Hydrolethalus Syndrom

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sindroma H jantung anak

Citation preview

Hydrolethalus Syndrom

Hydrolethalus syndrom (HLS) merupakan sindrom malformasi fetus yang berat ditandai dengan anomali perkembangan yang multipel, termasuk malformasi sistem saraf pusat (SSP) seperti hidrosefalus dan tidak adanya struktur garis tengah otak, mikrognatia, kelainan lobus paru dan polidaktili. Secara mikroskopis ditemukan kelainan korteks cerebri yang imatur, abnormalitas pada sel glia dan hamartoma hipotalamus. HLS disebabkan karena substitusi asam aspartat oleh glisin pada protein HYLS I, yang fungsinya belum diketahui. HLS diturunkan secara autosomal resesif yang menyebabkan bayi meninggal saat atau beberapa saat setelah dilahirkan. Polihidramnion adalah salah satu tanda khas HLS dengan jumlah cairan amnion mencapai 8 liter, dimana normalnya, jumlah jumlah cairan amnion antara 0,5 sampai 1 liter. Dulu, banyak fetus dengan HLS yang dilahirkan, namun beberapa infant hidup dari beberapa menit hingga hari. Saat ini HLS dapat didiagnosis in utero dengan ultrasound scan. Karena parahnya malformasi, kebanyakan keluarga memilih untuk mengakhiri kandungannya.Abnormalitas SSP paling sering ditemukan pada HLS adalah hidrosefalus, dengan kasus ekstrem mencapai 2100 ml cairan. Beberapa kasus dengan anencefali juga ditemukan. Tidak didapatkan kasus dengan holoproensefali dengan hanya satu hemisfer otak.Pada kasus-kasus tipikal dengan hidrosefalus, hemisfer dipisahkan dan terletak pada dasar tengkorak. Struktur garis tengah bagian atas, termasuk corpus callosum dan septum pellucidum tidak ada. Beberapa jenis occipitoschisis ditemukan beberapa kali, membentuk celah pada dasar tengkorak pada garis tengah tulang occipital dan membentuk lekukan seperti lubang kunci. Pada beberapa kasus, pituitari atau saraf olfaktorius tidak ada. Bentuk girus otak tidak normal. Diperkirakan bahwa perluasan hidrosefalus yang cepat mungkin menyebabkan defek perkembangan craniofacial.Pada craniofacial, temuan yang paling sering ialah mikrognatia, yaitu mandibula yang kecil, terkadang rudimenter. Celah bibir atau palatum juga ditemukan, selain itu juga malformasi pada lidah, hidung, telinga dan mata. Pada mata, hipoplasia pada saraf optik juga ditemukan. Pada ekstremitas, polidaktili sering didapatkan. Polidaktili yaitu jumlah jari tangan atau kaki yang melebihi normal, biasanya postaxial pada tangan dan preaxial pada kaki. Duplikasi ibu jari kaki merupakan tanda khas pada kaki. Abnormalitas lain yang ditemukan pada ekstremitas, contohnya deformitas club-foot-like dan lengan dan kaki pendek yang abnormal.Sekitar setengah dari kasus yang dilaporkan mempunyai kelainan jantung kongenital, temuan utama adalah defek septum ventrikel yang besar. Organ pernapasan, faring dan trakea kadang dilaporkan terdapat abnormalitas. Pada beberapa kasus, lobulasi paru tidak lengkap atau tidak ada sama sekali. Ada kasus dengan abnormalitas ringan pada genitalia, tetapi jenis kelamin dapat dibedakan.

Gambar 1. Bayi dengan hydrolethalus syndrome

Daftar Pustaka

Honkala H., Lahtela J., Fox H., Gentile M., Pakkasjarvi N., Salonen R., Wartiovaara K., Jauhiainen M., Kestila M., 2009. Unrevealing the disease pathogenesis behind lethal hydrolethalus syndrome revealed multiple changes in molecular and cellular level. PathoGenetics. 2: 2Honkala H. 2009. The Molecular Basis of Hydrolethalus Syndrom. Helsinski: National Public Health Institute.

Hypogonadotropic Syndrom

Perkembangan pubertas normal dan fungsi reproduksi tergantung pada pengeluaran dan aksi hipotalamus gonadotropin releasing hormone (GnRH). Dibutuhkan perkembangan dan fungsi dan koordinasi kerja dari sistem hormon-reseptor hipotalamus lain untuk pengeluaran GnRH. Diagnosis detail pasien dengan perkembangan pubertas yang tidak lengkap atau tidak berkembang sama sekali karena defisiensi gonadotropin telah mengarah pada identifikasi kasus genetik baru dari isolated hypogonadotropic hypogonadism (IHH). Temuan ini meningkatkan pemahaman bagaimana onset pubertas dan reproduksi dikontrol.IHH Dikarakteristikkan oleh pengeluaran gonadotropin yang kurang dibandingkan anatomi dan fungsi normal pituitari anterior. Konsentrasi serum LH, FSH, dan steroid sex sangat rendah pasa pasien dengan hipogonadisme. Gejala klinis dan tanda hipogonadisme antara lain cryptochirdism bilateral pada pria, tidak ada atau tidak lengkapnya pubertas dengan amenor pada wanita dan infertilitas. Penyebab yang mendasari mungkin dari defek perkembangan neuron GnRH, kerusakan aktivitas fungsional pada neuron GnRH, dan interaksi yang tidak sempurna antara ligan GnRh dan reseptornya.Aplasia neuron GnRH terjadi pada defek perkembangann bulbus olfaktorius, dengan gejala klinis anosmia mengindikasikan defisiensi GnRH. Sindrom Kallmann sekitar 50-52% dari kasus IHH, sedangkan IHH normosmia ditemukan dalam 48-50% kasus. Gangguan pengeluaran GnRH telah diidentifikasi sebagai penyebab yang jarang pada defisiensi GnRH pada pasien IHH normosmia, sedangkan mutasi inaktivasi dari reseptor GnRH adalah penyebab terbanyak IHH normosmia, terutama pada kasus genetik.Gangguan perkembangan pada bulbus olfaktorius dan neuron sekretorik GnRH pada pasien dngan sindrom Kallmann disebabkan oleh perubahan genetik dari regulasi migrasi neuron GnRH dari otak depan ke hipotalamus. Protein KAL1, anosmin-1, adalah protein adhesi yang terkait dalam sinaptogenesis, adhesi sel, dan morfogenesis axonal oflfaktori dan bulbus olfaktorius. Delesi dan mutasi KAL1 sekitar 10% pada pasien sindrom Kallmann. Pasien dengan mutasi KAL1 mengalami gejala tambahan seperti sinkinesia bimanual yang ditandai dengan mirror movements involunter dan agenesis renal. KAL1 merupakan gen X-linked, sehingga sindrom Kallmann terjadi hanya pada laki-laki dengan defek KAL1.Mutasi pada kromodomain helicase DNA-binding protein 7 (CHD&) telah diidentifikasi pada pasien dengan CHARGE, yaitu sindrom pada hipogonadotropin hipogonadisme dan hiposmia yang berkaitan dengan coloboma, heart defect, atresia of the choanae, retardation of growth and development, genital anomaly, dan ear abnormalities. Akhir-akhir ini, mutasi heterozigot CHD& telah diidentifikasi pada pasien dengan hopogonadotropin hipogonadisme, dengan atau tanpa anosmia. Pasien dengan sindrom CHARGE biasanya mempunyai mutasi CHD7. Mutasi CHD7 ditemukan 5-10% dari pasien yang awalnya diklasifikasikan dalam sindrom Kallmann dan IHH normosmia.Karena sekresi GnRH dibutuhkan untuk perkembangan testis pada fetus pria, pasien dengan defisiensi gonadotropin selama masa hidup fetus dapat mengalami cryptochirdism. Gejala tambahan seperti gangguan penghidu,sinkinesia bilateral, cleft palate, atau atresia choanal dicurigai sebagai penyakit kongenital spesifik yang terkait dengan defisiensi GnRH. Gangguan perkembangan pubertas yang inkomplit atau tidak ada sama sekali mengarah ke diagnosis kerja yang mengidentifikasikan adanya defisiensi congenital GnRH atau gonadotropin.Terapi penggantian hormon selama masa remaja biasanya ditunda, walaupun tanda dan gejala awal pasien sudah diprediksi sebagai hipogonadotropic hipogonadisme. Karena induksi hormonal pada masa pubertas tidak selalu membutuhkan identifikasi pasti penyebab dasar defisiensi GnRH, beberapa pasien diteliti lebih lanjut karena infertilitasnya. Pada kebanyakan kasus IHH, terapi gonadotropin menginduksi ovulasi dan spermatogenesis, tapi beberapa kasus tidak merespon terapi GnRH.Induksi hormonal pada remaja dengan hipogonadisme bertujuan untuk meniru perkembangan pubertas yang normal. Hormon pengganti pada remaja biasanya dimulai dengan dosis rendah steroid seks dan ditambah lebih dari 3 sampai 5 tahun hingga status dewasa tercapai. Pada anak perempuan, estradiol oral lebih disukai, mulai dengan satu-perenam dari dosis dewasa setiap hari, meningkat setiap 6 bulan kelipatan 1/6 dan menambahkan gestagens dari tahun kedua pada hari 1-12 setiap bulan . Pada anak laki-laki, penggantian testosteron paling sering diawali dengan testosteron enanthate 50 mg intramuskular per bulan, dengan peningkatan dosis setiap 6 bulan sampai 250 mg diberikan setiap 3 minggu di tahun ketiga. Sementara pengobatan testosteron efektif menginduksi virilisasi termasuk pertumbuhan penis, rambut kemaluan dan pertumbuhan janggut, perubahan suara, libido, dan percepatan pertumbuhan pubertas, volume testis tetap kecil, kurang spermatogenesis. LH merangsang sekresi testosteron intratesticular oleh sel Leydig produksi hormon menghambat Anti-Mller dari sel Sertoli, FSH menginduksi pertumbuhan testis melalui proliferasi tubulus seminiferus, dan keduanya merangsang sekresi Inhibin B oleh sel Sertoli dan pematangan sperma. Oleh karena itu, induksi pubertas menggunakan gonadotropin atau pulse GnRH tampaknya merupakan pendekatan yang lebih fisiologis pada remaja dengan hipogonadotropik hipogonadisme dan telah berhasil digunakan. Untuk lebih menilai manfaat GnRH atau pengobatan gonadotropin untuk induksi pubertas, percobaan prospektif acak diperlukan.

Gambar 1. Hypogonadotropic Syndrom pada pria

Gambar 2. Pasien dengan CHARGE syndrom dan Hypogonadotropic Syndrom dengan Coloboma

Daftar Pustaka

Raivio T., et al. 2007. Reversal of idiopathic hypogonadotropic hypogonadism. N Engl J Med. 357: 863-73Styne D. M., Grumbach M. M. 2011. Puberty: Ontogeny, neuroendocrinology, physiology, and disorders. In: Melmed S, Polonsky KS, Larsen PR, Kronenberg HM, eds.Williams Textbook of Endocrinology. 12th ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; chap 25.Beate K., Joseph N., Nicolas D., Wolfram K. 2012. Genetics of isolated hypogonadotropic hypogonadism: role of GnRH receptor and Other Genes. International Journal of Endocrinology.Aminzadeh M., Kim H., Layman L. C., Cheetham T. D. 2010. Rarer syndromes characterized by hypogonadotropic hypogonadism. Front Horm Res. Vol 39. pp: 154-167

Hypertelorism-microtia-clefting syndrome (Bixler syndrome, HMC syndrome)

Hipertelorisme, mikrotia dan cleft lip and palate (HMC syndrome) ditemukan oleh Bixler. Sindrom ini diturunkan secara autosomal resesif. Empat dari enam individu dengan kondisi ini mengalami retardasi. Pangkal hidung dan ujung hidung yang lebar pada kasus ekstrim sering ditemukan. Enam individu tersebut mengalami hipertelorisme okular. Labiopalatoschisis unilateral ditemukan pada 5 dari 6 individual. Kelainan facial lainnyaadalah asimetris, mikrostomia, dan hipoplasia arcus mandibula. Ditemukan juga abnormalitas pada telinga luar dengan tidak terbentuknya tragus dan helix anterosuperior. Kadang tidak didapatkan juga meatus auricularis external, dan microtia. Pada beberapa kasus didapatkan atresia canalis auditori external, tuli konduktif bilateral atau unilateral. Selain itu juga ditemukan kelainan telinga dalam dengan hipoplasia stapes, incus dan maleus. Anomali pada ekstremitas yaitu hipoplasia thenar dan pemendekan jari.Kelainan organ lain yang ditemukan adalah penyakit jantung bawaan dengan defek septum atrial atau defek cushion endocardial. Kasus yang ditemukan, dua wanita kakak adik mengalami defek pada jantung dan enam keluarga dekat dari ibu juga mengalami kelainan jantung. Hal ini menunjukkan mungkin defek jantung merupakan kelainan bawaan yang berbeda dari HMC syndrom ini, karena kasus HMC lain tidak didapatkan penyakit jantung bawaan.Kelainan ginjal ditemukan pada beberapa pasien yaitu kelainan pada pelvic ginjal, ektopia ginjal, duplikasi unilateral pelvic ginjal dan stenosis ureter.Radiografi tengkorak menunjukkan sudut mandibula yang tajam, ramus mandibula pendek, dan pemendekan panjang wajah bagian atas.Malformasi frontonasal, pasien mempunyai anomali yang luas yaitu hipertelorisme, hidung bifida, cranium bifida occultum dan labiopalatoschisis.

Gambar 1. Pasien dengan sindrom hipertelorisme microtia facial clefting

Gambar 2. Pasien dengan sindrom hipertelorisme microtia facial clefting

Daftar Pustaka

Gorlin R. J., Cohen M.M., Hennekam R. C. M. 2001. Syndrom of The Head and Neck. 4th ed. New York: Oxford University Press.

Hypertelorism hypospadias syndrome

Hipertelorisme hipospadia sindrom adalah kelainan kongenital yang ditandai dengan kelaian struktur wajah, kelanian genital, defek esofagus dengan kesulitan menelan.

Hypertrichotic Osteochondrodysplasia

Sindrom Cantu disebut juga hypertrichotic osteochondrodysplasia adalah kelainan kongenital dengan karakteristik hipertrikosis, osteokondrodisplasia, kardiomegali, dan dismorfisme. Sindrom ini diperkirakan terjadi akibat adanya mutasi genetik pada gen ABCC9. Gen ABCC9 membentuk channels kalium sensitif-ATP yang biasanya ditemukan pada jantung, tulang dan otot polos.Hipertrikosis dilihat dari tebalnya rambut pada kepala, yang meluas ke dahi dan peningkatan keseluruhan rambut pada tubuh. Pasien dengan sindrom ini juga mengalami makrosefal, pangkal hidung yang lebar, lipatan epicantus, pemanjangan philtrum, mulut yang lebar dan bibir tebal. Penderita sindrom ini lahir edematous, sedangkan pada saat anak-anak mereka terlihat berotot dengan sedikit lemak subkutan.Kelainan yang ditemukan pada tulang yaitu penebalan calvarium, cavum thoraks yang sempit, costa lebar, vertebra yang memendek atau bentuk ovoid, osteopenia, pelebaran canalis medulari, pelebaran metafisis pada tulang panjang, dan sendi hiperekstensi. Perkembangan motorik biasanya terhambat karena hipotonia, beberapa kasus ditemukan speech delay dan beberapa persen mengalami kesulitan belajar atau disabilitas intelektual. Kurang lebih 80% kasus ditemukan manifestasi pada jantung seperti, patent ductus arteriosus, hipertrofi ventrikel, hipertensi pulmonar dan efusi pericardial.Sindrom ini dapat menjadi penyebab atau prekusor kelainan lain seperti alopesia folikular hiperkeratosis dan perawakan pendek.

Daftar Pustaka

Joy R., Harikrishnan, Gane B. D., Adhivisam B., Vishnu B. 2011. Cantu syndrome- a case report. Curr Pediatr Res 16 (1): 1-4Van Bon B. W. M. Et al. 2012. Cantu syndrom is caused by mutations in ABC9. The American Journal of Human genetics : 1094-1101