9
PENGARUH PSIKOSOSIAL TERHADAP PERILAKU PENYALAHGUNAAN NAPZA ABSTRAK Latar belakang Perilaku penyimpangan penyalahgunaan dan narkoba pengaruh terhadap psikososial seperti keluarga, teman, masyarakat, dan harga diri, serta pengetahuan tentang penyalahgunaan narkoba Diskusi kasus Seorang Pria berinsial E berumur 38 tahun. Sudah menjalani masa rehabilitasi di unit perawatan primer RSKO (Rumah Sakit Ketergantungan Obat). Pasien mengakui bahwa memakai narkoba karena di ajak sama temannya saat di klub dan kurangnya perhatian dari orangtuanya sehingga dia lari dengan memakai napza. Diskusi Pengaruh psikososial dalam keluarga dimana terjadi ketidakharmonisan dalam keluarga merupakan factor yang berkontribusi bagi terjadinya penyalahgunaan NAPZA dan juga faktor psikososial seperti keluarga, teman, masyarakat, dan harga diri, serta pengetahuan tentang penyalahgunaan narkoba. Kesimpulan Menurut psikodinamikanya dikenal ada tiga faktor yang berperan dalam terjadinya penyalahgunaan NAPZA. Faktor tersebut yaitu (1) Faktor kontribusi keluarga yang meliputi keintiman hubungan remaja dengan orang tua, pola asuh, kehidupan,dan ketaatan beragama, (2) Faktor predisposisi meliputi kecemasan, antisosial dan kecenderungan memiliki kepribadian neurotik dan 1

Pengaruh Psikososial Terhadap Prilaku Penyalahgunaan Napza

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sadasd

Citation preview

PENGARUH PSIKOSOSIAL TERHADAP PERILAKU PENYALAHGUNAAN NAPZAABSTRAKLatar belakangPerilaku penyimpangan penyalahgunaan dan narkoba pengaruh terhadap psikososial seperti keluarga, teman, masyarakat, dan harga diri, serta pengetahuan tentang penyalahgunaan narkobaDiskusi kasus Seorang Pria berinsial E berumur 38 tahun. Sudah menjalani masa rehabilitasi di unit perawatan primer RSKO (Rumah Sakit Ketergantungan Obat). Pasien mengakui bahwa memakai narkoba karena di ajak sama temannya saat di klub dan kurangnya perhatian dari orangtuanya sehingga dia lari dengan memakai napza.DiskusiPengaruh psikososial dalam keluarga dimana terjadi ketidakharmonisan dalam keluarga merupakan factor yang berkontribusi bagi terjadinya penyalahgunaan NAPZA dan juga faktor psikososial seperti keluarga, teman, masyarakat, dan harga diri, serta pengetahuan tentang penyalahgunaan narkoba.KesimpulanMenurut psikodinamikanya dikenal ada tiga faktor yang berperan dalam terjadinya penyalahgunaan NAPZA. Faktor tersebut yaitu (1) Faktor kontribusi keluarga yang meliputi keintiman hubungan remaja dengan orang tua, pola asuh, kehidupan,dan ketaatan beragama, (2) Faktor predisposisi meliputi kecemasan, antisosial dan kecenderungan memiliki kepribadian neurotik dan (3) Faktor pencetus meliputi pengaruh lingkungan teman sekelompok dan ketersediaan NAPZA sendiri serta penyimpangankondisi psikososial pada individu seperti depresi pada penyalahgunaan NAPZA.

Keyword : psychosocial dan drug abuse

PENDAHULUANPerkembangan dan pertumbuhan yang pesat di bidang teknologi, ekonomi, sosial, dan budaya selain berdampak positif terhadap kemajuan masyarakat juga menimbulkan akses negative, yaitu terbentuknya pola kehidupan yang serba instant dan dipacu oleh waktu serta diwarnai persaiangan hidup yang keras, sehingga bagi manusia yang tidak bisa beradaptasi, mereka dapat mengalami stres. Akibat lebih lanjut terjadi pula dalam kehidupan keluarga, perhatian orang tua terhadap keluarga menjadi berkurang dan komunikasi yang terjalin pun tidak sehangat dulu lagi. Hal ini akan berpengaruh pada perkembangan kepribadian anak, mereka akan mencari sesuatu di luar untuk menghilangkan rasa tidak aman dan frustasinya (Yatim). Ditambah pula dengan maraknya dunia hiburan yang mempengaruhi pergaulan anak, seperti diskotik, VCD, kafe, dan sebagainya yang ditawarkan sebagai obat melepas stress namun justru menjerumuskan ke pergaulan yang salah. Perubahan-perubahan inilah yang menyebabkan peningkatan kasus penyalahgunaan terhadap narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA) dan stress psikososial. (Maltz 1996, hal 251)Berdasarkan dari data yang tercatat di Badan Narkotika Nasional (BNN) pemakai narkoba di Indonesia pada tahun 2008 tercatat sekitar 3,6 juta jiwa atau 2% dari jumlah penduduk Indonesia. Tetapi pada kenyataannya angka pemakai narkoba melebihi data yang ada di BNN (Rahman, 2011).

PRESENTASI KASUS Tuan E berusia 38 tahun berasal dari Medan yang saat ini berstatus sebagai duda. Ia sudah pernah menikah selama 1 tahun dan sudah mengalami perceraian sejak 1 tahun yang lalu, belum pernah mempunyai anak. Ia berprofesi sebagai pengusaha di sebuah importer di daerah Sumatera Utara, Tuan E seorang Nasrani. Tuan E pertama kali mengenal narkoba semenjak 15 tahun yang lalu dan memakai inex saat masih tinggal di Medan, kemudian ia mengasingkan diri dan pergi ke Riau. Setelah itu dia pergi ke Batam untuk bekerja di suatu perusahaan oli dan masuk kedalam lingkungan pergaulan orang-orang yang menggunakan narkotika. Perjalanan hidupnya berlanjut ke Pulau Natuna dan berganti profesi untuk bekerja di perusahaan minyak. Selain inex ia juga mengkonsumsi shabu-shabu dengan tujuan untuk menghilangkan rasa sakit akibat cidera rahang. Sempat berhenti menggunakan lalu mulai memakai kembali.Ia mengenal dunia narkotika dari lingkungan pergaulan, dan dengan mudah mendapatkan narkotika dari teman-temannya. Awalnya ia hanya coba-coba menggunakan narkotika sebagai pelarian karena lingkungan keluarga yang tidak harmonis, tidak pernah mendapatkan perhatian penuh dari kedua orang tuanya. Ia tidak pernah berurusan dengan pihak kepolisan akibat penyalahgunaan narkotika. Tuan E sudah berada di rehabilitasi RSKO selama 1 tahun. Ia masuk RSKO atas keinginan keluarganya

DISKUSIMenurut psikodinamikanya dikenal ada tiga faktor yang berperan dalam terjadinya penyalahgunaan NAPZA. Faktor tersebut yaitu (1) Faktor kontribusikeluarga yang meliputi keintiman hubungan remaja dengan orang tua, pola asuh, kehidupan,dan ketaatan beragama, (2) Faktor predisposisi meliputi kecemasan, antisosial dan kecenderungan memiliki kepribadian neurotik dan (3) Faktor pencetus meliputi pengaruh lingkungan teman sekelompok dan ketersediaan NAPZA sendiri serta penyimpangankondisi psikososial pada individu seperti depresi pada penyalahgunaan NAPZA.Penelitian Hatterer (1983) menggambarkan pengaruh (tekanan) teman kelompok sebagai faktor pencetus timbulnya penyalahgunaan zat adalah ketakutan karena ketidakmampuan/kegagalan berinteraksi/bersaing dengan teman kelompok yang lebih mapan. Intimidasi oleh teman kelompok, penyangkalan akan ketidakmampuannya dengan jalan memperlihatkan perilaku agresif antisosial sebagai penjelmaan dari perilaku penyalahguna zat, induksi dari teman kelompok, pencapaian kemapanan identitas, sesuai dengan standar yang dianut mayoritas kelompok, kegagalan untuk mengukur kemampuan dengan kelompok yang tingkatan kehidupan sosialnya lebih baik dan lebih tinggi darinya.Menurut Bailon dan Maglaya (1978) mendefinisikan keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. Salah satu aspek psikososial yang merupakan faktor kontribusi pada penyalahgunaan zat adalah faktor keluarga; keutuhan keluarga, kesibukan orang-tua, dan hubungan antar pribadi antar anggota keluarga. Kondisi keluarga yang tidak baik (disfungsi keluarga) merupakan faktor kontribusi bagi terjadinya penyalahgunaan zat. Rutter (1980) mengemukakan hal-hal berikut sebagai faktor-faktor itu : a. Kematian orang-tua ("broken home by death"). b. Kedua orang-tua bercerai atau pisah ("broken home by divorce/separation"). c. Hubungan orang-tua yang tidak harmonis ("poor marriage"). d. Hubungan anak-orang-uta tidak baik/buruk ("poor parent-child relationship") e. Suasana rumah tangga yang tegang ("high tension") f. Suasana rumah tangga tanpa kehangatan ("low warmth") g. Orang-tua sibuk dan jarang di rumah ("absent") h. Orang-tua memiliki kelainan kepribadian ("personality disorder") Selain lingkungan kelurga terdapat juga factor lain yang mempengaruhi yaitu berasal dari lingkungan teman kelompok. Penelitian Hatterer (1983) menggambarkan pengaruh (tekanan) teman kelompok sebagai faktor pencetus timbulnya penyalahgunaan zat sbb: a. Ketakutan karena ketidakmampuan/kegagalan berinteraksi/bersaing dengan teman kelompok yang lebih mapan. Intimidasi oleh teman kelompok b. Penyangkalan akan ketidakmampuannya dengan jalan memperlihatkan perilaku agresif antisosial sebagai penjelmaan dari perilaku penyalahguna zat. c. Induksi dari teman kelompok. d. Pencapaian kemapanan identitas, sesuai dengan standar yang dianut mayoritas kelompok. e. Kegagalan untuk mengukur kemampuan dengan kelompok yang tingkatan kehidupan sosialnya lebih baik dan lebih tinggi darinya

KESIMPULANFactor psikososial yang dapat berkontribusi terhadap perilaku penyalahgunaan NAPZA diantaranya adalah tiga faktor yang berperan dalam terjadinya penyalahgunaan NAPZA. Faktor tersebut yaitu (1) Faktor kontribusikeluarga yang meliputi keintiman hubungan remaja dengan orang tua, pola asuh, kehidupan,dan ketaatan beragama, (2) Faktor predisposisi meliputi kecemasan, antisosial dan kecenderungan memiliki kepribadian neurotik dan (3) Faktor pencetus meliputi pengaruh lingkungan teman sekelompok dan ketersediaan NAPZA sendiri serta penyimpangankondisi psikososial pada individu seperti depresi pada penyalahgunaan NAPZALingkungan teman-teman kelompok juga memberikan pengaruh besar terhadap terbentuknya perilaku penyalahgunaan NAPZA. Pengaruh (tekanan) teman kelompok sebagai faktor pencetus timbulnya penyalahgunaan zat adalah ketakutan karena ketidakmampuan/kegagalan berinteraksi/bersaing dengan teman kelompok yang lebih mapan. Intimidasi oleh teman kelompok, penyangkalan akan ketidakmampuannya dengan jalan memperlihatkan perilaku agresif antisosial sebagai penjelmaan dari perilaku penyalahguna zat, induksi dari teman kelompok, pencapaian kemapanan identitas, sesuai dengan standar yang dianut mayoritas kelompok, kegagalan untuk mengukur kemampuan dengan kelompok yang tingkatan kehidupan sosialnya lebih baik dan lebih tinggi darinya.

UCAPAN TERIMA KASIH Pada bagian ini penulis berterima kasih kepada Fakultas Kedokteran Universitas YARSI yang telah memfasilitasi dalam pelaksanaan blok Elektif. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Cibubur beserta seluruh staffnya untuk mengizinkan kami untuk melaksanakan kegiatan lapangan disana. Juga untuk pasien Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Cibubur untuk dimintai keterangannnya sebagai bahan pembelajaran untuk kami dalam melaksanakan blok Elektif khususnya bidang kepeminatan drug abuse. Dan terima kasih kepada DR. drh. Hj. Titiek Djannatun selaku koordinator penyusun Blok Elektif, dr. Hj. RW. Susilowati, M.Kes selaku koordinator pelaksana Blok Elektif, dr. Nasrudin Noor, SpKJ selaku dosen pengampu bidang kepeminatan Ketergantungan Obat/Drug Abuse. Serta kepada dr. Erlina Wijayanti, MPH sebagai pembimbing kelompok 7 yang telah memberikan bimbingannya, serta teman-teman kelompok 7 drug abuse dan rekan-rekan calon sejawat Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi.

DAFTAR PUSTAKAAnthony P. Jurich et al. 1985. Family factors in the lives of drug users and abusers, Adolescence 20 (77): 143-159

Bailon SG, Maglaya A. 1978. Perawatan Kesehatan Keluarga Suatu Pendekatan Proses (Terjemahan). Jakarta. Pusdinakes

Hawari Dadang. 1995. Antisipasi Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Alkohol & Zat Adiktif lainnya, aspek medic psikiatrik psikososial dan psikoreligius. Diskusi panel majalah forum. FKUI

Ricardo P. 2010. Upaya Penanggulangan Prnyalahgunaan Narkoba oleh Kepolisian studi kasus satuan narkoba polres metro bekasi. Jurnal Kriminologi Indonesia. Vol.6. No III. Hal 232-245

Stein JA, Dixon EL, Nyamathi AM. 2008. Effects of Psychosocial and situational variables on substances abuse among homeless adult. NIH Public Access. Vol. 22 (3). P 410- 416

1