11
27/06/2011 1 PERMASALAHAN ETIKOMEDIKOLEGAL DAN  TINJAUAN ISLAM  TERHADAP EUTHANASIA Dirwan Suryo Soularto Fakultas Kedokteran UMY - 2011 Tujuan pembelajaran Setelah membaca materi diharapkan dapat memahami permasalahan etikomedikolegal dan tinjauan Islam terhadap euthanasia, mencakup : Pengertian mati dan euthanasia. Perbedaan euthanasia pasif dan aktif.  Aspek et ikomedikolegal euthanasia Identifikasi nilai moral dan hukum Islam terhadap euthanasia. Membandingkan macam-macam euthanasia dari sudut pandang Al Qur’an dan hadist Contoh Kasus Euthanasia Pemberian obat analgetik kepada pasien penderita kanker ganas pada tahap akhir (metastase) yang tidak dapat disembuhkan lagi dengan obat apapun, dengan tujuan agar pasien tidak terlalu berat menderita sakit akibat kanker . Tindakan ini seringkali disebut sebagai euthanasia tidak langsung. Disebut euthanasia karena dengan memberikan pil- pil analgetik semacam itu sedikitnya dapat mempercepat datangnya kematian. Disebut tidak langsung, karena kematian pasien sebenarnya tidak dikehendaki tenaga medis yang memberikan pil itu. Pemberian pil itu tetap dikategorikan sebagai usaha perawatan dan pengobatan yang terbaik, yang sesuai dengan perikemanusiaan. Contoh 2 : Penghentian atau pencegahan penggunaan cara- cara perawatan atau pengobatan yang “luar biasa”. Misalnya : pasien yang menderita kerusakan ginjal menolak usaha tenaga medis untuk mencuci darah atau menerima ginjal baru, karena ia yakin bahwa cara “luar biasa” itu akan membawa beban finansial yang terlalu berat bagi keluarganya. Dalam hal ini, tenaga medis harus menghormati keputusan pasien, walaupun hal itu akan mengakibatkan kematian pasien. Cont oh 3 : Bayi B lahir premature di RS Daerah dan ibunya di rawat di Ruang K elas III. Kea daan ba yi B dang at bur uk men ga l ami Respi rat or y Di st ress Syndr om (RDS) dengan frekuens i naf as yang tid ak terat ur dan memer luk an tin dakan bantu an naf as yang ter us menerus ser ta observasi ket at. Bayi B telah 2 hari dira wat di ruan g NICU (Neo natus Intensiv e Ca re Unit ) dan m emerlukan biay a perawatan yang be sa r. Orangtua bayi tidak mampu, bahkan obat-obatan yang di butuhkan selama proses perawatan juga seri ng ti dak dapat tersedia karena tidak ada biaya. Pada saat bay i m emerl ukan pemer iksa an dia gn osti k yang s eg er a, ter nyat a bi a ya nya ju ga cu ku p bes ar . Or angt ua bayi tidak sang gup meny ediakan biay a pemeriksaan deng an segera. Perawat memberi saran agar orangtua bayi B membuat pe rnyataan b ah wa b i ay a pem er iks aa n dan pe r aw a tan a ka n dibaya r kemud ian . Contoh 4 : Tn. A (55) dirawat di ruang ICU dengan perdarahan otak. Kesadaran koma, dipasang ventilator karena mengalami respiratory failure, juga dipasang infus dan NGT. Setelah satu minggu , keluarganya menanya kan keadaan Tn. A yang menurut pengamatannya belum ada perubaha n membaik. Dr. B hanya menjawab bahw a v entilator, infus, dan NGT sangat diperlukan oleh Tn. A, dan keadaannya sulit untuk disembuhkan hanya tinggal menungg u muji jat.  Atas jawa ban dr. B, ta mpak keluarga pasien terd iam dan pas rah. Kemudian, dr. B menulis instruksi di status pasien : DNR (do not resuscitation), dan secara lisan berpesan pada penanggungjawab shift dan perawat yang bertugas merawat Tn. A untuk menurunkan modul ventilator setiap harinya. Oleh karena tidak ada perawat yang tega untuk menurunkan modul ventilator, maka Tuan X salah satu keluarganya ya ng kebetulan dokter yang melakukannya dan denyut jantung Tn. A mulai menurun. Keesokan harinya penuruna n modul ventilator dilanjutkan. Pada saat shift sore Tn. A meninggal, tetapi sebelumnya tetap dilakukan resusitasi. Peristiwa tersebu t di atas, disebut “ tindakan kedokteran defensif” seperti yang juga dilakukan di negara lain. Dalam kasus ini apakah terjadi euthanasia pasif ? Apakah tindakan Tuan X dapat dibenarkan menurut pandangan etik dan hukum, bukankah di satu sisi ia melaksanakan instruks i dokter (menurunkan ventilator), pada sisi l ain melanggar instruksi dokter (DNR). Sipakah yang bertanggung jawab atas kematian Tn. A

Euthanasia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

euthanasia

Citation preview

  • 5/27/2018 Euthanasia

    1/11

    27/06/2

    PERMASALAHAN

    ETIKOMEDIKOLEGAL DAN

    TINJAUAN ISLAM

    TERHADAP EUTHANASIADirwan Suryo Soularto

    Fakultas Kedokteran

    UMY - 2011

    Tujuan pembelajaran Setelah membaca materi diharapkan dapat

    memahami permasalahan etikomedikolegaldan tinjauan Islam terhadap euthanasia,

    mencakup : Pengertian mati dan euthanasia.

    Perbedaan euthanasia pasif dan aktif.

    Aspek etikomedikolegal euthanasia

    Identifikasi nilai moral dan hukum Islam terhadapeuthanasia.

    Membandingkan macam-macam euthanasia darisudut pandang Al Quran dan hadist

    Contoh Kasus Euthanasia

    Pemberian obat analgetik kepada pasien penderita kankerganas pada tahap akhir (metastase) yang tidak dapatdisembuhkan lagi dengan obat apapun, dengan tujuan agarpasien tidak terlalu berat menderita sakit akibat kanker.

    Tindakan ini seringkali disebut sebagai euthanasia tidaklangsung. Disebut euthanasia karena dengan memberikan pil-pil analgetik semacam itu sedikitnya dapat mempercepatdatangnya kematian. Disebut tidak langsung, karena kematianpasien sebenarnya tidak dikehendaki tenaga medis yangmemberikan pil itu. Pemberian pil itu tetap dikategorikan sebagaiusaha perawatan dan pengobatan yang terbaik, yang sesuaidengan perikemanusiaan.

    Contoh 2 :

    Penghentian atau pencegahan penggunaan cara-cara perawatan atau pengobatan yang luar biasa.Misalnya : pasien yang menderita kerusakan ginjalmenolak usaha tenaga medis untuk mencuci darahatau menerima ginjal baru, karena ia yakin bahwacara luar biasa itu akan membawa bebanfinansial yang terlalu berat bagi keluarganya.Dalam hal ini, tenaga medis harus menghormatikeputusan pasien, walaupun hal itu akanmengakibatkan kematian pasien.

    Contoh 3 :

    Bayi B lahir premature di RS Daerah dan ibunya di rawat diRuang Kelas III. Keadaan bayi B dangat buruk mengalamiRespiratory Distress Syndrom (RDS) dengan frekuensi nafas

    yang tidak teratur dan memerlukan tindakan bantuan nafas yangterus menerus serta observasi ketat.

    Bayi B telah 2 hari dirawat di ruang NICU (Neonatus IntensiveCare Unit) dan memerlukan biaya perawatan yang besar.Orangtua bayi tidak mampu, bahkan obat-obatan yangdibutuhkan selama proses perawatan juga sering tidak dapattersedia karena tidak ada biaya.

    Pada saat bayi memerlukan pemer iksaan diagnostik yangsegera, ternyata biayanya juga cukup besar. Orangtua bayitidak sanggup menyediakan biaya pemeriksaan dengan segera.Perawat memberi saran agar orangtua bayi B membuatpernyataan bahwa biaya pemeriksaan dan perawatan akandibayar kemudian.

    Contoh 4 :

    Tn. A (55) dirawat di ruang ICU dengan perdarahan otak. Kesadaran koma,dipasang ventilator karena mengalami respiratory failure,juga dipasang infus danNGT. Setelah satu minggu , keluarganya menanyakan keadaan Tn. A yangmenurut pengamatannya belum ada perubahan membaik.

    Dr. B hanya menjawab bahwa ventilator, infus, dan NGT sangat diperlukan olehTn. A, dan keadaannya sulit untuk disembuhkan hanya tinggal menunggu muji jat.

    Atas jawaban dr. B, tampak keluarga pasien terdiam dan pasrah. Kemudian, dr. Bmenulis instruksi di status pasien : DNR (do not resuscitation), dan secara lisanberpesan pada penanggungjawab shift dan perawat yang bertugas merawat Tn. Auntuk menurunkan modul ventilator setiap harinya.

    Oleh karena tidak ada perawat yang tega untuk menurunkan modul ventilator,maka Tuan X salah satu keluarganya yang kebetulan dokter yang melakukannyadan denyut jantung Tn. A mulai menurun. Keesokan harinya penurunan modulventilator dilanjutkan. Pada saat shift sore Tn. A meninggal, tetapi sebelumnyatetap dilakukan resusitasi. Peristiwa tersebut di atas, disebut tindakankedokteran defensif seperti yang juga dilakukan di negara lain.

    Dalam kasus ini apakah terjadi euthanasia pasif? Apakah tindakan Tuan X dapatdibenarkan menurut pandangan etik dan hukum, bukankah di satu sisi iamelaksanakan instruksi dokter (menurunkan ventilator), pada sisi l ain melanggarinstruksi dokter (DNR). Sipakah yang bertanggung jawab atas kematian Tn. A

  • 5/27/2018 Euthanasia

    2/11

    27/06/2

    Contoh 5 :

    Tn. X (65 th) pasien dr. NK dirawat di ICCU dengan diagnosa COPD AsthmaBronchiale. Pasien sudah berulangkali di rawat dengan penyakit yang sama.Selama 3 hari perawatan di ICCU tersebut, kondisi pasien sakit berat. Napassangat sesak, sangat gelisah dan sulit tidur,sehingga pasien merasa lebihnyaman dalam posisi duduk sambil memeluk bantal.

    Dari hasil pemantauan, pasien hanya dapat tidur sekitar 1-2 jam/ hari denganposisi duduk dengan infus terpasang Dextrose 5 % + 1 ampul Aminophylin 10-12 tetes/menit. Untuk mengurangi sesak nafasnya,pasien diberi terapi uap

    (nebulizer) dan obat untuk mengurangi sesak 3 kali sehari dan jika perlu denganextra nebulizer.

    Pada shift sore hari ke-4, Tn.P, perawat senior yang bertugas merawat Tn.X,menghubungi dr.NK karena nafas pasien sangat sesak, sangat gelisah,dankadang-kadang berteriak-teriak. Instruksi dari dr.NK adalah menaikkan tetesaninfus dan melakukan nebulizer.

    Setelah 1 jam dil akukan tindakan & observasi ternyata tidak menolong dan tidakada perubahan, sehingga Tn.P kembali menghubungi dr.NK dan dr.NKmengatakan akan datang. Setelah tiba di rumah sakit, dr.NK didampingi Tn.P,menjelaskan kepada istri dan anak Tn.X bahwa penyakit Tn.X tidak akansembuh dan pemberian obat-obatan serta terapi uap tidak dapat menolong.Diberitahukan pula oleh dr.NK bahwa pasien akan diberi obat agar dapat tidur.

    Respon dari keluarga pasien ternyata menerima dan pasrah,jika suami/ ayah mereka meninggal. Kemudian,dr.NKmenginstruksikan kepada Tn.P untuk memberikan Diazepam 10mg (1 ampul) intravena pelan-pelan. Tn. P menyadari bahwaefek samping pemberian diazepam adalah depresi pusatpernafasan, mengakibatkan henti nafas, dan meninggal. Akantetapi, sesuai instruksi dr, Tn.P melaksanakannya, dan 15 menit

    kemudian pasien tampak tidak berdaya dan pasien dibaringkandalam posisi terlentang. Kurang lebih 30 menit berikutnyapernapasan pasien lambat, denyut jantung menurun, pasienmengalami penurunan kesadaran.

    Dalam kondisi seperti ini, Tn. P beserta perawat lain melakukantindakan bantuan hidup dasar sebagai FORMALITAS agarkeluarga pasien tidak curiga atau complain dengan tindakanvalium yang diberikan, akhirnya pasien meninggal dunia.

    PANDANGAN

    MEDIKOLEGAL TENTANG

    MATI

    Pengertian

    Kriteria

    Uji Penentuan

    SHARIAH ISLAM

    (1) the reality of death according to the sharia

    is the separation of the soul from the body;

    (2) the reality of the separation of the soul

    from the body is such that the soul remains

    in no part of the body, and hence no part of

    the body contains any life.

    Dr. Bakr Abu Zaid's (1) F iqh an-Nawazil (2) (Vol. 1, pp. 215-236,Article No. 4, printed by Maktabah ar-Rushd, Riyad, 1407).

    KEMATIAN

    BUKAN SATU TITIK, TETAPI SUATUPROSES MELALUI TAHAPAN: MATI KLINIS

    DAPAT DIRESUSITASI

    MATI OTAK TAHAP: SEREBRAL, SEREBELUM, BATANG OTAK

    MATI BIOLOGIS

    MATI SELULER

    HUKUM UMUMNYA MENGIKUTIPENDAPAT KEDOKTERAN

    Aspek Medik Mati

    Sejak dikembangkannya tehnik resusitasi jantung-paru-otak, maka terjadi perubahan definisi matidengan berbagai istilah sebagai berikut : Mati klinis (clinical death): keadaan henti nafas atau tidak

    ada pernafasan spontan dan henti jantung yang menghentikanseluruh aktivitas selebral, tetapi bersifat tidak ireversibel.

    Mati cerebral (cerebral death, cortical death): kerusakanireversibel dari serebrum, terutama neokorteks dan struktursupratentorial lainnya, tetapi medulla tetap baik.

    Mati otak(brain death): kematian serebral yang disertainekrosis keseluruhan otak termasuk serebrum, mid brain, danbatang otak.

    Mati batang otak(brain stem death): kematian dari batangotak yang berfungsi mengatur fungsi vital, terutamapernafasan

  • 5/27/2018 Euthanasia

    3/11

    27/06/2

    Mati secara biologis (biological death, panorganic death): keadaan kematian yang tidak dapat dielakkan setelah suatu kematian

    klinis bila tidak dilakukan resusitasi jantung-paru-otak atau bila usaharesusitasi telah menyerah.

    merupakan proses autolitik pada semua jaringan yang dimulai darisel neuron yang menjadi nekrotik dalam waktu satu jam tanpaadanya sirkulasi, diikuti dengan jantung, ginjal, paru, dan liver yangmenjadi nekrotik dalam waktu dua jam setelah tidak adanya sirkulasi,dan terakhir kulit menjadi nekrotik dalam beberapa jam atau hari.

    Social death : suatu PVS (persistent vegetative state)yangmenunjukkan kerusakan otak irreversibel yang berat pada pasienyang tidak sadar dan tidak responsive, tetapi masih ada aktivitasEEG, beberapa refleks, dan mampu untuk bernafas spontan.

    Penghentian resusitasi sebagai bantuan medis adalah bilapasien dalam keadaan mati otak (brain death). Jadi, padakeadaan ini pasien sudah dianggap mati.

    MATI KLINIS

    HENTI NAFAS + JANTUNG-SIRKULASI

    DENGAN BERHENTINYA AKTIVITAS

    OTAK, TETAPI TIDAK IREVERSIBEL

    PADA KEMATIAN KLINIS DAPAT

    DILAKUKAN RESUSITASI JANTUNG

    PARU, DAN DAPAT DIIKUTI DENGAN

    PEMULIHAN SEMUA FUNGSI

    SOENATRIO, 2004

    MATI SEREBRAL

    DAN MATI OTAK

    MATI SEREBRAL = KERUSAKAN IREVERSIBELSEREBRUM, TERUTAMA NEOKORTEKS

    EEG TENANG

    MATI OTAK = MATI SEREBRAL + NEKROSISSISA BAGIAN OTAK LAIN, TERMASUK

    SEREBELUM, OTAK TENGAH DAN BATANG

    OTAK

    SEMUA REFLEKS SARAF OTAK NEGATIF

    USAHA NAFAS SPONTAN NEGATIF

    SOENATRIO, 2004

    MATI SOSIAL

    STATUS VEGETATIF YG MENETAP(persistent vegetative state), SINDROMAAPALIKA

    KERUSAKAN OTAK BERAT IREVERSIBEL

    TETAP TIDAK SADAR DAN TIDAKRESPONSIF, TETAPI EEG AKTIF DANBEBERAPA REFLEKS POSITIF

    MUNGKIN TERDAPAT DAUR SADAR-TIDUR

    SOENATRIO, 2004

    MATI BIOLOGISJARINGAN DAN SELULER

    SELALU MENGIKUTI MATI KLINIS BILATIDAK ADA RESUSITASI JANTUNG PARU

    KEMATIAN JARINGAN BERBEDA PADABERBAGAI ORGAN, DENGAN URUTAN : OTAK

    JANTUNG

    GINJAL

    PARU

    HATI

    SOENATRIO, 2004

    MASALAH ETIKOMEDIKOLEGAL

    KEMATIAN

    KAPANKAH SESEORANG DAPATDINYATAKAN MENINGGAL

    APAKAH KRITERIANYA

    BAGAIMANAKAH PROSEDUR / UJI

    PENENTUANNYA?

    KEGAGALAN MENENTUKAN WAKTU KEMATIAN,

    TINDAKAN MEDIK DAPAT BERSIFAT MEMBUNUH

    ATAU SIA-SIA

  • 5/27/2018 Euthanasia

    4/11

    27/06/2

    Di Indonesia, Pernyataan IDI Tentang Mati (Lampiran Surat

    Keputusan PB IDI No. : 231/PB/A.4/07/90 merumuskan,

    bahwa seseorang dinyatakan mati , jika :

    fungsi spontan pernapasan dan jantung telah

    berhenti secara pasti atau irreversible, atau

    bila terbukti telah terjadi kematian batang otak.

    PB IDI:P.P. No 18 TAHUN 1981

    meninggal dunia adalah keadaan

    insani yang diyakini oleh ahli

    kedokteran yang berwenangbahwa fungsi otak, pernafasan

    dan atau denyut jantung

    seseorang telah berhenti

    BAGAIMANA BILA PASIEN DALAM DUKUNGANPERALATAN PENUNJANG KEHIDUPAN ?

    KRITERIA MATI

    BERHENTINYA SISTEM PERNAFASANDAN KARDIOVASKULER YGIRREVERSIBLE BUKTI HENTI NAFAS SELAMA MIN 20 MENIT

    BUKTI HENTI JANTUNG DAN SIRKULASI PERLUKAH BUKTI IRREVERSIBILITAS DENGAN

    MELAKUKAN CPR ?

    MATINYA BATANG OTAK PADA KASUS PEMBUKTIAN CARA PERTAMA

    TIDAK DAPAT DILAKUKAN BUKTI FUNGSI BATANG OTAK

    REFLEKS, NAFAS SPONTAN, DLL

    DIAGNOSIS M.B.O.

    PRASYARAT:

    PASIEN KOMA DENGAN VENTILATOR

    DIAGNOSIS + KERUSAKAN STRUKTURAL

    OTAK YANG MENYEBABKAN KOMA

    EKSKLUSI:

    Ec OBAT-OBATAN

    HIPOTERMIA

    GGN METABOLIK

    TES: REFLEKS BATANG OTAK NEGATIF

    SOENATRIO, 2004

    TES BATANG OTAK

    TAK BOLEH ADA: POSTUR ABNORMAL(DESEREBRASI , DEKORTIKASI), TIDAK ADA

    REFLEKS OKULO-SEFAL ATAU KEJANG

    TES REFLEKS BATANG OTAK

    TAK ADA RESPONS CAHAYA

    TAK ADA REFLEKS KORNEA

    TAK ADA REFLEKS VESTIBULO-OKULER

    TAK ADA RESPONS MOTOR DALAM DISTRIBUSI

    SARAF KRANIAL THD RANGSANG ADEKUAT PADA

    AREA SOMATIK

    TAK ADA REFLEKS MUNTAH, REFLEKS BATUK

    SOENATRIO, 2004

    TES BATANG OTAK

    TES HENTI NAFAS: PREOKSIGENISASI DENGAN 100% O2 SELAMA 10

    MENIT

    BERI 5% CO2 DALAM 95% O2 SELAMA 5 MENITBERIKUTNYA UNTUK MENJAMIN PaCO2AWAL: 53 kPa(40 Torr)

    LEPASKAN PASIEN DARI VENTILATOR.

    INSUFLASIKAN TRAKEA DENGAN 100% O2: 6L/MENITMELALUI KATETER INTRATRAKEAL LEWAT KARINA

    LEPAS DARI VENTILATOR SELAMA 10 MENIT

    PERIKSA PaCO2AKHIR

  • 5/27/2018 Euthanasia

    5/11

    27/06/2

    PANDANGAN PROFESI

    SAAT INI ? MASIHKAH KITA MENYEPAKATI DEFINISI

    MATI BATANG OTAK DAN

    MENGANUTNYA SEBAGAI SAATKEMATIAN YANG TEPAT (setelah

    memperoleh pengalaman selama ini)?

    PENGERTIAN ?

    TATA CARA PENGUJIAN ?

    PENOLAKAN PROFESI ?

    PENOLAKAN MASYARAKAT ?

    Pengertian Euthanasia

    Euthanatos (Yunani) eu + thanatos

    Harfiah :

    Good death atau easy death atau mercy killing

    Membiarkan sesorang mati dengan baik

    Tindakan mengakhiri hidup seseorang atas

    dasar kasihan karena menderita penyakit,

    kecideraan atau ketidakberdayaan yang tidak

    mempunyai harapan lagi untuk sembuh

    The mercy killing of the hoplessly ill , injured or

    incapacitated

    Esensi Euthanasia :

    Tindakan tersebut, baikpositive actmaupunnegative act, mengakibatkan kematian

    Dilakukan pada saat yang bersangkutan masihdalam keadaan hidup

    Penyakitnya tidak ada harapan lagi untuk

    disembuhkan dan sudah berada dalam stadiumterminal

    Motifnya karena yang melakukan merasa kasihan

    melihat penderitaan yang berkepanjangan

    Tujuannya untuk mengakhiri penderitaan

    EUTHANASIA

    SENGAJA MELAKUKAN TINDAKANYANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN

    UNTUK MENGHENTIKANPENDERITAAN

    Macam Euthanasia

    Berdasarkan cara melakukan : Euthanasia aktif

    Euthanasia pasif

    Berdasarkan orang yang membuat

    keputusan untuk mati :

    Voluntary euthanasia

    Involuntary euthanasia

    Physician-Assited suicdie

    EUTHANASIA AKTIF vs PASIF

    AKTIF BERARTI SENGAJA MELAKUKANTINDAKAN POSITIF UNTUK

    MENGHENTIKAN KEHIDUPAN

    PASIF BERARTI TIDAK MELAKUKAN

    TINDAKAN POSITIF UNTUK

    MENGHENTIKAN KEHIDUPAN,

    SEDANGKAN KEMATIAN TERJADI

    KARENA PENYAKITNYA / ALAMIAH

    WITHHOLDING AND WITHDRAWING LIFE-SUPPORT

  • 5/27/2018 Euthanasia

    6/11

    27/06/2

    VOLUNTER vs INVOLUNTER

    VOLUNTER BERARTI PASIEN DENGANBEBAS MEMBERIKAN PERSETUJUAN

    ATAU MEMINTANYA

    INVOLUNTER BERARTI TIDAK SECARABEBAS MEMBERIKAN PERSETUJUAN,ATAU TIDAK DAPAT MEMBERIKANPERSETUJUAN TAPI DIDUGAMENYETUJUINYA(misalnya pada kasus T. Schiavo ?)

    Aspek Etika Euthanasia

    Menurut Kode Etik Kedokteran Indonesia,

    istilah euthanasia digunakan dalam tiga arti,yaitu : Berpindahnya ke alam baka dengan tenang dan

    aman, tanpa penderitaan, untuk yang berimandengan nama Allah dibibir;

    Ketika hidup berakhir, penderitaan si sakit yangdiringankan dengan memberikan obat penenang;

    Mengakhiri penderitaan dan hidup seseorang yangsakit dengan sengaja atas permintaannya sendiridan keluarganya.

    Pro dan kontra terhadap pelaksanaan euthanasia, yaitu : Pihak yang tidak setuju , berpendapat bahwa euthanasia adalah

    pembunuhan terselubung, dan bertentangan dengan sumpahdokter untuk selalu memelihara kehidupan manusia.

    Pihak yang setuju, berpendapat bahwa euthanasia bolehdilakukan atas persetujuan pasien dan bertujuan untukmeringankan penderitaan pasien .

    Hal ini harus didasarkan perasaan kasihan terhadap merekayang sakit berat dan secara medis tidak mempunyai harapanuntuk pulih, serta adanya rasa hormat terhadap manusiadengan adanya suatu pilihan yang bebas sebagai hak asasimanusia. Kecuali, apabila pasien dalam keadaan tidak sadar,maka sekurang-kurangnya dokter harus meminta persetujuandari keluarga pasien.

    Dengan demikian kita akan sampai pada permasalahan lainyaitu tentang saat kematian, atau kapan pasien dianggapsudah meninggal, dan kapan semua bantuan medis dapat

    dihentikan.

    ISU ETIK PENTING: KEADAAN PENYAKIT & PENDERITAANNYA

    INCURABLE, NO HOPE OF RELIEF SEVERE SUFFERING

    VOLUNTER KOMPETENSI PASIEN DAN WELL-INFORMED ADVANCE DIRECTIVE PERNYATAAN SERIUS, BERULANG

    AKTIF ? PASIF ? TINDAKAN POSITIF HENTIKAN KEHIDUPAN ? PENGHENTIAN TINDAKAN / TERAPI:

    ORDINARY / EXTRAORDINARY TREATMENT ?

    CURE OR CARE

    ADVANCED DIRECTIVE

    TERDAPAT DUA KEMUNGKINAN: MENYATAKAN APA YANG

    DIKEHENDAKINYA APABILA SUATUSAAT IA KEHILANGANKOMPETENSINYA

    MENUNJUK SURROGATE DECISIONMAKER APABILA SUATU SAAT IAKEHILANGAN KOMPETENSINYA

    Ordinary vs Extraordinary ? Menghentikan semua tindakan medis yang

    extraordinary tanpa menghentikan tindakanyang ordinary masih dianggap sebagai tindakanyang pasif

    Tindakan yang extraordinary adalah semuatindakan medis, bedah atau obat-obatan yangtidak dapat diperoleh /dilakukan tanpa biayaberlebih, susah payah atau ketidaknyamanan,atau yang apabila dilakukan tidak menawarkanharapan perbaikan keadaan yang wajar

  • 5/27/2018 Euthanasia

    7/11

    27/06/2

    KeputusanMedis

    Keputusanetis

    Pilar Keputusan Klinis sehari2

    Dilemma Etika KasusEUTHANASIA

    Teori/Metodologi Etika

    Kaidah Dasar Moral oleh Childres dan Beauchamp

    Principles-Based Ethics / Principlism / Common-moralityethics. Ada 4 asas yang berposisi sentral dalam kasus etika

    medik (biomedik) Beneficence Nonmaleficence Autonomy Justice

    Keseimbangan ke-4 asas tersebut dalam pengambilankeputusan klinis

    Pustaka: Beaucamph & Childress, Principles of BiomedicalEthics, 2001, ed-5, Oxford

    Skema :

    Keputusan Klinis Berdasarkan Pertimbangan Etika

    Kasus MEDIS

    Beneficence

    Non Maleficence

    Justice

    Autonomy

    Keputusan

    Klinis

    KDB 1 (Beneficence)Kriteria Ada Tidak ada

    1.Menolong

    2.Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia

    3.Memandang pasien/keluarga dan sesuatu tak sejauhmenguntung dokter

    4.Mengusakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyakdibandingkan dengan keburukannya.

    5.Paternalisme bertanggung jawab/ kasih sayang

    6.Menjamin kehidupan baik minimal manusia

    7.Pembatasan Goal-Based

    8.Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasein

    9.Minimalisasi akibat buruk.

    10.Kewajiban menolong pasien gawat darurat -

    Kriteria Ada

    Tidak ada

    11. Menghargai

    12. Tidak menarik honorarium

    13.Maksimalisasi kepuasan tertinggi secarakeselurushan

    14.Mengembangkan profesi secara terus-menerus.

    15. Memberikan obat berkhasiat namun murah

    16. Menerapkan Golden Rule Principle

    KDB 2 (Non-maleficence)

    Kriteria Ada Tidak Ada

    1. Menolong pasien emergensi2. Kondisi untuk menggambarkan kriteria ini adalah:

    a.Pasien dalam keadaan berbahaya.

    b.Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan.

    c.Tindakan Kedokteran tadi terbukti efektif

    d.Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalamirisiko minimal).

    3. Mengobati pasien yang luka.

    4. Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia)

    5. Tidak menghina/caci maki.

    6. Tidak memandang pasien sebagai objek

    7.Mengobati secara tidak proporsional

    8.Tidak mencegah pasien secara berbahaya

    9.Menghindari misrepresentasi dari pasien

    10. Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian

    11. Tidak memberikan semangat hidup

    12. Tidak melindungi pasien dari serangan

    13.Tidak melakukan white collardalam bidang kesehatan

  • 5/27/2018 Euthanasia

    8/11

    27/06/2

    KDB 3 Autonomi

    Kriteria Ada Tidak Ada

    1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargaimartabat pasien.

    2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan(pada kondisi elektif)

    3. Berterus terang

    4. Menghargai privasi.

    5. Menjaga rahasia pribadi

    6. Menghargai rasionalitas pasien.

    7. Melaksanakan informed consent

    8. Membiarkann pasien dewasa dan kompeten mengambilkeputusan sendiri.

    9. TIdak mengintervensi atau meghalangi outonomi pasien.

    10. Mengcegah pihak lain mengintervensi pasien dan membuatkeputusan, termasuk, termasuk keluarga pasien sendiri.

    11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien padakasus non emergensi.

    12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikanpasien.

    13. Menjaga hubungan (kontrak)..

    KDB 4 Justice

    Kriteria Ada Tidak Ada

    1. Memberlakukan segala sesuatu secara universal

    2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ialakukan.

    3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisiyang sama.

    4. Menghargai hak sehat pasien (affordability,equality,accessibility,availability,quality)

    5. Menghargai hak hukum pasien.

    6. Menghargai hak orang lain.

    7. Menjaga kelompok yang rentan (yang paling dirugikan)

    8. Tidak melakukan penyalahgunaan.

    9. Bijak dalam makro alokasi.

    10. Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhanpasien

    11. Meminta partisipasi pasien seusai dengan kemampuan.

    12. Kewajiban mendistribusi keuntungan dan kerugian (biaya, beban., sanki) secara adil

    13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dankompeten.

    14. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasansah/tepat.

    15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/ggnkesehatan.

    16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status

    DillemaEtik

    SkemaDillema Etika :Keputusan KlinisBerdasarkanPertimbangan Etika

    Beneficence Nonmaleficence

    Justice

    A

    utonomy

    Kasus

    Medis

    Keputusan

    KlinisKeputusan

    Klinis

    Keputusan

    Klinis

    Contoh Kasus Dilema Etika

    Kasus-1:

    Seorang lansia yang tidak mau dibawa ke RS

    untuk dirawat oleh karena kondisinya semakinmenurun.

    Kasus-2:

    Laki-laki 12 tahun dengan perdarahan epidural

    (gegar otak) yang harus dioperasi, tapi orang tuatidak memiliki biaya operasi

    MORAL DILEMMA

    (Kasus Euthanasia)

    OTONOMI vs BENEFICENCE /NONMALEFICENCE

    HAK UNTUK TIDAK DIRESUSITASI

    HAK MEMILIH TERAPI MINIMAL

    HAK UNTUK MATI BERMARTABAT

    BENEFICENCE vs NONMALEFICENCE

    DOSIS PENGHILANG NYERI DAPAT MENEKANPUSAT NAFAS

    WITHHOLD & WITHDRAW KARENA ALASANFINANSIAL (RIGHT TO DIE OR DUTY TO DIE?)

    Metodologi Etika Klinikoleh Jonsen dan Siegler Clinical ethics / clinical analysis-based ethics / A PracticalApproach to Ethical Decisions in Clinical Medicine

    Pada kasus klinik apapun, ada 4 topik yang essensialdiperhatikan: Indikasi medik oleh dokter Preferensi pasien Mutu hidup Fitur-fitur kontekstrual yang ada kaitannya dengan kasus

    Aspek keluarga, sosial, ekonomi, budaya, hukum, agama,administrasi.

    Pustaka: Jonsen, A.R, Siegler, M., Winslade, W.J., 2002,Clinical Ethics,A Practical Approach to Ethical Dicision inClinical Medicine, McGraw-Hill.

  • 5/27/2018 Euthanasia

    9/11

    27/06/2

    Principles-based ethics Prima FacieT.Beauchamp & Childress (1994) & Veatch (1989)

    Beneficence

    Non Maleficence

    Autonomy

    Justice

    Contextual features

    Quality of life

    Clinical Decision

    Making

    Patients preference

    Medical indicationValue-based medicine

    EBM

    Aspek Legal Euthanasia

    Menurut Hukum di Indonesia

    Ps. 344 KUHP : Barangsiapa menghilangkan jiwa orang lain atas

    permintaan orang itu sendiri, yang disebutnya dengannyata dan dengan sungguh-sungguh dihukum penjaraselama-lamanya dua belas bulan.

    Ps. 345 KUHP : Barangsiapa dengan sengaja membujuk orang lain

    untuk membunuh diri, menolongnya dalam perbuatanitu, atau memberikan daya upaya itu jadi bunuh diri,dihukum penjara selama-lamanya empat tahun.

    Ps. 338 KUHP : Barangsiapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang

    lain, karena pembunuhan biasa, dihukum dengan hukumanpenjara selama-lamanya limabelas tahun.

    Ps. 340 KUHP : Barangsiapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu

    menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karenapembunuhan direncanakan (moord) dengan hukuman matiatau penjara selama-lamanya seumur hidup atau penjarasementara selama-lamanya duapuluh tahun.

    Ps. 359 KUHP : Barangsiapa karena salahnya menyebabkan matinya

    orang dihukum penjara selama-lamanya lima tahun ataukurungan selama-lamanya lima belas tahun

    PASAL 344 KUHP

    BARANGSIAPA MERAMPAS NYAWA

    ORANG LAIN ATAS PERMINTAAN ORANG

    ITU SENDIRI YANG JELAS DINYATAKAN

    DENGAN KESUNGGUHAN HATI, DIANCAM

    DENGAN PIDANA PENJARA PALING LAMA

    DUABELAS TAHUN

    Tinjauan Islam thd Euthanasia

    Hak Hidup

    Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israel, bahwa: barang siapayang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain,atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telahmembunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupanseorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusiasemuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan(membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara merekasesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di mukabumi. (QS-Al Maidah: 32)

    Hak hukum mati

    Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaandengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka,hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka barang siapa yangmendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan)mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf)membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula).

    Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suaturahmat. Barang siapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginyasiksa yang sangat pedih. (QS. AL-Baqarah : 178)

  • 5/27/2018 Euthanasia

    10/11

    27/06/2

    Euthanasia Aktif dan atau di luar kehendak

    Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar.Dan barang siapa dibunuh secara dzalim, maka sesungguhnyaKami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi

    janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh.Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.(QS. Al-Isra: 33)

    Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu sepertiorang-orang kafir (orang-orang munafik) itu, yangmengatakan kepada saudara-saudara mereka apabilamereka mengadakan perjalanan di muka bumi ataumereka berperang: "Kalau mereka tetap bersama-samakita tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh."

    Akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka) yangdemikian itu, Allah menimbulkan rasa penyesalan yangsangat di dalam hati mereka. Allah menghidupkan danmematikan. Dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan.(QS Ali Imran: 156)

    Euthanasia sukarela

    Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salingmemakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengansuka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamumembunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah MahaPenyayang kepadamu. (QS. An-Nisa : 29)

    AL QURAN

    Dan janganlah membunuh jiwa yang

    diharamkan Allah melainkan dengan suatu

    (alasan) yang benar (QS Al Isra, 17:33)

    Janganlah membunuh dirimu sendiri, karena

    sesungguhnya Allah Maha Penyayang

    kepadamu (QS Al-Nisa, 4:29)

    Allah tidak membebani seseorang melainkan

    sesuai dengan kemampuannya (QS Al-Baqarah, 2:286)

    PANDANGAN PEMUKA ETIKA

    KEDOKTERAN ISLAM

    there are no grounds for the

    justifiable killing of a terminally ill

    person, whether through

    voluntary active-euthanasia or

    physician assisted suicide in

    Islam.

    Dr. Abdulaziz Sachedina, University of Virginia, tanpa tahun

    Islamic law does not forbidwithdrawal of the futile anddisproportional treatment on thebasis of the consent of theimmediate family members whoact upon the professional adviceof the physician in charge of thecase.

    Dr. Abdulaziz Sachedina, University of Virginia, tanpa tahun

  • 5/27/2018 Euthanasia

    11/11

    27/06/2

    Kaidah hukum Islam la dharar wa ladhirar membenarkan pembiaran kematian

    secara alamiah. Walaupun petugas medis wajib

    menyediakan pelayanan medis sepanjangwaktu, tetapi tindakan medis dapatdihentikan jika menurut pendapatnya tipisatau nihil harapan bagi pasien untuksembuh

    Organization of the Islamic Conferences IslamicFiqh Academy: Resolutions and Recommendations(1406-1409H / 1985-1989 M)

    Islamic Medical Association

    When the treatment becomes

    futile, it ceases to be mandatoryThe basic human rights of

    hydration, nutrition, nursing, pain

    relief cannot be withheld.

    Bagaimana dengan Artificial Nutrition and Hydration ?

    ISLAMIC CODE OF MEDICAL

    ETHICS (Kuwait, 1981) Mercy killing, like suicide, finds no support

    except in the atheistic way of thinking that

    believes that our life on this earth is

    followed by void.

    The claim of killing for painful hopeless

    illness is also refuted, for there is no

    human pain that cannot be largely

    conquered by medication or by suitableneurosurgery.