29
LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR FUNGSI DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN “Transpirasi” Oleh: Kelompok 9/Pendidikan IPA 2013 A 1. Nur Aidatul Mala (13030654001) 2. Selsa Fabiola Besari (13030654018) 3. Lusi Maria Handayani (13030654020) 4. Yosefin Margaretta (13030654036) S1 PRODI PENDIDIKAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Laporan Praktikum Transpirasi Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Transpirasi

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR FUNGSI DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN Transpirasi

Oleh:Kelompok 9/Pendidikan IPA 2013 A1. Nur Aidatul Mala(13030654001)2. Selsa Fabiola Besari(13030654018)3. Lusi Maria Handayani(13030654020)4. Yosefin Margaretta(13030654036)

S1 PRODI PENDIDIKAN IPAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS NEGERI SURABAYA2015ABSTRAK

Telah kami lakukan percobaan Transpirasi di Laboratorium IPA, FMIPA, UNESA pada tanggal 12 Mei 2015 yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi dengan metode penimbangan. Dalam percobaan ini, variabel kontrol meliputi tumbuhan yang diberi perlakuan yaitu tanaman pacar air dan waktu, sedangkan variabel manipulasi yaitu kondisi lingkungan yaitu di dalam ruangan dan jarak 20 cm dari lampu pijar sehingga variabel respon yang diperoleh yaitu kecepatan transpirasi. Adapun langkah yang digunakan yaitu dengan memberi 2 batang daun yang dilukai dengan Vaseline. Kemudian memasukkan 2 batang pohon tersebut ke masing-masing labu Erlenmeyer yang berisi 150 ml air dan ditutup dengan karet penutup hingga rapat. Lalu menempatkan tanaman 1 di dalam ruangan dan tanaman 2 pada jarak 20 cm dari lampu pijar. Kemudian tiap 30 menit menimbang massa kedua tanaman tersebut. Dengan menggunakan rumus selisih massa total/waktu total/ total luas daun maka diperoleh kecepatan transpirasi pada jarak 20 cm dari lampu pijar yaitu sebesar 5,56 x 10-5 gram/menit/cm2 lebih besar daripada kecepatan transpirasi tanaman pada ruangan yaitu hanya sebesar 2,32 x 10-5 gram/menit/cm2. Hal itu menunjukkan bahwa Intensitas cahaya mempengaruhi kecepatan transpirasi tanaman. Semakin tinggi intensitas cahaya maka kecepatan transpirasi semakin besar, dan begitu sebaliknya. Selain itu kecepatan transpirasi dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan udara.

Kata Kunci : transpirasi, pacar air, intensitas cahaya

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangDalam aktivitas hidupnya, sebagian besar air dikeluarkan oleh tumbuhan dalam bentuk uap air. Proses pengeluaran air oleh tumbuhan dalam bentuk uap air disebut dengan transpirasi. Banyaknya air yang ditranspirasikan oleh tumbuhan merupakan kejadian yang khas, meskipun perbedaan terjadi antara suatu species dan species yang lainnya. Transpirasi dilakukan oleh tumbuhan melalui stomata, kutikula dan lentisel. Sehubungan dengan transpirasi, organ tumbuhan yang paling utama dalam melakukan proses ini adalah daun, karena pada daun kita dapat menjumpai stomata yang paling banyak. Transpirasi penting bagi tumbuhan karena berperan dalam hal membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam mineral, mengatur suhu tubuh dan mengatur tekanan turgor optimum di dalam sel. Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel mesofil ke rongga antar sel yang ada dalam daun. Untuk memahami mengenai proses transpirasi pada tumbuhan, kami melakukan praktikum Transpirasi.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan rumusan masalah di atas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:1. Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi dengan metode penimbangan?

C. TujuanAdapun tujuan praktikum ini yaitu:1. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi dengan metode penimbangan.

BAB IIKAJIAN TEORI

Sebatang tumbuhan yang tumbuh di tanah dapat dibayangkan sebagai dua buah sistem percabangan, satu di bawah dan satu di atas permukaan tanah. Kedua sistem ini dihubungkan oleh sebuah sumbu utama yang sebagian besar terdapat di atas tanah. Sistem yang berada di dalam tanah terdiri atas akar yang bercabang-cabang menempati hemisfer tanah yang besar. Akar-akar terkecil terutama yang menempati bagian luar hemisfer tersebut. Sistem yang terdapat di atas permukaan tanah mencakup suatu hemisfer serupa, dengan permukaan yang ditempati oleh cabang-cabang kecil berdaun lebat. Secara kolektif akar-akar kecil membentuk permukaan luas yang berhubungan dengan tanah, dan sama halnya dengan daun-daun yang juga membentuk permukaan luas yang berhubungan dengan udara. Dalam keadaan normal, sel-sel bergbagai akar dikelilingi oleh larutan tanah yang mempunyai tekanan osmosis umumnya di bawah 2 bar (atmosfer), dan sering kali hampir nol, sedangkan sel-sel daun dan bagian-bagian lain yang berada di atas tanah dikelilingi oleh udara tak jenuh yang kemampuan menyerap airnya beberapa bar. Karena sumbu yang menghubungkan akar dan daun memungkinkan air mengalir dengan tahanan yang wajar, maka tidak dapat dielakkan lagi bahwa air akan mengalir sepanjang gradasi tekanan air yang membentang dari tanah ke udara dalam tubuh tumbuhan. Oleh karena itu seluruh tumbuhan dapat dibandingkan dengan sebuah sumbu lampu, yang menyerap air dari tanah malalui akar, mengalirkannya melalui batang dan kemudian menguapkannya ke udara dari daun-daun (Loveless, 1991).Meskipun air merupakan penyusun utama tubuh tumbuhan namun sebagian besar air yang diserap akan dilepaskan kembali ke atmosfer dan hanya sebagian kecil yang digunakan untuk proses metabolisme dan mengatur turgor sel. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan terjadi melalui proses transpirasi dan gutasi (Soedirokoesoemo, 1993).Transpirasi adalah hilangnya air dari tubuh-tumbuhan dalam bentuk uap melalui stomata, kutikula atau lentisel (Soedirokoesoemo, 1993).Ada dua tipe transpirasi, yaitua. transpirasi kutikula adalah evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui kutikula epidermisb. transpirasi stomata, yang dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui stomata. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang melalui daun-daun (Loveless, 1991).Kecepatan transpirasi berbeda-beda tergantung kepada jenis tumbuhannya. Bermacam cara untuk mengukur besarnya transpirasi, misalnya dengan menggunakan metode penimbangan. Sehelai daun segar atau bahkan seluruh tumbuhan beserta potnya ditimbang. Setelah beberapa waktu yang ditentukan, ditimbang lagi. Selisih berat antara kedua penimbangan merupakan angka penunjuk besarnya transpirasi. Metode penimbangan dapat pula ditujukan kepada air yang terlepas, yaitu dengan cara menangkap uap air yang terlepas dengan dengan zat higroskopik yang telah diketahui beratnya. Penambahan berat merupakan angka penunjuk besarnya transpirasi (Soedirokoesoemo, 1993).Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar kelangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin (Anonim, 2009).Transpirasi juga merupakan proses yang membahayakan kehidupan tumbuhan, karena kalau transpirasi melampaui penyerapan oleh akar, tumbuhan dapat kekurangan air. Bila kandungan air melampaui batas minimum dapat menyebabkan kematian. Transpirasi yang besar juga memaksa tumbuhan mengedakan penyerapan banyak, untuk itu diperlukan energi yang tidak sedikit (Soedirokoesoemo, 1993).Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap laju transpirasi antara lain:a. Cahaya. Tumbuhan jauh lebih cepat bertranspirasi bilamana terbuka terhadap cahaya dibandingkan dalam gelap.b. Suhu. Tumbuhan bertranspirasi lebih cepat pada suhu lebih tinggi.c. Kelembaban. Laju transpirasi juga dipengaruhi oleh kelembaban nisbi udara sekitar tumbuha.d. Angin. Adanya angin lembut juga meningkatkan laju transpirasi.e. Air tanah. Tumbuhan tidak dapat terus bertranspirasi dengan cepat jika kelembaban yang hilang tidak digantikan oleh air segar dari tanah (Kimball. John W,493:1990).

BAB IIIMETODE PERCOBAAN

A. Jenis PenelitianMetode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu menggunakan metode kualitatif. Dan teknik pengambilan data dilakukan dengan eksperimen.

B. Waktu dan TempatPraktikum ini dilakukan pada hari selasa tanggal 12 Mei 2015 di Laboratorium IPA, Prodi Pendidikan IPA, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya pukul 13.00 - 15.00 WIB.

C. Alat dan Bahan1. Alata. Erlenmeyer 250 ml2 buahb. Sumbat Erlenmeyer dengan lubang di tengahnya2 buahc. Neraca digital1 buahd. Thermometer1 buahe. Hygrometer1 buahf. Lux meter1 buahg. Bohlam lampu 100 watt dan lampu duduk1 buahh. Pisau tajam 1 buahi. Penggaris1 buahj. Kertas grafik/ millimeter2 lembar2. Bahana. Air300 mlb. Vaselinsecukupnyac. Dua pucuk tanaman pacar air yang memiliki kondisi hampir sama sepanjang 20 cm

D. Variabel Percobaan1. Variabel Kontrol: volume air dan jenis tanamanVariabel kontrol yaitu variabel yang dibuat sama. Pada praktikum ini variabel kontrol yaitu volume air sebanyak 150 ml dan jenis tanaman yang digunakan yaitu pacar air.2. Variabel Manipulasi: kondisi lingkunganVariabel manipulasi yaitu variabel yang dibuat berbeda sehingga dapat mempengaruhi hasil praktikum atau variabel respon. Pada praktikum ini variabel manipulasi adalah kondisi lingkungan yang berbeda. Pada Erlenmeyer 1 diletakkan dalam ruangan sedangkan Erlenmeyer 2 diletakkan dengan jarak 20 cm dari lampu pijar 100 watt.3. Variabel respon: berat dan luas total daunVariabel respon adalah variabel sebagai hasil dari adanya variabel kontrol dan manipulasi berupa hasil praktikum. Pada praktikum ini variabel respon adalah berat awal, berat akhir dan selisish berat selama transpirasi. Dan luas total daun.E. Langkah Percobaan1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan2. Menyediakan 2 buah Erlenmeyer dan mengisi dengan air sebanyak 150 ml.3. Memotong miring pangkal pucuk batang tanaman pacar air dalam air, dan segera memasukkan potongan tanaman tersebut pada tabung Erlenmeyer melalui lubang pada sumbat sampai bagian bawahnya terendam air. Membuang bunga, kunsup, daun yang rusak dan mengoles lukanya dengan vaselin. Demikian pula mengolesi celah-celah yang ada dengan vaselin (misalnya sekitar sumbat penutup).4. Menimbang kedua Erlenmeyer tersebut lengkap dengan tanaman dan air yang ada didalamnya dan mencatatnya.5. Meletakkan Erlenmeyer satu di dalam ruangan dan Erlenmeyer 2 pada tempat dengan jarak 20 cm dari lampu pijar 100 watt. Mengukur kondisi lingkungan kedua tempat tersebut meliputi suhu, intensitas cahaya dan kelembaban.6. Setiap 30 menit, menimbang Erlenmeyer beserta perlengkapannya dan mencatatnya.7. Mengulangi pengukuran sebanyak 3 kali.8. Setelah penimbangan terakhir, mengambil daun-daun pada tanaman tersebut, kemudian mengukur luas total daun tersebut dengan kertas millimeter/grafik, caranya sebagai berikut:a. Membuat pola masing-masing daun pada kertas grafik.b. Menghitung luas daun dengan ketentuan: Apabila kurang dari kotak dianggap nol, dan bila lebih dari dianggap satu.

F. Alur Percobaan

Batang Pacar Air 2Batang Pacar Air 1Dipotong miring pangkal pucuk batang di dalam airDibuang bunganya, kuncup dan daun yang rusakDiolesi vaselin pada luka spesimenDipotong miring pangkal pucuk batang di dalam airDibuang bunganya, kuncup dan daun yang rusakDiolesi vaselin pada luka spesimenErlenmeyer 1Erlenmeyer 2Diisi air 150 mlDiisi dengan spesimen sampai menyentuh air melalui lubang penyumbatDiolesi vaselin pada celah-celahnyaDitimbang berat awalnyaDiletakkan di dalam ruanganDitimbang kembali setelah 30 menitDiulangi 3 kaliDiisi air 150 mlDiisi dengan spesimen sampai menyentuh air melalui lubang penyumbatDiolesi vaselin pada celah-celahnyaDitimbang berat awalnyaDiletakkan di dalam ruanganDitimbang kembali setelah 30 menitDiulangi 3 kaliBeratBeratDaunDaunDigambar pada kertas grafikDihitung luas daunLuas DaunDigambar pada kertas grafikDihitung luas daunLuas Daun

G. Desain Percobaan1. Di dalam ruangan

Tanaman pacar air

Erlenmeyer

2. Jarak 20 cm dari lampu ijar

BAB IVDATA DAN PEMBAHASAN

A. DataBerdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut: PerakuanWaktu(Menit)Massa Awal(m0,1) grMassa Akhir(m0,1) grSelisih Massa(m0,1) grSuhu(T1)CIntensitas Cahaya( d/m2)Kelembapan Udara (%)Kecepatan Transpirasi(gr/menit/cm2)

Di Ruangan30313,0312,90,1281795962,33 x 10-5

60312,9312,80,128157296

90312,8312,60,228120496

Jarak 20 cm dari lampu pijar30307,4307,10,3271750645,56 x 10-5

60307,1307,00,128175264

90304,0306,80,229184564

Tabel 1. Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap kecepatan Transpirasi

PerlakuanDaun Ke-Luas Daun(L 0,1) cm2Grafik1. Grafik pengaruh intensitas cahaya terhadap kecepatan transpirasi tanaman pacar airTotal Luas Daun(L 0,1) cm2

Di Ruangan131191

216

325

418

523

619

717

820

911

1011

Jarak 20 cm dari lampu pijar115120

220

312

410

516

610

714

811

98

1010

114

Tabel 2 . Luas Daun

B. AnalisisBerdasarkan tabel hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa terjadi perbedaan kecepatan transpirasi antara tanaman pacar air (Impatiens balsamina) yang diletakkan pada jarak 20 cm dari lampu pijar (cahaya terang) dengan bantuan lampu 100 watt, yaitu dengan rata-rata intensitas cahaya sebesar 1782 d/m2, dengan tanaman pacar air (Impatiens balsamina) yang diletakkan pada ruangan (cahaya gelap) dengan rata-rata intensitas cahaya sebesar 1523 d/m2. Pada pengamatan pertama, yaitu sebelum dilakukan perlakuan pada tanaman pacar air dalam erlenmeyer, massa awal erlenmeyer keseluruhan yaitu sebesar 313,0 gram, sedangkan massa keseluruhan erlenmeyer kedua adalah 315,0 gram. Erlenmeyer pertama kemudian diletakkan pada ruangan (cahaya gelap) dengan dengan intensitas cahaya sebesar 1795 d/m2 dengan suhu 28C dan kelembaban 96%, sementara erlenmeyer kedua diletakkan pada jarak 20 cm dari lampu pijar (cahaya terang) dengan intensitas cahaya 1750 d/m2 dengan suhu 27C dan kelembaban 64%. Pengukuran massa dari kedua erlenmeyer dilakukan setiap 30 menit dengan pengulangan sebanyak 3 kali membuktikan adanya perubahan massa pada kedua erlenmeyer. Pada waktu 30 menit pertama yaitu pada suhu 28C dan kelembapan 96%, pengukuran massa erlenmeyer yang diletakkan pada ruangan dengan intensitas cahaya 1795 d/m2 mengalami penurunan berat menjadi 312,9 gram, sedangkan pada 30 menit ke dua dengan intensitas cahaya 1572 d/m2 mengalami penurunan massa menjadi 312,8 gram, dan menjadi 312,6 gam pada 30 menit ketiga dengan intensitas cahaya 1204 d/m2. Sehingga diperoleh selisih berat dari 30 menit pertama hingga ketiga berturut-turut yaitu 0,1 gram, 0,1 gram, dan 0,2 gram, dengan total selisih massa 0,4 gram. Sedangkan pengukuran massa erlenmeyer yang diletakkan pada jarak 20 cm dari lampu pijar dengan intensitas cahaya 1750 d/m2 pada suhu 27C dan kelembapan 64% mengalami penurunan berat menjadi 307,1 gram pada 30 menit pertama, 307,0 gram pada 30 menit kedua dengan intensitas cahaya 1752 d/m2, dan 306,8 gram pada 30 menit ketiga dengan intensitas cahaya 1845 d/m2, sehingga selisih massa berturut-turut yaitu 0,3 gram, 0,1 gram, dan 0,2 gram dan total selisih massa yaitu 0,6 gram. Berdasarkan hal ini, maka penurunanmassa erlenmeyer pada intensitas cahaya terang lebih besar dari pada penurunan massa erlenmeyer pada intensitas cahaya gelap.Selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap luas daun pada masing-masing tanaman pacar air (Impatiens balsamina) yang diletakkan diruangan dan tanaman pacar air yang diletakkan pada jarak 20 cm dari lampu pijar. Pada tanaman pacar air di ruangan memiliki 10 helai daun dengan luas daun berturut-turut yaitu 31 cm2, 16 cm2, 25 cm2, 18 cm2, 23 cm2, 19 cm2, 17 cm2, 20 cm2, 11 cm2, dan 11 cm2. Sehingga total luas daun sebesar 191 cm2. Sedangkan pada tanaman pacar air yang diletakkan pada jarak 20 cm dari lampu pijar. Pada tanaman pacar air di ruangan memiliki 11 helai daun dengan luas daun berturut-turut yaitu 15 cm2, 20 cm2, 12 cm2, 10 cm2, 16 cm2, 10 cm2, 14 cm2, 11 cm2, 8 cm2, 10 cm2 dan 4 cm2 . Sehingga total luas daun sebesar 120 cm2.. Setelah diperoleh total selisih massa, waktu, dan luas total daun, maka dapat diketahui kecepatan transpirasi pada tanaman pacar air yang diletakkan pada ruangan yaitu sebesar 2,33 x 10-5 gram/menit/cm2, sementara kecepatan transpirasi pacar air yang diletakkan pada jarak 20 cm dari lampu pijar yaitu sebesar 5,56 x 10-5 gram/menit/cm2.

C. PembahasanBerdasarkan analisis terhadap tabel dan grafik pengamatan, terjadi penurunan massa tanaman pacar air yang diletakkan pada ruangan dengan rata-rata intensitas cahaya sebesar 1523 d/m2 yaitu dengan selisih massa total sebesar 0,4 gram. Sedangkan penurunan massa tanaman pacar air yang diletakkan pada jarak 20 cm dari lampu pijar dengan intensitas cahaya rata-rata sebesar 1782 d/m2 memiliki selisih massa total sebesar 0,6 gram. Perubahan massa ini mengindikasikan bahwa pada kedua tanaman pacar air (Impatiens balsamina) terjadi transpirasi atau hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan tumbuhan karena proses fisiologis tumbuhan seperti proses transpirasi. Perubahan massa ini dapat diasumsikan akibat adanya transpirasi karena hanya kurang dari 1% persen air diperlukan tanaman untuk proses pertumbuhan (Salisbury dan Ross, 1985). Kecepatan transpirasi pada tanaman pacar air yang diletakkan pada jarak 20 cm dari lampu pijar (cahaya terang) yakni sebesar 5,56 x 10-5 gram/menit/cm2, lebih besar daripada kecepatan transpirasi pada tanaman pacar air pada ruangan hanya sebesar 2,32 x 10-5 gram/menit/cm2. Hal ini membuktikan secara jelas bahwa intensitas cahaya berpengaruh terhadap kecepatan transpirasi. Semakin besar intensitas cahaya, semakin tinggi kecepatan transpirasi. Dan begitu juga sebaliknya, semakin rendah intensitas cahaya, maka semakin rendah pula kecepatan transpirasi.Intensitas cahaya mempengaruhi kecepatan transpirasi karena mekanisme membuka menutupnya stomata, yaitu pori pada daun yang menjadi tempat keluarnya air sebagai uap air pada proses transpirasi, juga dipengaruhi oleh adanya cahaya. Sebagian besar stomata tumbuhan membuka pada siang hari dan menutup pada malam hari. Berdasarkan teori fotosintesis, sel penutup pada stomata memiliki kloroplas yang mengandung klorofil. Adanya klorofil dan cahaya mengindikasikan bahwa pada sel penutup berlangsung fotosintesis yang menghasilkan glukosa. Glukosa terdapat dalam bentuk larut dalam cairan sel penutup. Berdasarkan konsep difusi dan osmosis, apabila pada suatu sel terdapat banyak zat terlarut (dalam kasus ini, yaitu glukosa), maka potensial air maupun potensial osmosis menurun. Timbul tekanan turgor pada sel penutup akibat adanya zat terlarut, sel-sel penutup membesar, sehingga membukalah stomata dan terjadilah proses transpirasi. Berdasarkan pada teori fotosintesis tersebut, apabila tanaman pacar air ditempatkan pada intensitas cahaya tinggi, celah stomata akan membuka lebar, sehingga proses transpirasi berlangsung lebih cepat. Sebaliknya, saat intensitas cahaya rendah, celah stomata akan mengecil atau menutup sama sekali, sehingga kecepatan transpirasi rendah, bahkan tidak berlangsung. Pengukuran kondisi lingkungan yang dilakukan pada kedua tempat perlakuan erlenmeyer pun mendukung teori di atas. Pada intensitas cahaya terang dengan suhu bekisar 29C dan kelembapan udara 64% kecepatan transpirasinya lebih tinggi, dibandingkan dengan kecepatan transpirasi pada intensitas cahaya gelap dengan suhu hanya berkisar 28C dengan kelembaban sebesar 96%. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa suhu dan kelembaban lingkungan juga berpengaruh pada kecepatan transpirasi. Semakin tinggi suhu lingkungan, semakin tinggi kecepatan transpirasi. Dan berbanding terbalik dengan kelembapan udara, semakin rendah kelembaban lingkungan, semakin tinggi kecepatan transpirasi. Gerakan uap air ke udara dalam daun akan menurunkan kecepatan bersih dari air yang hilang, sehingga transpirasi akan menurun seiring dengan meningkatnya kelembababan udara, begitu pula sebaliknya. Selain itu, kecepatan transpirasi juga dipengaruhi oleh adanya lapisan lilin. Pada percobaan, tanaman pacar air diberikan Vaseline, yang berfungsi sebagai lapisan yang dapat memperlambat proses transpirasi, karena semakin menebalnya permukaan maka uap air akan sulit keluar. Hal ini sesuai dengan literature Salisbury dan Ross (1992) yang menyatakan bahwa adanya lapisan lilin akan memperlambat laju transpirasi akibat tebalnya permukaan sehingga uap air akan sulit berdifusi keluar.

BAB VPENUTUP

A. Kesimpulan1. Kecepatan Transpirasi pada tanaman pacar air yang diletakkan pada jarak 20 cm dari lampu pijar (cahaya terang) yaitu 5,56 x 10-5 gram/menit/cm2 lebih besar dibandingkan dengan kecepatan transpirasi pada tanaman pacar air yang diletakkan pada ruangan yaitu 2,32 x 10-5 gram/menit/cm2. 2. Dari hasil percobaan, faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan transpirasi yaitu intensitas cahaya, suhu, dan kelembapan udara. Semakin tinggi intensitas cahaya.3. Semakin tinggi intensitas cahaya dan suhu, maka semakin besar pula kecepatan transpirasinya. Sebaliknya, semakin rendah intensitas cahaya dan suhu, semakin rendah pula kecepatan transpirasi.4. Semakin tinggi kelembapan udara, maka kecepatan transpirasi semakin rendah. Sebaliknya semakin rendah kelembapan udara, maka kecepatan transpirasinya semakin tinggi.

B. Saran1. Sebaiknya dalam melakukan praktikum menggunakan tanaman pacar air yang memiliki ukuran dan jumlah helai daun yang sama sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih akurat2. Perhitungan lama waku harus dilakukan secara tepat dan teliti agar diperoleh hasil yang benar3. Selain itu perlu diadakan pralab terlebih dahulu sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancar dan tertib.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Kecepatan Transpirasi. http://id.org.co.//wikipedia.transpirasi.html Diakses tanggal 23 Mei, jam 16.00 WIB.Dwijoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Penerbit PT GramediaLakitan, B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo Loveless, A.R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 1. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka UtamaTjitrosomo, S.S. 1990. Botani Umum 2. Bandung: Penerbit AngkasaSasmitamihardja, Drajat. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.Siregar, Arbayah. 2003. Anatomi Tumbuhan. ITB. Bandung.

LAMPIRAN PERHITUNGAN

Rumus laju transpirasi =

a. Di dalam ruangan Laju transpirasi = = 2,32 x 10-5 gr/menit/cm2

b. Pada jarak 20 cm dari lampu pijar 1. = 5,56 x 10-5 gr/menit/cm2