5
Jurnal laporan praktikum analitik II 1 PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ABU DALAM BISKUIT Mashfufatul Ilmah (1112016200027) Eka yuli Kartika, Eka Noviana Nindi Astuti, Nina Afria Damayanti PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 ABSTRACT Biskuit adalah makanan ringan yang sering dijumpai dikalangan masyarakat dan dikonsumsi oleh banyak kalangan mulai dari balita hingga lanjut usia, oleh karena itu kandungan gizi biskuit perlu diperhatikan salah satu kandungan biskuit yang diteliti dalam percobaan ini yaitu kadar air dan kadar abu yang terkandung dalam biskuit. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 1992 kadar air dan abu dalam biskuit maksimal 5% dan 1.6%, apabila kadar air dan kadar abu yang terkandung dalam biskuit melebihi batas maksimal maka biskuit tidak memenuhi syarat mutu biskuit. Percobaah ini dilakukan dengan menerapkan metode gravimetri dan diperoleh data biskuit dengan kadar air 5.18% dan kadar abu 82.916% INTRODUCTION Biskuit adalah kue kering yang tipis, keras, dan renyah yang dibuat tanpa peragian dan kandungan air yang rendah. Biskuit dapat digolongkan menjadi dua,berdasarkan cara pencampurannya dan resep yang dipakai, yaitu jenis adonan dan jenis busa yang dapat disemprotkan atau dicetak, sedangkan kue busa terdiri dari kue “sponge”. Menurut SNI Biskuit adalah sejenis makanan yang terbuat dari tepung terigu yang melalui proses pemanasan dan pencetakan. Dalam syarat mutu biskuit, gizi yang terkandung dalam biskuit adalah air maks 5%, protein min 9%, Karbohidrat min 70%, Abu maks 1,6 %, serat maks 0,5 %, Kalori min 40 kkl/ 100 gr, logam berbahaya tidak ada, bau, rasa, warna normal, bahan

Penentuan Kadar Air Mashfufah

Embed Size (px)

Citation preview

  • Jurnal laporan praktikum analitik II

    1

    PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ABU DALAM BISKUIT

    Mashfufatul Ilmah (1112016200027)

    Eka yuli Kartika, Eka Noviana Nindi Astuti, Nina Afria Damayanti

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

    JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    2014

    ABSTRACT

    Biskuit adalah makanan ringan yang sering dijumpai dikalangan masyarakat dan

    dikonsumsi oleh banyak kalangan mulai dari balita hingga lanjut usia, oleh karena itu kandungan

    gizi biskuit perlu diperhatikan salah satu kandungan biskuit yang diteliti dalam percobaan ini

    yaitu kadar air dan kadar abu yang terkandung dalam biskuit. Menurut Standar Nasional

    Indonesia (SNI) tahun 1992 kadar air dan abu dalam biskuit maksimal 5% dan 1.6%, apabila

    kadar air dan kadar abu yang terkandung dalam biskuit melebihi batas maksimal maka biskuit

    tidak memenuhi syarat mutu biskuit. Percobaah ini dilakukan dengan menerapkan metode

    gravimetri dan diperoleh data biskuit dengan kadar air 5.18% dan kadar abu 82.916%

    INTRODUCTION

    Biskuit adalah kue kering yang tipis,

    keras, dan renyah yang dibuat tanpa

    peragian dan kandungan air yang rendah.

    Biskuit dapat digolongkan menjadi

    dua,berdasarkan cara pencampurannya dan

    resep yang dipakai, yaitu jenis adonan dan

    jenis busa yang dapat disemprotkan atau

    dicetak, sedangkan kue busa terdiri dari kue

    sponge. Menurut SNI Biskuit adalah

    sejenis makanan yang terbuat dari tepung

    terigu yang melalui proses pemanasan dan

    pencetakan. Dalam syarat mutu biskuit, gizi

    yang terkandung dalam biskuit adalah air

    maks 5%, protein min 9%, Karbohidrat min

    70%, Abu maks 1,6 %, serat maks 0,5 %,

    Kalori min 40 kkl/ 100 gr, logam berbahaya

    tidak ada, bau, rasa, warna normal, bahan

  • Jurnal laporan praktikum analitik II

    2

    bahan biskuit perlu persyaratan tertentu

    seperti aromannya sedap, mampu

    menghasilkan tekstur yang baik serta tidak

    menghasilkan reaksi pencoklatan yang tidak

    diinginkan (suratmi, 2006).

    Kadar air dan kadar abu merupakan

    mutu fisik biskuit. Menurut Standar

    Nasional Indonesia (SNI) tahun 1992,

    parameter kadar air dan abu untuk biskuit

    bayi dan balita masing-masing adalah

    maksimal 5% dan 1,5%. (Dwi Sarbini,

    2009)

    Menurut manley (1983), biskuit secara

    umum diklasifikasikan menjadi 4 kelompok

    sebagai berikut:

    1. Biskuit keras yaitu jenis biskuit

    manis yang dibuat dari adonan keras,

    berbentuk pipih, bila dipatahkan

    penampang potongannya bertekstur

    padat, dapat berkadar lemak tinggi

    maupun rendah.

    2. Cracker yaitu jenis biskuin yang

    dibuat dari adonan keras melalui

    proses fermentasi atau pemeraman,

    berbentuk pipih yang rasanya

    mengarah asin dan relatif renyah,

    serta bila dipatahkan pemanpangnya

    potongannya berlapis-lapis.

    3. Cookies yaitu jenis biskuit yang

    dibuat dari adonan lunak, berkadar

    lemak tinggi, relatif renyah dan bila

    dipatahkan penampangnya

    potongannya bertekstur kurang

    padat.

    4. Wafer yaitu jenis biskuit yang dibuat

    dari adonan cair, berpori-pori kasar,

    relatif renyah dan bila dipatahkan

    penampanag potongannya

    berrongga-rongga (FTIP.2007)

    Metode yang digunakan dalam

    menentukan kadar air dan kadar abu pada

    percobaan ini adalah metode gravimetric.

    Zat-zat yang diendapkan dan bentuk yang

    pada akhirnya ditimbang, dituliskan dalam

    daftar. Sebagai tambahan dari zat-zat

    anorganik, senyawa-senyawa organic telah

    dianalisa dengan teknik gravimetric.

    (Underwood, 1980).

    Cara gravimetric dapat dibandingkan

    terhadap terhadap tehnik lain secara

    menguntungkan dipandang dari

    ketelitiannya yang dapat dicapai. Jika analit

    merupakan suatu kontituen utama (> 1%

    contoh), ketelitian dari beberapa bagian per

    seribu dapat diharapkan jika tidak terlalu

    kompleks. Jika analit ada dalam keadaan

    minoritas atau jumlah runut (kurang dari

    1%), suatu contoh gravimetric biasanya

    tidak digunakan. (Underwood, 1980).

    MATERIAL AND METHODE

  • Jurnal laporan praktikum analitik II

    3

    Alat dan bahan

    Alat dan bahan yang digunakan adalah

    biskuit kering, cawan krus, cawan porselen,

    lumpang dan mortal, neraca analitik, spatula,

    tang krus, oven, furnes.stopwath

    Metode

    Percobaan ini dilakukan untuk

    menguji kadar air dan kadar abu dalam

    biskuit, unutk menentukan kadar air

    dilakukan dengan menghaluskan biskuit

    durian menggunalkan lumpang dan mortal,

    kemudian ditimbang menggunakan necara

    analitik sebanyak1.9603 gram panaskan

    dalam oven dengan suhu 105 oC

    menggunkana cawan porselen yang

    sebelumnya sudah dipanaskan selama 5

    menit dan dimasukkan desikator selama 15

    menit. Pemanasan biskuit dalam oven

    dilakukan selama 1.5 jam dan dimasukkan

    dalam desikator selama 15 menit, dilakukan

    penimbangan pada biskuit yang telah

    dioven, memanasan kembali biskuit untuk

    mendapatkan massa konstan dilakukan

    selama 10 menit dan desikator 5 menit untuk

    beberaka kali sampai massa konstan.

    Penentuan kadar abu dilakukan

    dengan memasukkan biskuit yang telah diuji

    kadar airnya kedalam furnes selama 30

    menit dan menimbang massa biskuit yang

    telah di furnes.

    RESULT AND DISCUSSION

    Berat porselen

    kosong

    57.0860 gram

    Berat porselen +

    sampel

    59.0463 gram

    Berat sampel 1.9603 gram

    Berat pemanasan 1 58.9330 gram

    Berat penasan 2 58.9317 gram

    Berat cawan krus 22.9114 garm

    Berat cawan krus +

    sampel

    24.8020 gram

    Berat setelah di

    furnes

    23.1706 gram

    Kadar air = hilang bobot

    gram sampel X 100%

    = 59.0463

    58.9330 +58.9317

    2

    1.9603

    x100% = 5.18%

    Kadar abu =penambahan bobot

    gram sampel X 100%

    = 24.802023.1706

    24.8020 22.9114 x100%

    = 82.916%

  • Jurnal laporan praktikum analitik II

    4

    Kadar air adalah banyaknya air yang

    terkandung dalam bahan yang dinyatakan

    dalam persen. Kadar air juga salah satu

    karakteristik yang sangat penting pada

    bahan pangan, karena air dapat

    mempengaruhi penasmpakan, tekstur, dan

    cita rasa pada bahan pangan.kadar air dalam

    bahan pangan ikut menentukankesegaran

    dan daya awet bahan pangan tersebut. Kadar

    air yang tinggi mengakibatkan mudahnya

    bakteri, kapang dan khamir untuk

    berkembang biak sehingga akan terjadi

    perubahan pada bahan pangan (sandjaja.

    2009).

    Kadar abu adalah zat anorganik sisa

    hasil pembakaran suatu bahan organik.

    Penentuan kadar abu berhubungna erat

    dengan kandungan mineral yang terdapat

    dalam suatu bahan, kemurnian serta

    kebersihan suatu bahan yang dihasilkan.

    Bahan makanan dibakar dalam suhu yang

    tinggi dan menjadi abu. Pengukuran kadar

    abu bertujuan unutk mengetahui besarnya

    kandungan mineral yang terdapat dalam

    makanan/pangan (sandjaja. 2009).

    Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI)

    tahun 1992, parameter kadar air dan abu

    untuk biskuit adalah maksimum 5% dan

    1.6% sedangkan pada percobaan pengujian

    didapatkan kadar air dari biskuit durian

    adalah 5.18% sedangkan kadar abu adalah

    82.916% dari hasil analisis menunjukkan

    bahwa biskuit durian mempunyai kadar air

    dan kadar abu yang lebih tinggi dari Standar

    Nasional Indonesia (SNI) tahun 1992. Kadar

    air yang tinggi tentu akan mempengarugi

    mutu biskuit. Biskuit dengan kadar air yang

    tinggi akan mudah bagi bakteri untuk

    berkembang didalamnya, selisih kadar air

    dalam biskuit durian dengan syarat mutu

    menurut SNI adalah 0.18 selisih yang tidak

    terlalu banyak dibandingkan dengan kadar

    abu yang terlalu tinggi pada biskuit dengan

    selisih 81.361% yang menunjukkan bahwa

    biskuit ini tidak layak konsumsi, karena

    kadar abu merupakan zat sisa hasil

    pembakaran bahan organik. Akan tetapi

    prosentase angka kadar abu ini terlalu tinggi

    dalam biskuit yang didalamnya terdapat

    bahan-bahan lain seperti karbohidrat, lemak,

    protein dan lain-lain.

    Berdasarkan perhitungan untuk

    mencari kadar abu adalah penambahan

    massa setelah di furnes dikurang dengan

    massa awal dan dibagi dengan massa awal

    dikali seratus persen, akan tetapi pada

    percobaan ini tidak ada penambahan massa

    setelah difurnes bahkan sebaliknya yaitu

    pengurangan massa, oleh karena itu kadar

    abu dalam percobaan ini tidaklah sesuai.

  • Jurnal laporan praktikum analitik II

    5

    CONCLUSION

    Hasil dari percobaan penentuan kadar

    air dan kadar abu dalam biskuit durian dapat

    diambil kesimpulan bahwa kadar air dan

    kadar abu biskuit durian memiliki

    prosentase lebih besar dari prosentase syarat

    mutu biskuit menurut Standar Nasional

    Indonesia (SNI) tahun 1992, dengan kadar

    air dan abu yang tinggi yaitu 5.18% dan

    82.916% akan mengurangi standar mutu

    dari suatu biskuit.

    REFERENSI

    Atmarita, Sandjaja. 2009. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta: PT Kompas

    Medida Nusantara.

    Dwi Sarbini., 2009. Uji fisik, Organoleptik, dan Kandungan Gizi Biskuit Tempe-Bekatul Dengan

    Fortifikasi Fe Dan Zn Untuk Anak Kurang Gizi. Jurnal Penenlitian sains dan

    tekhnologi vol 10. 43-44.

    Fakultas Teknologi Ilmu Pertanian (FTIP) Universitas Padjadjaran.2007. jurnal

    FITP001665/021. diakses dari

    http://media.unpad.ac.id/thesis/240210/2007/240210070047_2_7242.pdf pada tanggal

    30 maret 3014

    Pancawati, Sutarmi.2006. Pengaruh bahan dan konsentrasi limbah padat sari apel terhadap

    kualita biskuit.[pdf].

    (http://www.researchgate.net/publication/50812912_PENGARUH_BAHAN_DAN_KO

    NSENTRASI_LIMBAH_PADAT_SARI_APEL_TERHADAP_KUALITAS_BISKUIT

    diakses pada tanggal 30 Maret 2014)

    Underwood, A.L., 1980. ANalisa Kimia kuantitatif. Jakarta : Erlangga