46
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku abnormal adalah bagian dari kenyataan yang kita hadapi dalam kehidupan ini. Baik disadari atau tidak, perilaku abnormal banyak terjadi di sekitar kita. Ia dapat berbentuk perilaku-perilaku yang jarang dilakukan, tidak sesuai dengan norma. Menyebabkan stress pribadi, tidak diharapkan dan disfungsi perilaku (Davison, Neale, dan Kring, 2004). Sayangnya, tidak banyak orang yang mau dengan sungguh-sungguh memahami perilaku-perilaku abnormal tersebut. Sehingga perilaku-perilaku abnormal yang ada, sering dipahami secara keliru satu dengan lainnya. Salah satu perilaku abnormal yang sering salah dipahami dan sulit untuk dimengerti adalah gangguan skizofrenia. Dari kata-kata yang menyusunnya, yaitu “schizein” yang berarti terpisah dan “phrenia” yang berarti jiwa, skizofrenia dapat diartikan sebagai jiwa yang terpisah (Fausiah, 2005). Karena pengertian tersebut, skizofrenia sering dianggap sama dengan gangguan kepribadian majemuk atau gangguan disosiasi identitas (Alloy, Accocella, dan Bootzin, 1996). Padahal, kedua macam gangguan tersebut berbeda dengan gangguan skizofrenia. Keterpisahan jiwa yang dialami oleh penderita

makalah skizofrenia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: makalah skizofrenia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku abnormal adalah bagian dari kenyataan yang kita hadapi dalam

kehidupan ini. Baik disadari atau tidak, perilaku abnormal banyak terjadi di

sekitar kita. Ia dapat berbentuk perilaku-perilaku yang jarang dilakukan, tidak

sesuai dengan norma. Menyebabkan stress pribadi, tidak diharapkan dan

disfungsi perilaku (Davison, Neale, dan Kring, 2004). Sayangnya, tidak

banyak orang yang mau dengan sungguh-sungguh memahami perilaku-

perilaku abnormal tersebut. Sehingga perilaku-perilaku abnormal yang ada,

sering dipahami secara keliru satu dengan lainnya.

Salah satu perilaku abnormal yang sering salah dipahami dan sulit untuk

dimengerti adalah gangguan skizofrenia. Dari kata-kata yang menyusunnya,

yaitu “schizein” yang berarti terpisah dan “phrenia” yang berarti jiwa,

skizofrenia dapat diartikan sebagai jiwa yang terpisah (Fausiah, 2005).

Karena pengertian tersebut, skizofrenia sering dianggap sama dengan

gangguan kepribadian majemuk atau gangguan disosiasi identitas (Alloy,

Accocella, dan Bootzin, 1996). Padahal, kedua macam gangguan tersebut

berbeda dengan gangguan skizofrenia. Keterpisahan jiwa yang dialami oleh

penderita gangguan skizofrenia bukanlah terbelahnya kepribadian menjadi

dua atau lebih, bentuk kepribadian yang lain. Melainkan, terbelahnya

kesatuan kepribadian dalam bentuk hilangnya keterkaitan antara emosi,

pikiran, dan persepsi penderita. Hal ini Nampak dari perilaku penderita

gangguan skizofrenia yang sering tidak sesuai dengan keadaan perasaan dan

pikirannya (Long, 2005). Penderita dapat mengatakan bahwa perasaannya

sangat sedih, namun kenyataannya ia terlihat sedang tertawa-tawa.

Skizofrenia bukanlah penyakit jiwa yang tidak dapat disembuhkan.

Peningkatan angka relapse pada pasien Skizofrenia pasca perawatan

dapatmencapai 25% - 50% yang pada akhirnya dapat menyebabkan

keberfungsiansosialnya menjadi terganggu.

Skizofrenia bisa terjadi pada siapa saja. Seringkali pasien

Skizofreniadigambarkan sebagai individu yang bodoh, aneh, dan berbahaya

Page 2: makalah skizofrenia

(Irmansyah,2006). Sebagai konsekuensi kepercayaan tersebut, banyak pasien

Skizofrenia tidak dibawa berobat ke dokter (psikiater) melainkan

disembunyikan, kalaupun akan dibawa berobat, mereka tidak dibawa ke

dokter melainkan dibawa ke “orang pintar” (Hawari, 2007).

Sebagai mahasiswa keperawatan kita ditutut untuk mampu bersikap

humanis, karena ranah kebermanfaatan seorang keperawatan adalah

hubungannya dengan manusia, bagaimana membantu untuk meningkatkan

motivasi belajar, meningkatkan kualitas dan produktifitas seseorang,

mengelola dan membantu menyelesaikan permasalahan kejiwaan seseorang.

Maka dari itu, sangat penting bagi kita sebagai calon perawat untuk

memahami lebih banyak tentang apa itu skizofrenia dan gangguan kejiwaan

lainnya agar mampu mengambil sikap yang lebih bijak dalam memahami

setiap gejala yang dialami oleh seorang individu. Mengambil sikap lebih

bijak maksudnya adalah bagaimana menghadapi klien dengan baik, serta

melakukan pencegahan dan pengobatan.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang diatas, maka permasalahan yang

dikaji dalam makalah ini adalah:

1. Menjelaskan konsep penyakit pada gangguan jiwa skizofrenia (definisi,

epidemiologi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, klasifikasi,

pengobatan, dan pencegahan?

2. Bagaimana fenomena skizofrenia yang terjadi dalam lingkungan

masyarakat ?

3. Bagaimana implikasi keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa

skizofrenia ?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Memberikan informasi mengenai fenomena-fenomena skizofrenia yang

terjadi di dalam masyarakat dan implikasi keperawatan dari masalah

tersebut.

1.3.2 Tujuan Khusus

Page 3: makalah skizofrenia

1. Memberikan pengetahuan tentang definisi penyakit gangguan jiwa

skizofrenia

2. Memberikan pengetahuan tentang penyebaran penyakit gangguan jiwa

skizofrenia

3. Memberikan pengetahuan tentang penyebab yang dapat menimbulkan

penyakit gangguan jiwa skizofrenia

4. Memberikan pengetahuan tentang tanda-tanda dan gejala dari penyakit

gangguan jiwa skizofrenia

5. Memberikan pengetahuan tentang mekanisme terjadinya penyakit

gangguan jiwa skizofrenia

6. Memberikan pengetahuan tentang jenis-jenis dari penyakit gangguan

jiwa skizofrenia

7. Memberikan pengetahuan tentang pengobatan dan pencegahan dari

penyakit gangguan jiwa skizofrenia

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Masyarakat mengetahui dan memahami mengenai gangguan jiwa

skizofrenia (definisi, epidemiologi, etiologi, manifestasi klinis,

patofisiologi, pencegahan serta pengobatannya).

2. Masyarakat mengetahui fenomena-fenomena skizofrenia yang terjadi

di lingkungan masyarakat.

3. Menambah pengetahuan, khususnya mahasiswa keperawatan tentang

implikasi keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa

skizofrenia.

Page 4: makalah skizofrenia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Skizofrenia

2.1.1 Definisi Skizofrenia

Skizofrenia berasal dari kata Yunani yang bermakna schizo artinya

terbagi, terpecah dan phrenia artinya pikiran. Jadi pikirannya terbagi atau

terpecah. (Rudyanto, 2007).

Skizofrenia berasal dari kata mula-mula digunakan oleh Eugene Bleuler,

seorang psikiater berkebangsaaan Swiss. Bleuler mengemukakan

manifestasi primer skizofrenia ialah gangguan pikiran, emosi menumpul dan

terganggu. Ia menganggap bahwa gangguan pikiran dan menumpulnya

emosi sebagai gejala utama daripada skizofrenia dan adanya halusinasi atau

delusi (waham) merupakan gejala sekunder atau tambahan terhadap ini

(Lumbantobing, 2007).

Skizofrenia dapat didefinisikan sebagai suatu sindrom dengan variasi

penyebab (banyak yang belum diketahui), dan perjalanan penyakit (tak

selalu bersifat kronis) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada

pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya (Kaplan and Sadock, 2010).

2.1.2 Epidemiologi Skizofrenia

Skizofrenia dapat ditemukan pada semua kelompok masyarakat dan di

berbagai daerah. Insiden dan tingkat prevalensi sepanjang hidup secara kasar

hampir sama di seluruh dunia. Gangguan ini mengenai hampir 1% populasi

dewasa dan biasanya onsetnya pada usia remaja akhir atau awal masa

dewasa. Pada laki-laki biasanya gangguan ini mulai pada usia lebih muda,

yaitu 15-25 tahun, sedangkan pada perempuan lebih lambat, yaitu sekitar

25-35 tahun. Insiden skizofrenia lebih tinggi pada laki-laki daripada

perempuan dan lebih besar di daerah urbanisasi dibandingkan daerah rural

(Sadock, 2003).

Pasien skizofrenia beresiko meningkatkan risiko penyalahgunaan zat,

terutama ketergantungan nikotin. Hampir 90% pasien mengalami

Page 5: makalah skizofrenia

ketergantungan nikotin. Pasien skizofrenia juga berisiko untuk bunuh diri dan

perilaku menyerang. Bunuh diri merupakan penyebab kematian pasien

skizofrenia yang terbanyak, hampir 10% dari pasien skizofrenia yang

melakukan bunuh diri (Kazadi, 2008).

Menurut Howard, Castle, Wessely, dan Murray, 1993, di seluruh dunia

prevalensi seumur hidup skizofrenia kira-kira sama antara laki-laki dan

perempuan, diperkirakan sekitar 0,2%-1,5%. Meskipun ada beberapa

ketidaksepakatan tentang distribusi skizofrenia di antara laki-laki dan

perempuan, perbedaan di antara kedua jenis kelamin dalam hal umur dan

onsetnya jelas. Onset untuk perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki,

yaitu sampai umur 36 tahun, yang perbandingan risiko onsetnya menjadi

terbalik, sehingga lebih banyak perempuan yang mengalami skizofrenia pada

usia yang lebih lanjut bila dibandingkan dengan laki-laki (Durand, 2007).

2.1.3 Etiologi Skizofrenia

Terdapat beberapa pendekatan yang dominan dalam menganalisa penyebab

skizofrenia, antara lain :

2.1.3.1 Faktor Genetik

Menurut Maramis (1995), faktor keturunan juga menentukan

timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang

keluarga-keluarga penderita skizofrenia terutama anak-anak kembar satu

telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9 - 1,8%; bagi saudara

kandung 7 – 15%; bagi anak dengan salah satu orangtua yang menderita

skizofrenia 7 – 16%; bila kedua orangtua menderita skizofrenia 40 – 68%;

bagi kembar dua telur (heterozigot) 2 -15%; bagi kembar satu telur

(monozigot) 61 – 86%.

Skizofrenia melibatkan lebih dari satu gen, sebuah fenomena yang

disebut quantitative trait loci. Skizofrenia yang paling sering kita lihat

mungkin disebabkan oleh beberapa gen yang berlokasi di tempat-tempat

yang berbeda di seluruh kromosom. Ini juga mengklarifikasikan mengapa

ada gradasi tingkat keparahan pada orang-orang yang mengalami gangguan

ini (dari ringan sampai berat) dan mengapa risiko untuk mengalami

skizofrenia semakin tinggi dengan semakin banyaknya jumlah anggota

keluarga yang memiliki penyakit ini (Durand & Barlow, 2007).

Page 6: makalah skizofrenia

2.1.3.2 Faktor Biokimia

Skizofrenia mungkin berasal dari ketidakseimbangan kimiawi otak

yang disebut neurotransmitter, yaitu kimiawi otak yang memungkinkan

neuron-neuron berkomunikasi satu sama lain. Beberapa ahli mengatakan

bahwa skizofrenia berasal dari aktivitas neurotransmitter dopamine yang

berlebihan di bagian-bagian tertentu otak atau dikarenakan sensitivitas yang

abnormal terhadap dopamine. Banyak ahli yang berpendapat bahwa aktivitas

dopamine yang berlebihan saja tidak cukup untuk skizofrenia. Beberapa

neurotransmitter lain seperti serotonin dan norepinephrine tampaknya juga

memainkan peranan (Durand, 2007).

2.1.3.3 Faktor Psikologis dan Sosial

Faktor psikososial meliputi adanya kerawanan herediter yang

semakin lama semakin kuat, adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya

hubungan orang tua-anak yang patogenik, serta interaksi yang patogenik

dalam keluarga (Wiraminaradja & Sutardjo, 2005).

Banyak penelitian yang mempelajari bagaimana interaksi dalam

keluarga mempengaruhi penderita skizofrenia. Sebagai contoh, istilah

schizophregenic mother kadang-kadang digunakan untuk mendeskripsikan

tentang ibu yang memiliki sifat dingin, dominan, dan penolak, yang

diperkirakan menjadi penyebab skizofrenia pada anak-anaknya (Durand &

Barlow, 2007).

Menurut Coleman dan Maramis (1994 dalam Baihaqi et al, 2005),

keluarga pada masa kanak-kanak memegang peranan penting dalam

pembentukan kepribadian. Orangtua terkadang bertindak terlalu banyak

untuk anak dan tidak memberi kesempatan anak untuk berkembang, ada

kalanya orangtua bertindak terlalu sedikit dan tidak merangsang anak, atau

tidak memberi bimbingan dan anjuran yang dibutuhkannya.

2.1.4 Manifestasi Klinis Skizofrenia

Indikator premorbid (pra-sakit) pre-skizofrenia antara lain :

Page 7: makalah skizofrenia

ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang

tersenyum, acuh tak acuh.

Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan pembicaraan terarah,

kadang menyimpang (tanjential) atau berputar-putar (sirkumstantial).

Gangguan atensi: penderita tidak mampu memfokuskan, mempertahankan,

atau memindahkan atensi.

Gangguan perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial,

tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas,

mengganggu dan tak disiplin.

Berdasarkan DSM-IV, ciri yang terpenting dari skizofrenia adalah adanya

campuran dari dua karakteristik (baik gejala positif maupun gejala negative)

(APA, 2000). Secara umum, karakteristik gejala skizofrenia (kriteria A), dapat

digolongkan dalam tiga kelompok :

1. Gejala Negatif

Gejala negatif adalah menurunnya atau tidak adanya perilaku tertentu,

seperti perasaan yang datar, tidak adanya perasaan yang bahagia dan

gembira, menarik diri, ketiadaan pembicaraan yang berisi, mengalami

gangguan social, serta kurangnya motivasi untuk beraktivitas (Kaplan dan

Sadock, 2004).

a) Gangguan Afek dan Emosi

Gangguan dan emosi pada skizofrenia berupa adanya kedangkalan

afek dan emosi (emotional blunting), misalnya : pasien menjadi acuh

tak acuh terhadap hal-hal yang penting untuk dirinya sendiri seperti

keadaan keluarga dan masa depannya serta perasaan halus sudah

hilang, hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi

yang baik (emotional rapport), terpecah belahnya kepribadian maka

hal-hal yang berlawanan mungkin terdapat bersama-sama, umpamanya

mencintai dan membenci satu orang yang sama atau menangis, dan

tertawa tentang suatu hal yang sama (ambivalensi) (Lumbantobing,

2007).

b) Alogia

Page 8: makalah skizofrenia

Penderita sedikit saja berbicara dan jarang memulai percakapan

dan pembicaraan. Kadang isi pembicaraan sedikit saja maknanya. Ada

pula pasien yang mulai berbicara yang bermakna, namun tiba-tiba ia

berhenti bicara, dan baru bicara lagi setelah tertunda beberapa waku

(Lumbantobing, 2007).

c) Avolisi

Ini merupakan keadaan dimaa pasien hampir tidak bergerak,

gerakannya miskin. Kalau dibiarkan akan duduk seorang diri, tidak

bicara, tidak ikut beraktivitas jasmani (Lumbantobing, 2007).

d) Anhedonia

Tidak mampu menikmati kesenangan, dan menghindari

pertemanan dengan orang lain (Asociality) pasien tidak mempunyai

perhatian, minat pada rekreasi. Pasien yang sosial tidak mempunyai

teman sama sekali, namun ia tidak memperdulikannya (Lumbantobing,

2007).

e) Gejala Psikomotor

Adanya gejala katatonik atau gangguan perbuatan dan sering

mencerminkan gangguan kemauan. Bila gangguan hanya kemauan saja

maka dapat dilihat adanya gerakan yang kurang luwes atau agak kaku,

stupor dimana pasien tidak menunjukkan pergerakan sam sekali dan

dapat berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan dan kadang bertahun-

tahun lamanya pada pasien yang sudah menahun; hiperkinese dimana

pasien terus bergerak saja dan sangat gelisah (Kaplan and Sadock,

2010).

2. Gejala Positif

Gejala positif adalah tanda yang biasanya pada orang kebanyakan tidak

ada, namun pada pasien skizofrenia justru muncul. Gejala positif adalah

gejala yang bersifat aneh, antara lain bersifat delusi, halusinasi,

ketidakteraturan pembicaraan, dan perubahan perilaku (Kaplan dan

Sadock, 2004).

a) Delusi/Waham

Page 9: makalah skizofrenia

yaitu keyakinan yang tidak masuk akal. Contohnya berpikir bahwa dia

selalu diawasi lewat televisi, berkeyakinan bahwa dia orang terkenal,

berkeyakinan bahwa radio atau televisi memberi pesan-pesan tertentu,

memiliki keyakinan agama yang berlebihan.

b) Halusinasi

yaitu mendengar, melihat, merasakan, mencium sesuatu yang

sebenarnya tidak ada. Sebagian penderita, mendengar suara/ bisikan

bersifat menghibur atau tidak menakutkan. Sedangkan yang lainnya

mungkin menganggap suara/bisikan tersebut bersifat negatif/ buruk

atau memberikan perintah tertentu.

c) Pikiran Paranoid

yaitu kecurigaan yang berlebihan. Contohnya merasa ada seseorang

yang berkomplot melawan, mencoba mencelakai atau mengikuti,

percaya ada makhluk asing yang mengikuti dan yakin dirinya diculik/

dibawa ke planet lain.

3. Gejala lainnya

Kategori gejala ini adalah disorganisasi, antara lain perilaku yang aneh

(misalnya katatonia, dimana pasien menampilkan perilaku tertentu

berulang-ulang, menampikan pose tubuh yang aneh; atau wxy flexibility,

yaitu orang lain dapat memutar atau membentuk posisi tertentu dari

anggota badan pasien, yang akan dipertahankan dalam waktu yang lama)

dan disorganisasi pembicaraan. Adapun disorganisasi pembicaraan adalah

masalah dalam mengorganisasikan ide dan pembicaraan, sehngga orang

lain mengerti (dikenal dengan gangguan berpikir normal). Misalnya

asosiasi longgar, inkoherensi, dan sebagainya (Prabowo, 2007).

2.1.5 Patofisiologi Skizofreinia

Perjalanan penyakit skizofrenia sangat bervariasi pada tiap-tiap

individu. Perjalanan klinis skizofrenia berlangsung secara perlahan-lahan,

meliputi beberapa fase yang dimulai dari keadaan premorbid, prodromal,

fase aktif dan keadaan residual (Sadock, 2003; Buchanan, 2005).

Pola gejala premorbid merupakan tanda pertama penyakit

skizofrenia, walaupun gejala yang ada dikenali hanya secara retrospektif.

Page 10: makalah skizofrenia

Karakteristik gejala skizofrenia yang dimulai pada masa remaja akhir atau

permulaan masa dewasa akan diikuti dengan perkembangan gejala

prodromal yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan. Tanda

dan gejala prodromal skizofrenia dapat berupa cemas, gundah (gelisah),

merasa diteror atau depresi. Penelitian retrospektif terhadap pasien dengan

skizofrenia menyatakan bahwa sebagian penderita mengeluhkan gejala

somatik, seperti nyeri kepala, nyeri punggung dan otot, kelemahan dan

masalah pencernaan (Sadock, 2003).

Fase aktif skizofrenia ditandai dengan gangguan jiwa yang nyata

secara klinis, yaitu adanya kekacauan dalam pikiran, perasaan dan

perilaku. Penilaian pasien skizofrenia terhadap realita terganggu dan

pemahaman diri (tilikan) buruk sampai tidak ada. Fase residual ditandai

dengan menghilangnya beberapa gejala klinis skizofrenia. Yang tinggal

hanya satu atau dua gejala sisa yang tidak terlalu nyata secara klinis, yaitu

dapat berupa penarikan diri (withdrawal) dan perilaku aneh (Buchanan,

2005).

2.1.6 Klasifikasi Skizofrenia

Diagnosa Skizofrenia berawal dari Diagnostik and Statistical Manual

of Mental Disorders (DSM) yaitu: DSM-III (American Psychiatric

Assosiation, 1980) dan berlanjut dalam DSM-IV (American Psychiatric

Assosiation,1994) dan DSM-IV-TR (American Psychiatric

Assosiation,2000). Berikut ini adalah tipe skizofrenia dari DSM-IV-TR

2000. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala yang dominan yaitu

(Davison, 2006) :

2.1.6.1 Tipe Paranoid

Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah waham yang mencolok atau

halusinasi auditorik dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif dan afektif

yang relatif masih terjaga. Waham biasanya adalah waham kejar atau

waham kebesaran, atau keduanya, tetapi waham dengan tema lain

(misalnya waham kecemburuan, keagamaan, atau somalisas) mungkin

juga muncul. Ciri-ciri lainnya meliputi ansietas, kemarahan, menjaga jarak

dan suka berargumentasi, dan agresif.

Page 11: makalah skizofrenia

2.1.6.2 Tipe Disorganized (tidak terorganisasi)

Ciri utama skizofrenia tipe disorganized adalah pembicaraan kacau,

tingkah laku kacau dan afek yang datar atau inappropriate. Pembicaraan

yang kacau dapat disertai kekonyolan dan tertawa yang tidak erat

kaitannya dengan isi pembicaraan. Disorganisasi tingkah laku dapat

membawa pada gangguan yang serius pada berbagai aktivitas hidup

sehari-hari.

2.1.6.3 Tipe Katatonik

Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah gangguan pada psikomotor

yang dapat meliputi ketidakbergerakan motorik (waxy flexibility).

Aktivitas motor yang berlebihan, negativism yang ekstrim, sama sekali

tidak mau bicara dan berkomunikasi (mutism), gerakan-gerakan yang

tidak terkendali, mengulang ucapan orang lain (echolalia) atau mengikuti

tingkah laku orang lain (echopraxia).

2.1.6.4 Tipe Undifferentiated

Tipe Undifferentiated merupakan tipe skizofrenia yang menampilkan

perubahan pola simptom-simptom yang cepat menyangkut semua

indikator skizofrenia. Misalnya, indikasi yang sangat ruwet, kebingungan

(confusion), emosi yang tidak dapat dipegang karena berubah-ubah,

adanya delusi, referensi yang berubah-ubah atau salah, adanya

ketergugahan yang sangat besar, autisme seperti mimpi, depresi, dan

sewaktu-waktu juga ada fase yang menunjukkan ketakutan.

2.1.6.5 Tipe Residual

Tipe ini merupakan kategori yang dianggap telah terlepas dari

skizofrenia tetapi masih memperlihatkan gejala-gejala residual atau sisa,

seperti keyakinan-keyakinan negatif, atau mungkin masih memiliki ide-

ide tidak wajar yang tidak sepenuhnya delusional. Gejala-gejala residual

itu dapat meliputi menarik diri secara sosial, pikiran-pikiran ganjil,

inaktivitas, dan afek datar.

2.1.7 Pengobatan dan Pencegahan Skizofrenia

Page 12: makalah skizofrenia

Penatalaksanaan pada pasien skizofrenia dapat berupa terapi biologis,

dan terapi psikososial.

2.1.7.1 Medik

1) Terapi Smatik (Medikamentosa)

Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut

antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan

perubahan pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin

dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat

atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien.

Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan

merupakan terapi obat-obatan pertama yang efekitif untuk mngobati

Skizofrenia. Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat

ini, yaitu antipsikotik konvensional, newer atypical antipsycotics, dan

Clozaril (Clozapine) (Baihaqi, 2007).

a. Antipsikotik Konvensional

Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut

antipsikotik konvensional. Walaupun sangat efektif, antipsikotik

konvensional sering menimbulkan efek samping yang serius.

Contoh obat antipsikotik konvensional antara lain (Baihaqi,

2007) :

Haldol (haloperidol)

Mellaril (thioridazine)

Navane (thiothixene)

Stelazine ( trifluoperazine)

Thorazine ( chlorpromazine)

Trilafon (perphenazine)

Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh

antipsikotik konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan

penggunaan newer atypical antipsycotic. Ada 2 pengecualian (harus

dengan antipsikotok konvensional). Pertama, pada pasien yang sudah

mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat menggunakan

antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang berarti. Biasanya

para ahli merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian

Page 13: makalah skizofrenia

antipskotik konvensional. Kedua, bila pasien mengalami kesulitan

minum pil secara reguler. Prolixin dan Haldol dapat diberikan dalam

jangka waktu yang lama (long acting) dengan interval 2-4 minggu

(disebut juga depot formulations). Dengan depot formulation, obat

dapat disimpan terlebih dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan secara

perlahan-lahan. Sistem depot formulation ini tidak dapat digunakan

pada newer atypic antipsycotic (Baihaqi, 2007).

b. Newer Atypcal Antipsycotic

Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena

prinsip kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan efek

samping bila dibandingkan dengan antipsikotik konvensional.

Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia,

antara lain :

(1) Risperdal (risperidone)

(2) Seroquel (quetiapine)

(3) Zyprexa (olanzopine)

Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk

menangani pasien-pasien dengan skizofrenia. (Baihaqi, 2007).

c. Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik

atipikal yang pertama. Clozaril dapat membantu ± 25-50% pasien

yang tidak merespon (berhasil) dengan antipsikotik

konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril memiliki efek

samping yang jarang tapi sangat serius dimana pada kasus-kasus

yang jarang (1%), Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah

putih yang berguna untuk melawan infeksi. Para ahli

merekomendaskan penggunaan Clozaril bila paling sedikit 2 dari

obat antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil (Andri, 2009).

Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran :

Page 14: makalah skizofrenia

(1) Klorpromazin. Sedian tablet 25 dan 100 mg, injeksi 25

mg/ml. Dosis 150 - 600 mg/hari

(2) Haloperidol. Sedian tablet 0,5 mg, 1,5 mg,5 mg Injeksi 5

mg/ml. Dosis 5 - 15 mg/hari

(3) Perfenazin. Sedian tablet 2, 4, 8 mg. Dosis 12 - 24 mg/hari

(4) Flufenazin. Sedian tablet 2,5 mg, 5 mg. Dosis 10 - 15 mg/hari

(5) Flufenazin dekanoat. Sedian Inj 25 mg/ml. Dosis 25 mg/2-4

minggu.

(6) Levomeprazin. Sedian tablet 25 mg, Injeksi 25 mg/ml. Dosis

25 - 50 mg/hari

(7) Trifluperazin. Sedian tablet 1 mg dan 5 mg . Dosis 10 - 15

mg/hari.

(8) Tioridazin. Sedian tablet 50 dan 100 mg. Dosis 150 - 600

mg/hari.

(9) Sulpirid. Sedian tablet 200 mg 300 ,Injeksi 50 mg/ml. Dosis

600mg/hari 1 - 4 mg/hari

(10) Pimozid. Sedian tablet 1 dan 4 mg. Dosis 1 - 4 mg/hari.

(11) Risperidon. Sedian tablet 1, 2, 3 mg Dosis 2 - 6 mg/hari

2) Cara Penggunaan

a) Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer

(efek klnis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada

efek samping sekunder.

b) Pemilihan jenis obat anti psikosis mempertimbangkan gejala

psikosis yang dominan dan efek samping obat. Pergantian obat

disesuaikan dengan dosis ekivalen.

Page 15: makalah skizofrenia

c) Apabila obat anti psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis

dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai,

dapat diganti dengan obat psikosis lain (sebaiknya dari golongan yang

tidak sama), dengan dosis ekivalennya dimana profil efek samping

belum tentu sama.

d) Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti psikosis sebelumnya

jenis obat antipsikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan

ditolerir dengan baik efek sampingnya, dapat dipilih kembali untuk

pemakaian sekarang

e) Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:

(1) Onset efek primer (efek klinis) sekitar 2-4 minggu

(2) Onset efek sekunder (efek samping) sekitar 2-6 jam

(3) Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)

(4) Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi

dampak efek samping (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar)

sehingga tidak begitu mengganggu kualitas hidup pasien

f) Mulai dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari

sampai mencapai dosis efektif (mulai peredaan sindroma psikosis)

dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan dosis optimal

dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi) diturunkan setiap 2

minggu dosis dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi drug

holiday 1-2 hari/mingu) tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4

minggu).

g) Untuk pasien dengan serangan sndroma psikosis multi episode

terapi pemeliharaan dapat dibarikan palong sedikit selama 5 tahun.

Page 16: makalah skizofrenia

h) Efek obat psikosis secara relatif berlangsung lama, sampai

beberapa hari setelah dosis terakhir yang masih mempunyai efek

klinis.

i) Pada umumnya pemberian oabt psikosis sebaiknya dipertahankan

selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis mereda

sama sekali. Untuk psikosis reaktif singkat penurunan obat secara

bertahap setelah hilangnya gejala dalam waktu 2 minggu - 2bulan.

j) Obat antipsikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat

walaupun diberikan dalam jangka waktu yang lama, sehingga potensi

ketergantungan obat kecil sekali.

k) Pada penghentian yang mendadak dapat timbul gejala Cholinergic

rebound yaitu: gangguan lambung, mual muntah, diare, pusing,

gemetar dan lain-lain. Keadaan ini akan mereda dengan pemberian

anticholinergic agent (injeksi sulfas atrofin 0,25 mg IM dan tablet

trihexypenidil 3x2 mg/hari)

l) Obat anti pikosis long acting (perenteral) sangat berguna untuk

pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan obat ataupun yang

tidak efektif terhadap medikasi oral. Dosis dimulai dengan 0,5 cc

setiap 2 minggu pada bulan pertama baru ditingkatkan menjadi 1 cc

setap bulan. Pemberian anti psikosis long acting hanya untuk terapi

stabilisasi dan pemeliharaan terhadap kasus skizpfrenia.

m) Penggunaan CPZ injeksi sering menimbulkan hipotensi ortostatik

pada waktu peubahan posisi tubuh (efek alpha adrenergik blokade).

Tindakan mengatasinya dengan injeksi noradrenalin (effortil IM)

n) -Haloperidol sering menimbulkan sindroma parkinson.

Mengatasinya dengan tablet trihexyphenidyl 3-4x2 mg/hari, SA 0,5-

0,75 mg/hari (Kaplan and Sadock, 2010).

3) Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama

Page 17: makalah skizofrenia

Newer atypical antipsycoic merupakn terapi pilihan untuk penderita

Skizofrenia episode pertama karena efek samping yang ditimbulkan

minimal dan resiko untuk terkena tardive dyskinesia lebih rendah (Andri,

2009).

Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai

bekerja. Sebelum diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti

dengan obat lain, para ahli biasanya akan mencoba memberikan obat

selama 6 minggu (2 kali lebih lama pada Clozaril) (Andri, 2009).

4) Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)

Biasanya timbul bila pendrita berhenti minum obat, untuk itu, sangat

penting untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat.

Terkadang penderita berhenti minum obat karena efek samping yang

ditimbulkan oleh obat tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapat

menurunkan dosis menambah obat untuk efek sampingnya, atau

mengganti dengan obat lain yang efek sampingnya lebih rendah.

Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat

mengganti obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan

tiap 2- 4 minggu. Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel dalam

penerapannya.Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah

mengkonsumsi obat sesuai anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat

untuk menggantinya dengan obat obatan yang lain, misalnya

a) antipsikotik konvensonal dapat diganti dengan newer atipycal

antipsycotic atau newer atipycal

b) antipsycotic diganti dengan antipsikotik atipikal lainnya. Clozapine

dapat menjadi cadangan yang dapat bekerja bila terapi dengan obat-obatan

diatas gagal (Kaplan and Sadock, 2010).

5) Pengobatan Selama Fase Penyembuhan

Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun

setelah sembuh. Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang

behenti minum obat setelah episode petama skizofrenia dapat kambuh.

Page 18: makalah skizofrenia

Para ahli merekomendasikan pasien-pasien Skizofrenia episode pertama

tetap mendapat obat antipskotik selama 12-24 bulan sebelum mencoba

menurunkan dosisnya. Pasien yang mendertia Skizofrenia lebih dari satu

episode, atau balum sembuh total pada episode pertama membutuhkan

pengobatan yang lebih lama. Perlu diingat, bahwa penghentian pengobatan

merupakan penyebab tersering kekambuhan dan makin beratnya penyakit

(Kaplan and Sadock, 2010).

2.1.7.2 Keperawatan

1) Terapi Psikososial

Terapi psikososial dimaksudkan penderita agar mampu kembali

beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu

merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain

sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat.

Penderita selama ini menjalani terapi psikososial ini hendaknya

masih tetap mengkonsumsi obat psikofarmaka sebagaimana juga

halnya waktu menjalani psikoterapi. Kepada penderita

diupayakan untuk tidak menyendiri, tidak melamun, banyak

kegiatan dan kesibukan, banyak bergaul (Kaplan and Sadock,

2010).

a) Terapi Perilaku

Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan

keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial,

latihan praktis dan komunikasi interpersonal. Jenis-jenis

psikoterapi perilaku adalah latihan ketrampilan perilaku

melibatkan penggunaan kaset video orang lain dan pasien,

permainan simulasi (role playing) dalam terapi dan pekerjaan

rumah tentang ketrampilan yang dilakukan (Kaplan and Sadock,

2010).

b) Terapi berorientasi-keluarga

Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali

dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, keluraga dimana

pasien skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dari

Page 19: makalah skizofrenia

terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah

periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam

terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan

kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang

jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia

untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang

terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat

skizofreniadan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya

(Kaplan and Sadock, 2010).

c) Terapi kelompok

Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada

rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata.

Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi

secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok

efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa

persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia.

Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya

dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi pasien

skizofrenia (Kaplan and Sadock, 2010).

d) Psikoterapi individual

Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang

ditemukan di dalam pengobpasien non-psikotik. Menegakkan

hubungan seringkali sulit dilakukan; pasien skizofrenia seringkali

kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan

kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi

jika seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan

rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan

kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada

informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama yang

merendahkan diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang

berlebihan adalah tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai

usaha untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi (Kaplan and

Sadock, 2010).

Page 20: makalah skizofrenia

2.1.7.3 Pencegahan Skizofrenia

Pendekatan yang dilakukan dalam pencegahan skizofrenia dapat bersifat

“eklektik holistik” yang mencakup tiga pilar yaitu organobiologis,

psikoedukatif, dan psikoreligius, dan dari ketiga pilar tersebut dapat diketahui

kepribadian seseorang. Upaya pencegahan yang dilakukan pada masing-

masing pilar dimaksudkan untuk menekan seminimal mungkin munculnya

skizofrenia dan kekambuhanya.

1) Organobiologis

Bila ada riwayat keluarga penderita skizofrenia, sebaiknya menikah

dengan keluarga yang tidak memiliki riwayat skizofrenia.

Walaupun dalam keluarga tidak ada riwayat penderita skizofrenia,

sebaiknya tidak menikah dengan yang memiliki riwayat skizofrenia.

Sebaiknya penderita atau pernah menderita skizofrenia tidak saling

menikah.

2) Psikoedukatif

Beberapa sikap yang harus diperhatikan orang tua dalam membina

mental emosional dan mental intelektual anak, yaitu:

Kemampuan untuk percaya pada kebaikan orang lain.

Sikap terbuka.

Anak mampu menerima kata tidak atau kemampuan pengendalian

diri terhadap hal-hal yang mengecewakan, kalau tidak anak akan

sulit bergaul dan belajar di sekolah.

3) Psiko Religius

Menurut Larson, penelitian yang termuat dalam Religious commitment

and Health, menyatakan bahwa agama sangat penting dalam pencegahan

agar seorang tidak mudah jatuh sakit, meningkatkan kemampuan mengatasi

penderitaan dan mempercepat penyembuhan.

Page 21: makalah skizofrenia

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Fenomena Skizofrenia

Skizofrenia adalah diagnosis psikiatri yang menggambarkan gangguan

mental yang ditandai oleh kelainan dalam persepsi atau ungkapan realitas. Distorsi

persepsi dapat mempengaruhi semua lima indera, termasuk penglihatan,

pendengaran, rasa, bau dan sentuhan, tapi paling sering bermanifestasi sebagai

halusinasi pendengaran, delusi paranoid atau aneh, atau pidato teratur dan berpikir

dengan disfungsi sosial atau pekerjaan yang signifikan. Timbulnya gejala

biasanya terjadi pada dewasa muda, dengan sekitar 0,4-0,6% dari populasi yang

terkena. Diagnosa didasarkan pada yang dilaporkan sendiri pasien pengalaman

dan perilaku yang diamati. Tidak ada tes laboratorium untuk skizofrenia saat ini

ada.

Studi menunjukkan bahwa genetika, lingkungan awal, neurobiologi,

proses psikologis dan sosial merupakan faktor penyumbang penting; beberapa

obat rekreasi dan resep tampak menyebabkan atau memperburuk gejala.

Penelitian psikiatri saat ini difokuskan pada peran neurobiologi, tapi tidak ada

penyebab organik tunggal telah ditemukan. Sebagai hasil dari kombinasi banyak

kemungkinan gejala, ada perdebatan tentang apakah diagnosis merupakan suatu

kelainan tunggal atau sejumlah sindrom diskrit. Untuk alasan ini, Eugen Bleuler

disebut penyakit schizophrenias (jamak) ketika ia menciptakan nama itu.

Meskipun etimologinya, skizofrenia adalah tidak sama dengan gangguan identitas

disosiatif, sebelumnya dikenal sebagai gangguan kepribadian ganda atau

kepribadian ganda, yang telah keliru bingung.

Peningkatan dopamin aktivitas di jalur mesolimbic otak secara konsisten

ditemukan pada individu skizofrenia. Andalan pengobatan obat antipsikotik, obat

jenis ini terutama bekerja dengan menekan aktivitas dopamin. Dosis antipsikotik

yang umumnya lebih rendah daripada di dekade awal penggunaan mereka.

Psikoterapi, dan rehabilitasi kejuruan dan sosial juga penting. Dalam kasus yang

lebih serius - di mana ada resiko untuk diri dan orang lain - rawat inap paksa

Page 22: makalah skizofrenia

mungkin diperlukan, walaupun tetap rumah sakit kurang sering dan untuk waktu

yang lebih pendek daripada mereka di masa sebelumnya.

Kelainan ini diduga terutama mempengaruhi kognisi, tetapi juga biasanya

memberikan kontribusi untuk masalah kronis dengan perilaku dan emosi. Orang

dengan skizofrenia cenderung memiliki tambahan (komorbiditas) kondisi,

termasuk depresi mayor dan gangguan kecemasan; terjadinya penyalahgunaan zat

seumur hidup adalah sekitar 40%. Masalah sosial, seperti jangka panjang,

kemiskinan pengangguran dan tunawisma, yang umum. Selanjutnya, rata-rata

harapan hidup orang dengan gangguan tersebut adalah 10 sampai 12 tahun kurang

daripada mereka yang tidak, karena meningkatnya masalah kesehatan fisik dan

tingkat bunuh diri lebih tinggi.

Skizofrenia terjadi sama pada pria dan perempuan, meskipun biasanya

muncul lebih awal pada pria - usia puncak onset adalah 20-28 tahun untuk laki-

laki dan 26-32 tahun untuk betina. Onset pada masa kanak-kanak jauh lebih

jarang, seperti di tengah-onset atau usia tua. Prevalensi skizofrenia seumur hidup -

proporsi individu diperkirakan akan mengalami penyakit tersebut pada setiap saat

dalam kehidupan mereka - umumnya diberikan pada 1%. Namun, tinjauan

sistematis studi 2002 banyak ditemukan prevalensi seumur hidup 0,55%.

Meskipun kebijaksanaan menerima bahwa skizofrenia terjadi pada tingkat yang

sama di seluruh dunia, prevalensi bervariasi di seluruh dunia, dalam negara, dan

pada tingkat lokal dan lingkungan. Salah satu temuan khususnya stabil dan ditiru

telah menjadi hubungan antara yang hidup di lingkungan perkotaan dan diagnosis

skizofrenia, bahkan setelah faktor-faktor seperti penggunaan narkoba, kelompok

etnis dan ukuran kelompok sosial telah dikendalikan untuk. Skizofrenia dikenal

menjadi penyebab utama kecacatan. Dalam sebuah penelitian 1999 dari 14 negara,

psikosis aktif menduduki peringkat ketiga kondisi paling menonaktifkan setelah

quadriplegia dan demensia dan menjelang paraplegia dan kebutaan.

Account dari sindrom seperti skizofrenia dianggap langka dalam catatan

sejarah sebelum tahun 1800-an, meskipun laporan perilaku irasional, tidak dapat

dimengerti, atau tidak terkendali yang umum. Ada penafsiran yang catatan singkat

dalam papirus Ebers Mesir Kuno mungkin menyiratkan skizofrenia, tapi review

Page 23: makalah skizofrenia

lain tidak menyarankan koneksi apapun. Sebuah tinjauan literatur Yunani dan

Romawi kuno menunjukkan bahwa meskipun psikosis digambarkan, ada tidak

memperhitungkan kondisi memenuhi kriteria untuk skizofrenia. Psikotik

keyakinan aneh dan perilaku yang mirip dengan beberapa gejala skizofrenia

dilaporkan dalam literatur medis dan psikologis Arab selama Abad Pertengahan.

Dalam The Canon of Medicine, misalnya, Ibnu Sina menggambarkan sebuah

kondisi yang agak menyerupai gejala-gejala skizofrenia yang disebut Junun

Mufrit (kegilaan yang parah), yang dibedakan dari bentuk-bentuk lain dari

kegilaan (Junun) seperti mania, rabies dan psikosis manic depressive. Namun,

tidak ada kondisi yang menyerupai skizofrenia dilaporkan dalam Bedah Imperial

Şerafeddin Sabuncuoğlu, sebuah buku medis utama Islam abad ke-15. Mengingat

bukti-bukti historis yang terbatas, skizofrenia (lazim seperti sekarang ini)

mungkin merupakan fenomena modern, atau alternatif itu mungkin telah

dikaburkan dalam tulisan-tulisan sejarah oleh konsep-konsep terkait seperti

melankolis atau mania.

Sebuah laporan kasus rinci pada 1797 tentang James Tilly Matthews, dan

rekening oleh Phillipe Pinel diterbitkan pada 1809, sering dianggap sebagai kasus

awal skizofrenia dalam literatur medis dan psikiatris. Skizofrenia pertama kali

digambarkan sebagai sindrom yang berbeda yang mempengaruhi remaja dan

dewasa muda oleh Benedict Morel pada tahun 1853, disebut démence précoce

(harfiah 'demensia dini'). Istilah demensia digunakan praecox pada tahun 1891

oleh Arnold Pilih dalam sebuah laporan kasus gangguan psikotik. Pada tahun

1893 Emil Kraepelin memperkenalkan perbedaan baru yang luas dalam klasifikasi

gangguan mental antara dementia praecox dan gangguan suasana hati (disebut

depresi manik dan termasuk unipolar dan bipolar depresi). Kraepelin percaya

bahwa dementia praecox merupakan penyakit otak, dan khususnya suatu bentuk

demensia, dibedakan dari bentuk-bentuk lain dari demensia, seperti penyakit

Alzheimer, yang biasanya terjadi di kemudian hari. Klasifikasi Kraepelin

perlahan-lahan mendapatkan penerimaan. Ada keberatan dengan penggunaan dari

"demensia" istilah meskipun kasus pemulihan, dan beberapa pembelaan diagnosa

diganti seperti kegilaan remaja.

Page 24: makalah skizofrenia

Skizofrenia kata - yang diterjemahkan secara kasar sebagai "membelah pikiran"

dan berasal dari akar Yunani schizein (σχίζειν, "untuk split") dan phrēn, phren-

(φρήν, φρεν-, "pikiran") - diciptakan oleh Eugen Bleuler pada tahun 1908 dan

dimaksudkan untuk menggambarkan pemisahan fungsi antara kepribadian,

berpikir, memori, dan persepsi. Bleuler menggambarkan gejala utama sebagai 4

A: rata Mempengaruhi, Autisme, gangguan Asosiasi ide dan Ambivalensi. Bleuler

menyadari bahwa penyakit itu bukan demensia karena beberapa pasien membaik

daripada memburuk dan karenanya mengusulkan istilah skizofrenia sebagai

gantinya.

Istilah skizofrenia sering disalahpahami berarti bahwa orang-orang yang

terkena dampak memiliki "kepribadian ganda". Meskipun beberapa orang

didiagnosis dengan skizofrenia mungkin mendengar suara-suara dan mungkin

mengalami suara sebagai kepribadian yang berbeda, skizofrenia tidak melibatkan

orang berubah antara kepribadian ganda yang berbeda. Kebingungan muncul

sebagian karena makna istilah skizofrenia Bleuler itu (secara harfiah "split" atau

"pikiran hancur"). Penyalahgunaan dikenal pertama istilah berarti "kepribadian

yang terbelah" adalah dalam sebuah artikel oleh penyair TS Eliot pada tahun

1933.

Pada paruh pertama abad kedua puluh skizofrenia dianggap cacat

keturunan, dan penderita tunduk pada eugenika di banyak negara. Ratusan ribu

orang disterilkan, dengan atau tanpa persetujuan - mayoritas di Nazi Jerman,

Amerika Serikat, dan negara-negara Skandinavia. Seiring dengan orang lain

berlabel "mental layak", banyak didiagnosis dengan skizofrenia dibunuh dalam

program "Aksi T4" Nazi.

Pada awal 1970-an, kriteria diagnostik untuk skizofrenia adalah subyek

dari sejumlah kontroversi yang akhirnya mengarah pada kriteria operasional

digunakan saat ini. Ini menjadi jelas setelah studi AS-Inggris 1971 Diagnostik

bahwa skizofrenia didiagnosis ke tingkat yang jauh lebih besar di Amerika

daripada di Eropa. Hal ini sebagian karena kriteria diagnostik longgar di AS, yang

menggunakan DSM-II manual, kontras dengan Eropa dan ICD-9 nya. 1972 studi

david Rosenhan, yang dipublikasikan dalam jurnal Science di bawah judul yang

Page 25: makalah skizofrenia

waras pada di tempat gila, menyimpulkan bahwa diagnosis skizofrenia di

Amerika Serikat sering subyektif dan tidak dapat diandalkan. Ini adalah beberapa

faktor dalam memimpin ke revisi tidak hanya dari diagnosis skizofrenia, tapi

revisi dari manual DSM keseluruhan, sehingga dalam publikasi DSM-III pada

tahun 1980. Sejak 1970-an lebih dari 40 kriteria diagnostik untuk skizofrenia telah

diusulkan dan dievaluasi.

Di Uni Soviet diagnosis skizofrenia juga telah digunakan untuk tujuan

politik. Soviet Andrei Snezhnevsky psikiater terkemuka dibuat dan dipromosikan

klasifikasi sub-tambahan lamban berkembang skizofrenia. Diagnosis ini

digunakan untuk mendiskreditkan dan cepat memenjarakan para pembangkang

politik sementara pengeluaran dengan percobaan berpotensi memalukan. Praktek

itu terkena Barat oleh sejumlah pembangkang Soviet, dan pada tahun 1977 World

Psychiatric Association mengutuk praktek Soviet di Kongres Dunia Keenam

Psikiatri. Daripada mempertahankan teorinya bahwa bentuk laten skizofrenia

disebabkan pembangkang untuk menentang rezim, Snezhnevsky memutuskan

semua kontak dengan Barat pada tahun 1980 dengan mengundurkan diri posisi

kehormatan di luar negeri.

Stigma sosial telah diidentifikasi sebagai suatu hambatan yang besar

dalam pemulihan pasien dengan skizofrenia. Dalam sampel, besar wakil dari

sebuah studi tahun 1999, 12,8% orang Amerika percaya bahwa individu dengan

skizofrenia adalah "sangat mungkin" untuk melakukan sesuatu kekerasan terhadap

orang lain, dan 48,1% mengatakan bahwa mereka "agak mungkin". Lebih dari

74% mengatakan bahwa orang dengan skizofrenia yang baik "tidak sangat

mampu" atau "tidak mampu sama sekali" untuk membuat keputusan tentang

pengobatan mereka, dan 70,2% mengatakan hal yang sama dari keputusan

manajemen uang. Persepsi individu dengan psikosis sebagai kekerasan memiliki

lebih dari dua kali lipat dalam prevalensi sejak tahun 1950, menurut salah satu

meta-analisis.

Page 26: makalah skizofrenia

3.2 Implikasi Keperawatan

3.2.1 Peran Caregiver

Caregiver dibedakan dalam dua kelompok, yaitu caregiver

informal dan caregiver formal. Caregiver formal adalah individu

yang menerima bayaran untuk memberikan perhatian, perawatan

serta perlindungan kepada individu yang sakit, seperti perawa

yang bekerja di rumah sakit jiwa, wisma, atau panti yang

menampung penderita kelainan jiwa (Nadia, 2009).

3.2.2 Peran Advokator

Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan

pasien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya

kecelakaan dan melindungi klien dari efek yang tidak diinginkan dari

suatu tindakan diagnostik atau pengobatan. Dalam menjalankan

perannya sebagai advokat, perawat melindungi hak klien sebagai

manusia dan secara hukum, serta membantu pasien dalam

menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan (Potter & Perry, 2005).

3.2.3 Peran Edukator

Perawat psikiatri memberi pendidikan kesehatan jiwa kepada pasien,

keluarga, dan komunitas agar mampu melakukan perawatan pada diri

sendiri, anggota keluarga, dan anggota masyarakat lainnya sehingga

setiap anggota masyarakat bertanggung jawab atas kesehatan jiwa

(Suliswati et al, 2005).

3.2.4 Peran Konselor

Perawat dapat dijadikan sebagai tempat bertanya oleh pasien

skizophrenia, keluarga yang mempunyai penderita skizophrenia dan

masyarakat, supaya mereka paham tentang gangguan skizophrenia

itu. Sehingga dapat membantu dalam proses pengobatan dan pasien

yang menderita skizophrenia tidak lagi dikucilkan di masyarakat

ataupun di pasung oleh keluarga.

Page 27: makalah skizofrenia

3.2.5 Peran Rehabilitator

Rehabilitasi merupakan proses dimana individu kembali ke tingkat

fungsi maksimal setelah mengalami gangguan jiwa. Pasien dapat

mengalami gangguan yang mengubah kehidupan mereka dan

perawat membantu mereka beradaptasi semaksimal mungkin dengan

keadaan tersebut (Potter & Perry, 2005).

3.2.6 Peran Penyuluh

Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan

data-data tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti

aktivitas perawatan diri, menilai apakah pasien memahami hal-hal

yang dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran.

Perawat menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan

kemampuan dan kebutuhan klien serta melibatkan sumber-sumber

yang lain, misalnya keluarga dalam pengajaran yang

direncanakannya (Potter & Perry, 2005).

Page 28: makalah skizofrenia

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang sifatnya merusak, melibatkan

gangguan berfikir, persepsi, pembicaraan, emosional, dan gangguan perilaku.

Gangguan psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan

individu menilai kenyataan yang terjadi. Faktor – faktor penyebab skozofrenia

meliputi faktor biologis, psikologis, lingkungan dan organis. Sedangkan gangguan

psikotik disebabkan oleh faktor organo – biologik, psikologik, sosio – agama.

Secara umum ciri – ciri skizofrenia yaitu gangguan delusi, halusinasi,

disorganisai, pendataran afek, alogia, avolisi, anhedonia. Ciri – ciri gangguan

psikotik diantaranya memiliki labilitas emosional, menarik diri dari interaksi

sosial, mengabaikan penampilan dan kebersihan diri, mengalami penurunan daya

ingat dan kognitif parah, mengalami kesulitan mengorientasikan waktu, orang,

tempat, memiliki keengganan melakukan segala hal serta memiliki perilaku yang

aneh. Tipe skizofrenia dikelompokkan menjai tipe paranoid, katatonik, tak

terperinci atau tak terbedakan, residual. Untuk gangguan psikotik sendiri

dikelompokkan menjadi tipe psikotik akut dan kronik. Cara Mengatasi skizofrenia

antara lain menciptakan kontak sosial yang baik, terapi ECT (electrocompulsive

therapy) dan (insulin comma therapy), menghindarkan dari frustrasi dan kesulitan

psikis lainnya, membiasakan pasien memiliki sikap hidup positif dan mau melihat

hari depan dengan rasa berani, memberi obat neuroleptik. Baik gangguan psikotik

akut maupun kronik diatasi dengan memberikan asuhan keperawatan pada klien.

4.2 Saran

Masyarakat seharusnya sekarang sudah mulai mengerti dan bisa

memperlakukan orang/keluarganya yang mengalami gangguan kejiwaan dengan

baik. Seperti yang masih terjadi akhir-akhir ini, pasum masih menjadi pilihan

utama untuk mnghentikan tingkah laku aneh mereka. Jika ada orang dengan

gangguan kejiwaan sebaiknya keluarga langsung menghubungi Rumah Sakit

Jiwa, sehingga bisa dilakukan penanganan yang cepat dan tepat.

Page 29: makalah skizofrenia

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, Sadock, Grebb. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri

Klinis Jilid Satu. Jakarta: Binarupa Aksara, 1997.

2. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32883/4/Chapter%20II.pdf

(diakses pada tanggal 19 November 2013)

3. http://bbtklppjakarta.pppl.depkes.go.id/assets/files/downloads/f1375258333-

schizophrenia.pdf (diakses pada tanggal 19 November 2013)

4. http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1kedokteran/207311046/BAB%20II.pdf

(diakses pada tanggal 19 November 2013)

5. http://foblog.psikomedia.com/pdf?id=1006 (diakses pada tanggal 19

November 2013)

6. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/jtptunimus-gdl-s1-2008-dwinurhaya-

194-2-bab1.pdf (diakses pada tanggal 19 November 2013)

7. http://indonesiaindonesia.com/f/10629-schizophrenia/ (diakses pada tanggal

19 November 2013)

8. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-purilukita-6608-3-

babii.pdf (diakses pada tanggal 19 November 2013)

9. http://www.news-medical.net/health/Schizophrenia-%28Indonesian%29.aspx

(diakses pada tanggal 19 November 2013)