32
KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI DI HUTAN TANAMAN INDUSTRI KHABIBI NURROFI’ PRATAMA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis

KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN

PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI

DI HUTAN TANAMAN INDUSTRI

KHABIBI NURROFI’ PRATAMA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis
Page 3: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Prosedur

Operasi Baku (SOP) dan Pelaksanaan Pemantauan Debit dan Erosi di Hutan

Tanaman Industri adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Khabibi Nurrofi’ Pratama

NIM E14090095

Page 4: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis

ABSTRAK

KHABIBI NURROFI’ PRATAMA. Kajian Prosedur Operasi Baku (SOP) dan

Pelaksanaan Pemantauan Debit dan Erosi di Hutan Tanaman Industri. Dibimbing

oleh HENDRAYANTO

Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis permudaan buatan

(THPB) diduga berdampak negatif terhadap laju limpasan dan erosi permukaan

sehingga setiap pengelola HTI diwajibkan melakukan kegiatan pengendalian

dampak. Dalam rangka pengendalian dampak, diperlukan informasi debit sungai

dan erosi permukaan. Untuk mendapatkan informasi yang benar pengelola HTI

membuat SOP dan melakukan pemantauan debit sungai dan erosi permukaan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas pemantauan debit dan erosi

terhadap pengendalian laju limpasan dan erosi permukaan di salah satu pengelola

HTI di Kalimantan Timur, melalui kajian terhadap isi SOP dan pelaksaannya

menggunakan kaidah-kaidah keilmuan pengukuran debit dan erosi permukaan.

Hasil analisis kesenjangan antara isi SOP, pelaksanaannya dengan kaidah

keilmuan menunjukkan bahwa SOP dan kegiatan pemantauan debit dan erosi di

lokasi penelitian belum efektif dalam memberikan informasi besaran dampak dan

pengendliannya. Perlu dilakukan perbaikan metode didalam SOP dan

pelaksanaannya untuk mendapatkan informasi yang lebih baik, agar tindakan

pengendalian dampak dapat dilakukan dengan lebih efektif.

Kata kunci: debit, erosi, hutan tanaman industri, pemantauan, SOP

Page 5: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis

ABSTRACT

KHABIBI NURROFI’ PRATAMA. Study of Standard Operating Procedure

(SOP) and Implementation of River Discharge and Erosion Monitoring in

Industrial Plantation Forest. Supervised by HENDRAYANTO.

Industrial plantation forest management with clear cutting and man made

planting silviculture system potentially causes negative impact on runoff and

surface erosion rate. Therefore, every industrial plantation forest concessionaries

have to control those negative impacts. In order to control the impacts,

information of river discharge and surface erosion rate are required. To get right

information, forest plantation concessionaries develop standar operating

procedure (SOP) for river discharge and surface erosion rate monitoring and

implementation of monitoring. This study is aimed to analyze the SOP for river

discharge and erosion, and their implementations based on scientific view of

applied methods. Based on gap analyses, among SOP contents, their

implementation and scientific view of applied methods, SOP and their

implemenatation of river discharge and erosion monitoring are not effective yet to

control the impact of forest plantation mangement on surface run-off, river

discharge and erosion rate. Methods for river discharge and surface erosion

monitoring written in the SOP and implementations are needed to be improved to

obtain more valid and accurate information to control the impact of forest

plantation management effectively.

Keywords: discharge, erosion, industrial forest plantation, monitoring, SOP

Page 6: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis
Page 7: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN

PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI

DI HUTAN TANAMAN INDUSTRI

KHABIBI NURROFI’ PRATAMA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 8: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis
Page 9: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis

Judul Skripsi : Kajian Prosedur Operasi Baku (SOP) dan Pelaksanaan Pemantauan

Debit dan Erosi di Hutan Tanaman Industri

Nama : Khabibib Nurrofi’ Pratama

NIM : E14090095

Disetujui oleh

Dr Ir Hendrayanto, MAgr

Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc F Trop

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 10: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2012 ini ialah

limpasan dan erosi, dengan judul Kajian Prosedur Operasi Baku (SOP) dan

Pelaksanaan Pemantauan Debit dan Erosi di Hutan Tanaman Industri.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Hendrayanto, MAgr

selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran. Di samping itu,

penghargaan penulis sampaikan kepada ibu dan seluruh keluarga, atas segala doa

dan kasih sayangnya. Tidak lupa penulis ucapakan terima kasih kepada teman-

teman Laboratorium Hidrologi Hutan, MNH, FAHUTAN, UKF, PASMAD,

Pakuwojo dan KICITA.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

Khabibi Nurrofi’ Pratama

Page 11: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODOLOGI 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Bahan dan Alat 2

Prosedur Penelitian 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

SOP Pemantauan dan Sistem Informasi Debit dan Erosi 4

SOP Pemantauan Debit 4

SOP Pemantauan Erosi 5

SOP Sistem Informasi Debit dan Erosi 7

Pelaksanaan SOP Pemantauan dan Sistem Informasi Debit dan Erosi 7

Pelaksanaan SOP Pemantauan Debit 7

Pelaksanaan SOP Pemantauan Erosi 11

Pelaksanaan SOP Sistem Informasi Debit dan Erosi 16

SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 17

RIWAYAT HIDUP 18

Page 12: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis

DAFTAR TABEL

1 Data monitoring limpasan periode juli 2010 hingga januari 2012 9 2 Data pengukuran tongkat erosi periode maret 2013 di petak I 104 13 3 Data pengukuran tongkat erosi periode april 2013 di petak I 104 13 4 Data pendugaan erosi metode USLE periode maret 2013 15 5 Perbaikan SOP dan sistem informasi pemantauan debit dan erosi 16

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir prosedur penelitian 3 2 Sketsa pengukuran luas penampang melintang sungai (a) dan

pengukuran kecepatan aliran dengan pelampung (b) 5 3 Sketsa bentuk tongkat erosi (a) dan penentuan jumlah dan letak tongkat

(b) 6 4 Sketsa overlay peta penggunaan lahan, peta kemiringan lereng, peta

jenis tanah dan batas DAS 9 5 DAS terpilih pada peta penggunaan lahan (a), peta kemiringan lereng

(b) dan peta jenis tanah (c) di lokasi penelitian 10

6 Pengukur TMA otomatis (a), current meter (b) dan sketsa pelampung

tangkai (c) 11 7 Sketsa posisi tongkat sejajar kontur (a) adn tegak lurus kontur (b) 12

8 Sketsa posisi tongkat sejajar kontur (a), tegak lurus kontur (b), dan

tegak lurus kontur dengan tiga kali ulangan (c) 14

vii

Page 13: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengelolaan Hutan Tanaman Industri (HTI) di Indonesia terutama di luar

Pulau Jawa umumnya dilakukan dengan menerapkan sistem silvikultur Tebang

Habis dengan Permudaan Buatan (THPB) di hutan alam yang sudah tidak

produktif, sebagaimana dalam Permenhut P.50/Menhut-II/2010, pasal 1

(Kemenhut 2010). Sistem silvikultur THPB, selain mengakibatkan terbukanya

tutupan lahan juga mengakibatkan pemadatan tanah oleh alat berat. Terbukanya

tutupan lahan berakibatkan tidak adanya intersepsi oleh tajuk sehingga

meningkatkan besarnya tumbukan air hujan ke permukaan tanah yang berdampak

pada hancurnya agregat tanah menjadi butiran tanah yang lebih halus. Selain

mengakibatkan erosi, butiran tanah yang halus akan menyumbat pori-pori tanah,

sehingga menghambat proses infiltrasi yang berarti meningkatkan laju limpasan

(Sinukaban 2007). Sedangkan pemadatan tanah mengurangi pori tanah sehingga

kapasitas infiltrasi berkurang dan laju limpasan dan erosi permukaan meningkat

(Arsyad 2010).

Adanya potensi peningkatan laju limpasan dan erosi permukaan dalam

pengelolaan HTI, pemerintah mengharuskan pengelola HTI melaksanakan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sebagaimana diatur dalam

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 05 tahun 2012 (KLH 2012).

Dalam AMDAL, pengelola HTI perlu malakukan pemantauan dan pengeloaan

untuk mengurangi dampak negatifdan meningkatkan dampak positif. Salah satu

dampak yang perlu dipantau adalah dampak pengelolaan HTI terhadap tanah dan

air, untuk selanjutnya dilakukan pengelolaan dampak dalam hal ini adalah

tindakan Konservasi Tanah dan Air (KTA). Pelaksanaan KTA juga menjadi

indikator dari Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu

(PHPL-VLK) sebagaimana Peraturan Dirjen Bina Usaha Kehutanan P.8/VI-

BPPHH/2011 (Kemenhut 2011).

Untuk memenuhi kewajiban dan mencapai PHPL-VLK, perusahaan

pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri

(IUPHHK-HTI) menyusun rencana dan melaksanakan pemantauan dan

pengelolaan dampak pembangunan HTI terhadap limpasan dan erosi permukaan,

dalam bentuk Prosedur Operasi Baku (SOP) pemantauan debit sungai dan erosi

permukaan. SOP pemantauan debit dan erosi mengatur prosedur pemantauan

limpasan permukaan melalui pengukuran debit sungai dan erosi permukaan. SOP

yang baik adalah SOP yang memungkinkan dilaksanakan tanpa

mengesampingkan kaidah-kaidah ilmiah pemantauan debit dan erosi permukaan.

Untuk mengetahui efektivitas pemantauan debit dan erosi permukaan terhadap

pengendalian laju limpasan permukaan melalui pengukuran debit sungai dan erosi

permukaan diperlukanan kajian terhadap SOP dan pelaksanaannya serta

penggunaan hasil pemantauan bagi pengendalian aliran dan erosi permukaan.

Page 14: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis

2

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas SOP dan pelaksanaan

pemantauan debit dan erosi terhadap pengendalian laju limpasan dan erosi

permukaan di salah satu perusahaan pemegang IUPHHK-HTI di Kalimantan

Timur.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai masukan bagi perbaikan sistem

pemantauan dampak kegiatan pengelolaan HTI terhadap limpasan dan erosi

permukaan dan informasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

SOP pemantauan dampak pengelolaan HTI di perusahaan ini mencangkup

pemantauan kawasan lindung, pemantauan debit sungai dan kualitas air sungai,

pemantauan kepadatan, ketebalan lapisan dan kesuburan tanah serta pemantauan

erosi. Namun dalam penelitian ini hanya mencangkup SOP pemantauan dampak

terhadap debit dan erosi permukaan. Sebagai objek kajian utama dalam penelitian

ini adalah SOP pemantauan debit dan erosi, pelaksanaa SOP dan penggunaan

hasil pemantauan dalam pengendalian laju limpasan dan erosi permukaan di

lokasi penelitian.

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di salah satu perusahaan pemegang IUPHHK-HTI

yang berlokasi di Kalimantan. Pengolahan dan analisis data dilakukan di

Laboratorium Hidrologi Hutan dan Daerah Aliran Sungai (DAS), Departemen

Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Pengumpulan

data dilaksanakan pada bulan April hingga Juni 2013.

Bahan dan Alat

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa dokumen SOP

pemantauan debit dan erosi. Data pendukung berupa hasil pengukuran, literatur

tentang pemantauan debit dan erosi, kondisi fisik lokasi dan data spasial (kontur,

jenis tanah dan penggunaan lahan) di lokasi penelitian. Sedangkan alat yang

digunakan dalam penelitian meliputi GPS, alat tulis, kamera dan software MS

Word 2007, MS Excel 2007 dan Arc GIS 10.

Page 15: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis

3

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian secara ringkas disajikan dalam bentuk bentuk diagram

alir sebagaimana disajikan dalam Gambar 1.

Gambar 1 Diagram alir prosedur penelitian

Kegiatan pemantauan debit dan erosi yang baik seharusnya dikerangkakan

dalam sistem pengendalian limpasan dan erosi, sehingga mampu memberikan

informasi untuk digunakan dalam pengendalian limpasan dan erosi secara efektif.

Maka dari itu, diperlukan suatu sistem pengendalian yang dituangkan dalam

bentuk SOP yang mengatur paling tidak 1) metode pengukuran (pemantauan)

yang baik dan benar, 2) pengolahan data hasil pengukuran, 3) metode analisis data

menjadi informasi, dan 4) penggunaan informasi bagi pengendalian dampak.

Pengumpulan dan kajian literatur tentang metode pemantauan debit dan

erosi dilakukan dengan mempelajari berbagai literatur tentang pemantauan debit

dan erosi. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi tentang kaidah

keilmuan dalam pemantauan debit dan erosi. Kaidah keilmuan merupakan suatu

rangkaian prosedur yang harus diikuti untuk mendapatkan hasil yang teruji

kebenarannya (Honer dan Hunt 2003). Kajian terhadap SOP pemantauan debit

dan Erosi dilakukan dengan mempelajari dokumen SOP. Hal ini dimaksudkan

untuk mengetahui metode pemantauan debit dan erosi yang digunakan perusahaan.

Kajian terhadap kondisi lapangan pelaksanaan SOP dilakukan dengan cara

mengamati dan mengikuti pemantauan debit dan erosi serta mempelajari hasil

yang didapatkan. Kajian terhadap kondisi lapangan pelaksanaan SOP

dimaksudkan untuk mendapatkan informasi berbagai kendala pelaksanaa SOP dan

keterwakilan plot pemantauan terhadap kondisi di lapangan.

Atas dasar kajian literatur dan kajian SOP dikaji kesesuaian SOP dengan

kaidah keilmuan terkait metode pemantauan debit dan erosi. Sedangkan dari

kajian SOP dan kondisi lapangan pelaksanaan SOP dikaji kesesuaian antara

prosedur yang dituliskan dalam SOP dengan pelaksanaan dan keterwakilan plot

Page 16: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis

4

terhadap kondisi lapangan. Pemantauan limpasan dan erosi yang benar

mempunyai SOP yang sesuai dengan kaidah keilmuan dan dilaksanakan sesuai

dengan dalam SOP tersebut. Tetapi, apabila SOP tidak sesuai dengan kaidah

keilmuan perlu dilakukan revisi SOP. Begitu pula apabila pelaksanaan di

lapangan tidak sesuai prosedur dalam SOP yang baik dan benar perlu dilakukan

revisi pelaksanaan pemantauan. Dari kajian literatur, kajian SOP dan kajian

kondisi lapang pelaksanaan SOP didapatkan SOP yang baik dan benar serta

mudah dan murah untuk dilaksanakan (praktis lapang).

Kajian terhadap sistem informasi debit dan erosi dimaksudkan untuk

mengetahui metode yang digunakan perusahaan dalam pengolahan dan analisis

data hasil pemantauan serta informasi hasil analisisnya. Kajian dilakukan dengan

mempelajari dokumen SOP pemantauan debit dan erosi serta dokumen RPL-RKL

perusahaan. Kajian terhadap pengendalian limpasan dan erosi dimaksudkan untuk

mengetahui dasar dan peranan informasi pemantauan debit dan erosi dalam

kegiatan pengendalian limpasan dan erosi. Kajian dilakukan dengan wawancara

dengan pengelola dan mempelajari dokumen RPL-RKL perusahaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

SOP Pemantauan dan Sistem Informasi Debit dan Erosi

SOP Pemantauan Debit

SOP pemantauan debit menjadi satu dengan SOP pemantauan kualitas air.

Tetapi dalam penelitian ini hanya dibahas SOP pemantauan debit. SOP

pemantauan debit mengatur mulai dari perencanaan lokasi pengukuran debit,

frekwensi pengukuran debit, metode pengukuran debit di lapang dan

perhitungannya.

Pemantauan debit dilakukan dengan mengukur debit di inlet (titik dimana air

sungai masuk ke dalam areal kerja konsesi) dan outlet (titik dimana air sungai

keluar dari areal kerja konsesi) dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) yang

sebagian wilayah DASnya terdapat diluar areal kerja konsesi. Sedangkan untuk

DAS yang semua wilayahnya berada di dalam areal kerja konsesi pengukuran

debit hanya dilakukan di outlet sungai untuk DAS tersebut. Pengukuran debit

dilakuan setiap dua bulan, tanpa menyebutkan waktu tepatnya.

Inlet dan outlet ditetapkan dengan kriteria lokasi memiliki aliran lurus

setidaknya 10 meter, mengalir sepanjang tahun dan mudah diakses. Pengukuran

debit dilakukan dengan mengukur kecepatan aliran dan menentukan luas

penampang basah sungai. Debit dihitung menggunakan persamaan:

........................................................................... (1)

yang menyatakan bahwa Q = debit (m3/detik), v = kecepatan aliran (m/detik) dan

A = luas penampang basah sungai (m2). Nilai A didapat dari hasil pengukuran

kedalaman sungai di setiap satu meter dari tepi sungai sehingga terbentuk segmen

berupa bangun segitiga dan segi empat seperti pada Gambar 2. Luas penampang

basah total didapatkan dari penjumlahan luas masing-masing segmen

sebagaimana persamaan:

Page 17: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis

5

i i .................................................................... (2)

i - m ....................................... (3)

yang menyatakan bahwa A = luas penampang basah total (m2), Ai = luas

penampang basah segmen ke-i, i = 1, .. n, Hj = kedalaman awal segmen titik ke-j

(m), j = 0, ....m, dj-(j+1) = jarak antara titik j dengan j+1 (m), dj-( j+1) sampai dengan

d(m-2)-(m-1) = 1 m.

Kecepatan aliran sungai diukur dengan pelampung permukaan berupa gabus

berukuran 1 x 5 x 5 cm. Kecepatan aliran dihitung menggunakan persamaan

berikut:

t ........................................................................ (4)

yang menyatakan bahwa v = kecepatan aliran (m/s), 0.8 = faktor koreksi, s =

jarak tempuh pelampung (m) dan t = waktu tempuh pelampung (detik).

Pengukuran v dilakukan di tiga tempat pengukuran yaitu di tengah, tepi kanan dan

kiri badan sungai. Kecepatan aliran adalah rata-rata kecepatan hasil pengukuran

dari ketiga tempat tersebut.

(a) (b)

Gambar 2 Sketsa pengukuran luas penampang melintang sungai (a) dan

pengukuran kecepatan aliran dengan pelampung (b)

SOP Pemantauan Erosi

Pemantauan erosi dilakukan dengan menggunakan dua metode pengukuran,

yaitu metode tongkat dan model pendugaan USLE (Universal Soil Loss Equation)

SOP pemantauan erosi mengatur mulai dari perencanaan lokasi pengukuran erosi,

frekwensi pengukuran erosi, metode pengukuran erosi di lapang dan

perhitungannya.

Pemantauan erosi dengan metode tongkat dilakukan dengan membuat plot

erosi. Plot erosi dibuat di 20 petak dengan karakteristik berbeda dengan

menancapkan tongkat berskala ke dalam tanah. Adapun 20 karakteristik petak

didapat dari kombinasi lima jenis tutupan lahan dan 4 kelas kemiringan lereng.

Lima jenis tutupan lahan berupa hutan alam (areal non produksi) dan hutan

tanaman (areal produksi) pada empat kelas umur yaitu 0-1 tahun, 1-2 tahun, 2-3

tahun dan > 3 tahun. Sedangkan empat kelas kemiringan yaitu 0-8%, 8-15%, 15-

25%, dan 25-40%. Penentuan lokasi plot erosi dilakukan melalui overlay peta

petak terpilih dengan skala 1:20000 dengan grid berukuran 25 x 25 meter (ukuran

lapang). Dengan jumlah titik persinggungan grid dalam petak, bagi petak menjadi

sepuluh bagian sama rata. Lokasi plot erosi dipilih secara acak di salah satu

bagian di petak terpilih. Sedangkan jumlah patok didapat dari 10% titik

persinggungan grid yang masuk dalam petak (misal yang masuk 50 titik berarti

jumlah tongkat 5 buah).

Page 18: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis

6

(a) (b)

Gambar 3 Sketsa bentuk tongkat erosi (a) dan penentuan jumlah dan letak

tongkat (b)

Sebelum patok dipasang, dipastikan terlebih dahulu kondisi di lapangan sesuai

dengan yang direncanakan. Dalam lokasi terpilih, patok dipasang di areal yang

tergenang dan dapat dipastikan luasan lahan yang alirannya menuju tongkat.

Pemantauan erosi dilakukan setiap bulan dengan membaca perubahan tinggi

permukaan tanah pada skala tongkat. Penghitungan erosi dilakukan dengan

persamaan berikut:

.............................................................. (5)

yang menyatakan bahwa Y = rata-rata perubahan tinggi permukaan tanah tererosi

(cm), yi = besarnya perubahan tinggi permukaan tanah di setiap tongkat erosi (cm),

dimana i = (1,2,3 ...n). Dari hasil pungukuran dilakukan prediksi erosi selama satu

tahu dengan persamaan:

....................................................................... (6)

yang menyatakan bahwa X = nilai dugaan laju erosi (cm/tahun), T = selisih waktu

sejak pemantauan terakhir dengan pemantauan saat ini (hari), dan 365 = jumlah

hari dalam satu tahun (hari).

Pemantauan erosi juga dilakukan dengan metode pendugaan USLE yang

dilakukan pada lahan dengan berbagai karakteristik sebagaimana pada

pemantauan metode tongkat. Pendugaan juga dilakukan tiap bulan dengan

perhitunga sebagai berikut

K P ............................................................. (7)

yang menyatakan bahwa A = total erosi tanah (ton/ha/tiga bulan), R = indeks

erosivitas hujan, K = indeks erodibilitas tanah, S = kemiringan lahan (%), L =

panjang lereng lahan (m), C = angka faktor dari jenis tanaman dan P = angka

faktor perlindungan lahan. Untuk indeks erosivitas hujan (R) didapat dari

persamaan berikut:

...................................................................... (8)

EI.30 = 6.119 (F) 1.21

(D) -0.47

(M) 0.53

.......................... (9)

yang menyatakan bahwa EI = interaksi energi dengan intensitas maksimum 30

menit, F = jumlah total data hujan dalam tiga bulan (mm / 3 bulan), D = jumlah

total hari terjadi hujan selama tiga bulan (hari / 3 bulan) dan M = maximum

banyaknya hujan harian selama tiga bulan (mm/hari). Selanjutnya, untuk indeks

Page 19: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis

7

erodibilitas tanah jenis tanah Podsolik Merah kuning yaitu 0.15. Kelas kemiringan

(S) dikelompokkan ke dalam empat kelas yang diwakili nilai tengah setiap kelas

kelerengan, yaitu: kelas lereng A (0-8%) adalah = 4; kelas lereng B (8-15%)

adalah = 11.5; kelas lereng C (15-25%) adalah = 20; dan kelas lereng D (25-40%)

adalah = 32.5. Lalu dengan faktor panjang lereng 22 m (sama dengan panjang

standard dari petak pemantauan erosi tanah (Hardjowigeno 1987)) dan

persamaan:

LS = (L/100 ( 0.138 + 0.0965 S + 0.0138 S2))

1/2 .......... (10)

didapat faktor panjang dan kemiringan lahan (LS) untuk kelas kemiringan (0-8%)

= 0.16; (8%-15%) = 0.68; (15%-25%) = 1.67; dan (25%-40%) = 3.93. Faktor dari

jenis tanaman (C) ditetapkan 0.001 untuk hutan alam dan 0.5 untuk hutan

produktif. Faktor perlindungan lahan (P) 0.5 untuk tanaman dengan jarak tanah

yang berjauhan (dianggap sama untuk areal setelah logging hingga tanaman

berumur kurang dari satu tahun) dan 0.1 untuk areal tanaman dengan jarak tanam

yang cukup rapat (dianggap sama untuk areal tanaman dengan tanaman berumur >

1 tahun). Hasil perhitungan pendugaan tingkat erosi tanah pada setiap areal

pemantauan dicatat pada Tabel Pendugaan Erosi Metode USLE. Buat grafik untuk

membandingkan dengan Tolerable Soil Loss (TSL), besarnya TSL adalah 15

ton/ha/tahun.

SOP Sistem Informasi Debit dan Erosi

SOP yang secara khusus mengatur tahap analisis data hasil pemantauan

menjadi informasi dan tindak lanjut dari informasi pemantauan belum tersedia.

Pelaksanaan SOP Pemantauan dan Sistem Informasi Debit dan Erosi

Pelaksanaan SOP Pemantauan Debit

Pemantauan debit secara umum dilakukan sesuai dengan SOP pemantauan

debit kecuali frekwensi pengukurannya. Pengukuran debit pada periode tertentu,

di beberapa inlet ataupun outlet tidak dilakukan akibat cuaca buruk.

Penentuan titik pengukuran debit (inlet dan outlet DAS) ditentukan secara

sengaja (purposive) dengan kriteria aliran sungainya mengalir sepanjang tahun

tanpa memperhatikan keterwakilan DAS tersebut terhadap berbagai bentuk

kegiatan pengelolaan, sebaran jenis tanah dan kelas kemiringan lahan.

Keterwakilan DAS terhadap berbagai bentuk kegiatan pengelolaan, sebaran jenis

tanah dan kelas kemiringan lahan merupakan kriteria yang lebih penting dalam

pemantauan dampak pengelolaan HTI agar dampak pengelolaan terhadap

limpasan dapat dianalsisi untuk menjadi informasi yang lebih baik. Debit sungai

merupakan komulatif dari limpasan permukaan (overland flow), bawah

permukaan (sub-surface flow), dan aliran air tanah (ground water flow) dari suatu

Daerah Aliran Sungai (DAS) pada berbagai kondisi tanah, batuan, topografi dan

penggunaan lahannya.

Pemantauan debit di inlet dan outlet dan penggunaan data selisih debit di

inlet dan outlet sebagai ukuran dampak adalah hal yang tidak tepat, karena secara

alami dalam kondisi curah hujan merata di seluruh DAS, debit di inlet akan lebih

kecil dibandingkan dengan debit di outlet, sehingga data selisish debit inlet-outlet

tidak selalu menjadi indikator dampak. Agar data selisih debit inlet-oulet dapat

Page 20: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis

8

dijadikan indikator dampak maka diperlukan analisi lebih lanjut yaitu dengan

membandingkan selisih debit di inlet-outlet ketika kegiatan operasional belum

dilaksanakan (kondisi hutan primer) dan selisih debit inlet-outlet setelah

dilaksanakan kegiatan operasional (kondisi sekarang) di DAS yang sama. Karena

tidak mungkin untuk mengembalikan kondisi hutan primer, untuk mendapatkan

nilai selisih debit inlet-outlet pada kondisi hutan primer dapat dilakukan dengan

membuat simulasi kondisi hutan primer melalui pemodelan hidrologi.

Frekwensi pengukuran dalam SOP dengan selang dua bulan memiliki

rentang waktu pengukuran yang lama akibatnya tidak didapatkan hasil yang

mewakili fluktuasi debit yang terjadi. Sedangkan debit berfluktuasi sepanjang

waktu yang dipengaruhi cuaca (terutama curah hujan) dan karakteristik DAS (Lee

1988). Sementara itu ketika terjadi cuaca buruk tidak dilakukan pengukuran

sehingga debit ekstrim tidak terpantau. Begitu juga kegiatan pengelolaan HTI di

dalam DAS yang terpantau limpasannya sehingga tidak menjadi informasi bagi

analisis lebih lanjut.

Pengukuran kecepatan aliran hanya dilakukan satu kali di tiga titik

pengukuran yang bereda dan menggunakan pelampung berupa gabus. Kecepatan

aliran sangat bervariasi dari yang paling kecil di dasar hingga yang paling besar di

permukaan sungai dan pengukuran kecepatan aliran dengan pelampung

permukaan hanya merupakan perkiraan saja (Seyhan 1990). Untuk mendapatkan

hasil pengukuran kecepatan aliran sungai dengan menggunakan pelampung

mengambang diperlukan penentuan faktor koreksi yang lebih sesuai dan

dilakukan pengulangan untuk setiap satu titik lokasi pengukuran.

Frekwensi pengukuran satu kali dalam 2 bulan dan bahkan kadang-kadang

tidak dilakukan pengukuran akibat cuaca buruk, tidak adanya catatan jam

pengukuran pada tanggal pengukuran, tanpa ada informasi kejadian hujan di DAS,

dan tidak informasi kegiatan pengelolaan di DAS tersbut maka data hasil

pengukuran debit di inlet dan outlet (untuk DAS yang sebagain eilayahnya berada

di luar areal konsesi) dan di outlet DAS (untuk DAS yang seluruhnya berada di

areal konsesi) sebagaimana disajikan dalam Tabel 1, tidak dapat memberikan

informasi dampak pengelolaan HTI. Di dalam Tabel 1 terdapat tanda (-) yang

berarti pada periode tersebut tidak dilakukan pengukuran debit. Selanjutnya pada

pengukuran periode November 2011 di Sungai A debit di inlet lebih besar dari

pada debit di outlet. Secara teoritis maupun berdasarkan hasil pengukuran lainnya,

debit di inlet yang lebih besar dibanding debit di outlet dapat dikatakan sebagai

eror, tidak dapat dijelaskan secara teoritis maupun alasan lainnya. Data normal

(debit inlet < denit oulet) pun tidak dapat menjelaskan atau memberikan informasi

dampak dari kegiatan pengelolaan HTI tersebut.

Pemantauan debit dalam rangka pemantauan dampak kegiatan pengelolaan

HTI, seyogyanya dilakukan di sebuah DAS yang mewakili kegiatan pengelolaan,

sebaran jenis tanah dan kelas kemiringan. DAS yang mewakili karakteristik DAS

tersebut dipilih melalui overlay peta tutupan lahan, peta kemiringan lereng, peta

jenis tanah dan batas DAS sebagaimana Gambar 4 menggunakan alat Sistem

Informasi Geografis (SIG).

Page 21: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis

9

Tabel 1 Data monitoring limpasan periode Juli 2010 hingga Januari 2012

Periode

Debit air sungai (m3/s)

Unit kelola 1 Unit kelola 2 Unit kelola 3

Sungai

A

inlet

Sungai

A

outlet

Sungai

B

outlet

Sungai

C

outlet

Sungai

D

inlet

Sungai

E

inlet

Sungai

E

outlet

Sungai

F

inlet

Sungai

F

outlet

Jul 10 0.037 0.558 0.737 0.042 - 0.365 0.798 0.338 1.772

Sep 10 3.167 17.391 2.763 0.200 1.726 0.245 0.618 0.319 3.323

Nov 10 0.780 12.311 4.355 1.740 2.307 0.124 1.374 0.710 1.859

Jan 11 - - - - 1.618 0.129 1.934 - -

Mar 11 0.686 5.437 2.592 0.265 1.168 0.667 1.678 - -

Mei 11 1.107 3.778 1.969 0.143 0.520 0.111 0.618 2.689 1.563

Jul 11 - 0.453 1.345 - 0.369 0.342 1.181 0.145 0.039

Sep 11 - 0.279 124.223 - 0.056 0.025 0.315 - -

Nov 11 0.740 0.548 8.341 0.727 - 0.046 0.531 0.397 0.169

Jan 12 0.507 5.940 9.618 0.626 1.867 0.272 2.334 2.497 5.233 Sumber: Laporan RKL-RPL perusahaan semester 1 tahun 2012

Gambar 4. Sketsa overlay peta penggunaan lahan, peta kemiringan lereng, peta

jenis tanah dan batas DAS

SIG adalah sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk

menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografis. Dengan demikian

SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan dalam

menangani data yang bereferensi geografis, yaitu masukan (input), manajemen,

analisis dan keluaran (output) (Aronoff 1989 dalam Prahasta 2009). Gambar 5

menunjukkan bahwa SIG dapat membantu memberikan informasi dalam memilih

DAS yang mewakili.

Page 22: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis

10

(a)

(a)

Gam

bar

5 D

AS

ter

pil

ih p

ada

pet

a p

enggunaa

n l

ahan

(a)

, p

eta

kem

irin

gan

lah

an (

b)

dan

pet

a je

nis

tan

ah (

c) d

i lo

kas

i pen

elit

ian

(b)

(c)

Page 23: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis

11

Untuk meningkatkan akurasi data, perlu dilakukan frekwensi pengukuran

yang lebih intensif dan tidak terkendala cuaca buruk. Pemantauan debit

menggunakan alat perekam tinggi muka air (TMA) otomatis, salah satunya seperti

disajikan dalam Gambar 5a. Untuk mendapatkan hubungan antara TMA dengan

debit perlu dilakukan pembuatan kurva aliran (rating curve) secara periodik.

Lokasi pengukuran dilakukan di lokasi yang memiliki ciri-ciri 1) Sungai lurus

minimal 5 kali lebar sungai, 2) Pada dasar dan tepi sungai tidak terjadi perubahan

bentuk yang besar dan 3) Perubahan kecepatan alirannya kecil (Takeda 1993).

Untuk meningkatkan akurasi pengukuran kecepatan aliran sungai dapat

dilakukan dengan pengukura arus electrik (current meter) (Gambar 5b) atau

pelampung tangkai (Gambar 5c). Pelampung tangkai dibuat dari kayu atau bambu

yang diberi pemberat pada pangkalnya sehingga aliran pada setiap kedalaman

sungai dapat terwakili. Adapun untuk menentukan besar koefisien (γ) pelampung

jenis ini sebagai berikut:

) ..................................... (11)

yang menyatakan = koefisien pelampung dan = perbandingan antara

kedalaman tangkai dengan kedalaman sungai total (Francis dalam Takeda 1993).

(a)

(b)

(c)

Gambar 6 Pengukur TMA otomatis (a), current meter (b) dan sketsa pelampung

tangkai (c).

Curah hujan di DAS tersebut perlu dipantau dengan menempatkan beberapa

penakar hujan, baik penakar hujan manual maupun otomatis. Penakar hujan

manual ditempatkan di dalam DAS yang memiliki aksesibilitas lebih tinggi,

sedangkan penakar otomatis dapat ditempatkan di tempat yang lebih sulit

dijangkau. Kegiatan pengelolaan HTI di DAS tersebut juga perlu dipantau secara

periodik.

Pelaksanaan SOP Pemantauan Erosi

Kegiatan pemantauan erosi menggunakan metode tongkat maupun model

pendugaan USLE secara umum dilakukan sesuai dengan SOP Pemantauan Erosi.

Tetapi ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan yang tertulis dalam SOP yaitu

dalam perhitungan metode tongkat. dan dalam frekwensi pemantauan dan satuan

dalam penggunaan model pendugaan USLE.

https:/perhubungan2.wordprees.com https:/perhubungan2.wordprees.com

www. http://en.wikipedia.org

Page 24: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis

12

SOP Pemantauan Erosi metode tongkat tidak menjelaskan cara membaca

angka bacaan tongkat ketika terjadi pengikisan atau pengendapan yang

menyebabkan terjadinya salah persepsi antara pengukur dalam membacanya.

Selain itu, penentuan lokasi plot contoh dalam petak dan jumlah patok ukur

dengan cara melakukan overlay grid berukuran 25 x 25 meter lapangan terhadap

peta petak terpilih menghasilkan jumalah tongkat pengukuran sedikit dan tidak

mewakili kondisi lapang. Dengan jumlah tongkat yang sedikit, tidak dapat

dilakukan pengukuran berulang sehingga akurasi pengukuran rendah. Selain itu,

juga tidak ada dasar yang jelas terkait ukuran grid. Ketika patok terpilih dipasang

sejajar garis kontur, tidak ada pengulangan pengukuran erosi secara tegak lurus

garis kontur, begitu pula sebaliknya.

(a) (b)

Gambar 7 Sketsa posisi tongkat sejajar kontur (a) adn tegak lurus kontur (b)

Perhitungan perubahan tinggi permukaan tanah dan prediksi erosi selama

satu tahun yang tidak sesuai dengan SOP mengakibatkan data yang didapat

underestimate, sebagaimana pengukuran pada periode Maret (Tabel 2). Hal ini

karena jumlah erosi ∑y sangat kecil akibat adanya perubahan tinggi permukaan

(y) yang bernilai negatif. Selanjutnya, dalam pelaksanaan untuk satuan prediksi

selama satu tahun (ton/ha/tahun) tidak sesuai dengan SOP yang menyatakan

satuannya (cm/tahun). Namun, hal ini dilakukan pelaksana untuk membandingkan

besar prediksi erosi yang terjadi dengan TSL (ton/ha/tahun). Adapun contoh hasil

pengukuran pada periode Maret dan April 2013 di petak I 104 (1-2 tahun, 15%-

25%) tersaji pada Tabel 2 dan Tabel 3. Pada Tabel 2 dari pemantauan selama 28

hari didapat rata-rata pengikisan tanah pada periode tersebut adalah 0.07 cm atau

dengan prediksi erosi sebesar 0.658 ton/ha/tahun. Nilai ini masih dibawah TSL

(Tolerable Soil Loss) yang sebesar 15 ton/ha/tahun. Sedangkan pada pengukuran

selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti (Tabel 3), dari selang waktu pengukuran

selama 18 hari didapatkan rata-rata pengikisan tanah sebesar 3.33 cm atau

5162.15 ton/ha/tahun. Hal ini akibat perbedaan cara membaca angka bacaan

tongkat ukur pada bulan maret oleh pengamat dan bulan april oleh peneliti dengan

pendamping. Pada pengamatan bulan maret nilai angka bacaan pada tongkat

semua bernilai positif. Sedangkan pendamping peneliti menyatakan apabila tanah

terkikis angka bacaan tongkat negatif dan apabila terdapat sedimen angka bacaan

tongkat positif sehingga selisih pengukuran bulan maret dan april tinggi.

Page 25: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis

13

Tabel 2 Data pengukuran tongkat erosi periode Maret 2013 di petak I 104

Nomor

patok

Angka bacaan di tongkat Tingkat erosi

(Y = B - A) Keterangan Pemantauan

sebelumnya (A)

Pemantauan

saat ini (B)

1 3.00 2.50 -0.50

2 2.50 3.00 0.50

3 1.00 1.50 0.50

4 3.00 2.50 -0.50

5 3.00 2.50 -0.50

6 1.50 2.00 0.50

7 1.00 1.50 0.50

Jumlah ∑y 0.50 cm/28 hari

Rata-rata (Y) 0.07 cm/28 hari

Nilai prediksi erosi (Ep = Y x BD x T/365) 0.658 ton/ha/tahun

TSL 15 ton/ha/tahun Sumber: Tally sheet hasil pengukuran erosi metode tongkat periode maret 2013.

Tabel 3 Data pengukuran tongkat erosi periode April 2013 di petak I 104

Nomor

patok

Angka bacaan di tongkat Tingkat erosi

(Y = B - A) Keterangan Pemantauan

sebelumnya (A)

Pemantauan

saat ini (B)

1 2.50 -1.5 3.00

2 3.00 -1.9 4.90

3 1.50 1.80 0.30

4 2.50 -2.6 5.10

5 2.50 0.80 1.70

6 2.00 -2.70 4.70

7 1.50 -2.10 3.60

Jumlah ∑y 23.30

Rata-rata (Y) 3.33 cm

Nilai prediksi erosi (Ep = Y x BD x T/365) 5.162.15 ton/ha/tahun

TSL 15 ton/ha/tahun Sumber: Tally sheet hasil pengukuran erosi metode tongkat periode april 2013

Pengukuran erosi dengan metode tongkat sangatlah kasar karena pengikisan

tanah baru akan terbaca ketika telah terjadi erosi 0.5 cm atau 50 ton selama

periode pengamatan (Arsyad 2010). Maka dari itu, kurang efiktif apabila

pemantauan dilakukan setiap bulan. Prediksi erosi selama satu tahun dengan data

bulanan juga tidak perlu dilakukan karena untuk mendapatkan besar erosi selama

satu tahun dapat dilakukan dengan menjumlahkan besar erosi bulanan selam satu

tahun. SOP Pemantauan Erosi dengan metode tongkat harus disusun dengan jelas

sehingga tindak menimbulkan perbedaan persepsi. Teknik sampling dapat

dilakukan dengan purposive sampling tapi dengan jumlah tongkat yang lebih

banyak untuk mendapatkan hasil yang akurat. Tongkat dipasang tegak lurus garis

Page 26: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis

14

kontur mulai dari puncak lereng hingga lembahnya dengan minimal tiga kali

ulangan ke arah sejajar kontur.

(a) (b) (c)

Gambar 8 Sketsa posisi tongkat sejajar kontur (a), tegak lurus kontur (b),

dan tegak lurus kontur dengan tiga kali ulangan (c)

Pemantauan erosi dengan pendugaan USLE digunakan untuk menduga laju

erosi jangka panjang suatu bidang lahan dengan pola hujan, jenis tanah,

kemiringan lereng, jenis penanaman dan pengolahan lahan tertentu (Arsyad 2010)

sehingga tidak sesuai apabila digunakan untuk pemantauan setiap bulan. Selain itu,

faktor panjang lereng (L) seharusnya didapat dari rata-rata panjang lereng pada

masing-masing kelas lereng di lokasi penelitian, tidak 22 m sebagaimana panjang

standard dari petak pemantauan erosi tanah Hardjowigeno (1987). Persamaan LS

juga kurang tepat, sebagaimana Schwab et al (1981) dalam Asdak (2007)

menyatakan faktor LS dihitung dengan rumus:

LS = L1/2

( 0.00138 + 0.0965 S + 0.0138 S2) ................ (12)

Begitu juga faktor penutup tanah (C) di mana koefisien sebesar 0.5 merupakan

koefisien hutan tanaman selama satu daur sehingga koefisien ini tidak dapat

disamakan di tanaman pada kelas umur 0, 1, 2, 3, 4dan 5 tahun. Selanjutnya faktor

perlindungan lahan (P) merupakan tindakan-tindakan khusus konservasi tanah

seperti pembuatan teras dan guludan, bukan tutupan lahan oleh tanaman

sebagaimana dalam SOP.

Frekwensi Pemantauan erosi dengan metode pendugaan USLE dilakukan

tidak sesuai dengan SOP yang menyatakan bahwa pemantauan erosi dengan

metode USLE dilakukan tiap tiga bulan (dilihat dari faktor F, D, dan M dalam

Persamaan 9 dikalkulasikan selama tiga bulan) sedangkan pelaksanaannya

dilakukan setiap bulan. Selanjutnya, terdapat juga kesalahan satuan (ton/ha/tahun)

yang seharusnya (ton/ha/bulan). Hal ini mengakibatkan hasil pendugaan erosi

dengan metode pendugaan USLE underestimate sebagaimana di Tabel 4 yang

merupakan hasil pendugaan erosi dengan metode USLE dengan curah hujan (CH)

179.2 mm pada bulan Maret. Selain akibat dari koefisien L, C, dan P yang tidak

tepat, hal ini juga menunjukkan bahwa metode pemantauan erosi dengan

pendugaan USLE tidak sesuai jika digunakan untuk pemantauan erosi bulanan.

Page 27: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis

15

Tabel 4 Data pendugaan erosi metode USLE periode maret 2013

Lokas

i P

eman

tauan

Kel

as K

eler

eng

an (

%)

Ero

sivit

as (

R )

Ero

dib

ilit

as (

K)

Kem

irin

gan

Lah

an (

LS

)

Pen

utu

pan

lah

an (

C )

Konse

rvas

i T

anah

( P

)

Ero

si T

anah

(to

n/h

a/th

n)

Keterangan

Hutan Alam

(HA)

0 - 8 1.236 0.15 0.16 0.001 0.1 0.0000

8 - 15 1.236 0.15 0.68 0.001 0.1 0.0000

15 - 25 1.236 0.15 1.67 0.001 0.1 0.0000

25 - 40 1.236 0.15 3.93 0.001 0.1 0.0001

Hutan

Tanaman (HT)

umur < 1

tahun

0 - 8 1.236 0.15 0.16 0.5 0.5 0.0074

8 - 15 1.236 0.15 0.68 0.5 0.5 0.0315

15 - 25 1.236 0.15 1.67 0.5 0.5 0.0774

25 - 40 1.236 0.15 3.93 0.5 0.5 0.1822

Hutan

Tanaman (HT)

umur 1 –

< 2 tahun

0 - 8 1.236 0.15 0.16 0.5 0.1 0.0015

8 - 15 1.236 0.15 0.68 0.5 0.1 0.0063

15 - 25 1.236 0.15 1.67 0.5 0.1 0.0155

25 - 40 1.236 0.15 3.93 0.5 0.1 0.0364

Hutan

Tanaman (HT)

umur 2 –

< 3 tahun

0 - 8 1.236 0.15 0.16 0.5 0.1 0.0015

8 - 15 1.236 0.15 0.68 0.5 0.1 0.0063

15 - 25 1.236 0.15 1.67 0.5 0.1 0.0155

25 - 40 1.236 0.15 3.93 0.5 0.1 0.0364

Hutan

Tanaman (HT)

umur 3 –

8 tahun

0 - 8 1.236 0.15 0.16 0.5 0.1 0.0015

8 - 15 1.236 0.15 0.68 0.5 0.1 0.0063

15 - 25 1.236 0.15 1.67 0.5 0.1 0.0155

25 - 40 1.236 0.15 3.93 0.5 0.1 0.0364

Besar TSL ( Torable Soil Loss ) ton/ha/tahun 15 Sumber: Tally Sheet hasil pendugaan erosi dengan metode USLE periode Maret 2013.

Erosi merupakan proses penghancuran, pengangkutan, dan pengendapan

tanah sehingga pemantauan erosi bulanan dapat dilakukan dengan mengukur

konsentrasi sedimen di lokasi pengukuran debit. Konsentrasi sedimen didapatkan

dari mengambil sampel air dengan botol (liter) di 0.8 dan 0.2 dari kedalaman total

aliran sungai. Selanjutnya sampel air disaring dengan kertas saring sehingga

konsentrasi sedimen didapat dari pengurangan berat kertas saring kering sesudah

dengan sebelum digunakan untuk menyaring. Adapun persamaannya:

Qs = 0.001 Cs Qb ........................................................ (13)

yang menyatakan 0.001 = konversi satuan, Qs = laju sedimen (ton/bulan), Cs =

rata-rata konsentrasi sedimen dalam sebulan (gr/liter) dan Qb = debit bulanan

(m3/bulan). Konsentrasi sedimen yang terbawa aliran sungai hanya sebagian dari

jumlah tanah yang tererosi dalam DAS karena sebagian dari tanah yang tererosi

mengendap di lahan bagian bawah pada DAS tersebut. Selisih antara jumlah

sedimen dengan erosi yang terjadi di dalam DAS disebut SDR (Sediment Delivery

Page 28: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis

16

Ratio) (Arsyad 2010) sehingga nilai E (erosi) didapat dari debit sedimen dibagi

dengan SDR. Adapun persamaannya sebagai berikut (Auerswald 1992 dalam

Arsyad 2010):

.......................................................................... (14)

SDR = 4.40 10-12

A-0.21

(R/L)0.394

(CN)5.680

................... (15)

di mana E = erosi total (ton/bulan), SDR = Sediment Delivery Ratio dan A = luas

DAS (km2), Rb/L = nisbah relief DAS terhadap panjang lereng (kaki/mil) dan CN

= Curve Number.

Pelaksanaan SOP Sistem Informasi Debit dan Erosi

Hasil perhitungan pemantauan debit dan erosi dilaporkan pengukur kepada

kepala bagian lingkungan. Selanjutnya, kepala bagian lingkungan melaporkan

analisis erosi metode tongkat dan USLE serta hasil pemantauan debit selama

enam bulan dalam dokumen RPL dan RKL kepada Pemeritah Tingkat II

(kabupaten), Tingkat I (provinsi) dan Pusat sebagaiman dijelaskan dalam SOP

Pemantauan Limpasan dan Erosi. Meskipun demikian, belum ada SOP yang

secara khusus mengatur analisis hasil pemantauan menjadi informasi dan

penggunaan informasi pemantauan. Seharusnya kegiatan pemantauan debit dan

erosi dikerangkakan dalam sebuah sistem dalam bentuk SOP sehingga hasil

pemantauan tidak hanya menunjukkan dampak pengelolaan terhadap limpasan

dan erosi tetapi juga dapat menjadi dasar kegiatan pengendalian dampak. Oleh

karena itu, perlu adanya SOP sistem informasi pengendalian limpasan dan erosi

yang mengatur pengolahan data hasil pengukuran, metode analisis data menjadi

informasi, dan penggunaan informasi bagi pengendalian dampak. Selain itu, perlu

perbaikan SOP dan pelaksanaan pemantauan debit dan erosi untuk mendapatkan

hasil yang akurat.

Uraian hasil kajian kesesuaian SOP dengan kaidah ilmiah dan

pelaksanaannya secara ringkas disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5 Perbaikan SOP dan sistem informasi pemantauan debit dan erosi

SOP Parameter Kaidah Keilmuan

Keterangan Sesuai Tidak

Debit

Lokasi

pemantauan - √

DAS terpilih perlu mewakili

kodisi areal konsesi, dan

pengukuran debit cukup di

outlet DAS tersebut.

Selang waktu

pemantauan - √ Selang waktu harus mampu

merekam variasi fluktuasi debit

Pengukuran luas

penampang √ - -

Pengukuran

kecepatan - √

Pengukuran kecepatan harus

mewakili kecepatan dari

permukaan hingga dasar sungai

Perhitungan - √ Diperlukan data tambahan,

yaitu curah hujan dan kegiatan

Page 29: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis

17

SOP Parameter Kaidah Keilmuan

Keterangan Sesuai Tidak

HTI ketika penyajian informasi

fluktuasi debit di Laporan

RKL-RPL

Erosi

Lokasi

pemantauan - √

Lokasi plot pemantauan harus

sesuai dengan yang

direncanakan, adapun tongkat

dipasang sepanjang lereng

tegak lurus kontur dan

dilakukan 3 kali ulangan searah

kontur

Selang waktu

Pemantauan - √

Pemantauan dapat dilakukan

dengan selang waktu yang

lebih panjang, misalnya: setiap

3 bualan, supaya perubahan

tinggi permukaan tanah pada

skala tongkat dapat terbaca

Jumlah Tongkat

erosi - √

Jumlah tongkat perlu lebih

banyak

Perhitungan - √

Perlu dijelaskan nilai bacaan

pada skala tongkat ketika

tinggi permukaan tanah diatas

atau dibawah skala 0

Pendugaan

USLE - √

Pendugaan USLE digunakan

untuk pendugaan erosi jangka

panjang, tdk dapat digunakan

untuk menduga erosi bulanan.

Sistem

Informasi

Metode

pemantauan - √

SOP sistem informasi perlu

dibuat dan dilaksanakan yang

mengatur jenis data lain yg

diperlukan, pengolahan dan

analisis data sampai menjadi

informasi besaran dampak

kegiatan

Page 30: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis

18

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Metode pemantauan debit dan erosi baik yang dijelaskan dalam SOP

maupun pelaksanaanya belum sesuai dengan kaidah keilmuan sehingga hasil yang

didapatkan belum mampu memberikan informasi dampak kegiatan pengelolaan

HTI dan belum dapat digunakan sebagai dasar pengendalian limpasan dan erosi.

Selain itu, belum ada SOP yang mengatur secara khusus pengolahan dan analisis

data hasil pemantauan menjadi informasi dampak kegiatan pengelolaan HTI

sehingga alur informasi yang menggambarkan besar dampak kegiatan pengelolaan

HTI terhadap limpasan dan erosi di lapang dan tindakan pengendaliannya belum

dapat dilakukan secara efektif.

Saran

Hasil kegiatan pemantauan debit dan erosi seharusnya digunakan sebagai

dasar pengendalian limpasan dan erosi permukaan sehingga hasil pemantauan

perlu diolah menjadi informasi besaran dampak kegiatan sebagai dasar

pengendalian. Pemantauan debit dan erosi perlu memperhatikan kaidah keilmuan

dan praktis lapang untuk mendapatkan data yang baik yang dituliskan dalam SOP

dan dilaksanakan sesuai SOP. Data hasil pemantauan untuk dijadikan informasi

besaran dampak kegiatan perlu dituangkan dalam bentuk SOP yang mengatur

mulai dari data lainnya yang diperlukan, pengolahan dan analisis data hasil

pemantauan serta informasi besaran dampak kegiatan pengelolaan HTI.

DAFTAR PUSTAKA

[Kemenhut] Kementrian Kehutanan. 2010. Peraturan Menteri Kehutanan

Repoblik Indonesia Nomor P.50/Menhut-II/2010 tentang Tata Cara

Pemberian dan Perluasan Areal Kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan

Kayu (IUPHHK) dalam Hutan Alam, IUPHHK Restorasi Ekosistem, atau

IUPHHK Hutan Tanaman Industri pada Hutan Produksi. Jakarta (ID):

Kemenhut

[Kemenhut] Kementrian Kehutanan. 2011. Peraturan Direktur Jendral Bina

Produksi Kehutanan Nomor P.02/VI-BPPHH/2011 tentang Pedoman

Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan HUtan Produksi Lestari dan

Verifikasi Legalitas Kayu. Jakarta (ID): Kemenhut

[KLH] Kementrian Negara Lingkungan Hidup. 2012. Peraturan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Repoblik Indonesia Nomor 05 Tahun 2012 tentang

Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Jakarta (ID): KNLH

Arsyad S .2010. Konservasi Tanah dan Air.Edisi ke-2. Bogor (ID): IPB Pr.

Asdak C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta

(ID): UGM Pr.

Suriasumantri J, penghimpun. 2003. Di dalam:, editor. Ilmu dalam Perspektif.

Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia. acuan dari Stanley M Honer,

Thomas C Hunt, ”Metode dalam Mencari Pengetahuan: Rasionalisme,

Page 31: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis

19

Empirisme dan Metode Keilmuan” dikutip dari buku Invitation to

Philosophy (Wadsworth 1968), hal. 57-66.

Lee R. 1988. Hidrologi Hutan. Edisi revisi. Subagyo S, penerjemah;

Prawirohatmodjo, editor. Yogyakarta (ID): UGM Pr. Terjemahan dari:

Forest Hydrology.

Prahasta E. 2009. Sistem Informasi Geografi. Bandung (ID): INFORMATIKA.

Seyhan E. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi. Edisi revisi. Subagyo S, penerjemah;

Prawirohatmodjo, editor. Yogyakarta (ID): UGM Pr. Terjemahan dari:

Foundamentals of Hydrology.

Sinukaban N. 2007. Konservasi Tanah dan Air Kunci Pembangunan

Berkelanjutan. Jakarta (ID): Direktorat Jendral RLPS

Takeda K. 1993. Hidrologi Untuk Pengairan. Edisi revisi. Taulu L, penerjemah;

Sosrodarsono S, editor. Jakarta (ID): PT Pradnya Paramita. Terjemahan

dari: Manual on Hydrology

Page 32: KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN … · KAJIAN PROSEDUR OPERASI BAKU (SOP) DAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DEBIT DAN EROSI ... Pengelolaan HTI dengan sistem silvikultur tebang habis

20

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis dilahirkan di Madiun, Jawa Timur, pada tanggal 25 Juli 1991, putra

pertama dari pasangan Nurja’ani dan Lilis Prihastini Setelah lulus dari SMA N

Madiun pada tahun 2009, Penulis melanjutkan studinya di Departemen

Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB melalui jalur Ujian Talenta Mandiri

(UTM).

Selama Kuliah di IPB Penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem

Hutan (P2EH) jalur Kamojang-Sancang Barat tahun 2011, Praktek Pengelolaan

Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) tahun 2012 dan

Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT ITCI Hutani Manunggal tahun 2013. Penulis

juga mengikuti kegiatan Magang Mandiri Fahutan IPB di CV Sari Sehat tahun

2010, di Dinas Kehutanan Kabupatan Nganjuk tahun 2011 dan di Perum

Perhutani tahun 2012. Selain itu, Penulis juga menjadi asisten praktikum

Hidrologi Hutan dan Pengelolaan Hutan dan DAS.

Penulis aktif sebagai pengurus organisasi, diantaranya Paguyuban Sedulur

Madiun (PASMAD) pada tahun 2009-2 , Forest Management Student’s Club

(FMSC) pada tahun 2010-2012 dan Uni Konservasi Fauna IPB (UKF-IPB) pada

tahun 2011-2013. Penulis pernah mengikuti kegiatan Pekan Kreativitas

Mahasiswa (PKM) pada tahun 2011 dan 2012.