33
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL JAKARTA LEMBAR PERSETUJUAN Assisten lab ukur tanah telah menyetujui atas laporan praktikum BEDA TINGGI menggunakan water pass yang diajukan oleh: Kelompok : II Anggota : Amtris Hardiyanto (11114713) : Alif Ma’shumah (11114015) : Ary Wandana (11114021) : Teguh Imam S (11114016) : Umar Sumardi (11114019) Setelah melalui praktek yang dilakukan pada: Hari/ tanggal : Minggu 3 maret 2013 dan 10 maret 2013 Tempat praktek : lapangan belakang ISTN Pukul : 9.30 s/d 12.30 Jakarta, 2013 Assisten lab 1 (……………………………….) Assisten lab 2 (……………………………….) Kepala Lab Ukur Tanah 1

Ukur Tanah Kelompok Print 1

Embed Size (px)

Citation preview

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

LEMBAR PERSETUJUAN

Assisten lab ukur tanah telah menyetujui atas laporan praktikum BEDA TINGGI menggunakan

water pass yang diajukan oleh:

Kelompok : II

Anggota : Amtris Hardiyanto (11114713)

: Alif Ma’shumah (11114015)

: Ary Wandana (11114021)

: Teguh Imam S (11114016)

: Umar Sumardi (11114019)

Setelah melalui praktek yang dilakukan pada:

Hari/ tanggal : Minggu 3 maret 2013 dan 10 maret 2013

Tempat praktek : lapangan belakang ISTN

Pukul : 9.30 s/d 12.30

Jakarta, 2013

Assisten lab 1

(……………………………….)

Assisten lab 2

(……………………………….)

Kepala Lab Ukur Tanah

(……………………………………….)

KATA PENGANTAR

1

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan

penuh kemudahan. Tanpa pertolongan NYA mungkin penulis tidak akan sanggup menyelesaikan

dengan baik. Shalawat dan Salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni nabi

Muhammad SAW.

Laporan ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang praktikum Beda tinggi

menggunakan waterpass yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari lapangan.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, keluarga dan teman –

teman yang telah memberi bantuan demi tersusunnya laporan ini.

Semoga dengan adanya laporan ini bermanfaat bagi pembaca. Dalam penyusunannya, penulis

sadar bahwa masih banyak kekurangannya, maka dari itu penulis mengharap saran dan kritik yang

membangun guna menyampurnakan laporan ini.

Jakarta, Maret 2013

Penulis

DAFTAR ISI

2

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

PENDAHULUAN.................................................................................................................................................3

1. Latar belakang.......................................................................................................................................4

2. Rumusan Masalah.................................................................................................................................4

3. Maksud dan Tujuan Praktikum..............................................................................................................5

4. Teori Dasar............................................................................................................................................5

4.1 Kesalahan karena kondisi alam...........................................................................................................7

5. Peralatan...............................................................................................................................................8

5.1 Rambu Ukur......................................................................................................................................8

5.2 Water Pass........................................................................................................................................9

5.3 Statif Water Pass.............................................................................................................................10

5.4 Unting-Unting..................................................................................................................................10

5.5 Payung.............................................................................................................................................11

5.6 Rol meter.........................................................................................................................................11

5.7 Patok...............................................................................................................................................11

5.8 Alat penunjang yang lain.................................................................................................................12

Pelaksanaan praktikum...................................................................................................................................13

6. Prosedur Pengukuran.....................................................................................................................13

6.1 Pengukuran Memanjang Pergi Pulang............................................................................................15

6.2 Langkah Perhitungan.......................................................................................................................16

6.3 Data hasil Praktikum dan Analis Data..............................................................................................21

KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................................... 22

3

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Dalam praktikum ini kita memakai Ilmu Ukur Tanah (Plane Surveying) yaitu suatu

survey yang mengabaikan kelengkungan bumi dan mengasumsikan bumi adalah

bidang datar. Plane Surveying ini digunakan untuk pengukuran daerah yang tidak

luas dengan menggunakan bidang hitung yaitu bidang datar. Ilmu Ukur tanah

dianggap sebagai disiplin ilmu, teknik dan seni yang meliputi semua metoda untuk

pengumpulan dan pemrosesan informasi tentang permukaan bumi dan lingkungan

fisik bumi yang menganggap bumi sebagai bidang datar, sehingga dapat ditentukan

posisi titik-titik di permukaan bumi. Dari titik yang telah didapatkan tersebut dapat

disajikan dalam bentuk peta.

Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah ini mahasiswa akan berlatih melakukan

pekerjaan-pekerjaan survey, dengan tujuan agar Ilmu Ukur Tanah yang didapat

dibangku kuliah dapat diterapkan di lapangan, dengan demikian diharapkan

mahasiswa dapat memahami dengan baik aspek diatas.

Dengan praktikum ini diharapkan dapat melatih mahasiswa melakukan pemetaan

situasi teritris. Hal ini ditempuh mengingat bahwa peta situasi pada umumnya

diperlukan untuk berbagai keperluan perencanaan teknis atau keperluan-keperluan

lainnya yang menggunakan peta sebagai acuan.

2. Rumusan Masalah

Menentukan jarak optis dari patok utama ke patok utama berikutnya

Menentukan Beda tinggi antara patok satu dengan patok yang lainnya di

permukaan bumi.

Menentukan koreksi kesalahan antara patok

Menentukan tinggi patok antara patok sebelumnya ke patok selanjudnya

4

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

3. Maksud dan Tujuan Praktikum

Praktikum Pengukuran beda tinggi antara beberapa titik di lapangan ini dimaksudkan sebagai aplikasi lapangan dari teori-teori dasar pengukuran beda tinggi.

Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum Ilmu Ukur Tanah ini adalah sbb:

Memahami cara menentukan beda tinggi,

Mahasiswa dapat memahami cara menentukan jarak optis patok dan jarak

satuan,

Memahami cara menentukan koreksi kesalahan,

Memahami cara menentukan tinggi patok.

4. Teori Dasar

Pengukuran waterpass adalah pengukuran untuk menentukan ketinggian atau beda

tinggi antara dua titik. Pengukuran waterpass ini sangat penting gunanya untuk

mendapatkan data sebagai keperluan pemetaan, perencanaan ataupun untuk

pekerjaan konstruksi.

Hasil-hasil dari pengukuran waterpass di antaranya digunakan untuk perencanaan

jalan, jalan kereta api, saluran, penentuan letak bangunan gedung yang didasarkan

atas elevasi tanah yang ada, perhitungan urugan dan galian tanah, penelitian terhadap

saluran-saluran yang sudah ada, dan lain-lain.

Dalam pengukuran tinggi ada beberapa istilah yang sering digunakan, yaitu :

Garis vertikal adalah garis yang menuju ke pusat bumi, yang umum dianggap sama

dengan garis unting-unting.

Bidang mendatar adalah bidang yang tegak lurus garis vertikal pada setiap titik.

Bidang horisontal berbentuk melengkung mengikuti permukaan laut.

Datum adalah bidang yang digunakan sebagai bidang referensi untuk ketinggian,

misalnya permukaan laut rata-rata.

Elevasi adalah jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap bidang datum.

5

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

Banch Mark (BM) adalah titik yang tetap yang telah diketahui elevasinya terhadap

datum yang dipakai, untuk pedoman pengukuran elevasi daerah sekelilingnya.

Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbu teropong

horisontal. Bagian yang membuat kedudukan menjadi horisontal adalah nivo, yang

berbentuk tabung berisi cairan dengan gelembung di dalamnya.

Dalam menggunakan alat ukur waterpass harus dipenuhi syarat-syarat sbb :

Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.

Garis arah nivo harus tegak lurus sumbu I.

Benang silang horisontal harus tegak lurus sumbu I.

Pada penggunaan alat ukur waterpass selalu harus disertai dengan rambu ukur (baak).

Yang terpenting dari rambu ukur ini adalah pembagian skalanya harus betul-betul teliti

untuk dapat menghasilkan pengukuran yang baik. Di samping itu cara memegangnya

pun harus betul-betul tegak (vertikal). Agar letak rambu ukur berdiri dengan tegak, maka

dapat digunakan nivo rambu . Jika nivo rambu ini tidak tersedia, dapat pula dengan cara

menggoyangkan rambu ukur secara perlahan-lahan ke depan, kemudian ke belakang,

kemudian pengamat mencatat hasil pembacaan rambu ukur yang minimum. Cara ini

tidak cocok bila rambu ukur yang digunakan beralas berbentuk persegi.

Gambar 4.1 pembacaan ke rambu ukur

6

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

4.1 Kesalahan karena kondisi alam

1. Kesalahan karena kurang teliti dalam membaca mistar

Hal ini mengakibatkan melengkungnya bidang nivo, padahal beda tinggi antara

dua titik adalah jarak dua bidang nivo yang melalui dua titik tersebut.

Kesalahan ini dapat dihindari dengan cara menempatkan pesawat tepat di

tengah-tengah antara dua titik yang diukur.

2. Melengkungnya sinar.

Kesalahan pelengkungan sinar ada dua jenis yaitu penambahan refraksi pada

pagi hari dan pengukuran refraksi pada sore hari serta perbedaan refraksi pada

pembacaan rambu muka dan rambu belakang, sebagai akibat perbedaan suhu

yang mengakibatkan waterpassing dengan rambu tidak vertikal. Adapun cara

mengatasi kesalahan ini adalah dengan jalan sebagai berikut :

Waterpassing pergi dilaksanakan pada pagi hari dan waterpassing pulang

dilakukan pada sore hari.Menempatkan pesawat di tengah-tengah antara dua

titik yang akan diukur.

3. Kesalahan karena getaran udara (ondulasi).

Bila suhu lingkungan tinggi (panas), maka terjadilah pemindahan udara panas

dari permukaan bumi ke atas. Hal ini mengakibatkan bayangan mistar menjadi

kabur, sehingga bacaan mistar kurang teliti. Untuk itu maka hendaklah

memperpendek Jarak antara slag dan menghenatikan kegiatan pengukuran

4. Kesalahan karena perubahan garis arah nivo.

anggota ini terjadi bila kerangka nivo terkena panas sinar matahari secara

langsung  yang mengakibatkan pemuaian, sehingga garis arah nivo tidak lagi

sejajar garis bidik. Untuk menghindari terjadinya hal tersebut, maka pesawat

7

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

harus dilindungi dengan menggunakan payung dalam setiap kali melakukan

kegiatan pengukuran.

5. Kesalahan dari Pengamat/operaor

Kesalahan pada pembacaan benang karena kelelahan mata.

Kurang cermat dalam perkiraan pembacaan rambu yang memiliki

ketelitian hingga milimeter (mm).

Kurangnya pemahaman mengenai tata cara pelaksanaan pengukuran tanah.

Untuk menentukan baik buruknya pengukuran menyipat datar, ditentukan

dengan batas harga terbesar (batas toleransi). Bila pengukuran dilakukan pergi-

pulang, maka selisih hasil pengukuran tidak boleh lebih besar dari :

k = 12 mm √D, pengkuran tingkat III

k = 4 mm √D, pengkuran tingkat I

k = 8 mm √D, pengukuran tingkat II

5. Peralatan

Dalam pengukuran beda tinggi dibutuhkan beberapa peralatan yaitu:

5.1 Rambu Ukur

Rambu ukur mempunyai bentuk penampang segi empat panjang yang berukuran  ±

3–4 cm, lebar ± 10 cm, panjang ± 300 cm, bahkan ada yang panjangnya mencapai

500 cm. Ujung atas dan bawahnya diberi sepatu besi. Bidang lebar dari bak ukur

dilengkapi dengan  ukuran milimeter dan diberi tanda pada bagian-bagiannya dengan

cat yang mencolok. Bak ukur diberi cat hitam dan merah dengan dasar putih,

8

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

maksudnya bila dilihat dari jauh tidak menjadi silau. Bak ukur ini berfungsi untuk

pembacaan pengukuran tinggi tiap patok utama secara detail.

Gambar 3.2 rambu ukur

5.2 Water Pass

Adapun bagian – bagian dari waterpass dapat dilihat pada gaambar dibawah:

9

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

Gambar 3.3 waterpass

5.3 Statif Water Pass

Statif (kaki tiga) berfungsi sebagai penyangga waterpass dengan ketiga

kakinya dapat menyangga penempatan alat yang pada masing-masing

ujungnya runcing, agar masuk ke dalam tanah. Ketiga kaki statif ini dapat

diatur tinggi rendahnya sesuai dengan keadaan tanah tempat alat itu berdiri.

Seperti tampak pada gambar dibawah ini :

Gambar 3.4 statif ( kaki tiga )

5.4 Unting-Unting

Unting – unting, ini melekat dibawah penyetel kaki statif, unting-unting ini

berfungsi sebagai tolak ukur apakah waterpass tersebut sudah berada tepat di

atas patok.

10

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

Gambar 3.5 unting - unting

5.5 Payung

Payung digunakan untuk melindungi pesawat dari sinar matahari langsung

maupun hujan karena lensa teropong pada pesawat sangat peka terhadap sinar

matahari.

Gambar 3.6 payung

5.6 Rol meter

Rol meter terbuat dari fiberglass dengan panjang 30-50 m dan dilengkapi

tangkai untuk mengukur jarak antara patok yang satu dengan patok yang lain.

Gamber 3.7 Rol meter

5.7 Patok

Patok ini terbuat dari kayu dan mempunyai penampang berbentuk lingkaran

atau segi empat dengan panjang kurang lebih 30-50 cm dan ujung bawahnya

dibuat runcing, berfungsi sebagai suatu tanda di lapangan untuk titik utama

dalam pengukuran.

11

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

Gambar 3.8 patok

5.8 Alat penunjang lainnyag

Alat penunjang lain seperti blanko data, alat tulis, kalkulator dipergunakan

untuk amemperlancar jalannya praktikum.

Gambar 3.9 Alat penunjang lain

12

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

Pelaksanaan praktikum

6. Prosedur Pengukuran Beda Tinggi dengan Waterpass

Urut-urutan pelaksanaan dari pengukuran waterpass adalah sebagai berikut:

Menentukan titik awal pengukuran serta titik tetap (Banch Mark) yang

digunakan.

Memberi tanda pada titik awal tersebut dengan menggunakan paku dan cat 

sebagai titik P1.

Menentukan titik A yang berjarak 20 meter didepan titik P1, dan titik P2 yang

berjarak 20 meter didepan titik A dan seterusnya dengan memberi tanda

dengan cat hingga titik terakhir, sejauh 100 m dari titik awal.

Mendirikan tripod diantara titik P1 dan P2, meletakkan alat ukur waterpass

diatas tripod tersebut dengan menyekrup bagian bawahnya.

Mengatur sekrup  pengungkit agar gelembung nivo terletak di tengah-tengah

tabung.

Setelah nivo dalam keadaan seimbang, bak diletakkan di titik BM kemudian

ditembak dari titik waterpass tersebut (usahakan letak bak vertikal)

Kemudian benang horisontal dibaca oleh pengamat dan hasilnya dicatat oleh

pencatat secara teliti agar memenuhi dua rumus waterpass, yaitu : d =  100 x

(BA-BB) dan 2  x BT  = BA + BB + 0,0015. Jika hasil pembacaan tidak

memenuhi rumus diatas, pembacaan rambu ukur diulang kembali.

Setelah titik BM diukur, waterpas dipindahkan ke titik A kemudian titik P1

dan P2 ditembak/diukur. Setelah itu alat dipindahkan ke titik B untuk

penembakan/pengukuran ke titik P2 dan P3,dan seterusnya hingga titik

terakhir yaitu titik J dan melakukan penembakan kembali ketitik awal untuk

bacaan pulang hingga titik A, seperti pada gambar dibawah ini.

13

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

Gambar 3.10 pengukuran beda tinggi

Melakukan penghitungan dan kesalahan yang diperbolehkan. Jika selisih beda tinggi

antara pengukuran pergi dengan pengukuran pulang melampaui kesalahan ynag

diijinkan, maka Pengukuran harus diulang kembali.

Pengukuran Sipat Datar Memanjang Pergi Pulang, Siapkan catatan ,

daftar pengukuran dan buat sket situasi yang akan diukur.

Tentukan dan tancapkan patok pada titik-titik yang akan dibidik (jarak

antar titik ± 20 m).

Dirikan pesawat di antara titik P1 dan P2 kemudian lakukan penyetelan

alat sampai di dapat kedataran.

Arahkan pesawat ke titik P1 dan baca benang tengahnya.

Putar teropong searah jarum jam dan arahkan teropong pesawat ke titik

P2, baca dan catat benang tengahnya.

Pindahkan teropong pesawat di antara titik P2 dan P3 dan lakukan

penyetelan alat sampai datar.

Arahkan pesawat ke titik P2 dan baca benang tengahnya.

Putar teropong searah jarum jam dan arahkan teropong pesawat ke titik

P3, baca dan catat benang tengahnya.

Dengan cara yang sama, lakukan sampai titik yang terakhir. (pengukuran

pergi).

Setelah pengukuran sampai pada titik yang terakhir, lakukan pengukuran

kembali (pengukuran pulang) dari arah titik terakhir sampai ke titik awal

dengan cara yang sama pada pengukuran pergi.

14

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

Lakukan perhitungan beda tinggi dan ketinggian masing-masing titik.

Gambar hasil pengukuran dan perhitungan.

Dirikan bak ukur di beberapa titik (sepanjang garis teropong) yang

diperlukan sebagai titik detail di sebelah kiri titik P2. Kemudian baca dan

catat benang tengahnya.

Putar pesawat searah jarum jam dengan besar sudut horizontal.

Dirikan bak ukur di beberapa titik (sepanjang garis teropong) yang

diperlukan sebagai titik detail di sebelah kanan titik P2. Kemudian baca

dan catat benang tengahnya.

Ukurlah tinggi pesawat dan jarak antar titik detail.

Dengan cara yang sama lakukan pengukuran profil melintang di atas tiap

titik pokok sampai titik yang terakhir.

Hitung beda tinggi dan ketinggian masing-masing titik.

Gambar hasil pengukuran dan perhitungan

6.1 Pengukuran Memanjang Pergi Pulang

Pengukuran sipat datar memanjang digunakan apabila jarak antara dua stasiun yang

akan Ditentukan beda tingginya sangat berjauhan (berada di luar jangkauan jarak

pandang). Sedang pengukuran sipat datar memanjang   pergi pulang merupakan salah

satu jenis dari sekian banyak macam pengukuran sipat datar memanjang. Pengukuran

sipat datar memanjang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti, karena

dengan mengadakan dua kali pengukuran.

15

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

 

Gambar: Pengukuran sipat datar memanjang pergi pulang

6.2 Langkah Perhitungan

6.2.1 Beberapa rumus yang digunakan sebagai berikut :

Jarak optis = (ba-bb) x 100

pengukuran pergi

jarak optis titik I ke A =( 0.684 - 0.608 ) X 100= 7.600

jarak optis titik I ke B =( 1.918 - 1.794 ) X 100= 12.400

jarak optis titik II ke B =( 1.732 - 1.634 ) X 100= 9.800

jarak optis titik II ke C =( 1.354 - 1.252 ) X 100= 10.200

jarak optis titik III ke C =( 1.553 - 1.449 ) X 100= 10.400

jarak optis titik III ke D =( 1.300 - 1.206 ) X 100= 9.400

jarak optis titik IV ke D =( 1.475 - 1.385 ) X 100= 9.000

jarak optis titik IV ke E =( 0.632 - 0.522 ) X 100= 11.000

jarak optis titik V ke E =( 1.562 - 1.440 ) X 100= 12.200

jarak optis titik V ke F =( 1.338 - 1.253 ) X 100= 8.500

jarak optis titik VI ke F =( 1.382 - 1.289 ) X 100= 9.300

Pengukuran pulang

jarak optis titik VI ke E =( 1.601 - 1.483 ) X 100= 11.800

jarak optis titik VII ke E =( 0.767 - 0.687 ) X 100= 8.000

jarak optis titik VII ke D =( 1.640 - 1.520 ) X 100= 12.000

jarak optis titik VIII ke D =( 1.098 - 1.047 ) X 100

16

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

= 5.100

jarak optis titik VIII ke C= ( 1.396 - 1.246 ) X 100= 15.000

jarak optis titik IX ke C =( 1.313 - 1.191 ) X 100= 12.200

jarak optis titik IX ke B =( 1.668 - 1.592 ) X 100= 7.600

jarak optis titik X ke B ( 2.097 - 1.919 ) X 100= 17.800

jarak optis titik X ke A ( 0.807 - 0.782 ) X 100= 2.500

Panjang /jumlah = jarak optis muka + jarak optis belakang

PENGUKURAN PERGI

Panjang A - B = 7.600 + 12.400 = 20.000

Panjang B - C = 9.800 + 10.200 = 20.000

Panjang C - D = 10.400 + 9.400 = 19.800

Panjang D - E = 9.000 + 11.000 = 20.000

Panjang E - F = 12.200 + 8.500 = 20.700

PENGUKURAN PULANG

Panjang F - E = 9.300 + 11.800 = 21.100

Panjang E - D = 8.000 + 12.000 = 20.000

Panjang D - C = 5.100 + 15.000 = 20.100

Panjang C - B = 12.200 + 7.600 = 19.800

Panjang B - A = 17.800 + 2.500 = 20.300

Beda tinggi = bt belakang – bt muka

PENGUKURAN PERGI

beda tinggi A - B = 0.646 - 1.856

= -1.210

beda tinggi B - C = 1.683 - 1.303

17

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

= 0.380

beda tinggi C - D = 1.501 - 1.253

= 0.248

beda tinggi D - E = 1.430 - 0.577

= 0.853

beda tinggi E - F = 1.501 - 1.296

= 0.205

PENGUKURAN PULANG

beda tinggi F - E = 1.335 - 1.542

= -0.207

beda tinggi E - D = 0.727 - 1.580

= -0.853

beda tinggi D - C = 1.072 - 1.321

= -0.249

beda tinggi C - B = 1.252 - 1.630

= -0.378

beda tinggi B - A = 2.008 - 0.795

= 1.213

Koreksi Beda tinggi = Beda tinggi – (( - (

)

PENGUKURAN PERGI

koreksi beda tinggi A - B = -1.210 - ((( 0.684 + 0.608 )/2)-(( 1.918 + 1.794 )/2))

= 0.000

koreksi beda tinggi B - C = 0.380 - ((( 1.732 + 1.634 )/2)-(( 1.354 + 1.252 )/2))

18

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

= 0.000

koreksi beda tinggi C - D = 0.248 - ((( 1.553 + 1.449 )/2)-(( 1.300 + 1.206 )/2))

= 0.000

koreksi beda tinggi D - E = 0.853 - ((( 1.475 + 1.385 )/2)-(( 0.632 + 0.522 )/2))

= 0.000

koreksi beda tinggi E - F = 0.205 - ((( 1.562 + 1.440 )/2)-(( 1.338 + 1.253 )/2))

=-

0.0005

PENGUKURAN PULANG

koreksi beda tinggi F - E = -0.207 - ((( 1.382 + 1.289 )/2)-(( 1.601 + 1.483 )/2))

=-

0.0005

koreksi beda tinggi E - D = -0.853 - ((( 0.767 + 0.687 )/2)-(( 1.640 + 1.520 )/2))

= 0.0000

koreksi beda tinggi D - C = -0.249 - ((( 1.098 + 1.047 )/2)-(( 1.396 + 1.246 )/2))

=-

0.0005

koreksi beda tinggi C - B = -0.378 - ((( 1.313 + 1.191 )/2)-(( 1.668 + 1.592 )/2))

= 0.0000

koreksi beda tinggi B - A = 1.213 - ((( 2.097 + 1.919 )/2)-(( 0.807 + 0.782 )/2))

=-

0.0005

Beda tinggi setelah dikoreksi = Beda tinggi + koreksi Beda tinggi

PENGUKURAN PERGI

beda tinggi A - B = -1.210 + 0.000= -1.210

beda tinggi B - C = 0.380 + 0.000= 0.380

beda tinggi C - D = 0.248 + 0.000= 0.248

beda tinggi D - E = 0.853 + 0.000= 0.853

beda tinggi E - F = 0.205 + -0.0005= 0.2045

PENGUKURAN PULANG

beda tinggi F - E = -0.207 + -0.0005

19

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

= -0.2075beda tinggi E - D = -0.853 + 0.000

= -0.8530beda tinggi D - C = -0.249 + -0.0005

= -0.2495beda tinggi C - B = -0.378 + 0.000

= -0.378beda tinggi B - A = 1.213 + -0.0005

= 1.2125 Tinggi = tinggi sebelumnya + Beda tinggi setelah dikoreksi

Contoh : Tinggi patok A = 12.000 , beda tinggi A – B setelah dikoreksi = -1,210

Jadi tinggi patok B = 12,000 - 1,210 = 10,790

20

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

6.3 Data hasil Praktikum dan Analis Data

Tempat Pesawat

Titik Arah

Pembacaan Mistar JarakJumlah Beda

Tinggi

Koreksi Beda Tinggi

Beda Tinggi Setelah Koreksi

Tinggi KeteranganBelakang Muka Belakang Muka

0.684

A 0.646 7.600 12.000Tinggi patok

I 0.608

1.732 1.918

B 1.683 1.856 9.800 12.400 20.000 -1.210 0.0000 -1.2100 10.790

II 1.634 1.794

1.553 1.354

C 1.501 1.303 10.400 10.200 20.000 0.380 0.0000 0.3800 11.170

III 1.449 1.252

1.475 1.300

D 1.430 1.253 9.000 9.400 19.800 0.248 0.0000 0.2480 11.418

IV 1.385 1.206

1.562 0.632

E 1.501 0.577 12.200 11.000 20.000 0.853 0.0000 0.8530 12.271

V 1.440 0.522

1.382 1.338

F 1.335 1.296 9.300 8.500 20.700 0.205 -0.0005 0.2045 12.476

VI 1.289 1.253

0.767 1.601

E 0.727 1.542 8.000 11.800 21.100 -0.207 -0.0005 -0.2075 12.268

VII 0.687 1.483

1.098 1.640

D 1.072 1.580 5.100 12.000 20.000 -0.853 0.0000 -0.8530 11.415

VIII 1.047 1.520

1.313 1.396

C 1.252 1.321 12.200 15.000 20.100 -0.249 -0.0005 -0.2495 11.166

IX 1.191 1.246

2.097 1.668

B 2.008 1.630 17.800 7.600 19.800 -0.378 0.0000 -0.3780 10.788

X 1.919 1.592

0.807

A 0.795 2.500 20.300 1.213 -0.0005 1.2125 12.000

0.782

21

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

JUMLAH 101.400 100.400 201.800 0.002 -0.002 0.000

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan :

Dari data yang diperoleh dilapangan dapat ditarik kesimpulan, diantaranya adalah:

1. Titik tertinggi yaitu pada patok F,sedang titik terendah yaitu pada patok B

2. Dari hasil pengukuran pergi pulang ternyata terjasi selisih beda tinggi antara pengukuran

pergi dan pengukuran pulang sebesar 0.002 meter

3. Beda tinggi antara titik awal dan titik akhir adalah 12.000 – 12.476 = 0.476 m

4. Pengamatan dapat dikatakan baik karena koreksinya sebesar 0.002

5. Yang perlu diperhatikan dalam pengamatan adalah posisi waterpass harus benar- benar

datar dengan memperhatikan gelembung nivo

Saran

1. Penempatan jarak patok dan pesawat sebaiknya tidak terlalu jauh, dari catatan dan

pengalaman jarak patok yang cukup representative menghasilkan pengukuran yang lebih

akurat maksimal 20 m agar ketelitian pembacaan bak ukur akurat.

2. Untuk beberapa peralatan sangat sensitif dengan udara panas karena itu bila pengukuran

dilakukan dicuaca panas sebaiknya menggunakan pelindung /payung pada peralatan yang

digunakan.

22

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

DAFTAR PUSTAKA

http://civil-in-us.blogspot.com/2011/02/pengukuran-waterpas.html, 12 maret 2013 jam 9.10

http://www.ilmutekniksipil.com/ilmu-ukur-tanah/pengukuran-menyipat-datar-memanjang, 12

maret 2013 jam 10.03

http://zulzulaidy.blogspot.com/2012/10/bab-i-pendahuluan-1.html, 12 maret 2013 jam 10.30

http://3.bp.blogspot.com/_zjKTrdtvmv0/TOICwYF4VNI/AAAAAAAAABg/TSCKGD-SsVQ/

s400/Screenshot+%252817h+16m+04s%2529.jpg, 12 maret 2013 jam 10.47

23

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

LAMPIRAN

24