32
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Proses pembelajaran di sekolah maupun tingkat dasar dan menengah memiliki berbagai macam model pembelajaran untuk mendukung tercapainya materi ajar kepada peserta didik. Model pembelajaran dikembangkan sedemikian rupa untuk mendukung jalannya proses belajar mengajar dengan baik. Menurut Wenger (1998) mengatakan dalam buku Huda (2017: 2), “pembelajaran bukanlah aktivitas, sesuatu yang dilakukan oleh seseorang ketika ia tidak melakukan aktivitas yang lain. Pembelajaran bisa terjadi dimana saja dan pada level yang berbeda-beda, secara individual, kolektif ataupun sosial. Hal inilah yang terjadi ketika seseorang sedang belajar, dan kondisi ini juga sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, karena belajar merupakan proses alamiah setiap orang”. Selain itu Huda (2017: 143), “mendeskripsikan model pembelajaran sebagai kerangka kerja struktural yang juga dapat digunakan sebagai pemandu untuk mengembangkan lingkungan dan aktifitas belajar yang kondusif”. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bisa dilakukan dimana saja dan terhadap siapa saja dalam tahap kegiatan sedang belajar. Adapun pengertian dari model pembelajaran dapat disimpulkan bahwa model - - www.lib.umtas.ac.id Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya - -

BAB II - Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya

Embed Size (px)

Citation preview

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Model Pembelajaran

Proses pembelajaran di sekolah maupun tingkat dasar dan menengah

memiliki berbagai macam model pembelajaran untuk mendukung tercapainya

materi ajar kepada peserta didik. Model pembelajaran dikembangkan

sedemikian rupa untuk mendukung jalannya proses belajar mengajar dengan

baik.

Menurut Wenger (1998) mengatakan dalam buku Huda (2017: 2),

“pembelajaran bukanlah aktivitas, sesuatu yang dilakukan oleh seseorang ketika

ia tidak melakukan aktivitas yang lain. Pembelajaran bisa terjadi dimana saja

dan pada level yang berbeda-beda, secara individual, kolektif ataupun sosial.

Hal inilah yang terjadi ketika seseorang sedang belajar, dan kondisi ini juga

sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, karena belajar merupakan proses

alamiah setiap orang”.

Selain itu Huda (2017: 143), “mendeskripsikan model pembelajaran sebagai

kerangka kerja struktural yang juga dapat digunakan sebagai pemandu untuk

mengembangkan lingkungan dan aktifitas belajar yang kondusif”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bisa dilakukan

dimana saja dan terhadap siapa saja dalam tahap kegiatan sedang belajar.

Adapun pengertian dari model pembelajaran dapat disimpulkan bahwa model

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

7

pembelajaran adalah untuk memandu proses pembelajaran di ruang kelas atau

pembelajaran yang di modifikasi dan di setting dengan sedemikian rupa dengan

inovasi-inovasi yang lebih menarik untuk meningkatakan keefektifitas pembelajaran.

a. Tujuan Utama Model Pembelajaran

Pada dasarnya model pembelajaran menekankan relasi individu dengan

masyarakat dan orang lain. Salah satunya untuk membantu siswa belajar

bekerja sama, mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah, baik sifatnya

akademis maupun sosial. Berikut tujuan utama pada model pembelajaran.

1) Membantu siswa bekerja sama untuk mengidentifikasi dan

menyelesaikan masalah

2) Mengembangkan skill hubungan masayarakat

3) Meningkatkan kesadaran akan nilai-nilai personal dan sosial.

b. Manfaat Model Pembelajaran

Menurut Indrawati (2013: 56), “manfaat model pembelajaran bisa

dikemukaakan sebagai berikut:

1) Membantu dan membimbing guru untuk memilih teknik, strategi, dan

metode pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai.

2) Membantu guru untuk menciptakan perubahan perilaku peserta didik

yang diinginkan.

3) Membantu guru dalam menentukan cara dan sarana untuk menciptakan

lingkungan yang sesuai untuk melaksanakan pembelajaran.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

8

4) Membantu menciptakan interaksi antara guru dan siswa yang

diinginkan selama proses pembelajaran berlangsun.

5) Membantu guru dalam merancang kegiatan pendidikan atau

pembelajaran yang sesuai.

6) Memberikan bahan prosedur untuk mengembangkan materi dan

sumber belajar yang menarik dan efektif.

7) Merangsang pengembangan inovasi pendidikan atau pembelajaran

baru.

8) Membantu mengkomunikasikan informasi tentang teori mengajar.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa begitu banyak

manfaat penggunaan model pembelajaran yang mempengaruhi keberhasilaan

proses pembelajaran dengan memilih dan menyesuaikan model

pembelajaraan yang efektif.

c. Kelompok Model Pembelajaran

Huda (2017: 74), “tentang model-model pembelajaran yang paling

komprehensif unuk sementara ini, hanyalah yang dilakukan Joyce dan Weill

(1980) yang telah menidentifikasi sedikitnya 23 model yang di klasifikasikan

ke dalam empat kelompok yang di dasarkan pada sifat-sifatnya,

karakteristik-karakteristiknya, dan pengaruh-pengaruhnya”. Empat

kelompok tersebut adalah sebagai berikut:

1) Model-Model Memproses Informasi

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

9

Model-model ini berfokus pada kapasitas intelektual. Model-model

tersebut didasarkan pada kemampuan siswa untuk mengobservasi,

mengolah data, memahami informasi, membentuk konsep-konsep,

menerapkan simbol-simbol verbal dan non-verbal, dan memecahkan

masalah.

2) Model-Model Interaksi Sosial

Model-model dalam katagori ini menekankan relasi individu dengan

masyarakat dan orang lain. Sasaran utamnya adalah untuk membantu

siswa belajar bekerja sama, mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah,

baik yang sifatnya akademik maupun sosial.

3) Model-Model Personal

Model-model yang termasuk dalam katagori model ini umumnya

berkaitan dengan individu dan pengembangan diri sendiri. Model-model

ini menekankan pada pengembangan individu untuk menjadi pribadi yang

utuh, percaya diri, dan kompeten. Model-model ini juga berusaha

membantu siswa dalam memahami dirinya sendiri.

4) Model-Model Sistem Perilaku

Semua model dalam kelompok ini memiliki dasar teoritis yang sama,

suatu body of knowledge yang merujuk pada teori behevioral. Model-

model ini menekankan pada upayanya untuk mengubah perilaku yang

tampak dari para siswa.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

10

Dari empat kelompok model pembelajaran yang telah di paparkan

tersebut yang digunakan sebagai model pembelajaran pada penelitian ini

yaitu Model pembelajaran interaksi sosial. Menurut Huda (2017: 109),

“Model-model pembelajaran interaksi sosial yaitu model-model dalam

katagori ini menekankan relasi individu dengan masyarakat dan orang lain.

Sasaran utamanya adalah untuk membantu siswa belajar bekerja sama,

mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah, baik yang sifatnya akademik

maupun sosial”. Dari model pembelajaran interaksi sosial terdapat pula

macam model-model pembelajaranya salah satunya dengan model

pembelajaran kooperatif.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin dalam buku Taniredja dkk (2015: 55), mengemukakan, “in

cooperative learning methods, students work together in four member teams to

master material initially presented by the teacher”. Dari uraian tersebut dapat

dikemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran

dimana dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang

berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih

bersemangat dalam belajar. Strategi pembelajaran yang dirancang untuk

mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antar siswa.

a. Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif lebih cenderung terhadap belajar secara

berkelompok untuk berdiskusi dan bertukar pikiran tetapi tidak semua

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

11

belajar secara berkelompok disebut dengan belajar kooperatif berikut

menurut Taniredja dkk (2015: 59) menemukakan tentang unsur-unsur dasar

pembelajaran kooperatif.

1) Siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup

sepenanggungan bersama

2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya

3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya

memiliki tujuan yang sama

4) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di

antara anggota kelompoknya

5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga

akan dikenakan untuk semua anggota kelompok

6) Siswa sebagai kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan

untuk belajar bersama selama proses belajar

7) Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual

materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

b. Ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat untuk mengenal model

pembelajaran yang digunakan memiliki beberapa ciri-ciri khusus berikut

menurut Stahl (1994) dalam buku Taniredja (2015: 59) mengemukakan

tentang ciri-ciri model pembelajaraan kooperatif

1) Belajar bersama dengan teman

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

12

2) Selama proses belajar terjadi tatap muka antara teman

3) Saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok

4) Belajar dari teman sendiri dalam kelompok

5) Belajar dalam kelompok kecil

6) Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat

7) Keputusan tergantung pada mahasiswa/peserta didik sendiri

8) Mahasiswa/peserta didik aktif

c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaraan Kooperatif

Menurut Yuliarianingsih (2002: 72), mengemukakan tentang kelebihan

dan kelemahan model pembelajaraan kooperatif lerning sebagai berikut:

1) Kelebihan model pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

a) Dapat mengurangi rasa kantuk dibanding belajar sendiri

Jika belajar sendiri sering kali rasa bosan timbul dan rasa kantuk pun

datang. Apalagi jika mempelajari pelajaran yang kurang menarik perhatian

atau pelajaran yang sulit. Dengan belajar bersama, orang punya teman yang

memaksa aktif dalam belajar. Demikian pula ada kesempatan bersenda gurau

sesekalit mungkin untuk mengalihkan kebosanan.

b) Dapat merangsang motivasi belajar

Melalui kerja kelompok, akan dapat menumbuhkan perasaan ada

saingan. Jika sudah menghabiskan waktu dan tenaga yang sama dan

ternyata ada teman yang mendapat nilai lebih baik, akan timbul minat

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

13

mengejarnya. Jika sudah berada di atas, tentu ingin mempertahankan

agar tidak akan dikalahkan teman-temannya.

c) Ada tempat bertanya

Kerja secara kelompok, maka ada tempat untuk bertanya dan ada

orang lain yang dapat mengoreksi kesalahan anggota kelompok.

Belajar sendiri sering terbentur pada masalah sulit terutama jika

mempelajari sejarah. Dalam belajar berkelompok, seringkali dapat

memecahkan soal yang sebelumnya tidak bisa diselesaikan sendiri. Ide

teman dapat dicoba dalam menyelesaikan soal latihan. Jika ada lima

orang dalam kelompok itu, tentu ada lima kepala yang mempunyai

tingkat pengetahuan dan kreativitas yang berbeda. Pada saat

membahas suatu masalah bersama akan ada ide yang saling

melengkapi.

d) Dapat mudah diingat.

Melalui kerja kelompok akan dapat membantu timbulnya asosiasi

dengan peristiwa lain yang mudah diingat. Misalnya, jika

ketidaksepakatan terjadi di antara kelompok, maka perdebatan sengit

tak terhindarkan. Setelah perdebatan ini, biasanya akan mudah

mengingat apa yang dibicarakan dibandingkan masalah lain yang lewat

begitu saja. Karena dari peristiwa ini, ada telinga yang mendengar,

mulut yang berbicara, emosi yang turut campur dan tangan yang

menulis. Semuanya sama-sama mengingat di kepala. Jika membaca

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

14

sendirian, hanya rekaman dari mata yang sampai ke otak, tentu ini

kurang kuat.

2) Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif

a) Bisa menjadi tempat mengobrol

Kelemahan yang senantiasa terjadi dalam belajar kelompok adalah

dapat menjadi tempat mengobrol. Hal ini terjadi jika anggota

kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang

terlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja

sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.

b) Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok

Debat sepele ini sering terjadi di dalam kelompok. Debat sepele ini

sering berkepanjangan sehingga membuang waktu percuma. Untuk itu,

dalam belajar kelompok harus dibuatkan agenda acara. Misalnya, 25

menit mendiskusikan bab tertentu, dan 10 menit mendiskusikan bab

lainnya. Dengan agenda acara ini, maka belajar akan terarah dan tidak

terpancing untuk berdebat hal-hal sepele.

c) Bisa terjadi kesalahan kelompok

Jika ada satu anggota kelompok menjelaskan suatu konsep dan yang

lain percaya sepenuhnya konsep itu, dan ternyata konsep itu salah,

maka semua anggota kelompok berbuat salah. Untuk menghindarinya,

setiap anggota kelompok harus sudah mereview sebelumnya. Kalau

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

15

membicarakan hal baru dan anggota kelompok lain belum mengetahui,

cari konfirmasi dalam buku untuk pendalaman.

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan pada model

pembelajaraan koopratif ini terdapat banyak sekali kelebihannya dimana

siswa bisa belajar dengan lebih bermakna karena ada aktifitas fisik yang

digerakan dan pembelajaran ini menuntut siswa supaya aktif dan siswa bisa

mendapatkan pengalaman belajar dengan sendirinya. Model pembelajaran

ini pun berpusat sebagai student center dengan bimbingan guru tersebut.

3. Model Pembelajaran Koopratif Tipe NHT (Number Head Together)

Menurut Slavin (1995) dalam buku Huda (2017: 203), “menyatakan metode

yang dikembangkan oleh Russ Frank ini cocok untuk memastikan akuntabilitas

individu dalam diskusi kelompok. Dan pada dasarnya, model pembelajaran

NHT (Number Head Together) merupakan varian dari diskusi kelompok”.

Berdasarkan pemaparan tersebut untuk lebih jelasnya model pembelajaraan

kooperatif tipe NHT (Number Head Together) yaitu model pembelajaran yang

lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam kerjasama untuk mencari,

mengolah, dan melaporkan informasi yang akhirnya di presentasikan di depan

kelas.

a. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Number Head

Together)

Tujuan model pembelajaran NHT (Number Head Together) adalah

memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

16

mempertimbangkan jawaban yang tepat untuk menemukan dari rasa

ingintahunya. Selain untuk meningkatkan kerja sama siswa, NHT (Number

Head Together) juga bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkat

kelas.

b. Langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

(Number Head Together)

1) Siswa di bagi ke dalam kelompok-kelompok

2) Masing-masing siswa dalam kelompok di beri nomor

3) Guru memberi tugas atau materi pada masing-masing kelompok untuk

mendiskusikannya

4) Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk saling memahami materi dan

memastikan semua anggota kelompok mengetahui materi tersebut.

5) Guru memanggil salah satu nomor secara acak

6) Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan materi hasil

dari diskusi kelompok mereka.

c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif tipe NHT

(Number Head Together)

Menurut Nur Kholis (2017: 74), menyatakan Kelebihan dan Kelemahan

Pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Number Head Together) adalah sebagi

berikut:

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

17

1) Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head

Together) yaitu; Setiap siswa menjadi siap semua, siswa dapat

melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, siswa yang pandai dapat

mengajari siswa yang kurang pandai.

2) Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT

(Number Head Together) yaitu; Kemungkinan nomor yang sudah

dipanggil pendidik akan dipanggil lagi dan tidak semua kelompok

dipanggil oleh pendidik.

4. Pembelajaran Konvensional

a. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang hingga

saat ini masih digunakan dalam proses pembelajaran, hanya saja model

pembelajaran konvensional saat ini sudah mengalami berbagai

perubahanperubahan karena tuntutan zaman. Meskipun demikian tidak

meninggalkan keaslianya. Menurut Wina Sanjaya (2006: 259) “menyatakan

bahwa pada pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai obyek

belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif”. Jadi pada

umumnya penyampaian pelajaran menggunakan metode ceramah, tanya

jawab dan penugasan. Kemudian menurut Djafar (2001: 86) “pembelajaran

konvensional dilakukan dengan satu arah”. Dalam pembelajaran ini peserta

didik sekaligus mengerjakan dua kegiatan yaitu mendengarkan dan

mencatat. Selanjutntya Ruseffendi (2005: 17) “pembelajaran konvensional

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

18

pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan

hafalan daripada pengertian, menekankan pada keterampilan berhitung,

mengutamakan hasil daripada proses, dan pengajaran berpusat pada guru.”

b. Ciri Metode Pembelajaran Konvensional

Adapun metode pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri tertentu.

Dismpulkan bahwa model pembelajaran konvensional merupakan

pembelajaran yang terpusat pada guru, mengutamakan hasil bukan proses,

siswa ditempatkan sebagai objek dan bukan subjek pembelajaran sehingga

siswa sulit untuk menyampaikan pendapatnya. Selain itu metode yang

digunakan tidak terlepas dari ceramah, pembagian tugas dan latihan sebagai

bentuk pengulangan dan pendalaman materi ajar.

5. Prestasi Belajar

a. Prestasi Belajar

Djamarah (2017: 19), “presatasi belajar adalah sebuah kalimat yang

terdiri dari dua kata yakni “prestasi” dan “belajar”. Prestasi adalah hasil dari

suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual

maupun kelompok. Sedangkan menurut ahli Hasrun Harapah prestasi adalah

penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang

berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada

mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum. Sedangkan belajar

pada dasarnya adalah proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri

individu, yakni perubahan tingkah laku. Adapun menurut ahli Sardiman A.M

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

19

menemukakan belajar adalah rangkaian kegiatan jiwaraga menuju

keperkembangan pribadi manusia yang seutuhnya. Dapat disimpulkan

bahwa presatsi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang

mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas

dalam belajar.

b. Fungsi Prestasi Belajar

Adapun fungsi prestasi belajar adalah untuk mengetahui sejauhmana

kemajuan siswa setelah menyelesaikan aktivitas pembelajaran. Kemudian

untuk mengetahui penguasaan setiap siswa, terhadap mata pelajaran tertentu

yaitu IPS itu dilaksanakan evaluasi, dari hasil evaluasi itulah akan dapat

diketahui kemajuan siswa.

c. Prestasi Belajar Sebagai Hasil Penilaian

Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa

setelah melakukan aktivitas belajar. Ini berarti prestasi belajar tidak akan

bisa diketahui tanpa dilakukan penilaian. Prestasi belajar sebagai hasil

penilaian. Namun untuk mendapatkan pemahaman, perlu juga diketahui,

bahwa penilaian adalah sebagai aktivitas dalam menentukan tinggi

rendahnya prestasi belajar itu sendiri. Masalah evaluasi merupakan suatu

tindakan untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam pendidikan. Evaluasi

merupakan salah satu kegiatan yang menjadi kewajiban bagi setiap guru.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

20

Menurut Natawidjaja dalam Maolani (2017: 183), “Evaluasi adalah suatu

proses yang sistematis untuk dijabarkan, mendapatkan, dan menyajikan

informasi yang berguna untuk mempertimbangkan sehingga kita dapat

memilih alternatif keputusan secara tepat dalam bidang pendidikan. Evaluasi

diharapkan untuk memberikan informasi tentang kemajuan yang telah

dicapai siswa, bagaimana dan sampai di mana penguasaan dan kemampuan

yang siswa dapatkan setelah mempelajari suatu pelajaran. Disinilah

ketepatan penyusunan strategi evaluasi diperlukan dan menentukan

bagaimana intensitas prestasi belajar siswa.

6. Pembelajaran IPS Sub Tema Lingkungan Tempat Tinggalku

a. Pembelajaran IPS

James A. Banks (1990) dalam buku Suhada (2017: 4), memberikan

definisi social studies sebagai bagian dari kurikulum sekolah dasar dan

menengah yang mempunyai tanggung jawab pokok membantu para siswa

untuk mengembangkan pengtahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang di

perlukan dalam hidup bernegara di lingkungan masyarakat. The National

Concil for the Social Studies (NCSS), organisasi para ahli pendidikan studi

social yang cukup andal sebelum tahun 1978 merumuskan social studies

sebagai program yang dibangun oleh sejumlah disiplin ilmu sosial, yakni

sejarah, ekonomi, sosiologi, kewarganegaraan, geografi, dan semua

modifikasi atau kombinasi mata pelajaran. Mata pelajaran terutama yang

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

21

memiliki materi dan tujuan yang berhubungan dengan masalah-masyalah

kemasyarakatan.

Suhada (2017: 5), “studi sosial (social studies) berbeda dengan ilmu-ilmu

sosial. Studi sosial bukan merupakan bidang keilmuan atau disiplin

akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang

gejala dan masalah sosial”.

Suhada (2017: 63), “Ilmu pengetahuan sosial merupakan suatu mata

pelajaran yang mengkaji serangkaian peristiwa, fakta, konsep dan

generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan.

Dengan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS

disekolah dasar ini terbagi dengan bebrapa cabang yaitu seperti ekonomi,

geografi, walapun hanya sebatas perkenalan mata pelajaran saja. Demikian

dengan tingkatan yang selanjutnya misalnya SMP, dan SMA semakin

banyak bentuk dan macam pelajaran IPS tersebut karena semakin

berkembang dan memperdalam materi misanya politik, dan hukum. Adapun

materi pembelajaran IPS terhadap sekolah dasar seputar fakta sosial yang

tidak jauh dari lingkungannya atau yang dialaminya.

b. Fungsi Mata Pelajaran IPS

Adapun fungsi pada pembelajaran IPS untuk mengembangkan

pengetahuan, nilai, sikap. Dan Negara Indonesia Dan mengembangkan

potensi peserta didik supaya lebih peka dalam kehidupan sehari-hari di

lingkungan sekitarnya. Suhada (2017: 64), “IPS dibangun dari bebrapa

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

22

konsep dasar ilmu pengetahuan dasar sosial. Dalam kehidupan sehari-hari

kita selalu dihadapkan pada beberapa konsep, ada konsep yang bersifat

kongkret dan adapula konsep yang bersifat abstrak. IPS sebagai bidang

kajian terdiri dari konsep dasar sejarah, seperti konsep peristiwa/ kejadian

waktu dan tempat.

c. Kompetensi Inti (KI) Dan Kompetensi Dasar (KD) dalam Mata

Pelajaran IPS yang Mengacu pada Kurikulum 2013.

Tabel 1.

Kompetensi Inti

(Sumber: Subekti, 2017)

Kompetensi Inti

(KI)

KI.1Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya

KI.2Menunjukan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli dan

percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman guru dan tetangga.

KI.3Memahami pengetahun faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat,

membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk

ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah

dan di sekolah

KI.4Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas,sistematis dan

logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak

sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan

berakhlak mulia.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

23

Dari Kompetensi Inti tersebut di kembangkan menjadi Kompetensi Dasar

pada mata pelajaran IPS. Adapun Kompetensi Dasar pada pembelajaran

subtema lingkungan tempat tinggalku sebagai berikut

Tabel 2.

Kompetensi Dasar IPS Sub Tema Lingkungan Tempat Tinggalku

(Sumber: Subekti, 2017)

No Mata

pelajaran

Kompetensi Dasar Indikator

1 IPS 3.3mengidentifikasi kegiatan

ekonomi dan hubungannya

dengan berbagai bidang

pekerjaan serta kehidupan

sosial dan budaya di

lingkungan sekitar sampai

provinsi

3.3.1Siswa

mengetahui

tentang keadaan

dan mata

pencaharian

penduduk di

suatu daerah.

4.3 Menyajikan hasil

identifikasi kegiatan ekonomi

dan hubungannya dengan

berbagai bidang pekerjaan,

serta kehidupan sosial dan

budaya di lingkungan sekitar

sampai provinsi.

4.3.1Siswa

mampu

mengungkapkan

pendapatnya

tentang jenis mata

pencaharian

penduduk

berdasarkan

tempat tinggalnya

dengan percaya

diri.

d. Materi Sub Tema Lingkungan Tempat Tinggalku

1) Mata pencaharian berarti pekerjaan atau pencaharian utama yang

dikerjakan untuk biaya hidup sehari-hari contohnya adalah nelayan

yang mencari ikan di laut, petani yang menanam padi di sawah dll.

2) Sedangkan profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan

keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) contohnya adalah

kariawan yang kerja di kantor, guru yang mendidik siswa di sekolah.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

24

3) Profesi ada yang menghasilkan jasa dan ada yang menghasilkan

barang contoh profesi yang menghasilkan jasa adalah dokter, guru,

pengacara, polisi, pilot adapun profesi yang menghasilkan barang

contohnya pertambangan, arsitek, dll.

4) Penduduk di kota lebih banyak bekerja sebagai pekerja jasa karena di

kota merupakan pusat pemerintahan dan perdagangan. Dibandingkan

dengan di desa .

5) Setiap daerah memiliki mata pencaharian yang berbeda-beda

masyarakat di desa sebagian besar bekerja sebagai petani karena

banyak lahan pertanian yang tersedia dan memanfaatkan sumberdaya

alam yang tersedia. Adapun sebagian contoh mata pencaharian di desa

yaitu sebagai petani, peternak, perajin, pedagang, buruh tani dan

perkebunan

6) Dataran Tinggi adalah dataran yang terletak pada ketinggian di atas

700 m dpl. Dataran luas yang letaknya di daerah tinggi atau

pegunungan disebut dataran tinggi.

7) Dataran rendah adalah tanah yang keadaannya relatif datar dan luas

sampai ketinggian sekitar 200 m dpl. Tanah ini biasanya ditemukan di

sekitar pantai, tetapi ada juga yang terletak di pedalaman. Di Indonesia

banyak dijumpai dataran renda.

8) Penduduk di daerah pantai bermata pencaharian sebagai nelayan,

petani tambak, pedagang, petani garam, dan perajin.

9) Penduduk di daerah dataran rendah bermata pencaharian sebagai

buruh, petani, pedagang, dan peternak.

10) Penduduk di daerah dataran tinggi bermata pencaharian sebagai petani,

peternak, pedagang, dan pekerja perkebunan, misalnya teh, kopi, dan

cengkeh.

11) Kota Tabanan Provinsi Bali

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

25

Gambar 1.

Materi Pembelajaran Teks Cerita Pertama

(Sumber: Subekti, 2017)

Bali sangatlah terkenal hingga di luar negeri sebagai ikon pariwisata

Indonesia. Bali memiliki potensi pariwisata, seperti wisata alam,

wisata seni, dan budaya. Provinsi bali terbagi atas 8 kabupaten dan 1

daerah kota. Adapun 8 nama-nama kabupaten dan 1 kota di bali yaitu:

Nama-nama 8 Kabupaten di Bali

a) Kabupaten Badung, ibukota : Mangupura

b) Kabupaten Bangle, ibukota : Bangle

c) Kabupaten Buleleng, ibukota : Singaraja

d) Kabupaten Gianyar, ibukota : Gianyar

e) Kabupaten Jembaran, ibukota: Negara

f) Kabupaten Karangasem, ibukota Karangasem

g) Kabupaten Klungkung, ibukota : Semarapura

h) Kabupaten Tabanan, ibukota : Tabanan

Nama kota di Bali

a) Kota Denpasar, ibukota Denpasar

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

26

Tabanan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Bali.

Wilayah Kabupaten Tabanan didominasi oleh pegunungan dan pantai.

Selain itu, Tabanan terkenalsebagai penghasil beras dan sayuran.

Mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Namun,

penduduk yang tinggal di pantai bermata pencaharian sebagai nelayan.

Keadaan alam suatu tempat memengaruhi mata pencaharian

penduduknya. Ayo, kita cari tahu lebih lanjut Lingkungan

memengaruhi mata pencaharian penduduk di suatu daerah. Mata

pencaharian penduduk di suatu daerah berbeda dengan daerah lain.

Mata pencaharian penduduk di daerah pesisir pantai berbeda dengan

penduduk di daerah dataran rendah maupun di dataran tinggi.

12) Asal Mula Bukit Catu

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

27

Gambar 2.

Materi Pembelajaran Teks Cerita Kedua

(Sumber: Subekti, 2017)

Di pedalaman Pulau Bali, terdapat sebuah desa yang subur. Di sana,

tinggal sepasang suami istri. Mereka bekerja sebagai petani. Menjelang

musim panen, Si suami berkata kepada istrinya. “Jika nanti hasil panen

kita melimpah, buatlah tumpeng nasi yang besar. Kemudian, undanglah

tetangga untuk makan bersama.” Istrinya pun setuju. Kedua suami istri

itupun berharap panen mereka melimpah. Tak lama kemudian, harapan

mereka terkabul. Si Istri menyiapkan tumpeng nasi dan mengundang

seluruh penduduk desa untuk makan bersama. Menjelang musim panen

berikutnya, Si suami berkata lagi kepada istrinya “Semoga panen kita

lebih banyak lagi, kalau bisa tiga kali lipat dari sebelumnya. Jika

harapanku terkabul, buatkanlah tiga tumpeng nasi yang lebih besar dari

sebelumnya.” Kemudian, Si Istri membuat tiga tumpeng dan mengundang

seluruh penduduk desa untuk berpesta kembali. Beberapa hari kemudian,

Si suami pergi ke sawah. Dalam perjalanan, ia melihat seonggok tanah

yang berbentuk seperti catu. Catu adalah alat penakar nasi yang terbuat

dari tempurung kelapa. “Hmmm, aneh sekali. Sepertinya kemarin

gundukan tanah ini tidak ada,” gumam Si suami. Setelah pulang dari

ladang, ia bercerita kepada istrinya. Kemudian, ia mengajukan usul

kepada istrinya. “Istriku, bagaimana kalau kita membuat beberapa catu

nasi? Siapa tahu, kalau kita membuatnya, hasil panen kita akan semakin

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

28

melimpah.” Sejak saat itu, Si istri rajin membuat catu nasi. Setiap catu

nasi yang dibuatnya, ia niatkan untuk menambah hasil panennya. Namun,

ada keanehan yang terjadi. Saat pergi ke sawah, onggokan tanah yang ia

temukan sebelumnya semakin membesar. Rupanya, setiap Si istri

membuat catu nasi, saat itu pula onggokan tanah membesar. Sepasang

suami istri itu pun tak menyadarinya. Bahkan, Si istri membuat catu nasi

yang lebih besar setiap harinya. Lama-kelamaan, onggokan tanah itu

berubah menjadi sebuah bukit. Setelah Si petani dan istrinya berhenti

membuat catu nasi, onggokan tanah itu pun juga berhenti membesar.

Sejak saat itu, onggokan tanah itu disebut dengan Bukit Catu.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Pengaruh penggunaan model pembelajaran NHT (Number Head Together)

sejalan dengan beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh beberapa

peneliti, diantaranya:

1. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Pengunaan Model Pembelajaran

Kooperatif Teknik NHT (Number Head Together) dengan teknik Make a

Match Terhadap Hasil Belajar IPS Pada siswa kelas V SD Negeri

Gedongkiwo”. (2014) yang dikembangkan oleh Siti Nur Rahmawati.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model

pembelajaran kooperatif teknik Numbered Heads Together dengan teknik

Make a Match terhadap hasil belajar IPS. Pendekatan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode true

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

29

eksperimen. Populasi pada penelitian ini berjumlah 51 siswa, sedangkan

sampel penelitian sebanyak 34 siswa. Teknik pengambilan sampel

menggunakan rumus Taro Yamane. Teknik pengumpulan data

menggunakan tes yang berbentuk pilihan ganda tentang materi peristiwa

sekitar proklamasi. Uji normalitas dengan menggunakan Kolmogrov-

Smirnov. Dan uji homogenitas dengan menggunakan uji lavene tes. Uji

hipotesis ini menggunakan uji t. Kesahihan dan kepercayaan instrumen

penelitian ini diperoleh melalui korelasi biserial, reliabilitas rumus K-R

21, daya pembeda dan indeks kesukaran. Penelitian yang dilakukan di SD

Negeri Gedongkiwo Tahun Ajaran 2011/2012 menunjukkan bahwa, hasil

post-test kelas eksperimen yaitu 74,56, kelas kontrol yaitu 67,65. Hasil

analisis menunjukkan bahwa nilai t hitung 2,690> t tabel dan nilai sig 0,011

< 0,05. Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara hasil post-test kelas

ekperimen dengan kelas kontrol. Berdasarkan perbedaan signifikan dari

hasil post-test tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif teknik lebih efektif Numbered Heads Together

dan berpengaruh positif dibandingkankan dengan teknik Make a Match

untuk pembelajaran IPS materi “peristiwa sekitar proklamasi” kelas V.

Penelitian terdahulu dilakukan oleh Siti Nur Rahmawati (2014) dengan

persamaan yang di teliti terletak pada model pemeblajaraan kooperatif teknik

NHT (Number Head Together). Adapun mata pelajaran yang digunakan

sama terkait mata pelajaran IPS. Kemudian uji normalitas yang di gunakan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

30

yaitu sama dengan mengunakan uji Kolmogrof Smirnov. Dan uji hipotesis

yaitu mengunakan uji t. Sedangkan perbedaan yang dilakukan peneliti

sebelumnya yaitu terkait metode yang digunakan yaitu pada True

Eksperimen sedangkan peneliti di sini mengunkan Quasi Eksperimen.

Kemudian uji homogenitas yang digunakan pada peneliti sebelumnya yaitu

mengunakan uji lavene. Sedangkan uji homogenitas yang dilakukan pada

penelitian disini mengunakan uji One-Way-Anova.

2. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

(Number Head Together) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas

III SD Muhammadiyah 12 Pamulang”. (2014) yang dikembangkan oleh

Husnul Rizqi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat

perbedaan dan bagaimana hasil belajar matematika siwa dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT, dibanding dengan siswa

yang menggunakan pembelajaran konvensional, Penelitian ini dilaksanakan

di SD Muhammadiyah 12 Pamulang dari Januari sampai Februari tahun

ajaran 2013/2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi

eksperimen. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random

sampling. Subjek penelitian ini adalah 60 siswa terdiri atas siswa kelas

eksperimen 30 siswa dan siswa kelas kontrol 30 siswa. Instrument penelitian

yang diberikan berupa tes yang terdiri dari 13 soal uraian terbatas. Uji

prasyarat yang digunakan adalah uji Liliefors untuk menguji normalitas data,

sedangkan uji Fisher untuk menguji homogenitas data. Berdasarkan hasil uji

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

31

normalitas diperoleh bahwa kedua populasi berditribusi normal. Sedangkan

hasil uji homogenitas diperoleh bahwa kedua populasi homogen (sama).

Berdsarkan hasil penelitian siswa yang diajarkan dengan pembelajaran

kooperatif Tipe NHT terlihat nilai rata-rata hasil belajar siswa lebih tinggi

daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaan konvensional Hal ini

terlihat dari nilai rata-rata kelas eksperimen 82,46 dan nilai rata-rata kelas

kontrol 74,56. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pembelajaran

kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar matematika siswa yang dapat

dilihat dari hasil perhitungan uji-t dengan nilai t-hitung > t-tabel(2,886 >

2,001) dengan derajat kebebasan (db) = 58, dengan taraf signifikansi 0,05.

Dengan demikian ditolak dan diterima, yang artinya rata-rata hasil belajar

matematika siswa pada kelas eksperimen berbeda dengan rata-rata hasil

belajar matematika siswa pada kelas kontrol.

Penelitian terdahulu dilakukan oleh Husnul Rizqi (2014) dengan

persamaan yang di teliti terletak pada pembelajaraan kooperatif NHT

(Number Head Together). Metode yang digunakan yaitu Quasi Eksperimen

dan sampel yang digunakan yaitu cluster random sampling. Adapun

perbedaan yang dilakukan pada peneliti sebelumnya yaitu pada mata

pelajaran Matematika sedangkan peneliti disini pada pelajaran IPS.

Kemudian pada uji normalitas dan uji homogenitas peneliti sebelumnya

mengunakan uji Liliefors untuk uji normalitas kemudian untuk uji

homogenitas menggunakan uji Fisher. Adapun uji normalitas yang

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

32

digunakan pada peneliti disini mengunakan uji Kolmogrof Smirnov dan uji

homogenitas mengunakan uji One-Way-Anova.

3. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Model NHT (Numbered Head Together)

Terhadap Hasil Belajar PKN Kelas IV SDN 10 Bandar Buat”. (2018) yang

telah dikembangkan oleh Shari Ayu RahmaYuni. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh model Cooperative Learning Tipe NHT

(Numbered Head Together) terhadap hasil belajar PKn siswa di kelas IV.

Jenis penelitian adalah quasy experiment dalam bentuk nonequivalent

control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV

SDN 10 Bandar Buat. Dengan teknik sampling jenuh diperoleh kelas IVA

sebagai kelas eksperimen dan kelas IVB sebagai kelas kontrol. Untuk

melakukan uji normalitas dari data tes hasil belajar baik pada kelas

eksperimen maupun kelas kontrol digunakan uji Kolmogrow Smirnov. Dan

uji homogenitas digunakan uji F. Untuk menguji hipotesis digunakan rumus

t-tes. Hasil penelitian menunjukkan hasil t-test dengan taraf signifikan

(0,05)diperoleh thitung= 2,1>ttabel=2,01yang mean kelas eksperimen 80,9

dan mean kelas kontrol 75,86 maka hipotesis H1diterima.

Peneliti terdahulu dilakukan oleh Shari Ayu RahmaYuni (2018) dengan

persamaan yang diteliti terletak pada model pembelajaraan Cooperative

Learning Tipe NHT (Numbered Head Together). Metode yang digunakan

yaitu Quasi Ekperimen dengan bentuk nonequivalent control group design.

Adapun uji normalitas sama-sama mengunakan uji Kolmogrof Smirnov dan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

33

uji hipotesis menggunakan uji t. Sedangkan perbedaan yang yang dilakukan

peneliti yaitu pada uji homogenitis pada peneliti sebelumnya mengunakan

uji F sedangkan uji penelitrian disini mengunakan uji One-Way-Anova.

Adapun pada mata pelajaran peneliti sebelumnya yaitu pada mata pelajaran

PKN sedangkan mata pelajaran peneliti disini yaitu IPS.

C. Kerangka Pikir

Menurut Uma Sekaran dalam buku Sugiyono (2016: 91), “mengemukakan

bahwa kerangka fikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubung dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang

penting”.

Sejalan dengan kerangka pikir yang digunakan pada penelitian ini yaitu nilai

siswa dibawah rata-rata KKM yaitu 7,0 standar nilai rata-rata KKM yang digunakan

di SDN Cineam. Adapun terdapat beberapa nilai siswa di bawah KKM terjadai

karena beberapa masalah yang sering terjadi pada saat proses pembelajaran

berlangsung misalnya dengan guru masih mengunakan model pembelajaran

konvensional misalnya dengan ceramah, dan mencatat, sehingga membuat siswa

belajar dengan kurang mengesankan dan bermakana. Model pembelajaran yang

digunakan pun membuat kegiatan pembelajaran yang pasif. Siswa tidak bisa

menemukan rasa ingin tahunya dengan penemuan pengalaman dengan sendirinya.

Dengan itu peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number

Head Together) yang menjadi proses pembelajaran menjadi efektif dianataranya

siswa lebih tertarik dalam mata pelajaran IPS dan model pembelajaran ini melibatkan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

34

siswa belajar dengan aktif. pembelajaran dengan lebih bermakna karena siswa

mampu menemukan pengalaman sendiri dalam penggunaan model pembelajaran

NHT (Number Head Together) pada mata pelajaran IPS tersebut.

Dengan adanya model pembelajaran NHT (Numer Head Together) yang

dilakukan pada kelas eksperimen sebelumnya untuk menetahui nila hasil prestasi

belajar dilakukan dengan teknik tes pretest dan postest. Sebelum pemberian

perlakuan atau tritmen siswa diberikan tes pretest terlebih dahulu untuk mengetahui

data awal sebelum dengan diterapkan penggunaan model pembelajaarn kooperatif

tipe NHT (Number Head Together) dan di akhir pembelajaran setelah di terapkannya

model pembelajaraan kooperatif tipe NHT (Number Head Together) siswa diberikan

postest dari data tersebut adakah perbedaan hasil prestasi belajar IPS antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol dengan di terapkaanya model pembelajaraan kooperatif

tipe NHT (Number Head Together) di kelas IV SDN Cineam. Untuk membagi kelas

mana yang termasuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan teknik

sampling total dimana semua populasi dijadikan sampel yaitu siswa kelas IV SDN

Cineam dengan jumlah 48 orang siswa untuk menentukan kelas ekperimen dilakukan

dengan teknik random sampling yaitu pada kelas IV B dengan jumlah 24 orang siswa

dengan alasan nilai di bawah KKM. Dan kelas IV A sebagai kelas kontrol. Dari

penggunaan model pembelajaran NHT (Number Head Together) ini dapat merasakan

langsung terhadap pengaruh model pembelajaran yang di gunakan memlalui

pengalaman sendiri terhadap sesuatu obyek untuk meningkatkan pemahaman

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

35

Oleh karena itu, dengan adanya model pembelajara NHT (Number Head

Together) diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan pemahaman siswa

melalui pengalaman sendiri sehingga pembelajaran lebih bermakna dan tujuan

pembelajaran tercapai.

Berdasarkan pada hal itu, maka yang menjadi kerangka pikir dalam penelitian

ini dijabrkan dalam gambar di bawah ini

Prestasi belajar di

bawah KKM

Karena guru

menggunaan model

pembelajaraan

konvesional

Membuat siswa Pembelajaran yang tidak

bermakna

Guru menerapkan model

pembelajaran NHT (Number

Head Together) terhapa mata

pelajaran IPS Sub Tema

Lingkungan Tempat

Tinggalku

KONDISI AWAL

TINDAKAN

Proses pembelajaran menjadi

lebih bermakna dan efektif bagi

siswa

Melibatkan siswa dalam proses

pembelajaran sehingga

memudahkan siswa memahami

materi pembelajaran

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

36

Gambar 3.

Desain Kerangka Pikir

D. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2016: 96), “menyatakan hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian

telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Dikatakan sementara, karena

jawaban yang diberikan baru di dasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan

pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis

juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian,

belum jawaban yang empirik dengan data.

Menurut jakni (2016:4) ada jenis-jenis hipotesis alternative (Ha) dan hipotesis

nihil/nol (H0)

1. Hipotesis alternative (Ha) merupakan dugaan sementara terhadap hasil

penelitian yang dibuktikan dengan adanya kesimpulan setelah adanya

penelitian yang menyatakan adanya pengaruh atau hubungan antara variabel

bebas dengan variabel terikat

KONDISI AKHIR

Melalui model pembelajaran NHT (Number

Head Together)ini dapat meningkatkan

prestasi belajar IPS Sub Tema Lingkungan

Tempat Tinggalku

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

37

2. Hipotesis nihil/nol (nol) merupakan hipotesis yang merupakan tidak adanya

pengaruh atau hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

Sebagaimana telah di paparkan diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah

hipotesis alternative:

Ha : yaitu terdapat pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar IPS

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number

Head Together) pada sub tema lingkungan tempat tinggalku di kelas IV

SDN Cineam.

H0 : yaitu tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar IPS

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number

Head Together) pada sub tema lingkunag tempat tinggalku di kelas IV SDN

Cineam.

Pengujian hipotesis data tes prestasi belajar siswa dianalisis dengan

menggunakan uji-t pada sampel (Independen Sampel T-Test). Hipotesis statistik

dalam penelitian ini adalah:

a. Jika nilai sig. (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.

b. Jika nilai sig (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--