10

Untitled - Universitas Muhammadiyah Malang

Embed Size (px)

Citation preview

Volume 6, Nomor 1, Januari 2015JURNAL KEPERAWATAN,

P-ISSN 2086-3071 E-ISSN 2443-0900

Daftar IsiPengaruh Terapi Sleep Hygiene Terhadap Gangguan Tidur pada Anak Usia Sekolahyang Menjalani HospitalisasiAhsan1, Rinik Eko Kapti2, Shindy Anggreini Putri3

Pengaruh Pendampingan Suami Terhadap Lamanya Persalinan Kala II di Ruang DelimaRSUD dr.H.Abdul Moeloek LampungDesi Eka Wijaya1, Rillyani2, Riska Wandini3, Aryanti Wardiyah4

Perbandingan Self-Awareness Pola Konsumsi Makanan dan Olahraga Dengan RiwayatKeluarga Memiliki dan Tidak Memiliki Diabetes Melitus Tipe II pada Mahasiswa PSIKUMMHenik Tri Rahayu 1, Atok Miftachul Hudha2, Umu Sofiatul Umah 3

Aplikasi Teori Comfort Kolcaba Dalam Mengatasi Nyeri Pada Anak Pasca PembedahanLaparatomi di Ruang BCH RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo JakartaReni Ilmiasih1, Nani Nurhaeni2, Fajar Tri Waluyanti3

Perbedaan Penggunaan Povidone Iodine 1% Dengan Nacl 0,9% Sebagai DekontaminasiOral Terhadap Kolonisasi Staphylococcus Aureus pada Pasien Post Operasi DenganGeneral Anesthesia di Ruang Mawar RSUD Dr. Abdoer Rahem SitubondoRondhianto1, Wantiyah2, Ahdya Islaha Widyaputri3

Pola Asuh Mempengaruhi Status Gizi BalitaSiti Munawaroh

Hubungan Perilaku Makan dengan Kejadian Gastritis pada Mahasiswa Akper ManggalaHusada Jakarta Tahun 2013Suryani Hartati1 & Eka Cahyaningsih2

Hubungan Antara Konsumsi Rokok dengan Lama Proses Penyembuhan Luka OperasiElektif Steril Fase Inflamasi di Instalansi Rawat Inap II Rumah Sakit Umum Daerahdr. Saiful Anwar MalangTanto Hariyanto1, Helmi Herawati2,Wahyuningsri3

Terapi Murottal (Al-Qur’an) Mampu Menurunkan Tingkat Kecemasan pada PasienPre-Operasi LaparatomiVirgianti Nur Faridah

01 - 05

06 - 14

15 - 26

27 - 33

34 - 43

44 - 50

51 - 56

57 - 62

63 - 70

Volume 6, Nomor 1, Januari 2015

P-ISSN 2086-3071 E-ISSN 2443-0900

27Aplikasi Teori Comfort Kolcaba Dalam Mengatasi Nyeri Pada Anak Pasca Pembedahan Laparatomi di RuangBCH RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

Volume 6, Nomor 1 Versi online / URL:

APLIKASI TEORI COMFORT KOLCABA DALAM MENGATASI NYERI PADAANAK PASCA PEMBEDAHAN LAPARATOMI DI RUANG BCH RSUPN DR.

CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA

The application of Comfort Kolcaba Theory in order to Overcome the ChildrenLaparotomy post-surgery Pain in BCH Ward RSUPN DR. Cipto Mangunkusumo

Reni Ilmiasih1, Nani Nurhaeni2, Fajar Tri Waluyanti3

1Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang2,3Keperawatan Anak Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia

1Jalan Bendungan Sutami 188A Malang (0341) 5511492,3Gedung FIK UI & Laboratorium, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Kampus UI Depok

Email: 1)[email protected]

ABSTRAK

Pasien yang dilakukan pembedahan hampir seluruhnya mengalami nyeri. Nyeri yang dialami olehpasien pasca pembedahan dapat mempengaruhi kestabilan hemodinamik dan dapat mssenurunkan imunitastubuh sehingga mengganggu proses penyembuhan. Tujuan dari karya akhir ilmiah ini adalah untukmemberikan gambaran penerapan teori keperawatan Comfort Kolcaba dan pendekatan Family CenteredCare dalam mengatasi nyeri pada anak pasca pembedahan laparatomi. Penerapan teori comfort dalammelakukan asuhan keperawatan pada pasien pasca pembedahan dapat meningkatkan kepuasan keluargadan efektif menurunkan nyeri pada pasien nyeri yang dipengaruhi faktor kecemasan. Aplikasi teori comfortyang ada belum menggunakan ceklist comfort karena perawatan difokuskan pada masalah nyeri sehinggaevaluasi yang dipilih menggunakan skala nyeri FLACC dan VAS. Teori comfort dapat diaplikasikan terutamapada pasien yang mengalami nyeri ringan dan pasien dengan peningkatan skala nyeri yang dipengaruhikecemasan.

Kata Kunci: Teori Comfort, family centered care, nyeri pasca pembedahan, laparatomi.

ABSTRACT

Patients who undergo surgery almost entirely feel pain. Pain experienced by patients after surgerycould affect the stability of hemodynamic and decreases the body’s immunity which can interrupt thehealing process. The purpose of this study is to provide an overview of the application of nursing theoryComfort Kolcaba and Family Centered Care approach in dealing with post-surgical pain in childrenlaparotomy. The application of the comfort theory in performing nursing care to patients after surgerycan improve family satisfaction and effectively reduce pain in patients which influenced by anxiety.Recently, the application of comfort theory has not been implementing of an evaluation using a checklistcomfort because the treatment is focused on the problem so that the evaluation of selected pain using theVAS pain scale and FLACC. Comfort theory can be applied, especially in patients with mild pain andincrease pain scale which influenced by anxiety.

Keywords: Theory of Comfort, family centered care, post-surgical pain, laparotomy.

LATAR BELAKANG

Proses pertumbuhan dan perkembangananak dapat dipengaruhi oleh faktor keturunan,lingkungan dalam rahim maupun lingkunganekternal yang menyebabkan anak dalamkondisi rentang sehat sakit (James & Ashwill,2007). Faktor tersebut dapat menjadi

penyebab anak sakit. Kondisi yang dapatmenyebabkan anak sakit dapat bervariasiselama masa pertumbuhan danperkembangan anak, diantaranya disebabkankarena suatu infeksi maupun penyakitketurunan dan penyakit karena kelainankongenital. Kondisi kelaianan kongenital inimenyebabkan anak harus dirawat di rumah

28 Januari 2015: 27 - 33

Reni Ilmiasih1, Nani Nurhaeni2, Fajar Tri Waluyanti3

JURNAL KEPERAWATAN,P-ISSN 2086-3071 E-ISSN 2443-0900

sakit dan mendapat tindakan medis bahkantindakan pembedahan.

Tindakan pembedahan menyebabkanjaringan sekitar mengalami pemutusan(discontinuitas) sehingga mengakibatkancidera pada jaringan yang dilakukanpembedahan. Cidera karena pembedahan iniakan mengaktifkan nosiseptor untukmelepaskan zat kimia yang akan diteruskanoleh kornudorsalis dan dilanjutkan ke otaksebagai persepsi nyeri. Dalam beberapa detiksetelah kerusakan jaringan yang hebat akanterjadi aliran sensoris yang masif kedalammedulla spinalis, ini akan menyebabkanjaringan saraf didalam medulla spinalismenjadi hiperresponsif. Reaksi ini akanmenyebabkan munculnya rangsangan nyeriakibat stimulus non noksius dan pada daerahyang jauh dari jaringan cedera juga akanmenjadi lebih sensitif terhadap rangsangannyeri (Smeltzer & Bare, 2002; Skilton, 2003).

Nyeri dialami oleh sebagian besar (86%)anak yang menjalani perawatan di rumahsakit, dari angka tersebut 40% mengalaminyeri berat. Pasien pasca pembedahan 99%menderita nyeri sedangkan pasien denganpenyakit infeksi sebanyak 65% mengalaminyeri (Kozlowski, et al., 2012).

Bebas dari rasa nyeri merupakan haksetiap anak. Nyeri pada pasien pascapembedahan apabila tidak segera ditanganiakan berpengaruh pada perubahanhemodinamik, terdapat gangguan alirandarah, faktor koagulasi, fibrinolisis, terjadiketidakseimbangan cairan elektrolit sertameningkatanya kebutuhan sistem respirasi dansistem kardiovaskuler akibat peningkatanhormon katabolik (Hockenberry & Wilson,2009). Respon terhadap nyeri juga dapatmenyebabkan anak frustasi, menghindarikontak sosial, menangis, menjerit, ataumemukul sehingga tidak kooperatif dengantindakan keperawatan, menurunnya minatterhadap aktivitas dan pemenuhan kebutuhanseperti makan, bermain dan kebersihan diri(Smeltzer & Bare, 2002; Hockenberry &Wilson, 2009).

Berbagai masalah pasien yangditimbulkan akibat pasca operasimenyebabkan gangguan rasa nyaman nyeriyang perlu diatasi. Rasa nyaman merupakanbagian perawatan yang penting untukdiperhatikan. Kenyamanan merupakan nilaidasar yang menjadikan tujuan keperawatanpada setiap waktu (Siefert, 2002).Pendekatan teori comfort yangdikembangkan oleh Kolcaba menawarkankenyamanan sebagai bagian terdepan dalamproses keperawatan. Kolcaba memandangbahwa kenyamanan holistik adalahkenyamanan yang menyeluruh meliputikenyamanan fisik, psikospiritual, lingkungandan psikososial. Tingkat kenyamanan terbagimenjadi tiga yaitu relief dimana pasienmemerlukan kebutuhan kenyamanan yangspesifik, ease yaitu terbebas dari rasaketidaknyamanan atau meningkatkan rasanyaman, dan transcendence yaitu mampumentoleransi atau dapat beradaptasi denganketidaknyamanan (Kolcaba & Dimarco,2005; Tomey & Alligood, 2006). Pendekatanteori Comfort Kolcaba telah digunakan padaperawatan pasien kanker payudara yangmenjalani radioterapi (Kocaba & Fox, 1999),perawatan pasien dengan gangguan frekuensibuang air kecil dan inkontinensia urin (Down,Kolcaba & Steiner, 2000), dan pengaruhkenyamanan suhu pada pasien yang akandilakukan operasi (Wagner, Byrne &Kolcaba, 2006). Artikel dengan judul teoricomfort dan penerapannya dalamkeperawatan anak telah digambarkan sebagaistudi kasus pada salah satu anak setelahmenjalani operasi oleh Kolcaba dan Dimarco(2005).

Untuk memenuhi kebutuhankenyamanan yang holistik yaitu kenyamananfisik, psikospiritual, lingkungan dansosiokultural diperlukan kerja sama antaratenaga perawat dan keluarga pasien. Perawatperlu melibatkan keluarga baik orang tuapasien maupun keluarga besar. Keterlibatankeluarga mutlak diperlukan pada perawatananak karena keluarga adalah bagian yang

29Aplikasi Teori Comfort Kolcaba Dalam Mengatasi Nyeri Pada Anak Pasca Pembedahan Laparatomi di RuangBCH RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

Volume 6, Nomor 1 Versi online / URL:

tidak dapat dipisahkan dari anak. Anggotakeluarga terutama orang tua mempunyaiperan yang sangat penting dalammeningkatkan kesehatan atau kesejahteraanpasien. Keluarga menjadi sumber utamadalam memberikan kekuatan dan dukungankepada anak (Neal, et al 2007).

Tujuan dari tulisan ilmiah ini adalahmengaplikasikan teori keperawatan ComfortKolcaba dan pendekatan Family CenteredCare dalam memberikan asuhankeperawatan pada anak dengan masalahnyeri pasca pembedahan. Pendekatan teoriComfort yang memperhatikan kenyamananfisik, psikospiritual, sosiokultural danlingkungan serta keterlibatan keluarga dalammanajemen nyeri nonfarmakologi diharapkandapat membantu meningkatkan kenyamananholistik pada anak. Kenyamanan holistik iniakan berpengaruh terhadap persepsi anakdalam menghadapi nyeri sehingga nyeriberkurang, hilang atau pasien mampumeningkatkan koping positif terhadap nyeripasca pembedahan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lima kasus dalam penerapan aplikasiteori comfort adalah anak S dengan riwayatpasca pembedahan ulang laparatomi karenainvaginasi usus, Anak F dengan pasca operasilaparatomi dan reseksi usus, anak D denganpost operasi tutup kolostomi, anak P denganpost operasi apendiksitis, bayi MR denganpost operasi ekplorasi laparatomi karenainvaginasi. Kelima kasus ini dikategorikanmengalami pembedahan abdomen ataulaparatomi karena proses pembedahanberlokasi di abdomen dan insisi jaringandilakukan pada dinding abdomen seperti yangdijelaskan oleh Meeker dan Rothrock (1999).

Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan berdasarkankeempat konteks kenyamanan selanjutnyadimasukkan kedalam toksonomi comfortuntuk memudahkan perawat dalam

melakukan intervensi. Data yang didapatkanpada pengkajian fisik antara lain adalahkeluhan nyeri. Dalam melakukan pengkajiannyeri perawat menggunakan skala nyeri FaceLegs Activity Cry Consolability (FLACC).Pengkajian nyeri pada pasien yang mampumelakukan komunikasi dan usia lebih dari 4tahun menggunakan skala Visual AnalogScale (VAS) karena penilaian individu adalahpengkajian yang paling valid dalam menilainyeri dimana nyeri merupakan pengalamanyang bersifat individual dan subyektif (James& Ashwill, 2007).

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yangberhubungan dengan masalah kenyamananfisik pada pasien antara lain, nyeri akut, defisitvolume cairan baik aktual maupun risiko,ketidakseimbangan nutrisi kurang darikebutuhan, ketidakefektifan bersihan jalannafas, risiko infeksi dan risiko jatuh.

Nyeri akut merupakan diagnosakeperawatan yang utama pada kelima pasientersebut. Meskipun sudah dilakukanpemberian obat analgesik pada kelima pasienini, akan tetapi nyeri masih menjadi perhatianutama pada masalah kenyamana fisik anak.Nyeri dapat dipengaruhi karena perasaancemas akibat perawatan di rumah sakitdengan menghadapi lingkungan yang asingdan pengalaman nyeri sebelumnya.Pengalaman nyeri sebelumnya dialami olehanak D, anak S dan anak F yang pernahmengalami tindakan operasi sebelum sakitsekarang. Hal ini kemungkinan dapatmempengaruhi persepsi anak terhadap nyerikarena pengalaman dan persepsi yang kurangtepat dapat berkontribusi terhadap keparahannyeri (Wiroonpanich & Strickland, 2004).

Diagnosa keperawatan berhubungandengan psikospiritual yaitu kecemasandialami oleh anak P. Anak P merasa cemaskarena takut pada tindakan perawatan yangdipersepsikan selalu menyakitkan sehinggapasien tidak mau melihat bila didekati perawat

30 Januari 2015: 27 - 33

Reni Ilmiasih1, Nani Nurhaeni2, Fajar Tri Waluyanti3

JURNAL KEPERAWATAN,P-ISSN 2086-3071 E-ISSN 2443-0900

dan menolak tindakan keperawatan. Hal inimerupakan salah satu bentuk dari reaksihospitalisasi. Pasien dihadapkan padalingkungan baru yang asing dan pengalamanyang tidak menyenangkan terhadapperawatan sebelumnya seperti trauma,sehingga pasien menjadi stess, takut dancemas menghadapi situasi hospitalisasi(Salmela, Aronen & Salantera, 2010; Hatfield,2008).

Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan untuk nyeriakut pada pasien pasca pembedahan perawatmelakukan manajemen nyeri non farmakologidegan melibatkan keluarga. Keluargamelakukan t indakan distraksi denganmemberikan sentuhan, ciuman, memijit,menggendong anak, mendengarkan musik,membacakan buku cerita, memfasilitasilingkungan yang nyaman bagi anak,memberikan mainan kesukaan anak dandistraksi lainnya. Hal ini sesuai dengan hasilpenelitian Kakkunen, et al (2009) yangmenyatakan bahwa manajemen nyeri nonfarmakologi yang dilakukan oleh keluargaefektif dalam menurunkan nyeri dan stresspada anak pasca pembedahan. Perawat jugamelakukan tindakan kolaborasi denganmemberikan analgesik.

Intervensi untuk mengurangikecemasan bisa dilakukan dengan perawatanyang melibatkan keluarga, melakukandistraksi dengan bermain atau mendengarkanmusik. Kenyamanan lingkungan merupakansalah satu sebab anak menjadi stress akibathospitalisasi, maka dari itu hendaknya perawatatau keluarga menciptakan lingkungan yangnyaman bagi anak.

Pemenuhan kebutuhan padakenyamanan sosiokultural pada pasiendifasilitasi dengan mendatangkan rohaniawanuntuk melakukan do’a bersama dengankeluarga, hal ini sesuai dengan intervensisosiocultural comfort yang dicontohkan olehKolcaba dan Dimarco (2005). Area bermainjuga disediakan serta ada petugas yang datang

untuk melakukan belajar atau bermainbersama, akan tetapi jarang dilakukan untukanak yang masih dalam kondisi sakit berat.

Evaluasi

Evaluasi keperawatan dilakukanberdasarkan kebutuhan kenyamanan fisik,psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan.Evaluasi untuk masalah nyeri pada kelimapasien dapat teratasi. Skala nyeri yangdidapatkan pada pasien setelah dilakukanintervensi keperawatan menurun menjadi 0-1. Kecemasan anak yang dapatmempengaruhi nyeri juga dapat diatasi dengandukungan orang tua yang selalu menungguianak dan dilakukan teknik bermain.Kenyamanan lingkungan dapat dipenuhidengan memberikan susana yangmenyenangkan bagi anak sepertimendekatkan mainan atau benda kesukaananak. Evaluasi untuk kenyamanansisiokultural masih belum bisa difasilitasidengan baik terutama dukungan keluargabesar dan teman sebaya tidak bisa dilakukansetiap saat karena pertimbangan peningkataninfeksi nosokomial. Infeksi nosokomial dirumah sakit dapat disebabkan salah satunyaadalah karena keberadaan pengunjung ataukeluarga (WHO, 2002).

Teori Comfort Kolcaba secara umumdapat diaplikasikan pada anak denganmasalah nyeri pasca pembedahan laparatomi.Pendekatan teori Comfort dilakukan dalamproses keperawatan mulai dari pengkajian,pembuatan diagnosa keperawatan, intervensi,implementasi dan evaluasi. Pendekatanfamily centered care juga dilakukan padaproses asuhan keperawatan terutamaintervensi, implementasi dan evaluasi.

Pada aplikasi penerapan pengkajian anakyang mengalami nyeri pasca pembedahan,tidak mendapat kesulitan dalam pengkajiankenyamanan berdasarkan taxsonomicomfort. Akan tetapi masih diperlukankejelian dan pengalaman untukmengkategorikan kebutuhan kenyamanan

31Aplikasi Teori Comfort Kolcaba Dalam Mengatasi Nyeri Pada Anak Pasca Pembedahan Laparatomi di RuangBCH RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

Volume 6, Nomor 1 Versi online / URL:

pada masing-masing jenis dan kontekskenyamanan. Kesulitan saat pengkajianditemui pada proses pengkajian skala nyeri.Tidak semua pasien dapat menggunakan satuskala pengkajian meskipun secara teorisebenarnya skala tersebut dapat digunakan.Pengkajian nyeri pada anak F seharusnya bisadilakukan dengan skala VAS, akan tetapikarena anak F kurang dapat berkomunikasisecara kooperatif akhirnya lebih banyakdigunakan skala FLACC. Dalam hal inidiperlukan kemampuan perawat untukmemilih skala yang tepat yang bisa digunakanpada kondisi anak saat pengkajian.

Penerapan penegakan diagnosakeperawatan juga dapat diaplikasikanberdasarkan teori comfort yaitu denganpengelompokan diagnosa berdasarkankenyamanan fisik, psikospiritual, sosiokultural,dan lingkungan. Kendala yang ditemukan,perawat adalah kesulitan menegakkandiagnosa sosiokultural karena meskipun adadata yang mengarah pada masalahsosiokultural, akan tetapi sulit merumuskandiagnosa keperawatan karena terbatasnyaliteratur yang secara eksplisit menuliskandiagnose keperawatan yang terkait masalahsosiokultural.

Intervensi dan implementasimemperhatikan prinsip intervensi pada teoricomfort yaitu intervensi untuk kenyamananstandar (standar comfort), intervensi untukpembinaan (choaching), dan intervensi yangberhubungan dengan memberikankenyamanan jiwa (comfort food for thesoul) (Kolcaba & Dimarco, 2005). Evaluasidilakukan sesuai dengan empat kontekskenyamanan dengan harapan lebih mampumenggambarkan hasil akhir dari pencapaiankenyamanan holistik yang meliputi aspekkenyamanan fisik, psikospiritual, sosiokultural,dan lingkungan. Evaluasi kenyamanan holistikberdasarkan pengembangan istrumenKolcaba sudah ada, tetapi tidak semua dapatdiaplikasikan mengingat perawat menekankanpada masalah nyeri sehingga evaluasi yangdigunakan dengan menggunakan skala nyeriFLACC dan VAS.

Pada lima kasus yang telah diangkatdidapatkan implementasi pendekatan teoricomfort yang paling efektif adalah pada anakP. Hal ini dimungkinkan karena meskipunskala nyeri anak P cukup tinggi yaitu padapengkajian awal skala FLACC adalah 6, akantetapi mudah diatasi karena kebutuhankenyamanan psikospiritual yaitu masalahkecemasan teratasi. Kecemasan dapatmempengaruhi persepsi nyeri seseorangsehingga dalam mengatasi nyeri perludiperhatikan faktor yang mempengaruhi, salahsatunya adalah kecemasan (Smeltzer &Bare, 2002).

Pendekatan family centered caredilakukan terutama pada saat melakukanmanajemen nyeri non farmakologi. Padaevaluasi pelaksanaan manajemen nyeri nonfarmakologi oleh keluarga didapatkan hasil100% keluarga mampu terlibat dan aktif dalammelakukan manajemen nyeri pada anak.Keluarga sebagian besar telah melakukanjenis tindakan yang ada pada checklistpanduan manajemen nyeri non farmakologi,kecuali kegiatan yang memang tidak bisadifasilitasi oleh keluarga. Evaluasi tertulisdengan menyebarkan angket yang diisikeluarga didapatkan 100 % keluargamenyatakan format tersebut cukupmembantu sebagai panduan manajemen nyeripada anak, terdapat perubahan perilaku anakke arah yang lebih baik, dan tindakan yangdilakukan mampu mendistraksi anak terhadaprasa nyeri.

SIMPULAN

Pasien pasca pembedahan mempunyaimasalah utama yaitu nyeri akut. Pasien anakbelum mampu mengungkapkan perasaannyeri secara adekuat sehingga perluketerampilan perawat untuk melakukanpengkajian nyeri secara tepat. Pelaksanaanintervensi manajemen nyeri non farmakologiperlu melibatkan keluarga dan hasil evaluasicukup efektif dalam menurunkan nyeri sertamembatu menurunkan kecemasan pada anak.Pendekatan teori comfort Kolcaba dalam

32 Januari 2015: 27 - 33

Reni Ilmiasih1, Nani Nurhaeni2, Fajar Tri Waluyanti3

JURNAL KEPERAWATAN,P-ISSN 2086-3071 E-ISSN 2443-0900

melakukan asuhan keperawatan pada pasienpasca pembedahan secara umum mudahditerapkan. Teori comfort efektif untukmengatasi nyeri yang dipengaruhi oleh faktorpsikospiritual seperti kecemasan. Kepuasankeluarga menjadi meningkat denganketerlibatan keluarga dalam perawatanmanajemen nyeri non farmakologi. Evaluasitidak menggunakan checklist comfort karenaperawat menekankan masalah nyeri sehinggadipilih skala nyeri FLACC dan VAS dalammelakukan evaluasi kenyamanan nyeri.Dalam melakukan intervensi keperawatanyang berhubungan dengan manajemen nyeridisarankan untuk melibatkan keluarga karenakehadiran dan keterlibatan keluarga terbuktiefektif dalam membantu mengurangi responnyeri pada anak. Penerapan teori comfortKolcaba dapat dijadikan acuan dalammelakukan asuhan keperawatan pada pasiendi ruang bedah anak, terutama pasien yangmengalami nyeri ringan dan pasien denganpeningkatan skala nyeri terkait adanyakecemasan.

DAFTAR PUSTAKA

Down, T., Kolcaba K., & Steiner, R. (2000).Cognitif strategies to enhance comfortand decrease episodes of urinaryincontinence. Holistic NursingPractice, Vol 14No 2, pp. 91-102.

Hatfield, N.T. (2008). Broadribbsintroductory pediatric nursing. (7th

ed). USA: Lippincott.Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2009).

Wongs’s essentials of pediatricnursing. (8 th ed). St. Louis: MosbyElseiver.

James, S.R. & Ashwill, J.W. (2007). Nursingcare of children: Principles &practice. (3th ed). St Louis: SaundersElsevier Inc.

Kakkunen, P, Vehvilainen J.K., Pietila A.M.,Nysonen S., Korhanen A., LehikoinenN.M. et al. (2009). Promoting parents’use of non-pharmacological methods andassessment of children’s postoperative

pain at home. International Journal ofCaring Sciences, Vol 2 No 1, pp. 11-21.

Kocaba, K., & Fox, C. (1999). The effectsof guided imagery on comfort of womenwith early stage breast cancer goingthrough radiation therapy. OncologyNursing Forum, Vol 26, No 1, pp. 67-71.

Kolcaba, K., & DiMarco, M. A. (2005).Comfort theory and its application topediatric nursing. Pediatric Nursing,Vol 31, No. 3, pp. 187-194.

Kolcaba, K., Tilton, C., & Drouin, C.(2006).Comfort theory a unifying frameworkto enhance the practice environment.The Journal og NursingAdministration, Vol. 36, No. 11, pp. 538-544.

Kozlowski L.J., Byerly, S.K., Colantuoni, E.,Thompson, C.B.,Vasquenza, K.J.,Rothman, S.K. et al. (2012). Painprevalence, intensity, assessment andmanagement in a hospitalizedpediatric population. USA: Elsevier.

Meeker, M.H., & Rothrock, J. N. (1999).Alexander’s care of the patient insurgery. (11 th ed). Missouri: Mosby.

Neal, A., Frost, M., Kuhn J., Green A.,Cleveland B.G., & Kersten, R. ( 2007).Family centered care whitin a infant-toddler unit. Pediatric Nursing, Vol. 33,No. 6, pp. 481-485.

Potter, P A & Perry, A G. (2005). Buku ajarfundamental keperawatan: Konsep,Proses, dan Praktik. Edisi 4 Volume2. Jakarta: EGC.

Salmela, M., Aronen, E.T., & Salantera, S.(2010). The experience of hospital-related fears of 4-to6-year-old children.Child: care, health and development,Vol. 37, No. 5, pp. 719-726.

Siefert, M.L. (2002). Concept analysis ofcomfort. Nursing Forum, Vol. 37, No.4, pp. 16-23.

Skilton, M. (2003). Post-operative painmanagement in day surgery. NursingStandard, Vol. 17, No. 38, pp. 39-44.

33Aplikasi Teori Comfort Kolcaba Dalam Mengatasi Nyeri Pada Anak Pasca Pembedahan Laparatomi di RuangBCH RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

Volume 6, Nomor 1 Versi online / URL:

Smeltzer, S. C., & Bare, B G. (2002). BukuAjar Keperawatan Medikal Bedah,Edisi 8 Vol.3. Agung Waluyo(penterjemah). Jakarta: EGC.

Spagrud, L.J., Piira, T., & Von Baeyer, C.L.(2003). Children’s self-report of painintensity: The Faces Pain Scale -Revised. American Journal ofNursing, Vol 103, No 12, pp. 62-64.

Tomey, A.M., & Alligood, M.R. (2006).Nursing theorist and their work.(6thed). St. Louis, Missouri: MosbyElsevier.

Universitas Indonesia. (2008). Pedomanteknis penulisan tugas akhirmahasiswa Universitas Indonesia.

Wagner, D., Byrne M. & Kolcaba K. (2006).Effect of comfort warming onpreoperative patiens. AORN Journal,Vol. 84, No. 3, pp. 427-448.

Wiroonpanich, W., & Strickland, J.C. (2004).Normalizing: Postoperative acuteabdominal surgical pain in Thai children.Journal of Pediatric Nursing, Vol. 19No. 2, pp. 104-112.

WHO. (2002). Prevention of hospital-acquired infections: A practicalguide. (2 thed.). Diakses http://w w w. w h o . i n t / c s r / r e s o u r c e s /publications/whocdscsreph. Tanggal 08Juli 2002.