Laporan Praktikum Protein II DIREVISI OLEH TITO

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Praktikum Protein II DIREVISI OLEH TITO

Citation preview

Laporan Praktikum

Hari/tanggal : Senin/ 24 September 2012

Biokimia

Waktu : 11.00 12.40 WIB

Kelompok : 2

Asisten :Ratna Aditya N, A.Md

PJP :Waras Nurcholis, M.Si

PROTEIN II( Uji Pengendapan oleh logam, Uji pengendapan oleh garam, Uji Koagulasi, Uji pengendapan oleh alkohol, Uji Denaturasi alkohol)

NO

NAMA

NIM

1. Endang Marsiska SS J3L111031

2. Mona Yuniarsah CH J3L111121

3. Ranny Yulianti Suhada J3L111023

4. Tito Pambudhi J3L111075

PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA

PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012Pendahuluan

Latar belakang

Protein merupakan suatu polimer dari asam amino yang dihubungkandengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung unsur-umsur C, H, O, N, P,S, dan terkadang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga. Ikatanpeptida dalam struktur primer protein dapat diuji dengan uji biuret. (Winarno 1992). Protein merupakan komponen terpenting atau komponen utama sel hewandan sel manusia. Karena sel merupakan penyusun tubuh manusia, maka proteinyang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukandan pertumbuhan tubuh. Akan tetapi, struktur protein tidak stabil karena mudah mengalami denaturasi yaitu keadaan dimana protein terurai menjadi strukturprimernya, baik reversibel maupun ireversibel. Ada berbagai cara dalampengujian terhadap protein yaitu dengan reaksi uji asam amino dan reaksi ujiprotein yaitu berdasarkan pada pengendapan oleh garam, pengendapan oleh logamdan alkohol serta uji koagulasi dan denaturasi protein. (Poedjiadi 2009)Berdasarkan fungsinya, protein dapat digolongkan dalam bentuk enzim (ribonuklease, tripsin), protein transport (hemoglobin, albumin serum, mioglobin, lipoprotein), protein nutrient dan penyimpanan (gliadin = gandum, ovalbumin = telur, kasein = susu, feritin), protein kontraktil (aktin, myosin, tubulin, dynein), protein structural (keratin, fibroin, kolagen, elastin, proteoglikan), protein pelindung (antibody, fibrinogen, trombin, toksin botuluni, toksin difteri, bias ular, risin), protein pengatur (insulin, hormone tumbuh, kortikotropin, repressor). Atas dasar kelarutannya dalam zat pelarut tertentu, protein dibagi : albumin, globulin, dan glutelin. Protein dapat juga dikelompokkan berdasarkan atas jenis utama konformasinya. Berdasarkan penggolongan ini terdapat 2 kelas utama protein, yaitu protein fibrosa (serat) dan protein globular. Protein serat mempunyai konformasi yang terikat saling secara lateral oleh beberapa jenis ikatan. Protein konformasi ini sering dimanfaatkan sebagai elemen struktural jaringan karena mempunyai sifat fisik yang kuat dan tidak larut dalam air. Contoh protein serat adalah kolagen, alfa-keratin, dan sutera. Protein globular merupakan protein biologis aktif yang umum dalam sistem kehidupan. Protein ini berbentuk bulat, kompak dan larut dalam air. Protein globular biasanya memiliki struktur tersier dan kuartener, contohnya enzim dan antibody (Hawab 2004).Rumusan masalah

Apa prinsip uji pengendapan protein oleh logam,ammonium sulfat ? Bagaimana reaksi uji pengendapan protein dengan logam, ammonium sulfat, serta alkohol? Bagaimana proses pengendapan dalam sel-sel tubuh oleh cemaran logam yang masuk ke tubuh ? Apakah hasil pengendapan protein dengan ammonium sulfat larut dalam air ? Apa yang dimaksud dengan titik jenuh ? Apa yang dimaksud dengan titik isolistrik ? Apa saja yang dapat mempengaruhi titik isolistrik ? Apa perbedaan pengendapan protein oleh logam, garam (ammonium sulfat ) serta alkohol ? Bagaimana struktur primer dan sekunder dari protein ? Apa uang dimaksud dengan koagulasi dan denaturasi protein ? Apakah suhu mempengaruhi denaturasi protein ? Bagaimana rekonstruksi denaturasi protein ?Tujuan praktikum

Praktikum bertujuan untuk mempelajari beberapa reaksi uji terhadap asam amino dan protein terhadap pengendapan oleh logam, pengendapan oleh garam , uji koagulasi, uji denaturasi, serta pengendapan alkohol.

Metode praktikum

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, rak tabung, corong, bulp merah,bulp hitam, gelas piala 500ml, gelas piala 250ml,gegep kayu, pipet tetes, asbes, kaki tiga, batang pengaduk, sudip, botol semprot, pipet mohr 10ml, kaca arloji serta kertas saring.

Bahan-bahan yang digunakan adalah larutan albumin, putih telur, HgCl2 2%, Pb-asetat 5%, AgNO3 5%, larutan (NH4)2SO4, pereaksi millon, pereaksi biuret, asam asetat 1 M, HCl 0,1M, NaOH 0,1 M, buffer asetat pH 4,7, etanol 95%, akuades.

Uji protein pengendapan logam : sebanyak 3ml albumin ditambahkan 5 tetes larutan HgCl2 2%. Percobaan ini diulangi dengan menggunakan Pb-asetat 5 % dan AgNO3 5%.

Uji protein dengan pengendapan oleh garam : sebanyak 10 ml larutan protein dijenuhkan dengan larutan (NH4)2SO4. Larutan (NH4)2SO4 ditambahkan sedikit demi sedikit, kemudian diaduk hingga mencapai titik jenuh, dan setelah itu disaring. Kelarutan di uji dengan air, dan endapan diuji dengan pereaksi millon serta filtrat diuji dengan pereaksi biuret.

Uji Koagulasi : sebanyak 5 ml larutan protein ditambahkan 2 tetes larutan asam asetat 1 M, kemudian tabung diletakkan dalam air memdidih selama 5 menit. Endapan diambil dengan menggunakan batang pengaduk. Endapan tersebut diuji kelarutannya didalam air serta diuji dengan pereaksi millon.Uji pengendapan alkohol : sebanyak 3 buah tabung disediakan, kedalam tabung reaksi pertama sebanyak 5 mL larutan protein dimasukkan. Kemudian ditambahkan 1 ml HCl 0,1 M dan 6 mL etanol 95%. Tabung reaksi kedua sebanyak 5 mL larutan protein dimasukkan. Kemudian ditambahkan 1 ml NaOH 0,1 M dan 6 mL etanol 95%. Tabung reaksi ketiga sebanyak 5 mL larutan protein dimasukkan. Kemudian ditambahkan 1 ml buffer asetat pH 4,7 dan 6 mL etanol 95%. Tabung-tabung manakah yang menunjukkan protein tidak larut ditentukan.

Uji denaturasi protein : sebanyak 3 buah tabung disediakan, kedalam tabung reaksi pertama sebanyak 9 mL larutan protein dimasukkan, kemudian ditambahkan 1 ml HCl 0,1 M. Tabung reaksi kedua sebanyak 9 mL larutan protein dimasukkan, kemudian ditambahkan 1 ml NaOH 0,1 M. Tabung reaksi ketiga sebanyak 9 mL larutan protein dimasukkan,setelah itu ditambahkan 1 ml buffer asetat pH 4,7. Ketiga tabung tersebut ditempatkan dalam air mendidih selama 15 menit dan didinginkan pada temperatur kamar. Tabung 1 dan tabung 2 setelah didinginkan, ditambahkan 10ml buffer asetat pH4,7.

Hasil dan pembahasan

Protein merupakan unit penyusun utama tubuh. Protein juga merupakan suatupolimer yang mempunyai monomer suatu asam amino. Asam amino sendiri merupakan senyawa kimia yang mengandung 2 gugus fungsi yang berbeda. Oleh karena itu reaksi identifikasi suatu protein tidak jauh dari reaksi kedua gugus fungsi tersebut. Salah satu identifikasi protein adalah dengan cara denaturasi protein (perubahan struktur protein) . Denaturasi protein ini dapat dilakukan dengan penambahan asam atauion logam berat (Poedjiadi 2009).

Tabel 1 Uji Pengendapan Protein Oleh Logam Berat No.Logam BeratPengamatanIntensitas EndapanFoto

1.HgCl2Larutan keruh, ada endapan++

2.Pb-AsetatLarutan keruh+

3.AgNO3Larutan keruh, ada endapan+++

Keterangan :

+ : Protein terendapkan oleh logam dengan warna larutan sedikit keruh dan sedikit endapan

++ : Protein terendapkan oleh logam dengan warna larutan keruh dan banyak endapan

+++ : Protein terendapkan oleh logam dengan warna larutan sangat keruh dan sangat banyak endapan

- : Protein tidak terendapkan oleh logam

Prinsip uji didasarkan pada percobaan pengendapan protein oleh logam berat, protein berikatan dengan logam berat melalui elektron bebas atom N sehingga merusak keutuhan protein dan merusak struktur sekunder, tersier, dan kuartener protein membentuk gumpalan dan endapan putih. Dimana sampel yang mengandung protein ditambahkan logam berat dari HgCl2, Pb-Asetat, dan AgNO3 menghasilkan gumpalan putih. Semakin besar molekul logam berat yang ditambahkan, maka semakin banyak endapan yang dihasilkan dan warna larutan semakin keruh. Pengendapan protein dengan logam berat bersifat irreversibel. Irreversibel yaitu dimana protein tidak bisa mendapatkan kembali bentuk asal mereka.

Gambar 1. Reaksi protein dengan penambahan logam berat ( Suwandi 1989 )

Pada uji pengendapan protein oleh logam berat, albumin sintetik dan albumin telur semuanya terendapkan oleh garam logam dengan jumlah endapan yang berbeda-beda. Pada albumin yang ditambahkan AgNO3 endapan yang dihasilkan paling banyak dibandingkan dengan penambahan logam lainnya. Penambahan Pb-asetat membentuk endapan yang paling sedikit dibandingkan dengan penambahan HgCl2 dan AgNO3. Penambahan garam logam berat seperti AgCl2, Pb-asetat, dan AgNO3 akan membentuk endapan logam proteinat. Ikatan yang terbentuk amat kuat dan akan memutuskan jembatan garam, sehingga protein mengalami denaturasi. Secara gugus COOH dan gugus NH2 yang terdapat dalam protein dapat bereaksi dengan ion logam berat dan membentuk senyawa kelat seperti pada gambar 1. Ion-ion yang dapat membentuk endapan logam dengan protein antara lain adalah Ag+, Ca++, Zn++, Hg++, Fe++, Cu++, Co++, Mn++, dan Pb++. Selain gugus COOH dan gugus NH2, gugus R pada molekul asam amino tertentu dapat pula mengadakan reaksi dengan ion atau senyawa lain. Contohnya gugus sulfihidril ( -SH ) pada molekul sistein akan bereaksi dengan ion Ag+ atau Hg++ ( Poedjiadi 2009 ). Jumlah endapan yang dihasilkan dipengaruhi oleh kereaktifan logam berat yang ditambahkan. Logam Ag dan Hg lebih reaktif daripada Pb karena kedua logam tersebut merupakan logam transisi pada sistem periodik unsur. Maka dari itu endapan yang dihasilkan AgNO3 >HgCl2>Pb-asetat. Garam logam berat sangat berbahaya bila sampai tertelan karena garam tersebut akan mendenaturasi sekaligus mengendapkan protein sel-sel tubuh.

Larutan garam yang ditambahkan pada larutan sampel tentunya mengandung anion, untuk larutan Pb2+ anionnya adalah CH3COO- sedangkan untuk larutan Hg2+ anionnya adalah Cl- dan larutan Ag2+ anionnya adalah NO3. Penambahan ketiga anion tersebut menyebabkan suasana larutan menjadi sedikit asam, sehingga protein yang terdapat dalam larutan akan bertindak/mengkondisikan diri sebagai basa dan sebagian besar terdapat sebagai anion. Anion dari protein inilah yang bereaksi dengan logam berat membentuk garam proteinat yang tidak larut dalam air. Reaksi yang terjadi :

Gambar 2. Persamaan reaksi antara protein dengan HgCl2 ( Redhana 2010 )

Gambar 3. Persamaan reaksi antara protein dengan Pb-Asetat ( Redhana 2010 )

Gambar 4. Persamaan reaksi antara protei dengan AgNO3 ( Redhana 2010 )

Pengendapan protein terjadi karena adanya reaksi penetralan muatan antara ion logam berat dengan anion dari protein. Protein merupakan suatu koloid elektrolit yang bersifat amfoter, sehingga dalam bentuk netral senyawa protein berbentuk dua kutub yang kondisinya dikenal dengan titik isoelektrik.

Tabel 2 Hasil Uji Pengendapan Ammonium Sulfat (NH4SO2)

No.Nama UjiKenampakkan Hasil UjiPengamatan (+/-)Foto

1KelarutanTidak teridentifikasi--

2Uji MillonTidak teridentifikasi--

Keterangan : (-) : tidak dilakukan

Pengendapan protein oleh garam, prinsipnya mengetahui besarnya daya kelarutan protein setelah diberi garam. Proses yang terjadi adalah kelarutan protein yang berkurang karena larutan protein ditambahkan oleh garam-garam anorganik, akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan. Peristiwa pemisahan protein ini disebutsalting out. Jila garamnetral yangditambahkan berkonsentrasi tinggi, maka protein akan mengendap. Pengendapan terus terjadi karena kemampuan ion garam untuk menghidrasi, sehingga terjadi kompetisi antara garam anorganikdengan molekul protein untuk mengikat air (Poedjiadi 2009). Karena garam anorganik lebih menarik air maka jumlah air yang tersedia untuk molekul protein akan berkurang (Winarno 2008). Protein yang mengalami salting out akan berikatan dengan garam membentuk endapan. Jika proses salting out sempurna maka setelah disaring, didalam filtrat tidak akan terdapat protein, tetapi jika belum sempurna, maka didalam filtrat masih terdapat protein. Sesuai pada percobaan proses salting out belum sempurna, maka didalam filtrat masih terdapat protein sehingga protein mengikat air kemudian protein tersebut larut dalam air.

Garam anorganik yang digunakan dalam percobaan ini adalah ammonium sulfat. Hal ini terjadi karena ammonium sulfat memiliki tingkat kelarutan yang lebih tinggi dari pada protein. Sehingga pada saat penambahan ammonium sulfat, ammounium sulfat akan melarut dalam air atau pelarutnya dan mendesak protein keluar, kembali dalam bentuk solidnya, sehingga terbentuklah protein yang terendapkan.(Poedjiadi 2009). Tetapi dalam percobaan konsentrasi yang digunakan pada ammonium sulfat tidak cukp tinggi sehingga tidak dapat mendesak protein berupa albumin keluar untuk dan kembali ke bentuk solidnya. Kesamaan tingkat kelarutan lah yang menyebabkan protein dan ammonium sulfat larut, dan tidak membentuk endapan kembali. Tabel 3 Uji Pengendapan Oleh Alkohol

No.PerlakuanPengamatanHasil ( +/- )Foto

1.HCl 0,1 MLarut dan tidak berwarna-

2.NaOH 0,1 MLarut dan tidak berwarna-

3.Buffer pH 4,7Tidak larut dan terbentuk endapan putih+

Keterangan : (+) : Nilai pH pada titik isoelektrik

(-) : Bukan nilai pH pada titik isoelektrik

Terdapatnya gugus amino bebas pada gugus karboksil pada ujung-ujung rantai molekul protein menyebabkan protein bersifat amfoter yaitu dapat bereaksi dengan asam maupun basa. Pada pH tertentu muatan gugus amino dan karboksilat saling menetralkan sehingga molekul protein tidak bermuatan. Titik isoelektrik adalah pH suatu asam tidak mengandung muatan ion netto. Titik isoelektrik suatu asam amino adalah besaran fisis. Titik isoelektrik terdapat kesetimbangan antara bentuk-bentuk asam amino sebagai ion amfoter, anion, dan kation. Setiap pH diatas titik isoelektrik asam amino memiliki muatan negatif, sedangkan pada pH dibawah titik isoelektrik asam amino mempunyai muatan posiitif (Fessenden 1986)

Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam dan basa. Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa; ada yang mudah larut dan ada yang sukar larut. Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter dan kloroform. Apabila protein dipanaskan atau ditambah etanol absolut, maka protein akan menggumpal (terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik mantel air yang melingkupi molekul-molekul protein Albumin adalah protein yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas. Albumin terdapat dalam serum darah dan putih telur (Poedjiadi 2009).

Pengendapan protein oleh alkohol, albumin yang diuji menunjukkan hasil uji positif (terbentuk endapan) pada perlakuan buffer pH 4.74. Buffer pH 4,7 merupakan nilai pI atau nilai pH pada titik isoelektrik. Proses yang terjadi adalah pelarut organik akan mengubah (mengurangi) konstanta dielektrika dari air,sehingga kelarutan protein berkurang. Selain itu, alkohol juga akan berkompetisi dengan protein terhadap air.

Pada saat diuji kelarutannya dalam air, endapan dari albumin telur tidak dapat larut dalam air sedangkan albumin sintetik sedikit larut dalam air. Karena itu sangat disarankan untuk tidak mengkonsumsi alkohol karena alkohol tersebut nantinya akan mengendapkanprotein dalam tubuh yang merupakan komponen penyusun sel tubuh dan akhirnya dapatmerusak fungsi sel-sel tubuh.

Pengendapan dengan alkohol pada larutan albumin dengan penambahan HCl (tabung I), protein tersebut larut dan warnanya bening. Ketika larutan albumin ditambahkan dengan NaOH (tabung II) larutan albumin larut, berwarna bening. Sedangkan pada saat penambahan Buffer pH 4,7 (tabung III) larutan albumin tersebut tidak larut dan ditemukannya endapan yang berwarna putih. Adanya endapan disebabkan karena turunnya kelarutan protein. Kelarutan protein tergantung pada kedudukan dan distribusi dari gugus hidrifil polar dan hidrofob polar di dalam molekul sehingga menghasilkan protein yang dipol. Uji pengendapan oleh alkohol, hanya tabung-tabung yang mengandung asam (ber-pH rendah) yang menunjukkan pengendapan protein. Protein dengan ujung C asam amino yang terbuka dapat bereaksi dengan alkohol dalam suasana asam membentuk senyawa protein ester. Pembentukan ester ini ditunjukkan oleh adanya endapan yang terbentuk. Reaksi-reaksi yang terjadi sebagai berikut (Winarno 2008) :

Perbedaan pengendapan protein antara pengendapan protein dengan logam ialah perbedaan reaksi terhadap protein. Semua ion logam ini akan menghasilkan gumpalan (endapan) pada larutan protein, karena ion logam ini akan membentuk kompleks dengan protein dengan adanya gaya tarik antara gugus NH- dengan ion logam yang bermutatan positf. Secara bersama gugus -COOH dan gugus NH2 yang terdapat dalam protein dapat bereaksi dengan ion logam berat dan membentuk senyawa kelat. Ion-ion yang dapat membentuk endapan logam dengan protein antara lain adalah Ag+, Ca2+, Zn2+, Hg2+, Fe2+, Cu2+, Co2+, Mn2+ dan Pb2+. Selain gugus -COOH dan gugus NH2, gugus -R pada molekul asam amino tertentu dapat pula mengadakan reaksi dengan ion atau senyawa lain. Gugus sulfihidril (-SH) pada molekul sistein akan bereaksi dengan ion Ag+ atau Hg2+ (Poedjiadi 2009). Pengujian pengendapan dengan garam mengakibatkan kelarutan protein berkurang dan protein terpisah sebagai endapan yang sering disebut dengan salting out. Garam netral yang ditambahkan berkonsentrasi tinggi, maka protein akan mengendap. Pengendapan terus terjadi karena kemampuan ion garam untuk menghidrasi, sehingga terjadi kompetisi antara garam anorganik dengan molekul protein untuk mengikat air. Karena garam anorganik lebih menarik air maka jumlah air yang tersedia untuk molekul protein akan berkurang (Winarno 2008).Tabel 4 Uji Koagulasi Pada Protein

TabungCampuranHasil Pengamatan (+/-)Perubahan warna larutanFoto

1Albumin + HCl + etanol-Tidak berwarna

2Albumin +NaOH + etanol-Tidak berwarna

3Albumin +Buffer+etanol+Putih keruh

Keterangan : +

= sedikit gumpalan protein

= tidak terbentuk gumpalan proteinTabel 5. Denaturasi proteinNoPerlakuanHasil PengamatanFoto

Sebelum ditambah buffer pH 4,7Sesudah ditambah buffer pH 4,7Sebelum ditambah buffer pH 4,7 Sesudah ditambah buffer pH 4,7

1HCl 0,1 Mberwarna putih dan menggumpalada 2 lapisan, atas: larutan putih keruh, bawah: gumpalan putih

2Buffer asetat pH 4,7larutan putih keruh dan menggumpalada 2 lapisan, atas: larutan putih keruh, bawah: gumpalan putih

3NaOH 0,1 Mgumpalan berwarna putih -

-

Protein sering mengalami perlakuan tertentu meskipun sangat sedikit atau dalam kondisi yang ringan belum menyebabkan terpecahnya ikatan kovalen atau ikatan kovalen atau peptide perubahan inilah yang dinamakan denaturasi protein. Denaturasi protein dapat terjadi dalam beberapa perlakuan antara lain perlakuan pemanasan, pH, garam dan tegangan permukaan. Laju denaturasi protein dapat mencapai 600 kali untuk setiap kenaikan suhu 10. Suhu terjadinya denaturasi sebagian besar protein terjadi berkisar antara 55-75C. Protein yang mengalami denaturasi akan mengendap karena gugus-gugus bermuatan positif atau negatif dalam jumlah sama atau netral keadaan tersebut dinamakan titik isolestrik. Proses denaturasi akan memutuskan iktan hydrogen,interaksi hidrofobik, dan ikatan garam sehingga molekul protein tidak memiliki ikatan lagi (Girindra 1993).Pengendapan protein penting untuk dilakukan dalam pemisahan protein dari larutan atau campuran protein. Protein memiliki empat dasar struktur diantaranya yaitu struktur primer, sekunder, tersier dan kuarterner. Struktur primer menunjukkan jumlah, jenis dan urutan asam amino dalam molekul protein, oleh karena itu ikatan yang terbentuk dalam asam amino adalah ikatan peptide sehingga struktur primer protein juga menunjukan ikatan peptide yang urutanya diketahui. Rantai polipeptida terdapat banyak gugus > C=O dan gugus >N=H, kedua gugus ini dapat berikatan karena terdapat ikatan hidrogen antara atom oksigen dari gugus >C=O dan atom hydrogen dari gugus >N=H. Ikatan hidrogen yang terbentuk pada rantai polipeptida akan terbentuk struktur heliks (berpilin). Ikatan hydrogen ini dapat terjadi antara dua atau lebih rantai polipeptida yang akan membentuk konfigurasi yaitu sejajar dan berkelok-kelok sehingga terbentuk struktur lembaran berlipat ( pleated sheet structure). Ikatan jenis ini tergolong dalam sekunder jenis protein. (Hard 2003)Struktur tersier menunjukan kecendrungan polipeptida membentuk lipatan sehinnga membentuk struktur yang lebih kompleks. Struktur ini dibantu dengan adanya gugus R pada molekul asam amino yang membentuk protein. Jenis ikatan yang tergabung pada struktur tersier diantaranya ikatan elektrostatik, ikatan hidrogen hidrogen, interaksi hidrofobik antara rantai samping non polar, ikatan disulfida dan interaksi dipol-dipol. Struktur kuarterner menunjukan derajat persekutuan uni-unit protein sebagian besar protein globular terdiri dari berbagai rantai polipeptida yang terpisah sehinnga mmbentuk rantai persekutuan (Hard 2003)Larutan yang bersifat asam akan mendonorkan proton (H+) sedangkan larutan basa mendonorkan (OH-). Ion H+ dan ion OH- yang ditambahkan akan menganggu stuktur tersier protein yang diakibatkan adanya ikatan elektrostatik. Jika ikatan elektrosatik terganggu maka protein akan mengalami denaturasi. Protein yang mengalami denaturasi dapat dicirikan terbentuknya endapan atau gumpalan. Jika konsentrasi dalam larutan kecil atau asam dan basa yang digunakan adalah asam dan basa lemah atau konsentrasi encer maka akan terbentuk koloid putih. (Fessenden RJ & Fessenden JS)Penambahan HCl sebagai asam kuat pada percobaan maka akan terdapat ion H+ berlebih karena HCl merupakan asam kuat sehingga pada saat praktikum penambahan HCl membntuk kekeruhan dan terbentuk endapan setelah dipanaskan kemudian didiamkan. Larutan NaOH tergolong basa kuat dalam percobaan menunjukan adanya endapan setelah dilakukan pemanasan sedangkan setelah didiamkan tidak tampak adanya perubahan. Hal ini disebabkan karena NaOH yang ditambahkan tidak cukup banyak sehingga belum mampu untuk mendenaturasikan protein yang terdapat dalam larutan.

Gambar 6. Struktur Primer Protein 1

Gambar 7. Struktur sekunder, tersier, dan kuartener dari protein

Simpulan

Berdasarkan Data dan Pembahasan dapat disimpulkan bahwa Uji pengendapan protein oleh logam mengahsilkan hasil positif logapada ketiga logam yang di uji yaitu AgNO3, Pb-Asetat dan HgCl2. Uji kougulasi protein menhasilkan hasil positif pada ketiga tabung karena tidak terbentuknya endapan pada ketiga tabung tersebut, Uji denaturasi protein menghasilkan hasil positif karena pada ketiga larutan uji dapat membentuk endapan. Pengendapan protein oleh garam menghasilkan uji yang negatif untuk kelarutan dalam air dan uji millonnya karena tidak membentuk endapan. Pengendapan alkohol menghasilkan uji positif pada perlakuan buffer pH 4,7 dengan membentuk endapan.Daftar pustakaFessenden RJ&Fesseden JS.1986. Kimia Organik. Jilid ke-2. Pudjaatmaka AH, Penerjemah; Jakarta:Erlangga . Terjemahan dari: Organik Chemistry.Girindra A.1993. Biokimia 1. Jakarta: Gramedia Pustaka UtamaHard. 2003. Kimia Organik: Suatu Kuliah Singkat. Achmadi SS, Penerjemah; Jakarta:Erlangga. Terjemahan dari: Organik Chemistry: A Shourt Course . Edisi ke -11Hawab HM..2004. Pengantar Biokimia. Jakarta : Bayu Media PublishingMartoharsono, Soeharsono. 2000. Biokimia Jilid II. Yogyakarta : Penerbit Universitas Gadjah Mada PressPoedjiadi A. 2009. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press

Redhana. 2010. Penuntun Praktikum Biokimia. Singaraja: Universitas Pendidikan GaneshSuwandi M. 1989. Kimia Organik : Karbohidrat, Lipid, Protein. Jakarta: FKUI

Winarno F G .2008. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama_1411183285.unknown