36
LAPORAN KASUS Oleh : MARIA MONALISA DERIZKALIA SYAHPUTRI RIA AMELIA MONICA OKTARIYANTHY SONIA HARDIANTI IVO ANJANI KOLELITHIASIS Dokter Pembimbing: dr. Tiur .R. Purba.SP.B

PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

LAPORAN KASUS

 Oleh :

MARIA MONALISADERIZKALIA SYAHPUTRI

RIA AMELIAMONICA OKTARIYANTHYSONIA HARDIANTIIVO ANJANI

KOLELITHIASIS

Dokter Pembimbing:dr. Tiur .R. Purba.SP.B 

Page 2: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

PENDAHULUAN

Page 3: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanyaDi Amerika Serikat, terhitung lebih dari 20 juta orang Amerika dengan batu empedu dan dari hasil otopsi menunjukkan angka kejadian batu empedu paling sedikit 20% pada wanita dan 8% pada laki-laki di atas umur empat puluhan.Tingkat insidens batu empedu selama 5 tahun untuk pria pada umur 30, 40, 50 dan 60 tahun masing masing merupakan 0.3%, 2.9%, 2.5% dan 3.3%, sementara untuk wanita merupakan 1.4%, 3.6%, 3.1% dan 3.7%. Penelitian di Jakarta (2009) pada 51 pasien didapatkan batu pigmen pada73% pasien dan batu kolesterol pada 27%pasien (menurut divisi Hepatology, Departemen IPD, FKUI/RSCM Jakarta Mei 2009

Latar belakang

Page 4: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

TINJAUAN PUSTAKA

Page 5: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

Anatomi Kandung Empedu

Page 6: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

Fisiologi

Empedu diproduksi oleh sel hepatosit sebanyak 500-1000 ml/hari

Fungsi primer dari kandung empedu adalah memekatkan empedu dengan absorpsi air dan natrium

Pengaliran cairan empedu diatur oleh tiga faktor, yaitu sekresi empedu oleh hati, kontraksi kandung empedu, dan tahanan sfingter koledokus

Page 7: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

Epidemiologi Faktor Resiko

◦ Jenis Kelamin : wanita mempunyai resiko 3 kali lipat terkena kolelitiasis.

◦ Usia : orang dengan usia > 60 tahun.◦ Berat Badan : tingginya BMI maka akan membuat

kadar kolesterol dalam kandung empedu pun akan tinggi.

◦ Makanan ◦ Riwayat keluarga ◦ Aktifitas fisik◦ Penyakit usus halus◦ Nutrisi intravena jangka lama

Page 8: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

Etiologi Batu kolesterol

ini berhubungan dengan jenis kelamin wanita, ras eropa, penduduk asli Amerika, penambahan usia. Faktor lain : obesitas, kehamilan, kandung empedu yang statis, obat dan keturunan.

Batu pigmenini terjadi pada penderita dengan high heme turnover.

Page 9: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

Patogenesis

Page 10: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

Patofisiologi Batu kolesterol Batu pigmen Bat u campuran

Page 11: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

Manifestasi klinis

Koledokolitiasis

Kolesistolitiasis

Page 12: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

Diagnosis

AnamnesisPemeriksaan

fisikPemeriksaan penunjang

Page 13: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

Penatalaksanaan Asimptomatik Simptomatik

Page 14: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

LAPORAN KASUS

Page 15: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

Ny, A, perempuan, 45 tahun, BB 65 kg, Islam, Melayu, Ibu Rumah Tangga, datang ke IGD RSUP HAM dengan keluhan utama nyeri perut kanan atas. Hal ini dialami pasien sejak ± 1 tahun sebelum masuk rumah sakit. Nyeri bersifat hilang timbul, nyeri memberat setelah makan makanan berlemak dan menghilang dengan obat anti nyeri. Keluhan mual dan muntah dijumpai. Demam tidak dijumpai. Mata kuning dijumpai sejak ± 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, kemudian diikuti dengan kuning di seluruh tubuh. Os selama ini sering mengkonsumsi makanan berlemak. Riwayat sakit kuning sebelumnya tidak dijumpai. BAK (+) warna pekat, volume ± 1000 ml per hari. BAB (+), warna pucat seperti dempul.

RPT : - RPO : paracetamol,ponstan

ANAMNESA

Page 16: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

STATUS PRESENS

Kesadaran: Alert BB: 65kg TD : 110/70 mmHg TB : 155 cm HR : 76 x/i RR : 20 x/i T : 370C VAS: 5

PEMERIKSAAN FISIK

Page 17: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

STATUS LOKALISATA Kepala : Bulat, simetris Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat (-/-)

Sklera ikterik (+/+) Pupil isokor, diameter 3 mm, refleks

cahaya (+/+) Telinga/ Hidung/ Mulut : tidak dijumpai kelainan

Leher :TVJ R-2 cmH2O, trakea medial, pembesaran KGB (-)

Thorax : Inspeksi : Simetris kanan = kiri Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru Auskultasi : SP : vesikuler, ST : (-)

PEMERIKSAAN FISIK

Page 18: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

Jantung: Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat Palpasi : iktus kordis teraba di 1 cm medial LMCS Perkusi : Batas jantung normal Auskultasi : S1, S2 reguler, HR 76 x/I, Murmur (-) Gallop

(-)

Abdomen : Inspeksi : Simetris Palpasi : Soepel, nyeri tekan di regio

hipokondrium kanan Hepar/Lien/Renal : tidak teraba

Perkusi : Timpani Auskultasi : Peristaltik (+) normal

PEMERIKSAAN FISIK

Page 19: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

Genitalia : Jenis kelamin perempuan, tidak dijumpai kelainan.

Ekstremitas :Superior/ Inferior :Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-)

PEMERIKSAAN FISIK

Page 20: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

Jenis pemeriksaan Hasil RujukanHEMATOLOGIHemoglobin (HGB) 12,80 g% 13,2-17,3

Eritrosit 4,41 x 106/mm3 4,20-4,87

Leukosit (WBC) 9,77 x103/mm3 4,5-11x103

Hematokrit 33,60 % 43-49%

Trombosit (PLT) 282.000 150-450.103

FAAL HEMOSTASISWaktu Protrombin Pasien Kontrol

13,7 detik13,8 detik

INR 0,99APTT Pasien Kontrol

27,5 detik33,5 detik

Waktu Trombin Pasien Kontrol

14,6 detik17,5 detik

Pemeriksaan PenunjangHasil Laboratorium Darah (20 Oktober 2015)

Page 21: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

Jenis pemeriksaan Hasil RujukanHATIBilirubin Total 1,53 mg/dL < 1Bilirubin Direk 1,25 mg/dL 0 – 0,2 Fosfatase Alkali (ALP) 274 U/L 40 – 129 SGOT 49 U/L < 32SGPT 57 U/L < 31Albumin 3,9 g/dL 3,5 – 5,0GINJALUreum 10,60 mg/dL <50Kreatinin 0,70 mg/dL 0,50-0,90 ELEKTROLITNatrium (Na) 145 mEq/L 135-155Kalium (K) 3,9 mEq/L 3,6-5,5 Klorida (Cl) 102 mEq/L 96-106METABOLISME KARBOHIDRATGlukosa darah sewaktu 111,70 mg/dL <200 IMUNOSEROLOGIHbsAg Negatif NegatifAnti HCV Negatif Negatif

Kesimpulan: Hiperbilirubinemia + Peningkatan ALP + Peningkatan SGPT&SGOT`

Page 22: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

DiagnosisObstruksi jaundice d/t Cholelithiasis dan intrahepatic bile duct stone

Penatalaksanaan Tirah baring Diet hati III, rendah lemak IVFD Ringer Asetat 20 gtt/i makro Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam Inj. Ranitidin 50 mg/ 12 jam Rencana: Open Cholecystectomy

Page 23: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

Follow Up

Tanggal Follow Up20-10-2015

s/d23-10-2015

S: nyeri perut kanan atas, kuning seluruh tubuhO: Sens: CM HR: 76 - 84 x/i TD: 100 - 110/60 - 70 mmHg RR: 16 – 22 x/i Temp: 36,5 – 37 oC VAS: 5 Abdomen: distensi (-), soepel, nyeri tekan regio hipokondrium kanan, timpani, peristaltik (+) NA: Obstruksi jaundice d/t Cholelithiasis + IHBD stoneP: – Tirah baring Diet hati III, rendah lemak IVFD Ringer Laktat 20 gtt/i makro Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam Inj. Ranitidin 50 mg/ 12 jamRencana: Open Cholecystectomy (Senin, 26-10-2015)

Page 24: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

Follow Up Tanggal Follow Up

24-10-2015 S: nyeri perut kanan atas, kuning seluruh tubuhO: Sens: CM HR: 80 x/i TD: 110/60 mmHg RR: 20 x/i Temp: 36,7 oC VAS: 5 Abdomen: distensi (-), soepel, nyeri tekan regio hipokondrium kanan, timpani, peristaltik (+) NA: Obstruksi jaundice d/t CBD stone + IHBD stoneP: – Tirah baring Diet hati III, rendah lemak IVFD Ringer Laktat 20 gtt/i makro Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam Inj. Ranitidin 50 mg/ 12 jamRencana: Cek Laboratorium ulangan Konsul bagian Anestesi, Kardiologi, dan Paru untuk toleransi operasi

Page 25: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

FollowTanggal Follow Up

25-10-2015 S: nyeri perut kanan atas, kuning seluruh tubuhO: Sens: CM HR: 84 x/i TD: 120/60 mmHg RR: 20 x/i Temp: 36,6 oC VAS: 5 Abdomen: distensi (-), soepel, nyeri tekan regio hipokondrium kanan, timpani, peristaltik (+) NA:Obstruksi jaundice d/t CBD stone + IHBD stoneP: – Tirah baring Diet hati III, rendah lemak IVFD Ringer Laktat 20 gtt/i makro Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam Inj. Ranitidin 50 mg/ 12 jam Persiapan Operasi: puasa 6-8 jam sebelum operasi, personal dan oral

hygiene, Dulcolac tab 2 jam 18.00 dan Dulcolac supp 1 jam 22.00, persiapan darah 1 bag Whole Blood dan 2 bag PRC

Page 26: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

Follow Up Tanggal Follow Up

26-10-2015 S: nyeri perut kanan atas, kuning seluruh tubuhO: Sens: CM HR: 80 x/i TD: 110/70 mmHg RR: 16 x/i Temp: 36,8 oC VAS: 3 Abdomen: distensi (-), soepel, nyeri tekan regio hipokondrium kanan, timpani, peristaltik (+) NA: Obstruksi jaundice d/t Cholelitiasis + IHBD stoneP: Open Cholecystectomy hari ini (Senin, 26-10-2015) Terapi post op: Puasa TPN: 1 aminofluid + 1 Ivelip + 1 Dextrose 5% IVFD Ringer Laktat 20 gtt/i Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam Inj. Ranitidin 50 mg/ 12 jam

Page 27: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

Follow Up

Tanggal Follow Up27-10-2015 S: kuning seluruh tubuh

O: Sens: CM HR: 88 x/i TD: 110/60 mmHg RR: 16 x/i Temp: 36,9 oC VAS: 4 Abdomen: distensi (-), luka operasi tertutup verban, soepel, timpani, peristaltik (+) NA: Post Open Cholecystectomy d/t CholelitiasisP: – Puasa TPN: 1 aminofluid + 1 Ivelip + 1 Dextrose 5% IVFD Ringer Laktat 20 gtt/i Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam Inj. Ranitidin 50 mg/ 12 jam

Page 28: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

PEMBAHASAN

Page 29: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

pembahasan

teori kasus

Pada pasien dengan gejala umumnya dijumpai nyeri pada daerah epigastrium sampai dengan daerah hipokondrium kanan. Nyeri dapat bersifat menetap maupun hilang timbul (Kolik bilier). Nyeri umumnya akan bertambah setelah memakan makanan berlemak. Mual dan muntah juga dapat dijumpai. Gejala lain ialah demam yang dapat disertai dengan menggigil. Jaundice pada tubuh juga dapat muncul. Gejala-gejala jaundice obstruktif lain juga dapat muncul seperti urin berwarna coklat pekat serta feses berwarna pucat

Pasien pada awalnya datang dengan keluhan utama nyeri hilang timbul pada perut kanan atas. Nyeri yang timbul memberat setelah makan makanan berlemak. Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah. Riwayat demam dijumpai pada pasien namun tanpa menggigil. Riwayat mata kuning dijumpai pada pasien yang kemudian bertambah hingga ke seluruh tubuh. BAK dijumpai berwarna coklat gelap dan BAB pucat dijumpai juga pada pasien ini.

Page 30: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

pembahasan

teori kasus

Faktor resiko terjadinya kolelithiasis adalah jenis kelamin , Selain itu makanan,intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti setelah operasi gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu. Riwayat keluargajugamerupakansalah satu faktor resiko terjadinya kolelithiasis.

Pada pasien iniditemukan faktor resiko wanita dengan usia 44 tahun dan memilki riwayat suka mengkonsumsi lemak

Page 31: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

pembahasan

teori kasus

Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai sclera ikterik. Selain itu dapat dijumpai nyeri tekan pada perut kanan atas serta Murphy Sign yaitu nyeri tekan yang muncul ketika pasien menarik napas panjang. Pada pemeriksaan suhu tubuh dapat dijumpai demam

Pada pemeriksaan status presens dijumpai sclera ikterik pada inspeksi mata. Nyeri tekan perut kanan atas juga dijumpai saat pemeriksaan palpasi abdomen

Page 32: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

pembahasan

teori kasus

Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan leukositosis bila sedang terjadi inflamasi akut. Bilirubin serum dapat terjadi kenaikan ringan akibat obstruksi saluran empedu. Pemeriksaan enzim hati dapat dijumpai kelainan pada penyakit batu saluran empedu. Peningkatan kadar enzim alkali fosfatase dalam serum juga dapat menggambarkan obstruksi saluran empedu.

Pada pemeriksaan laboratorium pasien ini dijumpai adanya Peningkatan SGPT, SGOT, bilirubin total dan indirect serta alkali fosfatase

Page 33: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

pembahasan

teori kasus

Terapi suportif seperti istirahat cukup, diet rendah lemak, pemasangan IV Line, pemberian analgetik, antibiotic. Penanganan pada kasus asimptomatikdapat dilakukan dilusi batu empedu dan ESWL sedangkan pada kasus simptomatikdapat dilakukan kolesistektomi

Pada kasus ini Tatalaksana yang diberikan pada pasien terdiri dari terapi suportif yaitu tirah baring, diet hati rendah lemak, pemberian antibiotic, anti-emetik, analgetik dan antipiretik. Kemudian dilakukan operasi kolesistektomi.

Page 34: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

KESIMPULAN

Page 35: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

Batu empedu (kolelithiasis) merupakan gabungan dari beberapa unsur yang membentuk suatu material mirip batu yang dapat ditemukan dalam kandung empedu (kolesistolitiasis) atau di dalam saluran empedu (koledokolitiasis) atau pada kedua-duanya. Insiden kolelitiasis di negara barat adalah 20% dan banyak menyerang orang dewasa dan usia lanjut. Faktor resiko tersebut antara lain jenis kelamin,usia, BMI, makanan, riwayat keluarga,aktivitas fisik, penyakit usus halus,dan nutrisi. Diagnosis dari kolesistisis adalah dari anamnesis akan didapatkan nyeri di daerah epigastrium, kuadran kanan atas atau perikomdrium. Selain itu,ditemukan juga BAK berwarna the pekat dan BAB seperti dempul. Pada pemeriksaan ditemukan sklera ikhteric dan nyeri tekan dengan punktum maksimum didaerah letak anatomis kandung empedu disertai adanya tanda Murphy positif. Penatalaksanaan dari batu empedu tergantung dari stadium penyakit

Page 36: PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx

TERIMA KASIH