Upload
lulufandy
View
66
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
euthanasia
Citation preview
5/27/2018 Euthanasia
1/11
27/06/2
PERMASALAHAN
ETIKOMEDIKOLEGAL DAN
TINJAUAN ISLAM
TERHADAP EUTHANASIADirwan Suryo Soularto
Fakultas Kedokteran
UMY - 2011
Tujuan pembelajaran Setelah membaca materi diharapkan dapat
memahami permasalahan etikomedikolegaldan tinjauan Islam terhadap euthanasia,
mencakup : Pengertian mati dan euthanasia.
Perbedaan euthanasia pasif dan aktif.
Aspek etikomedikolegal euthanasia
Identifikasi nilai moral dan hukum Islam terhadapeuthanasia.
Membandingkan macam-macam euthanasia darisudut pandang Al Quran dan hadist
Contoh Kasus Euthanasia
Pemberian obat analgetik kepada pasien penderita kankerganas pada tahap akhir (metastase) yang tidak dapatdisembuhkan lagi dengan obat apapun, dengan tujuan agarpasien tidak terlalu berat menderita sakit akibat kanker.
Tindakan ini seringkali disebut sebagai euthanasia tidaklangsung. Disebut euthanasia karena dengan memberikan pil-pil analgetik semacam itu sedikitnya dapat mempercepatdatangnya kematian. Disebut tidak langsung, karena kematianpasien sebenarnya tidak dikehendaki tenaga medis yangmemberikan pil itu. Pemberian pil itu tetap dikategorikan sebagaiusaha perawatan dan pengobatan yang terbaik, yang sesuaidengan perikemanusiaan.
Contoh 2 :
Penghentian atau pencegahan penggunaan cara-cara perawatan atau pengobatan yang luar biasa.Misalnya : pasien yang menderita kerusakan ginjalmenolak usaha tenaga medis untuk mencuci darahatau menerima ginjal baru, karena ia yakin bahwacara luar biasa itu akan membawa bebanfinansial yang terlalu berat bagi keluarganya.Dalam hal ini, tenaga medis harus menghormatikeputusan pasien, walaupun hal itu akanmengakibatkan kematian pasien.
Contoh 3 :
Bayi B lahir premature di RS Daerah dan ibunya di rawat diRuang Kelas III. Keadaan bayi B dangat buruk mengalamiRespiratory Distress Syndrom (RDS) dengan frekuensi nafas
yang tidak teratur dan memerlukan tindakan bantuan nafas yangterus menerus serta observasi ketat.
Bayi B telah 2 hari dirawat di ruang NICU (Neonatus IntensiveCare Unit) dan memerlukan biaya perawatan yang besar.Orangtua bayi tidak mampu, bahkan obat-obatan yangdibutuhkan selama proses perawatan juga sering tidak dapattersedia karena tidak ada biaya.
Pada saat bayi memerlukan pemer iksaan diagnostik yangsegera, ternyata biayanya juga cukup besar. Orangtua bayitidak sanggup menyediakan biaya pemeriksaan dengan segera.Perawat memberi saran agar orangtua bayi B membuatpernyataan bahwa biaya pemeriksaan dan perawatan akandibayar kemudian.
Contoh 4 :
Tn. A (55) dirawat di ruang ICU dengan perdarahan otak. Kesadaran koma,dipasang ventilator karena mengalami respiratory failure,juga dipasang infus danNGT. Setelah satu minggu , keluarganya menanyakan keadaan Tn. A yangmenurut pengamatannya belum ada perubahan membaik.
Dr. B hanya menjawab bahwa ventilator, infus, dan NGT sangat diperlukan olehTn. A, dan keadaannya sulit untuk disembuhkan hanya tinggal menunggu muji jat.
Atas jawaban dr. B, tampak keluarga pasien terdiam dan pasrah. Kemudian, dr. Bmenulis instruksi di status pasien : DNR (do not resuscitation), dan secara lisanberpesan pada penanggungjawab shift dan perawat yang bertugas merawat Tn. Auntuk menurunkan modul ventilator setiap harinya.
Oleh karena tidak ada perawat yang tega untuk menurunkan modul ventilator,maka Tuan X salah satu keluarganya yang kebetulan dokter yang melakukannyadan denyut jantung Tn. A mulai menurun. Keesokan harinya penurunan modulventilator dilanjutkan. Pada saat shift sore Tn. A meninggal, tetapi sebelumnyatetap dilakukan resusitasi. Peristiwa tersebut di atas, disebut tindakankedokteran defensif seperti yang juga dilakukan di negara lain.
Dalam kasus ini apakah terjadi euthanasia pasif? Apakah tindakan Tuan X dapatdibenarkan menurut pandangan etik dan hukum, bukankah di satu sisi iamelaksanakan instruksi dokter (menurunkan ventilator), pada sisi l ain melanggarinstruksi dokter (DNR). Sipakah yang bertanggung jawab atas kematian Tn. A
5/27/2018 Euthanasia
2/11
27/06/2
Contoh 5 :
Tn. X (65 th) pasien dr. NK dirawat di ICCU dengan diagnosa COPD AsthmaBronchiale. Pasien sudah berulangkali di rawat dengan penyakit yang sama.Selama 3 hari perawatan di ICCU tersebut, kondisi pasien sakit berat. Napassangat sesak, sangat gelisah dan sulit tidur,sehingga pasien merasa lebihnyaman dalam posisi duduk sambil memeluk bantal.
Dari hasil pemantauan, pasien hanya dapat tidur sekitar 1-2 jam/ hari denganposisi duduk dengan infus terpasang Dextrose 5 % + 1 ampul Aminophylin 10-12 tetes/menit. Untuk mengurangi sesak nafasnya,pasien diberi terapi uap
(nebulizer) dan obat untuk mengurangi sesak 3 kali sehari dan jika perlu denganextra nebulizer.
Pada shift sore hari ke-4, Tn.P, perawat senior yang bertugas merawat Tn.X,menghubungi dr.NK karena nafas pasien sangat sesak, sangat gelisah,dankadang-kadang berteriak-teriak. Instruksi dari dr.NK adalah menaikkan tetesaninfus dan melakukan nebulizer.
Setelah 1 jam dil akukan tindakan & observasi ternyata tidak menolong dan tidakada perubahan, sehingga Tn.P kembali menghubungi dr.NK dan dr.NKmengatakan akan datang. Setelah tiba di rumah sakit, dr.NK didampingi Tn.P,menjelaskan kepada istri dan anak Tn.X bahwa penyakit Tn.X tidak akansembuh dan pemberian obat-obatan serta terapi uap tidak dapat menolong.Diberitahukan pula oleh dr.NK bahwa pasien akan diberi obat agar dapat tidur.
Respon dari keluarga pasien ternyata menerima dan pasrah,jika suami/ ayah mereka meninggal. Kemudian,dr.NKmenginstruksikan kepada Tn.P untuk memberikan Diazepam 10mg (1 ampul) intravena pelan-pelan. Tn. P menyadari bahwaefek samping pemberian diazepam adalah depresi pusatpernafasan, mengakibatkan henti nafas, dan meninggal. Akantetapi, sesuai instruksi dr, Tn.P melaksanakannya, dan 15 menit
kemudian pasien tampak tidak berdaya dan pasien dibaringkandalam posisi terlentang. Kurang lebih 30 menit berikutnyapernapasan pasien lambat, denyut jantung menurun, pasienmengalami penurunan kesadaran.
Dalam kondisi seperti ini, Tn. P beserta perawat lain melakukantindakan bantuan hidup dasar sebagai FORMALITAS agarkeluarga pasien tidak curiga atau complain dengan tindakanvalium yang diberikan, akhirnya pasien meninggal dunia.
PANDANGAN
MEDIKOLEGAL TENTANG
MATI
Pengertian
Kriteria
Uji Penentuan
SHARIAH ISLAM
(1) the reality of death according to the sharia
is the separation of the soul from the body;
(2) the reality of the separation of the soul
from the body is such that the soul remains
in no part of the body, and hence no part of
the body contains any life.
Dr. Bakr Abu Zaid's (1) F iqh an-Nawazil (2) (Vol. 1, pp. 215-236,Article No. 4, printed by Maktabah ar-Rushd, Riyad, 1407).
KEMATIAN
BUKAN SATU TITIK, TETAPI SUATUPROSES MELALUI TAHAPAN: MATI KLINIS
DAPAT DIRESUSITASI
MATI OTAK TAHAP: SEREBRAL, SEREBELUM, BATANG OTAK
MATI BIOLOGIS
MATI SELULER
HUKUM UMUMNYA MENGIKUTIPENDAPAT KEDOKTERAN
Aspek Medik Mati
Sejak dikembangkannya tehnik resusitasi jantung-paru-otak, maka terjadi perubahan definisi matidengan berbagai istilah sebagai berikut : Mati klinis (clinical death): keadaan henti nafas atau tidak
ada pernafasan spontan dan henti jantung yang menghentikanseluruh aktivitas selebral, tetapi bersifat tidak ireversibel.
Mati cerebral (cerebral death, cortical death): kerusakanireversibel dari serebrum, terutama neokorteks dan struktursupratentorial lainnya, tetapi medulla tetap baik.
Mati otak(brain death): kematian serebral yang disertainekrosis keseluruhan otak termasuk serebrum, mid brain, danbatang otak.
Mati batang otak(brain stem death): kematian dari batangotak yang berfungsi mengatur fungsi vital, terutamapernafasan
5/27/2018 Euthanasia
3/11
27/06/2
Mati secara biologis (biological death, panorganic death): keadaan kematian yang tidak dapat dielakkan setelah suatu kematian
klinis bila tidak dilakukan resusitasi jantung-paru-otak atau bila usaharesusitasi telah menyerah.
merupakan proses autolitik pada semua jaringan yang dimulai darisel neuron yang menjadi nekrotik dalam waktu satu jam tanpaadanya sirkulasi, diikuti dengan jantung, ginjal, paru, dan liver yangmenjadi nekrotik dalam waktu dua jam setelah tidak adanya sirkulasi,dan terakhir kulit menjadi nekrotik dalam beberapa jam atau hari.
Social death : suatu PVS (persistent vegetative state)yangmenunjukkan kerusakan otak irreversibel yang berat pada pasienyang tidak sadar dan tidak responsive, tetapi masih ada aktivitasEEG, beberapa refleks, dan mampu untuk bernafas spontan.
Penghentian resusitasi sebagai bantuan medis adalah bilapasien dalam keadaan mati otak (brain death). Jadi, padakeadaan ini pasien sudah dianggap mati.
MATI KLINIS
HENTI NAFAS + JANTUNG-SIRKULASI
DENGAN BERHENTINYA AKTIVITAS
OTAK, TETAPI TIDAK IREVERSIBEL
PADA KEMATIAN KLINIS DAPAT
DILAKUKAN RESUSITASI JANTUNG
PARU, DAN DAPAT DIIKUTI DENGAN
PEMULIHAN SEMUA FUNGSI
SOENATRIO, 2004
MATI SEREBRAL
DAN MATI OTAK
MATI SEREBRAL = KERUSAKAN IREVERSIBELSEREBRUM, TERUTAMA NEOKORTEKS
EEG TENANG
MATI OTAK = MATI SEREBRAL + NEKROSISSISA BAGIAN OTAK LAIN, TERMASUK
SEREBELUM, OTAK TENGAH DAN BATANG
OTAK
SEMUA REFLEKS SARAF OTAK NEGATIF
USAHA NAFAS SPONTAN NEGATIF
SOENATRIO, 2004
MATI SOSIAL
STATUS VEGETATIF YG MENETAP(persistent vegetative state), SINDROMAAPALIKA
KERUSAKAN OTAK BERAT IREVERSIBEL
TETAP TIDAK SADAR DAN TIDAKRESPONSIF, TETAPI EEG AKTIF DANBEBERAPA REFLEKS POSITIF
MUNGKIN TERDAPAT DAUR SADAR-TIDUR
SOENATRIO, 2004
MATI BIOLOGISJARINGAN DAN SELULER
SELALU MENGIKUTI MATI KLINIS BILATIDAK ADA RESUSITASI JANTUNG PARU
KEMATIAN JARINGAN BERBEDA PADABERBAGAI ORGAN, DENGAN URUTAN : OTAK
JANTUNG
GINJAL
PARU
HATI
SOENATRIO, 2004
MASALAH ETIKOMEDIKOLEGAL
KEMATIAN
KAPANKAH SESEORANG DAPATDINYATAKAN MENINGGAL
APAKAH KRITERIANYA
BAGAIMANAKAH PROSEDUR / UJI
PENENTUANNYA?
KEGAGALAN MENENTUKAN WAKTU KEMATIAN,
TINDAKAN MEDIK DAPAT BERSIFAT MEMBUNUH
ATAU SIA-SIA
5/27/2018 Euthanasia
4/11
27/06/2
Di Indonesia, Pernyataan IDI Tentang Mati (Lampiran Surat
Keputusan PB IDI No. : 231/PB/A.4/07/90 merumuskan,
bahwa seseorang dinyatakan mati , jika :
fungsi spontan pernapasan dan jantung telah
berhenti secara pasti atau irreversible, atau
bila terbukti telah terjadi kematian batang otak.
PB IDI:P.P. No 18 TAHUN 1981
meninggal dunia adalah keadaan
insani yang diyakini oleh ahli
kedokteran yang berwenangbahwa fungsi otak, pernafasan
dan atau denyut jantung
seseorang telah berhenti
BAGAIMANA BILA PASIEN DALAM DUKUNGANPERALATAN PENUNJANG KEHIDUPAN ?
KRITERIA MATI
BERHENTINYA SISTEM PERNAFASANDAN KARDIOVASKULER YGIRREVERSIBLE BUKTI HENTI NAFAS SELAMA MIN 20 MENIT
BUKTI HENTI JANTUNG DAN SIRKULASI PERLUKAH BUKTI IRREVERSIBILITAS DENGAN
MELAKUKAN CPR ?
MATINYA BATANG OTAK PADA KASUS PEMBUKTIAN CARA PERTAMA
TIDAK DAPAT DILAKUKAN BUKTI FUNGSI BATANG OTAK
REFLEKS, NAFAS SPONTAN, DLL
DIAGNOSIS M.B.O.
PRASYARAT:
PASIEN KOMA DENGAN VENTILATOR
DIAGNOSIS + KERUSAKAN STRUKTURAL
OTAK YANG MENYEBABKAN KOMA
EKSKLUSI:
Ec OBAT-OBATAN
HIPOTERMIA
GGN METABOLIK
TES: REFLEKS BATANG OTAK NEGATIF
SOENATRIO, 2004
TES BATANG OTAK
TAK BOLEH ADA: POSTUR ABNORMAL(DESEREBRASI , DEKORTIKASI), TIDAK ADA
REFLEKS OKULO-SEFAL ATAU KEJANG
TES REFLEKS BATANG OTAK
TAK ADA RESPONS CAHAYA
TAK ADA REFLEKS KORNEA
TAK ADA REFLEKS VESTIBULO-OKULER
TAK ADA RESPONS MOTOR DALAM DISTRIBUSI
SARAF KRANIAL THD RANGSANG ADEKUAT PADA
AREA SOMATIK
TAK ADA REFLEKS MUNTAH, REFLEKS BATUK
SOENATRIO, 2004
TES BATANG OTAK
TES HENTI NAFAS: PREOKSIGENISASI DENGAN 100% O2 SELAMA 10
MENIT
BERI 5% CO2 DALAM 95% O2 SELAMA 5 MENITBERIKUTNYA UNTUK MENJAMIN PaCO2AWAL: 53 kPa(40 Torr)
LEPASKAN PASIEN DARI VENTILATOR.
INSUFLASIKAN TRAKEA DENGAN 100% O2: 6L/MENITMELALUI KATETER INTRATRAKEAL LEWAT KARINA
LEPAS DARI VENTILATOR SELAMA 10 MENIT
PERIKSA PaCO2AKHIR
5/27/2018 Euthanasia
5/11
27/06/2
PANDANGAN PROFESI
SAAT INI ? MASIHKAH KITA MENYEPAKATI DEFINISI
MATI BATANG OTAK DAN
MENGANUTNYA SEBAGAI SAATKEMATIAN YANG TEPAT (setelah
memperoleh pengalaman selama ini)?
PENGERTIAN ?
TATA CARA PENGUJIAN ?
PENOLAKAN PROFESI ?
PENOLAKAN MASYARAKAT ?
Pengertian Euthanasia
Euthanatos (Yunani) eu + thanatos
Harfiah :
Good death atau easy death atau mercy killing
Membiarkan sesorang mati dengan baik
Tindakan mengakhiri hidup seseorang atas
dasar kasihan karena menderita penyakit,
kecideraan atau ketidakberdayaan yang tidak
mempunyai harapan lagi untuk sembuh
The mercy killing of the hoplessly ill , injured or
incapacitated
Esensi Euthanasia :
Tindakan tersebut, baikpositive actmaupunnegative act, mengakibatkan kematian
Dilakukan pada saat yang bersangkutan masihdalam keadaan hidup
Penyakitnya tidak ada harapan lagi untuk
disembuhkan dan sudah berada dalam stadiumterminal
Motifnya karena yang melakukan merasa kasihan
melihat penderitaan yang berkepanjangan
Tujuannya untuk mengakhiri penderitaan
EUTHANASIA
SENGAJA MELAKUKAN TINDAKANYANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN
UNTUK MENGHENTIKANPENDERITAAN
Macam Euthanasia
Berdasarkan cara melakukan : Euthanasia aktif
Euthanasia pasif
Berdasarkan orang yang membuat
keputusan untuk mati :
Voluntary euthanasia
Involuntary euthanasia
Physician-Assited suicdie
EUTHANASIA AKTIF vs PASIF
AKTIF BERARTI SENGAJA MELAKUKANTINDAKAN POSITIF UNTUK
MENGHENTIKAN KEHIDUPAN
PASIF BERARTI TIDAK MELAKUKAN
TINDAKAN POSITIF UNTUK
MENGHENTIKAN KEHIDUPAN,
SEDANGKAN KEMATIAN TERJADI
KARENA PENYAKITNYA / ALAMIAH
WITHHOLDING AND WITHDRAWING LIFE-SUPPORT
5/27/2018 Euthanasia
6/11
27/06/2
VOLUNTER vs INVOLUNTER
VOLUNTER BERARTI PASIEN DENGANBEBAS MEMBERIKAN PERSETUJUAN
ATAU MEMINTANYA
INVOLUNTER BERARTI TIDAK SECARABEBAS MEMBERIKAN PERSETUJUAN,ATAU TIDAK DAPAT MEMBERIKANPERSETUJUAN TAPI DIDUGAMENYETUJUINYA(misalnya pada kasus T. Schiavo ?)
Aspek Etika Euthanasia
Menurut Kode Etik Kedokteran Indonesia,
istilah euthanasia digunakan dalam tiga arti,yaitu : Berpindahnya ke alam baka dengan tenang dan
aman, tanpa penderitaan, untuk yang berimandengan nama Allah dibibir;
Ketika hidup berakhir, penderitaan si sakit yangdiringankan dengan memberikan obat penenang;
Mengakhiri penderitaan dan hidup seseorang yangsakit dengan sengaja atas permintaannya sendiridan keluarganya.
Pro dan kontra terhadap pelaksanaan euthanasia, yaitu : Pihak yang tidak setuju , berpendapat bahwa euthanasia adalah
pembunuhan terselubung, dan bertentangan dengan sumpahdokter untuk selalu memelihara kehidupan manusia.
Pihak yang setuju, berpendapat bahwa euthanasia bolehdilakukan atas persetujuan pasien dan bertujuan untukmeringankan penderitaan pasien .
Hal ini harus didasarkan perasaan kasihan terhadap merekayang sakit berat dan secara medis tidak mempunyai harapanuntuk pulih, serta adanya rasa hormat terhadap manusiadengan adanya suatu pilihan yang bebas sebagai hak asasimanusia. Kecuali, apabila pasien dalam keadaan tidak sadar,maka sekurang-kurangnya dokter harus meminta persetujuandari keluarga pasien.
Dengan demikian kita akan sampai pada permasalahan lainyaitu tentang saat kematian, atau kapan pasien dianggapsudah meninggal, dan kapan semua bantuan medis dapat
dihentikan.
ISU ETIK PENTING: KEADAAN PENYAKIT & PENDERITAANNYA
INCURABLE, NO HOPE OF RELIEF SEVERE SUFFERING
VOLUNTER KOMPETENSI PASIEN DAN WELL-INFORMED ADVANCE DIRECTIVE PERNYATAAN SERIUS, BERULANG
AKTIF ? PASIF ? TINDAKAN POSITIF HENTIKAN KEHIDUPAN ? PENGHENTIAN TINDAKAN / TERAPI:
ORDINARY / EXTRAORDINARY TREATMENT ?
CURE OR CARE
ADVANCED DIRECTIVE
TERDAPAT DUA KEMUNGKINAN: MENYATAKAN APA YANG
DIKEHENDAKINYA APABILA SUATUSAAT IA KEHILANGANKOMPETENSINYA
MENUNJUK SURROGATE DECISIONMAKER APABILA SUATU SAAT IAKEHILANGAN KOMPETENSINYA
Ordinary vs Extraordinary ? Menghentikan semua tindakan medis yang
extraordinary tanpa menghentikan tindakanyang ordinary masih dianggap sebagai tindakanyang pasif
Tindakan yang extraordinary adalah semuatindakan medis, bedah atau obat-obatan yangtidak dapat diperoleh /dilakukan tanpa biayaberlebih, susah payah atau ketidaknyamanan,atau yang apabila dilakukan tidak menawarkanharapan perbaikan keadaan yang wajar
5/27/2018 Euthanasia
7/11
27/06/2
KeputusanMedis
Keputusanetis
Pilar Keputusan Klinis sehari2
Dilemma Etika KasusEUTHANASIA
Teori/Metodologi Etika
Kaidah Dasar Moral oleh Childres dan Beauchamp
Principles-Based Ethics / Principlism / Common-moralityethics. Ada 4 asas yang berposisi sentral dalam kasus etika
medik (biomedik) Beneficence Nonmaleficence Autonomy Justice
Keseimbangan ke-4 asas tersebut dalam pengambilankeputusan klinis
Pustaka: Beaucamph & Childress, Principles of BiomedicalEthics, 2001, ed-5, Oxford
Skema :
Keputusan Klinis Berdasarkan Pertimbangan Etika
Kasus MEDIS
Beneficence
Non Maleficence
Justice
Autonomy
Keputusan
Klinis
KDB 1 (Beneficence)Kriteria Ada Tidak ada
1.Menolong
2.Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3.Memandang pasien/keluarga dan sesuatu tak sejauhmenguntung dokter
4.Mengusakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyakdibandingkan dengan keburukannya.
5.Paternalisme bertanggung jawab/ kasih sayang
6.Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7.Pembatasan Goal-Based
8.Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasein
9.Minimalisasi akibat buruk.
10.Kewajiban menolong pasien gawat darurat -
Kriteria Ada
Tidak ada
11. Menghargai
12. Tidak menarik honorarium
13.Maksimalisasi kepuasan tertinggi secarakeselurushan
14.Mengembangkan profesi secara terus-menerus.
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
16. Menerapkan Golden Rule Principle
KDB 2 (Non-maleficence)
Kriteria Ada Tidak Ada
1. Menolong pasien emergensi2. Kondisi untuk menggambarkan kriteria ini adalah:
a.Pasien dalam keadaan berbahaya.
b.Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan.
c.Tindakan Kedokteran tadi terbukti efektif
d.Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalamirisiko minimal).
3. Mengobati pasien yang luka.
4. Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia)
5. Tidak menghina/caci maki.
6. Tidak memandang pasien sebagai objek
7.Mengobati secara tidak proporsional
8.Tidak mencegah pasien secara berbahaya
9.Menghindari misrepresentasi dari pasien
10. Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian
11. Tidak memberikan semangat hidup
12. Tidak melindungi pasien dari serangan
13.Tidak melakukan white collardalam bidang kesehatan
5/27/2018 Euthanasia
8/11
27/06/2
KDB 3 Autonomi
Kriteria Ada Tidak Ada
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargaimartabat pasien.
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan(pada kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi.
5. Menjaga rahasia pribadi
6. Menghargai rasionalitas pasien.
7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkann pasien dewasa dan kompeten mengambilkeputusan sendiri.
9. TIdak mengintervensi atau meghalangi outonomi pasien.
10. Mengcegah pihak lain mengintervensi pasien dan membuatkeputusan, termasuk, termasuk keluarga pasien sendiri.
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien padakasus non emergensi.
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikanpasien.
13. Menjaga hubungan (kontrak)..
KDB 4 Justice
Kriteria Ada Tidak Ada
1. Memberlakukan segala sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ialakukan.
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisiyang sama.
4. Menghargai hak sehat pasien (affordability,equality,accessibility,availability,quality)
5. Menghargai hak hukum pasien.
6. Menghargai hak orang lain.
7. Menjaga kelompok yang rentan (yang paling dirugikan)
8. Tidak melakukan penyalahgunaan.
9. Bijak dalam makro alokasi.
10. Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhanpasien
11. Meminta partisipasi pasien seusai dengan kemampuan.
12. Kewajiban mendistribusi keuntungan dan kerugian (biaya, beban., sanki) secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dankompeten.
14. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasansah/tepat.
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/ggnkesehatan.
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status
DillemaEtik
SkemaDillema Etika :Keputusan KlinisBerdasarkanPertimbangan Etika
Beneficence Nonmaleficence
Justice
A
utonomy
Kasus
Medis
Keputusan
KlinisKeputusan
Klinis
Keputusan
Klinis
Contoh Kasus Dilema Etika
Kasus-1:
Seorang lansia yang tidak mau dibawa ke RS
untuk dirawat oleh karena kondisinya semakinmenurun.
Kasus-2:
Laki-laki 12 tahun dengan perdarahan epidural
(gegar otak) yang harus dioperasi, tapi orang tuatidak memiliki biaya operasi
MORAL DILEMMA
(Kasus Euthanasia)
OTONOMI vs BENEFICENCE /NONMALEFICENCE
HAK UNTUK TIDAK DIRESUSITASI
HAK MEMILIH TERAPI MINIMAL
HAK UNTUK MATI BERMARTABAT
BENEFICENCE vs NONMALEFICENCE
DOSIS PENGHILANG NYERI DAPAT MENEKANPUSAT NAFAS
WITHHOLD & WITHDRAW KARENA ALASANFINANSIAL (RIGHT TO DIE OR DUTY TO DIE?)
Metodologi Etika Klinikoleh Jonsen dan Siegler Clinical ethics / clinical analysis-based ethics / A PracticalApproach to Ethical Decisions in Clinical Medicine
Pada kasus klinik apapun, ada 4 topik yang essensialdiperhatikan: Indikasi medik oleh dokter Preferensi pasien Mutu hidup Fitur-fitur kontekstrual yang ada kaitannya dengan kasus
Aspek keluarga, sosial, ekonomi, budaya, hukum, agama,administrasi.
Pustaka: Jonsen, A.R, Siegler, M., Winslade, W.J., 2002,Clinical Ethics,A Practical Approach to Ethical Dicision inClinical Medicine, McGraw-Hill.
5/27/2018 Euthanasia
9/11
27/06/2
Principles-based ethics Prima FacieT.Beauchamp & Childress (1994) & Veatch (1989)
Beneficence
Non Maleficence
Autonomy
Justice
Contextual features
Quality of life
Clinical Decision
Making
Patients preference
Medical indicationValue-based medicine
EBM
Aspek Legal Euthanasia
Menurut Hukum di Indonesia
Ps. 344 KUHP : Barangsiapa menghilangkan jiwa orang lain atas
permintaan orang itu sendiri, yang disebutnya dengannyata dan dengan sungguh-sungguh dihukum penjaraselama-lamanya dua belas bulan.
Ps. 345 KUHP : Barangsiapa dengan sengaja membujuk orang lain
untuk membunuh diri, menolongnya dalam perbuatanitu, atau memberikan daya upaya itu jadi bunuh diri,dihukum penjara selama-lamanya empat tahun.
Ps. 338 KUHP : Barangsiapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang
lain, karena pembunuhan biasa, dihukum dengan hukumanpenjara selama-lamanya limabelas tahun.
Ps. 340 KUHP : Barangsiapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu
menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karenapembunuhan direncanakan (moord) dengan hukuman matiatau penjara selama-lamanya seumur hidup atau penjarasementara selama-lamanya duapuluh tahun.
Ps. 359 KUHP : Barangsiapa karena salahnya menyebabkan matinya
orang dihukum penjara selama-lamanya lima tahun ataukurungan selama-lamanya lima belas tahun
PASAL 344 KUHP
BARANGSIAPA MERAMPAS NYAWA
ORANG LAIN ATAS PERMINTAAN ORANG
ITU SENDIRI YANG JELAS DINYATAKAN
DENGAN KESUNGGUHAN HATI, DIANCAM
DENGAN PIDANA PENJARA PALING LAMA
DUABELAS TAHUN
Tinjauan Islam thd Euthanasia
Hak Hidup
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israel, bahwa: barang siapayang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain,atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telahmembunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupanseorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusiasemuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan(membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara merekasesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di mukabumi. (QS-Al Maidah: 32)
Hak hukum mati
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaandengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka,hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka barang siapa yangmendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan)mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf)membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula).
Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suaturahmat. Barang siapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginyasiksa yang sangat pedih. (QS. AL-Baqarah : 178)
5/27/2018 Euthanasia
10/11
27/06/2
Euthanasia Aktif dan atau di luar kehendak
Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar.Dan barang siapa dibunuh secara dzalim, maka sesungguhnyaKami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi
janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh.Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.(QS. Al-Isra: 33)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu sepertiorang-orang kafir (orang-orang munafik) itu, yangmengatakan kepada saudara-saudara mereka apabilamereka mengadakan perjalanan di muka bumi ataumereka berperang: "Kalau mereka tetap bersama-samakita tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh."
Akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka) yangdemikian itu, Allah menimbulkan rasa penyesalan yangsangat di dalam hati mereka. Allah menghidupkan danmematikan. Dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan.(QS Ali Imran: 156)
Euthanasia sukarela
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salingmemakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengansuka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamumembunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah MahaPenyayang kepadamu. (QS. An-Nisa : 29)
AL QURAN
Dan janganlah membunuh jiwa yang
diharamkan Allah melainkan dengan suatu
(alasan) yang benar (QS Al Isra, 17:33)
Janganlah membunuh dirimu sendiri, karena
sesungguhnya Allah Maha Penyayang
kepadamu (QS Al-Nisa, 4:29)
Allah tidak membebani seseorang melainkan
sesuai dengan kemampuannya (QS Al-Baqarah, 2:286)
PANDANGAN PEMUKA ETIKA
KEDOKTERAN ISLAM
there are no grounds for the
justifiable killing of a terminally ill
person, whether through
voluntary active-euthanasia or
physician assisted suicide in
Islam.
Dr. Abdulaziz Sachedina, University of Virginia, tanpa tahun
Islamic law does not forbidwithdrawal of the futile anddisproportional treatment on thebasis of the consent of theimmediate family members whoact upon the professional adviceof the physician in charge of thecase.
Dr. Abdulaziz Sachedina, University of Virginia, tanpa tahun
5/27/2018 Euthanasia
11/11
27/06/2
Kaidah hukum Islam la dharar wa ladhirar membenarkan pembiaran kematian
secara alamiah. Walaupun petugas medis wajib
menyediakan pelayanan medis sepanjangwaktu, tetapi tindakan medis dapatdihentikan jika menurut pendapatnya tipisatau nihil harapan bagi pasien untuksembuh
Organization of the Islamic Conferences IslamicFiqh Academy: Resolutions and Recommendations(1406-1409H / 1985-1989 M)
Islamic Medical Association
When the treatment becomes
futile, it ceases to be mandatoryThe basic human rights of
hydration, nutrition, nursing, pain
relief cannot be withheld.
Bagaimana dengan Artificial Nutrition and Hydration ?
ISLAMIC CODE OF MEDICAL
ETHICS (Kuwait, 1981) Mercy killing, like suicide, finds no support
except in the atheistic way of thinking that
believes that our life on this earth is
followed by void.
The claim of killing for painful hopeless
illness is also refuted, for there is no
human pain that cannot be largely
conquered by medication or by suitableneurosurgery.