Upload
lamphuc
View
239
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Aplikasi GIS : LIMPASAN AIR HUJAN (RUNOFF)
Ir . Mohammad Sholichin, MT., P.hD Jurusan Teknik Pengairan, Universitas Brawijaya
email : [email protected] & [email protected]
I. Landasan Teori 1.1 Curah Hujan Rerata Daerah 1.2 Curah Hujan Rancangan 1.3 Analisa Debit Banjir Rancangan Metode Rasional Modifikasi 1.4 Waktu Konsentrasi (Tc) 1.5 Koefiesien Tampungan (Cs) 1.6 Intensitas Hujan (I) 1.7 Koefisien Pengaliran (C)
II. Alur Penyelesaian
III. Penggunaan Software ArcView GIS 3.1 Menampilkan ArcView GIS 3.3 3.2 Membuka Project yang telah Ada 3.3 Membuat Project Baru 3.4 Mengubah Map Units 3.5 Mengubah Legenda dalam View 3.6 Tabel/Atributes 3.7 Pemodelan Daerah Aliran Sungai
3.8Menggunakan Fasilitas Geoprocessing 3.9 Proses SIG: Overlay
I. LANDASAN TEORI
1.1 Curah Hujan Rerata Daerah
Untuk mendapatkan gambaran mengenai penyebaran
hujan di seluruh daerah, di beberapa tempat pada DAS dipasang
alat penakar hujan yang tersebar merata. Pada daerah aliran
yang kecil kemungkinan hujan terjadi merata diseluruh daerah, tetapi tidak pada daerah aliran yang besar. Hujan yang terjadi
pada daerah aliran yang besar tidak sama, sedangkan pos-pos
penakar hujan hanya mencatat hujan di suatu titik tertentu.
Sehingga akan sulit untuk menentukan beberapa hujan yang
turun di seluruh areal. Hal ini akan menyulitkan dalam
menentukan hubungan antara debit banjir dan curah hujan yang
mengakibatkan banjir tersebut. Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu
rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir
adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang
bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Curah
hujan ini disebut curah hujan wilayah atau curah hujan daerah
yang dinyatakan dalam satuan millimeter (Sosrodarsono, 2003). Terdapat tiga macam cara yang berbeda dalam menentukan
tinggi curah hujan rata-rata pada daerah tertentu di beberapa
titik pos penakar atau pencatat hujan, yaitu :
1. Metode rata-rata aljabar
Tinggi rata-rata curah hujan didapatkan dengan
mengambil nilai rata-rata hitung (arithmetic mean) pengukuran hujan di pos penakar-penakar hujan di daerah tersebut.
Curah hujan rerata daerah metode rata-rata aljabar dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut (Soemarto, 1999) :
n
i
in
n
d
n
ddddd
1
321 ...
dengan :
d = tinggi curah hujan rata-rata daerah
3 MODUL
35
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
d1,d2,…dn = tinggi curah hujan pada pos penakar 1,2,…n
n = banyaknya pos penakar
Cara ini akan memberikan hasil yang dapat dipercaya jika pos-pos penakarnya ditempatkan secara merata di daerah tersebut, dan hasil penakaran masing-masing pos
penakar tidak menyimpang jauh dari nilai rata-rata seluruh pos di seluruh areal
(Soemarto, 1999).
2. Metode Poligon Thiessen
Cara ini digunakan jika titik-titik pengamatan di dalam daerah tersebut tidak tersebar merata. Cara ini berdasarkan rata-rata timbang (weighted average). Masing-
masing penakar mempunyai daerah pengaruh yang dibentuk dengan menggambarkan
garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung di antara dua buah pos
penakar.
Curah hujan rerata daerah metode poligon Thiessen dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut (Soemarto, 1999) :
n
li
iin
li i
ii
n
nn
A
dA
A
dA
AAA
dAdAdAd
...
...
21
2211
dengan :
A = luas areal
d = tinggi curah hujan rata-rata areal
d1,d2,…dn = tinggi curah hujan di pos 1,2,…n
A1, A2, A3,…An = luas daerah pengaruh pos 1, 2, 3, …, n
Gambar 1.1 Metode Poligon Thiessen
3. Metode Garis isohyet Dengan cara ini, maka harus digambar dulu kontur dengan tinggi hujan yang
sama (isohyet), seperti pada gambar berikut.
Gambar 1.2 Metode Garis Isohyet
36
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
Kemudian luas bagian di antara isohyet-isohyet yang berdekatan diukur, dan nilai
rata-ratanya dihitung sebagai nilai rata-rata timbang hitung nilai kontur, sebagai berikut
:
n
nnn
AAA
Add
Add
Add
d
...
2...
22
21
1
221
1
10
dengan :
A = luas areal total d = tinggi hujan rata-rata areal
d0, d1, …dn = curah hujan pada isohyet 0,1,2, …,n
A1, A2, A3,…An = luas bagian areal yang dibatasi oleh isohyet-isohyet yang
bersangkutan
Menurut Suyono Sosrodarsono, pada umumnya untuk menentukan metode curah
hujan daerah yang sesuai adalah dengan menggunakan standar luas daerah, sebagai berikut (Sosrodarsono, 2003) :
1. Daerah tinjauan dengan luas 250 ha dengan variasi topografi kecil, dapat diwakili
oleh sebuah alat ukur curah hujan.
2. Untuk daerah tinjauan dengan luas 250-50000 ha yang memiliki dua atau tiga titik
pengamatan dapat menggunakan metode rata-rata aljabar.
3. Untuk daerah tinjauan dengan luas 120000-500000 ha yang mempunyai titik-titik pengamatan tersebar cukup merata dan di mana curah hujannya tidak terlalu
dipengaruhi oleh kondisi topografi, dapat digunakan cara rata-rata aljabar. Jika titik-
titik pengamatan itu tidak tersebar merata maka digunakan cara poligon Thiessen.
4. Untuk daerah tinjauan dengan luas lebih dari 500000 ha dapat digunakan cara
isohyet atau metode potongan antara (inter-section method).
1.2 Curah Hujan Rancangan Curah hujan rancangan adalah curah hujan terbesar yang mungkin terjadi di
suatu daerah dengan peluang tertentu. Metode analisis hujan rancangan tersebut
pemilihannya sangat bergantung dari kesesuaian parameter statistik dari data yang
bersangkutan, atau dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan teknis lainnya.
Untuk menentukan metode yang sesuai, maka terlebih dahulu harus dihitung besarnya
parameter statistik yaitu koefisien kemencengan (skewness) atau Cs, dan koefisien kepuncakan (kurtosis) atau Ck. Persamaan yang digunakan adalah ( Sri Harto, 1993) :
3
3
21 Snn
xxnCs
4
42
21 Snn
xxnCk
Hasil perhitungan Cs dan Ck tersebut kemudian disesuaikan dengan syarat
pemilihan metode frekuensi seperti tabel berikut :
Tabel 1.1 Pemilihan Metode Frekuensi
Jenis Metode Ck Cs
Gumbel Normal
Log Person Tipe III
< 5,4002 3,0
bebas
1,1396 0
bebas
Sumber : Sri Harto, 1993
Curah hujan rancangan dihitung dengan menggunakan metode Log Person Tipe
III, karena metode ini dapat dipakai untuk semua sebaran data tanpa harus memenuhi
syarat koefisien kemencengan (skewness) dan koefisien kepuncakan (kurtosis).
37
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
Langkah-langkah perhitungan distribusi Log Person Tipe III adalah (Soemarto,
1999) :
1. Mengubah data curah hujan harian maksimum tahunan dalam bentuk logaritma
2. Menghitung nilai rerata logaritma dengan rumus :
n
LogXi
LogX
n
i
1
dengan : LogX = logaritma hujan rerata harian maksimum
n = banyaknya data
3. Menghitung besarnya simpangan baku (standar deviasi) dengan rumus :
1
1
2
n
LogXiLogXi
S
n
i
4. Menghitung koefisien kemencengan dengan rumus :
3
1
3
21 Snn
LogXiLogXin
Cs
n
i
5. Menghitung logaritma curah hujan rancangan dengan periode ulang tertentu :
Log X = SKLogX .
dengan :
Log X = logaritma besarnya curah hujan untuk periode ulang T tahun
LogX = rata-rata dari logaritma curah hujan
K = faktor sifat distribusi Log Person Tipe III yang merupakan fungsi koefisien
kemencengan (Cs) terhadap kala ulang atau probabilitas (P)
S = simpangan baku (standar deviasi)
6. Mencari antilog dari Log X untuk mendapatkan curah hujan rancangan dengan kala
ulang tertentu.
1.3 Analisa Debit Banjir Rancangan Metode Rasional Modifikasi
Debit banjir rancangan adalah debit banjir terbesar tahunan dengan suatu
kemungkinan terjadi yang tertentu, atau debit dengan suatu kemungkinan periode ulang
tertentu. Metode analisa debit banjir rancangan tersebut pemilihannya sangat
bergantung dari kesesuaian parameter statistik dari data yang bersangkutan, atau dipilih
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan teknis lainnya.
Metode Rasional Modifikasi merupakan pengembangan dari metode Rasional, dimana waktu konsentrasi curah hujan yang terjadi lebih lama. Metode Rasional
Modifikasi mempertimbangkan pengaruh tampungan dalam memperkirakan debit
puncak limpasan. Adapun rumus Metode Rasional Modifikasi dalam menentukan debit
puncak, adalah sebagai berikut (Lewis et all.,1975) :
Q = 0,278.Cs. C. I. A
dengan : Q = debit puncak dengan kala ulang tertentu (m3/dt)
I = intensitas hujan rata-rata dalam t jam (mm/jam)
C = koefisien limpasan
A = luas daerah pengaliran (Km2)
Cs = koefisien tampungan
0,278 = faktor konversi
38
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
1.4 Waktu Konsentrasi (Tc)
Waktu konsentrasi adalah waktu perjalanan yang diperlukan oleh air dari tempat
paling jauh (hulu DAS) sampai titik pengamatan aliran air (outlet). Dalam metode
Rasional Modifikasi, untuk menentukan waktu konsentrasi menggunakan rumus :
Tc = To + Td dengan :
Tc = waktu konsentrasi (jam)
To = Overland flow time atau waktu yang dibutuhkan limpasan (run off) untuk
mengalir melalui permukaan tanah ke outlet terdekat. To dapat dihitung dengan
rumus berikut, (Suripin, 2004) :
To =
60
128,3
3
2x
S
nxLxx (jam)
dengan: L = panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan (m)
n = angka kekasaran Manning (0,025)
S = kemiringan lahan (m/m)
Td = Drain flow time atau waktu aliran dimana air jatuh pada titik awal masuk
sungai sampai ke outlet, dinyatakan dalam satuan jam.
Td dapat ditentukan dari kondisi pada saluran, jika aliran dimana parameter-parameter hidroliknya sulit ditentukan maka Td dapat diperkirakan dengan menggunakan
kecepatan aliran, dengan rumus (Suripin, 2004) :
Td = v
L
3600 (jam)
dengan :
L = Panjang sungai (m)
v = kecepatan aliran rerata (m/dt)
Nilai v dapat dihitung dengan rumus berikut, (Highway design manual,
2001 : 810) : v = 4,918(S)1/2
dengan :
v = kecepatan aliran rerata (m/det)
S = slope sungai (m/m)
1.5 Koefiesien Tampungan (Cs) Suatu areal DAS yang semakin luas akan berdampak terhadap besarnya
tampungan di sungai, sehingga berakibat juga terhadap besar debit banjir yang terjadi.
Oleh karena itu, faktor koefisien tampungan diperhitungkan dalam metode rasional
modifikasi. Koefisien tampungan dapat dirumuskan, (Lewis et all., 1975):
Cs = dc
c
TT
T
2
2
dengan :
Tc = waktu konsentrasi (jam) Td = Drain flow time (jam)
1.6 Intensitas Hujan (I)
Intensitas hujan adalah tinggi curah hujan dalam periode tertentu yang
dinyatakan dalam satuan mm/jam. Besarnya intensitas curah hujan berbeda-beda
disebabkan oleh lamanya curah hujan atau frekuensi kejadian. Rumus empiris untuk
menghitung intensitas hujan digunakan rumus Mononobe (Sosrodarsono, 2003) :
I =
m
t
R
24
24
24
39
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
dengan :
I = intensitas hujan (mm/jam)
R24 = curah hujan maksimum 24 jam (mm)
t = waktu konsentrasi / Tc (jam)
m = konstanta = (3
2)
1.7 Koefisien Pengaliran (C)
Koefisien pengaliran adalah suatu variabel yang didasarkan pada kondisi daerah
pengaliran dan karakteristik hujan yang jatuh di daerah tersebut. Kondisi daerah
pengaliran dan karakteristik hujan meliputi:
Keadaan hujan
Luas dan bentuk daerah aliran Kemiringan daerah aliran dan kemiringan dasar sungai
Daya infiltrasi dan perkolasi tanah
Kelembaban tanah
Suhu udara, angin, dan evaporasi
Tata guna lahan
Nilai koefisien pengaliran (C) adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan antara besarnya air yang melimpas terhadap besarnya curah hujan. Angka koefisien
pengaliran ini merupakan salah satu indikator untuk menentukan apakah suatu DAS
tersebut telah mengalami gangguan fisik (Asdak, 2001 : 157). Nilai koefisien pengaliran
(C) yang besar menunjukkan jumlah limpasan permukaan yang terjadi pada lahan
tersebut besar, dengan kata lain kondisi tata air dan tata guna lahan pada lahan
tersebut rusak. Sebaliknya nilai koefisien pengaliran yang kecil menunjukkan jumlah
limpasan permukaan yang terjadi pada lahan tersebut kecil, dengan kata lain jumlah air yang meresap ke dalam tanah dan memberikan kontribusi (recharge) air tanah besar.
Koefisien pengaliran seperti disajikan pada tabel berikut, didasarkan dengan suatu
pertimbangan bahwa koefisien tersebut sangat tergantung pada faktor-faktor fisik.
Harga koefisien pengaliran (C) untuk berbagai kondisi permukaan tanah dapat
ditentukan sebagai berikut :
Tabel 1.2 Koefisien Pengaliran (C)
Tata Guna Lahan C Tata Guna Lahan C
Perkantoran Tanah lapang
Daerah pusat kota 0,7-0,95 Berpasir, datar, 2%
0,05-0,10
Daerah sekitar kota
0,50-
0,70 Berpasir, agak rata, 2-7%
0,10-
0,15
Perumahan Berpasir, miring, 7%
0,15-
0,20
Rumah tinggal
0,30-
0,50 Tanah berat, datar, 2%
0,13-
0,17 Rumah susun,
terpisah
0,40-
0,60
Tanah berat, agak datar,
2-7%
0,18-
0,22
Rumah susun,
bersambung
0,60-
0,75 Tanah berat, miring, 7%
0,25-
0,35
Pinggiran kota
0,25-
0,40 Tanah pertanian, 0-30%
Daerah industri Tanah kosong
Kurang padat industri
0,50-
0,80 Rata
0,03-
0,60
Padat industri 0,60- Kasar 0,20-
40
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
0,90 0,50
Ladang Garapan
Taman,kuburan 0,10-0,25
Tanah berat, tanpa vegetasi
0,30-0,60
Tempat bermain
0,20-
0,35
Tanah berat, dengan
vegetasi
0,20-
0,50
Daerah stasiun KA
0,20-
0,40
Berpasir, tanpa
vegetasi
0,20-
0,25
Daerah tak berkembang
0,10-
0,30
Berpasir, dengan
vegetasi
0,10-
0,25
Jalan Raya Padang Rumput
Beraspal 0,70-0,95 Tanah berat
0,15-0,45
Berbeton
0,80-
0,95 Berpasir
0,05-
0,25
Berbatu bata
0,70-
0,85 Hutan/bervegetasi
0,05-
0,25
Trotoar
0,75-
0,85
Tanah Tidak Produktif, >
30%
Rata, kedap air
0,70-
0,90
Daerah beratap
0,75-
0,95 Kasar
0,50-
0,70
Sumber : Asdak, 2002
41
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
II. ALUR PENYELESAIAN
Gambar 2.1 Diagram Alir Penentuan Debit Limpasan Metode Rasional Modifikasi
Mulai
Data
Hujan
Peta Topografi
Digital
Peta Tataguna
Lahan Digital
Uji T
DEM (Model Grid)
Pemodelan DAS
Batas DAS,
Panjang & slope
Koefisien
Pengaliran (C),
Luas Areal (A)
Intensitas Hujan
Mononobe (I)
Debit Limp. Perm Met.
Rasional Modifikasi
Q = 0,278. Cs. C. I. A
Selesai
Curah Hujan
Rerata Daerah
Curah Hujan Rancangan
(Log Pearson III)
Uji Kesesuaian
Distribusi
Ya
Tidak
To (Overland
flow time)
Td (Drain
flow time)
v
(kec. rerata)
Tc (Waktu Konsentrasi)
Koef. Tampungan (Cs)
Peta Sub-sub DAS
dengan Atribut Koef.
Tampungan (CS)
Peta Sub-sub DAS
dengan Atribut
Intensitas Hujan (I)
Analisa SIG
42
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
Gambar 2.2 Diagram Alir Proses SIG
Mulai
Data
SpasialData Atribut
Digitasi Data Spasial
(Autodesk Map 2004)
Editing Hasil Digitasi
Data Spasial
(Autodesk Map 2004)
Pembuatan Coverage
(Autodesk Map 2004)
Pemilihan dan
Pengelompokan Data
(Ms Ecxel )
Penyusunan Data Base
(ArcView GIS 3.3)
Penggabungan Data Atirbut
dan Spasial (Joint Item )
(ArcView GIS 3.3)
Analisa Data SIG
(ArcView GIS 3.3)
Selesai
Membangun Topologi
(Autodesk Map 2004)
Produk SIG
(Lay out /Peta-Peta)
DEM model grid
(Arc View GIS 3.3)
Pemodelan DAS
(Arc View GIS 3.3)
Batas DAS
(Arc View GIS 3.3)
Pemberian ID pada Data
Spasial (ArcView GIS 3.3)
43
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
Gambar 2.3 Diagram Alir Proses Pembuatan Batas DAS
Mulai
Peta Jaringan
Sungai Digital
Peta topografi digital
Ekspor polyline
sungai ke
format *.shp
Eksport polyline kontur
(vektor) ke format *.shp
Membangkitkan DEM dalam
format TIN (raster)
DEM dalam model GRID dengan
ukuran cell menyesuaikan peta
Jaringan Sungai Sintetik
Definisi Outlet DAS
Konversi DEM dari format
TIN ke GRID (raster)
Identifikasi
Sink
Arah aliran
(flow direction )
Akumulasi aliran
(Flow accumulation )
Fill SinkTidak
Ya
Model DAS
Selesai
44
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
III. PENGGUNAAN SOFTWARE ARCVIEW GIS 3.3
3.1 Menampilkan ArcView GIS 3.3
Untuk membuka ArcView GIS 3.3 bisa melalui icon ArcView GIS 3.3 yang terdapat pada Dekstop atau melalui Start - All program - ESRI - ArcView GIS 3.3 - icon
ArcView GIS 3.3. Tampilan awal dari ArcView GIS 3.3 yaitu :
Gambar 3.1 Tampilan Awal dari Software ArcView GIS 3.3
3.2 Membuka Project Yang Telah Ada Untuk membuka project yang sudah ada atau telah dikerjakan sebelumnya dapat
dilakukan dengan cara File - Open Project :
Gambar 3.2 Tampilan Project yang Akan Dibuka
Setelah tampilan project yang akan dibuka terlihat maka tinggal memilih project yang akan dikehendaki yaitu dengan cara double click pada project yang akan
dikehendaki. Project yang dikehendaki akan muncul seperti terlihat pada Gambar 8.
View, untuk menampilkan/mengerjakan peta
Tables, untuk menampilkan/mengerjakan tabel
Charts, untuk menampilkan/mengerjakan grafik
Lay Out, untuk menampilkan peta siap print
Script, untuk mengembangkan fungsi dasar
ArcView GIS 3.3
45
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
Gambar 3.3 Tampilan Project yang Dikehendaki
Gambar 3.4 Tampilan Salah Satu View Dalam Project
Double klik
Nama
View
Legenda
Windows
ID/data
46
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
3.3 Membuat Project Baru
Untuk membuat project baru pada ArcView GIS 3.3 pada menu File pilih New
Project. Secara otomatis akan muncul project baru dengan nama Untitled.apr. Pilih icon
View dan clik New atau double click pada icon View. Untuk memunculkan View yang
diinginkan dengan memilih data yang telah tersedia klik tombol add theme.
Gambar 3.5 Tampilan Untuk Memunculkan View Baru
Add Theme
ID/Data
Memperbesar
dengan Window
Memperkecil
dengan Window
Pan
Attribute
Menghitung
Jarak
Tampilan
Keseluruhan
Tampilan
Tema Aktif
Tampilan
Obyek Terpilih Perkecil
1 kali
Perbesar
1 kali
Zoom
Previous
Clear
Selection
Skala Koordinat
Memunculkan
View baru
Blank
Project
Letak File
Pilihan File
Jenis Data
47
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
Gambar 3.6 Tampilan Pemilihan Theme
3.4 Mengubah Map Units
Gambar 3.7 Tampilan View Properties
Map unit adalah satuan koordinat ketika peta dibuat, apabila tidak diisi maka
skala peta tidak dapat diketahui. Distance unit adalah satuan yang ditampilkan saat
dilakukan pengukuran.
Untuk menyimpan project dilakukan langkah-langkah yaitu dari menu sub file - Save As,
setelah itu ketikkan nama file yang dikehendaki.
3.5 Mengubah Legenda Dalam View
Doble klik pada legenda sehingga didapatkan menu/gambar sebagai berikut
Gambar 3.8 Tampilan Legend Editor
Memberi
nama
baru Memberi
nama
creator
Mengambil legenda
yang telah disimpan
Menyimpan data
legenda
Nama Theme
Ditampilkan dalam
bentuk satu symbol
Satu Simbol, warna
gradasi
Simbol Gradasi
Simbol untuk
masing-masing Dalam bentuk chart
48
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
3.6 Tabel/Atributes
Attribute adalah data tabular yang menyertai data spasial. Attribute disimpan
dalam format Dbase. Untuk menampilkan attribute yang dimiliki oleh View dapat
dilakukan dengan menekan tombol sehingga didapat tampilan sebagai berikut.
Gambar 3.9 Tampilan Data Attributes
Untuk menambah Kolom/Filed dilakukan dengan cara mengklik menu Table - Start
Editing, Edit - Add Field. Jika ingin menambah baris dengan cara Klik menu Edit - Add Record.
Gambar 3.10 Tampilan Penambahan Kolom
Gambar 3.11 Tampilan Sub Menu File Attribute
Nama Kolom
Jumlah karakter
huruf atau angka Jumlah angka
dibelakang koma
Jenis data :
Number = angka
String = huruf
Boolean = pengandaian,
ekspresi
Date = tanggal
Select All
Switch Selection
Clear Selection
Buat Chart
Find
Query Builder
Disusun keatas Joint Table Menjumlah Calculate
Identify Edit Data
Pilih
49
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
Mengisi Informasi Dasar
Data attribute tiap .shp haruslah memiliki informasi dasar agar menjadi data GIS yang
lengkap. Informasi dasar ini antara lain :
Point : Informasi Keterangan Line : Informasi Panjang, Keterangan
Polygon : Informasi Luas, Keliling, Keterangan
3.7 Pemodelan Daerah Aliran Sungai
Pemodelan Daerah Aliran Sungai (DAS) dilakukan dengan cara yaitu
membangkitkan DEM terlebih dahulu, menentukan arah aliran (flow direction), akumulasi aliran (flow accumulation), pembangkitan jaringan sungai sintetik, dan
kalkulasi parameter daerah aliran sungai. Pemodelan DAS dari suatu grid adalah dengan
memanfaatkan kemampuan analisa dan manipulasi dalam Sistem Informasi Geografi
(SIG), yaitu melalui penerapan algoritma tertentu untuk memanipulasi hubungan suatu
cell dengan cell-cell tetangganya.
Digital Terrain Model (DTM) atau juga biasa disebut (Digital Elevation Model) adalah salah satu metode pendekatan yang bisa dipakai untuk memodelkan relief
permukaan bumi dalam bentuk 3 dimensi. Metode DEM tersebut dapat dipakai sebagai
model, analisa dan representasi fenomena yang berhubungan dengan topografi atau
permukaan lain. Penggunaan model permukaan digital dalam proses analisis limpasan
permukaan mempresentasikan permukaan relief bumi akan membantu ketelitian dalam
mengidentifikasikan kemiringan lahan, arah aliran, akumulasi aliran, panjang lintasan
aliran dan penentuan daerah pengaliran. Terdapat beberapa metode untuk menggambarkan bentuk permukaan bumi
dalam model permukaan digital, antara lain model grid dalam bentuk bujursangkar,
model TIN (Triangulated Irregular Network) dalam bentuk segitiga, segiempat atau
segienam beraturan. Dari berbagai metode yang ada dalam menggambarkan relief bumi,
maka metode bujursangkar merupakan metode yang paling banyak digunakan. Model
permukaan digital dengan format grid yang dikenal dengan bentuk sel yang beraturan (bujur sangkar), memungkinkan untuk dianalisa lebih lanjut diantaranya untuk
mendapatkan skema dan parameter topografi suatu Daerah Aliran Sungai.
Untuk dapat memodelkan DAS, terlebih dahulu software ArcView GIS 3.3
diberikan extension (plug-ins) 3D Analyst, Spatial Analyst, Hydrologic Modeling V 1.1,
dan AVSWAT 2000. Extension adalah modul tambahan/perangkat tambahan untuk
meningkatkan fungsionalitas ArcView di bidang-bidang aplikasi tertentu. Untuk menambahkan extension tersebut kedalam ArcView dilakukan dengan cara menginstall
extension tersebut secara benar. Hasil dari proses instalasi ini adalah sejumlah file yang
masuk kedalam direktori dimana ArcView di Install. Setelah extension ter-install maka
langkah selanjutnya adalah mengaktifkan extension 3D Analyst, Spatial Analyst,
Hydrologic Modeling V 1.1, dan AVSWAT 2000 serta meng-add peta kontur yang terlebih
dahulu sudah di eksport kedalam format *.shp. Tampilan pada ArcView setelah 3D
Analyst, Spatial Analyst, Hydrologic Modeling V 1.1, dan AVSWAT 2000 diaktifkan adalah akan mencul tampilan awal dari AVSWAT dan terdapat submenu file Analysis, Surface,
Hydro, dan Avswat pada view Watershed serta jendela Watershed Deliniation. Untuk
membangkitkan DEM klik sub menu Surface lalu pilih Create TIN from Features. Setelah
proses selesai untuk mengubah kebentuk Grid maka pilih sub menu Theme lalu Convert
to Grid.
50
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
Gambar 3.12 Tampilan Awal Extension AVSWAT 2000
Gambar 3.13 Tampilan Watershed Deliniation
Gambar 3.14 Tampilan Sub Menu pada View Watershed Setelah Extension
Sub Menu
Analysis,
Surface dan
Hydro
Sub Menu
Avswat
51
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
3D Analyst, Spatial Analyst, Hydrologic Modeling V 1.1, dan AVSWAT 2000 Diaktifkan
Gambar 3.15 Tampilan DEM dalam bentuk Grid
Setelah dilakukan pembangkitan DEM maka langkah selanjutnya adalah
menentukan arah aliran (flow direction), akumulasi aliran (flow accumulation), dan
pembangkitan jaringan sungai sintetik. Untuk menentukan arah aliran suatu sel dari
DEM ditentukan dengan membandingkan elevasi sel tersebut dengan elevasi 8 (delapan)
tetangganya yang bersebelahan. Maka aliran dari sel ini akan mengalir ke arah sel yang memiliki kemiringan relatif paling curam terhadap sel yang akan ditentukan arah
alirannya.
Akumulasi aliran didefinisikan sebagai banyaknya sel yang memberikan kontribusi
aliran pada suatu sel berdasarkan grid arah aliran yang telah ditentukan sebelumnya.
Penjumlahan akumulasi aliran ini dimulai dari daerah hulu, lalu menelusuri tiap sel satu
per satu kearah hilir berdasarkan grid arah aliran. Sel-sel dengan akumulasi aliran lebih besar Sel dengan akumulasi aliran 0 (tidak ada sel lain yang memberikan konstribusi
aliran) merupakan daerah yang topografinya tinggi. Biasanya berupa punggung-
punggung bukit yang selanjutnya diidentifikasikan sebagai batas DPS. Sedangkan sel-sel
dengan jumlah akumulasi aliran tinggi, biasanya mengidentifikasikan saluran sungai.
Jaringan sungai sungai sintetik diperoleh dengan menentukan batas minimum
jumlah konstribusi aliran yang diterima oleh suatu sel yang bisa dianggap sebagai awal
dari saluran sungai. Sel-sel yang yang memiliki value = 1 akan diekstrak dan dikonvert ke model data vektor berupa garis yang merepresentasikan sungai sintetik. Penentuan
batas minimum akumulasi aliran akan mempengaruhi jaringan sungai sintentik yang
dihasilkan, jika batas minimumnya kecil maka akan terdapat banyak sungai-sungai kecil.
Sebaliknya jika batas minimumnya besar, sungai-sungai kecil akan tereliminasi dan
menjadi satu dengan sungai yang lebih besar daerah tangkapan airnya.
Parameter Daerah Aliran Sungai
Pada suatu DEM daerah tangkapan air dengan menentukan sel-sel mana saja
yang memberikan konstribusi aliran pada suatu sel outlet yang ditentukan sebelumnya
berdasarkan gid arah aliran. Setelah mendapatkan skema DAS/Sub-DAS, maka
parameter tiap Sub DAS bisa dikalkulasi menggunakan GIS interface. Adapun
52
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
parameter-parameter yang bisa diperoleh dalam pemodelan ini adalah luasan DAS/Sub
DAS, aliran terpanjang, panjang sungai, kemiringan rata-rata sungai, kemiringan lereng,
dan kordinat pusat DAS.
Gambar 3.16 Tampilan Jaringan Sungai Sintetik dan
DAS Hasil Pembangkitan DEM
Gambar 3.16 Tampilan Jaringan Sungai Sintetik dan DAS Hasil Pembangkitan DEM
Gambar 3.17 Tampilan Jaringan Sungai Sintetik dan DAS Hasil Pembangkitan DEM
Setelah Proses Calculation
53
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
Setelah proses kalkulasi parameter DAS selesai maka hasil kalkulasi diubah kebentuk
shapefile, dengan cara klik sub menu Theme lalu Convert to Shapefile.
Gambar 3.18 Batas DAS, Sub-sub DAS, Sungai, dan Outlet Berformat *.shp
Gambar 3.19 Atribut Sub-sub DAS (Subbasins)
54
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
Gambar 3.20 Atribut Sungai (Streams)
3.8 Menggunakan Fasilitas Geoprocessing Untuk menampilkan fasilitas geoprocessing dalam view dengan cara mengaktifkan
Extension Geoprocessing sehingga muncul tampilan sebagai berikut :
Gambar 3.21 Tampilan Pemilihan Extensions Geoprocessing
Syarat untuk menggunakan fasilitas Geoprocessing adalah harus ada satu atau lebih
shape polygon dalam view. Cara untuk menampilkan fasilitas ini yaitu dengan mengklik
55
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
menu View - Geoprocessing Wizard sehingga muncul tampilan Geoprocessing dengan 6
operasi.
Gambar 3.22 Tampilan GeoProcessing
Dissolve, (penggabungan klas/ID - attribute yang sama) pilih operasi Dissolve - Next,
setelah itu isi masing-masing item kemudian next. Jika perlu dapat ditambahkan filed
(kolom) keterangan theme hasil Dissolve kemudian Finish.
Gambar 3.23 Tampilan GeoProcessing Dissolve 1
Theme yg akan di
Dissolve
Attribute dari theme yg
akan di Dissolve
Lokasi hasil file
theme Dissolve
Field (kolom) keterangan
yang dapat ditambahkan
pada theme hasil Dissolve
56
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
Gambar 3.24 Tampilan GeoProcessing Dissolve 2
Merge - Next, isi/pilih item-item yang ada pada tampilan berikutnya kemudian Finish.
Gambar 3.25 Tampilan GeoProcessing Merge 1
Gambar 3.26 Tampilan GeoProcessing Merge 2
Clip - Next, Isi/pilih item-item yang ada pada tampilan berikutnya kemudian Finish.
Gambar 3.27 Tampilan GeoProcessing Clip 1
Pilihan theme yg akan
dimerger, minimal 2
Field theme yg akan dijadikan
dasar hasil merger
Nama file theme
hasil merger
57
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
Gambar 3.28 Tampilan GeoProcessing Clip 2
Intersect - next, Isi/pilih yang ada pada tampilan berikutnya kemudian Finish.
Gambar 3.29 Tampilan GeoProcessing Intersect 1
Theme yg akan di-Clip
Theme yg akan dipakai
untuk Clip (memotong)
Nama Theme hasil proses
Clip (memotong)
Theme input untuk Intersect
Theme overlay yg
dipakai untuk Intersect
Nama File Theme hasil
proses Intersect
58
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
Gambar 3.30 Tampilan GeoProcessing Intersect 2
Union - next, isi/pilih item-item yang ada pada tampilan berikutnya kemudian Finish.
Gambar 3.31 Tampilan GeoProcessing Union 1
Gambar 3.32 Tampilan GeoProcessing Union 2
Spatial Join - Next, isi/pilih item-item yang ada pada tampilan berikutnya kemudian
Finish.
Gambar 3.33 Tampilan GeoProcessing Spatial Join 1
Theme input untuk Union
Theme overlay yg
dipakai untuk Union
Nama File Theme hasil
proses Union
59
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
Gambar 3.34 Tampilan GeoProcessing Spatial Join 2
3.9 Proses SIG : Overlay (Membuat Peta Sebaran Debit Banjir Metode Rasional)
Proses pembuatan peta sebaran debit banjir metode rasional modifikasi
menggunakan analisa overlay. Analisa overlay didapat dengan mengaktifkan extension geoprocessing pada software ArcView GIS 3.3. Dari sub menu GeoProcessing yang dipilh
untuk proses overlay adalah Intersect. Untuk melakukan overlay terlebih dahulu dibuat
peta tatagunalahan (koefisien C), peta intensitas hujan (I). Koefisien Cs dan Intensitas
Hujan (I) dimasukkan kedalam data atribut peta sub-sub DAS (hasil pembangkitan DEM)
sedangkan untuk luasan (A) dihitung setelah peta dioverlay. Perhitungan debit banjir
rasional menggunakan fasilitas calculate pada data atribut peta sebaran debit banjir.
Gambar 3.35 Tampilan GeoProcessing Intersect & Peta yang Akan DiOverlay
Theme yg dijadikan
tempat bergabung
Theme yg akan digabung
60
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
Gambar 3.36 Tampilan Peta Sebaran Q Rasional
Gambar 3.37 Tampilan Data Atribut Peta Sebaran Q Rasional
61
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
3.10 Membuat Layout Aktifkan tombol Layout (pada project) dan tekan new sehingga muncul dokumen
baru dengan nama Layout 1.
ArcView akan memberikan pilihan untuk menyusun layout dengan pilihan :
Untuk menampilkan view, tekan tombol menampilkan view dan buatlah frame pada
dokumen layout sehingga didapat menu sebagai berikut :
Gambar 3.38 Tampilan View Frame Properties
Untuk menampilkan legenda, tekan tombol untuk menampilkan legenda dan buatlah
frame untuk tampilan legenda pad lembar layout, maka akan didapat menu sebagai
berikut :
Menampilkan View
Menampilkan Legenda
Menampilkan Skala
Menampilkan Arah Mata Angin
Menampilkan Chart
Menampilkan Tables
Menampilkan Gambar
Pilih view yg akan ditampilkan misal : jayapura
Apabila diaktifkan, pada setiap view berubah
maka tampilan akan berubah.
Pilihan Skala yaitu :
Automatic, tampilan berubah sesuai frame
Preserve View Scale, sesuai tampilan view
User Specified Scale, sesuai definisi pengguna Pilihan extent yaitu :
Fill view frame, seluruh frame dipenuhi
Clip to view, ditampilkan sesuai view Pilihan Display yaitu :
When active, tampil apabila view aktif
Always, selalu tampil meski view tidak aktif Pilihan Quality yaitu :
Presentation, untuk hasil akhir
Draft, untuk uji coba
62
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
Gambar 3.39 Tampilan Legend Frame Properties
Untuk menampilkan skala, tekan tombol untuk menampilkan skala dan buatlah frame
untuk tampilan skala pada lembar layout, maka akan didapat tampilan menu sebagai
berikut :
Gambar 3.40 Tampilan Scale Bar Properties
Untuk menampilkan mata angin, tekan tombol untuk menampilkan mata angin dan
buatlah frame untuk tampilan mata angin pada lembar layout, maka akan didapat
menu sebagai berikut :
Pilihan style
Satuan
Interval Jarak
Jumlah Interval
Pembagian sisi Kiri
63
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
Gambar 3.41 Tampilan North Arrow Manager
Untuk menampilkan grafik, tekan tombol untuk menampilkan grafik dan buatlah frame untuk tampilan grafik pada lembar layout.
Untuk menampilkan tables/attributes, tekan tombol untuk menampilkan
tables/attributes dan buatlah frame untuk tampilan tables/attributes pada lembar
layout.
Untuk menampilkan gambar, tekan tombol untuk menampilkan gambar dan buatlah
frame untuk tampilan gambar pada lembar layout.
Membuat Graticules and Grids
Mengaktifkan exstensions Graticules and Measure Grids.
Mengaktifkan Button Graticules and Grids dengan cara clik view yang sudah
tampil pada lembar layout.
Clik button Graticules and Grids hingga muncul tampilan seperti di bawah ini kemudian next.
Gambar 3.42 Tampilan Graticule and Grid Wizard 1
Isi item-item untuk pilihan grid kemudian next Isi item-item untuk pilihan border kemudian next
Clik preview untuk mengetahui bentuk graticules and grid, jika sudah selesai clik
Finish.
Membuat grid
dengan satuan
ukuran tertentu
Interval Grid
Grid yg ditampilkan;
tanda, garis
Tebal Garis grid
Warna label dan grid
Jenis huruf label
Ukuran label
Bentuk teks tabel
64
Mata Kuliah / MateriKuliah 2012 Brawijaya University
Gambar 3.43 Tampilan Graticule and Grid Wizard 2
Gambar 3.44 Tampilan Graticule and Grid Wizard 3
Gambar 3.45 Tampilan Contoh Layout Debit Banjir Rasional
Border di sekitar
frame view
Border di sekitar
graticule/grid
Label sejajar
dengan border
Warna garis border
frame view
Bentuk garis border
frame view
Warna garis border
graticule/grid
Bentuk garis border
graticule/grid