Upload
maral-bimanti-febrilina
View
40
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
abses
Citation preview
Manifestasi klinis
Nyeri punggung bawah yang terlokalisasi dengan onset yang akut dan adanya infeksi bakterial.
Nyeri punggung bawah yang terlokalisasi dengan onset gradual pada infeksi mycobacterium.
Nyeri punggung biasanya bersifat fokal atau terlokalisasi Dapat disertai demam tinggi atau tidak. Keringat malam Nyeri dapat menjalar secara dermatom atau nondermatomal Dapat terjadi myelopathy Ganguan defekasi dan miksi pada kompresi dari spinal cord
Diagnosis
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan radiografi. MRI adalah pemeriksaan primer yang dilakukan untuk memeriksa jaringan lunak. Dimana dapat dilakukan potongan secara koronal untuk melihat abses yang ekstensif. Ultrasonografi dapat dilakukan untuk melihat adanya abses jaringan lunak yang superfisial untuk membantu proses irigasi abses. CT-Scan untuk abses psoas adalah alternatif untuk membantu proses irigasi abses.
Dari hasil pemeriksaan radiologis gambaran abses ditandai dengan hiperintense atau adanya akumulasi cairan pada jaringan paraspinal biasanya disekitar otot paraspinal. Dapat dijumpai peripheral enhancement area pada proses jaringan yang bergranulasi dengan MRI contrast yang dapat derhubungan juga dengan infeksi diskus intervertebralis. Tuberkulosis abses dapat membentuk suatu kalsifikasi pada MRI.
Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan adalah darah lengkap dengan melihat hitung dari leukosit dan laju endap darah yang miningkat dan pemeriksaan C-reaktif protein. Pemeriksaan kultur darah dan urin perlu dilakukan pada pasien yang disangkakan abses paraspinal. Pemeriksaan foto thorak dan pemeriksaan sputum harus dilakukan pada pasien yang diduga penyebab absesnya berasal dari tuberkulosis. Elektromyografi dan Nerve Conducting Velocity testing diindikasikan apabila terjadi radikulopati. Dan pemeriksaan evoked potential testing apabila dijumpai myelopathi.
The 128 CDC-confirmed paraspinal/spinal infections include the following:
Epidural abscess Phlegmon Discitis Vertebral osteomyelitis Arachnoiditis.
Patofisiologi
Pada abses paraspinal dapat terjadi radikulopati dan mielopati. Radikulopati
merupakan keadaan terjadinya gangguan pada radiks/serabut saraf, yang sesuai
dengan distribusi serabut sarafnya dan menyebabkan nyeri radikuler, dapat disertai
dengan paresthesia dan rasa raba yang berkurang, gangguan motorik (cram, atropi
twiching dan refleks fisiologi yang menurun) serta nyeri pada vertebra.
Secara umum, manifestasi klinis radikulopati adalah sebagai berikut :
a. Rasa nyeri berupa nyeri tajam yang menjalar dari daerah parasentral dekat vertebra
hingga kearah ekstremitas. Rasa nyeri ini mengikuti pola dermatomal. Nyeri bersifat
tajam dan diperhebat oleh gerakan, batuk, mengedan, atau bersin.
b. Paresthesia yang mengikuti pola dermatomal.
c. Hilang atau berkurangnya sensorik (hipesthesia) di permukaan kulit sepanjang
distribusi dermatom radiks yang bersangkutan.
d. Kelemahan otot-otot yang dipersarafi radiks yang bersangkutan.
e. Refleks tendon pada daerah yang dipersarafi radiks yang bersangkutan menurun
atau bahkan menghilang
Gejala radikulopati tergantung pada lokasi radiks saraf yang terkena (yaitu pada
servikal, torakal, atau lumbar). Nyeri radikular yang muncul akibat lesi iritaif di
radiks posterior tingkat servikal dinamakan brakialgia, karena nyerinya dirasakan
sepanjang lengan. Demikian juga nyeri radikular yang dirasakan sepanjang tungkai,
dinamakan iskialgia, karena nyerinya menjalar sepanjang perjalanan nervus iskiadikus
dan lanjutannya ke perifer. Radikulopati setinggi segmen torakal jarang terjadi, karena
segmen ini lebih rigid daripada segmen servikal maupun lumbar. Jika terjadi
radikulopati setinggi segmen torakal, maka akan timbul nyeri pada lengan, dada,
abdomen, dan panggul.
Abses Epidural Spinal
Duramater tulang belakang terpisah dari arkus vertebra oleh jaringan pengikatyang
longggar. Jaringan tersebut seolah-olah menyediakan ruang untuk kuman yangdapat
membentuk abses. Karena itu, manifestasi abses epidural spinalis yangmencerminkan
efek proses desak ruang dari sisi posterior.Factor etiologi dan presipitasi yang penting
bagi abses epidural yang akut ialahdiabetes mellitus dan infeksi Staphylococcus
aureus yang berupa bisul di kulit atauosteomyelitis pada korpus, lamina atau pedikel
tulang belakang. Yang paling seringterkena adalah bagian torakal. Bagi jenis yang
kronik, spondilitis tuberkulosa merupakan penyakit primernya.Tergantung pada lokasi
abses epidural, maka paraplegi dengan deficit sensorik akan berkembang secara
berangsur-angsur. Kompresi medula spinalis mulai dengan nyeritulang belakang,
kemudian nyeri radikuler, dan paraplegia akan tibul sedikit demi sedikitdengan
gangguan perasaan getar, gerak, dan posisi sebagai gejala dininya.Pemeriksaan
penunjang untuk menentukan diagnosis yang penting meliputi kultur darah dan MRI
medulla spinalis. Bila MRI tidak memungkinkan maka bisa dilakukan
CT myelography.
Lumbal punksi dikontraindikasikan pada pasien dengan kecurigaan absesepidiral
spinal ini karena dikhawatirkan dapat menyebarkan materi purulen kedalamruang
subarachnoid.Penatalaksanaan penyakit ini meliputi pengobatan medis dan
pengobatan bedah.Terapi medis meliputi pemberian antibiotic yang adekuat dan harus
diberikan sedinimungkin. Durasi dari pengobatan ini biasanya mencapai 3-4 minggu.
Karena agen yang biasa menginfeksi ialah S.aureus, maka terapi yang diberikan ialah
dari golongan penicillin, cephalosporin, atau vancomycin. Contoh-contoh preparat
yang digunakanialah Ceftriaxone (Rocephin), Nafcillin (Unipen), Cefazolin (Ancef,
Kefzol, Zolicef),Vancomycin (Vancocin).Terapi bedah yang biasa digunakan ialah
dekompresi pada tulang belakang dandrainase abses, indikasi terapi pembedahan ini
ialah adanya peningkatan deficitneurologik, rasa sakit menjadi-jadi dan demam yang
menetap, serta leukositosis.Keberhasilan terapi dilaporkan dengan menggunakan
kombinasi antara aspirasi abses danterapi antibiotic yang adekuat.Komplikasi yang
biasa terjadi pada cedera spinal meliputi disfungsi kandungkemih, decubiti, supine
hypertension, sepsis berulang, dan lain sebagainya. Prognosis pada pasien dengan
penyakit ini bervariasi, bergantung pada onset dan derajat penyakit pada saat pertama
kali ditemukan