DAMPAK KEGIATAN PERTAMBANGAN

Embed Size (px)

Citation preview

  • DAMPAK KEGIATAN PERTAMBANGAN PT. INDOMINCO MANDIRI DI

    BONTANG

    (Studi kasus : Dampak Kegiatan Pertambangan Terhadap Pengembangan Masyarakat dan

    Wilayah di Desa Suka Damai Bontang)

    Oleh : 1Abdul Malik Khadafi_19310848

    2Mohammad Hamzah Fadli_19310893

    Jurusan Teknik Sipil

    Universitas Gunadarma

    1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Undang-Undang Dasar 1945 pasal

    33 ayat 3 mengamanatkan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung

    di dalamnya dikuasai oleh Negara dan

    dipergunakan untuk sebesar-besarnya

    kemakmuran rakyat. Sumberdaya alam tersebut terdiri atas sumberdaya alam

    yang dapat diperbaharui (renewable -

    resources) dan sumberdaya alam yang

    tidak dapat diperbaharui (non renewable resources). Sumberdaya alam yang dapat

    diperbaharui mempunyai sifat terus

    menerus ada dan dapat diperbaharui

    baik oleh alam sendiri maupun dengan

    bantuan manusia seperti sumberdaya

    hutan, air, dan lainnya. Sedangkan

    sumberdaya alam yang tidak dapat

    diperbaharui mempunyai sifat fisik

    yang tersedia tetap dan tidak dapat

    diperbaharui atau diolah kembali dan

    terjadinya diperlukan waktu ribuan

    tahun seperti mineral, batubara, minyak

    bumi, dan lainnya.

    Dampak kegiatan pertambangan

    terhadap masyarakat terbagi atas

    dampak langsung dan dampak tidak

    langsung. Dampak positif langsung

    umumnya dinikmati oleh masyarakat

    yang berada di sekitar lokasi

    pertambangan, namun masyarakat

    tersebut juga menerima dampak negatif

    yang akan timbul dari kegiatan

    pertambangan tersebut. Dampak positif

    langsung dapat dirasakan oleh

    masyarakat melalui program community

    development yang dilakukan oleh

    perusahaan pertambangan. Dampak tidak

    langsung diperoleh melalui penerimaan

    negara dari sektor pertambangan baik

    berupa pajak, iuran, maupun pungutan

    lainnya yang akan digunakan untuk

    membiayai pembangunan.

    1.2 Rumusan Masalah

    Kehadiran suatu perusahaan

    pertambangan diharapkan dapat mem-

    berikan manfaat tidak hanya terhadap

    pembangunan daerah tapi juga terhadap

    masyarakat yang berada di sekitar

    lokasi pertambangan. Namun sumber-

    daya alam yang melimpah tidaklah de-

    ngan sendirinya memberikan kemak-

    muran bagi warga masyarakatnya, jika

    sumberdaya manusia yang ada tidak

    mampu memanfaatkan dan menge-

    mbangkan teknologi guna memanfaatkan

    sumber alamnya.

    Melihat dampak yang dapat

    ditimbulkan oleh kegiatan pertambangan,

  • maka dalam penelitian ini terdapat

    beberapa hal yang menjadi pokok

    permasalahan dalam pengusahaan

    pertambangan, yaitu :

    1. Bagaimana kontribusi kegiatan pertambangan terhadap pemb-

    angunan daerah?

    2. Bagaimana dampak kegiatan pertambangan terhadap peng-

    embangan masyarakat khususnya

    yang berada disekitar lokasi

    pertambangan?

    1.3 Tujuan Penulisan

    Tujuan umum dari penulisan ini

    adalah untuk mengetahui dampak

    kegiatan pertambangan terhadap penge-

    mbangan wilayah di Kota Bontang.

    Adapun tujuan khusus penulisan

    adalah:

    1. mengetahui kontribusi keg-iatan pertambangan terhadap

    pembangunan daerah;

    2. mengetahui dampak kegiatan pertambangan terhadap pengem-

    bangan masyarakat khususnya

    yang berada di sekitar lokasi

    pertambangan;

    2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Teori Pengembangan Wilayah

    Salah satu prinsip dasar yang

    harus diperhatikan dalam pengembangan

    wilayah adalah bahwa setiap wilayah

    (region) memiliki karakteristik wilayah

    yang berbeda-beda, sehingga pendekatan

    yang dilakukan dalam pengembangan

    wilayah harus di dasarkan pada

    karakteristik wilayah masing-masing.

    Menurut Riyadi (2002), penge-

    mbangan wilayah harus disesuaikan

    dengan kondisi, potensi, dan per-

    masalahan wilayah bersangkutan karena

    kondisi sosial ekonomi, budaya, dan

    geografis antara suatu wilayah dengan

    wilayah lainnya sangat berbeda.

    Ada beberapa pendapat mengenai

    pengembangan wilayah (regional

    development). Riyadi (2002) meny-

    atakan bahwa pengembangan wilayah

    merupakan upaya untuk memacu perke-

    mbangan sosial ekonomi, mengurangi

    kesenjangan antar wilayah, dan menjaga

    kelestarian lingkungan hidup pada suatu

    wilayah. Sedangkan menurut Zen

    (2001), pengembangan wilayah meru-

    pakan usaha memberdayakan suatu

    masyarakat yang berada di suatu daerah

    itu untuk memanfaatkan sumberdaya

    alam yang terdapat disekeliling mereka

    dengan menggunakan teknologi yang

    relevan dengan kebutuhan, dan bertujuan

    meningkatkan kualitas hidup masyarakat

    yang bersangkutan. Jadi, pengembangan

    wilayah tidak lain dari usaha

    mengawinkan secara harmonis

    sumberdaya alam, manusianya, dan

    teknologi, dengan memperhitungkan daya

    tampung lingkungan itu sendiri .

    Kesemuanya itu disebut memberdayakan

    masyarakat.

    Gambar 1. Hubungan antara Pengem-bangan

    Wilayah, Sumberdaya Alam, Sumberdaya

    Sumber : Manusia, dan Teknologi (Zen 2001).

    2.2 Pengembangan Masyarakat

  • Community development dapat

    didefinisikan sebagai kegiatan

    pengembangan masyarakat/komuniti

    yang dilakukan secara sistematis dan

    terencana dan diarahkan untuk

    memperbesar akses masyarakat untuk

    mencapai kondisi sosial-ekonomi-budaya

    yang lebih baik apabila dibandingkan

    dengan sebelum adanya kegiatan

    pembangunan, sehingga masyarakat di

    tempat tersebut diharapkan menjadi lebih

    mandiri dengan kualitas kehidupan dan

    kesejahteraan yang lebih baik (Budimanta

    2005).

    Menurut Ife (2002), ada enam

    dimensi penting dari community

    development, yaitu: (1) Pengembangan

    sosial; (2) Pengembangan ekonomi; (3)

    Pengembangan politik; (4) Penge-

    mbangan budaya; (5) Pengembangan

    lingkungan; dan (6) Pengembangan

    pribadi/keagamaan.

    Tujuan community development

    pada industri pertambangan menurut

    Budimanta (2005) adalah sebagai berikut:

    1. Mendukung upaya-upaya yang dilakukan oleh PEMDA terutama

    pada tingkat desa dan masy-

    arakat untuk meningkatkan

    kondisi sosial-ekonomi-budaya

    yang lebih baik di sekitar wilayah

    kegiatan perusahaan.

    2. Memberikan kesempatan bekerja dan berusaha bagi masyarakat.

    3. Membantu pemerintah daerah dalam rangka pengentasan

    kemiskinan dan pengembangan

    ekonomi wilayah.

    4. Sebagai salah satu strategi untuk mempersiapkan kehidupan

    komuniti di sekitar lingkar

    tambang manakala industri telah

    berakhir beroperasi (life after

    mining/oil).

    Menurut Primahendra (2004), ber-

    dasarkan aspek peran masyarakat, praktek

    community development dapat dike-

    lompokkan ke dalam tiga bentuk, yaitu:

    1. Development for community, dimana masyarakat menjadi

    obyek pembangunan karena

    berbagai inisiatif, perencanaan,

    dan pelaksanaan kegiatan

    pembangunan dilaksanakan oleh

    aktor dari luar.

    2. Development with community, dimana terbentuk pola kolaborasi

    antara aktor luar dan masyarakat

    setempat sehingga keputusan yang

    diambil merupakan keputusan

    bersama dan sumberdaya yang

    dipakai berasal dari kedua belah

    pihak.

    3. Development of community, dimana proses pembangunan yang

    baik inisiatif, perencanaan, dan

    pelaksanaannya dilaksanakan

    sendiri oleh masyarakat.

    2.3 Perencanaan Pembangunan Daerah

    Perencanaan Pembangunan

    Daerah adalah suatu proses

    penyusunan tahapan tahapan kegiatan

    yang melibatkan berbagai unsur di

    dalamnya, guna pemanfaatan dan

    pengalokasian sumber-sumber daya yang

    ada dalam rangka meningkatkan

    kesejahteraan sosial dalam suatu

    lingkungan wilayah/daerah dalam jangka

    waktu tertentu (Riyadi dan Bratakusumah

    2004).

    Dalam pelaksanaannya sering

    dihadapkan pada berbagai kendala. Hal-

    hal yang menjadi kendala dalam dalam

    proses pembangunan daerah secara umum

    terbagi atas tiga, yaitu:

    1. Kendala politis.

  • Merupakan kendala yang disebabkan

    oleh adanya kepentingan-kepentingan

    politik yang mendompleng pada substansi

    perencanaan pembangunan. Ini

    merupakan kendala yang cukup sulit

    dihindari, karena biasanya datang dari

    adanya tarik menarik kepentingan di

    antara elite politik dan elit penguasa

    (birokrasi) yang memiliki kekuatan

    (power) dalam mempengaruhi kebi-

    jaksanaan pemerintah.

    2. Kondisi sosio-ekonomi masyarakat.

    Kondisi sosio-ekonomi biasanya men-

    cerminkan kemampuan finasial daerah,

    pa-dahal kemampuan finansial memiliki

    peran penting untuk merumuskan peren-

    canaan yang baik. Hasil peren-

    canaan harus dilaksanakan / dimple-

    mentasikan dan pada tahap pelaksanaan

    inilah dukungan dana yang memadai

    sangat dibutuhkan.

    3. Budaya/kultur yang dianut oleh

    masyarakat

    Apabila kultur tidak diberdayakan

    dan diarahkan ke arah yang positif secara

    optimal akan sangat mempengaruhi

    hasil-hasil perencanaan, bahkan bisa

    sampai pada tahap implementasinya.

    Nilai-nilai budaya primordialisme,

    parokhialisme, etnosentrisme, patron-

    client yang cenderung masih melekat

    dalam kehidupan bangsa Indonesia, harus

    dikendalikan dengan baik dan diarahkan

    menjadi faktor pendukung pembangunan,

    sehingga pembangunan dilaksanakan

    dengan nilai-nilai positif relegius,

    tenggang rasa, gotong royong, dan

    sebagainya.

    2.4 Kegiatan Pertambangan

    Usaha pertambangan merupakan

    kegiatan untuk mengoptimalkan peman-

    faatan sumberdaya alam tambang (bahan

    galian) yang terdapat di dalam bumi

    Indonesia. Usaha pertambangan meliputi

    pertambangan umum dan pertambangan

    minyak dan gas bumi. Kegiatan

    minyak dan gas bumi sendiri sesuai

    dengan Undang-Undang Nomor 22

    Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas

    Bumi dibedakan atas kegiatan usaha hulu

    dan kegiatan usaha hilir. Kegiatan usaha

    hulu adalah kegiatan usaha yang

    berintikan atau bertumpu pada kegiatan

    usaha eksplorasi dan usaha ekploitasi.

    Kegiatan usaha hilir adalah kegiatan

    usaha yang berintikan atau bertumpu pada

    kegiatan usaha pengolahan, penga-

    ngkutan, penyimpanan, dan niaga.

    Pelaksana kegiatan usaha

    pertambangan memiliki kewajiban peng-

    embangan masyarakat. Kewajiban

    pengembangan masyarakat bagi per-

    tambangan minyak dan gas bumi

    tercantum dalam pasal 11 ayat (3)

    Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001

    yaitu kewajiban pengembangan

    masyarakat sekitar dan jaminan hak-hak

    masyarakat adat. Kewajiban pengem-

    bangan masyarakat bagi pelaksana

    kegiatan usaha pertambangan umum

    tercantum dalam pasal 6-7 Keputusan

    Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

    Nomor 1453.K/29/MEM/2000 tentang

    Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas

    Pemerintahan di Bidang Pertambangan

    Umum yang didalamnya antara lain

    mengatur tentang pengembangan

    wilayah, pengembangan kemasyarakatan

    dan kemitrausahaan. Program

    pengembangan masyarakat yang harus

    dilakukan meliputi sumberdaya manusia,

    kesehatan, pertumbuhan ekonomi,

    pengembangan wilayah, dan kemitraan.

  • Menurut Muhammad (2000),

    dampak positif dari kegiatan

    pembangunan di bidang pertambangan

    adalah:

    Memberikan nilai tambah secara

    nyata kepada pertumbuhan ekonomi

    nasional;

    1. Meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD);

    2. Menampung tenaga kerja, terutama masyarakat lingkar

    tambang;

    3. Meningkatkan ekonomi masyarakat lingkar tambang;

    4. Meningkatkan usaha mikro masyarakat lingkar tambang;

    5. Meningkatkan kualitas SDM masyarakat lingkar tambang; dan

    6. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat lingkar tambang.

    Sedangkan dampak negatif dari

    pembangunan di bidang pertambangan

    adalah :

    1. Kehancuran lingkungan hidup; 2. Penderitaan masyarakat adat; 3. Menurunnya kualitas hidup

    masyarakat lokal;

    4. Meningkatnya kekerasan terhadap perempuan;

    5. Kehancuran ekologi pulau-pulau; dan

    6. Terjadi pelanggaran HAM pada kuasa pertambangan.

    3. GAMBARAN UMUM WILAYAH

    KOTA BONTANG

    3.1 Letak Geografi dan Administrasi

    Wilayah

    Kota Bontang terletak antara

    117 23 BT - 117 38 BT dan 0 01 LU - 0 12 LU atau berada pada belahan bumi bagian utara khatulistiwa. Kota Bontang

    memiliki luas wilayah 497.57 km2 yang

    terdiri atas daratan 147.80 km2 (29.70%)

    dan lautan 349.77 km2 (70.30%).

    Secara geografis Kota Bontang

    di sebelah Barat dan Utara berbatasan

    dengan Kabupaten Kutai Timur, sebelah

    Selatan berbatasan dengan Kabupaten

    Kutai Kertanegara dan di sebelah Timur

    berbatasan dengan Selat Makassar. Kota

    Bontang memiliki letak yang cukup

    strategis yaitu terletak pada jalan trans

    Kaltim dan berbatasan langsung dengan

    Selat Makassar sehingga menguntungkan

    dalam mendukung interaksi wilayah

    Kota Bontang dengan wilayah lain di

    luar Kota Bontang.

    Kota Bontang awalnya meru-

    pakan sebuah desa kecil yaitu Desa

    Bontang Kuala. Kehadiran PT Badak

    NGL pada tahun 1974 sebagai industri

    gas alam dan PT Pupuk Kalimantan

    Timur (PT PKT) tahun 1977 sebagai

    industri pupuk dan amoniak di Kota

    Bontang merupakan titik awal

    terbukanya daerah tersebut sehingga

    berkembang menjadi Kecamatan

    Bontang. Seiring dengan semakin

    berkembangnya kota tersebut maka pada

    tahun 1989 statusnya meningkat menjadi

    kota administratif sesuai dengan

    Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun

    1989 dan pada tahun 1999 meningkat

    menjadi kota otonom sesuai dengan

    Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999

    tentang Pemekaran Provinsi dan

    Kabupaten bersama-sama dengan

    Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten

    Kutai Kertanegara. Desa Bontang Koala

    sebagai cikal bakal kota tersebut sampai

    sekarang tetap menjadi perkampungan

    nelayan. Namun pemukiman tersebut

    semakin padat dan menjorok ke laut serta

    bentuk rumah panggung dari kayu relatif

    tidak berubah banyak.

    Berdasarkan Peraturan Daerah

    Kota Bontang Nomor 17 Tahun 2002

  • tentang Pembentukan Organisasi

    Kecamatan Bontang Barat pada tanggal

    16 Agustus 2002, maka Kota Bontang

    menjadi tiga wilayah kecamatan yaitu

    Kecamatan Bontang Selatan, Kecamatan

    Bontang Utara, dan Kecamatan Bontang

    Barat serta 14 kelurahan dan satu desa.

    Kota Bontang dilalui oleh

    beberapa sungai yang berhulu di bagian

    Barat (Kabupaten Kutai) dan bermuara di

    Selat Makassar. Sungai-sungai tersebut

    adalah Sungai Guntung, Sungai

    Bontang, Sungai Busuh, Sungai

    Nyerakat Kanan dan Sungai Nyerakat

    Kiri yang aliran permukaannya

    membentuk Daerah Aliran Sungai

    (DAS) Santan.

    3.2 Sarana Prasarana Fisik dan Sosial

    Panjang jalan di Kota Bontang adalah

    155.791 km yang berdasarkan

    konstruksi jalan terdiri atas aspal 32.923

    km atau 21%, beton (rigid) 24.398 km

    atau 16%, kayu 9.071 km atau 6%, tanah

    72.397 km atau 46% dan lapen 17.001

    km atau 11%. Berdasarkan kondisi jalan

    terdiri atas baik 54.986 km atau 35%,

    sedang 13.987 km atau 9%, rusak 14.969

    km atau 10%, dan rusak berat 71.849 km

    atau 46%.

    Sarana pendidikan di Kota Bontang

    cukup lengkap mulai dari tingkatan

    Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan

    Tinggi dan tersebar di semua kecamatan.

    Jumlah Taman Kanak-Kanak (TK)

    sebanyak 36 buah, Sekolah Dasar

    (SD) sebanyak 53 buah, Sekolah

    Menengah Tingkat Pertama (SMTP)

    sebanyak 30 buah, Sekolah Menengah

    Tingkat Atas (SMTA) sebanyak 16 buah.

    Sedangkan Perguruan Tinggi yang ada

    di Kota Bontang adalah Universitas

    Trunojoyo. Adapun jumlah sarana

    pendidikan tingkat dasar sampai

    menengah serta penyebaran menurut

    kecamatan disajikan pada Tabel berikut

    ini.

    Sarana kesehatan di Kota Bontang terdiri

    atas rumah sakit milik pemerintah dan

    swasta, puskesmas, puskesmas

    pembantu, balai pengobatan, dan

    dokter praktek. Adapun jumlah dan

    penyebaran fasilitas kesehatan menurut

    kecamatan disajikan pada Tabel berikut

    ini

    Tabel 1. Jumlah fasilitas kesehatan

    menurut jenis dan kecamatan

    Sumber: Bappeda dan BPS Bontang 2004a

    Fasilitas tempat ibadah di

    Kota Bontang tersedia dalam jumlah

    yang memadai untuk semua pemeluk

    agama berupa mesjid sebanyak 60 buah,

    gereja katolik sebanyak 4 buah, gereja

    protestan sebanyak 30 buah, dan pura

    sebanyak 1 buah.

    3.5 Pertumbuhan Ekonomi

    Keadaan perekonomian Kota Bontang

    tahun 2002-2003 dapat dilihat melalui

    gambaran PDRB dengan harga konstan

    yang menunjukkan bahwa laju

    pertumbuhan PDRB tahun 2003

    dengan migas naik sebesar 2.08%

    sedangkan laku pertumbuhan PDRB

    tanpa migas mengalami pertumbuhan

    sebesar 8.84%. Sektor-sektor ekonomi

    yang mengalami pertumbuhan di atas

  • agregat antara lain sektor

    bangunan/konstruksi sebesar 18.01%,

    listrik, gas dan air minum sebesar 9.58%,

    serta pertambangan dan penggalian

    sebesar 8.01%.

    Tabel 2. Laju pertumbuhan Produk

    Domestik Regional Bruto Kota

    Bontang dengan/tanpa migas atas dasar

    harga konstan 1993 (%) tahun 2002-2003

    Sumber: Bappeda dan BPS Bontang 2004b

    Salah satu indikator untuk melihat

    perkembangan struktur ekonomi daerah

    adalah melalui komposisi struktur PDRB.

    Dari komposisi struktur PDRB suatu

    wilayah dapat diketahui peranan masing-

    masing sektor, sehingga sektor yang

    dominan peranannya dapat dipe-

    rkirakan akan membentuk struktur

    ekonomi wilayah tersebut. Sejak tahun

    1993 sampai dengan tahun 2003 sektor

    industri pengolahan merupakan sektor

    yang paling besar pengaruhnya dan

    mendominasi dalam struktur

    perekonomian Kota Bontang dengan

    sumbangan pada tahun 2003 sebesar

    86.45%.

    Dengan demikian dapat

    disimpulkan bahwa struktur pere-

    konomian Kota Bontang relatif bercorak

    industrialisasi. Indikasi didasarkan karena

    sektor industri pengolahan mendominasi

    struktur perekonomian. Apabila unsur

    migas yaitu sub sektor industri

    pengolahan gas alam cair /LNG

    dikeluarkan, maka sektor industri

    pengolahan tetap memperlihatkan

    pengaruhnya terhadap PDRB Kota

    Bontang. Hal ini disebabkan oleh adanya

    industri pupuk berskala nasional, yaitu

    PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk.

    3.6 PT Indominco Mandiri

    PT Indominco Mandiri merupakan salah

    satu perusahaan pertambangan batubara

    di bawah manajemen BANPU Public

    Company Limited. Lokasi pertambangan

    berada pada tiga wilayah yaitu Kabupaten

    Kutai Kertanegara, Kabupaten Kutai

    Timur, dan Kota Bontang Provinsi

    Kalimantan Timur. Penandatanganan

    Kontrak Karya pertama kalinya

    dilakukan pada tanggal 5 Oktober 1990,

    sedangkan penandatanganan kontrak

    penambangan dilakukan pada tanggal 30

    Mei 1990. Penambangan pertama

    (pengupasan tanah penutup) dilakukan

    pada tanggal 15 Juli 1996 dan

    pengapalan batubara pertama pada

    tanggal 18 April 1997. Proses

    penambangan batubara dilakukan dengan

    tambang terbuka (open pit mining)

    dengan metode gali-isi kembali (back

    filling method).

    Perjanjian Kontrak Karya

    Pengusahaan Pertambangan Batubara

    (PKP2B) PT Indominco Mandiri berada

    pada wilayah KW 01PB0435 yang secara

    geografis terletak pada koordinat

    1171250 - 1172330BT dan 000220 - 001300 LU. Sesuai dengan Keputusan Direktorat Jenderal

    Geologi dan Sumber Daya Mineral

    Nomor 015.K/20.01/DJG/2001 tanggal 2

    Mei 2001 tentang peningkatan tahap

    kegiatan operasi produksi dan

  • penetapan wilayah pertambangan

    (mining area) perjanjian kerjasama PT

    Indominco Mandiri, lokasi

    pertambangan PT Indominco Mandiri

    seluas 25 121 hektar yang terdiri atas

    Blok I (Blok Barat) seluas 18 100

    hektar dan Blok II (Blok Timur) seluas

    7 021 hektar. Lokasi pertambangan PT

    Indominco Mandiri dapat dicapai

    melalui jalan darat Balikpapan-

    Samarinda-Bontang sepanjang 230 km.

    Dari jalan poros Samarinda- Bontang

    menuju lokasi pertambangan sejauh 30

    km.

    4.DAMPAK KEGIATAN PERTA-

    MBANGAN

    4.1 Dampak Kegiatan Pertambangan

    Terhadap Pengembangan Masyarakat

    Program pengembangan masya-

    rakat pada sektor pertambangan

    dapat diartikan sebagai wujud dari

    internalisasi dari biaya eksternal yang

    timbul sebagai akibat dari pemanfaatan

    sumberdaya yang tidak terbarukan

    (unrenewable resources). Bahan

    tambang merupakan sumberdaya yang

    tidak terbarukan sehingga perlu

    dipikirkan dampak-dampak yang

    berkaitan dengan pengelolaan

    sumberdaya tersebut. Oleh sebab itu

    harus dicari beberapa alternatif agar

    masyarakat yang terkena dampak tersebut

    dapat berusaha secara berkelanjutan, dan

    mampu terus mandiri tanpa bertopang

    lagi pada sumberdaya tersebut.

    Sejalan dengan otonomi daerah,

    operasionalisasi tambang tidak bisa

    dipisahkan dari lingkungan dan

    masyarakat di sekitar lokasi tambang.

    Kegiatan pengembangan masyarakat yang

    dilakukan oleh perusahaan pertambangan

    dimaksudkan agar masyarakat setempat

    atau sekitarnya merasakan memperoleh

    manfaat dari adanya suatu kegiatan

    pertambangan baik migas maupun

    umum antara lain batubara, emas, dan

    lainnya.

    Kegiatan pengembangan mas-

    yarakat yang telah dilakukan oleh

    PT Indominco Mandiri dapat

    dikelompokkan dalam bentuk kegiatan

    fisik dan non fisik. Bentuk kegiatan fisik

    berupa pembangunan infrastruktur, sarana

    pendidikan dan sarana ibadah, sedangkan

    kegiatan non fisik berupa bantuan dana

    dalam bentuk pemberian beasiswa,

    dukungan pelaksanaan kegiatan sosial,

    kepemudaan, olah raga, kesehatan , dan

    bantuan kegiatan lainnya yang bersifat

    insedentil.

    Kegiatan pengembangan masya-

    rakat yang dilakukan oleh PT Indominco

    Mandiri tidak hanya ditujukan pada

    masyarakat, tapi juga instansi pemerintah.

    Ruang lingkup wilayah kegiatan

    pengembangan masyarakat PT

    Indominco Mandiri meliputi sepuluh

    desa/kelurahan pada tiga kabupaten

    yaitu Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten

    Kutai Kertangera, dan Kota Bontang.

    Program Community Development

    Perusahaan Pertambangan

    Dampak positif dari pembangunan

    di bidang pertambangan yang dapat

    langsung dinikmati oleh masyarakat

    antara lain menampung tenaga kerja

    terutama masyarakat lingkar tambang,

    meningkatkan ekonomi masyarakat

    lingkar tambang, meningkatkan usaha

    mikro masyarakat lingkar tambang,

    meningkatkan kualitas SDM masyarakat

    lingkar tambang, meningkatkan derajat

    kesehatan masyarakat lingkar tambang,

    dan sebagainya (Salim 2005).

  • Dampak positif tersebut dapat dinikmati

    oleh masyarakat khususnya yang berada

    disekitar lokasi pertambangan PT

    Indominco Mandiri melalui berbagai

    program community development yang

    telah dilaksanakan oleh perusahaan.

    Program community development PT

    Indominco Mandiri secara garis besar

    terbagi atas tujuh bidang, yaitu

    infrastruktur, kesehatan, keagamaan,

    pendidikan, ekonomi, sosial budaya, dan

    kesenian, serta bidang lain-lain untuk

    menampung pemberian bantuan kepada

    masyarakat yang sifatnya insidentil.

    Meskipun PT Indominco Mandiri telah

    membentuk suatu organisasi yang

    diharapkan dapat menjembatani

    perusahaan dan masyarakat yang disebut

    sebagai Community Consultative

    Committee (CCC) namun organisasi

    tersebut berjalan dengan baik.

    Keanggotaan CCC terdiri dari unsur

    pemerintahan (camat, lurah atau kepala

    desa), perusahaan, LSM, wartawan, dan

    wakil dari masyarakat. Melalui CCC

    diharapkan program community

    develoment akan bersifat bottom up atau

    berasal dari masyarakat bawah.

    Disamping itu, perusahaan

    memberikan bantuan kepada masyarakat,

    organisasi, dan instansi pemerintah yang

    sifatnya insidentil setelah pemohon

    mengajukan proposal kepada perus-

    ahaan. Namun banyaknya perm-

    ohonan bantuan yang bersifat

    insindentil mengakibatkan perusahaan

    merasa kesulitan dalam menjalankan

    program community development yang

    telah diprogramkan.

    Secara umum, program community

    development PT Indominco Mandiri

    sebagai wujud dari upaya pengembangan

    masyarakat di sekitar lokasi

    pertambangan terbagi dalam dua bentuk

    yaitu bentuk fisik dan non fisik.

    Fisik

    Bentuk kegiatan fisik yang telah

    dilaksanakan oleh PT Indominco Mandiri

    meliputi pembangunan fasilitas umum

    antara lain pembangunan ataupun

    peningkatan sarana transportasi/jalan,

    sarana pendidikan, sarana kesehatan,

    sarana peribadatan, dan lain sebagainya.

    Namun kegiatan tersebut belum

    tepat sasaran karena umumnya fasilitas

    umum yang dibangun lebih banyak

    berada di ibukota kota/kabupaten, bukan

    pada desa yang berada paling dekat

    dengan lokasi pertambangan.

    Pembangunan jalan yang telah dilakukan

    oleh PT Indominco Mandiri di desa

    antara lain pembangunan jalan dan

    jembatan di Desa Suka Damai dalam

    bentuk jalan tanah dan jembatan kayu.

    Pembangunan fisik untuk sarana

    pendidikan umumnya diberikan dalam

    bentuk renovasi beberapa gedung SD.

    Sedangkan bantuan pembangunan gedung

    sekolah yang secara murni dilakukan oleh

    perusahaan belum ada. Sedangkan

    pembangunan fisik berupa sarana

    kesehatan belum dilakukan oleh PT

    Indominco Mandiri. Sarana kesehatan

    yang ada di desa/kelurahan dampak

    berupa puskesmas pembantu, belum

    ditemukan adanya klinik kesehatan atau

    pengobatan yang dibangun oleh

    perusahaan untuk kepentingan

    masyarakat.

    Pembangunan fisik lainnya antara

    lain berupa bantuan pembangunan kantor

    desa dan renovasi beberapa gedung

    instansi pemerintah lainnya. Data

    community development PT Badak NGL

    menunjukkan bahwa bantuan

    pembangunan fisik lebih banyak

    ditujukan kepada sarana prasarana milik

    instansi pemerintah dibandingkan dengan

    masyarakat.

  • Non fisik

    Program community development

    non fisik terbagi atas kegiatan sosial,

    ekonomi dan kelembagaan. Bentuk

    kegiatan sosial antara lain pengembangan

    kualitas pendidikan (pemberian dana

    pendidikan/beasiswa, operasional seko-

    lah), kesehatan (bantuan pengobatan,

    penyuluhan kesehatan), serta berbagai

    kegiatan keagamaan, olahraga, kesenian,

    dan kepemudaan. Program sosial yang

    cukup menonjol dari PT Indominco

    Mandiri adalah dukungan dana terhadap

    pelaksanaan kegiatan penyuluhan

    kesehatan, khitanan massal, bhakti

    sosial, maupun kegiatan keagamaan,

    olah raga, kesenian, dan kepemudaan.

    Bentuk kegiatan dalam bidang

    ekonomi yang telah dilakukan oleh

    PT Indominco Mandiri menyangkut

    pengembangan usaha masyarakat yang

    berbasiskan sumberdaya setempat

    (resources based) seperti pelatihan

    budidaya pertanian secara umum

    (kebun percontohan sayurmayur, jagung,

    kedele, budidaya ikan air tawar, budidaya

    rumput laut) dan pemberdayaan

    masyarakat nelayan.

    Program community development yang

    menyangkut kelembagaan dari PT

    Indominco Mandiri umumnya berupa

    dukungan dana dan akomodasi terhadap

    berbagai bentuk kegiatan lokakarya,

    seminar, perlombaan, dan sebagainya,

    yang dilaksanakan oleh instansi

    pemerintah, organisasi profesi, LSM,

    maupun organisasi pelajar. Disamping

    itu, PT Indominco Mandiri

    menyelenggarakan studi banding ke

    lokasi-lokasi pertanian yang telah maju

    di Pulau Jawa. Namun peserta studi

    banding tersebut umumnya adalah kepala

    desa atau tokoh masyarakat tertentu.

    Dampak Kegiatan Pertambangan

    terhadap Masyarakat Lokal

    Dampak kegiatan pertambangan

    terhadap masyarakat lokal khususnya

    masyarakat yang berada di sekitar lokasi

    pertambangan dikelompokan menjadi

    dua yaitu dampak langsung dan dampak

    tidak langsung. Dampak langsung yang

    dapat dirasakan oleh masyarakat di

    sekitar tambang antara lain berupa

    kesempatan kerja, pemberian beasiswa,

    pelatihan dan penyuluhan, bantuan

    keuangan untuk kegiatan sosial,

    keagamaan, kepemudaan, dan kesehatan,

    pemberian sumbangan kepada masyarakat

    yang bersifat insidentil, serta bantuan

    sarana prasarana desa antara lain kantor

    desa dan sarana ibadah. Dampak tidak

    langsung yang dapat dirasakan oleh

    masyarakat adalah pembangunan

    infrastruktur antara lain jalan dan

    jembatan.

    Dampak Langsung

    Penyerapan Tenaga Kerja Lokal

    Penyerapan tenaga kerja lokal

    oleh perusahaan pertambangan di-

    rasakan masih sangat minim.

    Pendudukyang memiliki persepsi bahwa

    dampak kehadiran perusahaan per-

    tambangan menyebabkan penye-rapan

    tenaga kerja menjadi membaik hanya

    sebesar 5%, sedangkan penduduk yang

    menyatakan penyerapan tenaga kerja

    menjadi agak membaik sebesar 22.5%.

    Sebagian besar pendudukyang berasal

    dari ketiga strata yaitu sebesar 72.5%

    menyatakan bahwa kehadiran perusahaan

    pertambangan tidak memberikan

  • perubahan terhadap penyerapan tenaga

    lokal.

    Minimnya penyerapan tenaga

    kerja lokal oleh perusahaan tambang

    disebabkan oleh tingkat pendidikan

    masyarakat yang tidak memenuhi

    kriteria yang dipersyaratkan oleh

    perusahaan. Salah satu persyaratan untuk

    bekerja pada perusahaan pertambangan

    adalah tingkat pendidikan. Tingkat

    pendidikan minimum yang dibutuhkan

    oleh perusahaan adalah SLTA, sedangkan

    pendudukumumnya memiliki tingkat

    pendidikan yang lebih rendah.

    Pendudukyang berpendidikan setingkat

    SLTA hanya sebesar 22% dan sebagian

    besar berada di Kelurahan Kanaan.

    Kesejahteraan Keluarga

    Tingkat kesejahteraan keluarga

    dipengaruhi oleh tingkat pendapatan

    keluarga tersebut. Untuk memenuhi

    kebutuhan hidup sehari-hari baik untuk

    sandang, pangan, pendidikan, dan

    kesehatan diperlukan pendapatan yang

    cukup. Perubahan tingkat pendapatan

    penduduk dalam lima tahun terakhir

    cukup beragam. Pendudukyang

    menyatakan mengalami perubahan

    tingkat pendapatan menjadi membaik

    sebanyak 25%, sedangkan yang tidak

    mengalami perubahan pendapatan

    sebanyak 33%. Sebagian besar

    responden, yaitu 42% mengalami

    penurunan pendapatan atau kondisi yang

    memburuk. Tingkat pendapatan yang

    membaik umumnya dirasakan oleh

    penduduk yang berada pada strata atas

    sebesar 47%, sedangkan tingkat

    pendapatan yang tidak mengalami

    perubahan atau memburuk umumnya

    terjadi pada penduduk yang berada

    pada strata bawah sebesar 46% .

    Pemberian Bantuan yang Bersifat

    Insidentil

    Pemberian bantuan yang bersifat

    insidentil diberikan kepada anggota

    masyarakat, organisasi kepemudaan,

    LSM, maupun instansi pemerintah setelah

    mengajukan proposal kepada perusahaan.

    Proposal tersebut biasanya berisi

    permohonan bantuan untuk biaya

    pengobatan, kegiatan dalam rangka

    peringatan hari-hari besar agama dan

    nasional, berbagai kegiatan seminar,

    kegiatan bidang pendidikan, olahraga dan

    seni, maupun akomodasi dan

    transportasi khususnya dari instansi

    pemerintah.

    Namun banyaknya permintaan

    bantuan insidentil tersebut mengakibatkan

    perusahaan mengalami kesulitan dalam

    menjalankan program kegiatan yang telah

    dibuat terutama dalam pengalokasian

    dana.

    Dampak Tidak Langsung

    Dampak tidak langsung yang

    diberikan oleh perusahaan terhadap

    masyarakat di sekitar lokasi

    pertambangan umumnya dalam bentuk

    pembangunan infrastruktur atau bentuk

    fisik. Bantuan pembangunan infra-

    struktur desa yang telah diberi-kan

    oleh PT Indominco Mandiri antara lain

    pembangunan kantor desa, jalan, dan

    jembatan. Namun persentase jumlah jalan

    yang dibangun oleh perusahaan sangat

    kecil. Berdasarkan hasil observasi lapang

    dan wawancara dengan tokoh masyarakat

    dan anggota masyarakat, jalan dan

    jembatan yang telah dibangun oleh PT

    Indominco Mandiri berupa jalan tanah

    dan jembatan kayu menuju Dusun

    Danau Redan. Namun pada musim hujan

    jalan tersebut tidak dapat dilalui oleh

    kendaraan karena kondisi tanahnya yang

    liat.

  • Kondisi jalan pada kedua desa

    binaan PT Indominco Mandiri, yaitu Desa

    Suka Damai dan Desa Suka Rahmat,

    lebih dominan jalan tanah. Jalan aspal

    hanya ditemui pada pemukiman yang

    berada pada jalan poros Samarinda-

    Bontang, selebihnya merupakan jalan

    tanah. Untuk mencapai dusun atau

    pemukiman penduduk yang berada di

    pedalaman, harus menggunakan jalan

    tanah yang tidak dapat dilalui kendaraan

    pada waktu hujan.

    Konflik

    Kehadiran perusahaan pertambangan

    pada suatu lokasi tidak terlepas dari

    konflik, baik antar masyarakat dengan

    masyarakat lain khususnya pendatang

    maupun antara masyarakat dengan

    perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara

    dengan responden, tokoh masyarakat, dan

    aparat desa, tidak ada konflik antara

    masyarakat dengan pendatang. Hal ini

    disebabkan pendatang yang ada

    umumnya merupakan anggota keluarga

    dari masyarakat sendiri atau berasal dari

    daerah asal yang sama.

    Konflik yang terjadi antara

    masyarakat yang berada pada Desa Suka

    Damai dan Desa Suka Rahmat dengan PT

    Indominco Mandiri menyangkut ganti

    rugi akibat tumpang tindih lahan garapan

    masyarakat dengan wilayah kerja

    pertambangan dan penyerapan tenaga

    kerja yang dianggap sangat minim oleh

    masyarakat. Konflik yang terjadi antara

    masyarakat dengan perusahaan

    pertambangan berdasarkan pelapisan

    sosial ekonomi memberikan pola

    asosiasi tertentu.

    4.2 Dampak Kegiatan Pertambangan

    Terhadap Pengembangan wilayah

    Kegiatan pertambangan

    merupakan salah satu sektor

    pembangunan yang mengelola dan

    memanfaatkan sumberdaya alam yang

    tidak dapat diperbaharui (unrenewable

    resources). Namun untuk mengelola dan

    memanfaatkan bahan tambang diperlukan

    penanaman modal yang cukup besar baik

    yang bersumber dari investor asing

    maupun investor dalam negeri.

    Penanaman modal merupakan salah satu

    upaya yang harus dilakukan dalam

    pengembangan wilayah. Disamping itu,

    penanaman modal harus ditempatkan

    pada wilayah-wilayah yang strategis dan

    memiliki sumberdaya alam yang cukup

    potensial untuk dikem-bangkan serta

    harus dilakukan melalui jalinan kerjasama

    antara pemerintah, masyarakat, dan

    swasta.

    Daerah yang memiliki bahan

    tambang yang potensial dan telah

    mendapatkan penanaman modal dalam

    rangka eksploitasi bahan tambang

    tersebut antara lain Kota Bontang dan

    Kabupaten Kutai Timur. Kota Bontang

    merupakan daerah yang memiliki prime

    mover pada sektor pertambangan yaitu

    pengolahan gas cair di Kota Bontang dan

    tambang batubara di Kabupaten Kutai

    Timur. Menurut Priyatna (2003), Kota

    Bontang dan Kabupaten Kutai Timur

    termasuk dalam Sistem Kesatuan

    Wilayah (SKW) Bontang yang

    pemanfaatan ruangnya di dominasi oleh

    hutan lebat, hutan belukar, hutan lindung,

    pertambangan, kawasan industri,

    perkebunan, sawah, dan pertanian lahan

    kering.

    Salah satu karakteristik dari

    sumber-daya alam tambang adalah

    penye-barannya yang tidak merata untuk

    semua daerah dan keberadaannya yang

  • selalu tumpang tindih dengan kawasan

    hutan dan pemukiman/lahan garapan

    masya-rakat. Hal ini mengakibatkan

    kegiatan pertambangan memberikan dua

    dampak sekaligus yaitu dampak positif

    dan dampak negatif yang dapat dirasakan

    oleh masyarakat yang mendiami wilayah

    tersebut.

    Untuk mengetahui dampak

    kegiatan pertambangan terhadap penge-

    mbangan wilayah tidak hanya dipandang

    dari satu aspek. Dampak kegiatan

    pertambangan dapat dilihat dari berbagai

    aspek antara lain pembangunan daerah,

    pembangunan manusia, serta kebijakan-

    kebijakan yang mendukung pelaksanaan

    kegiatan pertambangan itu sendiri. Hal ini

    sejalan dengan apa yang disampaikan

    oleh Suhandoyo (2002) bahwa dalam

    membangun suatu wilayah, minimal

    ada tiga pilar yang perlu diperhatikan,

    yaitu : sumberdaya alam, sumberdaya

    manusia, dan teknologi. Pilar sumberdaya

    manusia (SDM) memegang peranan

    sentral karena mempunyai peran ganda

    dalam sebuah proses pembangunan.

    Pertama, sebagai obyek pembangunan

    SDM merupakan sasaran pembangunan

    untuk disejahterakan. Kedua, SDM

    berperan sebagai subyek (pelaku) pemb-

    angunan. Dengan demikian, pem-

    bangunan suatu wilayah sesungguhnya

    merupakan pembangunan yang ber-

    orientasi kepada manusia (people centre

    development), dimana SDM dipandang

    sebagai sasaran sekaligus sebagai pelaku

    pembangunan.

    Pada tahun 1993 sektor industri

    pengolahan memberikan sumbangan se-

    besar 59.54% terhadap PDRB Kota

    Bontang. Sumbangan sektor pengolahan

    tersebut mengalami peningkatan dari

    tahun ke tahun sehingga pada tahun 2003

    sektor industri pengolahan memberikan

    sumbangan sebesar 86.46% terhadap

    PDRB Kota Bontang.

    5.KASUS DESA SUKA DAMAI

    Salah satu desa yang letaknya

    relatif dekat dengan lokasi pertam-

    bangan adalah Desa Suka Damai. Di

    sebelah Barat Desa Suka Damai terdapat

    konsesi pertambangan batubara milik PT

    Indominco Mandiri yang beroperasi

    sejak tahun

    1995. Secara administratif, Desa Suka

    Damai termasuk dalam wilayah

    Kecamatan Sangatta Kabupaten Kutai

    Timur Provinsi Kalimantan Timur. Desa

    Suka Damai terletak pada jalan poros

    Samarinda-Bontang dengan jarak 15

    km dari Kota Bontang dan 75 km dari

    Sangatta ibukota Kabupaten Kutai Timur.

    Mata pencaharian utama masyarakat

    Desa Suka Damai umumnya adalah

    petani dengan komoditas utama

    pisang dan coklat. Umumnya masya-

    rakat memiliki lahan yang cukup luas

    yaitu berkisar antara 210 hektar, bahkan ada yang memiliki lahan garapan lebih

    dari 10 hektar. Pemilikan lahan garapan

    yang cukup luas tersebut disebabkan

    penguasaan lahan dilakukan dengan

    cara membuka kawasan hutan dan

    ditanami dengan tanaman pisang sebagai

    tanda kepemilikan lahan. Oleh karena itu,

    penguasaan lahan belum memiliki

    dokumen kepemilikan yang legal dari

    pemerintah.

    Masyarakat yang bekerja pada

    sektor swasta sangat sedikit. Hal ini

    disebabkan oleh tingkat pendidikan yang

    tidak memadai. Persyaratan tingkatan

    pendidikan yang diminta oleh perusahaan

    tidak sesuai dengan tingkat pendidikan

    yang dimiliki masyarakat. Penduduk

    yang bekerja pada perusahaan swasta

    umumnya pendatang dengan sistim

  • kontrak sehingga apabila kontrak kerja

    habis maka mereka akan meninggalkan

    desa tersebut.

    Desa Suka Damai terdiri atas dua

    dusun yaitu Dusun Damai Bersatu dan

    Dusun Danau Redan. Dusun Damai

    Bersatu merupakan salah satu dusun

    yang sebagian warganya bertempat

    tinggal di dekat jalan tambang PT

    Indominco Mandiri. Untuk mencapai

    pemukiman masyarakat yang berada

    dekat jalan tambang, dapat ditempuh

    dengan jalan kaki atau kendaraan roda

    dua melewati jalan kecil yang dikenal

    dengan nama Jalan Marante dari jalan

    poros Samarinda- Bontang. Jalan Marante

    merupakan jalan tanah selebar 1,3

    meter yang hanya dapat dilewati oleh

    kendaraan roda dua. Namun pada musim

    hujan, jalan tersebut tidak dapat dilewati

    karena kondisi jalan yang licin dan

    liat. Sepanjang jalan menuju Dusun

    Damai Bersatu merupakan kebun

    pisang milik masyarakat. Penduduk

    Dusun Damai Bersatu umumnya berasal

    dari Tana Toraja Provinsi Sulawesi

    Selatan. Hal ini terlihat dari suasana

    perkampungan dengan ciri khas Toraja

    baik dari bentuk rumah maupun gereja.

    Gambar 2. Salah satu rumah dalam kelompok

    pemukiman penduduk asal Jeneponto Provinsi

    Sulawesi selatan Dusun Danau Redan Desan Suka

    Damai.

    Namun bentuk rumah tinggal

    sebagian besar masyarakat Desa Suka

    Damai tidak jauh berbeda dengan

    bentuk rumah adat Bugis/Makassar

    yaitu rumah panggung dengan bahan

    dasar kayu. Hal ini disebabkan

    penduduk Desa Suka Damai sebagian

    besar merupakan pendatang dari beberapa

    kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan

    yaitu Jeneponto, Bone, Barru,

    Bantaeng, Bulukumba, Maros, dan

    lainnya. Umumnya mereka tinggal

    berkelompok sesuai dengan daerah asal.

    Hal ini menyebabkan pemukiman

    penduduk mengelompok dengan jarak

    antar kelompok sekitar 0.5- 1 km.

    Dusun Danau Redan berbatasan

    dengan Desa Santan Tengah

    Kabupaten Kutai Kertanegara. Kedua

    kabupaten tersebut dibatasi oleh aliran

    air Sungai Santan. Belakangan ini,

    sungai tersebut sering mengalami

    banjir sehingga merusak rumah dan

    tanah pertanian masyarakat. Saat ini

    Dusun Danau Redan sedang dalam

    persiapan menjadi desa otonom dengan

    nama Desa Danau Redan. Bahkan di

    depan salah satu rumah penduduk telah

    dipasang nama Desa Persiapan Danau

    Redan.

  • Sumber : Hasnawati (2005)

    Gambar 3. Papan nama desa persiapan

    Danau Redan

    Desa Suka Damai sendiri meru-

    pakan salah satu desa dari hasil

    pemekaran Desa Teluk Pandan. Meskipun

    Desa Suka Damai memiliki wilayah yang

    cukup luas, namun belum didukung

    oleh sarana prasarana dan sumberdaya

    manusia yang memadai. Hal ini ditandai

    dengan minimnya sarana transportasi,

    pendidikan, dan kesehatan.

    Salah satu dampak dari peme-

    karan wilayah di Desa Suka Damai

    adalah terpecahnya masyarakat ke dalam

    dua kelompok yaitu kelompok yang

    menjadi penduduk Kabupaten Kutai

    Timur dan kelompok yang ingin

    bergabung dengan Kota Bontang. Hal ini

    ditandai dengan adanya sejumlah masya-

    rakat yang masih memiliki KTP

    Bontang. Mereka merasa keberatan

    apabila harus bergabung dengan

    Kabupaten Kutai Timur dengan

    pertimbangan akses ke Kota Bontang

    lebih mudah dibandingkan dengan

    akses ke Sangatta. Sebelum terbentuknya

    Kabupaten Kutai Timur, masyarakat Desa

    Suka Damai lebih banyak berinteraksi

    dengan Kota Bontang karena kemudahan

    transportasi dan kedekatan jarak.

    Salah satu bentuk dari penolakan

    tersebut adalah munculnya aksi unjuk

    rasa dan pembakaran kantor desa oleh

    kelompok yang berkeinginan menjadi

    penduduk Kota Bontang. Disamping itu,

    kelompok tersebut telah membentuk

    desa baru dengan nama Desa Kali Gowa.

    Salah satu tokoh terbentuknya desa

    tersebut mengakui bahwa pembentukan

    desa baru tersebut merupakan salah satu

    bentuk protes masyarakat akan

    ketidakpedulian Pemerintah Daerah Kutai

    Timur terhadap warga Desa Suka

    Damai. Meskipun telah menjadi

    penduduk Kabupaten Kutai Timur,

    namun perhatian dan bantuan pemda

    belum banyak dirasakan oleh masyarakat

    tersebut.

    Permasalahan lain yang sedang

    dihadapi oleh masyarakat Desa Suka

    Damai khususnya yang memiliki mata

    pencaharian utama sebagai petani adalah

    gagal panen atau tanaman rusak.

    Pisang sebagai komoditas utama telah

    mengalami gagal panen dan kerusakan

    tanaman sejak dua tahun lalu yang

    diperkirakan akibat serangan virus. Hal

    ini menyebabkan terjadinya penurunan

    pendapatan secara drastis. Namun

    sampai saat ini belum ada tindak lanjut

    dari pemerintah dalam penagangan masa-

    lah tersebut sehingga kehidupan para

    petani semakin terpuruk.

    Sebagai salah satu desa binaan

    dari PT Indominco Mandiri, Desa

    Suka Damai sudah mendapatkan

    berbagai macam bantuan baik dalam

    bentuk fisik maupun non fisik. Program

    community development yang telah

    dilaksanakan oleh PT Indominco

    Mandiri di Desa Suka Damai secara

    garis besar dapat dikelompokkan ke

    dalam tiga kelompok kegiatan yaitu:

  • 1. Fisik

    Dalam rangka pembangunan

    kantor desa yang telah dibakar oleh massa

    pada saat berunjuk rasa, PT Indominco

    Mandiri memberikan bantuan senilai 100

    juta rupiah disamping biaya dari APBD

    Kutai Timur. Pembangunan kantor

    desa tersebut dilakasanakan secara

    swadaya oleh masyarakat.

    Bantuan fisik lainnya adalah

    pembangunan jalan dan jembatan kayu

    di Dusun Danau Redan. Pelaksanaan

    pembangunan jalan dan jembatan tersebut

    dilakukan sendiri oleh pihak perusahaan.

    Di sisi lain masyarakat menginginkan

    pembangunan jalan tersebut

    dilaksanakan secara swadaya sehingga

    kelebihan dana dapat digunakan untuk

    meningkatkan kondisi jalan dari jalan

    tanah menjadi jalan aspal. Namun sampai

    saat ini, jalan tersebut masih merupakan

    jalan tanah sehingga sulit pada musim

    hujan.

    Sumber : Hasnawati (2005) Gambar 4. Kantor Desa Suka Damai.

    2. Sosial

    Kegiatan community development PT

    Indominco Mandiri dalam bidang sosial

    antara lain pemberian bantuan biaya

    pendidikan dalam bentuk Anak Asuh.

    Namun biaya pendidikan tersebut

    hanya diberikan pada tingkat

    pendidikan Sekolah Dasar, sehingga

    banyak anak yang tidak dapat

    melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

    lebih tinggi. Selain itu, biaya pendidikan

    hanya diberikan dalam jangka waktu

    tertentu (setahun). Pemberian biaya

    pendidikan inipun terbatas pada

    kelompok masyarakat tertentu dan

    umumnya hanya menyentuh masyarakat

    yang berada pada lapisan atas.

    Hal ini menyebabkan tingkat pendidikan

    dan kualitas SDM di desa tersebut tidak

    mengalami peningkatan. Apabila

    perusahaan memiliki kesungguhan untuk

    meningkatkan kualitas SDM di desa

    tersebut, anak-anak yang berprestasi

    diberikan biaya pendidikan untuk

    melanjutkan ke jenjang yang lebih

    tinggi sehingga dapat ditampung bekerja

    di perusahaan sesuai dengan kemampuan

    dan keahliannya.

    Rendahnya tingkat pendidikan

    dan kualitas SDM menyebabkan

    penyerapan tenaga kerja penduduk

    setempat sangat rendah. Meskipun

    demikian, seharusnya perusahaan

    pertambangan dapat memberikan peluang

    kerja untuk jenis pekerjaan yang tidak

    memerlukan skill dan pendidikan yang

    tinggi. Hal ini dapat ditempuh dengan

    memberikan pelatihan keterampilan

    tertentu sesuai dengan kebutuhan

    perusahaan.

    Kegiatan sosial lainnya adalah

    bantuan perayaan hari-hari besar

    nasional dan keagamaan. Namun

    pelayanan sosial di bidang kesehatan

    belum ada. Penduduk yang memerlukan

    pengobatan yang lebih serius harus

    menuju Kota Bontang untuk

    mendapatkan pelayanan dokter.

    3. Ekonomi

  • Salah satu bentuk kegiatan community

    development PT Indominco Mandiri

    dalam bidang ekonomi di Desa Suka

    Damai adalah pelatihan menjahit dan

    pembentukan kelompok tani binaan.

    Namun pelajaran yang diterima sulit

    dimanfaatkan karena tidak ada modal.

    Disamping itu, kelompok tani dengan

    komoditas jagung dan kedelai tidak dapat

    berjalan karena tanaman yang sudah

    hampir panen selalu rusak akibat banjir.

    Sejak tahun 1998 musibah banjir mulai

    sering terjadi. Hal ini disebabkan semakin

    dangkalnya sungai yang melewati desa

    tersebut. Masyarakat memperkirakan

    penyebab mendangkalnya sungai

    tersebut akibat erosi atau sedimen yang

    terbawa dari hulu dimana PT Indominco

    Mandiri melakukan penambangan.

    Pemerintah desa telah mengajukan

    permohonan bantuan alat berat kepada

    PT Indominco Mandiri untuk

    melakukan pengerukan sungai namun

    sampai saat ini pihak perusahaan belum

    memberikan tanggapan.

    Salah satu kelompok tani yang

    dibentuk dan dibina oleh PT

    Indominco Mandiri adalah kelompok

    Tani Mekar Indah. Namun kegiatan

    kelompok tani tersebut tidak banyak

    membantu peningkatan taraf hidup

    anggotanya. Hal ini disebabkan pihak

    perusahaan kurang membantu

    pemasaran hasil pertanian kelompok

    tani tersebut. Disamping itu, kendala

    utama yang di hadapi oleh anggota

    kelompok tani maupun petani secara

    umum di Desa Suka Damai adalah modal.

    Meskipun diberikan pengetahuan

    budidaya tanaman namun tidak dapat

    diterapkan karena kekurangan modal.

    Sumber : Hasnawati (2005)

    Gambar 5. Lokasi budidaya tanaman

    sayur Kelompok Tani Mekar Indah

    binaan PT. Indominco Mandiri yang

    Nampak tidak terawat.

    Sebatas membentuk kelompok

    tani dan memberikan pelatihan dalam

    waktu yang singkat namun tidak

    memantau perkembangan selanjutnya.

    Hal ini menyebabkan pembentukan

    kelompok tani tersebut tidak memberikan

    manfaat yang berarti bagi anggotanya.

    Hal ini terlihat di lapangan dimana lokasi

    budidaya tanaman sayur tersebut dalam

    kondisi tidak terawat.

    Hal ini menunjukkan bahwa

    kegiatan community development yang

    dilaksanakan oleh PT Indominco Mandiri

    belum disesuaikan dengan kebutuhan

    masyarakat. Hal ini tercermin dari masih

    banyaknya kebutuhan dasar masyarakat

    yang belum terpenuhi antara lain sumber

    penerangan dan air bersih. Penerangan

    yang digunakan umumnya adalah

    petromak. Beberapa rumah menggunakan

    listrik yang berasal dari genset bantuan

    Pemda Kutai Timur dan ada yang milik

    sendiri dan digunakan oleh beberapa

    keluarga. Namun saat ini genset

    bantuan pemda tidak berfungsi lagi

    karena rusak. Sumber air bersih untuk

  • minum dan masak umumnya dari air

    hujan dan sumur, sedangkan untuk

    keperluan lain seperti mandi dan mencuci

    dari sungai. Namun ada beberapa

    lokasi yang air sumurnya tidak layak

    untuk dikomsumsi karena rasanya

    masam. Beberapa pendudukbahkan

    mengakui bahwa air hujan pun

    terkadang tidak dapat dikomsumsi

    karena warnanya hitam.

    Kegiatan community development

    yang tidak sesuai dengan kebutuhan

    masyarakat dan hanya menyentuh

    kelompok masyarakat pada lapisan atas

    disebabkan oleh tidak dilibatkannya

    masyarakat dalam perencanaan dan

    implementasi program. Untuk itu, dalam

    upaya menjaling komunikasi dengan

    masyarakat khususnya desa-desa yang

    menjadi binaan PT Indominco Mandiri

    telah dibentuk Community Consultative

    Committee (CCC) yang beranggotakan

    kepala desa, aparat desa, tokoh

    masyarakat serta pihak perusahaan.

    Organisasi tersebut dibentuk dengan

    tujuan untuk menampung aspirasi

    masyarakat sehingga program yang

    dijalankan sesuai dengan potensi dan

    kebutuhan masyarakat. Namun

    organisasi yang dibentuk pada tahun

    2003 tersebut belum ada tindak

    lanjutnya.

    Sumber : Hasnawati (2005)

    Gambar 6. Papan sekertariat Community

    Consultative (CCC) yang dipasang pada

    bagian depan rumah Kepala Desa Suka

    Damai.

    PENUTUP

    Minimnya peranan PT Indominco

    Mandiri dalam pembangunan desa

    menyebabkan masyarakat memiliki

    persepsi bahwa kehadiran perusahaan

    pertambangan tersebut tidak mem-

    berikan dampak terhadap kese-

    jahteraan masyarakat. Disamping itu,

    sebagian besar masyarakat cenderung

    tidak peduli terhadap keberadaan

    perusahaan pertambangan sepanjang tidak

    mengganggu aktivitas mereka sebagai

    petani. Hal ini didukung oleh masih

    banyaknya masyarakat yang tidak

    mengetahui keberadaan perusahaan

    pertambangan tersebut.

    Berdasarkan uraian tersebut di

    atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan

    community development PT Indominco

    Mandiri belum sesuai dengan kebutuhan

    masyarakat karena program yang

    dilaksanakan masih merupakan proyek

    dari perusahaan sehingga masyarakat

    tidak dilibatkan dalam perencanaan

  • maupun implementasi program.

    Disamping itu, sosialisasi dan pendekatan

    PT Indominco Mandiri hanya dilakukan

    pada masyarakat lapisan atas,

    sedangkan pendekatan dan sosialisasi

    terhadap masyarakat lapisan menengah

    dan bawah masih sangat rendah.

    Kegiatan pertambangan relatif

    belum memberikan kontribusi terhadap

    pengembangan masya-rakat khususnya

    yang berada disekitar lokasi

    pertambangan. Kontribusi langsung

    perusahaan terhadap masyarakat antara

    lain kesempatan kerja, pertumbuhan

    usaha kecil, pelayanan pendidikan dan

    kesehatan, umumnya hanya menyentuh

    masyarakat lapisan atas, sedangkan

    kontribusi terhadap masyarakat lapisan

    menengah dan bawah relatif masih

    kurang. Hal ini disebabkan

    kegiatan community development yang

    dilaksanakan oleh perusahaan bersifat

    top-down sehingga tidak sesuai dengan

    kebutuhan masyarakat. Kontribusi tidak

    langsung berupa pembangunan infra-

    struktur lebih banyak dilakukan di pusat

    pemerintahan daripada desa /kelurahan

    yang berada di sekitar lokasi tambang.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. [Bappeda, BPS] Badan Perencanaan Pembangunan

    Daerah dan Badan Pusat Statistik

    Kota Bontang. 2004. Bontang

    Dalam Angka 2003. Bontang:

    Bappeda, BPS Kota Bontang.

    2. Budimanta A. 2005. Evolusi Community Development di

    Industri Energi dan Sumber Daya

    Mineral.

    3. Hamzah, Hasnawati. 2005. DAMPAK PERTAMBANGAN

    TERHADAP

    PENGEMBANGAN WILAYAH.

    Institut Pertanian Bogor.

    4. Saleng A. 2004. Hukum Pertambangan.Yogyakarta: UII

    Press.

    5. Salim E. 4 Maret 2005. Pertambangan dalam Keber-

    lanjutan Pembangunan. Kompas.

    Http://www.kompas.com/kompas

    %2Dcetak/0503/04/opini/1565605

    . htm [4 Maret 2005].