Buletin IRN Edisi 38

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Buletin IRN Edisi 38

Citation preview

  • Buletin Digital International Relations News

    Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

    Diterbitkan Oleh :

    Korps Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

    site: komahi.umy.ac.id | e-mail: [email protected]

  • BERANDA REDAKSI

    Alhamdulillah,ucapan dan puji syukur tentu selayaknya selalu kita panjat-kan kepada Allah SWT yang tiada henti memberikan nikmat sehat jasmani dan rohani serta memberikan ridha atas segala perbuatan baik kita. Begitu juga salawat beserta salam yang tak henti kita sanjungkan kepada nabi Muhammad SAW .

    Berbicara tentang ridha, maka ter-bitnya bulletin edisi 38, merupakan salah satu ridha yang Allah berikan dengan melancarkan segala prosesnya. Sebuah langkah yang cukup panjang dan mengesankan bagi sebuah karya jurnalis-tik berupa buletin sejak dirintis pertama kali.

    Mengangkat tema ASEAN ECONOMI COMMUNITY 2015, buletin edisi 38 di ini terinspirasi dari isu-isu yang sedang hangat yang kita hadapi sekarang ini. Tema tersebut dianggap sebagai peng-gambaran situasi Nasional dan Inter-nasional yang terjadi sekarang. ASEAN Economic Community (AEC) 2015 kini han-ya hitungan bulan sebelum dil-aksananakan di seluruh Indonesia.

    Kami berharap bulletin yang kami buat ini bisa memberikan gambaran umum mengenai Integrasi perdagangan regional pada 2015 mendatang. Sehingga, dengan bekal pengetahuan yang cukup, pembaca bisa lebih siap untuk menghada-pi arus globalisasi.

    Terima kasih untuk seluruh pihak yang telah memberikan kontribusi sehing-ga bulletin edisi 38 ini bisa tersaji. Semoga bermanfaat.

    Penasehat :

    Dr. Nur Azizah, M.Si.

    Penanggung Jawab Umum :

    Awwab Hafidz A.

    Pimpinan Umum :

    Muhammad Nizar Shohyb

    Pimpinan Redaksi :

    Mira Dewi

    Reporter :

    Deansa Sonia Hefranesa ; Muzakir Haitami ;

    Elitasari Apriyani ; Indra Jaya Wiranata ;

    Anang Wahid Efendi ; Ajoe Lara Putra ;

    M. Faldi Baskoro H. ; Zahra Ayu Novianti ;

    Diah Sulung Syafitri ; Anif Kusuma Ningrum ;

    Zuha Destia Anmonita ; Anggita Setyowati ;

    Richo Bimapaksi

    Editor :

    Julia Rizky

    Layout :

    Sarah Nur Ramadhani ; Itsnaini Permata Hati

    Sirkulasi dan Iklan :

    Nanang Khoirino ; M. Satria Alamsyah ;

    Ragil Risky Rachman

    Buletin IRN Digital ini diterbitkan oleh : Divisi Pers Mahasiswa

    Korps Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

    Alamat Redaksi: Sekretariat KOMAHI UMY Gedung Ki Bagus Hadikusumo Lt. 2 UMY Ringroad Barat, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, 55183

  • daftar isi

    ii Daftar

    Isi

    i Beranda

    Redaksi

    1 Fokus 1 :

    AEC 2015

    2 Fokus 2 :

    Kesiapan Indonesia Dalam AEC

    3 Wawancara

    4 Opini

    5 Kolom :

    Pengaruh Politik Domestik

    Terhadap AEC 2015

    6 Analisa:

    AEC : Pertegas Dominasi Di

    Tengah Arus Globalisasi

    7 Politik Internasional : Ukraina

    8 Resensi

    9 K-Gallery

    10 Sastra

  • FOKUS 1

    ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015

    Saat ini, ada sepuluh negara berkembang di wilayah Asia Tenggara yang menjadi

    anggota ASEAN, dan selama lebih dari 46 tahun telah berkerjasama melalui program-

    programnya dan memberi andil serta pengaruh positif terhadap perekonomian, stabilitas kea-

    manan dan perpolitikan antar negara anggota maupun secara global atas nama ASEAN.

    ASEAN Economic Community merupakan salah satu langkah konkrit dari Negara

    anggota untuk mendukung terciptanya ASEAN Community 2020 yang memiliki tiga program

    penting dalam kerjasama dibidang Politik-Keamanan, Ekonomi dan Sosial-Budaya. AEC

    2015 sendiri adalah realisasi kerjasama dibidang ekonomi, dimana pada tahun 2003 AEC te-

    lah dideklarasikan bersama oleh Negara anggota dan cetak biru dari program ini pun telah

    dirancang pada tahun 2006. Mentri-mentri Perekonomian tiap Negara anggota yang ber-

    tanggung jawab atas program ini merangkum beberapa poin penting sebagai tujuan dari ter-

    bentuknya AEC yaitu, menciptakan pasar dan pusat produksi tunggal di kawasan, kawasan

    ekonomi yang sangat kompetitif, pembangunan ekonomi yang adil dan merata di kawasan,

    dan integrasi di kawasan secara menyeluruh terhadap ekonomi global.

    Dalam cetak biru AEC 2015 terdapat delapan inti cakupan kerjasama diberbagai bi-

    dang diantaranya adalah pengembangan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia,

    meningkatkan infrastruktur dan konektivitas komunikasi dan mengembangkan transaksi el-

    ektronik melalui e-ASEAN. Singkat kata, AEC akan menjadikan ASEAN kedalam kawasan

    bebas akan perpindahan barang, jasa, investasi, tenaga kerja terlatih dan aliran modal.

    Lebih lanjut, AEC diharapkan akan mampu mengikat Negara anggota ASEAN untuk

    bersama-sama membangun kekuatan ekonomi yang berimbang di kawasan layaknya apa yang

    telah dilakukan organisasi regional di Eropa, European Union (EU) beberapa dekade lalu.

    Sehingga di masa depan ASEAN dapat secara mandiri mengelola sumber daya alamnya me-

    lalui teknologi dan sumber daya manusianya yang kreatif untuk kepentingan dalam dan luar

    negeri. (Hafitz S - 20110510005)

  • Fenomena perdagangan bebas

    atau lebih dikenal dengan free trade,

    akhir-akhir ini sering menjadi focus pem-

    bicaraan forum-forum mahasiswa. Salah

    satu isu hangat terkait free trade tersebut

    yakni ASEAN Economic Community 2015,

    yang merupakan pasar dagang terbuka

    antar negara ASEAN yang nantinya akan

    menghilangkan tarif shipping. Tujuan dari

    AEC adalah mendorong terbentuknya ker-

    jasama dalam bidang ekonomi, keamanan

    dan budaya ASEAN.

    FOKUS 2

    Kesiapan Indonesia dalam AEC 2015

    Budaya ASEAN menciptakan

    masyarakat yang saling menjaga toleransi,

    saling menghormati rasa persaudaraan

    dan menjunjung tinggi rasa kemanusiaan

    antarnegara ASEAN. AEC diharapkan

    akan mampu mengurangi masalah klaim

    kebudayaan.

    Daya saing Indonesia memang

    tergolong masih rata - rata jika dibanding-

    kan dengan negara ASEAN lainnya. Kuali-

    tas infrastruktur Indonesia berada diper-

    ingkat ke-5 dibawah Singapore, Malaysia,

    Brunei dan Thailand. Namun untuk biaya

    ekspor pada tahun 2013 lalu, Indonesia

    lebih tinggi daripada negara ASEAN

    lainnya, dengan US$ 615 per kontainer.

    Pemerintahan Indonesia juga sudah

    menyatakan bahwa Indonesia siap

    menyambut AEC. Dengan demikian, kita

    khususnya warga negara Indonesia, siap

    tidak siap harus siap menyambut AEC di

    tahun 2015 mendatang. Diperlukan kerja

    keras untuk membangun kesadaran agar

    pelaksanaan AEC dapat membawa keun-

    tungan bagi indonesia, hal ini penting guna

    meningkatkan peluang akan dampak posi-

    tif dari AEC.

    Pembentukan AEC diharapkan bisa

    mengatasi berbagai permasalahan

    yang terjadi di ASEAN. Tapi dengan melihat realita

    kondisi negara-negara anggota ASEAN, kondisi

    ekonomi maupun keamanan, dirasa tidak seimbang.

    Ada negara yang memang sudah lebih maju

    dibandingkan negara yang lain. Beberapa negara

    yang ekonominya lemah dan belum memiliki kesia-

    pan secara matang akan menjadi mangsa empuk bagi

    negara dengan kekuatan ekonomi yang besar. Dikha-

    watirkan, produk nasional negara berkembang akan

    kalah bersaing dengan produk import dari negara

    ASEAN lainnya.Pembentukan AEC juga ditujukan

    untuk mengatasi permasalahan keamanan di ASEAN.

    Jalur perdagangan laut internasional rawan adanya

    pembajakan serta marak dengan ancaman teroris.

    Masalah keamanan tersebut menjadi masalah yang

    dapat diantisipasi dalam AEC.

  • Menurut Shinta Hakim, AEC membawa 2 dampak sekaligus, positif dan negatif seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. disatu sisi, dengan adanya AEC, baik itu pasar industri, pendidi-kan, kerja, dan juga sistem politik antara satu nega-ra dengan negara ASEAN lainnya bisa bersaing secara bebas sebebas-bebasnya. disinilah peran dan kesempatan Indonesia untuk bisa mengoptimalkan kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusianya untuk bisa bersaing dengan negara-negara anggota ASEAN. namun disisi lain, AEC dapat menjadi bumerang untuk Indonesia, apabila nanti akhirnya rakyat Indonesia belum mampu un-tuk bersaing di dunia global dengan sistem baru ekonomi terintegrasi. Dibutuhkan sinergi antara pemerintah Indonesia dan masyarakatnya untuk bersama-sama dapat menghadapi persaingan dita-hun 2015 mendatang.

    AEC 2015 merupakan starting point bagi masyarakat ASEAN bebas untuk mengeksplor kegiatan ekonomi, sosial, dan politik menjadi lebih bebas, itulah yang diungkspkan oleh Eldi Darma-wan. Ditahun 2015 mendatang, masyarakat di negara-negara yang termasuk kedalam negara ASEAN, bebas untuk bekerja dan melakukan mobil-itas dengan leluasa. Namun di satu sisi, negara ha-rus mampu bersaing dengan kompetitor asing yang mempunyai penetrasi pasar dan daya saing serta skill yang tinggi. Pasar indonesia khususnya, akan membuka lapangan pekerjaan yang luas bagi ma-suknya tenaga kerja asing terdidik yang akan men-jadi pesaing bagi tenaga kerja dalam negeri.

    WAWANCARA

  • OPINI DOSEN

    Takdir Ali Mukti

    Economic ASEAN Communi-

    ty merupakan salah satu topic yang

    paling hangat dibicarakan belakangan

    ini, terutama di kalangan akademisi

    Hubungan Internasional. Salah

    satunya dosen Hubungan Internasonal,

    Takdir Ali Mukti, MM. S.ip, yang

    melihat hal tersebut sebagai satu

    langkah positif dari ASEAN dan juga

    mendapat tanggapan yang positif dari

    Negara-negara ASEAN. Bapak Takdir

    mengasumsikan bahwasanya ketika

    kita semua sudah sepakat dengan

    AEC, maka dengan itu pemerintah su-

    dah menganggap bahwa kita sudah

    siap mengikuti alur AEC. Namun, si-

    lang pendapat terjadi antara

    pemerintah dan masyarakat karena

    masyarakat dan pemerntah memiliki

    parameter yang berbeda tentang kesia-

    pan menuju AEC.

    Berdasarkan data statistik, po-

    tensi sumber daya alam, potensi pasar,

    potens sumber daya manusia menunjukkan statstk

    dengan hasil yang baik.

    Hal itulah yang kemudian djakian parame-

    ter oleh pemerintah bahwasanya Indonesa telah

    siap menghadapi AEC bahkan beranggapan we are

    more than Malaysia, even more than Australia.

    Tetapi, hal itu bertentangan dengan kepemahaman

    publik atau rakyat Indonesia yang melihat pada

    keadaan ekonomi Indonesia di lapangan yang di

    rasa belum semua sektor siap untuk berkompeten-

    si. Misalnya saja, bagaimana dengan kesapan

    UMKM kita? Apakah bukan suatu bumerang keti-

    ka AEC sudah djalankan tetapi kemampuan

    UMKM kita untuk bersaing dalam pasar Global

    belum mumpuni? Jawabanya iya. Bukan mengiku-

    ti arus yang ada, bias jadi UMKM Indonesa malah

    hilang tergerus arus pasar China atau pasar-pasar

    lannya yang lebih mumpuni.

    Menilik lebih dalam, Kredit basis bank In-

    donesia 7,5 point dan dalam prakteknya di kredit

    efektif sebesar 16-18 persen per tahun dan ber-

    banding jauh dengan UMKM Malaysia yang da-

    lam setahun maksimal 2,5 persen, China 0-2,5 per-

    sen, sedangkan untuk Singapura tidak jauh ber-

    beda dengan Malaysia termahal sekitar 3,5 persen

    pertahun. Untuk skemanya sendiri, menurunkan

    dana 10 juta untuk UMKM itu bukanlah hal yang

    mudah, harus dengan prosedur yang berulang-

    ulang. Seperti contohnya BRI, sebagai bank pem-

    beri kredit untuk UMKM bersifat prodensi yang

    sangat hati-hati.

  • Jika dari sisi itu kita

    optimis jadi, yang jadi tanda

    tanya disini sebagian besar

    ekonomi yang disebut

    kerakyatan itu basisnya

    ekonomi kecil. Secara kese-

    luruhan dan terpernci misal-

    nya seluruh batik yang ada

    di Yogyakarta dikumpulkan

    jadi satu, tetap saja kalah

    dengan satu perusahaan ba-

    tik di China. Jadi disitulah

    simpul permasalahan men-

    gapa UMKM kita akan ka-

    lah bersaing.

    Untuk menyimpul-

    kan analisa diatas,

    Pemerintah harus mencoba

    menekankan keuatan daya

    saing pada UMKM dan per-

    saingan dibidang jasa dan

    hotel-hotel di Jogja, Bali

    dan Jakarta. Jika kita mam-

    pu bersaing denagn baik se-

    hingga dapat menurunkan

    basis poin kredit bank baik

    dari sektor jasa maupun

    sektor real pasti akan lebih

    efisien dan tentu dengan

    prodiensi yang cukup.

    Dengan kata lain, UMKM yang baru

    dibangun 1-2 tahun, Otomatis UMKM yang baru 1-

    2 tahun itu tidak akan bisa menyerap kredit lebih

    dari 100 juta. Hal seperti itu sudah biasa, artinya

    bank kita sudah memperlakukan UMKM seperti itu

    dan dari segi SDM kita optimis, Kenapa? Misalnya

    15% tenaga terdidik dari total jumlah penduduk itu

    sama dengan kalau jumlah penduduk Indonesia 240

    juta jiwa berarti 36 juta kelas menengah pendidikan

    dan yang lulus sarjana sampai professor itu lebih

    dari jumlah penduduk Malaysia dan Singapura dan

    lebih dari penduduk Australi ditambah dengan

    penduduk Selandia Baru.

  • KOLOM

    Indonesia Pasca Pemilu dan desakan AEC 2015

    Bahwa tirani kepemimpinan lebih baik di banding dengan fundamentalisme pasar, sebab Negara yang lemah akan terpuruk menjadi Negara gagal dan Negara berkembang akan menjadi Negara penghamba, Horus

    Menyoal kembali mengenai asean economic com-munity 2015. Sebuah keber-lanjutan kerjasama regional asean menuju sistem pasar bebas. masing-masing Negara harus mempersiapkan diri untuk menuju 2015 dalam sistem pasar bebas di wilayah ASEAN di bulan januari. Istilah single-market di gadang-gadang se-bagai sarana menciptakan se-buah bentuk interdependensi dan kerjasama yang kuat.

    Di balik semua itu, hal

    yang perlu di kritisi bahwa da-

    lam menuju AEC masing-

    masing Negara memiliki pelu-

    ang namun juga tidak di pung-

    kiri terdapat pula tantangan

    yang akan di hadapi, tak

    terkecuali bagi indonesia. Dem-

    okrasi dan kerjasama adalah

    metanarasi dewasa ini. Negara

    yang bersistem monarki, otoriter

    bahkan totaliter lambat laun

    menuju sebuah era demokrasi.

    Demokrasi berlanjut bukan sekedar menciptakan sistem dalam negaranya saja, melainkan dalam pola ker-jasama. Dunia yang begitu bebas, kapitalisme pasar mu-lai menjulang tinggi memberi arti bahwa Negara dalam mengakumulasi keuntungan nasional akan bersandar pa-da Negara lain. Amerika Serikat sangat membutuhkan Negara berkembang, begitupun sebaliknya. Interdepen-densi ibarat kenyataan yang tak terbantahkan, polanya di tujukan hingga dalam regionalisme. Uni eropa adalah contoh konkret dimana pola kerjasama antar kawasan bukan sekedar dalam ekonomi semata, melainkan dalam cakupan luas. Artinya Negara tak lagi berbicara kedau-latan wilayah melainkan tentang kedaulatan dalam ker-jasama yang memberi kesempatan seluas-luasnya, Zero-sum game menunjukkan atas pola tersebut. Negara secara sadar mulai menempatkan pada high-politics berupa ekonomi dan kerjasama. Dan hal inilah organisasi kawasan termanifestasikan atas itu, kemudian mencip-takan pasar bebas. Asean kemudian memilih jalan atas itu.

    AEC 2015 dan Indonesia hari esok

    Indonesia adalah Negara kepulauan yang kaya

    akan sumber daya alam dan memiliki jumlah SDM yang

    tinggi. Pertumbuhan ekonomi yang cenderung stabil

    bahkan berkembang di tengah krisis global adalah se-

    buah prestasi tersendiri bagi Indonesia. ASEAN Eco-

    nomic Community (AEC) 2015 akan menjadi tantangan

    sekaligus peluang Indonesia dalam waktu dekat.

  • Kekuatan dan kesempatan Indo-nesia untuk menjadi pemenang dalam persaingan yang akan diberlakukan mulai 2015 mendatang memang sangat ting-gi, tetapi dibalik kekuatan yang dimiliki Indonesia masih mempunyai banyak kelemahan. Kelemahan utama Indonesia terletak pada sinkronisasi pro-gram dan kebijakan antar pemerintah daerah dan pusat serta mind-set masyarakat khu-susnya para pelaku usaha yang belum seluruhnya melihat pelu-ang pengembangan perekonomian di AEC 2015 mendatang.

    Melihat keadaan yang terjadi sekarang ini, Indonesia sebenarnya belum siap menghadapi AEC 2015 walau-pun mempunyai peluang dan kekuatan tinggi. Laporan Ke-menterian Koordinator Perekonomian mengungkapkan bahwa Neraca Perdagangan In-donesia sejak tahun 2005 setiap tahunnya mengalami defisit yang meningkat di negara-negara ASEAN. Berbagai sektor yang harus di benah bagi indo-nesia katakanlah sektor jasa, dimana kualitas SDM harus di optimalkan agar mampu ber-saing secara baik. SDM Indone-sia yang masih lebih rendah kualitasnya dengan negara lainnya akan kalah bersaing di pasaran nanti.

    Kita akan masuk pada babak baru dimana konstelasi politik memanas jelang pemilu 2014. Seluruh konsentrasi na-sional akan terpusat pada proses suksesi nasional yang akan ber-langsung pada 2014. Artinya ada pekerjaan rumah yang be-gitu besar yang harus diselesaikan oleh para pemangku jabatan pemerintah.

    Masyarakat harus lebih kritis dalam menen-tukan arah indonesia, di-mana suksesi kepemimpi-nan bukan sekedar euforia semata melainkan ada ke-lanjutan dalam mengarahkan indonesia dalam mewujudkan kese-jahtraan sosial. Menuju AEC 2015, para partai ha-ruslah berbicara tentang indonesia kedepannya, bahkan visinya atas AEC tersebut. Artinya pemimpin yang di butuhkan bukan sekedar berbicara visi melainkan memecah masa-lah Indonesia, termasuk tantangan indonesia dalam sistem pasar bebas dalam AEC 2015.

    Adanya AEC 2015 diharap akan memicu tum-buhnya pengusaha-pengusaha yang bukan hanya mampu bersaing di panggung nasional, tetapi juga mampu bersaing di tataran global. Peluang emas saat ini terpampang di depan mata. Sangat sa-yang jika peluang emas tersebut tidak bisa di-manfaatkan Indonesia. Saat ini perusahaan nasional sulit meningkatkan daya saing dikarenakan hambat-an ekonomi biaya tinggi, iklim investasi yang belum kondusif, serta hambatan kapasitas institusional.

    Tak sedikit tan-tangan yang di hadapi oleh suatu Negara yang akan berada dalam lubang jebakan global-isme pasar. Keniscayaan bagi optimisme kita ter-hadap AEC bukan men-jadi Negara yang di-mangsa, pemilu menjadi cikal bakal bagi bangsa ini untuk menjawab tan-tangan tersebut, mengkritisi kaum elit politik yang ada harus-lah berbicara idenya ter-hadap AEC itu sendiri agar Negara ini tidak menjadi floating-state atau ibarat sama karak-ternya suara mengam-bang (floating-mass) dalam pemilu.

  • ANALISIS ASEAN Economic Community :

    Pertegas Dominasi Di Tengah Arus Globalisasi

    ASEAN Economic Community sep-

    erti buah simalakama bagi Indonesia.

    Pasalnya, salah strategi bisa menyebabkan

    sebuah blunder berkepanjangan. Kecema-

    san ini wajar adanya apabila dilihat dari

    proporsi ketimpangan national power yang

    dimiliki Indonesia. Namun, harapan akan

    selalu ada, meskipun untuk merealisasi-

    kannya membutuhkan jutaan tenaga serta

    luapan semangat optimisme yang besar.

    Disini lah peran pemuda begitu vital.

    Akses informasi yang terbatas bagi ka-

    langan akar rumput terkait ASEAN Eco-

    nomic Community, harus bisa dimanfaat-

    kan sebaik-baiknya dalam menyalurkan

    energi positif. Menularkan semangat opti-

    misme menjadi kebutuhan mendesak agar

    sinergi aksi dari segala pihak bisa memba-

    wa Indonesia sampai di garis finish terde-

    pan.

    Dalam teori Ekonomi Politik Inter-

    nasional, asas free trade sudah

    didengungkan oleh kaum liberal sejak be-

    berapa abad lalu. Adam Smith yang menu-

    lis buku tentang cara untuk meningkatkan

    kemakmuran bangsa menulis buku ber-

    judul Wealth Of Nations. Buku tersebut

    menjelaskan tentang cara agar bangsa-

    bangsa meningkatkan kesejahteraan bersa-

    ma dengan perdagangan. Lalu lintas ba-

    rang dan jasa yang begitu bebas digadang-

    gadang menjadi salah satu eskalator yang bisa

    membawa dampak positif bagi kesehatan

    ekonomi di negara-negara ASEAN.

    Iklim kompetisi yang tercipta akan

    menciptakan net welfare (jumlah keuntungan

    yang didapat dikurangi dengan costnya, artinya

    jumlah yang untung dikurangi dengan jumlah

    kerugian) selalu menunjukkan positive net wal-

    fare, atau net benefit, dari perdagangan bebas.

    Artinya, walaupun perusahaan domestik diru-

    gikan akibat kalah berkompetisi dengan

    produk impor, tetapi konsumen adalah pihak

    yang diuntungkan karena mendapatkan produk

    yang murah dan berkualitas karena adanya

    kompetisi. Disinilah net benefit berjalan.

    Keadaan seperti ini sudah dibuktikan

    oleh China dan India. Jalan yang ditempuh

    China dan India sebelum mencapai pertum-

    buhan ekonomi yang spektakuler adalah

    menempuh kesepakatan pasar bebas dengan

    organisasi perdagangan dunia (WTO). Hanya

    dalam waktu sepuluh tahun, China dan India

    mendapatkan imbas dari kompetisi

    perdagangan dengan merajai ekspor ke seluruh

    dunia. Berkah kompetisi dengan berbagai

    negara juga ikut menekan angka kemiskinan

    absolut sebanyak ratusan juta.

  • Namun, bagi Indonesia sendiri --

    disambungkan dengan teori National

    Power-- ada beberapa hal yang perlu die-

    valuasi terkait strategi menghadapi

    ASEAN Economic Community 2015

    mendatang. Utamanya, mengenai ketim-

    pangan kualitas sumber daya alam dan

    sumber daya manusianya. Penanganan

    yang salah terhadap unsur-unsur national

    power ini bisa mengakibatkan Indonesia

    menemui celaka di gelanggang per-

    tarungan ekonomi tahun 2015 menda-

    tang.

    Globalisasi yang menjadi cikal bakal

    blue print ASEAN Economic Community

    harus dijadikan peluang bukan ancaman.

    Caranya? Kita harus pandai memilih bi-

    dang-bidang apa yang kita lebih berpelu-

    ang unggul. Ada baiknya kita fokus

    membangun dan menajamkan keunggu-

    lan ketimbang sibuk mengatasi kelema-

    han. Hal ini dikarenakan, jika kita terlalu

    sibuk memperbaiki kelemahan, maksi-

    mal kita hanya akan menjadi rata-rata

    saja karena kelemahan tertutup, namun

    justru keunggulan kita tidak terbangun.

    Bila kita fokus pada keunggulan, maka

    kita akan unggul di suatu sektor, semen-

    tara masih ada kelemahan di sektor lain.

    Ini bukan masalah yang serius karena di

    era pasar global yang saling melengkapi,

    kini kita bisa bermain niche dengan satu

    atau dua keunggulan yang sungguh-

    sungguh unggul.

    Coba sekarang kita alihkan segala

    daya tersebut untuk memoles fokus petani

    kita pada buah atau tanaman yang kita

    unggulkan, memperbaiki tata guna lahan kita

    sehingga tidak ada lagi lahan di negeri ini

    yang ditelantarkan. Sektor perkebunan yang

    menjadi andalan devisa negara melalui ori-

    entasi pasar ekspor juga tak boleh dilupakan.

    Produk karet, kopi, kakao, teh dan minyak

    sawit adalah produk-produk yang lebih dari

    50% dari total produksi adalah untuk ekspor.

    Belum lagi untuk sektor Agroindustri se-

    bagai pemoles hasil pertanian serta

    Agroekowisata sebagai pemikat wisatawan.

    Sungguh betapa banyak produksi hasil bumi

    yang akan bisa kita hasilkan. Serta, bisa pula

    menaikkan pamor pertanian di mata para

    pemuda yang sering menyipitkan mata ter-

    hadap bidang ini. Lebih jauh, akan banyak

    lapangan kerja tercipta. Maka, keunggulan

    dalam menyerap tenaga kerja sekaligus

    memproduksi hasil bumi ini akan menjadi

    keunggulan unik negeri ini yang tidak dimil-

    iki oleh negara-negara lain di ASEAN atau

    bahkan di dunia.

    Peran pemuda sebagai agent of

    change dituntut untuk bisa menyalurkan in-

    formasi-informasi motivatif seperti diatas

    kepada kalangan akar rumput yang notabene

    acuh terhadap keberadaan ASEAN Economic

    Community karena minimnya fasilitas

    edukasi di daerah-daerah pelosok.

  • Dengan menonjolkan harapan-harapan yang didasari atas perhitungan empirik dan

    sistemik seperti diatas, maka semakin banyak penduduk Indonesia yang bersemangat mem-

    perteguh dominasi di bidang yang memang merupakan keunggulan kita. Sehingga, ambisi

    untuk menjadi pemeran utama dalam panggung internasional tak terdengar seperti pungguk

    merindukan bulan. Dan akhirnya, sinergi aksi dari segala pihak bisa membawa Indonesia

    sampai di garis finish terdepan.

    POLITIK INTERNASIONAL

    LEPASNYA KRIMEA DARI UKRAINA

    Konflik yang terjadi di Crimea,

    Ukraina awalnya terjadi karena adan-

    ya pengunduran diri Perdana Menteri

    Ukraina Mykola Azarov. unjuk rasa

    meluas ke berbagai wilayah di timur

    Ukraina yang merupakan basis para

    pendukung Presiden Viktor Yanu-

    kovych. Azarov mengundurkan diri

    dari jabatannya sebagai Perdana

    Menteri dengan tujuan untuk mengu-

    rangi ketegangan di Ukraina sebagai

    sebuah kompromi politik guna me-

    nyelesaikan konflik secara damai.

    Demonstrasi anti-pemerintah

    Ukraina merebak pada bulan-bulan

    terakhir tahun 2013 karena

    pemerintah menangguhkan penan-

    datanganan kesepakatan perdagangan

    dengan Uni Eropa.

    Sebagai gantinya, pemerintah Kiev menerima ban-

    tuan finansial dari Rusia. Keputusan tersebut telah

    menyulut kemarahan oposisi pemerintah yang pro-

    Uni Eropa dan terjadilah demonstrasi besar-besaran

    di Kiev, ibukota Ukraina. Para demonstran marah

    karena pemerintah menyerah terhadap tekanan Ru-

    sia dan menyimpang dari prioritas utama kebijakan

    luar negerinya. Kekerasan aparat keamanan ter-

    hadap demonstran juga menambah ketegangan di

    Ukraina. Sementara intervensi Uni Eropa dan Rusia

    semakin menambah konflik dan memperluas krisis

    di negara itu. Rusia bergerak. Presiden Putin me-

    merintahkan penyiagaan 150 ribu tentara untuk

    dikirim ke Crimea. Perintah ini dikeluarkan setelah

    Majelis Tinggi, lembaga yang berwenang memberi

    ijin pengerahan pasukan untuk perang, memberikan

    lampu hijau dan keadaan makin genting. pada tang-

    gal 16 Maret 2014 dilakukanlah referendum yang

    menghasilkan keputusan bahwa Crimea resmi

    bergabung dengan Rusia, dengan demikian Krimea

  • lepas dari Ukraina. 97% penduduk Krimea ingin

    bergabung dengan Rusia. Tidak mengherankan

    karena mayoritas dari penduduk Krimea merupa-

    kan etnis Rusia, sisanya adalah etnis Ukraina dan

    Tartar. Secara historikal, Krimea merupakan ba-

    gian dari Ukraina sejak 1954 karena pemimpin

    Rusia saat itu, Nikita Khruschev memberikan

    wilayah itu ke Ukraina. Jadi, semenjak itu Kri-

    mea memiliki ikatan politik yang kuat kepada

    Ukraina, tetapi memiliki ikatan budaya yang kuat

    kepada Rusia.

    Dari pihak Ukraina, mereka mengecam

    referendum itu. Perdana Menteri Arseny

    Yatseniuk menyatakan bahwa referendum itu

    merupakan upaya Rusia untuk mendapat legiti-

    masi dari rakyat Ukraina. Refat Chubarov, pem-

    impin masyarakat Tartar mengungkapkan bahwa

    referendum tersebut ilegal dan berlangsung

    dibawah pengendalian Rusia.

    Dalam dunia internasional, Rusia juga

    banyak dikecam atas usahanya merebut

    Krimea dari Ukraina. Bahkan, Amerika

    Serikat dan Uni Eropa memberikan

    sanksi terhadap Rusia. Mereka mem-

    berikan larangan berkunjung (visa)

    kepada sejumlah pejabat Rusia dan

    Ukraina yang pro-Moskow. Aset-aset

    Rusia di Amerika Serikat dan Uni Ero-

    pa juga dibekukan.

  • RESENSI

    Transcendence, Johnny Depp yang menyatu dengan

    Teknologi

    Sutradar : Wally Pfister

    Writer : Jack Paglen

    Pemain : Johnny Depp, Morgan Freeman,

    Rebecca Hall, Kate Mara, Cilli

    an Murphy, Cole Hauser, Paul

    Bettany

    Studio : Alcon Entertainment, DMG

    Entertainment

    Untuk kamu pecinta film thriller ataupun

    fiksi ilmiah, bersiaplah. Alcon Entertainment

    akan merilis film terbaru bergenre sci-fiction

    dengan kisah berlatar belakang teknologi dan ma-

    sa depan berjudul Tanscendence. Film ini dibintangi oleh sederet bintang Hollywood seperti John-

    ny Depp, Morgan Freeman , aktris "Iron Man 3" Rebecca Hall, serta Paul Bettany (A Beautiful

    Mind) dan Kate Mara (House Of Cards).

    Film ini bercerita mengenai Dr. Will Caster (Johnny Depp) yang mengembangkan sebuah me-

    sin AI (artificial intelligence) di mana mesin tersebut dapat menampung semua data, informasi,

    bahkan emosi dari manusia. Mesin ini membawanya terkenal sekaligus membuatnya berada dalam

    bahaya. Dr Will Caster dikejar ekstrimis anti-teknologi. Setelah acara seminarnya, Dr. Will Caster ditem-

    bak oleh salah satu aktifis dan kini dirinya sekarat. Istri (Rebecca Hall) dan sahabatnya Max Waters (Paul

    Bettany) memutuskan untuk mentransfer isi otak Dr. Will Caster ke dalam teknologi yang ia ciptakan. Na-

    mun, tindakan ini malah menimbulkan malapetaka. Will berusaha menguasai semua teknologi manusia

    dan tak bisa dikendalikan. Ia menimbulkan kekacauan dimana-mana dan membuat semua orang kewala-

    han. Apakah yang akan terjadi selanjutnya pada teknologi Dr. Will Caster ini?

    Transcendence akan menjadi film pertama yang disutradarai oleh Wally Pfister dan dipro-

    duseri Christopher Nolan. Pfister meraih Oscar untuk sinematografi karyanya pada 2010

    "Inception" dan Nolan yang berhasil menyutradarai film Batman Begins. Tentunya ini akan men-

    jadi perpaduan menarik dengan penampilan Johnny Depp yang dikenal selalu mempesona di setiap

    perannya. Penasaran dengan filmnya? Tunggu saja di bioskop tanggal 18 April 2014.

  • K-Gallery