Upload
dena-sundari-alief
View
900
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
TUGAS KELOMPOK PSIKOLOGI
Judul :
PERKEMBANGAN MASA TAMAN KANAK-KANAK
(EARLY SCHOOL AGE)
Dibuat oleh :
Augy Putro Harseno (13.04.215)
Dena Sundari Alief (13.04.233)
Abdan Syakuro (13.04.)
Khalil Abdi (13.04.313)
Kelas :
I-L
SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL BANDUNG
2013
2
Kata Pengantar
Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Mahakuasa kami panjatkan, karena atas karunia dan
hidayahnya pula, makalah ini dapat selesai dengan baik dan benar, tepat waktu dan sesuai
yang kami harapkan. Dalam makalah ini kami akan memaparkan tentang “Masa Taman
Kanak-Kanak (Early School Age)”.
Makalah ini dibuat atas hasil kerja kami bersama dan dari berbagai pihak yang membantu
menyelesaikan selama proses pengerjaannya. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Untuk itu, kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun makalah ini dengan baik.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bandung, Februari 2014
Penyusun,
3
Daftar Isi
Kata Pengantar …………………………………………………………………… 2
Daftar Isi …………………………………………………………………………. 3
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah ……………………………………………………….4
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………...5
1.3 Tujuan …………………………………………………………………………..5
Bab II Pembahasan
2.1 Ciri-Ciri Awal Masa Taman Kanak-Kanak (Early School Age) ……………... 6
2.2 Tugas dalam Perkembangan Pada Masa Taman Kanak-Kanak ………………12
2.3 Pertumbuhan Biologis dan Motorik Masa Taman Kanak-Kanak …………….14
2.4 Perkembangan Psikologis Masa Taman Kanak-Kanak ……………………….19
2.5 Perkembangan Sosial Masa Taman Kanak-Kanak ……………………………21
Bab III Kesimpulan ………………………………………………………………. 22
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………. 23
4
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Anak taman kanak-kanak (4-6 Tahun) merupakan anak yang sedang berada dalam
prosesperkembangan, baik perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional maupun
bahasa. Setiap anak memiliki karakteristik tersendiri dan perkembangan setiap anak berbeda-
beda baik dalam kualitas maupun tempo perkembangannya.Perkembangan anak bersifat
progresif, sistematis dan berkesinambungan. Setiap aspek perkembangan saling berkaitan
satu sama lain, terhambatnya satu aspek perkembangan tertentu akan mempengaruhi aspek
perkembangan yang lainnya.
Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang periode usia dini
merupakan periode yang penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Maria
Montessori (Elizabeth B. Hurlock, 1978 : 13) berpendapat bahwa usia 3 - 6 tahun merupakan
periode sensitif atau masa peka pada anak, yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu
perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Misalnya masa
peka untuk berbicara pada periode ini tidak terpenuhi maka anak akan mengalami kesukaran
dalam berbahasa untuk periode selanjutnya.
Masa-masa sensitif anak pada usia ini mencakup sensitif terhadap keteraturan lingkungan,
mengeksplorasi lingkungan dengan lidah dan tangan, sensitif untuk berjalan, sensitif terhadap
obyek-obyek kecil dan detail, serta terhadap aspek-aspek sosial kehidupan. Pada periode ini
selain anak perlu mendapatkan rangsangan dalam mengembangkan kemampuannya, anak
perlu mendapat pembinaan karakter yang dapat dibangun melalui kegiatan dan pekerjaan.
Jika pada periode ini anak tidak didorong aktivitasnya, maka perkembangan kepribadiannya
akan mengalami hambatan. Misalnya anak diajak untuk membereskan mainannya sendiri.
Aktivitas ini akan menjadi suatu kebiasaan yang dapat membentuk sifat rajin dan disiplin
pada diri anak.
Anak usia Taman Kanak-kanak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu
proses perkembangan yang sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya.
Anak memiliki dunia dan karakteristik tersendiri yang jauh berbeda dari dunia dan
karakteristik orang dewasa. Anak sangat aktif, dinamis, antusias dan hampir selalu ingin tahu
terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, seolah-olah tak pernah berhenti untuk belajar.
5
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana ciri-ciri awal Masa Taman Kanak-Kanak (Early School Age)?
1.2.2 Bagaimana Tugas dalam Perkembangan Pada Masa Taman Kanak-Kanak?
1.2.3 Bagaimana Pertumbuhan Biologis dan Motorik pada Masa Taman Kanak-Kanak?
1.2.4 Bagaimana Perkembangan Psikologis Pada Masa Taman Kanak-Kanak?
1.2.5 Bagaimana perkembangan Sosial pada masa Taman Kanak-Kanak?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui bagaimana ciri-ciri awal Masa taman kanak-kanak (Early School Age)
1.3.2 Mengetahui Bagaimana tugas dalam perkembangan pada masa taman kanak-kanak
1.3.3 Mengetahui bagaimana pertmbuhan biologis dan motorik pada masa taman kanak-
kanak
1.3.4 Mengetahui bagaimana perkembangan psikologis pada masa taman kanak-kanak
1.3.5 Mengetahui bagaimana perkembangan social pada mas ataman kanak-kanak
6
BAB II
Pembahasan
2.1 Ciri-CiriAwal Masa Taman Kanak-Kanak (Early School Age)
Batasan tentang masa anak cukup bervariasi. Dalam pandangan mutakhir yang lazim
dianut di negara maju, istilah anak usia dini (early childhood) adalah anak yang berkisar
antara usia 0 - 8 tahun. Bila dilihat dari jenjang pendidikan yang berlaku di Indonesia, maka
yang termasuk dalam kelompok anak usia dini adalah anak usia SD kelas rendah (kelas 1-3),
Taman Kanak-kanak (kindergarten), kelompok bermain (play group) dan anak masa
sebelumnya (masa bayi). Masa Taman Kanak-kanak dalam hal ini dipandang sebagai masa
anak usia 4 - 6 tahun.
Maria Montessori (Elizabeth B. Hurlock, 1978 : 13) berpendapat bahwausia 3 - 6
tahun merupakan periode sensitif atau masa peka pada anak, yaitu suatuperiode dimana suatu
fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidakterhambat perkembangannya.
Misalnya masa peka untuk berbicara pada periode initidak terpenuhi maka anak akan
mengalami kesukaran dalam berbahasa untuk periodeselanjutnya.
Satu ilustrasi tentang kemampuan bicara anak dapat diamati dalam contohberikut
ini.“Adi seorang anak berusia 3 tahun 1 bulan mengajak ibunya untukbermain dengan
mengucapkan “Ma, men bitinton yu!”.Sebenarnya Adi mengajakibunya untuk bermain
batminton, tetapi Adi belum dapat mengungkapkannya secarajelas.
Dari ilustrasi di atas, dapat difahami bahwa Adi perlu dimotivasi dan
dilatihkemampuan berbicaranya agar dapat menyampaikan apa yang diinginkannya dengan
baik dan benar. Masa-masa sensitif anak pada usia ini mencakup sensitif terhadap keteraturan
lingkungan, mengeksplorasi lingkungan dengan lidah dan tangan, sensitif untuk berjalan,
sensitif terhadap obyek-obyek kecil dan detail, serta terhadap aspek-aspek sosial kehidupan.
Ilustrasi lain yang menggambarkan bagaimana anak mengeksplorasi lingkungandapat
disimak dalam contoh berikut ini. “Linda seorang anak berusia 3,5 tahun sedang bersama
ibunya di dapur. Saat itu ibunya akanmengupas buah semangka dan buah melon. Diamatinya
buah tersebut dan disentuh serta dirabanya buah-buah tersebut.Setelah ibunya selesai
mengupas, Linda mencoba memakan buah tersebut”.
Dari ilustrasi di atas, dapat diamati bahwa Linda berusaha memahami bentukbuah-
buahan tersebut dengan cara melihat dan merabanya dan kemudian mencoba mengetahui rasa
buah tersebut dengan memakannya.
7
Pada periode ini selain anak perlu mendapatkan rangsangan dalammengembangkan
kemampuannya, anak perlu mendapat pembinaan karakter yang dapat dibangun melalui
kegiatan dan pekerjaan. Jika pada periode ini anak tidak didorong aktivitasnya, maka
perkembangan kepribadiannya akan mengalami hambatan. Misalnya anak diajak untuk
membereskan mainannya sendiri. Aktivitas ini akan menjadi suatu kebiasaan yang dapat
membentuk sifat rajin dan disiplin pada diri anak.
Erik H. Erikson (Helms & Turner, 1994 : 64) memandang periode usia 4-6tahun
sebagai fase sense of initiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan
prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan dari apayang dilihat, didengar
dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya, maka anak akan
mampu mengembangkan prakarsa, dan daya kreatifnya, dan hal-hal yang produktif dalam
bidang yang disenanginya. Guru yang selalu menolong, memberi nasehat, dan membantu
mengerjakan sesuatu padahal anak dapat melakukannya sendiri, menurut Erikson dapat
membuat anak tidak mendapatkan kesempatan untuk berbuat kesalahan atau belajar dari
kesalahan itu.
Pada fase ini terjamin tidaknya kesempatan untuk berprakarsa (dengan adanya
kepercayaan dan kemandirian yang memungkinkannya untuk berprakarsa),
akanmenumbuhkan kemampuan untuk berprakarsa. Sebaliknya kalau terlalu banyak dilarang
dan ditegur, anak akan diliputi perasaan serba salah dan berdosa (guilty). Contoh yang dapat
diamati dari kehidupan sehari-hari anak, dimana anak mencoba untuk berprakarsa dapat
disimak dalam contoh berikut ini.“Anita seorang anak berusia 4 tahun pada dasarnya cukup
cerdas dan selalu ingin tahu tentang sesuatu. Ketika ia membuka lemari es, ia melihat botol
minumannya kosong. Anita segera membawa botol tersebut ke dapur dan mencoba
menuangkan air ke dalam botol namun airnya tumpah.Ibunya melihat aktivitas anaknya dan
memberi kesempatan untuk mencobanya.Anita tidak putus asa dan mencoba lagi. Sekarang
Anita menggunakan bantuan alat (corong) untuk menuangkan air tersebut ke dalam botol,
dan akhirnya berhasil”.
Dari peristiwa di atas dapat difahami bahwa bila lingkungan mendukung
prosesberprakarsa, maka anak dapat melaksanakan dan membuktikan prakarsanya dengan
senang hati. Sebaliknya, bila lingkungan tidak memberikan dukungan maka prakarsa itu tidak
dapat terwujud dan cenderung membuat anak tidak mau mencobanya lagi.
Anak usia Taman Kanak-kanak adalah sosok individu yang sedang menjalanisuatu proses
perkembangan yang sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupanselanjutnya. Anak
8
memiliki dunia dan karakteristik tersendiri yang jauh berbeda daridunia dan karakteristik orang
dewasa. Anak sangat aktif, dinamis, antusias danhampir selalu ingin tahu terhadap apa yang
dilihat dan didengarnya, seolah-olah takpernah berhenti untuk belajar.
Kartini Kartono (1986 : 113) mengungkapkan ciri khas anak masa kanak-kanak
sebagai berikut
1. Bersifat egosentris naif
Seorang anak yang egosentris naif memandang dunia luar dari pandangannya sendiri,
sesuai dengan pengetahuan dan pemahamannya sendiri, dibatasi oleh perasaan dan
pikirannya yang masih sempit. Anak sangat terpengaruh oleh akalnya yang masih sederhana
sehingga tidak mampu menyelami perasaan dan pikiran orang lain. Anak belum memahami
arti sebenarnya dari suatu peristiwa dan belum mampu menempatkan diri ke dalam
kehidupan atau pikiran orang lain. Anak sangat terikat pada dirinya sendiri.Ia menganggap
bahwa pribadinya adalah satu dan terpadu erat dengan lingkungannya, ia belum mampu
memisahkan dirinya dari lingkungannya. Sikap egosentris yang naif ini bersifat temporer atau
sementara, dan senantiasa dialami oleh setiap anak dalam proses perkembangannya.Anak
belum dapat memahami bahwa suatu peristiwa tertentu bagi orang lain mempunyai arti yang
berbeda, yang lain dengan pengertian anak tersebut.
Contoh sikap egosentris pada anak dapat disimak dalam ilustrasi berikut: “Denianak
berusia 3 tahun bermain bola dengan temannya yang seusia. Satu waktu mereka berebut bola
dan saling memukul, akhirnya temannya menangis.Hal ini terjadi karena Deni tidak mau
memberikan mainan tersebut pada temannya.Ibunya mencoba menengahi sikap Deni dengan
memberi mainan bola lainnya, dengan harapan mereka bermain sendiri-sendiri. Tapi ternyata
Deni malah menangis dan menginginkan dua bola itu dimainkannya sendiri”.
Dari ilustrasi di atas, tampak bahwa anak seusia Deni masih memandang segala sesuatu
dari pikiran dan keinginan dirinya,ia belum tahu bahwa orang lain memiliki pandangan dan
keinginan yang berbeda, yang ia tahu bahwa keinginannya harus terpenuhi.
2. Relasi sosial yang primitif
Relasi sosial yang primitif merupakan akibat dari sifat egosentris yang naif.Ciri
iniditandai oleh kehidupan anak yang belum dapat memisahkan antara keadaan dirinya
dengan keadaan lingkungan sosial sekitarnya. Artinya anak belum dapat membedakan antara
kondisi dirinya dengan kondisi orang lain atau anak lain di luar dirinya.
9
Anak pada masa ini hanya memiliki minat terhadap benda-benda danperistiwa yang
sesuai dengan daya fantasinya.Dengan kata lain anak membangun dunianya dengan khayalan
dan keinginannya sendiri. Relasi sosial anak dengan lingkungannya masih sangat longgar, hal
ini disebabkan karena anak belum dapat menghayati kedudukan diri sendiri dalam
lingkungannya.Anak belum sadar dan mengerti adanya orang lain dan benda lain di luar
dirinya yang sifatnya berbeda dengan dia. Anak berkeyakinan bahwa orang lain menghayati
dan merasakan suatu peristiwa sama halnya dengan penghayatannya sendiri.
Ilustrasi tentang relasi sosial anak nampak dalam contoh berikut ini.“Ani belajar di taman
kanak-kanak kelompok A. Setiap hari Ani membawa bekal makanan.Satu waktu teman
sebelah Ani menangis karena tidak membawa bekal makanan, tapi Ani dengan enaknya
memakan bekalnya dan tidak mempedulikan bahwa teman di sampingnya tidak membawa
bekal makanan. Guru melihat kondisi itu, akhirnya mengajak anak-anak untuk mau membagi
bekal makanannya kepada teman yang tidak membawa bekal”.
Dari ilustrasi di atas dapat difahami bahwa pada dasarnya anak belum memiliki
pemahaman bahwa orang lain berbeda dengan dirinya. Anak masih menganggap bahwa
orang lain sama dengan dirinya. Pada masa ini anak perlu diajari bagaimana memahami
kondisi orang lain dan mau berbagi dengan orang lain.
3. Kesatuan jasmani dan rohani yang hampir tidak terpisahkan
Dunia lahiriah dan batiniah anak belum dapat dipisahkan, anak belum dapatmembedakan
keduanya.Isi lahiriah dan batiniah masih merupakan kesatuan yang utuh.Penghayatan anak
terhadap sesuatu dikeluarkan atau diekspresikan secara bebas, spontan, dan jujur baik dalam
mimik, tingkah laku maupun bahasanya.Anak tidak dapat berbohong atau bertingkah laku
pura-pura, anak mengekspresikannya secara terbuka.
Ilustrasi tentang kesatuan jasmani dan rohani anak dapat disimak dalam contoh berikut
ini.“Aulia seorang anak berusia 4 tahun sedang bermain dengan temannya, tiba-tiba
temannya berbuat licik dan Aulia menangis. Aulia menangis tidak hanya mengeluarkan air
mata namun juga mengeluarkan suara yang keras, dan anggota tubuhnya berguncang-
guncang digerakkan oleh suasana hati yang tidak menyenangkan”.
Ekspresi rasa kekesalan atau ketidaksenangan anak seperti Aulia ditunjukkan tidak hanya
dengan mengeluarkan air mata sebagai tanda menangis, tapi anak seusia Aulia
menunjukkannya dengan mengungkapkan kata-kata tidak senang dengan nada yang keras dan
menggerak-gerakkan anggota tubuhnya yang lain. Ekspresi ini merupakan wujud masih
10
bersatunya jasmani dan rohani anak.Anak belum dapat menunjukkan ketidaksenangannya
hanya dengan menangis ataumengungkapkannya dengan kata-kata.
4. Sikap hidup yang fisiognomis.
Anak bersikap fisiognomis terhadap dunianya, artinya secara langsung anakmemberikan
atribut/sifat lahiriah atau sifat konkrit, nyata terhadap apa yang dihayatinya. Kondisi ini
disebabkan karena pemahaman anak terhadap apayang dihadapinya masih bersifat menyatu
(totaliter) antara jasmani dan rohani. Anak belum dapat membedakan antara benda hidup dan
benda mati.Segala sesuatu yang ada di sekitarnya dianggap memiliki jiwa yang merupakan
makhluk hidup yang memiliki jasmani dan rohani sekaligus, seperti dirinya sendiri. Oleh
karena itu anak pada usia ini sering bercakap-cakap dengan binatang, boneka dan sebagainya.
Ilustrasi tentang sikap fisiognomis pada anak dapat disimak dalam contoh berikut ini.
“Ayu anak berusia 4,5 tahun sedang bermain boneka di teras rumahnya. Iamemegang-
megang badan dan kening boneka itu sambil berkata “Kamu kenapa, kok badannya panas.
Kamu sakit ya?”., saya kasih obat ya biar sembuh”.
Contoh di atas menggambarkan bahwa anak menganggap boneka mainannya merupakan
benda hidup yang dapat sakit seperti dirinya.Sikap Ayu seperti ini menunjukkan bahwa Ayu
masih bersifat fisiognomis.
Moeslichatoen R. (Tim Dosen FIP IKIP Malang, 1988 : 113-114)mengemukakan beberapa
ciri pertumbuhan kejiwaan anak taman kanak-kanak sebagai berikut :
1. Kemampuan melayani kebutuhan fisik secara sederhana sudah mulai tumbuh.Anak
pada masa ini sudah mulai dapat makan sendiri walaupun tidak rapih, dapatmemakai
baju sendiri walaupun membutuhkan waktu yang lama.
2. Mulai mengenal kehidupan sosial dan pola sosial yang berlaku yang
wujudnyatampak, seperti : senang berkawan, sanggup mematuhi peraturan,
mulaimenyadari hak dan tanggungjawab, sanggup bergaul dan bekerjasama
denganorang lain.
3. Mulai menyadari dirinya berbeda dengan anak lain yang mempunyai keinginan
danperasaan tertentu.
4. Masih tergantung pada orang lain dan memerlukan perlindungan dan kasih saying
orang lain.
5. Belum dapat membedakan antara yang nyata dengan khayal.
11
6. Mempunyai kesanggupan imitasi dan identifikasi kesibukan orang dewasa
(dalambentuk sederhana) di sekitarnya melalui kegiatan bermain.
7. Mulai menunjukkan kemampuan memecahkan persoalan dengan berpikirberdasarkan
hal-hal konkrit.
8. Mulai mampu menyesuaikan reaksi emosi terhadap kejadian yang dialami,sehingga
anak dapat dilatih untuk menguasai dan mengarahkan ekspresi perasaandalam bentuk
yang lebih baik.
9. Dorongan untuk mengeksploitasi lingkungan fisik dan sosial mulai tumbuh
denganditandai seringnya bertanya tentang segala sesuatu kepada orang di
sekitarnyauntuk memperoleh informasi atau pengalaman.
Selain ciri-ciri di atas, anak usia sekitar 4-5 tahun akan menunjukkan rasa ingintahu dan
sikap antusias yang kuat terhadap segala sesuatu. Anak memiliki sikap berpetualang
(adventurousness) yang kuat.Anak akan banyak memperhatikan, membicarakan atau
bertanya tentang berbagai hal yang sempat dilihat atau didengarnya.
Pada masa ini, anak juga menunjukkan minatnya yang kuat untuk mengobservasi
lingkungan dan benda-benda di sekitarnya, dorongan ini membuat anak senang ikut
bepergian ke daerah-daerah dan anak akan sangat mengamati bila diminta untuk mencari
sesuatu.
Anak usia 4-5 tahun masih memerlukan aktivitas fisik yang banyak. Kebutuhan anak
untuk melakukan berbagai aktivitas sangat diperlukan baik untuk pengembangan otot-otot
kecil maupun otot-otot besar.Gerakan-gerak fisik ini tidak sekedar penting untuk
mengembangkan keterampilan fisik saja, tetapi juga dapat berpengaruh positif terhadap
penumbuhan rasa harga diri anak dan bahkan perkembangan kognisi.Keberhasilan anak
dalam menguasai keterampilan-keterampilan motorik dapat membuat anak bangga akan
dirinya. Misalnya anak diminta untuk berjalan di atas papan titian.Aktivitas itu membutuhkan
kemampuan keseimbangan dan kekuatan fisik, keselarasan gerakan, keberanian, kemampuan
melihat posisi papan dan ketepatan menempatkan kaki (langkah) dan kestabilan emosi.Jika
anak mampu melewati papan titian itu dengan baik, maka pada diri anak selain berkembang
kemampuan fisiknya juga menumbuhkan kepercayaan pada dirinya serta berkembang
kemampuan kognisinya.
Kualitas lain dari anak usia ini adalah kemampuannya untuk memahami pembicaraan dan
pandangan orang lain yang semakin meningkat, sehingga keterampilan komunikasinya juga
12
meningkat. Penguasaan akan keterampilan berkomunikasi ini membuat anak semakin senang
bergaul dan berhubungan dengan orang lain.
2.2 Tugas dalam Perkembangan Pada Masa Taman Kanak-Kanak
Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah “Tugas yang muncul pada saat atau
sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akanmenimbulkan
rasa bahagia dan membawa kea rah keberhasilan dalam melaksanakan dalam melaksanakan
tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, kalau gagal, menimbulkan rasa tidak bahagia dan
kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.
Tugas-tugas dalam perkembangan mempnyai tiga macam tujuan yang sangat
berguna.Pertama, sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan
masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu. Misalnya, orang tua dapat dibimbing dalam
mengajari anak-anak mereka yang masih kecil untuk menguasai berbagai keterampilan.
Dengan pengertian bahwa masyarakat mengharapkan anak-anak menguasai keterampilan-
keterampilan tersebut pada usia-usia tertentu dan bahwa penyesuaian diri mereka akan sangat
dipengaruhi oleh seberapa jauh mereka berhasil melakukannya. Kedua, dalam memberi
motivasi kepada setiap individu untuk melakukan apa yang diharapkan dari mereka oleh
kelompok social pada usia tertentu sepanjang kehidupan mereka. Dan akhirnya, menunjukan
kepada setiap individu tentang apa yang diharapakan dari mereka kalau sampai pada tingkat
perkembangan berikutnya.
Dalam tugas-tugas perkembangan sepanjang rentang kehidupan menurut Havighurst,
Masa Taman Kanak-Kanak (4-6 tahun) masuk kedalam rentang pertama, yaitu :
Masa Bayi dan Awal Masa Kanak-Kanak
1. Belajar memakan makanan padat (Bayi)
2. Belajar berjalan (Bayi)
3. Belajar berbicara (Bayi)
4. Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh (Bayi)
5. Mempelajari perbedaan seks dan tata caranya (Masa TK)
6. Mempersiapkan diri untuk membaca (Masa TK)
7. Belajar membedakan benar dan salah, dan mulai mengembangkan hati nurani (Masa
TK)
Adapun tugas perkembangan masa kanak-kanak menurut Carolyn Triyon dan J. W.
Lilienthal (Hildebrand, 1986 : 45) adalah sebagai berikut :
13
1. Berkembang menjadi pribadi yang mandiri. Anak belajar untuk berkembangmenjadi
pribadi yang bertanggung jawab dan dapat memenuhi segalakebutuhannya sendiri
sesuai dengan tingkat perkembangannya di usia TamanKanak-kanak.
2. Belajar memberi, berbagi dan memperoleh kasih sayang. Pada masa TamanKanak-
kanak ini anak belajar untuk dapat hidup dalam lingkungan yang lebih luasyang tidak
hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja, dalam masa ini anakbelajar untuk dapat
saling memberi dan berbagi dan belajar memperoleh kasihsayang dari sesama dalam
lingkungannya.
3. Belajar bergaul dengan anak lain. Anak belajar mengembangkan
kemampuannyauntuk dapat bergaul dan berinteraksi dengan anak lain dalam
lingkungan di luarlingkungan keluarga.
4. Mengembangkan pengendalian diri. Pada masa ini anak belajar untuk bertingkahlaku
sesuai dengan tuntutan lingkungannya. Anak belajar untuk mampumengendalikan
dirinya dalam berhubungan dengan orang lain. Pada masa inianak juga perlu
menyadari bahwa apa yang dilakukannya akan menimbulkankonsekuensi yang harus
dihadapinya.
5. Belajar bermacam-macam peran orang dalam masyarakat. Anak belajar bahwadalam
kehidupan bermasyarakat ada berbagai jenis pekerjaan yang dapatdilakukan yang
dapat menghasilkan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhannyadan dapat
menghasilkan jasa bagi orang lain. Contoh, seorang dokter mengobatiorang sakit,
guru mengajar anak-anak di kelas, pak polisi mengatur lalu lintas, danlain sebagainya.
6. Belajar untuk mengenal tubuh masing-masing. Pada masa ini anak perlumengetahui
berbagai anggota tubuhnya, apa fungsinya dan bagaimanapenggunaannya. Contoh,
mulut untuk makan dan berbicara, telinga untukmendengar, mata untuk melihat dan
sebagainya.
7. Belajar menguasai ketrampilan motorik halus dan kasar. Anak
belajarmengkoordinasikan otot-otot yang ada pada tubuhnya, baik otot kasar
maupunotot halus. Kegiatan yang memerlukan koordinasi otot kasar diantaranya
berlari,melompat, menendang, menangkap bola dan sebagainya. Sedangkan
kegiatanyang memerlukan koordinasi otot halus adalah pekerjaan melipat,
menggambar,meronce dan sebagainya.
8. Belajar mengenal lingkungan fisik dan mengendalikan. Pada masa ini diharapkananak
mampu mengenal benda-benda yang ada di lingkungan, dan dapatmenggunakannya
secara tepat. Contoh, anak belajar mengenal ciri-ciri bendaberdasarkan ukuran,
14
bentuk, dan warnanya. Selain dari itu, anak dapatmembandingkan satu benda dengan
benda lain berdasarkan ciri-ciri yang dimilikibenda tersebut.
9. Belajar menguasai kata-kata baru untuk memahami anak/orang lain. Anakbelajar
menguasai berbagai kata-kata baru baik yang berkaitan dengan bendabendayang ada
di sekitarnya, maupun berinteraksi dengan lingkungannya.Contoh, anak dapat
menyebutkan nama suatu benda, atau mengajak anak lainuntuk bermain, dan
sebagainya.
10. Mengembangkan perasaan positif dalam berhubungan dengan lingkungan. Padamasa
ini anak belajar mengembangkan perasaan kasih sayang terhadap apa-apayang ada
dalam lingkungan, seperti pada teman sebaya, saudara, binatangkesayangan atau pada
benda-benda yang dimilikinya.
2.3 Pertumbuhan Fisik dan Motorik Masa Taman Kanak-Kanak
2.3.1 Pertumbuhan Fisik dan Motorik Anak
Pertumbuhan fisik motorik diartikan sebagai pertumbuhan dari unsur kematangan dan
pengendalian gerak tubuh.karena keterampilan motorik halus membutuhkan kemampuan
yang lebih sulit misalnya konsentrasi, kontrol, kehati-hatian, dan koordinasi otot tubuh yang
satu dengan yang lain.
Pertumbuhan fisik adalah pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada tubuh/badan
jasmani seseorang, Pertmbuhan fisik merupakan hal yang bersifat tampak dan dapat mudah
dilihat dengan kasat mata, Pertumbuhan fisik meliputi bertambahnya berat badan, tinggi
bedan, tumbuhnya gigi pada anak dll.
Pertumbuhan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang
anak. Pada dasarnya, pertumbuhan ini berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot
anak.Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola interaksi
yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam tubuh yang dikontrol oleh
otak.Pertumbuhan kemampuan motorik merupakan pertumbuhan pengendalian gerakan
jasmani yang terkoordinasi antar pusat syaraf, urat syaraf dan otot.Pertumbuhan motorik
meliputi motorik kasar dan motorik halus.keterampilan motorik kasar yaitu gerakan yang
dihasilkan dari kemampuan untuk mengontrol otot-otot besar, contohnya adalah berjalan,
berlari, melompat, berguling.Keterampilan motorik halus yaitu gerakan terbatas dari bagian-
15
bagian yang meliputi otot kecil, terutama di bagian jari-jari tangan, contohnya adalah
menulis, menggambar, memegang, sesuatu dengan ibu jari dan telunjuk.
Menurut Hurlock (1998),pertumbuhan motorik adalah pertumbuhan pengendalian
gerak jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi.
Pengendalian berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada waktu
lahir.
Pertumbuhan ketrampilan motorik merupakan factor yang sangat penting bagi
perkembangan kepribadian anak secara keseluruhan.Elizabeth Hurlock (1956) mencatat
beberapa alasan tentang fungsi pertumbuhan motorik bagi konstelasi perkembangan individu,
yaitu sebagai berikut :
1. Melalui ketrampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh
perasaan senang, seperti anak merasa senang dengan memiliki ketrampilan
memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat lainnya.
2. Melalui ketrampilan motorik anak dapat beranjak dari kondisi helplessness (tidak
berdaya) pada bulan-bulan pertama kehidupannya, ke kondisi yang independence
(bebas tidak bergantung). Anak dapat bergerak dari satu tempat ketempat yang
lainnya, dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang
perkembangan self confidence (rasa percaya diri).
3. Melalui ketrampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan
sekolah (school adjustment). Pada usia TK atau pra sekolah, anak sudah dapat dilatih
menulis, menggambar, mewarnai dll.
4. Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau
bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat
anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan dikucilkan atau
menjadi anak yang fringer (terpinggirkan).
5. Perkembangan ketrampilan motorik sangat penting bagi perkembangan self concept
atau kurang konsep diri/kepribadian anak.
2.3.2 Karakteristik Perkembangan Fisik Motorik
Anak usia 4-6 tahun berada pada tahap perkembangan early childhood atau masa
kanak-kanak awal yang secara teori dimulai dari usia 3 tahun (Papalia, Olds,& Feldman,
2004). Tahap usia ini biasa disebut sebagai periode prasekolah/Taman kanak-kanak.
16
Anak usia 4 – 6 tahun memiliki karakteristik antara lain :
1. Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai
kegiatan. Hal ini bermanfaat untuk mengembangkan otot-otot kecil maupun besar.
2. Perkembangan bahasa juga semakin baik. Anak sudah mampu memahami
pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya dalam batas-batas
tertentu.
3. Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat, ditunjukkan dengan rasa ingin tahu
anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar. Hal itu terlihat dari seringnya anak
menanyakan segala sesuatu yang dilihat.
4. Bentuk permainan anak masih bersifat individu, bukan permainan sosial. Walaupun
aktifitas bermain dilakukan anak secara bersama.
2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik Motorik
1. Faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik anak :
A. Faktor Kematangan
Kematangan atau maturity adalah kesiapan fungsi- fungsi baik fisik maupun psikis
untuk melakukan aktivitas tanpa memerlukan stimulus dari luar. Misalnya proses anak belajar
duduk, merangkak, berjalan atau bercakap- cakap. Proses- prose situ memerlukan periode
belajar dan berlatih. Proses- proses di atas tidak akan menunjukkan hasil yang maksimal bila
anak belum mencapai kematangannya.
B. Faktor Keturunan
1. Tinggi tubuh
Orang tua yang tinggi, cenderung untuk mempunyai keturunan yang tinggi, demikian
pula orang tua yang pendek, cenderung akan memiliki keturunan yang pendek pula. Namun
tinggi tubuh seseorang tidak dapat diramalkan secara tepat, karena faktor lingkungan, gizi
dan kesehatan mempunyai pengaruh pula pada hal itu.
2. Kecepatan pertumbuhan
Kecepatan pertumbuhan ternyata juga merupakan sifat yang diturunkan. Penelitian-
penelitian pada kembar identik memperlihatkan bahwa haid pertama yang dialami kembar
identik perempuan terjadi pada usia yang sama. Demikian pula pada perempuan kakak-
beradik, haid mereka pada usia yang tidak begitu berbeda.
C. Pengaruh lain
Nutrisi, Penyebab ini bukan hanya faktor sosial ekonomi yang lemah saja tetapi juga
cara dan kebiasaan keluarga dalam hal makan. Akibat bila seorang anak kurang gizi yaitu:
17
anak akan menjadi lemah dan kurang berminat untuk bermain. Selain itu anak juga mudah
tersinggung, pemurung dan kadang gugup.
2. Faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik anak :
Motorik anak perlu dilatih agar dapat berkembang dengan baik.Perkembangan
motorik anak berhubungan erat dengan kondisi fisik dan intelektual anak.Faktor gizi, pola
pengasuhan anak, dan lingkungan ikut berperan dalam perkembangan motorik
anak.Perkembangan motorik anak berlangsung secara bertahap tapi memiliki alur kecepatan
perkembangan yang berbeda pada setiap anak.
Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan motorik anak, antara lain :
a. Kesiapan anak untuk belajar, baik secara fisik maupun psikis.
b. Motivasi anak untuk belajar.
c. Kesempatan untuk berlatih dalam hal ini adalah waktu luang.
d. Kesempatan untuk belajar. Sebagian anak tidak punya kesempatan belajar karena orang tua
terlalu protektif.
e. Bimbingan, terutama koreksi diperlukan ketika anak melakukan kesalahan.
2.3.4 Masalah-Masalah Pada Pertumbuhan Fisik dan Motorik
1. Masalah dalam Perkembangan Fisik Anak
A. Malnutrisi (Kurang gizi)
Pendapat popular menyatakan bahwa masalah kurang gizi biasa ditemui pada anak-
anak di dunia ketiga/ Negara miskin.Pendapat ini tidak sesungguhnya tepat, karena di Negara
yang telah majupun masih juga ditemui masalah anak yang kekurangan gizi.Semua ini
ternyata lebih kepada pola pengaturan makanan yang sehat dan seimbang. Anak yang
mengalami malnutrisi akan tampak pada penampilan fisiknya. Dibutuhkan kombinasi antara
pengaturan pola makan dan asupan makanan serta kepedulian orang tua untuk melihat adanya
tanda- tanda kekurangan gizi pada anak. Di Indonesia pemerintah telah menggalang program
gerakan “4 sehat 5 sempurna”, serta program pemberian makanan tambahan bagi anak di
puskesmas. Posyandu serta sekolah- sekolah.
B. Obesitas (Kelebihan Berat Badan)
Ada banyak faktor yang dapat memicu obesitas, salah satunya adalah faktor
keturunan.Dari penelitian Sukard (Kail, 2001) ditemukan bahwa berat badan anak yang
diadopsi lebih terkait pada orang tua biologisnya disbanding orang tua angkatnya. Jika anak
malas bergerak maka lemak akan tertimbun dan membuat tubuh menjadi gemuk. Seiring
18
dengan perkembangan IPTEK anak zaman sekarang cenderung malas bergerak, olah raga
juga bukan menjadi kebiasaan hidup mereka.Anak yang mengalami obesitas umumnya
memiliki rasa percaya diri yang rendah.Dari faktor kesehatan, obesitas juga memicu berbagai
penyakit, seperti darah tinggi dan diabetes. Cara terbaik yang bias dilakukan ialah dengan
mengatur pola makan dan rajin olah raga.
2. Masalah dalam Perkembangan Motorik Anak
A. Masalah/ Kesulitan dalam motorik kasar
1. Ketidak mampuan mengatur keseimbangan
Anak- anak yang mengalami kesulitan dalam mengatur keseimbangan tubuhnya
biasanya juga memiliki kesulitan dalam mengontrol gerakan anggota tubuh sehingga terkesan
gerakannya ragu- ragu dan tampak canggung. Diketahui kurang lebih 80% dari jumlah anak
yang memiliki gangguan perkembangan juga mengalami kesulitan pada pengaturan
keseimbangan tubuh .Masalah pengaturan keseimbangan tubuh ini berhubungan dengan
sistem vestibular atau sistem yang mengatur keseimbangan di dalam tubuh. Jika tidak segera
ditangani, kesulitan ini akan dibawa terus oleh anak sampai saat mereka sekolah dan akan
mengakibatkan masalah lain, yaitu dalam hal membaca dan menulis.
2. Reaksi kurang cepat dan koordinasi kurang baik
Salah satu perkembangan motorik pada anak yang perlu diperhatikan adalah
kemampuan bereaksi yang semakin cepat, koordinasi mata-tangan yang semakin baik, dan
ketangkasan serta kesadaran terhadap tubuh secara keseluruhan.Namun, ada anak yang
lambat dalam bereaksi.Koordinasi gerakannya juga tampak kacau sehingga sering kali
disebut “ceroboh” dan menjadi bahan ejekan temannya.Hal yang menyebabkan masalah
tersebut ada 2 yaitu karena anak kurang diberi kesempatan untuk berlatih dan ada
kemungkinan anak mempunyai masalah dalam syaraf motoriknya. Untuk alas an yang
terakhir ini orang tua perlu mengkonsultasikannya dengan dokter.
B. Masalah/ Kesulitan dalam Motorik halus
1. Belum bisa menggambar bentuk bermakna
Kegiatan menggambar merupakan hal yang menyenangkan bagi sebagian besar
anak.Namun yang perlu diwaspadai adalah jika anak belum dapat menggambar beberapa
bentuk yang tergabung dengan baik menjadi satu bentuk yang lebih bermakna. Maka
kemampuan anak dalam mempersepsi apa yang ada di sekitarnya perlu dipertanyakan.
19
2. Belum bisa mewarnai dengan rapi
Salah satu cara untuk melatih motorik halus anak ialah dengan member gambar menarik
untuk diwarnai. Biasanya anak akan menyukai kegiatan ini dan bereksperimen dengan
menggunakan berbagai macam warna yang disediakan.bagi beberapa anak pekerjaan
mewarnai memang bukan pekerjaan yang menyenangkan.
2.4 Perkembangan Psikologis Masa Taman Kanak-Kanak
2.4.1 Perkembangan Kognitif
Piaget melukiskan urutan perkembangan kognitif ke dalam empat tahap yang berbeda
secarakualitatif yaitu : (1) tahap sensorimotorik, (2) tahap praoperasional, (3) tahap
operasional konkrit dan (4) tahap operasional formal. Dari setiap tahapan itu urutannya tidak
berubah-ubah. Semua anak akan melalui ke empat tahapan tersebut dengan urutan yang sama.
Hal ini terjadi karena masing-masing tahapan berasal dari pencapaian tahap
sebelumnya.Tetapi sekalipun urutan kemunculan itu tidak berubahubah, tidak menutup
kemungkinan adanya percepatan untuk melewati tahap-tahap itu secara lebih dini di satu sisi
dan terhambat di sisi lainnya.
Dalam urutan perkembangan kognitif tersebut, Early School Agemasuk dalam tahap ke-2,
yaitu tahap praoperasional.Dikatakan praoperasional karena pada tahap ini anak belum
memahamipengertian operasional yaitu proses interaksi suatu aktivitas mental, dimana
prosesnya bisa kembali pada titik awal berfikir secara logis. Manipulasi simbol merupakan
karakteristik esensial dari tahapan ini.Pemikiran pada tahap praoperasional terbatas dalam
beberapa hal penting.Menurut Piaget, pemikiran itu khas bersifat egosentris, anak pada tahap
ini sulit membayangkan bagaimana segala sesuatunya tampak dari perspektif orang lain.
Karakteristik lain dari cara berfikir praoperasional yaitu sangat memusat (centralized). Bila
anak dikonfrontasi dengan situasi yang multi dimentional, maka iaakan memusatkan
perhatiannya hanya pada satu dimensi dan mengabaikan dimensi lainnya. Pada akhirnya juga
mengabaikan hubungannya antara dimensi-dimensi ini.Cara berfikir seperti ini dicontohkan
sebagai berikut : sebuah gelas tinggi ramping dan sebuah gelas pendek dan lebar diisi dengan
air yang sama banyaknya. Anak ditanya apakah air dalam dua buah gelas tadi sama
banyaknya? Anak pada tahap ini kebanyakan menjawab bahwa ada lebih banyak air dalam
gelas yang tinggi ramping.tadi karena gelas ini lebih tinggi dari yang satunya. Jadi anak
20
belum melihat dua dimensi secara serempak.Berfikir praoperasional juga tidak dapat dibalik
(irreversable).Anak belum mampu untuk meniadakan suatu tindakan dengan melakukan
tindakan tersebut sekali lagi secara mental dalam arah yang sebaliknya. Dengan demikian
bila situasi A beralih pada situasi B, maka anak hanya memperhatikan situasi A, kemudian B.
Ia tidak memperhatikan perpindahan dari A ke B.
2.4.2 Perkembangan Emosional
Perkembangan emosi anak 4-6 tahun adalah anak yang rasa ingin tahu dan sikap
antusias yang kuat terhadap segala sesuatu merupakan ciri yang menonjol pada anak usia 4-6
tahun. Ia memiliki sikap berpetualang yang begitu kuat. Ia akan banyak memperhatikan,
membicarakan atau bertanya tentang berbagai hal yang sempat dilihat atau didengarnya.
Secara khusus, anak pada usia ini juga memiliki keinginan yang kuat untuk lebih mengenal
tubuhnya sendiri. Ia senang dengan nyanyian, permainan dan atau rekaman yang
membantunya untuk lebih mengenal tubuhnya itu.
Anak usia ini masih tidak dapat berlama-lama untuk duduk dan berdiam diri. Menurut
solehudin (1997) sepuluh menit adalah waktu yang wajar bagi anak usia sekitar 5 tahun ini
untuk dapat duduk dan memperhatikan sesuatu secara nyaman.
Bagi anak usia ini, gerakan-gerakan fisik tidak sekedar penting untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan fisik, melainkan juga dapat berpengaruh positif
terhadap penumbuhan rasa harga diri dan bahkan perkembangan kognisi. Kualitas lain dari
anak usia ini adalah abilitas untuk memahami pembicaraan dan pandangan orang lain
semakin meningkat sehingga keterampilan komunikasinya juga meningkat. Sehingga anak
usia 4-6 tahun perkembangan emosinya belum stabil. Mereka belum bisa memilih mana yang
baik dan mana yang salah.
Apa yang diungkapkan di atas adalah yang lajunya dialami oleh anak usia prasekolah.
Sesuai dengan sifat individu yang unik, adanya variasi individual dalam perkembangan anak
merupakan hal yang normal terjadi.Kadang-kadang anak yang satu lebih cepat berkembang
daripada anak-anak lainnya.Begitu pun dalam hal perkembangan emosinya. Anak usia ini
dalam hal emosinya hanya bersifat sementara, tetapi sering terjadi. Akan tetapi emosi anak
usia 4-6 tahun dalam emosi berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba tetapi dapat diketahui
dengan jelas tingkah lakunya.
21
2.5 Perkembangan Sosial Masa Taman Kanak-Kanak
Ciri-ciri perkembangan sosial anak umur 4-6 tahun (Piaget,1998)
1. Usia 4 tahun
Sangat antusias
Lebih suka bekerja dengan 2 atau 3 teman yang dipilih
Suka memakai baju orang tua atau orang lain
Dapat membereskan alat permainannya
Tidak suka dipegang tangannya
Menarik perhatian karena dipuji
2. Usia 5 tahun
Senang dirumah dekat ibu
Ingin disuruh atau penurut
Senang pergi kesekolah
Senang berangkat dan pulang sekolah
Kadang-kadang malu dan sukar bicara
Bermainn dengan kelompok 2 atau 5 orang
Terpacu oleh kompetisi dengan anak lain
3. Usia 6 tahun
Mulai lepas dari sang ibu
Menjadi pusatnya sendiri
Mementingkan diri sendiri
Antusiasme yang implusif dan kegembiaraan yang meluap-luap menular ke teman.
Dapat menjadi faktor pengganggu dikelas
Ada kecenderungan berlari lepas dihalaman sekolah
Menyukai pekerjaannya dan selalu ingin membawa pulang
22
Bab III
Kesimpulan
Dari pembahasan pada Bab 2 didapat kesimpulan sebagai berikut:
Anak usia Taman Kanak-kanak/Prasekolah (Early School Age) adalah sosok individu
yang sedang menjalanisuatu proses perkembangan yang sangat pesat dan sangat
fundamental bagi kehidupanselanjutnya. Anak memiliki dunia dan karakteristik tersendiri
yang jauh berbeda daridunia dan karakteristik orang dewasa. Anak sangat aktif, dinamis,
antusias danhampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, seolah-
olah takpernah berhenti untuk belajar.
Tugas-tugas dalam perkembangan Early School Age adalah, berkembang menjadi
pribadi yang mandiri, belajar memberi berbagi dan memperoleh kasih sayang, belajar
bergaul dengan anak lain, mengembangkan pengendalian diri,belajar bermacam-
macam peran orang dalam masyarakat, belajar untuk mengenal tubuh masing-masing,
belajar menguasai ketrampilan motorik halus dan kasar, belajar mengenal lingkungan
fisik dan mengendalikan, belajar menguasai kata-kata baru untuk memahami
anak/orang lain.,dan mengembangkan perasaan positif dalam berhubungan dengan
lingkungan.
Perkembangan fisik dan motorik anak pada Early School Age, anak sangat aktif
melakukan berbagai kegiatan.Anak dapat bergerak dari satu tempat ketempat yang
lainnya, dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang
perkembangan self confidence (rasa percaya diri).
Perkembangan emosi anak 4-6 tahun adalah anak yang rasa ingin tahu dan sikap
antusias yang kuat terhadap segala sesuatu merupakan ciri yang menonjol pada anak
usia 4-6 tahun. Ia memiliki sikap berpetualang yang begitu kuat. Ia akan banyak
memperhatikan, membicarakan atau bertanya tentang berbagai hal yang sempat
dilihat atau didengarnya. Secara khusus, anak pada usia ini juga memiliki keinginan
yang kuat untuk lebih mengenal tubuhnya sendiri. Ia senang dengan nyanyian,
permainan dan atau rekaman yang membantunya untuk lebih mengenal tubuhnya itu.
Perkembangan Sosialmya keluargamerupakan agen sosialisasi yang paling penting.
Ketika anak-anak memasuki sekolah,guru mulai memasukkan pengaruh terhadap
sosialisasi mereka, meskipun pengaruhteman sebaya biasanya lebih kuat dibandingkan
dengan pengaruh guru dan orang tua.
23
Daftar Pustaka
http://psychologynews.info/psikologi-perkembangan/perkembangan-masa-kanak-kanak-awal/
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Diktat%20Motorik.pdf
Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Hurlock, Elisabeth B. 1978. Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta : Erlangga
http://blog.elearning.unesa.ac.id/nur-ardisti/mengenal-kecerdasan-emosional-pada-anak-usia-
dini
Santoso Soegeng, Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta:PT. Rineka Citra Pendidikan, 2004