29
ASKEP ANEMIA APLASTIK KONSEP DASAR TEORI 2.1 Pengertian Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta hemoglobin dalam 1 mm 3 darah atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah. Anemia aplastik merupakan keadaan yang disebabkan bekurangnya sel hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang. Anemia aplastik adalah anemia yang normokromik normositer yang disebabkan oleh disfungsi sumsum tulang, sedemikian sehingga sel darah yang mati tidak diganti. Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan susum tulang). (Ngastiyah.1997.Hal:359) Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan bekurangnya sel hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.2005.Hal:451) Anemia aplastik adalah kegagalan anatomi dan fisiologi dari sumsum tulang yang mengarah pada suatu penurunan nyata atau tidak adanya unsur pembentukan darah dalam sumsum. (Sacharin.1996.Hal:412)

Anemia Aplastik II

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Anemia Aplastik II

Citation preview

ASKEP ANEMIA APLASTIK

KONSEP DASAR TEORI

2.1 PengertianAnemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta hemoglobin dalam 1 mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah.Anemia aplastik merupakan keadaan yang disebabkan bekurangnya sel hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang. Anemia aplastik adalah anemia yang normokromik normositer yang disebabkan oleh disfungsi sumsum tulang, sedemikian sehingga sel darah yang mati tidak diganti.Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan susum tulang). (Ngastiyah.1997.Hal:359)Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan bekurangnya sel hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.2005.Hal:451)Anemia aplastik adalah kegagalan anatomi dan fisiologi dari sumsum tulang yang mengarah pada suatu penurunan nyata atau tidak adanya unsur pembentukan darah dalam sumsum.(Sacharin.1996.Hal:412)2.2 Etiologia. Faktor congenital : sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan ginjal dan lain sebagainya.b. Faktor didapat- Bahan kimia : benzena, insektisida, senyawa As, Au, Pb.- Obat : kloramfenikol, mesantoin (antikonvulsan), piribenzamin (antihistamin), santonin-kalomel, obat sitostatika (myleran, methrotrexate, TEM, vincristine, rubidomycine dan sebagainya), obat anti tumor (nitrogen mustard), anti microbial.- Radiasi : sinar roentgen, radioaktif.- Faktor individu : alergi terhadap obat, bahan kimia dan lain lain.- Infeksi : tuberculosis milier, hepatitis dan lain lain.- Keganasan , penyakit ginjal, gangguan endokrin, dan idiopatik.(Mansjoer.2005.Hal:494)2.3 PatofisiologiWalaupun banyak penelitian yang telah dilakukan hingga saat ini, patofisiologi anemia aplastik belum diketahui secara tuntas. Ada 3 teori yang dapat menerangkan patofisiologi penyakit ini yaitu :1. kerusakan sel hematopoitik2. kerusakan lingkungan mikro sumsum tulang3. proses imunologik yang menekan hematopoisisKeberadaan sel induk hematopoitik dapat diketahui lewat petanda sel yaitu CD 34, atau dengan biakan sel. Dalam biakan sel padanan induk hematopoitik dikenal sebagai, longterm culture-initiating cell (LTC-IC), long-term marrow culture (LTMC), jumlah sel induk/ CD 34 sangat menurun hingga 1-10% dari normal. Demikian juga pengamatan pada cobble-stone area forming cells jumlah sel induk sangat menurun. Bukti klinis yang yang menyokong teori gangguan sel induk ini adalah keberhasilan transplantasi sumsum tulang pada 60-80% kasus. Hal ini membuktikan bahwa dengan pemberian sel induk dari luar akan terjadi rekonstruksi sumsum tulang pada pasien anemia aplastik. Beberapa sarjana menganggap gangguan ini dapat disebabkan oleh proses imunologik.Kemampuan hidup dan daya proliferasi serta diferensiasi sel induk hematopoitik tergantung pada lingkungan mikro sumsum tulang yang terdiri dari sel stroma yang menghasilkan berbagai sitokin perangsang seperti GM-CSF,G-CSF dan IL-6 dalam jumlah normal sedangkan sitokin penghambat seperti ? (IFN-?), tumor necrosis factor-? (TNF-?), protein macrophage inflamatory 1? (MIP-1?), dan transforming growth factor ?2 (TGF-?2) akan meningkat. Sel stroma pasien anemia aplastik dapat menunjang pertumbuhan sel induk, tapi sel stroma normal tidak dapat menumbuhkan sel induk yang berasal dari pasien. Berdasar temuan tersebut, teori kerusakan lingkungan mikro sumsum tulang sebagai penyebab mendasar anemia apalstik makin banyak ditinggalkan.Anemia aplasia sepertinya tidak disebabkan oleh kerusakan stroma atau produksi faktor pertumbuhan.Kerusakan akibat Obat.Kerusakan ekstrinsik pada sumsum terjadi setelah trauma radiasi dan kimiawi seperti dosis tinggi pada radiasi dan zat kimia toksik. Untuk reaksi idiosinkronasi yang paling sering pada dosis rendah obat, perubahan metabolisme obat kemungkinan telah memicu mekanisme kerusakan. Jalur metabolisme dari kebanyakan obat dan zat kimia, terutama jika bersifat polar dan memiliki keterbatasan dalam daya larut dengan air, melibatkan degradasi enzimatik hingga menjadi komponen elektrofilik yang sangat reaktif (yang disebut intermediate); komponen ini bersifat toxic karena kecenderungannya untuk berikatan dengan makromolekul seluler.Sebagai contoh, turunan hydroquinones dan quinolon berperan terhadap cedera jaringan. Pembentukan intermediat metabolit yang berlebihan atau kegagalan dalam detoksifikasi komponen ini kemungkinan akan secara genetic menentukan namun perubahan genetis ini hanya terlihat pada beberapa obat; kompleksitas dan spesifitas dari jalur ini berperan terhadap kerentanan suatu loci dan dapat memberikan penjelasan terhadap jarangnya kejadian reaksi idiosinkronasi obat.2.4 Manifestasi KlinisTanda dan gejala yang sering dialami pada anemia aplastik adalah :

Lemah dan mudah lelah Granulositopenia dan leukositopenia menyebabkan lebih mudah terkena infeksi bakteri Trombositopenia menimbulkan perdarahan mukosa dan kulit Pucat Pusing Anoreksia Peningkatan tekanan sistolik Takikardia Penurunan pengisian kapler Sesak Demam Purpura Petekie Hepatosplenomegali Limfadenopati,(Tierney,dkk.2003.Hal:95)

2.5 PenatalaksanaanSecara garis besar terapi untuk anemia aplastik terdiri atas beberapa terapi sebagai berikut :1. Terapi KausalTerapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen penyebab. Hindarkan pemaparan lebih lanjut terhadap agen penyebab yang tidak diketahui. Akan tetapi,hal ini sulit dilakukan karena etiologinya tidak jelas atau penyebabnya tidak dapat dikoreksi.2. Terapi suportifTerapi suportif bermanfaat untuk mengatasi kelainan yang timbul akibat pansitopenia. Adapun bentuk terapinya adalah sebagai berikut :a. Untuk mengatasi infeksi- Hygiene mulut- Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat/.- Transfusi granulosit konsertat diberikan pada sepsis berat.b. Usaha untuk mengatasi anemiaBerikan transfusi packed red cell (PRC) jika hemoglobin < 7 gr/ atau tanda payah jantung atau anemia yang sangat simptomatik. Koreksi Hb sebesar 9-10 g% tidak perlu sampai normal karena akan menekan eritropoesis internalc. Usaha untuk mengatasi perdarahanBerikan transfusi konsertat trombosit jika terdapat pedarahan mayor atau trombosit < 20.000/mm3.3. Terapi untuk memperbaiki fungsi sumsum tulangObat untuk merangsang fungsi sumsum tulang adalah sebagai berikut :a. Anabolik steroid dapat diberikan oksimetolon atau stanal dengan dosis 2-3 mg/kgBB/hari. Efek terapi tampak setelah 6-8 minggu. Efek samping yang dialami berupa virilisasi dan gangguan fungsi hati.- Kortikosteroid dosis rendah sampai menengah.- GM-CSF atau G-CSF dapat diberikan untuk meningkatkan jumlah neutrofil.4. Terapi DefinitifTerapi definitif merupakan terapi yang dapat memberikan kesembuhan jangka panjang.Terapi definitif untuk anemia aplastik terdiri atas dua jenis pilihan sebagai berikut :a. Terapi imunosuprersif- Pemberian anti-lymphocyte globuline (ALG) atau anti-thymocyte globuline (ATG) dapat menekan proses imunologis- Terapi imunosupresif lain, yaitu pemberian metilprednison dosis tinggib. Transplantasi sumsum tulangTransplantasi sumsum tulang merupakan terapi definitif yang memberikan harapan kesembuhan, tetapi biayanya mahal.2.6 Komplikasi1. Perdarahan2. Infeksi organ3. Gagal jantung

2.7 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Anemia AplastikA. Pengkajian1. Anamnesa Identitas KlienMeliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis. Riwayat Penyakit SekarangPengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari anemia yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit. Riwayat Penyakit DahuluPada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab anema aplastik, serta penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan klien dan menghambat proses penyembuhan. Riwayat Penyakit KeluargaPenyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya anemia, sering terjadi pada beberapa keturunan, dan anemia aplastik yang cenderung diturunkan secara genetik.2. Pemeriksaan head to toea. Kepala / rambutSimetris,warna rambut hitam dan beruban, terlihat rapi, penyebaran rambut merata, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, rambut tampak bersih.b. MataSimetris, penglihatan tidak tajam, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, tampak bersih.c. TelingaSimetris, tampak bersih, pendengaran kurang tajam, tidak ada perdarahan, tidak ada serumen.d. HidungSimetris, tampak bersih, tidak ada benjolan, penciuman normal, tidak ada sekret, tidak ada kotoran, tidak ada luka, ada bulu hidung, tidak ada perdarahan.e. MulutSimetris, gigi lengkap, tidak bau mulut, tidak kotor, warna bibir sedikit merah.f. LeherSimetris,tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tampak bersih, tidak adajaringan parut, tidak ada lesi.g. Dada (paru paru dan jantung)Bentuk dada simetris, bunyi jantung regular, nafas cepat, tidak ada penumpukan cairan pada pleura.h. KetiakSimetris, bersih, tidak ada benjolan,tidak ada kemerahan, tidak ada pigmentasi.i. PerutSimetris, tidak ada busung, tidak obesitas, bentuk perut datar, tidak ada penumpukan cairan.j. GenetaliaTidak ada keluhan maupun kelainan.k. Kulit dan kukuKulit keriput, kering, warna kulit kuning langsit, kuku dan kulit tampak bersih.l. Ekstermitas atasSimetris, ada nyeri tekan pada tangan kiri karena terpasang infus, tidak ada kelainan, agak lemah.Kekuatan otot: 4 3m. Ekstermitas bawahSimetris, tidak ada nyeri tekan, tampak bersih.Kekuatan otot:

3. Pemeriksaan Fisika. Aktivitas / Istirahat- Keletihan, kelemahan otot, malaise umum- Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak- Takikardia, takipnea ; dipsnea pada saat beraktivitas atau istirahat- Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya- Ataksia, tubuh tidak tegak- Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda tanda lain yang menunjukkan keletihanb. Sirkulasi- Riwayat kehilangan darah kronis, mis : perdarahan GI- Palpitasi (takikardia kompensasi)- Hipotensi postural- Disritmia : abnormalitas EKG mis : depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T- Bunyi jantung murmur sistolik- Ekstremitas : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku- Sclera biru atau putih seperti mutiara- Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonsriksi kompensasi)- Kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia)- Rambut kering, mudah putus, menipisc. Integritas Ego- Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan mis transfusi darah- Depresid. Eliminasi- Riwayat pielonefritis, gagal ginjal- Flatulen, sindrom malabsorpsi- Hematemesis, feses dengan darah segar, melena- Diare atau konstipasi- Penurunan haluaran urine- Distensi abdomene. Makanan / cairan- Penurunan masukan diet- Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)- Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia- Adanya penurunan berat badan- Membrane mukusa kering,pucat- Turgor kulit buruk, kering, tidak elastic- Stomatitis- Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecahf. Neurosensori- Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan berkonsentrasi- Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata- Kelemahan, keseimbangan buruk, parestesia tangan / kaki- Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis- Tidak mampu berespon lambat dan dangkal- Hemoragis retina- Epistaksis- Gangguan koordinasi, ataksiag. Nyeri/kenyamanan

- Nyeri abdomen samar, sakit kepala

h. Pernapasan- Napas pendek pada istirahat dan aktivitas- Takipnea, ortopnea dan dispneai. Keamanan- Riwayat terpajan terhadap bahan kimia mis : benzene, insektisida, fenilbutazon, naftalen- Tidak toleran terhadap dingin dan / atau panas- Transfusi darah sebelumnya- Gangguan penglihatan- Penyembuhan luka buruk, sering infeksi- Demam rendah, menggigil, berkeringat malam- Limfadenopati umum- Petekie dan ekimosisB. Diagnosa Keperawatan1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.4. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologist.6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.7. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.C. NCPNODiagnosa KeperawatanTujuanIntervensiRasional

1.Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.

Peningkatan perfusi jaringanKH :Klien menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.

- Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.- Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.

- Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.

- Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.

- Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan thermometer.- Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.- Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.- Memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.- Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi.

- Gemericik menununjukkan gangguan jajntung karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.- Iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark.- Termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen

- Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi.

- Memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.

2.Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.

Dapat mempertahankan /meningkatkan ambulasi/aktivitas.KH : - melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)- menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal- Kaji kemampuan ADL pasien.

- Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot

- Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.

- Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan- Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).- Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan

- Menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera

- Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan- Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru

- Meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.

3.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merahKebutuhan nutrisi terpenuhiKH : - Menunujukkan peningkatan /mempertahankan berat badan dengan nilai laboratorium normal.- Tidak mengalami tanda mal nutrisi.- Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.- Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai- Observasi dan catat masukkan makanan pasien

- Timbang berat badan setiap hari.

- Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan- Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan- Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka.

- Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.

- Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan laboraturium

- Kolaborasi; berikan obat sesuai indikasi- Mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi- Mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan- Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi- Menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gaster- Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.

- Meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.- Membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual- Meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.- Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.

4.Risiko tinggi terhadap infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).Infeksi tidak terjadi.KH : - mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.- meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam. Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien

Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat

Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam

Tingkatkan masukkan cairan adekuat

Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan

Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam Amati eritema/cairan luka

Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi

Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik

mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien dengan anemia berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit. menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri

menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh misalnya pernapasan dan ginjal. membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respons imun sangat terganggu. adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.

indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak ada bila granulosit tertekan. membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan mempengaruhi pilihan pengobatan mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local

5.Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.KH: Menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan sebagai penyebab, factor pemberat.- Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah

- Auskultasi bunyi usus

- Awasi intake dan output (makanan dan cairan).

- Dorong masukkan cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung

- Hindari makanan yang membentuk gas- Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan kondisi kulit atau mulai kerusakan. Lakukan perawatan perianal setiap defekasi bila terjadi diare.- Kolaborasi ahli gizi untuk diet siembang dengan tinggi serat dan bulk.

- Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk atau enema sesuai indikasi. Pantau keefektifan. (kolaborasi)- Berikan obat antidiare, misalnya Defenoxilat Hidroklorida dengan atropine (Lomotil) dan obat mengabsorpsi air, misalnya Metamucil. (kolaborasi).- Membantu mengidentifikasi penyebab /factor pemberat dan intervensi yang tepat.- bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi- dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam mengidentifikasi defisiensi diet- membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. Akan membantu memperthankan status hidrasi pada diare- menurunkan distress gastric dan distensi abdomen- mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan

- serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang traktus intestinal dan dengan demikian menghasilkan bulk, yang bekerja sebagai perangsang untuk defekasi.- mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi.

- menurunkan motilitas usus bila diare terjadi.

6.Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.KH : - Pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit.- Mengidentifikasi factor penyebab.- Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.

Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia.

Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic

Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.

Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan meningkatkan stress, selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan menurunkan ansietas. megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien akan tenang dan mengurangi rasa cemas diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.

mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan