50
1 BLOK 11 NON INFEKSI MODUL 1 TRAUMA DENTAL DAN MAKSILOFASIAL Disusun oleh : Kelompok 3 Andre Kusuma Ruslim 1310015116 Mirsa Herdiani 1310015119 Hosana A.M 1310015095 Dera Armedita 1310015101 Daivy Putri A.M 1310015112 Andronikus Sulupadang 1310015117 Betrik Sefyana 1310015120 Cynthia Clarissa 1310015104 Wilman Rante Marampa 1310015118 Aji Ayu Nur Bianti 1310015108 Tutor : drg. Sinar Yani FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI Blok 11 Modul 1 Trauma Dental dan Maksilofasial

Laporan Kelompok 3 Blok 11 Modul 1 Trauma Dental Dan Maksilofasial

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Kelompok 3 Blok 11 Modul 1 Trauma Dental Dan Maksilofasial

Citation preview

BLOK 10 INFEKSI 2

BLOK 11 NON INFEKSI

MODUL 1 TRAUMA DENTAL DAN MAKSILOFASIAL

Disusun oleh : Kelompok 3

Andre Kusuma Ruslim1310015116Mirsa Herdiani1310015119Hosana A.M1310015095Dera Armedita1310015101Daivy Putri A.M1310015112

Andronikus Sulupadang1310015117Betrik Sefyana 1310015120

Cynthia Clarissa1310015104Wilman Rante Marampa1310015118

Aji Ayu Nur Bianti 1310015108

Tutor : drg. Sinar Yani

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan DKK (Diskusi Kelompok Kecil) dengan baik dan lancar. Laporan ini dibuat sesuai dengan gambaran jalannya proses DKK kami, lengkap dengan pertanyaan pertanyaan dan jawaban yang disepakati oleh kelompok kami dan bimbingan dari tutor kami yang telah memberi pengarahan kepada kami tentang pembahasan dari laporan kami.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam proses pembuatan laporan DKK ini. Pertama, kami berterima kasih kepada drg. Sinar Yani selaku tutor kami yang telah dengan sabar menuntun kami selama proses DKK. Terima kasih pula kami ucapkan atas kerja sama rekan sekelompok di Kelompok 3. Tidak lupa juga kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam mencari informasi maupun membuat laporan DKK.Akhir kata, kami sadar bahwa kesempuranaan tidak ada pada manusia oleh sebab itu, kami mohon kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan di kemudian hari. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai referensi atau perkembangan pengetahuan.

Samarinda, April 2015

Hormat kami,

Kelompok 3

DAFTAR ISI

Kata pengantar .......................................................................................................... 2

Daftar isi3

BAB 1 Pendahuluan

1.1. Latar Belakang4

1.2. Tujuan5

1.3. Manfaat5

BAB 2 Pembahasan

2.1 Step 1 : Identifikasi Istilah Asing6

2.2 Step 2 : Identifikasi Masalah6

2.3 Step 3 : Curah Pendapat7

2.4 Step 4 : Peta Konsep9

2.5 Step 5 : Learning Objective9

2.6 Step 6 : Belajar Mandiri9

2.7 Step 7 : Sintesis10

BAB 3 Penutup

3.1. Kesimpulan 343.2. Saran34Daftar Pustaka 35

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Trauma dalam Kamus Kedokteran Gigi dapat diartikan sebagai luka atau cedera pada jaringan. Trauma merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami cedera oleh salah satu sebab. Penyebab yang paling sering adalah kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, olah raga dan rumah tangga. Di Indonesia kematian akibat kecelakaan lalu lintas lebih kurang 12 ribu orang per tahun sehingga dapat disimpulkan bahwa trauma dapat menyebabkan :

1. Angka kematian yang tinggi.

2. Hilangnya waktu kerja yang banyak sehingga biaya perawatan yang besar.

3. Kecacatan sementara dan permanen.

Banyak dari korban trauma tersebut mengalami cedera pada dental dan maksilofasial berupa fraktur, dislokasi, dan cedera jaringan lunak.

Menurut American Dental Association (ADA), fraktur dental atau patah gigi merupakan hilangnya atau lepasnya fragmen dari satu gigi lengkap yang biasanya disebabkan oleh trauma atau benturan. Fraktur gigi dapat dimulai dari ringan (melibatkan chipping dari lapisan gigi terluar yang disebut email dan dentin) sampai berat (melibatkan fraktur vertikal, diagonal, atau horizontal akar). Email dan dentin adalah dua lapisan pelindung terluar gigi. Email adalah permukaan terluar yang keras dan berwarna putih. Dentin adalah lapisan kuning yang terletak tepat di bawah email. Email dan dentin keduanya berfungsi melindungi jaringan gigi bagian dalam. Mahkota terlihat sepertiga dari gigi, sedangkan sisanya dua pertiga yang ditutupi dengan gusi disebut akar.

Trauma maksilofasial adalah suatu ruda paksa yang mengenai wajah dan jaringan sekitarnya. Ada banyak faktor etiologi yang menyebabkan fraktur maksilofasial dapat terjadi, seperti kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, kecelakaan akibat olahraga, kecelakaan akibat peperangan dan juga sebagai akibat dari tindakan kekerasan. Tetapi penyebab terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas.

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka perlu untuk dilakukan pembahasan terkait dengan trauma dental dan maksilofasial. Hal tersebut dapat menjadi acuan kedepannya bagi dokter gigi untuk dapat mengetahui dan memahami perawatan yang lebih baik tentang kasus serupa.

1.2 TUJUAN

A. Mengetahui dan memahami macam-macam trauma.

B. Mengetahui dan memahami etiologi luka dan fraktur khusunya untuk fraktur dental.

C. Memahami dan mampu menjelaskan klasifikasi luka dan fraktur, khususnya fraktur dental.

D. Memahami dan mampu menjelaskan mekanisme terjadinya luka dan fraktur serta proses penyembuhannya.

E. Mengetahui dan memahami penanganan luka dan fraktur.

1.3 MANFAAT

Setelah mempelajari materi pembelajaran tentang Trauma Dental dan Maksilofasial ini, diharapkan Mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman dapat mengetahui, memahami, dan mampu mejelaskan tentang macam-macam trauma, etiologi luka dan fraktur, klasifikasi luka dan fraktur khususnya untuk fraktur dental, mekanisme terjadinya luka dan fraktur serta penyembuhannya, dan penanganan yang tepat terhadap luka dan fraktur.

BAB 2

PEMBAHASAN

SKENARIO

Seorang wanita usia 25 tahun diantar oleh keluarganya ke Unit Gawat Darurat RSUD A. Wahab Sjahranie dalam keadaan wajah bengkak dan berdarah, daerah sekitar mulut mengalami luka abrasi dan terlihat kebiruan. Wanita tersebut mengalami kecelakaan kendaraan bermotor. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter di UGD menunjukkan, terdapat fraktur pada gigi anterior RA, bibir mengalami luka laserasi. Pasien hanya mengeluhkan rasa sakit pada daerah rongga mulut dan sekitarnya.

2.1 STEP 1 : Identifikasi Istilah Asing

1. Luka Laserasi : Luka robek akibat terkena benda tajam, bentuk luka tidak teratur seperti sayatan, lukanya dalam sehingga memerlukan jahitan.

2. Trauma

: Suatu jaringan atau tulang akibat suatu kecelakann cedera fisik atau emosional

3. Fraktur

: Suatu patahan, putusnya hubungan tulang atau tulang rawan akibat suatu kekerasan

4. Luka Abrasi

: Luka yang terjadi akibat gesekan, luka gesekan yang ditandai hilangnya ketebalan sebagian tubuh. Luka dangkal akibat gesekan kulit dengan permukaan kasar, lukanya tidak melibihi epidermis kulit.

2.2 STEP 2 : Identifikasi Masalah

1. Kenapa lukanya bisa berwarna kebiruaan ?

2. Bagaimana luka abrasi sekitar mulut dapat terjadi ?

3. Penanganan yang tepat untuk luka abrasi ?

4. Mengapa wajahnya bisa bengkak ?

5. Kenapa bibir bisa terjadi luka laserasi ?

6. Apa dampak luka laserasi pada bibir ?

7. Penanganan pertama apa yang perlu diakukan ?

8. Pemeriksaan apa saja yang bisa dilakukan untuk wanita tersebut ?

9. Apakah luka di dalam jaringan atau rongga mulut termasuk luka laserasi ?

10. Kenapa terjadi fraktur pada gigi anterior rahang atas ? bukan rahang bawah ?

11. Komplikasi apa yang terjadi dari luka dan fraktur yang ada di skenario ?

12. Penangan pertama jika korban masih di tkp untuk mahasiswa kedokteran gigi ?

13. Apakah ada obat untuk kasus di skenario ?

14. Apakah gigi yang fraktur masih vital ?

2.3 STEP 3 : Curhat Pendapat

1. Luka bisa berwarna kebiruan karena : Karena trauma atau benturan fisik kewajahnya lalu terjadi penggumpalan pembuluh darah dan pembuluh darahnya pecah.

Ada darah warna biru penyempitan di pembuluh darah, darah warna merah karena terkena oksigen, karena terkena trauma warnanya jadi biru.

Saat jatuh yang terkena pembuluh darah vena jadi yang bengkak dan pecah pembuluh darah vena.

Trauma, suplai oksigen menurun dan daerah sekitar jadi biru.

2. Luka abrasi dapat terjadi... Karena bergeseknya aspal.

Karena trauma tumpul.

Karena permukaan kasar.

Karena adanya gesekan stratum kronium terkelupas abrasi luka yang dangkal, luka tidak melebihi epidermis.

Karena panas jadi terkikis

Abrasi luka tidak dalam sebagian dari kulit saja

Laserasi bisa jadi pendarahan karena luka sampai dermis

3. Dibersihkan dengan air mengalir, diberikan betadin atau antiseptik lain, beri alkohol.

4. Wajah pasien tersebut dapat bengkak ..... Karena ada proses inflamasi

Karena ada luka abrasi dan laseradi

Karena ada trauma

5. Karena ada pecahan gelas, gesekan lukanya lebih dalam dari abrasi. Luka lebih mudah terinfeksi

6. Jaringan parut atau scar( pada kulit dan bibir

7. Disterilkan untuk luka laserasi. Fraktur gigi dirujuk ke dokter konservasi. Pembengkakannya di kompres. Ada 4 penanganan yaitu :

Airway

Breathing and ventilasi

Sirkulasi dan kontrol darah

Dissability (neurologi evaluasi)

8. Vital sign, extra oral dan intra oral

9. Tidak sama (PR)

10. Tergantung tempat terjadinya trauma

11. Komplikasi yang dapat terjadi adalah Kalau sudah ditangani hanya ada bekas luka laserasi

Abses jika tidak ditangani

Inflamasi jika luka laseraso tidak ditangani

Gigi fraktur dapat menyebabkan maloklusi

Bengkak, hilangnya sensasi

Luka laserasi memudahkan terjadinya infeksi

Pendarahan lanjut

Kelainan TMJ

Infeksi primer dan sekunder jika luka tidak ditangani

12. Sama dengan No.7

13. Anti inflamasi, analgesik, antiseptik

14. Tergantung fraktur giginya 2.4 STEP 4 : PETA KONSEP

2.5 STEP 5 : Learning Objective

1. Mahasiswa mampu menjelaskan macam macam trauma.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi luka dan fraktur.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi luka dan fraktur (gigi).4. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami mekanisme terjadinya luka dan fraktur dan penyembuhannya.5. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami penanganan luka dan fraktur.2.6 STEP 6 : Belajar Mandiri

Pada step ini, kami melakukan pembelajaran mandiri secara individu dan kelompok serta mencari jawaban learning objective dari berbagai referensi.

2.7 STEP 7 : Sintesis

1. MACAM-MACAM TRAUMA

Trauma adalah luka atau cedera pada jaringan. Trauma biasanya disebabkan oleh tindakan-tindakan fisik dengan terputusnya kontinuitas normal secara struktur. Trauma dibagi atas 7 bentuk,yaitu :

1. Trauma mekanik

2. Trauma panas

3. Trauma kimia

4. Trauma listrik

5. Trauma radiasi

6. Trauma biologis

7. Trauma emosi

Trauma mekanik

Salah satu ciri yang paling khas dalam trauma mekanik adalah terjadinya fraktur tuang yang patah.jika kita melakukan goresan pada tangan dengan menggunakan kunci atau alat tajam lain secara cepat, maka akan timbul rasa nyeri pada tangan bukan hanya satu, namun dua jenis nyeri. Selama gorensan berlangsung terdapat nyeri ringan yang langsung dirasakan dan dapat dilokalisir secara rapat. Kemudian, selama kira-kira setengah menit, keadaan akan tenang kembali.setelah itu akan menyusul suatu nyeri yang sangat berebda yaitu nyeri bakar yang terus menerus dan sangat mengganggu. Nyeri yang juga dapat ditemukan pada berbagai penyakit inilah yang disebut trauma mekanik.

Setelah beberapa menit pada bekas goresan tadi terlihat garis merah. Inilah yang dinamakan peradangan. Peradangan disekitar goresan ini akan terasa panas saat diraba. Setelah itu, akan terjadi pembengkakan yang pucat di tangan tempat goresan tersebut.

Trauma panas

Trauma panas dapat terjadi karena adanya jaringan yang terbakar secara langsung atau membeku, akibta tekanan suhu yang terlalu dingin. Bisa juga secara berharap seluruh tubuh mendapatkan panas yang berlebihan atau karena dingin yang terlalu rendah

Trauma bahan kimia

Trauma bahan kimia dapat terjadi karena memakan racun

Trauma listrik

Trauma listrik ini merupakan bentuk syok akibat tersengat, bentuk syok akibat tersengat listrik bertegangan tinggi. Trauma seperti ini bisa merusak jantung, otak, bahkan sering mengakibatkan kematian

Trauma radiasi

Trauma radiasi dapat terjadi akibat hujan debu radioaktif yang berasal dari letusan bom. Bahkanm cahaya matahari pun dapat menyebabkan trauma (sunburn) ini.

Trauma biologi

Trauma biologi dapat disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, malaria, gigitan ular dan segala gangguan adri makhluk biologi lainnya

Trauma emosi

Trauma emosi biasanya disebabkan oleh teman sendiri atau sesama manusia. 2. ETIOLOGI LUKA DAN FRAKTURLuka

1. Trauma Fisik atau Mekanik

Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan trauma pada jaringan lunak di rongga mulut, salah satunya adalah trauma fisik atau mekanik. Dimana pada trauma fisik ataupun mekanik terbagi dalam beberapa sebab-sebab lainnya, yaitu:

Trauma gigitan

Banyak orang menderita luka di dalam mulutnya. Hal tersebut biasanya dilakukan secara tidak disengaja seperti tergigit pada saat makan pada bibir ataupun jaringan lunak yang ada di dalam rongga mulut. Luka gigit pada bibir atau lidah tersebut akibat susunan gigi yang tidak teratur. Sering kali, hal ini dapat menjadi sebuah kebiasaan yang tidak disadari atau dapat terjadi selama tidur. Luka jaringan lunak rongga mulut juga bisa disebabkan karena tertusuk alat ortodonsi atau tepi plat gigi tiruan yang dipasang secara tidak tepat sehingga dapat menimbulkan ulser.

Trauma sikat gigi

Sikat gigi ternyata adalah salah satu sebab dari trauma jaringan lunak rongga mulut. Cara penggunaan dari sikat gigi yang berlebihan dan cara menyikat gigi yang salah dapat merusak gigi serta melukai jaringan lunak yang ada di dalam rongga mulut.

Trauma makanan

Banyak jenis makanan yang kita makan dapat menggores ataupun melukai jaringan lunak dalam rongga mulut dan menyebabkan terjadinya ulser. Contohnya adalah keripik singkong yang mempunyai tekstur yang keras dan tajam sehingga saat dimakan dapat melukai jaringan lunak rongga mulut, selain itu kue kering yang keras, apel dan setelah mengunya permen keras juga dapat melukai jaringan lunak rongga mulut sehingga menimbulkan ulser.

2. Trauma Termal (Panas)Trauma termal atau luka bakar pada rongga mulut sebagian besar disebabkan oleh makanan atau minuman yang panas. Penggunaan microwave meningkatkan angka kejadian luka bakar panas karena dapat membuat makanan yang dingin di bagian luarnya tetapi sangat panas di bagian dalamnya. Pada awal terjadinya trauma termal akan terasa nyeri yang selanjutnya muncul area yang tidak nyeri, hangus, dan kekuningan yang disertai dengan sedikit atau bahkan tidak berdarah. Selanjutnya, area tersebut akan mengalami nekrosis, karena banyak sel yang mati akibat panas, dan mulai mengelupas bahkan bisa mengeluarkan darah. Luka yang melibatkan makanan yang panas biasanya timbul pada palatum atau mukosa lidah bagian posterior berupa area eritema dan ulserasi yang dapat menyisakan epithelium yang nekrosis pada daerah perifer. Selain itu, injuri thermal juga dapat terjadi secara iatrogenik, yaitu overheat instrument yang mengenai mukosa. Efek lebih parah terjadi pada mukosa yang dianestesi, karena pasien tidak dapat merasakan sakit pada mukosa yang berkontak dengan instrumen tersebut.

Lesi luka bakar3. Trauma kimiawi Trauma kimiawi di dalam rongga mulut biasanya akibat bahan-bahan kedokteran gigi yang digunakan dalam praktek, misalnya aspirin, hidrogen peroksida, silver nitrat, fenol, larutan anestesi, dan bahan perawatan saluran akar. Trauma kimiawi dapat disebabkan karena pemakaian obat-obatan yang bersifat kaustik, seperti obat kumur yang tinggi kandungan alcohol, hydrogen peroksida, atau fenol, dan penggunaan obat aspirin baik tablet maupun topikal pada mukosa sebagai obat sakit gigi.

Lesi biasanya terletak pada forniks atau lipatan mukobukal dan gingiva. Area yang terluka berbentuk ireguler, berwarna putih, dilapisi pseudomembran, dan sangat sakit. Area yang terlibat sangat mungkin meluas. Jika kontak dengan agen kimia terjadi cukup singkat, maka lesi yang terbentuk berupa kerut-kerut berwarna putih tanpa nekrosis jaringan. Kontak dalam waktu lama (biasanya dengan aspirin, sodium hipoklorid, dan fenol) dapat menyebabkan kerusakan yang lebih berat dan pengelupasan jaringan yang nekrosis. Mukosa non-keratinisasi yang tidak cekat lebih sering mengalami luka bakar dibandingkan mukosa cekat.Fraktur

Etiologi fraktur yang dimaksud adalah peristiwa yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur diantaranya peristiwa trauma(kekerasan) dan peristiwa patologis.

1. Peristiwa Trauma (kekerasan)

a) Kekerasan langsung

Kekerasan langsung dapat menyebabkan tulang patah pada titik terjadinya kekerasan itu, misalnya tulang kaki terbentur bumper mobil, maka tulang akan patah tepat di tempat terjadinya benturan. Patah tulang demikian sering bersifat terbuka, dengan garis patah melintang atau miring.

b) Kekerasan tidak langsung

Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang di tempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam hantaran vektor kekerasan. Contoh patah tulang karena kekerasan tidak langsung adalah bila seorang jatuh dari ketinggian dengan tumit kaki terlebih dahulu. Yang patah selain tulang tumit, terjadi pula patah tulang pada tibia dan kemungkinan pula patah tulang paha dan tulang belakang. Demikian pula bila jatuh dengan telapak tangan sebagai penyangga, dapat menyebabkan patah pada pergelangan tangan dan tulang lengan bawah.

c) Kekerasan akibat tarikan otot

Kekerasan tarikan otot dapat menyebabkan dislokasi dan patah tulang. Patah tulang akibat tarikan otot biasanya jarang terjadi. Contohnya patah tulang akibat tarikan otot adalah patah tulang patella dan olekranom, karena otot triseps dan biseps mendadak berkontraksi.

2.Peristiwa Patologis

a) Kelelahan atau stres fraktur

Fraktur ini terjadi pada orang yang yang melakukan aktivitas berulang-ulang pada suatu daerah tulang atau menambah tingkat aktivitas yang lebih berat dari biasanya. Tulang akan mengalami perubahan struktural akibat pengulangan tekanan pada tempat yang sama, atau peningkatan beban secara tiba-tiba pada suatu daerah tulang maka akan terjadi retak tulang.

b) Kelemahan Tulang

Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal karena lemahnya suatu tulang akibat penyakit infeksi, penyakit metabolisme tulang misalnya osteoporosis, dan tumor pada tulang. Sedikit saja tekanan pada daerah tulang yang rapuh maka akan terjadi fraktur.

3. KLASIFIKASI LUKA DAN FRAKTUR

Luka

a. Berdasarkan Kategori

1. Luka Accidental

Adalah cedera yang tidak disengaja, seperti kena pisau, luka tembak, luka bakar; tepi luka bergerigi; berdarah; tidak steril.

Gambar 1. Luka bakar

2. Luka Bedah

Merupakan terapi yang direncanakan, seperti insisi bedah, needle introduction; tepi luka bersih; perdarahan terkontrol; dikendalikan dengan asepsis bedah.

Gambar 2. Luka post op skin graft

b.Berdasarkan integritas kulit

1. Luka terbuka

Kerusakan melibatkan kulit atau membran mukosa; kemungkinan perdarahan disertai kerusakan jaringan; risiko infeksi.

2. Luka tertutup

Tidak terjadi kerusakan pada integritas kulit, tetapi terdapat kerusakan jaringan lunak; mungkin cedera internal dan perdarahan.

c.Berdasarkan Descriptors

1. Aberasi

Luka akibat gesekan kulit; superficial; terjadi akibat prosedur dermatologik untuk pengangkatan jaringan scar.

2. Puncture

Trauma penetrasi yang terjadi secara disengaja atau tidak disengaja oleh akibat alat-alat yang tajam yang menusuk kulit dan jaringan di bawah kulit.

3. Laserasi

Tepi luka kasar disertai sobekan jaringan, objek mungkin terkontaminasi; risiko infeksi.4. Kontusio

Luka tertutup; perdarahan di bawah jaringan akibat pukulan tumpul; memar.

d.Klasifikasi Luka Bedah

1. Luka bersih

Luka bedah tertutup yang tidak mengenai system gastrointestinal, , pernafasan atau system genitourinary, risiko infeksi rendah.

2. Bersih terkontaminasi

Luka melibatkan system gastrointestinal, pernafasan atau system genitourinary, risiko infeksi.

3. Kontaminasi

Luka terbuka, luka traumatic, luka bedah dengan asepsis yang buruk; risiko tinggi infeksi.

4. Infeksi

Area luka terdapat patogen; disertai tanda-tanda infeksi.

e.Berdasarkan penyebab

1. Luka pembedahan atau bukan pembedahan

2. Akut atau kronik

Gambar 3. Luka Kronik

f.Kedalaman jaringan yang terlibat

1. Superficial

Hanya jaringan epidermis

2. Partial thicknessLuka yang meluas sampai ke dalam dermis

3. Full thicknessLapisan yang paling dalam dari jaringan yang destruksi. Melibatkan jaringan subkutan dan kadang-kadang meluas sampai ke fascia dan struktur yang dibawahnya seperti otot, tendon atau tulang.

Fraktur

Banyak klasifikasi telah diperkenalkan untuk gigi yang mengalami fraktur. Klasifikasi yang sering digunakan adalah seperti klasifikasi Ellis, klasifikasi Ellis dan Davey, klasifikasi World Health Organization (WHO) dan klasifikasi Andreasen. Dengan mengunakan klasifikasi cedera traumatik akan mempermudah komunikasi serta penyebaran informasinya.

Klasifikasi Menurut Ellis dan Davey.

Ellis dan Davey (1970) menyusun klasifikasi trauma pada gigi anterior menurut banyaknya struktur gigi yang terlibat, yaitu:

a. Kelas 1

: Fraktur mahkota sederhana yang hanya melibatkan jaringan email.

b. Kelas 2 : Fraktur mahkota yang lebih luas yang telah melibatkan jaringan dentin tetapi belum melibatkan pulpa.

c. Kelas 3

:Fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan menyebabkan terbukanya pulpa.

d. Kelas 4 :Trauma pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non vital dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota. e. Kelas 5 :Trauma pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi atau avulsi.

f. Kelas 6 :Fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.g. Kelas 7 :Perubahan posisi atau displacement gigi. h. Kelas 8 :Kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada gigi yang menyebabkan fraktur mahkota yang besar tetapi gigi tetap pada tempatnya dan akar tidak mengalami perubahan.i. Kelas 9

:Kerusakan pada gigi sulung akibat trauma pada gigi depanKlasifikasi Menurut WHO

Klasifikasi yang direkomendasikan dari World Health Organization (WHO) diterapkan pada gigi sulung dan gigi tetap, yang meliputi jaringan keras gigi, jaringan pendukung gigi dan jaringan lunak rongga mulut. Pada pembahasan ini klasifikasi WHO yang diterangkan hanya pada trauma yang mengakibatkan fraktur dentoalveolar, yaitu cedera pada jaringan keras gigi dan pulpa, jaringan periodontal, dan tulang pendukung (Welbury, 2005) :

A. Cedera pada jaringan keras gigi dan pulpa (Gambar 2.1)

1) .Enamel infraction: jenis fraktur tidak sempurna dan hanya berupa retakan tanpa hilangnya substansi gigi.

2).Fraktur email: hilangnya substansi gigi berupa email saja.

3).Fraktur email-dentin: hilangnya substansi gigi terbatas pada email dan dentin tanpa melibatkan pulpa gigi.

4).Fraktur mahkota kompleks (complicated crown fracture): fraktur email dan dentin dengan pulpa yang terpapar.

5).Fraktur mahkota-akar tidak kompleks (uncomplicated crown-root fracture): fraktur email, dentin, sementum, tetapi tidak melibatkan pulpa.

6).Fraktur mahkota-akar kompleks (complicated crown-root fracture): fraktur email, dentin, dan sementum dengan pulpa yang terpapar.

7).Fraktur akar: fraktur yang melibatkan dentin, sementum, dan pulpa, dapat disubklasifikasikan lagi menjadi apikal, tengah, dan sepertiga koronal (gingiva).

Gambar 2.1 Cedera pada Jaringan Keras Gigi dan Jaringan Pulpa.

B. Cedera pada Jaringan Periodontal (Gambar 2.2)

1) Concussion: tidak ada perpindahan gigi, tetapi ada reaksi ketika diperkusi.

2) Subluksasi: kegoyangan abnormal tetapi tidak ada perpindahan gigi.

3) Luksasi ekstrusif (partial avulsion): perpindahan gigi sebagian dari soket.

4) Luksasi lateral: perpindahan ke arah aksial disertai fraktur soket alveolar.

5)

Luksasi intrusif: perpindahan ke arah tulang alveolar disertai fraktur soket alveolar.

6) Avulsi: gigi lepas dari soketnya.

Gambar 2.2 Cedera pada Jaringan Periodontal.

C.Cedera pada Tulang Pendukung (Gambar 2.3)

1)Pecah dinding soket alveolar mandibula atau maksila : hancur dan tertekannya soket alveolar, ditemukan pada cedera intrusif dan lateral luksasi.

2)Fraktur dinding soket alveolar mandibula atau maksila : fraktur yang terbatas pada fasial atau lingual/palatal dinding soket.

3)Fraktur prosesus alveolar mandibula atau maksila : fraktur prosesus alveolar yang dapat melibatkan soket gigi.

4)Fraktur mandibula atau maksila : dapat atau tidak melibatkan soket alveolar.

Gambar 2.3 Cedera pada Tulang Pendukung

4. MEKANISME TERJADINYA LUKA DAN FRAKTUR SERTA PROSES PENYEMBUHANNYA

Luka

Proses penyembuhan luka memiliki 3 fase yaitu fase inflamasi, proliferasi dan maturasi. Satu fase dengan fase yang lain merupakan suatu kesinambungan yang tidak dapat dipisahkan.A.Fase Inflamasi Berlangsung segera setelah jejas terjadi dan berlanjut hingga 5 hari. Merupakan respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan jaringan lunak yang bertujuan untuk mengontrol perdarahan, mencegah koloni bakteri, menghilangkan debris dan mempersiapkan proses penyembuhan lanjutan. Disebut juga fase lamban karena reaksi pembentukan kolagen baru sedikit dan luka hanya dipertautkan oleh fibrin yang lemah. Awal fase, kerusakan jaringan menyebabkan keluarnya platelet yang akan menutupi vaskuler yang terbuka dengan membentuk clot yang terdiri dari trombosit dengan jala fibrin dan mengeluarkan zat yang menyebabkan vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang putus (retraksi), dan reaksi hemostasis. Terjadi selama 5 10 menit.

Setelah itu, sel mast akan menghasilkan sitokin, serotonin dan histamin yang meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan, pengumpulan sel radang, disertai vasodilatasi lokal. Tanda dan gejala klinik radang menjadi jelas berupa warna kemerahan karena kapiler melebar (rubor), suhu hangat (kalor), rasa nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor).

Eksudasi mengakibatkan terjadinya pergerakan leukosit menembus dinding pembuluh darah (diapedesis) terutama neutrofil menuju luka karena daya kemotaksis mengeluarkan enzim hidrolitik berfungsi untuk fagositosis benda asing dan bakteri selama 3 hari yang kemudian digantikan fungsinya oleh sel makrofag yang berfungsi juga untuk sintesa kolagen, pembentukan jaringan granulasi bersama makrofag, memproduksi Growth Factor untuk re epitelialisasi, dan proses angiogenesis.

B.Fase ProliferasiBerlangsung dari hari ke 6 sampai dengan 3 minggu. Disebut juga fase fibroplasias karena fase ini didominasi proses fibroblast yang berasal dari sel mesenkim undifferentiate, yang akan berproliferasi dan menghasilkan kolagen, elastin, hyaluronic acid, fifbronectin, dan proteoglycans yang berperan dalam rekonstruksi jaringan baru. Fase ini terdiri dari proses proliferasi, migrasi, deposit jaringan matriks, dan kontraksi luka.

Pada fase ini serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk penyesuaian dengan tegangan pada luka yang cenderung mengerut. Sifat ini, bersama dengan sifat kontraktil miofibroblast, menyebabkan tarikan pada tepi luka. Pada akhir fase ini kekuatan regangan luka mencapai 25% jaringan normal. Nantinya, dalam proses penyudahan kekuatan serat kolagen bertambah karena ikatan intramolekul dan antar molekul.

Luka dipenuhi sel radang, fibroblast, dan kolagen, membentuk jaringan granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasarnya dan berpindah mengisi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses mitosis. Proses migrasi hanya bisa terjadi ke arah yang lebih rendah atau datar, sebab epitel tak dapat bermigrasi ke arah yang lebih tinggi. Proses ini baru berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka. Dengan tertutupnya permukaan luka, proses fibroplasia dengan pembentukan jaringan granulasi juga akan berhenti dan mulailah proses maturasi.

C. Fase Maturasi

Berlangsung mulai pada hari ke 21 dan dapat berlangsung sampai berbulan-bulan dan berakhir bila tanda radang sudah hilang. Pada fase ini terjadi proses maturasi yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya remodelling jaringan yang baru terbentuk. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan. Udem dan sel radang diserap, sel muda menjadi matang, kapiler baru menutup dan diserap kembali, kolagen yang berlebih diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan regangan yang ada. Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, dan lemas serta mudah digerakkan dari dasar. Terlihat pengerutan maksimal pada luka. Pada akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu menahan regangan kira kira 80% kemampuan kulit normal. Hal ini tercapai kira kira 3-6 bulan setelah penyembuhan.

Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

Faktor Instrinsik: faktor dari penderita yang berpengaruh dalam proses penyembuhan meliputi : usia, status nutrisi dan hidrasi, oksigenasi dan perfusi jaringan, status imunologi, dan penyakit penyerta (hipertensi, DM, Arthereosclerosis).

Faktor Ekstrinsik: faktor didapat dari luar penderita yang dapat berpengaruh dalam proses penyembuhan luka, meliputi : pengobatan, radiasi, stres psikologis, infeksi, iskemia dan trauma jaringan Berikut adalah faktor yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka:

1. Usia

Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.

2. Nutrisi

Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Pasien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan. Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena supply darah jaringan adipose tidak adekuat.

3. Infeksi

Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.

4. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi

Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok. Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.

5. Hematoma

Darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Hematoma yang besar, memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.

6. Benda asing

Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses yang timbul timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (pus).

7. Iskemia

Penurunan suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.

8. Diabetes

Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.

9. Keadaan Luka

Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.

10. Obat

Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.

a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera.

b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan

c. Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.

Fraktur

A. Tahap Inflamasi.

Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang denganberkurangnyapembengkakandannyeri.Terjadiperdarahandalamjaringanyang cidera dan pembentukan hematoma di tempat patah tulang. Ujung fragmen tulangmengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cidera kemudian akan diinvasi oleh magrofag (sel darah putih besar), yang akan membersihkan daerahtersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri.

B. Tahap Proliferasi Sel

Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi,terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untukrevaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoblast (berkembang dari osteosit, sel endotel, dan sel periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentukjaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid). Dari periosteum, tampak pertumbuhan melingkar. Kalus tulang rawan tersebut dirangsang oleh gerakan mikro minimal pada tempat patah tulang. Tetapi gerakan yang berlebihan akan merusak sruktur kalus. Tulang yang sedang aktif tumbuh menunjukkan potensial elektronegatif.

C. Tahap Pembentukan Kalus.

Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuhmencapai sisi lain sampai celahsudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan, dan tulang serat matur. Bentuk kalus dan volume dibutuhkan untuk menghubungkan defek secara langsungberhubungandenganjumlahkerusakandanpergeserantulang.Perluwaktutiga sampai empat minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan ataujaringan fibrus. Secara klinis fargmen tulang tidak bisa lagi digerakkan.

D. Tahap Penulangan Kalus

Osifikasi). Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalamduasampaitigaminggupatahtulang,melaluiprosespenulangan endokondral. Patah tulang panjang orang dewasa normal, penulangan memerlukan waktu tiga sampai empat bulan. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu dengan keras. Permukaan kalus tetap bersifat elektronegatif.

E. Tahap Menjadi Tulang Dewasa

(Remodeling).Tahap akhir perbaikanpatah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahuntahun tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan pada kasusyang melibatkan tulang kompak dan kanselusstres fungsional pada tulang. Tulang kanselus mengalami penyembuhan dan remodeling lebih cepat daripada tulang kortikal kompak, khususnya pada titik kontak langsung. Selama pertumbuhan memanjang tulang, maka daerah metafisis mengalami remodeling(pembentukan) dan pada saat yang bersamaan epifisis menjauhi batang tulang secaraprogresif. Remodeling tulang terjadi sebagai hasil proses antara deposisidan resorpsi osteoblastik tulang secara bersamaan. Proses remodelingtulang berlangsung sepanjanghidup, dimana pada anak-anak dalam masa pertumbuhan terjadi keseimbangan (balance) yang positif, sedangkan pada orang dewasa terjadi keseimbangan yang negative.

5. PENANGANAN LUKA DAN FRAKTUR

Luka

Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan luka, pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan.

a. Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan eksplorasi). b. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakankulit. Untuk melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptik seperti:1) Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif dalam 2 menit).2) Halogen dan senyawanya

a) Yodium, merupakan antiseptik yang sangat kuat, berspektrum luas dan dalam konsentrasi 2% membunuh spora dalam 2-3 jam.b) Povidon Yodium (Betadine, septadine dan isodine), merupakan kompleks yodium dengan polyvinylpirrolidone yang tidak merangsang, mudah dicuci karena larut dalam air dan stabil karena tidak menguap.c) Yodoform, sudah jarang digunakan. Penggunaan biasanya untuk antiseptik borok.d) Klorhesidin (Hibiscrub, savlon, hibitane), merupakan senyawa biguanid dengan sifat bakterisid dan fungisid, tidak berwarna, mudah larut dalam air, tidak merangsang kulit dam mukosa, dan baunya tidak menusuk hidung. 3) Oksidansia

a) Kalium permanganat, bersifat bakterisid dan funngisida agak lemah berdasarkan sifat oksidator.b) Perhidrol (Peroksida air, H2O2), berkhasiat untuk mengeluarkan kotoran dari dalam luka dan membunuh kuman anaerob.4) Logam berat dan garamnya

a) Merkuri klorida (sublimat), berkhasiat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. b) Merkurokrom (obat merah)dalam larutan 5-10%. Sifatnya bakteriostatik lemah, mempercepat keringnya luka dengan cara merangsang timbulnya kerak (korts).5) Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%).6) Derivat fenol

a)Trinitrofenol (asam pikrat), kegunaannya sebagai antiseptik wajah dan genitalia eksterna sebelum operasi dan luka bakar.

b)Heksaklorofan (pHisohex), berkhasiat untuk mencuci tangan.

Basa ammonium kuartener, disebut juga etakridin (rivanol), merupakan turunan aridin dan berupa serbuk berwarna kuning dam konsentrasi 0,1%. Kegunaannya sebagai antiseptik borok bernanah, kompres dan irigasi luka terinfeksi (Mansjoer, 2000:390).

Dalam proses pencucian/pembersihan luka yang perlu diperhatikan adalah pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian luka. Penggunaan cairan pencuci yang tidak tepat akan menghambat pertumbuhan jaringan sehingga memperlama waktu rawat dan meningkatkan biaya perawatan. Pemelihan cairan dalam pencucian luka harus cairan yang efektif dan aman terhadap luka. Selain larutan antiseptik yang telah dijelaskan diatas ada cairan pencuci luka lain yang saat ini sering digunakan yaitu Normal Saline. Normal saline atau disebut juga NaCl 0,9%. Cairan ini merupakan cairan yang bersifat fisiologis, non toksik dan tidak mahal. NaCl dalam setiap liternya mempunyai komposisi natrium klorida 9,0 g dengan osmolaritas 308 mOsm/l setara dengan ion-ion Na+ 154 mEq/l dan Cl- 154 mEq/l (InETNA,2004:16 ; ISO Indonesia,2000:18).

c.Pembersihan Luka

Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari terjadinya infeksi; membuang jaringan nekrosis dan debris (InETNA, 2004:16). Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan luka yaitu :

1) Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan mati dan benda asing.2) Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.3) Berikan antiseptik.4) Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi lokal.5) Bila perlu lakukan penutupan luka (Mansjoer,2000: 398;400)

d.Penjahitan luka

Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh per sekundam atau per tertiam.

e.Penutupan Luka

Penutupan luka berguna untuk mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal.

f.Pembalutan Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada penilaian kondisi luka.

Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan hematom.

g.Pemberian Antibiotik prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.

h.Pengangkatan Jahitan

Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi (Mansjoer,2000:398 ; Walton, 1990:44).

Fraktur

Prinsip 4R (chairudin Rasjad) :1. Recognition : diagnosis dan penilaian fraktur.2. Reduction3. Retention : Immobilisasi.4. Rehabilitation : mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin.

Penatalaksanaan awal fraktur meliputi reposisi dan imobilisasi fraktur dengan splint. Status neurologis dan vaskuler di bagian distal harus diperiksa baik sebelum maupun sesudah reposisi dan imobilisasi. Pada pasien dengan multiple trauma, sebaiknya dilakukan stabilisasi awal fraktur tulang panjang setelah hemodinamis pasien stabil. Sedangkan penatalaksanaan definitif fraktur adalah dengan menggunakan gips atau dilakukan operasi dengan ORIF maupun OREF.

Tujuan Pengobatan fraktur :

1. REPOSISI dengan tujuan mengembalikan fragmen ke posisi anatomi.Tertutup : fiksasi eksterna, Traksi (kulit, sekeletal).Terbuka : Indikasi :1. Reposisi tertutup gagal2. Fragmen bergeser dari apa yang diharapkan3. Mobilisasi dini4. Fraktur multiple5. Fraktur Patologis

2. IMOBILISASI / FIKSASITujuan mempertahankan posisi fragmen post reposisi sampai Union.Jenis Fiksasi :Ekternal / OREF Gips (plester cast) Traksi

Indikasi : Pemendekan (shortening) Fraktur unstabel : oblique, spiral Kerusakan hebat pada kulit dan jaringan sekitar.

3. UNION

4. REHABILITASIPenyembuhan fraktur ada 5 Stadium : 1. Pembentukan Hematom : kerusakan jaringan lunak dan penimbunan darah.2. Organisasi Hematom / Inflamasi. Dalam beberapa jam post fraktur terbentuk fibroblast ke hematom dalam beberapa hari terbentuk kapiler kemudian terjadi jaringan granulasi.3. Pembentukan kallus. Fibroblast pada jaringan granulasi menjadi kolagenoblast kondroblast kemudian dengan partisipasi osteoblast sehat terbentuk kallus (Woven bone).4. Konsolidasi : woven bone berubah menjadi lamellar bone.5. Remodelling : Kalus berlebihan menjadi tulang normal.

Prinsip terjadinya UNION :a. Dewasa : Kortikal 3 bulan, Kanselus 6 minggu.b. Anak-anak : separuh dari orang dewasa.

BAB 3

PENUTUP

3.1Kesimpulan

Trauma adalah luka atau cedera pada jaringan. Trauma biasanya disebabkan oleh tindakan-tindakan fisik dengan terputusnya kontinuitas normal secara struktur. Trauma dapat menyebabkan fraktur ataupun cedera pada jaringan lunak atau luka. Penyebab terjadinya luka dan fraktur dapat berbagai hal. Misalnya kecelakaan kendaraan, kecelakaan pada saat bekerja, kekerasan rumah tangga, olahraga, dll. Klasifikasi luka dapat dibagi atau diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok sesuai dengan faktor penyebabnya. Sementara klasifikasi untuk fraktur terutama fraktur dental dapat digunakan klasifikasi Elis atau WHO.

Mekanisme penyembuhan dari luka dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase maturasi. Sedangkan untuk mekanisme penyembuhan dari fraktur dapat dibagi menjadi 5 tahapan yaitu tahap inflamasi, tahap proliferasi sel, tahap pembentukkan kalus, tahap penulangan kalus , dan tahap remodeling. Sebagai seorang dokter, kita harus mengetahui bagaimana penanganan yang tepat untuk luka dan fraktur. Penanganan untuk luka mencakup evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan luka, pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan. Sedangkan untuk penanganan fraktur dengan 4R yaitu Recognition, Reduction, Retention, dan Rehabilitation.

3.2 Saran

Diharapkan Mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi lebih memahami materi pembahasan tentang Trauma Dental dan Maksiloasial ini karena sangat diperlukan ketika kita menemukan kasus yang berhubungan dengan trauma dental dan maksilofasial.

DAFTAR PUSTAKA

1. Welbury R. R. Pediatrics Dentistry. 2003. New York: Oxford University Press

2. Graham Apley, L. S. (1995). BUKU AJAR ORTOPEDI DAN FRAKTUR SISTEM APLEY (EDISI 7). Jakarta: Widya Medika.3. Baxter C: The normal healing process. In: New Directions in Wound Healing. Wound care manual; February 1990. Princeton, NJ: E.R. Squlbb & Sons, Inc; 1990.

4. David C, Sabiston, Jr., M.D. 1995. Buku Ajar Bedah. EGC. Jakarta5. Mansjoer.Arif, dkk. Eds.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.

6. Morris PJ and Malt RA, eds: Oxford Textbook of Surgery. Sec. 1 Wound healing. New York-Oxford-Tokyo Oxford University Press: 1995.

7. Reksoprodjo, S. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara, Jakarta8. Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2010.Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3, EGC, Jakarta9. Subandono, Jarot. 2012. Manajemen Luka. Laboratorium Keterampilan Klinis FK UNS 2012. Solo10. Sylvia A. Price & Lorraine M.Wilson. 2005. Patofisiologi, Edisi 6, EGC, Jakarta11. Szabo Z. et al., eds: Surgical Technology-International III. Universal Medical Press Inc.

12. Walton,Robert L. 1990. Perawatan Luka dan Penderita Perlukaan Ganda, Alih bahasa. Sonny Samsudin, Cetakan I. Jakarta : EGC.13. http://jurusanbiologi.blogspot.com/2014/04/trauma-pengertian-trauma-dan-jenis.html. 18 Maret 2015.14. Rasjad C. Trauma. In: Pengantar ilmu bedah ortopedi. 6th ed. Jakarta: YarsifWatampone, 2009, p. 355-356.TRAUMA

KLASIFIKASI

PEMERIKSAAN

PENANGANAN

KOMPLIKASI

FRAKTUR

LUKA

JARINGAN LUNAK

JARINGAN KERAS

Blok 11 Modul 1 Trauma Dental dan Maksilofasial