mattli, 2003]. Aqueous extracts dari Spirulina platensis ditemukan menghambat replication HSV-1 [Hayashi et al., 1993]. Pada konsentrasi yang tidak toxic terhadap sel manusia, aqueous extract dari S. platensis menghambat formasi syncytium dan replication HIV-1 dalam T-cell manusia, peripheral blood mononuclear cells (PBMC), dan langerhans cells (LC) [Ayehunie et al., 1998]. Hot water extract (HWE) dariSpirulina maxima memperlihatkan activity antiviral terhadap beberapa virus menggunakan microplate inhibition assay. HWE menghambat infection dari herpes simplex virus type 2 (HSV-2), pseudorabies virus (PRV), human cytomegalovirus (HCMV), dan HSV1. Untuk adenovirus penghambatan kurang dari 20%, dan tidak ada penghambatan ditemukan untuk measles virus, sub-acute sclerosing panencephalitis virus (SSPE), vesicular stomatitis virus (VSV), poliovirus 1 dan rotavirus SA-11 [Hernandez-Corona et al., 2002]. Isolasi senyawa antiviral dari S. platensis menghasilkan calcium spirulan (Ca-SP), sulfated polysaccharide sebagai senyawa aktif terhadap virus (cell culture): HSV-1 (HeLa), HCMV (HEL), measles (Vero), mumps (Vero), influenza (MDCK), polio (Vero), coxsackie (Vero), and HIV-1 (MT-4) [Hayashi et al., 1996a] [Hayashi et al., 1996b]. Sejumlah spesies cyanobacteria (Phomidium tenue, Oscillatoria trichoides dan O. limnetica) ditemukan memproduksi glycolipids dengan aktivitas anti-HIV yang spesifik yaitu menghambat DNA polymerase dari HIV-1 RT [Gustafson et al., 1989] [Reshef et al., 1997] [Loya et al., 1998].

Produk bahan alam yang sedang terkenal untuk chemotherapy infeksi human immunodeficiency virus (HIV) adalah cyanovirin-N (CV-N), yaitu peptide dengan 101 amino acid. Senyawa ini awalnya diisolasi dari aqueous extract cyanobacterium Nostoc ellipsosporum [Boyd et al., 1996]. CV-N berpotensi terhadap semua immunodeficiency viruses (HIV-1, HIV-2, SIV (simian) dan FIV (feline) [Blakeslee, 1998]. Effect virucidal dari CV-N adalah mengganggu tahapan dalam process fusion setelah terikatnya virus ke cells target [Gustafson et al., 1997] [Bewley et al., 1998]. Cyanovirin-N, adalah protein11-kDa yang secara irreversibly menginactivekan HIV dan juga menggagalkan cell-to-cell fusion dan transmission dari HIV, dikarenakan interaction high-affinity dengan viral envelope glycoprotein gp120 [Botos-Istvan et al., 2002]. Kemanjuran secara in vivo dari gel CV-N dalam vagina dan tidak cytotoxic atau clinical adverse effect baik secara in vitro atau in vivo, memperlihatkan bahwa CV-N adalah candidate yang bagus untuk diujikan pada manusia sebagai anti-HIV topical microbicide [Tsai et al., 2004]. -carboline alkaloids yang mengandung chlor (bauerines A-C), diisolasi dari terrestrial bluegreen algae Dichothrix baueriana memperlihatkan activitas terhadap herpes simplex virus type 2 (HSV2) [Larsen et al., 1994].Me Cl NCl

Cl

MeCl

Me N

O NH

N

N

N

Cl

Bauerine A

Bauerine B

Bauerine C

Indolocarbazoles yang diisolasi dari Nostoc sphaericum berpotensi antiviral activity terhadap HSV-2 dan cytotoxicity lemah terhadap KB dan LoVo human carcinoma cell lines [Knubel et al., 1990].

6-cyano-5-methoxy-12methylindolo[2,3-a]carbazole

Me N

HNH N

HN

6-cyano-5-methoxyindolo [2,3-a]carbazoleCN

CN OMeOMe

Microcolin A and B, yang diisolasi dari ekstrak ethanol blue-green alga Microcoleus lyngbyaceus, mempunyai aktivitas antitumor, antiviral HSV-1, dan immunomodulatory [Koehn et al., 1992].

OAc R S H N

i-Bu S O

O R Me

OAc R S H N

i-Bu S O

O R Me

Me Me

N Me

MeBu-n

N Me

N O Me S O N N S S O OH S

O

R Me

Me N S N S O O

R Me

Bu-n

Pr-i

i-Pr

O

Me S

N

O

Didemnin A, cyclodepsipeptide antibiotic diisolasi aktivitas antiviral dan antitumour [Rinehart et al., 1981b].OMe Me N O O Me R N CONH O O N H H OH O H N O

dari Trididemnum sp. memperlihatkan

H

Didemnin A

H O O

NH

13

O

R = H

Schizopeptin 791, penghambat trypsin baru yang structural mirip dengan cyclic anabaenopeptins, yang diisolasi dari hydrophilic extract dari cultured terrestrial cyanobacterium Schizothrix sp. [Reshef et al., 2002].

Senyawa Bioaktif dari Genus Lyngbya Oscillatoriales memproduksi banyak sekali metabolit sekunder, sejauh ini ada 197 senyawa hanya dari 15 species yang telah diisolasi. Species dari ordo Oscillatoriales yang telah terbukti kaya akan senyawa aktif yang baru adalah Lyngbya majuscula, yaitu benthic cyanobacterium yang melimpah di laut. Filamentous cyanobacterium ini ditemukan hampir disemua wilayah perairan tropical dan subtropical di dunia. Ada sekitar 30% dari semua bahan alam yang diisolasi dari marine cyanobacteria (yaitu 113 secondary metabolites) bersumber dari cyanobacterium ini [Burja et al., 2001]. Sekitar 75% dari senyawa itu telah diuji mempunyai beberapa aktivitas biologis termasuk antibiotic (7%), anticancer (antiproliferative) (14%), antifungal (10%), antiviral (3%), cytotoxic (49%) dan beberapa aktivitas baru lainnya, seperti immunosuppressants, tumor promoters, antifeedants and antimitotic agents (17%). Analysis 113 senyawa dari L. majuscula , memperlihatkan 58% adalah lipopeptides (cyclic or linear) [amino acid-derived compounds], 2% murni komposisi asam amino, 11% adalah asam lemak, 6% lactone, 5% alkaloid, 6% amide dan 12% pyrroles. Dari senyawa lipopeptida, 43% bersifat cytotoxic dan 22% tidak mempunyai aktivitas, sisanya 35% terdiri dari antibiotic, anticancer (antiproliferative), antifungal, antiviral dan activities lainnya [Burja et al., 2001]. Lipid extract dari Madagascan Lyngbya majuscula menghasilkan 2 malyngamides baru, malyngamides Q and R (I and II, respectively), dan kedua amides dari 7-methoxytetradec-4-enoic acid. Malyngamide R (II) bersifat modestly toxic pada brine shrimp bioassay [Milligan et al., 2000a].

OH O N MeO R Cl OMe O I Me II R=H R=Me O N OMe

Malyngamide Q (I) dan R (II)

Marine cyanobacterium Lyngbya majuscula koleksi Papua New Guinea menghasilkan 2 bahan toxic hermitamides A and B. Hermitamides A and B memperlihatkan toxicity pada brine shrimp bioassay and cytotoxicity terhadap Neuro-2a neuroblastoma cells pada tissue culture. Hermitamide A juga bersifat ichthyotoxic sedang terhadap gold fish [Tan et al., 2000].

Hermitamide A

Hermitamide B

Apratoxin A, cytotoxin dengan cyclic depsipeptide diisolasi dari marine cyanobacterium Lyngbya majuscula Harvey ex Gomont ditemukan berpotensi cytotoxicity terhadap sel kanker KB (IC50= 0.52 nM) dan LoVo (IC50= 0.36 nM); Namun hanya memiliki aktivitas yang rendah secara in vivo terhadap colon tumor dan ineffective terhadap mammary tumor [Luesch et al., 2001a]. Meningkatnya fakta, bahwa asal sebenarnya metabolites yang diisolasi dari beberapa marine macroorganisms, adalah berasal dari cyanobacterial. Sebagai contoh, beberapa metabolit cyanobacterial, yang analog dengan anticancer dolastatins, sebenarnya berasal dari Indian Ocean sea hare, Dolabella auricularia dan sekarang ditemukan pada marine cyanobacteria, Lyngbya majuscula dan Symploca hydnoides. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa senyawa dolastatin yang diisolasi dari D. auricularia adalah berasal dari makananya [Harrigan et al., 2000] [Luesch et al., 2002b]. 2

cyclic depsipeptides, lyngbyastatin 2 dan norlyngbyastatin 2, analogues dari dolastatin G and nordolastatin G telah diisolasi sebagai senyawa dari marine cyanobacterium Lyngbya majuscula asal Guamanian. Metabolites baru ini mirip dengan senyawa yang berasal dari sea hare Dolabella auricularia [Luesch et al., 1999].

Lyngbyastatin

Norlyngbyastatin 2

Guineamides cyclic depsipeptides diisolasi dari L. majuscula koleksi Papua New Guinea. amino acid 2-methyl-3-aminopentanoic acid yang unik pada guineamide A juga telah dilaporkan sebagai bagian dari beberapa metabolites marine molluscan khususnya dari Dolabella auricularia. Guineamides B and C memiliki moderate cytotoxicity terhadap cell neuroblastoma mouse dengan nilai IC 50 15 dan 16 M [Tan et al., 2003].

Lyngbyabellins A (I) dan B (II) adalah lipopeptides yang berpotensi cytotoxic [Yokokawa et al., 2002]. Lyngbyabellin A (I) yang diisolasi dari Lyngbya majuscula strain Guamanian [Luesch et al., 2000a] secara structurally mirip dolabellin, yang diisolasi dari sea hare Dolabella auricularia dan berpotensi merusak kerja microfilamen sel [Luesch et al., 2000a]. Lyngbyabellin B (II), cyclic depsipeptide baru yang diisolasi dari Lyngbya majuscule koleksi dari Dry Tortugas National Park, Florida, memperlihatkan potensi toxicity terhadap brine shrimp dan fungus Candida albicans [Milligan et al., 2000b].O Me H Me

HN

HN O S N

S Me HO Me

N O O Me Me O Me Me HN HN O N S O O Cl Cl Me I

S Me HO Me

N O O Me Me O O Cl Cl Me II

Lyngbyabellin A (I) dan B (II)

Hectochlorin diisolasi dari marine Lyngbya majuscula yang dikoleksi dari Hector Bay, Jamaica, dan Boca Del Drago Beach, Bocas del Toro, Panama. Hectochlorin memperlihatkan cytotoxicity dan potensi aktivitas penghambatan terhadap fungus Candida albicans. Secara structur, hectochlorin mirip dolabellin dan lyngbyabellin [Marquez et al., 2002].

S Me Cl Cl Me O O N O O N S O I Me Me O O O Me

Hectochlorin

Me HO Me

Cyclodepsipeptides baru, pitipeptolides A (I) and B (II) diisolasi dari marine cyanobacterium Lyngbya majuscula yang dikoleksi pada Piti Bomb Holes, Guam. I dan II memperlihatkan cytotoxicity terhadap sel cancer LoVo, tetapi memiliki aktivitas moderate antimycobacterial dan menstimulasi aktivitas enzim elastase [Luesch et al., 2001b].R Me O O O Me Me O HN N H Me H Me N O N H O O Me

Me N

O

O Me H Me I II R= R= C CH C H C H2

Pitipeptolides A (I) dan B (II)

Palau'amide yang diisolasi dari species Lyngbya asal Palau memperlihatkan potensi sitotoksik terhadap sel KB dengan nilai IC50 13 nM [Williams et al., 2003a]. Lyngbya majuscula dari Palau juga mengandung peptides dolastatin 3, homodolastatin 3, dan koraramide [Mitchell et al., 2000] dan glycoside macrolide lyngbyaloside B (I) [Luesch et al., 2002a].

E Me MeO S S MeO S S O R R O H OH Me S O R H Me S R O R R OH OH O Me

E Br

Palauamide

Lyngbyaloside

Marine cyanobacterium Lyngbya sp. koleksi Palauan yang memproduksi apratoxin [Luesch et al., 2002c] juga menghasilkan lyngbyabellin C yaitu cytotoxic macrolide yang mirip lyngbyabellins, dolabellin dan hectochlorin. Sebagai tambahan terhadap lyngbyapeptin A, 2 modified tetrapeptides baru juga telah diisolasi dari Lyngbya sp. koleksi Palauan, yaitu lyngbyapeptins B and C, demikian pula dengan cytotoxic N-acylpyrrolinone palau'imide.S HO N Cl Cl HN O Me Pr-i O O (C H 2 ) 3 Me O Bu-n

OMe

MeO Et N O S O O Me OH Me

O S

Me N

i-Pr S O

O S N Me E O MeMe

N S S N H

N Me

R N S

OMe

O

Ph

MeO

OMe

Lyngbyabellin C

Lyngbyapeptin B

Palauimide

Majusculoic acid (I), brominated cyclopropyl fatty acid diisolasi dari mat assemblage marine cyanobacterial Lyngbya majuscula dan memperlihatkan aktivitas antifungal terhadap Candida albicans ATCC 14503 [MacMillan and Molinski 2005].CH CH HH

Majusculoic acid

M e C H2 C H2 C Br

CH

C H2 C H2

C H2 C H2 C O2 R I

Selain L. majuscula, beberapa strains dari genus Lyngbya juga memproduksi senyawa bioaktif seperti lipopeptides lobocyclamides A-C yang diisolasi dari Lyngbya confervoides. Lobocyclamides A (I) dan B (II) memperlihatkan activity antifungal moderate terhadap Candida spp. Jika diujikan dalam bentuk campuran, I dan II memperlihatkan activity antifungal synergistic secara in vitro [MacMillan et al., 2002].

4 depsipeptides baru, wewakpeptins A-D telah diisolasi dari marine cyanobacterium L. semiplena yang dikoleksi dari Papua New Guinea. Wewakpeptin A dan B yang paling cytotoxic diantara ke 4 depsipeptides, dengan nilai LC50 0.4 M terhadap NCI-H460 human lung tumor dan neuro-2a mouse neuroblastoma cell lines [Han et al., 2005]. Brine shrimp toxicity guided fractionation dari extracts campuran cyanobacteria Lyngbya majuscula and Schizothrix sp. yang dikoleksi dari Fijian menghasilkan 11 chlorinated lipids, taveuniamides A-K. Taveuniamides F, G and K (I, II, and III, respectively) berpotensi toksik terhadap brine shrimp dengan LD50s antara 1.7-1.9 g/mL [Williamson et al., 2004].

Cl

H N C O C H3 H N C O C H3 C H C l2 C H C l2 II I

Cl Cl Cl Cl

H N C O C H3

Cl III

Taveuniamides F (I), G (II) dan K (III)

Ulongapeptin, cytotoxic cyclic depsipeptide diisolasi dari marine cyanobacterium Lyngbya sp. asal Palau, bersifat cytotoxic terhadap sel KB dengan nilai IC50 0.63 M [Williams et al., 2003b]. Cyanobacterium Lyngbya sp. juga menghasilkan lyngbyabellin D memperlihatkan nilai IC50 0.1 M terhadap sel KB.

Lyngbyabelli nD

Dua koleksi marine cyanobacterium Lyngbya sp. dari Guam dan Palau menghasilkan depsipeptides apratoxin A (1) apratoxins B (2) and C (3), yang diuji cytotoxicity secara in vitro bersama dengan semi-synthetic E-dehydroapratoxin A (4) untuk mengidentifikasi struktur elemen yang bertanggung jawab terhadap cytotoxicity. Senyawa 2-4 memperlihatkan cytotoxicity lebih lemah daripada 1, tetapi dengan tingkat yang berbeda. Senyawa 3 mempunyai cytotoxicity yang hampir mirip senyawa 1. Sementara senyawa 2 dan 4 memperlihatkan aktivitas signifikan yang lebih rendah [Luesch

et al., 2002d].

Obyanamide, novel cytotoxic cyclic depsipeptide diisolasi dari strain marine

cyanobacterium L. confervoides dikoleksi dari Saipan, Commonwealth of the Northern Mariana Islands, bersifat cytotoxic terhadap sel KB dengan nilai IC50 0.58 g/mL [Williams et al., 2002].

Obyanamide