31
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo) dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik (gerak). Sedangkan rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang –tulang yang memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk, sikap dan posisi. Sistem muskuloskeletal memberi bentuk bagi tubuh. Sistem muskuloskeletal melindungi organ-organ penting, misalnya otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-paru terdapat pada rongga dada (cavum thorax) yang dibentuk oleh tulang-tulang kostae (iga). B. Rumusan Masalah 1. Apa saja organ dalam sistem muskuloskeletal? 2. Bagaimana pemeriksaan fisik pada organ muskuloskeletal? 3. Apa perbedaan pemeriksaan fisik pada organ muskuloskeletal yang sehat dan tidak sehat? 1

pemeriksaan muskulskeletal

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh

yang terdiri dari otot (muskulo) dan tulang-tulang

yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah

jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah

energi kimia menjadi energi mekanik (gerak).

Sedangkan rangka adalah bagian tubuh yang terdiri

dari tulang –tulang yang memungkinkan tubuh

mempertahankan bentuk, sikap dan posisi. Sistem

muskuloskeletal memberi bentuk bagi tubuh. Sistem

muskuloskeletal melindungi organ-organ penting,

misalnya otak dilindungi oleh tulang-tulang

tengkorak, jantung dan paru-paru terdapat pada

rongga dada (cavum thorax) yang dibentuk oleh

tulang-tulang kostae (iga).

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja organ dalam sistem muskuloskeletal?

2. Bagaimana pemeriksaan fisik pada organ

muskuloskeletal?

3. Apa perbedaan pemeriksaan fisik pada organ

muskuloskeletal yang sehat dan tidak sehat?

1

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui organ sistem muskuloskeletal.

2. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik pada organ

muskuloskeletal.

3. Untuk mengetahui perbedaam pemeriksaan fisik pada

organ muskuloskeletal yang sehat dan tidak sehat.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Organ Muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk

tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan.

Komponen utama system musculoskeletal adalah

jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang,

sendi, otot, tendon, ligament, bursae, dan jaringan-

jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur

ini.

1. Tulang

a. Tulang Berdasarkan Jenisnya

1) Tulang Rawan (Kartilago)

2

Tulang rawan tersusun dari sel-sel tulang

rawan, ruang antar sel tulang rawan banyak

mengandung zat perekat dan sedikit zat kapur,

bersifat lentur. Tulang rawan banyak terdapat

pada tulang anak kecil dan pada orang dewasa

banyak terdapat pada ujung tulang rusuk,

laring, trakea, bronkus, hidung, telinga,

antara ruas-ruas tulang belakang.

Tulang rawan dibagi menjadi 3 yaitu ;1) Tulang Rawan Hialin

Matriks tulang rawan hialin berwarna

putih kebiruan, mengkilat, dan jernih.

Fungsinya adalah membantu pergerakan,

membantu jalannya pernapasan. Tulang rawan

ini terdapat pada cakram epifisis, dan

ujung rusuk.

3

2) Tulang Rawan Elastis

Tulang rawan elastis tersusun dari

serabut kolagen dan bersifat elastis.

Matriksnya berwarna kuning. Fungsinya

adalah memberikan fleksibelitas dan

menguatkan. Contohnya pada daun telinga,

epiglotis dan bronkiolus.

3) Tulang Rawan Fibrosa

Matriks pada jaringan ini sedikit dan

berwarna gelap, tetapi banyak mengandung

serabut kolagen yang membentuk suatu

berkas dan tersusun sejajar. Fungsinya

adalah untuk memberikan kekuatan dan

melindungi jaringan yang lebih dalam.

4

4) Tulang Keras atau Tulang Sejati (Osteon)

Tulang keras dibentuk oleh sel

pembentuk tulang (osteoblas) ruang antar

sel tulang keras banyak mengandung zat

kapur, sedikit zat perekat, bersifat

keras. Zat kapur tersebut dalam bentuk

kalsium karbonat ( CaCO3 )dan kalsium

fosfat ( Ca(PO4)2) yang diperoleh atau

dibawa oleh darah. Dalam tulang keras

terdapat saluran havers yang didalamnya

terdapat pembuluh darah yang berfungsi

mengatur kehidupan sel tulang. Tulang

keras berfungsi untuk menyusun sistem

rangka.

Contoh tulang keras :

- tulang paha - tulang lengan- tulang betis- tulang selangka

b. Tulang Berdasakan Bentuknya

5

1) Tulang Pipa (Long Bone)

Tulang pipa berbentuk bulat, panjang dan

tengahnya berongga berfungsi sebagai tempat

pembentukan sel darah merah. Tulang pipa

terdiri atas dua bagian, yaitu diafisis dan

epifisis. Diafisis adalah bagian “badan”

tulang, sedangkan epifisis adalah bagian tepi

(epi) atau bagian “kepala” tulang. Di antara

epifisis dan diafisis, dibatasi oleh bagian

yang disebut cakram epifisis. Cakram epifisis

lebih lambat proses penulangannya

dibandingkan dengan daerah diafisis.

Tulang pipa terdapat pada :

a) Tulang paha

b) Tulang lengan atas

c) Tulang jari tangan

2) Tulang Pipih (Flat Bone)

Tulang pipih berbentuk pipih dan lebar.

Tulang pipih terdiri atas dua lapisan

jaringan tulang keras dan di tengahnya berupa

lapisan tulang seperti bunga karang (spons)

yang di dalamnya berisi sum-sum merah sebagai

6

tempat pemben-tukan selsel darah. Tulang-

tulang pipih berperan dalam melindungi organ

tubuh. Berfungsi sebagai tempat pembentukan

sel darah merah dan sel darah putih.

Tulang pipih

terdapat pada :

1) tulang belikat

2) tulang dada

3) tulang rusuk

3) Tulang

Pendek

(Short

Bone)

Bentuknya pendek dan bulat, berfungsi

sebagai tempat pembentukan sel darah merah

dan sel darah putih. Tulang pendek

diselubungi jaringan padat tipis. Tulang

pendek sebagian besar terbuat dari jaringan

tulang jarang karena diperlukan sifat yang

ringan dan kuat. Karena kuatnya, maka tulang

7

pendek mampu

mendukung

bagian tubuh.

Tulang

pendek

terdapat

pada:

1) ruas-ruas tulang belakang

2) tulang pergelangan tangan

3) tulang pergelangan kaki

c. Tulang Berdasarkan Strukturnya

1) Tulang Kompak

Memiliki matriks yg susunannya rapat.

tedapat sistem havers. Tulang kompak terdapt

pada tulang pipa.

2) Tulang Spons

8

Matriks berongga tersusun atas anyaman

trabeculae (semacam pecahan genting)

yangpipih dan mengandung serabut kolagen.

Ronggarongga yang ada pada tulang spons diisi

oleh jaringan.Tulang spons terdapat pada

tulang pipih.

2. Otot

Otot merupakan jaringan peka rangsang

(eksitabel) yang dapat dirangsang secara kimia,

listrik dan mekanik untuk menimbulkan suatu aksi

potensial. Ada tiga jenis otot yaitu otot rangka,

otot jantung dan otot polos. Fungsi otot sebagai

berikut :

a. Penggerakan

Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat

otot tersebut melekat dan bergerak dalam bagian

organ internal tubuh.

b. Membentuk postur tubuh

Otot menopang rangka dan mempertahankan tubuh

saat berada dalam posisi berdiri atau saat

duduk terhadap gaya gravitasi.

9

c. Produksi panas karna adanya kontraksi dan

relaksasi

Kontraksi otot-otot secara metabolis

menghasilkan panas untuk mepertahankan suhu

tubuh normal.

Fungsi Otot Lainnya antara lain sebagai

berikut :

a. Otot Punggung

Diskus Merupakan bantalan tulan rawan yang

berfungsi sebagai penahan goncangan.Terdapat

diantara vertebrae sehingga memungkinkan sendi-

sendi untuk bergerak secara halus. Tiap diskus

mengandung cairan yang mengalir kedalam dan

keluar diskus. Cairan ini berfungsi sebagai pelumas

sehinggamemungkinkan punggung bergerak bebas.

Diskus bersifat elastis, mudahkembali ke bentuk

semula jika tertekan diantara kedua vertebra.

b. Otot leher

1) Muskulus plastima yang terdapat di bawah

kulit dan wajah. Otot ini menuju ketulang

selangka dan iga kedua. Fungsinya menarik

sudut-sudut mulut ke bawahdan melebarkan

10

mulut seperti sewaktu mengekspresikan

perasaan sedih dantakut, juga untuk menarik

kulit leher ke atas.

2) Muskulus sternokleidomastoideus terdapat pada

permukaan lateralproc.Fungsinya memiringkan

kepala ke satu sisi, misalnya ke lateral

(samping). fleksidan rotasi leher, sehingga

wajah menghadap ke atas pada sisi yang lain;

kontraksikedua sisi menyebabkan fleksi leher.

3) Muskulus longisimus kapitis terdiri dari

splenius dan semispinalis kapitis.Fungsinya

adalah laterofleksi dan eksorositas kepala

dan leher ke sisi yang sama.

c. Otot bahu

1) Muskulus deltoid (otot segi tiga) Otot ini

membentuk lengkung bahu danberpangkal di

bagian lateral clavicula (ujung bahu),

scapula, dan tulang

2) Muskulus subkapularis (otot depan scapula)

ini dimulai dari bagiandepan scapula, menuju

tulang pangkal lengan. Fungsi dari otot ini

11

adalahmenengahkan dan memutar humerus (tulang

lengan atas) ke dalam.

3) Muskulus suprapinatus (otot atas scapula)

berpangkal di lekuk sebelah atas menuju ke

tulang pangkal lengan. Fungsi otot ini adalah

untuk mengangkat lengan.

4) Muskulus infraspinatus (otot bawah scapula)

Otot ini berpangkal di lekuk sebelah bawah

scapula dan menuju ke tulang pangkal lengan.

Fungsinyamemutar lengan keluar.

5) Muskulus teres mayor (otot lengan bulat

besar) Otot ini berpangkal di sikubawah

scapula dan menuju tulang pangkal lengan.

Fungsinya bisa memutarlengan ke dalam.

6) Muskulus teres minor (otot lengsn bulst

kecil) Otot ini berpangkal di sikusebelah

luar scapula dan menuju tulang pangkal

lengan. Fungsinya memutarlengan ke luar.

12

3. Sendi

Sendi adalah struktur khusus pada tubuh yang

berfungsi sebagai penggerak hubungan antartulang.

Jadi, sendi adalah daerah tempat

dua tulang menyatu. Hubungan antartulang itu

selanjutnya disebut dengan  artikulasi.  Agar

artikulasi dapat bergerak, maka diperlukan sendi.

Terbentuknya sendi dimulai dari kartilago di

daerah sendi. Kartilago akan membesar lalu kedua

ujungnya akan diliputi jaringan ikat. Kemudian

kedua ujung kartilago membentuk sel – sel tulang,

keduanya diselaputi oleh selaput sendi (membran

sinovial) yang liat dan menghasilkan minyak

pelumas tulang yang disebut cairan sinovial.

a. Fungsi Sendi 

1) Menghubungkan tulang yang satu dengan yang

lainnya.

2) Membuat tulang yang bersatu tersebut dapat

digerakkan.

3) Membuat tubuh leluasa untuk bergerak

4) Klasifikasi Struktural Persendian

b. Klasifikasi persendian secara struktural

terbagi menjadi :

1) Persendian fibrosa (sendi mati), yaitu

persendian yang tidak dapat digerakkan,

13

diimana letak tulang-tulangnya sangat

berdekatan dan hanya dipisahkan oleh selapis

jaringan ikat fibrosa. Contohnya : sutura

diantara tulang-tulang tengkorak.

2) Persendian kartilago (sendi yang bergerak

sedikit), yaitu persendian yang tidak

memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan

jaringan kartilago. Pergerakan dari sendi ini

terbatas, dimana tulang-tulangnya dihubungkan

oleh tulang rawan hialin, contohnya tulang

iga.

3) Persendian sinovial (sendi yang bergerak

bebas), yaitu persendian yang memiliki rongga

sendi dan diperkokoh dengan kapsul dan

ligamen artikular yang membungkusnya.

Pergerakannya bebas, contohnya sendi bahu dan

panggul, siku dan lutut, sendi pada tulang-

tulang jari tangan dan kaki, pergelangan

tangan dan kaki.

c. Klasifikasi Fungsional Persendian

1) Sendi sinartosis (sendi mati)

Sendi ini dibungkus dengan jaringan ikat

fibrosa atau kartilago.

Sendi jenis ini antara lain adalah :

a) Sutura, yaitu sendi yang dihubungkan dengan

jaringan ikat fibrosa rapat yang hanya

14

ditemukan pada tulang tengkorak. Contoh :

sutura sagital dan parietal.

b) Sinkondrosis, yaitu sendi yang tulang-

tulangnya dihubungkan dengan kartilago

hialin. Contoh : lempeng epifisis sementara

antara epifisis dan diafisis pada tulang

panjang anak.

2) Sendi amfiartosis (sendi dengan pergerakan

terbatas)

Sendi ini memungkinkan gerakan terbatas

sebagai respon terhadap torsi dan kompresi.

Sendi jenis ini antara lain adalah :

a) Simfisis, adalah sendi yang kedua tulangnya

dihubungkan dengan diskus kartilago, yang

menjadi bantalan sendi dan memungkinkan

terjadinya sedikit gerakan. Contoh :

simpisis pubis.

b) Sindesmosis, terbentuk saat tulang-tulang

yang berdekatan dihubungkan dengan serat-

serat jaringan ikat kolagen. Contoh :

ditemukan pada tulang yang bersisihan eperti

radius dan ulna, serta tibia dan fibula.

c)  Gomposis, adalah sendi dimana tulang

berbentuk kerucut masuk dengan pas dalan

kantong tulang, seperti pada gigi yang

tertanam pada tulang rahang.

15

3) Sendi diartosis (sendi dengan pergerakan

bebas) disebut juga sendi sinovial. Sendi ini

memiliki rongga sendi yang berisi cairan

sinovial.

d. Klasifikasi Persendian Sinovial

Klasifikasi persendian sinovial terdiri dari :

1) Sendi sferoidal, yang terdiri dari sebuah

tulang yang masuk kedalam rongga berbentuk

cangkir pada tulang kain. Contoh : sendi

panggul dan bahu.

2) Sendi engsel, terdiri dari sebuah tulang

yang masuk dengan pas pada permukaan konkaf

tulang kedua, sehingga memungkinkan gerakan

kesatu arah. Contoh : sendi lutut dan siku.

3) Sendi kisar, yaitu tulang bentuk kerucut

yang masuk pas cekungan tulang kedua dan

dapat berputar kesemua arah. Contoh : tulang

atlas, persendian bagian kepala.

16

4) Sendi kondiloid, merupakan sendi biaksial,

yang memungkinkan gerakan kedua arah disudut

kanan setiap tulang. Permukaan sendi

berbentuk konveks dan bersendi dengan

permukaan yang konkaf seperti sendi engsel

tapi bergerak dengan dua bidang dan empat

empat arah (fleksekstensi, abduksi, dan

adduksi). Contoh : sendi antara tulang

radius dan tulang karpal.

5) Sendi pelana, permukaan tulang yang

berartikulasi berbentuk konkaf pada sisi

lain, sehingga tulang akan masuk dengan pas

seperti dua pelana yang saling menyatu.

Satu-satunya sendi pelana sejati yang ada

17

dalam tubuh adalah persendian antara tulang

karpal dan metakarpal pada ibu jari.

6) Sendi peluru, adalah salah satu sendi yang

permukaan kedua tulang berartikulasi

berbentuk datar, sehingga memungkinkan

gerakan meluncur antara satu tulang dengan

tulang yang lainnya. Persendian semacam ini

disebut sendi nonaksia.

Misalnya : persendian intervertebrata, dan

persendian antara tulang-tulang karpal dan

tulang-tulang tarsal.

e. Pergerakan pada Sendi Sinovial

Pergerakan sendi merupakan hasil kerja otot

rangka yang melekat pada tulang yang membentuk

artikulasi dengan cara memberikan tenaga. Tulang

hanya berfungsi sebagai pengungkit dan sendi sebagai

penumpu.

18

Beberapa pergerakan sendi antara lain adalah :

1) Fleksi, adalah gerakan memperkecil sudut antara

dua tulang.

Contoh : saat menekuk siku, menekuk lutut atau

menekuk torso kearah samping.

a) Dorsofleksi, adalah gerakan menekuk telapak

kaki dipergelangan kearah depan (meninggalkan

daerah dorsal kaki).

b) Plantar fleksi, adalah gerakan meluruskan

telapak kaki pada pergelangan kaki

2) Ekstensi, adalah gerakan yang memperbesar sudut

antara dua tulang.

3) Abduksi, adalah gerakan bagian tubuh menjauhi

garis tengah tubuh, seperti gerakan abduksi jari

tangan dan jari kaki.

4) Aduksi, adalah gerakan bagian tubuh saat kembali

keaksis utama tubuh (kebalikan dari gerakan

abduksi).

5) Rotasi, adalah gerakan tulang yang berputar

disekitar aksis pusat tulang itu sendiri tanpa

mengalami dislokasi lateral, seperti saat

menggelengkan kepala untuk menyatakan tidak.

a) Pronasi, adalah rotasi medial lengan bawah

dalam posisi anatomis, yang mengakibatkan

telapak tangan menghadap kebelakang.

19

b) Supinasi, yaitu rotasi lateral lengan bawah,

yang mengakibatkan telapak tangan menghadap

kedepan.

6) Sirkumduksi, adalah kombinasi dari semua gerakan

angular dan berputar untuk membuat suatu ruang

berbetuk kerucut, seperti saat mengayunkan lengan

berbentuk putaran.

7) Inversi, adalah gerakan sendi pergelangan kaki

yang memungkinkan telapak kaki menghadap kedalam

atau kearah medial.

8) Eversi, adalah gerakan sendi pergelangan kaki

yang memungkinkan telapak kaki menghadap kearah

luar.

9) Protaksi, adalah memajukan bagian tubuh, seperti

saat menonjolkan rahang bawah kedepan atau

memfleksi girdel pektoral untuk membusungkan

dada.

10)  Retraksi, adalah gerakan menarik bagian

tubuh kearah belakang, seperti saat meretraksi

mandibula.

11)  Elevasi, adalah pergerakan struktur kearah

superior, seperti saat mengatupkan mulut.

12)   Depresi, adalah menggerakan suatu struktur

kearah inferior, seperti saat membuka mulut.

20

B. Pemeriksaan Fisik Muskuloskeletal

Tidak ada peralatan khusus yang diperlukan bagi

pemeriksaan system musculoskeletal.

Tujuan pemeriksaan musculoskeletal oleh ahli

penyakit dalam adalah sebagai pemeriksaan penyaring

untuk mengetahui adanya gangguan fungsional pada

system musculoskeletal. Pemeriksaan ini seharusnya

hanya memakan waktu beberapa menit dan harus menjadi

bagian pemeriksaan rutin semua pasien. Jika

menemukan keainan atau pasien mempunyai gejala

spesifik yang berkaitan dengan sendi tertentu,

pemeriksaan yang lebih rinci di daerah itu perlu

dilakukan. Uraian lengkap mengenai pemeriksaan tiap

sendi diberikan setelah pembahasan mengenai

pemeriksaan penyaring.

1. Pemeriksaan Penyaring

Pemeriksaan penyaring harus memberikan perhatian

khusus kepada hal-hal berikut:

a. Inspeksi

b. Palpasi

c. Rentang gerak pasif dan aktif

d. Kekuatan otot

e. Fungsi terpadu

1) Prinsip umum

21

Selama inspeksi, setiap asimetri harus

dicatat. Nodulus, pelayuan, massa, atau

deformitas dapat menjadi penyebab tidak

adanya kesimetrisan. Apakah ada tanda –

tanda peradangan? Bengkak, hangat,

kemerahan, atau nyeri tekan mengarah kepada

peradangan. Untuk menentukan perbedaan suhu,

pakailah punggung tangan anda untuk

membandingkan satu sisi dengan sisi yang

lainnya.

Palpasi mungkin memperhatikan daerah nyeri

tekan atau diskontinuitas suatu tulang.

Apakah ada krepitasi? Krepitasi adalah

sensasi berderak yang teraba dan sering

ditemukan pada tulang rawan sendi yang

menjadi kasar.

Penilaian rentang gerak sendi tertentu

dilakukan setelah itu. Anda harus menyadari

sendi yang meradang atau arthritis mungkin

nyeri. Gerakkan sendi ini dengan perlahan-

lahan. Fungsi otot dan fungsi terpadu

biasanya diperiksa selama pemeriksaan

neurologi, dan topic ini dibicarakan dalam

bab berikutnya.

2. Pengkajian Sistem Otot

22

Sistem otot dikaji dengan memperhatikan

kemampuan merubah posisi, kekuatan otot dan

koordinasikan ukuran otot serta ukuran masing-

masing otot. Kelemahan otot menunjukkan

polineuropati, gangguan elektrolit (kalsium dan

kalium), miastenia grafis, poliomyelitis,

distrofi otot. Dengan palpasi otot saat

ekstremitas relaks digerakkan secara pasif akan

terasa tonus otot. Mengkaji kekuatan otot

dilakukan dengan palpasi otot dan ekstremitas

yang digerakkan secara pasif dan rasakan tonus

otot. Ukuran kekuatan otot dengan gradasi dan

metode berikut :

Skal

a.Reeves (2001)

Priharjo R.

(1996), Berger,

dan Williams

(1999)0 Tidak

ada

Tidak terdapat

kontraktilitas

0 % Paralisis total

1 Sedik

it.

Ada bukti

sedikit

kontraktilitas

tanpa adanya

gerakan sendi

10 % Tidak ada

gerakan,

teraba/terlihat

adanya kontraksi

otot2 Buruk

.

ROM (rentang

gerak) komplit

25 % Gerakan otot

penuh menentang

23

dengan batasan

gravitasi

gravitasi, dengan

sokongan3 Sedan

g.

ROM komplit

terhadap

gravitasi

50 % Gerakan normal

menentang

gravitasi4 Baik. ROM komplit

terhadap

gravitasi dengan

beberapa

resisten

75 % Gerakan normal

penuh menentang

gravitasi dengan

sedikit

penahanan.5 Norma

l.

ROM yang komplit

terhadap

gravitasi dengan

resisten penuh

100

%

Gerakan normal

penuh, menentang

gravitasi dengan

penahanan penuh

24

3. Pemeriksaan Berjalan

Bagian pertama pemeriksaan penyaring terdiri

dari inspeksi gaya gaya berjalan sikap tubuh.

Mintalah pasien untuk membuka pakaian dan hanya

mengenakan pakaian dalam saja, dan berjalan

dengan kaki telanjang untuk menentukan kelainan

gaya berjalan. Mintalah pasien untuk berjalan

menjauhi anada, kemudian mendekati anda dengan

berjalan di ujung jari kaki, menjauhi anda dengan

berjalan diatas tumit, dan akhirnya kembali

kepada anda dengan gaya berjalan dua – dua

(tandem). Jika ada kesulitan dalam gaya berjalan,

harus dilakukan perubahan dalam tindakan

pemeriksaan ini.

4. Pemeriksaan Tulang Belakang

Kurvatura normal tulang belakang konveks pada

bagian dada dan konkaf pada sepanjang leher dan

pinggang. Deformitas tulang belakang yang sering

terjadi meliputi : scoliosis (deviasi kurvatura

lateral tulang belakang), kifosis (kenaikan

kurvatura lateral tulang belakang bagian dada),

lordosis ( membebek, kurvatura tulang belakang

bagian pinggang yang berlebihan). Kifosis terjadi

25

pada pasien osteoporosis pada pasien

neuromuscular.

Skoliosis terjadi congenital, idiopatrik (tidak

diketahui penyebabnya) atau akibat kerusakan otot

paraspinal misalnya pada poliomyelitis. Lordosis

dijumpai pada penderita kehamilan karena

menyesuaikan postur tubuhnya akibat perubahan

pusat gaya beratnya. 

Pemeriksaan kesimetrisan dilakukan dengan

memeriksa kurvatura tulang belakang dan

kesimetrisan batang tubuh dari pandangan

anterior, posterior dan lateral. Dengan cara

berdiri di belakang pasien, dan memperhatikan

perbedaan tinggi bahu dan krista iliaka. Lipatan

bokong normalnya simetris. Simetri bahu dan

pinggul serta kelurusan tulang belakang diperiksa

dengan pasien berdiri tegak,  dan membungkuk ke

depan (fleksi). Skoliosis ditandai dengan 

abnormal kurvatura lateral tulang belakang, bahu

yang tidak sama tinggi, garis pinggang yang tidak

simetri dan scapula yang yang menonjol, akan

lebih jelas dengan uji membungkuk kedepan. Lansia

akan mengalami kehilangan tinggi badan karena

hilangnya tulang rawan dan tulang belakang.

26

5. Pemeriksaan Sendi Temporomandibular

Pasien dengan gangguan sendi temporomandibular

(TMJ) mungkin mengeluh nyeri rahang unilateral

atau bilateral. Nyeri memburuk dipagi hari dan

setelah makan. Pasien mungkin mengeluh “bunyi

klik’ pada rahangnya.

Untuk memeriksa sendi, letakkan jari

telunjuknya didepan tragus dan menyuruh pasien

untuk membuka dan menutup mulutnya dengan

perlahan.

6. Pemeriksaan Bahu

Inspeksi bahi untuk melihat adanya defrmitas,

pelayuan, atau asimetri. Bahu harus dipalpasi

untuk menemukan daerah nyeri tekan setempat.

Rentang gerak untuk abduksi, aduksi, rtasi

eksternal dan internal, dan fleksi diperiksa dan

dibandingkan dengan sisi lainnya. Catatlah kalau

ada nyeri.

7. Pemeriksaan Siku

27

Palpasi siku untuk mengetahui adanya

pembengkakan, massa, nyeri tekan atau nodulus.

Untuk memeriksa pronasi dan supinasi siku harus

difleksikan 900 dan diletakan diatas meja. Tennis

elbow, yang dikenal sebagai epikondilitis lateral,

merupakan penyakit yang lazim dijumpai dan

ditandai dengan nyeri di daerah epikondilus

lateral humerus.

8. Pemeriksaan Pergelangan Tangan

Palpasi sendi pergelangan tangan di antar ibu

jari dan jari telunjuk, dengan memperhatikan

adanya nyeri tekan, bengkak, atau kemerahan.

Kalau mencurigai diagnosis carpal tunnel

syndrome, ketukan tajam atau tekanan langsung

diatas nervus medianus dapat menyebabkan

timbulnya parestesi seperti pada carpal tunnel

syndrome. Tanda ini disebut tanda Tinel.

9. Pemeriksaan Tangan

Palpasi sendi metakarpofalangeal dan perhatikan

setiap pembengkokan, kemerahan, nyeri tekan.

10. Pemeriksaan Pinggul

Pemeriksaan dilakukan dengan pasien berdiri

dan berbaring telentang.

28

Inspeksi puinggul dan gaya berjalan telah

diuraikan diatas. Pasien diminta untuk berdiri di

atas tungkai yang baik, maka akan memperlihatkan

pelvis pada sisi yang berlawanan terangkat naik,

dan jika buruk maka pelvis sisi yang berlawanan

akan turun.

11. Pemeriksaan Lutut

Pemeriksaan lutut dilakukan pada pasien dalam

posisi berdiri dan berbaring telentang.

Ketika berdiri, perhatikan adanya deformitas

varus atau valgus. Apakah ada pembengkakan lutut?

Tanda dini pembengkakan sendi lutut adalah

hilangnya cekungan ringan pada sisi lateral

patella.

Pasien kemudian diminta berbaring telentang,

patella dipalpasi dengan posisi ekstensi untuk

melihat adanya nyeri tekan. Dengan menekan ke

kvndilus femoralis, mungkin akan timbul nyeri.

Pemeriksaan efusi sendi lutut dilakukan dengan

menekan cairan tadi keluar dari kantng suprapatela

kebawah dan dibelakang patella.

29

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk

tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan.

Komponen utama system musculoskeletal adalah

jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang,

sendi, otot, tendon, ligament, bursae, dan jaringan-

jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur

ini.

30

DAFTAR PUSTAKA

1. Swartz, Mark II. 1995. Buku ajar diagnostic fisik.

Jakarta : EGC.

2. Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi konsep

klinis Proses Penyakit. Jakarta: EGC

3. Syaifuddin , 2011. Anatomi & Fisiologi : kurikulum

berbasis kopetensi untuk keperawatan dan kebidanan

edisi 4. EGC, Jakarta.

31