Upload
khangminh22
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Model Pembelajaran
Proses pembelajaran di sekolah maupun tingkat dasar dan menengah
memiliki berbagai macam model pembelajaran untuk mendukung tercapainya
materi ajar kepada peserta didik. Model pembelajaran dikembangkan
sedemikian rupa untuk mendukung jalannya proses belajar mengajar dengan
baik.
Menurut Wenger (1998) mengatakan dalam buku Huda (2017: 2),
“pembelajaran bukanlah aktivitas, sesuatu yang dilakukan oleh seseorang ketika
ia tidak melakukan aktivitas yang lain. Pembelajaran bisa terjadi dimana saja
dan pada level yang berbeda-beda, secara individual, kolektif ataupun sosial.
Hal inilah yang terjadi ketika seseorang sedang belajar, dan kondisi ini juga
sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, karena belajar merupakan proses
alamiah setiap orang”.
Selain itu Huda (2017: 143), “mendeskripsikan model pembelajaran sebagai
kerangka kerja struktural yang juga dapat digunakan sebagai pemandu untuk
mengembangkan lingkungan dan aktifitas belajar yang kondusif”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bisa dilakukan
dimana saja dan terhadap siapa saja dalam tahap kegiatan sedang belajar.
Adapun pengertian dari model pembelajaran dapat disimpulkan bahwa model
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
7
pembelajaran adalah untuk memandu proses pembelajaran di ruang kelas atau
pembelajaran yang di modifikasi dan di setting dengan sedemikian rupa dengan
inovasi-inovasi yang lebih menarik untuk meningkatakan keefektifitas pembelajaran.
a. Tujuan Utama Model Pembelajaran
Pada dasarnya model pembelajaran menekankan relasi individu dengan
masyarakat dan orang lain. Salah satunya untuk membantu siswa belajar
bekerja sama, mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah, baik sifatnya
akademis maupun sosial. Berikut tujuan utama pada model pembelajaran.
1) Membantu siswa bekerja sama untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah
2) Mengembangkan skill hubungan masayarakat
3) Meningkatkan kesadaran akan nilai-nilai personal dan sosial.
b. Manfaat Model Pembelajaran
Menurut Indrawati (2013: 56), “manfaat model pembelajaran bisa
dikemukaakan sebagai berikut:
1) Membantu dan membimbing guru untuk memilih teknik, strategi, dan
metode pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai.
2) Membantu guru untuk menciptakan perubahan perilaku peserta didik
yang diinginkan.
3) Membantu guru dalam menentukan cara dan sarana untuk menciptakan
lingkungan yang sesuai untuk melaksanakan pembelajaran.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
8
4) Membantu menciptakan interaksi antara guru dan siswa yang
diinginkan selama proses pembelajaran berlangsun.
5) Membantu guru dalam merancang kegiatan pendidikan atau
pembelajaran yang sesuai.
6) Memberikan bahan prosedur untuk mengembangkan materi dan
sumber belajar yang menarik dan efektif.
7) Merangsang pengembangan inovasi pendidikan atau pembelajaran
baru.
8) Membantu mengkomunikasikan informasi tentang teori mengajar.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa begitu banyak
manfaat penggunaan model pembelajaran yang mempengaruhi keberhasilaan
proses pembelajaran dengan memilih dan menyesuaikan model
pembelajaraan yang efektif.
c. Kelompok Model Pembelajaran
Huda (2017: 74), “tentang model-model pembelajaran yang paling
komprehensif unuk sementara ini, hanyalah yang dilakukan Joyce dan Weill
(1980) yang telah menidentifikasi sedikitnya 23 model yang di klasifikasikan
ke dalam empat kelompok yang di dasarkan pada sifat-sifatnya,
karakteristik-karakteristiknya, dan pengaruh-pengaruhnya”. Empat
kelompok tersebut adalah sebagai berikut:
1) Model-Model Memproses Informasi
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
9
Model-model ini berfokus pada kapasitas intelektual. Model-model
tersebut didasarkan pada kemampuan siswa untuk mengobservasi,
mengolah data, memahami informasi, membentuk konsep-konsep,
menerapkan simbol-simbol verbal dan non-verbal, dan memecahkan
masalah.
2) Model-Model Interaksi Sosial
Model-model dalam katagori ini menekankan relasi individu dengan
masyarakat dan orang lain. Sasaran utamnya adalah untuk membantu
siswa belajar bekerja sama, mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah,
baik yang sifatnya akademik maupun sosial.
3) Model-Model Personal
Model-model yang termasuk dalam katagori model ini umumnya
berkaitan dengan individu dan pengembangan diri sendiri. Model-model
ini menekankan pada pengembangan individu untuk menjadi pribadi yang
utuh, percaya diri, dan kompeten. Model-model ini juga berusaha
membantu siswa dalam memahami dirinya sendiri.
4) Model-Model Sistem Perilaku
Semua model dalam kelompok ini memiliki dasar teoritis yang sama,
suatu body of knowledge yang merujuk pada teori behevioral. Model-
model ini menekankan pada upayanya untuk mengubah perilaku yang
tampak dari para siswa.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
10
Dari empat kelompok model pembelajaran yang telah di paparkan
tersebut yang digunakan sebagai model pembelajaran pada penelitian ini
yaitu Model pembelajaran interaksi sosial. Menurut Huda (2017: 109),
“Model-model pembelajaran interaksi sosial yaitu model-model dalam
katagori ini menekankan relasi individu dengan masyarakat dan orang lain.
Sasaran utamanya adalah untuk membantu siswa belajar bekerja sama,
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah, baik yang sifatnya akademik
maupun sosial”. Dari model pembelajaran interaksi sosial terdapat pula
macam model-model pembelajaranya salah satunya dengan model
pembelajaran kooperatif.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin dalam buku Taniredja dkk (2015: 55), mengemukakan, “in
cooperative learning methods, students work together in four member teams to
master material initially presented by the teacher”. Dari uraian tersebut dapat
dikemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran
dimana dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang
berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih
bersemangat dalam belajar. Strategi pembelajaran yang dirancang untuk
mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antar siswa.
a. Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif lebih cenderung terhadap belajar secara
berkelompok untuk berdiskusi dan bertukar pikiran tetapi tidak semua
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
11
belajar secara berkelompok disebut dengan belajar kooperatif berikut
menurut Taniredja dkk (2015: 59) menemukakan tentang unsur-unsur dasar
pembelajaran kooperatif.
1) Siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup
sepenanggungan bersama
2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya
3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya
memiliki tujuan yang sama
4) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di
antara anggota kelompoknya
5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga
akan dikenakan untuk semua anggota kelompok
6) Siswa sebagai kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajar
7) Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
b. Ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat untuk mengenal model
pembelajaran yang digunakan memiliki beberapa ciri-ciri khusus berikut
menurut Stahl (1994) dalam buku Taniredja (2015: 59) mengemukakan
tentang ciri-ciri model pembelajaraan kooperatif
1) Belajar bersama dengan teman
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
12
2) Selama proses belajar terjadi tatap muka antara teman
3) Saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok
4) Belajar dari teman sendiri dalam kelompok
5) Belajar dalam kelompok kecil
6) Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat
7) Keputusan tergantung pada mahasiswa/peserta didik sendiri
8) Mahasiswa/peserta didik aktif
c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaraan Kooperatif
Menurut Yuliarianingsih (2002: 72), mengemukakan tentang kelebihan
dan kelemahan model pembelajaraan kooperatif lerning sebagai berikut:
1) Kelebihan model pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a) Dapat mengurangi rasa kantuk dibanding belajar sendiri
Jika belajar sendiri sering kali rasa bosan timbul dan rasa kantuk pun
datang. Apalagi jika mempelajari pelajaran yang kurang menarik perhatian
atau pelajaran yang sulit. Dengan belajar bersama, orang punya teman yang
memaksa aktif dalam belajar. Demikian pula ada kesempatan bersenda gurau
sesekalit mungkin untuk mengalihkan kebosanan.
b) Dapat merangsang motivasi belajar
Melalui kerja kelompok, akan dapat menumbuhkan perasaan ada
saingan. Jika sudah menghabiskan waktu dan tenaga yang sama dan
ternyata ada teman yang mendapat nilai lebih baik, akan timbul minat
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
13
mengejarnya. Jika sudah berada di atas, tentu ingin mempertahankan
agar tidak akan dikalahkan teman-temannya.
c) Ada tempat bertanya
Kerja secara kelompok, maka ada tempat untuk bertanya dan ada
orang lain yang dapat mengoreksi kesalahan anggota kelompok.
Belajar sendiri sering terbentur pada masalah sulit terutama jika
mempelajari sejarah. Dalam belajar berkelompok, seringkali dapat
memecahkan soal yang sebelumnya tidak bisa diselesaikan sendiri. Ide
teman dapat dicoba dalam menyelesaikan soal latihan. Jika ada lima
orang dalam kelompok itu, tentu ada lima kepala yang mempunyai
tingkat pengetahuan dan kreativitas yang berbeda. Pada saat
membahas suatu masalah bersama akan ada ide yang saling
melengkapi.
d) Dapat mudah diingat.
Melalui kerja kelompok akan dapat membantu timbulnya asosiasi
dengan peristiwa lain yang mudah diingat. Misalnya, jika
ketidaksepakatan terjadi di antara kelompok, maka perdebatan sengit
tak terhindarkan. Setelah perdebatan ini, biasanya akan mudah
mengingat apa yang dibicarakan dibandingkan masalah lain yang lewat
begitu saja. Karena dari peristiwa ini, ada telinga yang mendengar,
mulut yang berbicara, emosi yang turut campur dan tangan yang
menulis. Semuanya sama-sama mengingat di kepala. Jika membaca
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
14
sendirian, hanya rekaman dari mata yang sampai ke otak, tentu ini
kurang kuat.
2) Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif
a) Bisa menjadi tempat mengobrol
Kelemahan yang senantiasa terjadi dalam belajar kelompok adalah
dapat menjadi tempat mengobrol. Hal ini terjadi jika anggota
kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang
terlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja
sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.
b) Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok
Debat sepele ini sering terjadi di dalam kelompok. Debat sepele ini
sering berkepanjangan sehingga membuang waktu percuma. Untuk itu,
dalam belajar kelompok harus dibuatkan agenda acara. Misalnya, 25
menit mendiskusikan bab tertentu, dan 10 menit mendiskusikan bab
lainnya. Dengan agenda acara ini, maka belajar akan terarah dan tidak
terpancing untuk berdebat hal-hal sepele.
c) Bisa terjadi kesalahan kelompok
Jika ada satu anggota kelompok menjelaskan suatu konsep dan yang
lain percaya sepenuhnya konsep itu, dan ternyata konsep itu salah,
maka semua anggota kelompok berbuat salah. Untuk menghindarinya,
setiap anggota kelompok harus sudah mereview sebelumnya. Kalau
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
15
membicarakan hal baru dan anggota kelompok lain belum mengetahui,
cari konfirmasi dalam buku untuk pendalaman.
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan pada model
pembelajaraan koopratif ini terdapat banyak sekali kelebihannya dimana
siswa bisa belajar dengan lebih bermakna karena ada aktifitas fisik yang
digerakan dan pembelajaran ini menuntut siswa supaya aktif dan siswa bisa
mendapatkan pengalaman belajar dengan sendirinya. Model pembelajaran
ini pun berpusat sebagai student center dengan bimbingan guru tersebut.
3. Model Pembelajaran Koopratif Tipe NHT (Number Head Together)
Menurut Slavin (1995) dalam buku Huda (2017: 203), “menyatakan metode
yang dikembangkan oleh Russ Frank ini cocok untuk memastikan akuntabilitas
individu dalam diskusi kelompok. Dan pada dasarnya, model pembelajaran
NHT (Number Head Together) merupakan varian dari diskusi kelompok”.
Berdasarkan pemaparan tersebut untuk lebih jelasnya model pembelajaraan
kooperatif tipe NHT (Number Head Together) yaitu model pembelajaran yang
lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam kerjasama untuk mencari,
mengolah, dan melaporkan informasi yang akhirnya di presentasikan di depan
kelas.
a. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Number Head
Together)
Tujuan model pembelajaran NHT (Number Head Together) adalah
memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
16
mempertimbangkan jawaban yang tepat untuk menemukan dari rasa
ingintahunya. Selain untuk meningkatkan kerja sama siswa, NHT (Number
Head Together) juga bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkat
kelas.
b. Langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
(Number Head Together)
1) Siswa di bagi ke dalam kelompok-kelompok
2) Masing-masing siswa dalam kelompok di beri nomor
3) Guru memberi tugas atau materi pada masing-masing kelompok untuk
mendiskusikannya
4) Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk saling memahami materi dan
memastikan semua anggota kelompok mengetahui materi tersebut.
5) Guru memanggil salah satu nomor secara acak
6) Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan materi hasil
dari diskusi kelompok mereka.
c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif tipe NHT
(Number Head Together)
Menurut Nur Kholis (2017: 74), menyatakan Kelebihan dan Kelemahan
Pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Number Head Together) adalah sebagi
berikut:
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
17
1) Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head
Together) yaitu; Setiap siswa menjadi siap semua, siswa dapat
melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, siswa yang pandai dapat
mengajari siswa yang kurang pandai.
2) Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT
(Number Head Together) yaitu; Kemungkinan nomor yang sudah
dipanggil pendidik akan dipanggil lagi dan tidak semua kelompok
dipanggil oleh pendidik.
4. Pembelajaran Konvensional
a. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang hingga
saat ini masih digunakan dalam proses pembelajaran, hanya saja model
pembelajaran konvensional saat ini sudah mengalami berbagai
perubahanperubahan karena tuntutan zaman. Meskipun demikian tidak
meninggalkan keaslianya. Menurut Wina Sanjaya (2006: 259) “menyatakan
bahwa pada pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai obyek
belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif”. Jadi pada
umumnya penyampaian pelajaran menggunakan metode ceramah, tanya
jawab dan penugasan. Kemudian menurut Djafar (2001: 86) “pembelajaran
konvensional dilakukan dengan satu arah”. Dalam pembelajaran ini peserta
didik sekaligus mengerjakan dua kegiatan yaitu mendengarkan dan
mencatat. Selanjutntya Ruseffendi (2005: 17) “pembelajaran konvensional
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
18
pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan
hafalan daripada pengertian, menekankan pada keterampilan berhitung,
mengutamakan hasil daripada proses, dan pengajaran berpusat pada guru.”
b. Ciri Metode Pembelajaran Konvensional
Adapun metode pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri tertentu.
Dismpulkan bahwa model pembelajaran konvensional merupakan
pembelajaran yang terpusat pada guru, mengutamakan hasil bukan proses,
siswa ditempatkan sebagai objek dan bukan subjek pembelajaran sehingga
siswa sulit untuk menyampaikan pendapatnya. Selain itu metode yang
digunakan tidak terlepas dari ceramah, pembagian tugas dan latihan sebagai
bentuk pengulangan dan pendalaman materi ajar.
5. Prestasi Belajar
a. Prestasi Belajar
Djamarah (2017: 19), “presatasi belajar adalah sebuah kalimat yang
terdiri dari dua kata yakni “prestasi” dan “belajar”. Prestasi adalah hasil dari
suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual
maupun kelompok. Sedangkan menurut ahli Hasrun Harapah prestasi adalah
penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang
berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada
mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum. Sedangkan belajar
pada dasarnya adalah proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri
individu, yakni perubahan tingkah laku. Adapun menurut ahli Sardiman A.M
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
19
menemukakan belajar adalah rangkaian kegiatan jiwaraga menuju
keperkembangan pribadi manusia yang seutuhnya. Dapat disimpulkan
bahwa presatsi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas
dalam belajar.
b. Fungsi Prestasi Belajar
Adapun fungsi prestasi belajar adalah untuk mengetahui sejauhmana
kemajuan siswa setelah menyelesaikan aktivitas pembelajaran. Kemudian
untuk mengetahui penguasaan setiap siswa, terhadap mata pelajaran tertentu
yaitu IPS itu dilaksanakan evaluasi, dari hasil evaluasi itulah akan dapat
diketahui kemajuan siswa.
c. Prestasi Belajar Sebagai Hasil Penilaian
Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa
setelah melakukan aktivitas belajar. Ini berarti prestasi belajar tidak akan
bisa diketahui tanpa dilakukan penilaian. Prestasi belajar sebagai hasil
penilaian. Namun untuk mendapatkan pemahaman, perlu juga diketahui,
bahwa penilaian adalah sebagai aktivitas dalam menentukan tinggi
rendahnya prestasi belajar itu sendiri. Masalah evaluasi merupakan suatu
tindakan untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam pendidikan. Evaluasi
merupakan salah satu kegiatan yang menjadi kewajiban bagi setiap guru.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
20
Menurut Natawidjaja dalam Maolani (2017: 183), “Evaluasi adalah suatu
proses yang sistematis untuk dijabarkan, mendapatkan, dan menyajikan
informasi yang berguna untuk mempertimbangkan sehingga kita dapat
memilih alternatif keputusan secara tepat dalam bidang pendidikan. Evaluasi
diharapkan untuk memberikan informasi tentang kemajuan yang telah
dicapai siswa, bagaimana dan sampai di mana penguasaan dan kemampuan
yang siswa dapatkan setelah mempelajari suatu pelajaran. Disinilah
ketepatan penyusunan strategi evaluasi diperlukan dan menentukan
bagaimana intensitas prestasi belajar siswa.
6. Pembelajaran IPS Sub Tema Lingkungan Tempat Tinggalku
a. Pembelajaran IPS
James A. Banks (1990) dalam buku Suhada (2017: 4), memberikan
definisi social studies sebagai bagian dari kurikulum sekolah dasar dan
menengah yang mempunyai tanggung jawab pokok membantu para siswa
untuk mengembangkan pengtahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang di
perlukan dalam hidup bernegara di lingkungan masyarakat. The National
Concil for the Social Studies (NCSS), organisasi para ahli pendidikan studi
social yang cukup andal sebelum tahun 1978 merumuskan social studies
sebagai program yang dibangun oleh sejumlah disiplin ilmu sosial, yakni
sejarah, ekonomi, sosiologi, kewarganegaraan, geografi, dan semua
modifikasi atau kombinasi mata pelajaran. Mata pelajaran terutama yang
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
21
memiliki materi dan tujuan yang berhubungan dengan masalah-masyalah
kemasyarakatan.
Suhada (2017: 5), “studi sosial (social studies) berbeda dengan ilmu-ilmu
sosial. Studi sosial bukan merupakan bidang keilmuan atau disiplin
akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang
gejala dan masalah sosial”.
Suhada (2017: 63), “Ilmu pengetahuan sosial merupakan suatu mata
pelajaran yang mengkaji serangkaian peristiwa, fakta, konsep dan
generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan.
Dengan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS
disekolah dasar ini terbagi dengan bebrapa cabang yaitu seperti ekonomi,
geografi, walapun hanya sebatas perkenalan mata pelajaran saja. Demikian
dengan tingkatan yang selanjutnya misalnya SMP, dan SMA semakin
banyak bentuk dan macam pelajaran IPS tersebut karena semakin
berkembang dan memperdalam materi misanya politik, dan hukum. Adapun
materi pembelajaran IPS terhadap sekolah dasar seputar fakta sosial yang
tidak jauh dari lingkungannya atau yang dialaminya.
b. Fungsi Mata Pelajaran IPS
Adapun fungsi pada pembelajaran IPS untuk mengembangkan
pengetahuan, nilai, sikap. Dan Negara Indonesia Dan mengembangkan
potensi peserta didik supaya lebih peka dalam kehidupan sehari-hari di
lingkungan sekitarnya. Suhada (2017: 64), “IPS dibangun dari bebrapa
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
22
konsep dasar ilmu pengetahuan dasar sosial. Dalam kehidupan sehari-hari
kita selalu dihadapkan pada beberapa konsep, ada konsep yang bersifat
kongkret dan adapula konsep yang bersifat abstrak. IPS sebagai bidang
kajian terdiri dari konsep dasar sejarah, seperti konsep peristiwa/ kejadian
waktu dan tempat.
c. Kompetensi Inti (KI) Dan Kompetensi Dasar (KD) dalam Mata
Pelajaran IPS yang Mengacu pada Kurikulum 2013.
Tabel 1.
Kompetensi Inti
(Sumber: Subekti, 2017)
Kompetensi Inti
(KI)
KI.1Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
KI.2Menunjukan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman guru dan tetangga.
KI.3Memahami pengetahun faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat,
membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah
dan di sekolah
KI.4Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas,sistematis dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
23
Dari Kompetensi Inti tersebut di kembangkan menjadi Kompetensi Dasar
pada mata pelajaran IPS. Adapun Kompetensi Dasar pada pembelajaran
subtema lingkungan tempat tinggalku sebagai berikut
Tabel 2.
Kompetensi Dasar IPS Sub Tema Lingkungan Tempat Tinggalku
(Sumber: Subekti, 2017)
No Mata
pelajaran
Kompetensi Dasar Indikator
1 IPS 3.3mengidentifikasi kegiatan
ekonomi dan hubungannya
dengan berbagai bidang
pekerjaan serta kehidupan
sosial dan budaya di
lingkungan sekitar sampai
provinsi
3.3.1Siswa
mengetahui
tentang keadaan
dan mata
pencaharian
penduduk di
suatu daerah.
4.3 Menyajikan hasil
identifikasi kegiatan ekonomi
dan hubungannya dengan
berbagai bidang pekerjaan,
serta kehidupan sosial dan
budaya di lingkungan sekitar
sampai provinsi.
4.3.1Siswa
mampu
mengungkapkan
pendapatnya
tentang jenis mata
pencaharian
penduduk
berdasarkan
tempat tinggalnya
dengan percaya
diri.
d. Materi Sub Tema Lingkungan Tempat Tinggalku
1) Mata pencaharian berarti pekerjaan atau pencaharian utama yang
dikerjakan untuk biaya hidup sehari-hari contohnya adalah nelayan
yang mencari ikan di laut, petani yang menanam padi di sawah dll.
2) Sedangkan profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan
keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) contohnya adalah
kariawan yang kerja di kantor, guru yang mendidik siswa di sekolah.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
24
3) Profesi ada yang menghasilkan jasa dan ada yang menghasilkan
barang contoh profesi yang menghasilkan jasa adalah dokter, guru,
pengacara, polisi, pilot adapun profesi yang menghasilkan barang
contohnya pertambangan, arsitek, dll.
4) Penduduk di kota lebih banyak bekerja sebagai pekerja jasa karena di
kota merupakan pusat pemerintahan dan perdagangan. Dibandingkan
dengan di desa .
5) Setiap daerah memiliki mata pencaharian yang berbeda-beda
masyarakat di desa sebagian besar bekerja sebagai petani karena
banyak lahan pertanian yang tersedia dan memanfaatkan sumberdaya
alam yang tersedia. Adapun sebagian contoh mata pencaharian di desa
yaitu sebagai petani, peternak, perajin, pedagang, buruh tani dan
perkebunan
6) Dataran Tinggi adalah dataran yang terletak pada ketinggian di atas
700 m dpl. Dataran luas yang letaknya di daerah tinggi atau
pegunungan disebut dataran tinggi.
7) Dataran rendah adalah tanah yang keadaannya relatif datar dan luas
sampai ketinggian sekitar 200 m dpl. Tanah ini biasanya ditemukan di
sekitar pantai, tetapi ada juga yang terletak di pedalaman. Di Indonesia
banyak dijumpai dataran renda.
8) Penduduk di daerah pantai bermata pencaharian sebagai nelayan,
petani tambak, pedagang, petani garam, dan perajin.
9) Penduduk di daerah dataran rendah bermata pencaharian sebagai
buruh, petani, pedagang, dan peternak.
10) Penduduk di daerah dataran tinggi bermata pencaharian sebagai petani,
peternak, pedagang, dan pekerja perkebunan, misalnya teh, kopi, dan
cengkeh.
11) Kota Tabanan Provinsi Bali
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
25
Gambar 1.
Materi Pembelajaran Teks Cerita Pertama
(Sumber: Subekti, 2017)
Bali sangatlah terkenal hingga di luar negeri sebagai ikon pariwisata
Indonesia. Bali memiliki potensi pariwisata, seperti wisata alam,
wisata seni, dan budaya. Provinsi bali terbagi atas 8 kabupaten dan 1
daerah kota. Adapun 8 nama-nama kabupaten dan 1 kota di bali yaitu:
Nama-nama 8 Kabupaten di Bali
a) Kabupaten Badung, ibukota : Mangupura
b) Kabupaten Bangle, ibukota : Bangle
c) Kabupaten Buleleng, ibukota : Singaraja
d) Kabupaten Gianyar, ibukota : Gianyar
e) Kabupaten Jembaran, ibukota: Negara
f) Kabupaten Karangasem, ibukota Karangasem
g) Kabupaten Klungkung, ibukota : Semarapura
h) Kabupaten Tabanan, ibukota : Tabanan
Nama kota di Bali
a) Kota Denpasar, ibukota Denpasar
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
26
Tabanan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Bali.
Wilayah Kabupaten Tabanan didominasi oleh pegunungan dan pantai.
Selain itu, Tabanan terkenalsebagai penghasil beras dan sayuran.
Mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Namun,
penduduk yang tinggal di pantai bermata pencaharian sebagai nelayan.
Keadaan alam suatu tempat memengaruhi mata pencaharian
penduduknya. Ayo, kita cari tahu lebih lanjut Lingkungan
memengaruhi mata pencaharian penduduk di suatu daerah. Mata
pencaharian penduduk di suatu daerah berbeda dengan daerah lain.
Mata pencaharian penduduk di daerah pesisir pantai berbeda dengan
penduduk di daerah dataran rendah maupun di dataran tinggi.
12) Asal Mula Bukit Catu
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
27
Gambar 2.
Materi Pembelajaran Teks Cerita Kedua
(Sumber: Subekti, 2017)
Di pedalaman Pulau Bali, terdapat sebuah desa yang subur. Di sana,
tinggal sepasang suami istri. Mereka bekerja sebagai petani. Menjelang
musim panen, Si suami berkata kepada istrinya. “Jika nanti hasil panen
kita melimpah, buatlah tumpeng nasi yang besar. Kemudian, undanglah
tetangga untuk makan bersama.” Istrinya pun setuju. Kedua suami istri
itupun berharap panen mereka melimpah. Tak lama kemudian, harapan
mereka terkabul. Si Istri menyiapkan tumpeng nasi dan mengundang
seluruh penduduk desa untuk makan bersama. Menjelang musim panen
berikutnya, Si suami berkata lagi kepada istrinya “Semoga panen kita
lebih banyak lagi, kalau bisa tiga kali lipat dari sebelumnya. Jika
harapanku terkabul, buatkanlah tiga tumpeng nasi yang lebih besar dari
sebelumnya.” Kemudian, Si Istri membuat tiga tumpeng dan mengundang
seluruh penduduk desa untuk berpesta kembali. Beberapa hari kemudian,
Si suami pergi ke sawah. Dalam perjalanan, ia melihat seonggok tanah
yang berbentuk seperti catu. Catu adalah alat penakar nasi yang terbuat
dari tempurung kelapa. “Hmmm, aneh sekali. Sepertinya kemarin
gundukan tanah ini tidak ada,” gumam Si suami. Setelah pulang dari
ladang, ia bercerita kepada istrinya. Kemudian, ia mengajukan usul
kepada istrinya. “Istriku, bagaimana kalau kita membuat beberapa catu
nasi? Siapa tahu, kalau kita membuatnya, hasil panen kita akan semakin
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
28
melimpah.” Sejak saat itu, Si istri rajin membuat catu nasi. Setiap catu
nasi yang dibuatnya, ia niatkan untuk menambah hasil panennya. Namun,
ada keanehan yang terjadi. Saat pergi ke sawah, onggokan tanah yang ia
temukan sebelumnya semakin membesar. Rupanya, setiap Si istri
membuat catu nasi, saat itu pula onggokan tanah membesar. Sepasang
suami istri itu pun tak menyadarinya. Bahkan, Si istri membuat catu nasi
yang lebih besar setiap harinya. Lama-kelamaan, onggokan tanah itu
berubah menjadi sebuah bukit. Setelah Si petani dan istrinya berhenti
membuat catu nasi, onggokan tanah itu pun juga berhenti membesar.
Sejak saat itu, onggokan tanah itu disebut dengan Bukit Catu.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Pengaruh penggunaan model pembelajaran NHT (Number Head Together)
sejalan dengan beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh beberapa
peneliti, diantaranya:
1. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Pengunaan Model Pembelajaran
Kooperatif Teknik NHT (Number Head Together) dengan teknik Make a
Match Terhadap Hasil Belajar IPS Pada siswa kelas V SD Negeri
Gedongkiwo”. (2014) yang dikembangkan oleh Siti Nur Rahmawati.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model
pembelajaran kooperatif teknik Numbered Heads Together dengan teknik
Make a Match terhadap hasil belajar IPS. Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode true
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
29
eksperimen. Populasi pada penelitian ini berjumlah 51 siswa, sedangkan
sampel penelitian sebanyak 34 siswa. Teknik pengambilan sampel
menggunakan rumus Taro Yamane. Teknik pengumpulan data
menggunakan tes yang berbentuk pilihan ganda tentang materi peristiwa
sekitar proklamasi. Uji normalitas dengan menggunakan Kolmogrov-
Smirnov. Dan uji homogenitas dengan menggunakan uji lavene tes. Uji
hipotesis ini menggunakan uji t. Kesahihan dan kepercayaan instrumen
penelitian ini diperoleh melalui korelasi biserial, reliabilitas rumus K-R
21, daya pembeda dan indeks kesukaran. Penelitian yang dilakukan di SD
Negeri Gedongkiwo Tahun Ajaran 2011/2012 menunjukkan bahwa, hasil
post-test kelas eksperimen yaitu 74,56, kelas kontrol yaitu 67,65. Hasil
analisis menunjukkan bahwa nilai t hitung 2,690> t tabel dan nilai sig 0,011
< 0,05. Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara hasil post-test kelas
ekperimen dengan kelas kontrol. Berdasarkan perbedaan signifikan dari
hasil post-test tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif teknik lebih efektif Numbered Heads Together
dan berpengaruh positif dibandingkankan dengan teknik Make a Match
untuk pembelajaran IPS materi “peristiwa sekitar proklamasi” kelas V.
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Siti Nur Rahmawati (2014) dengan
persamaan yang di teliti terletak pada model pemeblajaraan kooperatif teknik
NHT (Number Head Together). Adapun mata pelajaran yang digunakan
sama terkait mata pelajaran IPS. Kemudian uji normalitas yang di gunakan
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
30
yaitu sama dengan mengunakan uji Kolmogrof Smirnov. Dan uji hipotesis
yaitu mengunakan uji t. Sedangkan perbedaan yang dilakukan peneliti
sebelumnya yaitu terkait metode yang digunakan yaitu pada True
Eksperimen sedangkan peneliti di sini mengunkan Quasi Eksperimen.
Kemudian uji homogenitas yang digunakan pada peneliti sebelumnya yaitu
mengunakan uji lavene. Sedangkan uji homogenitas yang dilakukan pada
penelitian disini mengunakan uji One-Way-Anova.
2. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
(Number Head Together) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas
III SD Muhammadiyah 12 Pamulang”. (2014) yang dikembangkan oleh
Husnul Rizqi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan dan bagaimana hasil belajar matematika siwa dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT, dibanding dengan siswa
yang menggunakan pembelajaran konvensional, Penelitian ini dilaksanakan
di SD Muhammadiyah 12 Pamulang dari Januari sampai Februari tahun
ajaran 2013/2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi
eksperimen. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random
sampling. Subjek penelitian ini adalah 60 siswa terdiri atas siswa kelas
eksperimen 30 siswa dan siswa kelas kontrol 30 siswa. Instrument penelitian
yang diberikan berupa tes yang terdiri dari 13 soal uraian terbatas. Uji
prasyarat yang digunakan adalah uji Liliefors untuk menguji normalitas data,
sedangkan uji Fisher untuk menguji homogenitas data. Berdasarkan hasil uji
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
31
normalitas diperoleh bahwa kedua populasi berditribusi normal. Sedangkan
hasil uji homogenitas diperoleh bahwa kedua populasi homogen (sama).
Berdsarkan hasil penelitian siswa yang diajarkan dengan pembelajaran
kooperatif Tipe NHT terlihat nilai rata-rata hasil belajar siswa lebih tinggi
daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaan konvensional Hal ini
terlihat dari nilai rata-rata kelas eksperimen 82,46 dan nilai rata-rata kelas
kontrol 74,56. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pembelajaran
kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar matematika siswa yang dapat
dilihat dari hasil perhitungan uji-t dengan nilai t-hitung > t-tabel(2,886 >
2,001) dengan derajat kebebasan (db) = 58, dengan taraf signifikansi 0,05.
Dengan demikian ditolak dan diterima, yang artinya rata-rata hasil belajar
matematika siswa pada kelas eksperimen berbeda dengan rata-rata hasil
belajar matematika siswa pada kelas kontrol.
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Husnul Rizqi (2014) dengan
persamaan yang di teliti terletak pada pembelajaraan kooperatif NHT
(Number Head Together). Metode yang digunakan yaitu Quasi Eksperimen
dan sampel yang digunakan yaitu cluster random sampling. Adapun
perbedaan yang dilakukan pada peneliti sebelumnya yaitu pada mata
pelajaran Matematika sedangkan peneliti disini pada pelajaran IPS.
Kemudian pada uji normalitas dan uji homogenitas peneliti sebelumnya
mengunakan uji Liliefors untuk uji normalitas kemudian untuk uji
homogenitas menggunakan uji Fisher. Adapun uji normalitas yang
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
32
digunakan pada peneliti disini mengunakan uji Kolmogrof Smirnov dan uji
homogenitas mengunakan uji One-Way-Anova.
3. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Model NHT (Numbered Head Together)
Terhadap Hasil Belajar PKN Kelas IV SDN 10 Bandar Buat”. (2018) yang
telah dikembangkan oleh Shari Ayu RahmaYuni. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh model Cooperative Learning Tipe NHT
(Numbered Head Together) terhadap hasil belajar PKn siswa di kelas IV.
Jenis penelitian adalah quasy experiment dalam bentuk nonequivalent
control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV
SDN 10 Bandar Buat. Dengan teknik sampling jenuh diperoleh kelas IVA
sebagai kelas eksperimen dan kelas IVB sebagai kelas kontrol. Untuk
melakukan uji normalitas dari data tes hasil belajar baik pada kelas
eksperimen maupun kelas kontrol digunakan uji Kolmogrow Smirnov. Dan
uji homogenitas digunakan uji F. Untuk menguji hipotesis digunakan rumus
t-tes. Hasil penelitian menunjukkan hasil t-test dengan taraf signifikan
(0,05)diperoleh thitung= 2,1>ttabel=2,01yang mean kelas eksperimen 80,9
dan mean kelas kontrol 75,86 maka hipotesis H1diterima.
Peneliti terdahulu dilakukan oleh Shari Ayu RahmaYuni (2018) dengan
persamaan yang diteliti terletak pada model pembelajaraan Cooperative
Learning Tipe NHT (Numbered Head Together). Metode yang digunakan
yaitu Quasi Ekperimen dengan bentuk nonequivalent control group design.
Adapun uji normalitas sama-sama mengunakan uji Kolmogrof Smirnov dan
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
33
uji hipotesis menggunakan uji t. Sedangkan perbedaan yang yang dilakukan
peneliti yaitu pada uji homogenitis pada peneliti sebelumnya mengunakan
uji F sedangkan uji penelitrian disini mengunakan uji One-Way-Anova.
Adapun pada mata pelajaran peneliti sebelumnya yaitu pada mata pelajaran
PKN sedangkan mata pelajaran peneliti disini yaitu IPS.
C. Kerangka Pikir
Menurut Uma Sekaran dalam buku Sugiyono (2016: 91), “mengemukakan
bahwa kerangka fikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubung dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang
penting”.
Sejalan dengan kerangka pikir yang digunakan pada penelitian ini yaitu nilai
siswa dibawah rata-rata KKM yaitu 7,0 standar nilai rata-rata KKM yang digunakan
di SDN Cineam. Adapun terdapat beberapa nilai siswa di bawah KKM terjadai
karena beberapa masalah yang sering terjadi pada saat proses pembelajaran
berlangsung misalnya dengan guru masih mengunakan model pembelajaran
konvensional misalnya dengan ceramah, dan mencatat, sehingga membuat siswa
belajar dengan kurang mengesankan dan bermakana. Model pembelajaran yang
digunakan pun membuat kegiatan pembelajaran yang pasif. Siswa tidak bisa
menemukan rasa ingin tahunya dengan penemuan pengalaman dengan sendirinya.
Dengan itu peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number
Head Together) yang menjadi proses pembelajaran menjadi efektif dianataranya
siswa lebih tertarik dalam mata pelajaran IPS dan model pembelajaran ini melibatkan
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
34
siswa belajar dengan aktif. pembelajaran dengan lebih bermakna karena siswa
mampu menemukan pengalaman sendiri dalam penggunaan model pembelajaran
NHT (Number Head Together) pada mata pelajaran IPS tersebut.
Dengan adanya model pembelajaran NHT (Numer Head Together) yang
dilakukan pada kelas eksperimen sebelumnya untuk menetahui nila hasil prestasi
belajar dilakukan dengan teknik tes pretest dan postest. Sebelum pemberian
perlakuan atau tritmen siswa diberikan tes pretest terlebih dahulu untuk mengetahui
data awal sebelum dengan diterapkan penggunaan model pembelajaarn kooperatif
tipe NHT (Number Head Together) dan di akhir pembelajaran setelah di terapkannya
model pembelajaraan kooperatif tipe NHT (Number Head Together) siswa diberikan
postest dari data tersebut adakah perbedaan hasil prestasi belajar IPS antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol dengan di terapkaanya model pembelajaraan kooperatif
tipe NHT (Number Head Together) di kelas IV SDN Cineam. Untuk membagi kelas
mana yang termasuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan teknik
sampling total dimana semua populasi dijadikan sampel yaitu siswa kelas IV SDN
Cineam dengan jumlah 48 orang siswa untuk menentukan kelas ekperimen dilakukan
dengan teknik random sampling yaitu pada kelas IV B dengan jumlah 24 orang siswa
dengan alasan nilai di bawah KKM. Dan kelas IV A sebagai kelas kontrol. Dari
penggunaan model pembelajaran NHT (Number Head Together) ini dapat merasakan
langsung terhadap pengaruh model pembelajaran yang di gunakan memlalui
pengalaman sendiri terhadap sesuatu obyek untuk meningkatkan pemahaman
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
35
Oleh karena itu, dengan adanya model pembelajara NHT (Number Head
Together) diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan pemahaman siswa
melalui pengalaman sendiri sehingga pembelajaran lebih bermakna dan tujuan
pembelajaran tercapai.
Berdasarkan pada hal itu, maka yang menjadi kerangka pikir dalam penelitian
ini dijabrkan dalam gambar di bawah ini
Prestasi belajar di
bawah KKM
Karena guru
menggunaan model
pembelajaraan
konvesional
Membuat siswa Pembelajaran yang tidak
bermakna
Guru menerapkan model
pembelajaran NHT (Number
Head Together) terhapa mata
pelajaran IPS Sub Tema
Lingkungan Tempat
Tinggalku
KONDISI AWAL
TINDAKAN
Proses pembelajaran menjadi
lebih bermakna dan efektif bagi
siswa
Melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran sehingga
memudahkan siswa memahami
materi pembelajaran
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
36
Gambar 3.
Desain Kerangka Pikir
D. Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2016: 96), “menyatakan hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian
telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Dikatakan sementara, karena
jawaban yang diberikan baru di dasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan
pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis
juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian,
belum jawaban yang empirik dengan data.
Menurut jakni (2016:4) ada jenis-jenis hipotesis alternative (Ha) dan hipotesis
nihil/nol (H0)
1. Hipotesis alternative (Ha) merupakan dugaan sementara terhadap hasil
penelitian yang dibuktikan dengan adanya kesimpulan setelah adanya
penelitian yang menyatakan adanya pengaruh atau hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat
KONDISI AKHIR
Melalui model pembelajaran NHT (Number
Head Together)ini dapat meningkatkan
prestasi belajar IPS Sub Tema Lingkungan
Tempat Tinggalku
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
37
2. Hipotesis nihil/nol (nol) merupakan hipotesis yang merupakan tidak adanya
pengaruh atau hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Sebagaimana telah di paparkan diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah
hipotesis alternative:
Ha : yaitu terdapat pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar IPS
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number
Head Together) pada sub tema lingkungan tempat tinggalku di kelas IV
SDN Cineam.
H0 : yaitu tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar IPS
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number
Head Together) pada sub tema lingkunag tempat tinggalku di kelas IV SDN
Cineam.
Pengujian hipotesis data tes prestasi belajar siswa dianalisis dengan
menggunakan uji-t pada sampel (Independen Sampel T-Test). Hipotesis statistik
dalam penelitian ini adalah:
a. Jika nilai sig. (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.
b. Jika nilai sig (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--