35
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA Jl. Terusan Arjuna No 6, Kebon Jeruk. Jakarta Barat KEPANITERAAN KLINIK STATUS ILMU JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA Hari/ Tanggal Ujian/ Presentasi Kasus: SMF ILMU JIWA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT Nama : Yossie Firmansyah Tanda tangan NIM : 11.2013.155 Dr. Pembimbing: dr. Lidya Esther Nurcahaya, SpKJ NOMOR REKAM MEDIS : 022791 Nama pasien : Ny. SF Nama dokter yang merawat : dr. Ia Sp. KJ Masuk RS pada tanggal : 14 Agustus 2014 di Ruang Gelatik. Rujukan / datang sendiri / keluarga : Diantar oleh keluarga pasien I. IDENTITAS PASIEN Nama (inisial) : Ny, SF 1

Revisi Status Psikiatri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ajkfajfjafa

Citation preview

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDAUNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANAJl. Terusan Arjuna No 6, Kebon Jeruk. Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIKSTATUS ILMU JIWAFAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDAHari/ Tanggal Ujian/ Presentasi Kasus:SMF ILMU JIWARUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT

Nama: Yossie FirmansyahTanda tanganNIM: 11.2013.155Dr. Pembimbing: dr. Lidya Esther Nurcahaya, SpKJ

NOMOR REKAM MEDIS: 022791Nama pasien: Ny. SFNama dokter yang merawat : dr. Ia Sp. KJMasuk RS pada tanggal : 14 Agustus 2014 di Ruang Gelatik.Rujukan / datang sendiri / keluarga : Diantar oleh keluarga pasien

I. IDENTITAS PASIENNama (inisial): Ny, SFUmur: 49 tahunJenis kelamin: PerempuanSuku bangsa: SundaAgama: IslamPendidikan: SDPekerjaan: tidak bekerja (saat ini)Status perkawinan: Menikah sejak 1992 dan memiliki 3 anak.Alamat: Kp Cijerah RT 001/003 Tani Mulya NgamprahII. RIWAYAT PSIKIATRIKAutoanamnesis : 21Agustus 2014 jam 13.00Alloanamnesis : 24 Agustus 2014 jam 20.00 pada suami dan kakak pasien.A. Keluhan UtamaPasien mengamuk sampai memukul anggota keluarga dan merusak alat rumah tangga (agresivitras motorik).

B. Riwayat Gangguan SekarangKurang lebih 10 tahun yang lalu (2004), pasien mulai menunjukkan gejala sakit yang berawal dari rasa minder akan keadaan ekonomi keluarganya (depresi). Pasien selama 6 bulan tidak bergaul dengan orang lain (withdrawl) karena dia merasa tidak pantas (depresi). Sebelum sakit, pasien adalah pribadi yang mudah bergaul dan terbuka. Menurut pengakuan pasien dan keluarga, pasien mempunyai seorang teman dekat yang merupakan tetangganya. Pasien selalu menceritakan segala masalah keluarga ke teman dekatnya itu termasuk masalah dalam hubungan suami istri. Namun, teman dekatnya yang dia percaya malah menceritakan rahasia tersebut ke tetangga lainnya. Sejak saat itu, pasien merasa bersalah (depresi sedang) dan semakin minder serta malu bertemu dengan tetangga lainnya (withdrawl) . Pasien mulai menjadi pendiam, sering melamun (autistik) dan penuh rasa curiga (waham paranoid). Satu bulan berikutnya, pasien menjadi mudah tersinggung dan gampang marah (emosi labil, irritabel). Akhirnya keluarga membawa pasien untuk berobat ke RSJ Cimahi dan pasien hanya berobat jalan.Setelah mendapat pengobatan selama satu bulan, pasien mulai menunjukkan gejala perbaikan, pasien mulai bersosialisasi dengan tetangga lain. Pada tahun pertama pengobatan (2005), pasien mulai mengeluh mendengar suara-suara bisikan negatif yang mengomentari dirinya (halusinasi auditorik), pasien merasa sangat gelisah setiap kali suara tersebut muncul sehingga semakin sering marah-marah (irritabel). Namun, kegiatan sehari-hari seperti memasak dan mencuci masih dapat dilakukan. Pasien juga tidak mengalami gangguan makan dan tidur. Pasien meneruskan rawat jalan.Pada tahun kedua pengobatan (2006) atau sekitar delapan tahun yang lalu, keluarga pasien mengatakan gejala penyakit pasien semakin memberat. Pasien terlihat lebih sering melamun (autistik), menyendiri dan tidak lagi melakukan pekerjaan sehari-hari seperti memasak dan mencuci baju (hipoaktif, gangguan fungsi). Pasien juga mengatakan bahwa ia semakin sering mendengar suara komentar tetangganya (halusinasi auditorik) sehingga tidurnya tidak nyenyak (insomnia).Satu tahun kemudian (2007), pasien dibawa kembali ke RSJ oleh keluarganya karena pasien mulai terlihat berbicara sendiri (autistik). Keluarga mengatakan bahwa pasien bercerita kepada mereka dirinya tersiksa karena apa yang dia pikirkan seperti telah diketahui oleh orang lain (thought broadcasting). Keluarga juga mengatakan bahwa pasien sering tidak bisa tidur (insomnia), terlihat lemas tidak bergairah (depresi) dan tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari (depresi berat). Namun, pasien tetap hanya berobat jalan karena pasien tidak bersedia dirawat. Pada tahun berikutnya (2008), gejala sakit pasien berkurang. Pasien kembali beraktivitas seperti biasa dan aktif mengikuti arisan, belajar mengaji dan lainnya. Pasien merasa dirinya sudah sembuh dan tidak lagi minum obat serta kontrol. Akhirnya, dua tahun kemudian (2010), pasien kembali ke RSJ Provinsi Jawa Barat dengan keluhan mendengar suara orang yang mengajak dirinya ngobrol (halusinasi auditorik). Pasien juga tetap hanya berobat jalan.Dua tahun kemudian (2012), pasien baru kembali kontrol dibawa oleh keluarga karena pasien menjadi sangat cepat marah (irritabel). Pasien mengakui dirinya cepat marah karena mendengar suara bisikan yang sangat mengganggu (halusinasi auditorik). Pasien juga mengakui dirinya tidak mau minum obat karena setelah minum obat bicaranya menjadi pelo dan tangan terasa kaku. Tahun berikutnya (2013), pasien kontrol kembali dan mengatakan bahwa suara bisikan (halusinasi auditorik) sudah berkurang, marah-marah (iritabel) sudah berkurang, dan tidur cukup. Namun, pasien merasa khawatir dan cemas adanya penolakan dari tetangga karena sikapnya sehingga dia takut keluar rumah (withdrawl). Pada kontrol berikutnya, pasien terlambat selama 9 bulan dan keluarga mengatakan pasien sering ngamuk (agresivitas motorik) dan mulai merusak alat rumah tangga (agresivitas motorik). Pasien berbicara dan tertawa sendiri (autistik), kadang berteriak marah- marah tanpa sebab yang jelas bahkan sampai memukul anggota keluarga (anak dan suami) (agresivitas motorik). Pasien tetap tidak setuju dirawat dan hanya berobat jalan.Satu bulan SMRS (2014), pasien mengaku semakin sering mendengar suara bisikan keras yang mengomentari apa yang dia lakukan (halusinasi auditorik), dia merasa tidak mempunyai rahasia lagi karena orang lain tahu apa yang dia pikirkan (thought broadcasting) sehingga dia sering marah-marah (irritabel), mudah tersinggung (emosi labil, sensitif), sulit tidur (insomnia), sampai merusak alat rumah tangga bahkan memukul anggota keluarga (agresivitas motorik). Menurut keluarga, pasien semakin sering bicara dan tertawa sendiri (autistik), sering mondar-mandir (hiperaktivitas) dan sempat mengatakan ingin mati (suicide verbal) sehingga pasien dibawa secara paksa ke RSJ Propinsi Jawa Barat untuk dirawat.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya1. Gangguan PsikiatrikTidak ada.2. Riwayat Gangguan MedikDarah tinggi, kencing manis, penyakit kuning, riwayat trauma maupun kecelakaan, riwayat gangguan kesadaran, riwayat kejang, dan riwayat opname di rumah sakit disangkal.3. Riwayat Penggunaan Zat PsikoaktifRiwayat penggunaan obat-obatan terlarang, riwayat konsumsi alkohol disangkal.4. Riwayat Gangguan Sebelumnya (grafik)

20042005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 20132014

Keterangan: Tahun 2004: pasien mulai menunjukkan gejala sakit. Setelah mendapat pengobatan selama satu bulan, pasien mulai menunjukkan gejala perbaikan.Tahun 2005: pasien mulai mengeluh mendengar suara bisikan, pasien merasa sangat gelisah sehingga semakin sering marah-marah. Namun kegiatan sehari-hari, makan dan tidur tidak tergangggu. Tahun 2006: gejala penyakit pasien semakin memberat, pasien tidak lagi melakukan pekerjaan sehari-hari.Tahun 2007: pasien mulai terlihat berbicara sendiri, mengeluh apa yang dia pikirkan seperti telah diketahui oleh orang lain, sering tidak bisa tidur, lemas dan tidak dapat melakukan aktivitas.Tahun 2008: gejala sakit pasien berkurang. Pasien kembali beraktivitas seperti biasa. Pasien merasa dirinya sudah sembuh dan tidak lagi minum obat serta kontrol. Tahun 2010: pasien kembali ke RSJ dengan keluhan mendengar suara orang yang mengajak dirinya ngobrol.Tahun 2012: pasien menjadi sangat cepat marah karena mendengar suara bisikan.Tahun 2013: suara bisikan, marah-marah sudah berkurang, tidur cukup. Pasien merasa khawatir dan cemas sehingga takut keluar rumah. Pada kontrol berikutnya, pasien terlambat kontrol dan mengeluh sering ngamuk dan mulai merusak alat rumah tangga, memukul anggota keluarga.Tahun 2014: satu bulan SMRS, pasien mengaku semakin sering mendengar bisikan, semua orang tahu apa yang dia pikirkan sehingga sering marah-marah, sulit tidur, memukul dan merusak barang dan sempat mengatakan ingin mati.D. Riwayat Kehidupan Pribadi1. Riwayat Perkembangan FisikPasien dilahirkan secara normal di rumah bersalin dan ditolong oleh bidan. Pasien dilahirkan cukup bulan dalam kondisi baik dan sehat, tidak terdapat cacat maupun trauma lahir. Pasien merupakan anak kandung ketiga dari tiga bersaudara. Pasien tidak memiliki kesulitan dalam berbicara, berhitung, dan bergerak sejak dahulu. Pasien juga tumbuh dan berkembang sesuai dengan anak-anak seusianya. Pasien juga tidak pernah mengalami kejang, kecelakaan, operasi, maupun dirawat di rumah sakit atas indikasi tertentu.2. Riwayat Perkembangan Kepribadiana. Masa anakPasien merupakan anak yang aktif dan mempunyai cukup banyak teman saat masih duduk di bangku sekolah. Hubungan pasien dengan keluarga baik dan tidak terdapat gangguan pada kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Pertumbuhan psikomotor, kognitif dan moral pasien sesuai dengan usianya. Pasien tidak pernah sakit serius, tidak ada riwayat kejang, trauma maupun operasi.b. Masa remaja Pada saat usia remaja, pasien mempunyai banyak teman di sekolah. Pasien merupakan pribadi yang terbuka Pasien pernah berpacaran satu kali dengan tetangganya. c. Masa dewasa Pasien bekerja di pabrik tekstil pada umur 20 tahun selama 5 tahun. Pada saat berusia 25 tahun pasien menikah. Setelah menikah, dia berhenti bekerja dan tinggal bersama suami di rumah sebuah rumah kontrakan. Suaminya bekerja sebagai seorang supir. Pernikahan mereka bahagia. Setelah satu tahun menikah, dia melahirkan sepasang anak kembar laki-laki yang semakin melengkapi kebahagiaan mereka. Empat tahun kemudian, dia melahirkan lagi seorang anak laki-laki. Pada saat anak pertama berusia 5 tahun, dia kembali bekerja sebagai pembantu rumah tangga untuk waktu yang cukup lama. Satu tahun SMRS, pasien sempat bekerja di konveksi.Sebelum sakit, pasien merupakan pribadi yang terbuka dan mudah bergaul. Ketika gejala sakit mulai muncul dan sering kambuh, pasien menjadi tidak mau bergaul dengan orang lain, curiga, mudah tersinggung, marah-marah bahkan sampai melakukan tindakan yang agresif. E. Riwayat PendidikanPasien memasuki sekolah dasar pada umur 6 tahun. Selama masa sekolah, pasien dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan tidak pernah tinggal kelas. Setelah tamat SD, pasien tidak melanjutkan ke jenjang berikutnya disebabkan kekurangan biaya sehingga hanya membantu ibu di rumah .

F. Riwayat PekerjaanSetelah pasien menyelesaikan pendidikannya, pasien hanya membantu orang tua di rumah. Pada saat berumur 20 tahun, pasien bekerja sebagai karyawan di pabrik tekstil selama lima tahun. Pada tahun kelima, pasien menikah. Setelah menikah, pasien kemudian berhenti bekerja cukup lama dan mulai bekerja lagi ketika anak pertama sudah berusia lima tahun sebagai pembantu rumah tangga. Satu tahun sebelum masuk rumah sakit, pasien bekerja di konveksi.G. Kehidupan BeragamaPasien beragama Islam. Sebelum mengalami gangguan, pasien rajin beribadah dan mengaji. Namun sejak mulai mengalami gangguan, pasien mulai jarang beribadah.

H. Kehidupan sosial dan PerkawinanSetelah menikah, pasien tinggal dengan suami di rumah kontrakan. Satu tahun setelah menikah, pasien melahirkan anak kembar laki-laki yang semakin melengkapi kebahagiaan mereka. Empat tahun kemudian, pasien melahirkan lagi seorang anak laki-laki. Hubungan pasien dengan suami dan anak-anak dekat. Pasien memiliki seorang teman dekat untuk bercerita yang merupakan tetangganya. Semua hal diceritakan oleh pasien kepada teman dekatnya termasuk dalam hal hubungan suami istri. Sayangnya, teman dekatnya tidak dapat dipercaya sehingga rahasia pasien diketahui oleh semua warga di perumahan tempat tinggalnya. Pasien menjadi benci dengan teman dekatnya, namun komunikasi tetap berjalan walaupun seperlunya. Sejak saat itu, pasien mulai sering curiga dengan tetangga lainnya dan kurang mau bergaul dengan mereka.

I. Riwayat keluarga

Keterangan: Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Pasien sudah menikah dan tinggal bersama ketiga orang anak laki-laki. Ayah dan ibu pasien sudah meninggal dan diketahui ibu pasien memiliki gejala penyakit yang sama dengan pasien (faktor herediter).J. Situasi Kehidupan Sosial SekarangSaat ini, pasien tinggal bersama suami dan tiga orang anak laki-lakinya. Kondisi sosial ekonomi keluarga cukup, dimana saat ini anggota keluarga yang mencari nafkah adalah suami, anak pertama dan anak kedua. Namun, saat ini hubungan pasien dengan keluarga agak terganggu karena pasien suka marah-marah, merusak alat rumah tangga bahkan sampai memukul suami dan anaknya. Pasien juga sudah kurang dekat dengan tetangganya.

III. STATUS MENTALDidapatkan dari autoanamnesis pada tanggal 21 Agustus 2014 pukul 13.00 di ruang Merpati, RSJ Provinsi Jawa Barat. A. Deskripsi Umum1. PenampilanSeorang wanita berusia 49 tahun dengan penampilan fisik sesuai usianya. Pasien berambut hitam lurus sebahu, berkulit sawo matang, berpakaian seragam RSJ provinsi Jawa Barat berwarna orange. Cara berpakaian biasa, tidak terbalik dan tidak terlihat berantakan. Raut muka pasien agak murung.2. KesadaranKesadaran neurologis: Compos mentisKesadaran Psikiatrik : tidak terganggu.3. Perilaku dan Aktivitas PsikomotorSebelum wawancara: pasien terlihat sedang duduk di lantai bersama dengan pasien lainnya. Selama wawancara: Pasien duduk tenang, kontak mata baik, pasien menjawab pertanyaan yang diberikan, suara agak pelan.Sesudah wawancara: Pasien tetap duduk di lantai dan kembali ngobrol bersama pasien lainnya.4. Sikap terhadap PemeriksaPasien bersikap koperatif dalam menjawab setiap pertanyaan, namun terlihat sedikit curiga.5. Pembicaraana. Cara Berbicara : pasien berbicara dengan spontan, agak ragu-ragu, relevan, kosa kata baik,volume suara agak pelan. b. Gangguan Berbicara : tidak terdapat gangguan bicara.

B. Alam Perasaan1. Suasana perasaan (Mood): depresif, hipotimia, agak putus asa (pasien mengatakan sedih dibawa ke RSJ, sikap dengan tetangga seperlunya saja, rasa kesal ke keluarga dan tetangga masih ada). Secara objektif terlihat dari sikap murung pasien.2. Afek Ekspresi Afektifa. Arus : lambat.b. Stabilitas: Stabil.c. Kedalaman: dangkal, respon emosi sedikit saja.d. Skala Diferensiasi: Menyempit, respon emosi terbatas.e. Keserasian: Serasi.f. Pengendalian Impuls: Baik/ kuat tidak iritabel.g. Ekspresi: Terbatas, bahasa tubuh terbatas.h. Dramatisasi : Tidak ada.i. Empati: Sulit untuk dinilai.

C. Gangguan Persepsi1. Halusinasi: halusinasi auditorik (mendengar suara bisikan tetangga yang mengatai dirinya dan mengajak berbicara).2. Ilusi: Tidak ada.3. Depersonalisasi: Tidak ada.4. Derealisasi: Tidak ada.

D. Sensorium dan Kognitif (Fungsi Intelektual)1. Taraf Pendidikan:SD.2. Pengetahuan Umum:cukup.3. Kecerdasan:Rata-rata (sesuai dengan tingkat pendidikan).4. Konsentrasi:Baik (pasien dapat memusatkan perhatiannya kepada pertanyaan pemeriksa tanpa terdistraksi oleh keadaan sekitar).5. Perhatian : Baik.6. OrientasiOrientasi waktu:Baik (mengetahui tanggal dan bulan pada hari wawancara).Orientasi tempat:Baik (mengetahui keberadaan di rumah sakit jiwa).Orientasi personal:Baik (mengetahui anggota keluarga, mengetahui perawat dan sedang diwawancarai dokter muda).Orientasi situasi:Baik, pasien tahu bahwa dirinya sedang diwawancarai dan menyesuaikan diri dengan kegiatan di RSJ.7. Daya Ingat Jangka Panjang:Kurang baik (pasien tidak mengingat dengan jelas kapan pertama kali sakit).Jangka Pendek:Baik (pasien menyebutkan menu sarapan tadi pagi).Segera:Baik (pasien dapat segera mengingat istilah yang dokter muda beritahu, dapat mengingat nama dokter muda).8. Pikiran Abstrak:Baik (mengetahui arti dari peribahasa besar pasak daripada tiang, dapat mengetahui perbedaan dan perbedaan buah melon dan semangka).9. Visuospasial:Baik (pasien dapat menggambarkan jam dengan benar).10. Bakat kreatif:tidak terlihat.11. Kemampuan Menolong Diri : Baik (pasien mampu mengurus dirinya sendiri seperti mandi, makan, berpakaian sendiri).

E. Proses Pikir1. Arus Pikira. Produktivitas : pasien berpikir secara spontan, terbatas dimana menjawab seperlunya bila ditanya.b. Kontinuitas Pikiran : koheren.c. Hendaya Berbahasa: Tidak ada.2. Isi Pikira. Preokupasi: Tidak ada.b. Waham: waham paranoid waham dikendalikan thought broadcasting ( merasa bahwa apa yang dia pikirkan telah diketahui oleh orang lain). c. Obsesi: Tidak ada.d. Fobia: Tidak ada.e. Gagasan Rujukan : Tidak ditemukan.f. Gagasan Pengaruh: Tidak ditemukan.g. Ide suicide: (+).

F. Pengendalian ImpulsBaik, selama wawancara pasien dapat berlaku dengan tenang dan tidak menunjukkan gejala yang agresif. Namun, berdasarkan pengakuan dari pasien dan keluarga, bila sedang mengamuk dan marah pasien dapat memecahkan gelas.

G. Daya Nilai1. Daya Nilai Sosial: Baik (menyatakan bahwa saling bermusuhan tidak baik dan sudah memaafkan tetangganya walaupun masih ada rasa kesal, menyatakan memecahkan gelas itu tidak baik walaupun sedang emosi).2. Uji Daya Nilai: Baik (mengatakan akan menyelamatkan keluarganya dan surat berharga apabila terjadi kebakaran rumah).3. Daya Nilai Realita: tidak terganggu.

H. TilikanDerajat 5 ( pasien menyadari penyakitnya dan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakitnya namun tidak menerapkan dalam perilaku praktisnya).

I. RealibilitasBaik. Hal-hal yang diceritakan pasien mengenai gejalanya (waham dan halusinasi) dapat dilihat dari isi pembicaraan pasien, bukan merupakan gejala buatan pasien saja. Pasien dapat dipercaya dan tidak berpura-pura.

IV. STATUS FISIKA. Status Internus1. Keadaan Umum: Baik.2. Kesadaran: Compos mentis.3. Tekanan Darah: 100/80 mmHg.4. Nadi: 80 x/menit.5. Suhu: 36,0C.6. Pernafasan: 20 x/menit.7. Bentuk tubuh: piknikus.8. Sistem kardiovaskular: BJ I-BJ II reguler, murmur (-), gallop (-).9. Sistem respiratorius: Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/ -).10. Sistem gastro-intestinal: Nyeri tekan (-), Bising usus (+) normal.11. Sistem muskulo-skeletal: Deformitas (-), simetris, eutropi.12. Sistem urogenital: dalam batas normal.13. Sistem dermatologis: dalam batas normal.B. Status Neurologis1. Saraf kranial (I-XII): dalam batas normal.2. Gejala rangsang meningeal: dalam batas normal, kaku kuduk (-).3. Mata: konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-).4. Pupil: isokor, nistagmus (-/-).5. Ofthalmoscopy: tidak dilakukan.6. Motorik: normotoni, atrofi (-), hipertrofi (-).Kekuatan motorik 7. Sensibilitas:8. Sistem saraf vegetative: tidak dilakukan.9. Fungsi luhur: baik.10. Gangguan khusus: tidak ada.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANGHasil pemeriksaan penunjangHematologiHb 14,1 g/ dLL: 14-18, P: 12-16Leukosit5700 / mm34000-10000Hitung jenis leukositBasofil- %0-1Eosinofil- %1-14Neutrofil batang1 %3-5Neutrofil segmen51 %35-70Limfosit 36 %20-40Monosit2 %2-8Trombosit385.000/ mm3150rb-400rbHematokrit41%L:40-64, P: 35-47Kimia klinikSGOT20,3 IU/ l0-37SGPT17,6 IU/l0-42Ureum27,7 mg/dl10-50Kreatinin1,02 mg/dlL: 0,6-1,1 P:0,5-0,9

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNANy. SF, seorang wanita berusia 49 tahun yang telah menikah, dengan pendidikan terakhir SD, dan tidak bekerja, datang ke RSJ Provinsi Jawa Barat diantar oleh keluarganya dengan keluhan mengamuk sampai memukul anggota keluarga dan merusak alat rumah tangga. Penampilan fisik sesuai usianya. Pasien berambut hitam lurus sebahu, berkulit sawo matang, berpakaian seragam RSJ provinsi Jawa Barat berwarna orange. Cara berpakaian biasa, tidak terbalik dan tidak terlihat berantakan. Raut muka pasien agak murung. Sebelum wawancara pasien terlihat sedang duduk bersama pasien lainnya. Sebelum sakit, pasien adalah pribadi yang mudah bergaul dan terbuka. Sejak kecil pasien tidak mengalami gangguan perkembangan fisik maupun kepribadian. Pasien mempunyai banyak teman ketika bersekolah dan disayang oleh orang tuanya.Penyakit pasien sudah ada sejak tahun 2004. Penyebabnya dipicu oleh rasa minder karena masalah ekonomi dan masalah teman dekatnya yang membocorkan rahasia keluarganya. Sejak saat itu, pasien merasa bersalah, malu dan takut bertemu dengan orang lain. Pasien mulai menjadi pendiam, sering melamun dan penuh rasa curiga. Akhirnya keluarga membawa pasien untuk berobat ke RSJ Provinsi Jawa Barat dan pasien hanya berobat jalan.Pasien sempat mengalami perbaikan setelah pengobatan selama satu tahun, namun gejala kekambuhan pasien hampir setiap tahun terjadi karena pasien tidak rutin kontrol dan minum obat.Satu bulan SMRS (2014), pasien mengeluh sering mendengar suara bisikan keras yang mengomentari apa yang dia lakukan, merasa orang lain tahu apa yang dia pikirkan sehingga dia sering marah-marah, mudah tersinggung, sulit tidur, sampai merusak alat rumah tangga bahkan memukul anggota keluarga. Pasien semakin sering bicara dan tertawa sendiri, sering mondar-mandir dan sempat mengatakan ingin mati sehingga pasien dibawa secara paksa ke RSJ Propinsi Jawa Barat untuk dirawat.Pada pemeriksaan psikiatris dan neurologis ditemukan kesadaran pasien compos mentis. Perilaku dan aktivitas psikomotor tenang, sikap terhadap pewawancara koperatif. Cara berbicara pasien spontan, agak ragu-ragu, relevan, tidak terdapat adanya gangguan berbicara. Suasana perasaan pasien depresif, hipotimia, agak putus asa dengan afek dalam batas lambat, stabil, dangkal, sempit, respon emosi terbatas, serasi, pengendalian impuls baik, ekspresi terbatas. Terdapat gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik, waham paranoid (though broadcasting) saat ini. Sensorium dan kognisi pasien baik, tapi terdapat gangguan dalam memori jangka panjang. Arus pikir produktivitas spontan, tapi menjawab seperlunya, koheren, terdapat gangguan isi pikiran berupa waham paranoid, thought broadcasting. Pengendalian impuls baik. Daya nilai sosial dan uji daya nilai baik. Daya nilai realitas tidak terganggu. Tilikan pasien derajat 5. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan. Tekanan darah 100/80 mmHg, lain-lainnya dalam batas normal. Pada pemeriksaan penunjang juga tidak ditemukan kelainan.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIKAksis I: Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, kasus ini dapat dinyatakan mengalami : Ggn mental dan perilaku akibat:1.Gangguan jiwa, karena adanya : gangguan pada perasaan dimana pasien merasa bersalah dan sikapnya yang agak murung, mood iritabel dimana suasana perasaan sensitif, mudah tersinggung, mudah marah dan seringkali bereaksi berlebihan (agresifitas motorik). pasien sulit tidur, berbicara dan tertawa sendiri (autistik) terdapat halusinasi auditorik (mendengar bisikan yang mengomentari apa yang pasien lakukan dan mengajak ngonrol.). pasien merasa apa yang dia lakukan selalu salah dimata orang lain (curiga, depresif). terdapat thought broadcasting (mengatakan orang lain dapat mengetahui isi pikirannya.2. Gangguan jiwa ini termasuk gangguan mental non-organik/ GMNO karena : Tidak terdapat gangguan kesadaran neurologik, orientasi dan daya ingat, ketergantungan napza (-). tidak terdapat gangguan organik yang diduga bersangkutan dengan gangguan jiwanya.3. GMNO ini termasuk golongan psikosis karena terdapat halusinasi auditorik, thought broadcasting.4. Menurut PPDGJ III, GMNO ini termasuk Gangguan Depresif Berat dengan Gejala Psikotik (F 32. 3)Pada episode depresif berat, penderita biasanya menunjukkan ketegangan atau kegelisahan yang amat nyata. Kehilangan harga diri dan perasaan dirinya tidak berguna mungkin mencolok, dan bunuh diri merupakan bahaya nyata terutama pada kasus berat. Semua tiga gejala khas yaitu suasana perasaan (mood) yang depresif, kehilangan minat dan kesenangan, aktivitas berkurang harus ada, ditambah sekurang-kurangnya empat gejala lainnya (konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna, gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu) disertai waham, halusinasi atau stupor depresif sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka mungkin dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam waktu kurang dari 2 minggu. Wahamnya biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien dapat merasa bertanggungjawab atas hal itu. Halusinasi auditorik biasanya berupa suara yang menghina atay menuduh. Selama episode depresif berat, sangat tidak mungkin penderita akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.Aksis II: Gangguan Kepribadian dan Retardasi MentalTidak ditemukan adanya gangguan kepribadian dan retardasi mentalAksis III: Kondisi Medik UmumTidak ditemukan adanya gangguan pada kondisi medis umum.Aksis IV: Masalah Psikososial dan LingkunganStressor berkaitan dengan masalah ekonomi dan lingkungan sosial (karena tetangga yang membocorkan rahasia keluarga pasien ke tetangga lainnya, sehingga menyebabkan perasaan bersalah dan malu). Selain itu, disebabkan juga karena putus obat.Aksis V: Global Assessment of Functioning (GAF)Global Assessment Functional 6051: Beberapa gejala sedang (moderate), disabilitas sedang karena terdapat episode mengamuk yang menyebabkan pasien dibawa ke RSJ.

VIII. EVALUASI MULTIAKSIALAxis I: Gangguan mental dan perilaku akibat gangguan depresif berulang, Diagnosa banding dari kasus ini adalah1. Gangguan Skizoafektif Tipe depresif (F 25.1)Terdapat gejala skizofrenik dan depresi menonjol pada saat bersamaan., dalam satu episode penyakit yang sama. Adanya perasaan depresi yang menonjol, disertai dua gejala depresif yang khas (perasaan depresif, kehilangan minat dan kesenangan), hilangnya energi, nafsu makan, hendaya dalam konsentrasi, perasaan bersalah, keputusasaan, dan pikiran bunuh diri. Secara bersamaan (dalam satu episode yang sama) terdapat gejala skizofrenik yang lebih khas, dimana pasien dapat menyakini bahwa pikiran-pikirannya sedang disiarkan. Mungkin terdengar suara-suara yang bukan saja menghina atau mengutuk dirinya, tetapi juga akan membunuhnya. Episode skizoafektif tipe depresif biasanya berlangsung lebih lama dan prognosisnya kurang baik dimana walaupun sebagian besar pasien sembuh secara sempurna, ada sebagian lain yang akhirnya berkembang menjadi defek skizofrenik.2. Skizofrenia paranoid, karena a. Memenuhi kriteria skizofrenia yaitu: terdapatnya salah satu gejala di bawah ini dan berlangsung selama satu bulan/ lebih: thought broadcasting, halusinasi auditorik yang mengomentari dirinya, waham curiga,b. Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat masa bodoh, pembicaraan yang terhenti, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika, c. terdapat perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri dan penarikan diri secara sosial.d. adanya afek dangkal, tumpul disertai tertawa sendiri.e. adanya gangguan suasana perasaan (mood) seperti iritabilitas, kemarahan yang tiba-tiba, ketakutan dan kecurigaan.

Aksis II: Tidak ada.Aksis III: Tidak ada.Aksis IV: Masalah ekonomi, lingkungan sosial dan faktor putus obat.Aksis V: GAF 60-51.IX. PROGNOSISFaktor yang mempengaruhi prognosis:Prognosis baik Prognosis buruk

Presipitasi jelasOnset Insidious

Symptom positifSering relaps, jarang kontrol, trauma dan malas minum obat.

Dukungan keluargaGejala autisitk, menarik diri

Riwayat hubungan sosial postmorbid tetap terjalin.Rasa kesal masih ada.

Kesimpulan prognosis:Ad vitam : ad bonam.Ad functionam: dubia ad bonamAd Sanationam: dubia ad bonam

X. DAFTAR PROBLEMA. Organobiologik: Hiperdopaminergik, Hiposerotonergik, Faktor genetik (ibu).B. Psikiatri: cenderung menjadi pendiam (abulia), malu dan takut keluar rumah (fobia sosial) sering melamun, berbicara sendiri (autistik), sering mendengar suara bisikan tetangga yang mengatai dirinya (halusinasi auditorik), merasa orang lain tahu apa yang dia pikirkan (thought broadcasting), mudah tersinggung dan marah-marah (emosi labil, irritable), merusak alat rumah tangga (agresivitas motorik), hipoaktivitas, gangguan fungsi sehari-hari, afek tumpul, gangguan memori jangka panjang, tilikan derajat 5.C. Psikososial: masalah family support group (hubungan dengan keluarga menjadi kurang dekat), hubungan dengan tetangga menjadi kurang baik.

XI. TERAPI1. Farmakoterapi

Nama dokter: Yossie Firmansyah R/ Risperidone tab 3 mg No 14S 101 R/ Trihexyphenidil tab 2 mg No 28S 101 R/ Clorpromazin tab 25 mg No 7S 001 R/ Fluoxetine tab 2 g No 7S 100

Pro: Ibu SFUsia: 49 tahun.

2. Psikoterapi Terapi individual Psikoterapi suportif Menjalin hubungan baik yang adekuat antara dokter-pasien, menerima dan memperlakukan pasien sebagai layaknya manusia normal, bukannya mengawasi pasien sebagai orang yang tidak dipahami dan berbeda dari orang lain, dapat berempati terhadap kondisi pasien. Memberikan informasi dan edukasi yang bersifat suportif kepada pasien mengenai penyakitnya, hal-hal yang dapat memperberat/ meringankan penyakit pasien, meningkatkan kepercayaan diri pasien, kemampuan mengatasi masalah dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien mengenai pentingnya minum obat secara teratur, sehingga dapat memperpanjang remisi dan mencegah kekambuhan, informasi mengenai efek samping pengobatan.\

Terapi kelompok/ Sosioterapi Apabila kondisi pasien sudah lebih baik diberikan terapi aktivitas kelompok, seperti melibatkan pasien dalam kegiatan-kegiatan di rumah sakit dimana pasien dapat ditumbuhkan kembali rasa percaya dirinya, dapat belajar bagaimana cara bersosialisasi dan membina komunikasi verbal yang baik, serta mampu belajar untuk mengendalikan impuls dan mengekspresikan emosi terhadap stimulus yang ada.

Edukasi terhadap keluargaEdukasi ke keluarga mengenai keadaan penyakit pasien, edukasi untuk belajar menerima dan memahami keadaan pasien, serta mendukung proses penyembuhannya misalnya dengan mengawasi pasien saat minum obat dan membawa pasien untuk kontrol secara teratur.

XII. LAMPIRANCuplikan WawancaraSelama wawancara berlangsung, pasien menjawab seluruh pertanyaan pemeriksa dengan lancar, suara pelan.dr (pemeriksa)P (pasien)dr: Selamat siang, bu. Perkenalkan saya dokter muda dari Jakarta, Yossie. Ibu dengan ibu siapa?P: Saya Siti Fatimah. dr: Ibu kita ngobrol-ngobrol boleh ya?P: Iya boleh, mau ngobrol tentang apa? dr: Ibu asli orang Sunda? umurnya berapa?P: Iya, saya orang Sunda. Umur saya 49 tahun.dr: Ibu sudah berkeluarga?P: Sudah dok, saya tinggal dengan suami dan tiga orang anak laki-laki.dr: Sudah berapa lama menikah bu? Anak yang paling besar umur berapa?P: Sejak tahun 1992. Anak paling besar umur 20 tahun, sudah kerja.dr: Oh, Alhamdullilah ya, Bu. Ibu dekat sama keluarga, bu?P: Ya biasa aja, sama anak pertama dan kedua dekat, kalau yang kecil kurang dekat.dr: Oh kenapa kurang dekat ibu?P: Ya gak tau juga, emang kurang dekat aja gitu.dr: Ibu tinggal di mana, bu? P: Di perumahan TaniMulya, kalau dari sini naik angkot 2 kali.dr: Ibu dulu sekolah sampai kelas berapa?P: Sampai tamat SD, dok. dr: Kenapa tidak lanjut, bu? Habis itu ibu bekerja?P: Tidak ada biaya, dok. Saya tamat SD belum kerja, masih bantu ibu di rumah. Saya baru kerja umur 20 tahun di perusaahaan tekstil 5 tahun. dr: Saat ini masih kerja, bu?P: Udah berhenti satu bulan yang lalu, dulu saya sempat jadi pembantu rumah tangga waktu anak pertama saya umur lima tahun, buat bantu-bantu biaya.dr: Ibu menikah umur berapa, bu? Pernikahannya bagaimana? P: Umur 27, dok. Pernikahan saya ya bahagia aja. Suami saya dulu teman sekerja.dr: Ibu pacarannya berapa lama? Pernah pacaran berapa kali?P: Setahun ada lah. Pernah pacaran satu kali .dr: Ibu beragama apa? Rajin beribadah gak?P: Saya muslim,dok. Ya kadang rajin tapi kalau sakit saya malas mau ngapa-ngapain. dr: Sudah berapa lama ibu sakit?P: Saya kurang ingat, dok. Tapi sudah lama. Biasa kambuh, biasa sembuh. dr: Oh, pas kemarin ibu dibawa ke sini, lagi kambuh ya? Ibu melakukan apa sampai dibawa ke sini?P: Saya ngamuk dok, marah-marah, piring dan gelas di rumah saya pecahkan (agresivitas motorik). dr: Kenapa ibu marah-marah? Apakah ibu sedang ada masalah?P: Marah-marah gak jelas dok. Saya dengar suara tetangga yang mengomentari saya, semua yang saya lakukan salah (halusinasi auditorik).dr: Selain itu, apa lagi yang Ibu rasakan?P: Saya tertekan dokter, saya ngerasa orang lain tahu apa yang saya pikirkan. Saya jadi tidak punya rahasia lagi (thought broadcasting). Saya marah-marah sampai barang seperti gelas di rumah saya rusakkan (emosi labil, irritabel, agresivitas motorik).dr: Apa Ibu yakin dengan yang ibu rasakan? Sudah berapa lama ibu merasakan seperti itu?P: Sudah lama dokter, ya saya gatau. Saya cerita ke keluarga, mereka juga gak percaya. dr: Trus Ibu cerita ke siapa lagi? Ibu ada teman curhat gak?P: Ya dulu ada, tetangga saya. Tapi saya uda gak percaya dia, dia cerita ke orang lain jadinya satu perumahan itu tahu. Saya jadi malu mau keluar rumah, cemas takut ditolak sama orang lain (withdrawl), sama keluarga juga merasa bersalah, kepikiran (depresi).dr: Oh jadi begitu, bu ceritanya? Trus hal itu sampai mengganggu sehari-hari ibu gak?P: Maksudnya dok? dr: Iya maksud saya Ibu sampai malas ngapa-ngapain, rasanya tidak bergairah.P: Iya dok, saya malas mau kerjain pekerjaan rumah, bergaul juga malas, kadang kalau malam susah tidur (depresi).dr: Trus hubungan dengan tetangga saat ini bagaimana? Apakah masih ada rasa marah?P: Ya, masih suka keingat, tapi saya berusaha ikhlas aja, ngomong juga kalau ada perlu aja.dr: Oh iya, dulu ibu dilahirkan di mana? Normal atau sesar?P : Di bidan dok, lahirnya normal. dr: Bagaimana masa kecil ibu? Apakah bahagia?P: Iya dok, masa kecil saya bahagia, saya punya banyak teman di sekolah.dr: Ibu maaf, ibu pernah merokok atau minum alcohol?P: Gak pernah dok.dr: Ibu pernah kecelakaan trus kena benturan di kepala?P: Gak pernah juga dok.dr: Di keluarga ibu ada yang keluhannya sama seperti Ibu?P: Kata keluarga lain ibu saya dok, tapi saya juga gak pasti (faktor herediter). dr: Sekarang bagaimana keluhan ibu? Apakah sudah berkurang?P: Iya dokter, saya udah gak ngerasain apa-apa. Pengen pulang.dr: Oh iya, bu. Ibu sabar ya, yang penting obatnya harus diminum.P: Nah itu dia dok, saya takut nanti habis minum obat jadi kayak orang stroke, bicaranya pelo, tangan juga jadi gemetaran.dr: Oh jadi ibu biasa gak minum obat ya?P: Sekarang minum dok, tapi dulu saya berhenti, saya rasa udah sembuh, malah minum obat bikin saya jadi kayak orang stroke, jadi saya gak mau minum (faktor putus obat).dr: Ibu gak kontrol ke dokter karena masalah itu?P: Gak dok, saya malas juga, rasanya udah sembuh.dr: Ibu itu memang efek samping dari obat yang ibu minum. Kalau ada keluhan seperti itu, ibu kembali lagi ke dokter, jadi dosis obatnya bisa diturunkan. Jangan langsung berhenti begitu aja, bu soalnya bisa kambuh lagi.P: Oh, begitu ya dok.dr: Iya, bu. Mulai sekarang rajin minum obat dan kontrol ya.P: Iya dok, terima kasih ya.dr: Sama-sama, Ibu.Wawancara Hari Jumat, tanggal 29 Agustus 2014dr: Ibu apa kabar hari ini? Saya pikir Ibu sudah pulang.P: Baik dokter. Iya kata dokter Ia hari Senin. dr: Wah syukurlah. Ibu juga udah sehat, tapi ingat jangan sampai gak diminum obatnya.P: Iya dok. Terima kasih ya.dr: Ibu maaf, kalau saya boleh tahu masalah apa yang dulu Ibu ceritakan ke tetangga Ibu sampai bikin Ibu stress?P: M .ya biasa masalah keluarga. Gak ada masalah apa-apa si (pasien agak ragu-ragu).dr: Gak apa-apa, Ibu cerita aja. Kan kita uda ketemu terus beberapa hari ini, saya juga gak cerita ke siapa-siapa. Mungkin saya bisa bantu Ibu, kasih solusi biar Ibu gak kepikiran lagi.P: M masalah keluarga aja, dok. Tapi udah lewat saya gak kepikiran lagi. Gak enak saya ngomongnya.dr: Gak apa-apa, cerita aja bu. P: Iya jadi masalah hubungan suami istri. Malu saya dok, ya begitu lah, ngerti kan ya maksudnya. dr: Oh, iya bu, ngerti. Gak apa-apa, bu. Kan saya belajar kedokteran juga jadi ngerti. Terima kasih ya, bu.P: Iya dokter, maaf ya, bukan gak mau cerita.dr: Iya, Ibu. Saya juga minta maaf agak memaksa. Terima kasih infonya. P: Iya dokter, sama-sama.5

15