50
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1) Latar Belakang Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI Pembuluh darah koroner merupakan saluran pembuluh darah yang membawa darah mengandung O2 dan makanan yang dibutuhkan oleh miokard agar dapat berfungsi dengan baik. Penyakit jantung koroner terutama disebabkan oleh kelainan miokardium akibat insufisiensi aliran darah koroner karena arterosklerosis yang merupakan proses degeneratif, di samping banyak faktor lain. Karena itu dengan bertambahnya usia harapan hidup manusia Indonesia, kejadiannya akan makin meningkat dan menjadi suatu penyakit yang penting; apalagi sering menyebabkan 1

Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

Embed Size (px)

DESCRIPTION

1. Manajemen Oksigenasi pada Pasien NSTEMINSTEMI terjadi karena thrombosis akut atau proses vasokonstrikai koroner, sehingga terjadi eskemia miokard dan dapat menyebabkan nekrosis jaringan miokard dengan derajat lebih kecil, biasanya terbatas pada subendokardium. Keadaan ini tidak dapat menyebabkan elevasi segmen ST, namun menyebabkan pelepasan penanda nekrosis.Non ST elevation myocardial Infarction (NSTEMI) dapat disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI terjadi karena trombosis akut atau prosesvasokonstriksi koroner. Trombosis akut pada arteri koroner diawali dengan adanya ruptur plak yang tidak stabil.2. SpirometriSpirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur secara obyektif kapasitas/fungsi paru (ventilasi) pada pasien dengan indikasi medis. Alat yang digunakan disebut spirometer.Pemeriksaan spirometri sering dianggap sebagai pemeriksaan sederhana namun sebenarnya merupakan pemeriksaan yang sangat kompleks. Variabilitas hasil pemeriksaan spirometri lebih besar daripada pemeriksaan lain karena tidak konsistennya usaha subjek. Karena itu sangat diperlukan pemahaman, koordinasi dan kerjasama yang baik antara teknisi dan subjek agar didapatkan hasil yang optimal.

Citation preview

Page 1: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

1) Latar Belakang Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan

NSTEMI

Pembuluh darah koroner merupakan saluran pembuluh

darah yang membawa darah mengandung O2 dan makanan yang

dibutuhkan oleh miokard agar dapat berfungsi dengan baik.

Penyakit jantung koroner terutama disebabkan oleh

kelainan miokardium akibat insufisiensi aliran darah koroner karena

arterosklerosis yang merupakan proses degeneratif, di samping

banyak faktor lain. Karena itu dengan bertambahnya usia harapan

hidup manusia Indonesia, kejadiannya akan makin meningkat dan

menjadi suatu penyakit yang penting; apalagi sering menyebabkan

kematian mendadak (Santoso dan Setiawan, 2005).

Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi

klinis Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang utama dan paling sering

mengakibatkan kematian. SKA menyebabkan angka perawatan rumah

sakit yang sangat besar dalam tahun 2003 di Pusat Jantung Nasional

dan merupakan masalah utama saat ini. SKA, merupakan PJK yang

progresif dan pada perjalanan penyakitnya, sering terjadi perubahan

secara tiba-tiba dari keadaan stabil menjadi keadaan tidakstabil atau

1

Page 2: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

akut. Mekanisme terjadinya SKA adalah disebabkan oleh

karena proses pengurangan pasokan oksigen akut atau subakut dari

miokard, yang dipicu oleh adanya robekan plak aterosklerotik dan

berkaitan dengan adanya proses inflamasi, trombosis, vasokonstriksi

dan mikroembolisasi. Manifestasi klinis SKA dapat berupa angina

pektoris tidak stabil/APTS, Non-ST elevation myocardial infarction /

NSTEMI, atau ST elevation myocardial infarctionSTEMI. SKA

merupakan suatu keadaan gawat darurat jantung dengan manifestasi

klinis berupa keluhan perasaan tidak enak atau nyeri di dada atau

gejala-gejala lain sebagai akibat iskemia miokard. Pasien APTS dan

NSTEMI harus istirahat di ICCU dengan pemantauan EKG kontinu

untuk mendeteksi iskemia dan aritmia (Muchid, dkk., 2006).

Penyakit kardovaskuler ini merupakan nilai kematian terbesar di

Indonesia. Sehingga diperlukan strategi penatalaksanaan dalam

menegakkan diagnosa Sindroma Koroner Akut (SKA) secara optimal.

Secara klinis infark akut tanpa elevasi ST ( NSTEMI ) sangat mirip dengan

angina tidak stabil. Dalam kaitannya dengan jantung, sindroma ini disebut

Angina Pectoris, yang disebabkan oleh karena ketidakseimbangan antara

kebutuhan oksigen miokard dengan penyediaanya. Yang membedakan

adalah adanya enzim petanda jantung yang positif dan terdiri dari infark

miokard akut dengan atau tanpa elevasi segmen ST serta angina pectoris

yang tak stabil.

2

Page 3: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

2) Latar Belakang Prosedur Tindakan Spirometri

Spirometri digunakan untuk mengukur kapasitas pernapasan pada

paru-paru atau sering diistilahkan dengan uji fungsi paru. Alat ini

berguna untuk mendeteksi adanya gangguan keluar masuk udara dan

kelainan pada saluran pernapasan, misalnya apakah terjadi

penyumbatan pada saluran pernapasan pasien.

B. RUMUSAN MASALAH

a) Rumusan Masalah Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan

NSTEMI

1. Apakah defenisi dari Non ST Elevasi Infark Miokard (NSTEMI)?

2. Bagaimanakah etiologi dari Non ST Elevasi Infark Miokard

(NSTEMI)?

3. Bagaimanakah patofisiologi dari Non ST Elevasi Infark Miokard

(NSTEMI)?

4. Bagaimana manifestasi klinis pada seseorang yang menderita Non

ST Elevasi Infark Miokard (NSTEMI)?

5. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada pasien Non ST Elevasi

Infark Miokard (NSTEMI)?

3

Page 4: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

6. Bagaimana asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosa,

perencanaan, intervensi dan evaluasi) pada pasien Non ST Elevasi

Infark Miokard (NSTEMI)?

b) Rumusan Masalah Prosedur Tindakan Spirometri

1. Apa yang dimaksud dengan spirometri ?

2. Bagaimana cara kerja spirometri ?

3. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan

spirometri ?

C. TUJUAN

a) Tujuan Manajemen Oksigenasi pada Pasien NSTEMI

1. Tujuan Umum

Mengetahui dan memahami manajemen oksigenasi pada pasien

Non ST Elevasi Infark Miokard (NSTEMI).

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui defenisi dari Non ST Elevasi Infark Miokard

(NSTEMI).

b. Mengetahui dan memahami etiologi dari Non ST Elevasi

Infark Miokard (NSTEMI).

c. Mengetahui dan memahami patofisiologi dari Non ST Elevasi

Infark Miokard (NSTEMI).

4

Page 5: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

d. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis pada pasien

Non ST Elevasi Infark Miokard (NSTEMI).

e. Mengetahui proses pemeriksaan penunjang pada pasien Non

ST Elevasi Infark Miokard (NSTEMI).

f. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien Non ST Elevasi

Infark Miokard (NSTEMI).

b) Tujuan Prosedur Tindakan Spirometri

1. Mengetahui pengertian spirometri.

2. Mengetahui cara kerja spirometri.

3. Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan

spirometri.

5

Page 6: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

BAB II

PEMBAHASAN

I. MANAJEMEN OKSIGENASI PADA PASIEN NSTEMI

A. Definisi

Infark miokard gelombang non-Q atau infark miokard tanpa

elevasi segmen ST (Non-ST elevation myocardial infarction/

NSTEMI), dan infark miokard gelombang Q atau infark miokard

dengan elevasi segmen ST (ST elevation myocardial infarction /

STEMI).

B. Etiologi

NSTEMI disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan

peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh

obstruksi koroner. NSTEMI terjadi karena thrombosis akut atau proses

vasokonstrikai koroner, sehingga terjadi eskemia miokard dan dapat

menyebabkan nekrosis jaringan miokard dengan derajat lebih kecil,

biasanya terbatas pada subendokardium. Keadaan ini tidak dapat

menyebabkan elevasi segmen ST, namun menyebabkan pelepasan

penandanekrosis.

Penyebab paling umum adalah penurunan perfusi miokard yang

dihasilkan dari penyempitan arteri koroner disebabkan oleh thrombus

nonocclusive yang telah dikembangkan pada plak aterosklerotik

terganggu. Penyempitan abnormal dari arteri koroner mungkin juga

bertanggung jawab.

6

Page 7: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

1. Faktor resiko

a. Yang tidak dapat diubah

1) Umur

2) Jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita

meningkat setelah menopause.

R i w a y a t p e n y a k i t j a n t u n g k o r o n e r p a d a

a n g g o t a k e l u a r g a d i u s i a m u d a ( a n g g o t a k e l u a r g a

l a k i - l a k i m u d a d a r i u s i a 5 5 t a h u n a t a u anggota

keluarga perempuan yang lebih muda dari usia 65).

3)   Hereditas.

4) Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.

b. Yang dapat diubah

1) Mayor : hiperlipidemia, hipertensi, Merokok, Diabete,

Obesitas, Diet tinggi lemak jenuh, kalori

2) Minor : Inaktifitas fisik, emosional, agresif, ambisius,

kompetitif, stress psikologis berlebihan.

2. Faktor penyebab

a. Trombus tidak oklusif pada plak yang sudah ada.

b. Obstruksi dinamik.

c. Obstruksi mekanik yang progresif.

d. Inflamasi dan/atau infeksi

7

Page 8: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

C. Patofisiologi

Non ST elevation myocardial Infarction(NSTEMI) dapat

disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau peningkatan

kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner.

NSTEMI terjadi karena trombosis akut atau prosesvasokonstriksi

koroner. Trombosis akut pada arteri koroner diawali dengan adanya

ruptur plak yang tidak stabil.

Plak yang tidak stabil ini biasanya mempunyai inti lipid yang besar,

densitas otot polos yang rendah, fibrous cap yang tipis dan konsentrasi

faktor jaringan yang tinggi. Inti lemak yang cenderung ruptur

mempunyai konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi asam lemak

tak jenuh yang tinggi. Pada lokasi ruptur plak dapat dijumpai sel

makrofag dan limfosit T yang menunjukkan adanya proses inflamasi.

Sel-sel ini akan mengeluarkan sitokin proinflamasi seperti TNF α , dan

IL-6. Selanjutnya IL-6 merangsang pengeluaran hsCRP di hati.

D. Manifestasi Klinis NSTEMI

1. Nyeri dada,berlangsung minimal 30 menit sedangkan serangan

angina kurang dari itu.Selain itu pada angina,nyeri akan hilang

dengan beristirahat namun lain halnya dengan NSTEMI.

2. Sesak Nafas,disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan akhir

diastolik ventrikel kiri, disamping itu perasaan cemas bisa

menimbulkan hipervenntilasi. Pada infark yang tanpa gejala nyeri,

8

Page 9: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

sesak nafas merupakan tanda adanya disfungsi ventrikel kiri yang

bermakna.

3. Gejala gastrointestinal,peningkatan aktivitas vagal menyebabkan

mual dan muntah, dan biasanya lebih sering pada infark inferior,

dan stimulasi diafragma pada infak inferior juga bisa menyebabkan

cegukan.

4. Gejala lain termasuk palpitasi, rasa pusing, atau sinkop dari aritmia

ventrikel, gelisah.

E. Pemeriksaan Penunjang       

1. Biomarker Jantung

a. Troponin T dan Troponin I

Petanda biokimia troponin T dan troponin I mempunyai

peranan yang sangat penting pada diagnostik, stratifikasi dan

pengobatan penderita Sindroma Koroner Akut (SKA).

Troponin T mempunyai sensitifitas 97% dan spesitifitas 99%

dalam mendeteksi kerusakan sel miokard bahkan yang minimal

sekalipun (mikro infark). Sedangkan troponin I memiliki nilai

normal 0,1. Perbedaan troponin T dengan troponin I:

Troponin T (TnT) dengan berat molekul 24.000

dalton, suatu komponen inhibitorik yang berfungsi

mengikat aktin.

9

Page 10: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

Troponin I (TnI) dengan berat molekul 37.000

dalton yang berfungsi mengikat tropomiosin.

2. EKG (T Inverted dan ST Depresi)

Pada pemeriksaan EKG dijumpai adanya gambaran T Inverted

dan ST Depresi yang menunjukkan adanya iskemia pada arteri

koroner. Jika terjadi iskemia, gelombang T menjadi terbalik

(inversi), simetris, dan biasanya bersifat sementara (saat pasien

simptomatik). Bila pada kasus ini tidak didapatkan kerusakan

miokardium, sesuai dengan pemeriksaan CK-MB (creatine kinase-

myoglobin) maupun troponin yang tetap normal, diagnosisnya

adalah angina tidak stabil. Namun, jika inversi gelombang T

menetap, biasanya didapatkan kenaikan kadar troponin, dan

diagnosisnya menjadi NSTEMI. Angina tidak stabil dan NSTEMI

disebabkan oleh thrombus non-oklusif, oklusi ringan (dapat

mengalami reperfusi spontan), atau oklusi yang dapat

dikompensasi oleh sirkulasi kolateral yang baik.

3. Echo Cardiografi  pada Pasien NSTEMI

a. Area gangguan.

b. Fraksi ejeksi,yaitu daya sembur jantung dari ventrikel ke

aorta. Freksi pada prinsipnya adalah presentase dari selisih

volume akhir diastolik dengan volume akhir sistolik dibagi

dengan volume akhir diastolik. Nilai normal > 50%. Dan

apabila < dari 50% fraksi ejeksi tidak normal.

10

Page 11: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

c. Angiografi koroner (Coronari angiografi).Untuk

menentukan derajat stenosis pada arteri koroner. Apabila

pasien mengalami derajat stenosis 50% pad pasien dapat

diberikan obat-obatan. Dan apabila pasien mengalami

stenosis lebih dari 60% maka pada pasien harus di

intervensi dengan pemasangan stent.

F. Asuhan Keperawatan pada Pasien Nstemi

1. Pengkajian.

a. Kualitas Nyeri dada,seperti terbakar, tercekik, rasa

menyesakkan nafas atau seperti tertindih barang berat.

b. Lokasi dan radiasi,retrosternal dan prekordial kiri, radiasi

menurun ke lengan kiri bawah dan pipi, dagu, gigi, daerah

epigastrik dan punggung.

c. Faktor pencetus,mungkin terjadi saat istirahat atau selama

kegiatan.

d. Lamanya dan faktor-faktor yang meringankan,berlangsung

lama, berakhir lebih dari 20 menit, tidak menurun dengan

istirahat, perubahan posisi ataupun minum Nitrogliserin.

e. Tanda dan gejala,cemas, gelisah, lemah sehubungan dengan

keringatan, dispnea, pening, tanda-tanda respon vasomotor

11

Page 12: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

meliputi : mual, muntah, pingsan, kulit dinghin dan lembab,

cekukan dan stress gastrointestinal, suhu menurun.

f. Pemeriksaan fisik,mungkin tidak ada tanda kecuali dalam

tanda-tanda gagalnya ventrikel atau kardiogenik shok terjadi.

BP normal, meningkat atau menurun, takipnea, mula-mula

pasien reda kemudian kembali normal, suara jantung S3, S4

Galop menunjukan disfungsi ventrikel, sistolik mur-mur,

disfungsi, left ventrikel dan perikordial friksin rub, pulmonary

crackles, urin output menurun, Vena jugular amplitudonya

meningkat (LV disfungsi), RV disfungsi, ampiltudo vena

jugular menurun, edema periver, hati lembek.

g. Parameter Hemodinamik: penurunan PAP, PCWP, SVR,

CO/CI.

h. Aktivitas: kelemahan,kelelahan,tidak dapat tidur, pola tidur

menetap,jadwal olahraga tak teratur ditandai dengan

takikardi,dispnea pada istirahat atau aktivitas.

i. Sirkulasi:  riwayat IM sebelumnya, penyakit arteri koroner,

GJK masalah TD, diabetes melitus.

j. Makanan atau cairan: mual,kehilangan nafsu makan,

bersendawa, nyeri ulu hati/terbakar.

k. Neurosensori: pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun.

12

Page 13: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

l. Pernapasan: dispnea dengan atau tanpa kerja, dispnea

nokturnal, batuk, ddenga/tanpa produksi sputum,riwayat

merokok penyakit perpasan kronis.

2. Diagnosa

a. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan terhadap sumbatan

arteri ditandai dengan nyeri dada dengan/tanpa

penyebaran,wajah meringis,gelisah,delirium,perubahan nadi

dan tekanan darah.

1) Tujuan:

Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan

selama di RS

2) Kriteria Hasil:

Nyeri dada berkurang misalnya dari skala 3 ke 2, atau dari

2 ke 1,ekspresi wajah rileks, tenang/tidak tegang,tidak

gelisah,nadi 60-100 x/menit dan TD 120/80 mmHg.

b. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan

perubahan faktor-faktor listrik, penurunan karakteristk

miokard.

1) Tujuan:

Curah jantung membaik / stabil setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama di RS.

13

Page 14: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

2) Kriteria Hasil:

Tidak ada edema,tidak ada disritmia,haluaran urin normal

dan TTV dalam batas normal

c. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan : iskemik,

kerusakan otot jantung, penyempitan/ penyumbatan pembuluh

darah arteri koronaria ditandai dengan daerah perifer

dingin,EKG elevasi segmen ST dan Q patologis pada lead

tertentu,RR lebih dari 24 x / menit,kapiler refill lebih dari 3

detik,nyeri dada,gambaran foto torak terdapat pembesaran

jantung dan kongestif paru (tidak selalu),HR lebih dari

100x/menit, TD 120/80 AGD dengan : pa O2 < 80 mmHg pa

Co2 >45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg,nadi lebih dari 100

x/menit dan terjadi peningkatan enzim jantung yaitu CK, AST,

LDL/HDL.

1) Tujuan:

Jaringan perfusi jaringan berkurang / tidak meluas selama

dilakukan tindakan perawatan di RS.

2) Kriteria Hasil:

Daerah perifer hangat,tidak diagnosis,gambaran EKG tidak

menunjukkan perluasan infark,RR 16-24 x/menit,tidak

terdapat clubbing finger,kapiler retill 3-5 detik,TD 120/80

mmHg

14

Page 15: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

d. Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan

dengan penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium/retensi

air, peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan protein plasma.

1) Tujuan:

Keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan selama

dilakukan tindakan perawatan di RS.

2) Kriteria Hasil:

Tekanan darah dalam batas normal,tidak ada distensivena

perifer/ vena dan edema dependen.paru bersih,berat badan

ideal (BB klealTB-100 ± 10%).

e. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan

aliran darah ke alvioli atau kegagalan utama paru-paru,

perubahan membran alveolar-kapiler (atelektasis, kolaps jalan

nafas/ alveolar edema paru/efusi, sekresi berlebihan /

perdarahan aktif ) ditandai dengan dipnea

berat,gelisah,sianosis.perubahan GDA,hipoksemia

1) Tujuan:

Oksigenasi dengan GDA dalam rentang normal (pa O2 <

80 mmHg, pa CO2 > 45 mmHg dan saturasi < 80 mmHg)

setelah dilakukan tindakan perawatan di RS.

15

Page 16: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

2) Kriteria Hasil:

Tidak sesak nafas,tidak gelisah,GDA dalam batas normal

(pa O2 < 80 mmHg, pa CO2 > 45 mmHg dan saturasi < 80

mmHg).

f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan

antara suplai oksigen miocard dan kebutuhan, adanya istemik/

nekrotik jaringan miocard ditandai dengan gangguan frekuensi

jantung, tekanan darah dalam aktifitas, terjadinya disritmia dan

kelemahan umum.

1) Tujuan:

Terjadinya peningkatan toleransi pada pasien setelah

dilaksanakan tindakan keperawatan selama di RS.

2) Kriteria Hasil:

Pasien berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan

pasien.frekuensi jantung 60-100 x/menit,TD 120-80

mmHg.

g. Cemas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas

biologi.

1) Tujuan:

Cemas hilang/ berkurang setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama di RS.

16

Page 17: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

2) Kriteria Hasil:

Pasien tampak rileks,pasien tampak beristirahat,TTV dalam

batas noma

h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

tentang fungsi jantung/implikasi penyakit jantung dan status

kesehatan yang datang. Kebutuhan perubahan pola hidup

ditandai dengan pernyataan masalah, kesalahan konsep,

pertanyaan dan terjadinya komplikasi yang dapat di cegah.

1) Tujuan:

Pengetahuan pasien tentang kondisi penyakitnya menguat

setelah diberi pendidikan kesehatan selama di RS.

2) Kriteria Hasil:

a) Menyatakan pemahaman tentang penyakit jantung,

rencana pengobatan, tujuan pengobatan, dan efek

samping/ reaksi merugikan.

b) Menyebutkan gangguan yang memerlukan perhatian

cepat.

3. Intervensi

a. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan terhadap sumbatan

arteri

1) Observasi karakteristik, lokasi, waktu, dan perjalanan

rasa nyeri dada tersebut.

17

Page 18: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

2) Anjurkan pada pasien untuk menghentikan aktivitas

selama ada serangan dan istirahat.

3) Bantu pasien melakukan teknik relaksasi, misalnya:

nafas dalam, perilaku distraksi, visualisasi atau

bimbingan imajinasi.

4) Pertahankan oksigen dengan birasal kanul, contohnya (2-

4 L/menit).

5) Monitor  tanda-tanda vital (nadi dan tekanan darah) tiap

dua jam.

6) Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian

analgetik.

b. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan

perubahan faktor-faktor listrik, penurunan karakteristk

miokard.

Pertahankan tirah baring selama fase akut

1) Kaji dan laporkan adanya tanda penurunan COP, TD

2) Monitor haluaran urin

3) Kaji dan pantau TTV tiap jam

4)   Kaji dan pantau EKG tiap hari

5) Auskultasi pernafasan dan jantung tiap jam sesuai indikasi

6) Pertahankan cairan parenteral dan obat-obatan sesuai

kebutuhannya.

7) Hindari valsava manuver, mengejan (gunakan laxsan)

18

Page 19: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

8) Berikan obat-obat lausatif (pelunak feses)

c. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan : iskemik,

kerusakan otot jantung, penyempitan/ penyumbatan pembuluh

darah arteri koronaria

1) Monitor frekuensi dan irama jantung

2) Observasi perubahan status mental

3) Observasi warna dan suhu kulit / membran mukosa

4) Kolaborasi: berikan cairan IV I sesuai indikasi.

5) Pantau pemeriksaan diagnostik dan laboratorium, misalnya

EGD, elektrolit, GDA (Pa O2, Pa CO2 dan saturasi O2).

Dan pemberian oksigen.

d. Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan

dengan penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium/retensi

air, peningkatan takanan hidrostatik, penurunan protein plasma.

1) Ukur masukan / haluaran, catat penurunan, pengeluran,

sifat konsentrasi, hitung keseimbangan jaringan.

2) Observasi adanya oedema dependen

3) Timbang BB tiap hari

4) Pertahankan masukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam

toleransi kardiovaskuler

5) Kolaborasi: pemberian diet rendah natrium, berikan diuetik.

e. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan

aliran darah ke alvioli atau kegagalan utama paru-paru,

19

Page 20: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

perubahan membran alveolar-kapiler (atelektasis, kolaps jalan

nafas/ alveolar edema paru/efusi, sekresi berlebihan /

perdarahan aktif )

1) Catat frekuensi dan kedalaman pernafasan, penggunaan

otot bantu pernafasan

2) Auskultasi paru untuk mengetahui penurunan /tidak adanya

bunyi nafas dan adanya bunyi tambahan, misalnya krakles,

ronki dan lain-lain.

3) Lakukan tindakan untuk memperbaiki/ mempertahankan

jalan nafas misalnya: batuk, penghisapan lendir dan lain-

lain.

4) Tinggikan kepala atau tempat tidur sesuai kebutuhan/

toleransi pasien.

5) Kaji tolenransi aktivitas, misalnya keluhan kelemahan /

kelelahan selama kerja atau tanda vital berubah.

f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan

antara suplai oksigen miocard dan kebutuhan, adanya istemik/

nekrotik jaringan miocard

1) Catat prekuensi jantung, irama dan perubahan TD selama

dan sesudah aktifitas.

2) Tingkatkan istirahat (di tempat tidur)

3) Batasi aktivitas pada dasar nyeri dan berikan aktivitas

sensori yang tidak berat.

20

Page 21: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

4) Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas,

contoh bangun dari kursi bila tidak ada nyeri, ambulasi dan

istirahat selama 1 jam setelah makan.

5) Kaji ulang tanda gangguan yang menunjukkan tidak toleran

terhadap aktifitas atau memerlukan pelaporan pada dokter.

g. Cemas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas

biologi.

1) Kaji tanda dan respon verbal serta non verbal terhadap

ansietas.

2) Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.

3) Ajarkan teknik relaksasi.

4) Minimalkan rangsang yang membuat stress.

5) Diskusikan dan orientasikan pasien dengan lingkungan dan

peralatan.

6) Berikan setuhan pada pasien dan ajak pasien berbincang-

bincang dengan suasana tenang.

7) Berikan support mental.

8) Kolaborasi pemberian sedatif sesuai indikasi

h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

tentang fungsi jantung/implikasi penyakit jantung dan status

kesehatan yang datang. Kebutuhan perubahan pola hidup

21

Page 22: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

1) Berikan informasi dalam bentuk belajar yang berfariasi,

contoh buku, program audio/visual, tanya jawab, dan lain-

lain.

2) Beri penjelasan faktor resiko, diet (rendah lemak dan

rendah garam) dan aktifitas yang berlebihan.

3) Peringatan untuk menghindari paktifitas manuver valsava

4) Latih pasien sehubungan dengan aktivitas yang bertahap,

contoh: jalan, kerja, rekreasi dan lain-lain.

4. Evaluasi

a. Nyeri yang dirasakan pasien sudah berkurang.

b. Mual muntah yang dialami pasien sudah berkurang.

c. Pernafasan sudah mulai normal (sesak nafas hilang)

d. kapillary refill.

e. TTV sudah stabil.

f. Kecemasan sudah berkurang.

g. Sebagian aktifitas sudah mampu dilakukan sendiri.

22

Page 23: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

II. SPIROMETRI

1. Definisi

Spirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur

secara objektif kapasitas/fungsi paru (ventilasi) pada pasien dengan

indikasi medis. Alat yang digunakan disebut spirometer.

Spirometri merupakan suatu alat sederhana yang digunakan untuk

mengukur volume udara dalam paru. Alat ini juga dapat digunakan

untuk mengukur volume statik dan volume dinamik paru. Volume

statik terdiri atas volume tidal (VT), volume cadangan inspirasi (VCI),

volume cadangan ekspirasi (VCE), volume residu (VR), kapasitas

vital (KV), kapasitas vital paksa (KVP),

Dokter akan memakaikan suatu pipa yang panjangnya sekitar 7 cm

dan berdiameter sekitar 3 cm untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam

mulut pasien. Kemudian pasien diminta untuk menarik napas sedalam-

dalamnya, lalu dihembuskan kembali secara perlahan sampai habis.

Cara ini diulangi sampai tiga kali, lalu diambil nilai yang terbaik.

Sekali lagi, pengujian ini digunakan untuk mengetahui kapasitas vital

(volume) paru-paru, untuk mengindikasikan ada tidaknya kelainan

dalam kembang kempisnya organ pernapasan vital pasien.

Ada beberapa macam spirometri antara lain water sealed

spirometer, bellowed spirometer, dan electronic spirometer. Hasil

pemeriksaan spirometri berupa gambar langsung dari pena pada

kymograph yang disebut spirograph, sedangkan gambar yang

23

Page 24: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

diperoleh dari office-spirometer dari sebagai hasil dari pneumotach

disebut diagram. Parameter yang biasa dilakukan adalah kapaitas vital

atau vital capacity, volume ekspiratori paksa (VEP) atau forced

expiratory volume (FEV) pada beberapa interval waktu.misalnya

0,5;0,75 dan 1 detik,tetapi yang paling sering digunakan adalah FEV1

atau VEP1. Parameter yang lebih sensitive adalah arus eksporatori

tengah maksimal atau maximal mid expiratory flow (MMEF). Harus

diingat bahwa nilai spirogram ataupun diagram ekspiratori tergantung

pada upaya pasien yang diperiksa (effort dependent) sehingga

diperlukan latihan yang benar bagi pasien agar didapat hasil

pemeriksaan yang akurat. Hasil harusnya dapat diulang (reapetable)

dengan akurasi tidak kurang dari 3%.

Kapasitas vital paksa adalah volume udara ekspirasi yang dapat

dikeluarkan setelah inspirasi maksimal, pengeluaran udara ekspirasi ini

dilakukan dengan cepat. Jika dilakukan dengan pelan, kapasitas ini

dinamakan kapasitas vital. Pada orang sehat dan normal, nilai VC

hamper sama dengan nilai FVC. Pada orang yang mengalami

obstruktif jalan napas, FVC lebih kecil dibandingkan VC. Adapun nilai

VC menurun pada penurunan ketegangan paru-paru, perubahan otot

dada, kelemahan otot respirasi dan obstruksi saluran pernapasan.

Udara yang keluar dari paru-paru, masuk ke dalam spirometri yang

bersuhu lebih rendah dibandingkan suhu tubuh sehingga mengalami

penurunan volume. Berkaitan dengan hal ini, muncul istilah ATPS

24

Page 25: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

(Ambient Temperatur and Presured,Saturated) dan istilah BTPS (Body

Temperature anf Presure,Saturated). Hasil yang dinilai secara ATPS

dibandingkan dengan cara BTPS kira-kira berbeda 8%. Agar nilai

pemeriksaan dapat dibandingkan, penilaian harus menggunakan

ukuran yang sama.Oleh karena itu, nilai hasil uji spirometer sebaiknya

menggunakan BTPS. Menurut perjanjian, nilai spirometri yang

dihasilkan pada pemeriksaan dengan office spirometer telah dikonversi

ke nilai BTPS.

Untuk keperluan pemeriksaan paru di klinik, diperlukan office

spirometer atau spirometri kering, yaitu suatu spirometer dengan

pneumotach yang memiliki thermistor dan integrating circuit di

dalamnya sehingga akan menghasilkan angka sesuai upaya dan

kemampuan yang diperiksa. Untuk mendeteksi small airway disease,

digunakan MEFV curve (maximal expiratory flow volume) dan uji

closing paru.

Ventilatory performance untuk setiap individu sangat bervariasi

nilainya, tergantung pada ukuran tubuh (berat badan dan tinggi badan),

umur serta jenis kelamin. Telah tersedia table harga normal serta

nomogram untuk mencari perkiraan nilai normal (predicted normal

value) yang disesuaikan dengan umur, ukuran tubuh dan jenis kelamin

bagi etnis Indonesia.

Nilai yang diperoleh (Kecepata Aliran Ekspirasi Puncak-KAEP)

sebagian besarnya bergantung pada diameter jalan napas. Nilai normal

25

Page 26: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

untuk laki-laki dewasa muda dengan berat badan 60 kg dan tinggi

badan 165 adalah kurang lebih 600 liter/menit dan untuk wanita

kurang ebih 400 liter/menit. Nilai-nilai ini bergantung dari umur, jenis

kelamin dan tinggi badan sehinnga harus disesuaikan dengan table

nilai normal. Obstruksif jalan napas yang disebabkan oleh asma atau

hambatan jalan napas kronis dapat menimbulkan nilai KAEP yang

menurun. Ini merupakan cara sederhana untuk menilai dan memantau

klien dengan obstruktif jalan napas.

Pemeriksaan spirometri sering dianggap sebagai pemeriksaan

sederhana namun sebenarnya merupakan pemeriksaan yang sangat

kompleks. Variabilitas hasil pemeriksaan spirometri lebih besar

daripada pemeriksaan lain karena tidak konsistennya usaha subjek.

Karena itu sangat diperlukan pemahaman, koordinasi dan kerjasama

yang baik antara teknisi dan subjek agar didapatkan hasil yang

optimal. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan hasil pemeriksaan

spirometri adalah peralatan yang akurat, prosedur pemeriksaan yang

baik, program pengendalian mutu berkelanjutan, nilai acuan yang

tepat, dan algoritma interpretasi hasil yang baik.

2. Indikasi Spirometri

a) Diagnostik

1) Mengevaluasi hasil pemeriksaan yang abnormal

2) Mengukur efek penyakit terhadap fungsi paru

3) Menyaring individu dengan risiko penyakit paru

26

Page 27: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

4) Menilai risiko prabedah

5) Menilai prognosis

6) Menilai status kesehatan sebelum masuk program dengan

aktivitas fisik berat

b) Memantau

1) Menilai hasil pengobatan

2) Menjelaskan perjalanan penyakit yang mempengaruhi

fungsi paru

3) Memonitor individu yang pekerjaannya terpajan zat

berbahaya

4) Memonitor reaksi obat yang mempunyai efek toksis

terhadap paru

c) Evaluasi gangguan / ketidakmampuan

1) Menilai pasien sebagai bagian program rehabilitasi

2) Menilai risiko sebagai bagian evaluasi asuransi

3) Menilai individu untuk alasan legal

d) Kesehatan masyarakat

1) Survey epidemiologi

2) Penelitian klinis

3. Persiapan Pemeriksaan Spirometri

Spirometri merupakan pemeriksaan yang relative mudah namun

sering kali hasilnya tidak dapat digunakan. Karena itu perlu beberapa

persiapan sebagai berikut;

27

Page 28: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

1) Operator, harus memiliki pengetahuan yang memadai , tahu tujuan

pemeriksaan dan mampu melakukan instruksi kepada subjek dengan

manuver yang benar.

2) Persiapan alat, spirometer harus telah dikalibrasi untuk volume dan

arus udara minimal 1 kali seminggu.

3) Persiapan subjek, selama pemeriksaan subjek harus merasa nyaman.

Sebelum pemeriksaan subjek sudah tahu tentang tujuan

pemeriksaan dan manuver yang akan dilakukan. Subjek bebas

rokok minimal 2 jam sebelumnya, tidak makan terlalu kenyang,

tidak berpakaian terlalu ketat, penggunaan obat pelega napas

terakhir 8 jam sebelumnya untuk aksi singkat dan 24 jam untuk aksi

panjang.

4) Kondisi lingkungan, ruang pemeriksaan harus mempunyai sistem

ventilasi yang baik dan suhu udara berkisar antara 17 – 40 0C,

4. Manuver Spirometri

Hasil spirometri berupa spirogram yaitu kurva volume paru

terhadap waktu akibat manuver yang dilakukan subjek. Usaha subjek

diobservasi di layar monitor untuk meyakinkan bahwa usaha yang

dilakukan subjek benar dan maksimal.

1) Manuver KV, subjek menghirup udara sebanyak mungkin dan

kemudian udara dikeluarkan sebanyak mungkin tanpa manuver

paksa.

28

Page 29: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

2) Manuver KVP, subjek menghirup udara sebanyak mungkin dan

kemudian udara dikeluarkan dengan dihentakkan serta

melanjutkannya sampai ekspirasi maksimal. Apabila subjek merasa

pusing maka manuver segera dihentikan karena dapat

menyebabkan subjek pingsan. Keadaan ini disebabkan oleh

gangguan venous return ke rongga dada.

3) Manuver VEP1 (volume ekspirasi paksa detik pertama). Nilai VEP1

adalah volume udara yang dikeluarkan selama 1 detik pertama

pemeriksaan KVP. Manuver VEP1 seperti manuver KVP.

4) Manuver APE (arus puncak ekspirasi). APE adalah kecepatan arus

ekpirasi maksimal yang dapat dicapai saat ekspirasi paksa. Tarik

napas semaksimal mungkin, hembuskan dengan kekuatan maksimal

segera setelah kedua bibir dirapatkan pada mouthpiece.

5) Manuver MVV (maximum voluntary ventilation). MVV adalah

volume udara maksimal yang dapat dihirup subjek. Subjek bernapas

melalui spirometri dengan sangat cepat, kuat dan sedalam mungkin

selama minimal 10-15 detik.

5. Hasil Spirometri

a) Minimal terdapat 3 hasil acceptable

1) Inspirasi penuh sebelum pemeriksaan dimulai

2) Memenuhi syarat awal ekspirasi yaitu dengan usaha

maksimal dan tidak ragu-ragu

3) Tidak batuk atau glottis menutup selama detik pertama

29

Page 30: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

4) Memenuhi lama pemeriksaan yaitu minimal 6 detik atau

sampai 15 detik pada subjek dengan kelainan

b) Obstruksi

1) Tidak terjadi kebocoran

2) Tidak terjadi obstruksi pada mouthpiece

c) Hasil yang reproducible

1) Nilai KVP dan VEP1, diambil dua nilai terbesar dengan

perbedaan diantaranya kurang dari 5% atau 0,1 liter

2) Jika tidak memenuhi kriteria ulangi pemeriksaan.

3) Jika tidak didapat setelah 8 kali pemeriksaan maka

pemeriksaan dihentikan dan interpretasi hasil yang didapat

dengan menggunakan 3 hasil terbaik yang acceptable

d) Seleksi nilai untuk interpretasi

1) Pilih hasil yang acceptable dan reproducible

2) Pilih nilai KVP dan VEP1 yang terbesar tanpa

memperhatikan pemeriksaan yang digunakan

3) Untuk indeks rerata kecepatan aliran menggunakan nilai

pemeriksaan dengan nilai terbesar kombinasi KVP dan

VEP1

30

Page 31: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Manajemen Oksigenasi pada Pasien NSTEMI

NSTEMI terjadi karena thrombosis akut atau proses vasokonstrikai

koroner, sehingga terjadi eskemia miokard dan dapat menyebabkan

nekrosis jaringan miokard dengan derajat lebih kecil, biasanya terbatas

pada subendokardium. Keadaan ini tidak dapat menyebabkan elevasi

segmen ST, namun menyebabkan pelepasan penanda nekrosis.

Non ST elevation myocardial Infarction (NSTEMI) dapat

disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau peningkatan

kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner.

NSTEMI terjadi karena trombosis akut atau prosesvasokonstriksi koroner.

Trombosis akut pada arteri koroner diawali dengan adanya ruptur plak

yang tidak stabil.

2. Spirometri

Spirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur

secara obyektif kapasitas/fungsi paru (ventilasi) pada pasien dengan

indikasi medis. Alat yang digunakan disebut spirometer.

Pemeriksaan spirometri sering dianggap sebagai pemeriksaan

sederhana namun sebenarnya merupakan pemeriksaan yang sangat

31

Page 32: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

kompleks. Variabilitas hasil pemeriksaan spirometri lebih besar daripada

pemeriksaan lain karena tidak konsistennya usaha subjek. Karena itu

sangat diperlukan pemahaman, koordinasi dan kerjasama yang baik antara

teknisi dan subjek agar didapatkan hasil yang optimal.

32

Page 33: Kebutuhan Cairan dan Elektrolit "Manajemen Oksigenasi pada Pasien dengan NSTEMI” dan “Prosedur tindakan Spirometri"

DAFTAR PUSTAKA

Hazinki Mary Fran. 2004. Handbook of Emergency Cardiovascular Care for

Healthcare   Providers, AHA : USA

Joewono Budi Prasetyo. 2003. Ilmu Penyakit Jantung, Airlangga University:

Surabaya.

Joyce Levefer. 1997. Buku Saku Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik

dengan   Implikasi Keperawatan. EGC : Jakarta.

Bastiansyah,Eko.2008.Panduan Lengkap : Membaca Hasil Tes

Kesehatan.Jakarta:Penebar plus

Djojodibroto,Darmanto.2009.Respirologi (Respiratory Medicine).Jakarta:EGC

Muttaqin,arief.2008.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem pernapasan.Jakarta:Salemba Medika

http://prodia.co.id/pemeriksaan-penunjang/spirometri diakses pada tanggal 26

september 2013

http://www.klikparu.com/2013/01/spirometri.html diakses pada tanggal 26

september 2013

33