113
PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA TUNGGAL Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Oleh : Amadea Kusumawardani 1112070000065 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 M

PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

  • Upload
    others

  • View
    21

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS

TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA

DENGAN ORANG TUA TUNGGAL

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh :

Amadea Kusumawardani

1112070000065

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2019 M

Page 2: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

ii

PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS

TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA

DENGAN ORANG TUA TUNGGAL

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh :

Amadea Kusumawardani

1112070000065

Dosen Pembimbing:

Dr. Rena Latifa, M.Psi

NIP. 19820929 200801 2 004

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2019 M

Page 3: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN

RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN

ORANG TUA TUNGGAL” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas

Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 15 Juli 2019.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana

psikologi (S.Psi) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, 15 Juli 2019

Sidang Munaqasyah

Dekan/

Ketua Merangkap Anggota

Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si

NIP. 19620724 198903 2 001

Wakil Dekan/

Sekretaris Merangkap Anggota

Bambang Suryadi, Ph.D

NIP. 19700529 200312 1 002

Anggota

Solicha, M.Si

NIP. 19720415 199903 2 001

Dr. Fadhilah Suralaga, M.Si

NIP. 19561223 198303 2 001

Dr. Rena Latifa, M.Psi NIP. 19820929 200801 2 001

Page 4: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Amadea Kusumawardani

NIM : 1112070000065

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PENGARUH PEER

ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI

REMAJA DENGAN ORANG TUA TUNGGAL adalah benar merupakan karya

sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun

kutipan yang ada pada penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber

kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya

sesuai dengan peraturan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau

keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, Juli 2019

Amadea Kusumawardani

NIM: 1112070000065

Page 5: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

v

MOTTO

“Difficult roads only lead to

beautiful destinations”

Persembahan:

Karya ini saya persembahkan untuk Mama, Papa, Kakak-

Kakak, Sahabat dan Teman-Temanku yang selalu memberi

semangat, dukungan, dan do’a yang tulus.

Terimakasih untuk semuanya.

Page 6: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

vi

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi

B) Juli 2019

C) Amadea Kusumawardani

D) Pengaruh Peer Attachment dan Religiusitas Terhadap Regulasi Emosi

Remaja dengan Orang Tua Tunggal

E) xiv + 84 halaman + lampiran

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh peer attachment dan

religiusitas terhadap regulasi emosi remaja dengan orang tua tunggal.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan melibatkan 197

remaja yang tinggal dengan orang tua tunggal. Penelitian yang digunakan

menggunakan teknik non probability sampling. Penulis menggunakan alat

ukur Regulasi Emosi yang dikembangkan oleh Latifa (2015), the Inventory

of Parent and Peer Attachment (IPPA) yang dikembangkan oleh Armsden

& Greenberg (1987), dan alat ukur religiusitas yang diadaptasi dari

Centrality of Religiosity Scale yang dikembangkan oleh Huber & Huber

(2012). Uji validitas alat ukur menggunakan teknik confirmatory factor

analysis (CFA). Analisis data menggunakan teknik regresi berganda untuk

menguji hipotesis penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh peer attachment dan

religiusitas terhadap regulasi emosi pada remaja dengan orang tua tunggal

sebesar 17.8%. Berdasarkan hasil uji hipotesis mayor, kesimpulan pertama

yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan

peer attachment dan religiusitas terhadap regulasi emosi remaja dengan

orang tua tunggal. Artinya, hipotesis mayor diterima. Kemudian

berdasarkan hasil uji hipotesis minor terdapat tiga variabel yang nilai

koefisien regresinya signifikan, yaitu: (1) kepercayaan, (2) komunikasi; (3)

keterikatan; dan (4) ibadah individu. Sementara empat variabel lain tidak

signifikan.

F) Bahan bacaan: 61; buku: 19+ jurnal: 35+ disertasi: 3+ skripsi: 3+ artikel: 1

Page 7: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

vii

ABSTRACT

A) Faculty of Psychology

B) July 2019

C) Amadea Kusumawardani

D) The Effect of Peer Attachment and Religiosity of Emotional Regulations

on Adolescents with Single Parents

E) xiv + 84 pages + appendix

This study aims to see the effects of peer attachment and religiosity of

emotional regulation on adolescents with single parents. This study used

quantitative approach involving 197 adolescents that living with their

single parents. This research used non-probability sampling method. The

author used an Emotional Regulation instrument developed by Latifa

(2015), the Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA) developed by

Armsden & Greenberg (1987), and a religiosity instrument adapted from

the Centrality of Religiosity Scale by Huber & Huber (2012). The validity

test of the instrument in this study used confirmatory factor analysis

(CFA) technique. Data analysis used multiple regression techniques to test

the research hypothesis.

The results showed that there was an effect of peer attachment and

religiosity on emotional regulation in adolescents with single parents at

17.8%. Based on the results of a major hypothesis test, the first conclusion

obtained from this study was the significant effect of peer attachment and

religiosity of emotional regulation on adolescents with single parents.

Then based on the results of the minor hypothesis test there were four

variables with significant regression coefficient values, namely: (1) trust;

(2) communication, (3) alienation; and (4) private practices, while the

other four variables were not significant.

F) References: 61; books: 19+ journal: 35+ dissertation: 3+ undergraduated

thesis: 3+ article: 1

Page 8: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

viii

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan penulis berbagai macam nikmat di antaranya nikmat iman dan

islam serta sehat wal afaiat sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini

dengan lancar dan tepat pada waktunya.

Pada penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak

yang telah membantu penulis baik secara materi, tenaga ataupun moril, maka dari

itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Dr. Zahrotun Nihayah M.Si, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Bapak Bambang Suryadi, Ph.D,

Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta dan jajaran yang telah memfasilitasi mahasiswa

dalam rangka menciptakan lulusan yang berkualitas.

2. Ibu Dr. Rena Latifa, M.Psi, dosen pembimbing skripsi yang telah

membimbing penulis, memberikan motivasi dan memberikan penulis banyak

masukkan selama menyelesaikan skripsi.

3. Bapak Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si, dosen pembimbing akademik yang

telah membimbing penulis dari awal perkuliahan hingga saat ini dan selalu

memberikan motivasi dan saran kepada penulis.

4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Jakarta yang telah memberikan ilmu

yang berharga kepada penulis. Dan untuk seluruh staf Fakultas Psikologi UIN

Jakarta yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi penulis.

5. Kepada kedua orangtua penulis, alm. Bapak Soebagijo Adi S. Dan Ibu Any

Sri Kuswani serta kakak-kakak penulis yang tanpa henti memanjatkan doa di

setiap ibadahnya, kasih sayang yang tulus, serta memberikan segala dukungan

dan pengorbanan untuk penulis. Terima kasih sudah menjadi pendengar dan

penasihat yang baik atas segala suka duka penulis.

6. Seluruh responden penelitian yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi

kuisioner penelitian penulis.

Page 9: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

ix

7. Untuk sahabat tersayang Yuni, Zahrah, Hendra, Akbar, Fauzi, Kresna, Annisa,

Satrio, Hafshah, Karini, Silviani, Fesia dan Prasanja yang telah memberikan

bantuan dan dukungan kepada penulis. Terima kasih atas segala kasih sayang,

canda tawa, motivasi serta pendampingan yang diberikan selama ini, baik

dalam keadaan suka maupun duka.

8. Sahabat kelas B dan psikologi 2012 serta sahabat lainnya yang telah

memberikan semangat dan kebahagiaan. Terima kasih atas segala bantuan

psikologis dan motivasinya.

9. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. terima kasih telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga segala bantuan, dukungan,

dan do‟anya kepada saya, dibalas Allah dengan kebaikan yang berlimpah.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini terdapat banyak sekali

kekurangan dan kesalahan, oleh karenanya penulis mengharapkan dapat

disampaikan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan

penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri ataupun

orang lain, dan pihak yang berkepentingan.

Jakarta, 2 Juli 2019

Penulis

Page 10: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................iii

HALAMAN PERNYATAAN ...........................................................................iv

MOTTO ............................................................................................................v

ABSTRAK .........................................................................................................vi

ABSTRACT .......................................................................................................vii

KATA PENGANTAR .......................................................................................viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................x

DAFTAR TABEL .............................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xiv

BAB 1 : PENDAHULUAN ................................................................................. ..1

1.1 Latar belakang masalah ......................................................................... ..1

1.2 Pembatasan dan perumusan masalah ..................................................... ..6

1.3 Tujuan penelitian ................................................................................... ..8

1.4 Manfaat penelitian....................................................................................8

BAB 2 : LANDASAN TEORI ............................................................................ 10

2.1 Regulasi emosi ....................................................................................... 10

2.1.1 Emosi pada remaja....................................................................... 10

2.1.2 Definisi regulasi emosi ................................................................ 12

2.1.3 Dimensi regulasi emosi ................................................................ 14

2.1.4 Faktor yang mempengaruhi regulasi emosi..................................15

2.1.5 Pengukuran regulasi emosi...........................................................17

2.2 Peer attachment ..................................................................................... 18

2.2.1 Attachment ................................................................................... 18

2.2.2 Perkembangan attachment pada remaja ...................................... 20

2.2.3 Definisi peer attachment ............................................................. 21

2.2.4 Dimensi attachment......................................................................23

2.2.5 Pengukuran peer attachment ........................................................ 24

2.3 Religiusitas ............................................................................................. 24

2.3.1 Religiusitas pada remaja ............................................................. 24

2.3.2 Definisi religiusitas ..................................................................... 26

2.3.3 Dimensi religiusitas .................................................................... 27

2.3.4 Pengukuran religiusitas .............................................................. 30

2.4 Remaja dengan orang tua tunggal .......................................................... 31

Page 11: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

xi

2.4.1 Definisi orang tua tunggal .......................................................... 31

2.5 Kerangka berpikir................................................................................... 32

2.6 Hipotesis penelitian ................................................................................ 37

BAB 3 : METODE PENELITIAN .................................................................... 38

3.1 Populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel ................................. 38

3.2 Variabel penelitian dan definisi operasional .......................................... 38

3.2.1 Variabel penelitian ....................................................................... 38

3.2.2 Definisi operasional variabel ....................................................... 39

3.3 Teknik pegumpulan data ........................................................................ 40

3.3.1 Instrumen penelitian .................................................................... 40

3.4 Uji validitas konstruk ............................................................................. 43

3.4.1 Uji validitas item regulasi emosi ................................................. 46

3.4.2 Uji validitas item kepercayaan .................................................... 48

3.4.3 Uji validitas item komunikasi ...................................................... 49

3.4.4 Uji validitas item keterikatan........................................................50

3.4.5 Uji validitas item intelektual........................................................51

3.4.6 Uji validitas item ideologi............................................................52

3.4.7 Uji validitas item ibadah individu................................................53

3.4.8 Uji validitas item ibadah berkelompok.........................................54

3.4.9 Uji validitas item pengalaman......................................................55

3.5 Teknik analisis data ................................................................................ 56

BAB 4 : HASIL PENELITIAN .......................................................................... 60

4.1 Gambaran umum subjek penelitian ........................................................ 60

4.2 Hasil analisis deskriptif .......................................................................... 61

4.3 Kategorisasi hasil penelitian .................................................................. 62

4.4 Hasil uji hipotesis penelitian .................................................................. 63

4.4.1 Pengujian hipotesis mayor ........................................................... 63

4.4.2 Pengujian proporsi varians masing-masing variabel ................... 67

BAB 5 : KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ......................................... 70

5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 70

5.2 Diskusi ................................................................................................... 71

5.3 Saran ....................................................................................................... 77

5.3.1 Saran teoritis ................................................................................ 77

3.3.2 Saran praktis ................................................................................ 78

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 80

LAMPIRAN......................................................................................................... 85

Page 12: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skor Skala Penelitian ............................................................................ 40

Tabel 3.2 Blueprint Skala Regulasi Emosi ........................................................... 41

Tabel 3.3 Blueprint Skala Peer Attachment .......................................................... 42

Tabel 3.4 Blueprint Skala Religiusitas .................................................................. 43

Tabel 3.5 Muatan Faktor Regulasi Emosi ............................................................. 47

Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Kepercayaan ......................................................... 48

Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Komunikasi .......................................................... 49

Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Keterikatan ........................................................... 51

Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Intelektual............................................................. 52

Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Ideologi .............................................................. 53

Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Ibadah Individu .................................................. 54

Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Ibadah Berkelompok .......................................... 55

Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Pengalaman ........................................................ 56

Tabel 4.1 Karakteristik Responden ....................................................................... 60

Tabel 4.2 Deskriptif Statistik Variabel Penelitian ................................................ 61

Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor .................................................................... 62

Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel ................................................................... 63

Tabel 4.5 RSquare Seluruh Sampel ...................................................................... 64

Tabel 4.6 Anova Seluruh Sampel.......................................................................... 64

Tabel 4.7 Koefisien Regresi .................................................................................. 65

Tabel 4.8 Proporsi Varians Masing-Masing Variabel........................................... 67

Page 13: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir............. ..................................................... 36

Page 14: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ........................................................................85

Lampiran 2 Syntax dan Path Diagram Uji Validitas ...........................................89

Lampiran 3 Output Spss Analisis Regresi Berganda ..........................................98

Page 15: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam beberapa tahun ini, masyarakat dikejutkan dengan sering terjadinya tindak

kriminalitas di berbagai daerah terutama di perkotaan. Tidak dipungkiri tindakan

kriminalitas yang terjadi di beberapa daerah dilakukan anak remaja, yang awalnya

hanya kenakalan remaja yang biasa saja. Namun dengan perkembangan jaman

saat ini, kenakalan remaja sudah menampakkan pergeseran kualitas kenakalan

yang menjurus pada tindak kriminalitas, seperti mencuri, tawuran, membegal,

memperkosa bahkan sampai membunuh (Unayah & Sabarisman, 2015).

Masa remaja berada pada tahap perkembangan identitas versus

kebingungan identitas. Individu dihadapkan dengan tantangan untuk menemukan

siapakah diri mereka itu, bagaimana mereka nantinya, dan arah mana yang harus

mereka tempuh dalam hidupnya (Santrock, 2007). Pada masa-masa ini, seorang

anak yang baru mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam gejolak

emosi, menarik diri dari keluarga, serta mengalami banyak masalah, baik di

rumah, sekolah, atau di lingkungan rumah maupun di lingkungan pertemanannya

(Unayah & Sabarisman, 2015).

Di dalam tahap ini lingkup lingkungan semakin luas, tidak hanya di

lingkungan keluarga atau sekolah, namun juga di masyarakat. Pencarian jati diri

mulai berlangsung dalam tahap ini. Apabila seorang remaja dalam mencari jati

dirinya bergaul dengan lingkungan yang baik maka akan tercipta identitas yang

Page 16: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

2

baik pula. Namun sebaliknya, jika remaja bergaul dalam lingkungan yang kurang

baik maka akan timbul kekacauan identitas pada diri remaja tersebut.

Peran keluarga mempengaruhi perkembangan remaja. Akan tetapi tidak

selamanya keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Salah satu yang banyak

dijumpai dalam masyarakat saat ini adalah keberadaan orang tua tunggal. Gejala

keluarga dengan orang tua tunggal pada masyarakat maju cenderung

menunjukkan peningkatan yang disebabkan oleh urbanisasi, perceraian, dan

kematian (Utomo, 2013).

Semakin banyaknya fenomena orang tua tunggal maka semakin banyak

pula anak yang berada dalam kondisi keluarga tidak utuh. Remaja yang berasal

dari keluarga orang tua tunggal lebih rentan mengalami masalah dalam kehidupan

remaja sehari-hari, dibandingkan dengan remaja yang dibesarkan oleh keluarga

yang orang tuanya utuh. Adapun masalah yang di alami remaja dalam keluarga

yang orang tuanya tidak utuh adalah bersikap tertutup, memiliki hubungan sosial

yang tidak baik, aktif secara seksual dalam usia dini, memiliki kecemasan yang

tinggi dan sukar untuk bersikap depresi (Farida, 2012).

Sementara Santrock (2007) menyatakan bahwa anak-anak dari keluarga

bercerai lebih memiliki kecenderungan untuk mengalami masalah akademis,

menunjukkan masalah-masalah eksternal (seperti, menyuarakan perasaan dan

kenakalan) dan masalah internal (seperti, kecemasan dan depresi), kurang

memiliki tanggung jawab sosial, memiliki hubungan intim yang kurang baik,

putus sekolah, aktif secara seksual di usia dini, dan memiliki nilai diri yang

rendah.

Page 17: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

3

Keluarga tidak utuh memiliki pengaruh negatif bagi perkembangan anak.

Dalam masa perkembangan, individu membutuhkan suasana keluarga yang hangat

dan penuh kasih sayang. Dalam keluarga tidak utuh, kebutuhan ini tidak

didapatkan secara memuaskan (Retnowati, 2008). Hal ini akan berdampak pada

perkembangan emosi anak saat beranjak remaja. Seperti yang diketahui, keluarga

adalah agen sosial pertama yang dikenal oleh anak. Dalam mengelola emosi,

peran orang tua menjadi sangat penting bagi individu. Sikap dan perilaku anggota

keluarga akan dijadikan pembelajaran dan model bagi anak yang kemudian akan

mempengaruhi perkembangan emosi dan kemudian akan melekat menjadi

kepribadian.

Fenomena mengenai emosi remaja dengan orang tua tunggal dapat dilihat

dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis secara online yang melibatkan

36 remaja dengan usia 12-18 tahun. Hasil studi pendahuluan tersebut

menunjukkan bahwa 42% remaja merasa sepi, 25% merasa sedih, 19% merasa

kecewa, 11% merasa bahagia dan 3% merasa marah. Dari hasil studi pendahuluan

tersebut dapat disimpulkan bahwa remaja dengan orang tua tunggal lebih sering

merasakan emosi negatif daripada emosi positif. Walaupun demikian, tidak semua

remaja dengan orang tua tunggal memiliki situasi yang sama mengenai emosi

yang dirasakannya. Terlihat dari adanya remaja yang merasa bahagia walaupun ia

berada dalam keluarga yang tidak utuh. Maka dari itu, penulis tertarik lebih lanjut

untuk meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi emosi remaja

dengan orang tua tunggal.

Page 18: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

4

Dalam masa remaja, individu mengalami perubahan emosi. Emosi remaja

yang cenderung meledak-ledak dan sulit dikendalikan apabila tidak dikelola

dengan baik dapat menimbulkan berbagai masalah bagi remaja dan lingkungan

sekitarnya (Tejena & Sukmayanti, 2018). Dalam hal emosi yang negatif,

umumnya remaja belum dapat mengontrolnya dengan baik (Nisfiannoor &

Kartika, 2004).

Meninjau dari penjelasan mengenai emosi remaja di atas, remaja perlu

memiliki kemampuan untuk mengelola emosi sebagai bagian dari penyesuaian

diri. Pengelolaan emosi dikenal dengan istilah regulasi emosi yang merupakan

cara individu mengurangi pengalaman emosi negatif melalui kendali perilaku dan

mental, melibatkan proses kesadaran dan ketidaksadaran yang dapat

meningkatkan pengalaman dan pengekspresian emosi positif serta mengurangi

pengalaman dan pengekspresian emosi negatif (Latifa, 2015). Kemampuan

meregulasi emosi ini diharapkan dapat membantu remaja dalam mengatasi

berbagai masalah-masalah atau perilaku beresiko dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih lanjut Garnefski, Kraaj dan Spinhoven (2001) mengungkapkan

bahwa regulasi emosi tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Kesadaran atau

proses kognitif membantu individu mengatur emosi-emosi atau perasaan-

perasaan, dan menjaga emosi tersebut agar tidak berlebihan, misalnya setelah atau

sedang mengalami stres. Oleh sebab itu kebiasaan remaja menguasai emosi-emosi

yang negatif dapat membuat mereka sanggup mengontrol emosi dalam banyak

situasi.

Page 19: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

5

Kemampuan mengekspresikan emosi yang dilakukan baik secara lisan

maupun tulisan dapat membantu meningkatkan kesehatan, kesejahteraan

psikologis dan fungsi fisik pada seseorang saat mengalami peristiwa traumatik

dalam hidupnya dan membantu mengatasi distres psikologis (Hidayati,

Mulawarman, & Awalya, 2017). Maka dari itu seseorang diharapkan tidak hanya

memiliki emosi saja namun diharapkan juga dapat mengontrol dengan baik emosi

mereka itu sendiri yang dapat dikategorikan sebagai regulasi emosi (Dwityaputri

& Sakti, 2015)

Faktor yang diduga berkaitan dengan regulasi emosi adalah peer

attachment. Ketika remaja, seseorang akan mengalami periode kritis hubungan

mereka dengan kelekatannya. Walaupun demikian, pada usia tersebut seseorang

akan memulai membangun hubungan dengan teman terdekatnya. Sebuah

penelitian terdahulu telah dilakukan untuk meneliti hubungan peer attachment

dengan regulasi emosi terhadap siswa boarding school SMA Negeri 10

Samarinda. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa remaja yang memiliki

kelekatan teman sebaya yang baik akan mampu mengkomunikasikan secara

terbuka mengenai emosi negatif yang ia rasakan (Rasyid, 2012).

Penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Zimmermann, Maier, Winter dan Grossmann (2001) yang menganalisis bahwa

seorang remaja yang mampu menjalin hubungan dengan temannya akan tetap

mampu bekerja dengan baik saat mengerjakan tugas pemecahan masalah ketika

mereka merasa bingung dan frustasi dalam proses penyelesaian tugas tersebut.

Page 20: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

6

Selain peer attachment, religiusitas juga merupakan faktor yang diduga

berkaitan dengan regulasi emosi seseorang. Setiap agama mengajarkan seseorang

untuk dapat mengontrol emosinya. Seseorang yang tinggi tingkat religiusitasnya

akan berusaha untuk menampilkan emosi yang tidak berlebihan bila dibandingkan

dengan orang yang tingkat religiusitasnya rendah. Religiusitas menjadi salah satu

hal yang dapat membantu remaja dalam menghadapi masa-masa yang demikian.

Norma agama merupakan kebutuhan psikologis yang akan memberikan keadaan

mental yang seimbang yang kemudian dapat menjadikan remaja mampu

mengontrol emosinya (Rahayu, 2008).

Beranjak dari penjelasan dan keterangan yang telah dipaparkan, regulasi

emosi pada remaja dengan orang tua tunggal dianggap penting untuk diteliti.

Sejauh ini, penulis tidak banyak menemukan studi literatur yang mengukur peer

attachment dan religiusitas terhadap regulasi emosi remaja dengan orang tua

tunggal. Hal ini menjadi menarik dan maka dari itu penulis akan melakukan

penelitian mengenai “Pengaruh Peer Attachment dan Religiusitas terhadap

Regulasi Emosi Remaja dengan Orang tua Tunggal”.

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka penulis

membatasai ruang lingkup masalah penelitian ini pada pengaruh independent

variabel, yaitu peer attachment dan religiusitas, terhadap dependent variable,

yaitu regulasi emosi remaja dengan orang tua tunggal. Adapun pembatasan pada

masing-masing variabel sebagai berikut:

Page 21: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

7

1. Regulasi emosi yang dimaksud dalam penelitian ini mengacu pada penjesalan

Gross (2002), yaitu proses kompleks yang bertanggung jawab untuk memulai,

menghambat, atau memodulasi seseorang dalam menanggapi situasi tertentu.

2. Peer attachment dalam penelitian ini sesuai dengan penjelasan Armsden dan

Greenberg (1987) merupakan kekuatan ikatan yang melekat yang terjadi

antara seorang anak dengan teman-temannya, baik dengan seseorang maupun

dengan kelompok sebayanya.

3. Religiusitas dalam penilitian ini sesuai dengan dimensi yang dijelaskan oleh

Glock dan Stark (1966) yaitu seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh

keyakinan, seberapa tekun pelaksanaan ibadah dan seberapa dalam

penghayatan agama yang dianut seseorang.

4. Remaja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah individu yang berusia

antara 12-18 tahun yang tinggal dengan orang tua tunggal baik ayah atau ibu

yang disebabkan oleh perceraian atau pun salah satu orang tua meninggal

dunia.

1.2.2 Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari peer attachment dan

religiusitas terhadap regulasi emosi pada remaja dengan orang tua tunggal?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari masing-masing dimensi peer

attachment yang terdiri dari dimensi kepercayaan, komunikasi, dan

keterikatan terhadap regulasi emosi pada remaja dengan orang tua tunggal?

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari masing-masing dimensi

religiusitas yang terdiri dari intelektual, ideologi, ibadah individu, ibadah

Page 22: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

8

kelompok, dan pengalaman terhadap regulasi emosi pada remaja dengan

orang tua tunggal?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Mengetahui pengaruh dari peer attachment dan religiusitas terhadap regulasi

emosi remaja dengan orang tua tunggal.

2. Mengetahui pengaruh dari masing-masing dimensi peer attachment yang

terdiri dari kepercayaan, komunikasi dan keterikatan terhadap regulasi emosi

remaja dengan orang tua tunggal..

3. Mengetahui pengaruh dari masing-masing dimensi religiusitas yang terdiri

dari intelektual, ideologi, ibadah individu, ibadah kelompok, dan pengalaman

terhadap regulasi emosi remaja dengan orang tua tunggal.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh hasil dan memberi manfaat antara

lain:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

yang berkaitan dengan permasalahan remaja, khususnya bagi psikologi

perkembangan dan psikologi sosial agar dapat lebih memahami kondisi-

kondisi psikologis remaja terutama pada remaja dengan orang tua tunggal.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat mengenai

pentingnya mengetahui perkembangan psikologis remaja, khususnya pada

Page 23: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

9

remaja dengan orang tua tunggal. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

digunakan untuk mencegah terjadinya pada perkembangan remaja dengan

orang tua tunggal agar dapat berkembang dengan baik, khususnya dalam

perkembangan emosi.

Page 24: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

10

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1.Regulasi Emosi

2.1.1. Emosi pada Remaja

Istilah emosi berasal dari bahasa Latin (emovere), yang berarti bangkit, pindah,

gerak, atau aduk (Roeckelein, 2013). Makna ini menyiratkan kesan bahwa

kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi (Hude, 2006).

Dalam mendefinisikan emosi, para psikolog berfokus pada tiga komponen utama:

perubahan fisiologis pada wajah, otak dan tubuh; proses kognitif seperti

interpretasi suatu peristiwa; serta pengaruh budaya yang membentuk pengalaman

dan ekspresi emosi (Wade & Travis, 2007).

Hude (2006) mendefinisikan emosi sebagai suatu gejala psiko-fisiologis

yang menimbulkan efek pada persepsi, sikap, dan tingkah laku, serta

mengejawantah dalam bentuk ekspresi tertentu. Sedangkan Jahja (2011)

mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan pada diri organisme ataupun

individu pada suatu waktu tertentu yang diwarnai dengan adanya gradasi afektif

mulai dari tingkatan yang lemah sampai pad tingkatan yang kuat, seperti tidak

terlalu kecewa dan sangat kecewa. Berbagai emosi dapat muncul dalam diri

seperti sedih, gembira, kecewa, benci, cinta, marah. Sebutan yang diberikan pada

emosi tersebut akan mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir dan bertindak

mengenai perasaan tersebut.

Sobur (2003) mengungkapkan bahwa semua emosi pada dasarnya

melibatkan berbagai perubahan tubuh yang tampak dan tersembunyi, baik yang

Page 25: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

11

dapat diketahui atau tidak, seperti perubahan dalam pencernaan, denyut jantung,

tekanan darah, jumlah hemoglobin, sekresi adrenalin, jumlah dan jenis hormon,

malu, sesak napas, gemetar, pucat, pingsan, menangis, dan rasa mual.

Menurut Hurlock (2002) pola emosi masa remaja adalah sama dengan

pola emosi masa kanak-kanak. Perbedaannya terletak pada rangsangan yang

membangkitkan emosi dan intensitasnya, khususnya pada latihan pengendalian

individu terhadap pengungkapan emosi mereka. Remaja tidak lagi

mengungkapkan amarahnya dengan cara yang „meledak-ledak‟, melainkan

dengan menggerutu, tidak mau berbicara, atau dengan suara keras mengkritik

orang lain yang menyebabkannya marah.

Sebagaimana dijelaskan oleh Hurlock (2002) bahwa masa remaja

dianggap sebagai periode “badai dan tekanan,” suatu masa di mana ketegangan

emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Adapun

meningginya emosi terutama karena remaja berada di bawah tekanan sosial dan

menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang

mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan tersebut. Namun tidak

semua remaja mengalami masa badai dan tekanan, namun benar bahwa sebagian

besar mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari

penyesuaian diri pada pola perilaku dan harapan sosial yang baru.

Santrock (2007) mengungkapkan bahwa di masa remaja, individu

cenderung lebih menyadari siklus emosionalnya, seperti perasaan bersalah karena

marah. Kesadaran yang baru ini meningkatkan kemampuan remaja dalam

mengatasi emosinya. Remaja juga lebih terampil dalam menampilkan emosi-

Page 26: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

12

emosinya ke orang lain. Sebagai contoh, mereka menjadi menyadari pentingnya

menutupi rasa marah dalam relasi sosial. Mereka juga lebih memahami bahwa

kemampuan mengomunikasi emosi-emosinya secara konstruktif dapat

meningkatkan kualitas relasi mereka.

Santrock (2007) lebih lanjut menjelaskan meskipun meningkatnya

kemampuan kognitif dan kesadaran dari remaja dapat mempersiapkan mereka

untuk menghadapi stres dan fluktuasi emosional secara lebih efektif, banyak

remaja tidak dapat mengelola emosinya secara lebih efektif. Sebagai akibatnya,

mereka rentan mengalami depresi, kemarahan, kurang mampu meregulasi

emosinya, yang selanjutnya dapat memicu munculnya berbagai masalah seperti

kesulitan akademis, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja, atau gangguan

makan.

2.1.2. Definisi Regulasi Emosi

Gross (2002) mengungkapkan bahwa regulasi emosi adalah proses

kompleks yang bertanggung jawab untuk memulai, menghambat, atau

memodulasi seseorang dalam menanggapi situasi tertantu. Regulasi emosi juga

didefinisikan sebagai pembentukan emosi seseorang, emosi yang dimiliki, dan

pengalaman atau bagaimana seseorang mengekspresikan emosi. Karena itu,

regulasi emosi berkaitan dengan bagaimana emosi itu sendiri diatur dan bukan

bagaimana emosi mengatur sesuatu yang lain (Gross, 2014).

Latifa (2015) mendefinisikan regulasi emosi sebagai cara individu

mengurangi pengalaman emosi negatif melalui kendali perilaku dan kendali

mental, melibatkan proses kesadaran dan ketidaksadaran yang dapat

Page 27: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

13

meningkatkan pengalaman dan pengekspresian emosi positif dan mengurangi

pengalaman dan pengekspresian emosi negatif.

Gross dan Thompson (2007) menyatakan bahwa regulasi emosi adalah

serangkaian proses dimana emosi diatur sesuai dengan tujuan individu, baik

dengan cara otomatis atau dikontrol, disadari atau tidak disadari dan melibatkan

banyak komponen yang bekerja terus menerus sepanjang waktu. Regulasi emosi

melibatkan perubahan dalam dinamika emosi atau waktu munculnya, besarnya,

lamanya dan mengimbangi respon perilaku, pengalaman atau fisiologis. Regulasi

emosi dapat mempengaruhi, memperkuat atau memelihara emosi, tergantung pada

tujuan individu.

Goleman (2003) mengungkapkan bahwa kemampuan dalam meregulasi

emosi akan membuat individu terhindar dari hal-hal yang mungkin membuat

individu tersebut berada dalam kesulitan bila tidak dapat mengelola emosinya

karena munculnya dampak negatif dari perilaku yang muncul akibat

ketidakmampuan dalam mengendalikan impuls emosi. Dengan kata lain, jika

individu memiliki kemampuan regulasi emosi yang baik maka individu tersebut

mampu berperilaku sesuai dengan harapan lingkungannya.

Dari beberapa definisi yang dijelaskan oleh para ahli di atas, penulis

memilih teori yang disampaikan oleh Gross (2002) yang mengungkapkan bahwa

regulasi emosi adalah proses kompleks yang bertanggung jawab untuk memulai,

menghambat, atau memodulasi seseorang dalam menanggapi situasi tertentu.

Teori ini juga memiliki landasan moral, bahwa seseorang tidak hanya memiliki

emosi namun juga harus dapat mengatur emosinya.

Page 28: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

14

2.1.3. Dimensi Regulasi Emosi

Gross menjelaskan bahwa proses regulasi emosi terbagi dalam lima hal yaitu

seleksi situasi, modifikasi situasi, pengalihan atensi, perubahan kognisi dan

modulasi respon. Menurut Gross (2002) terdapat dua model regulasi emosi, yaitu:

1. Cognitive Reappraisal

Model regulasi emosi ini merupakan model perubahan kognitif yang berfokus

pada antecedent atau pemicu emosi. Strategi ini melibatkan perubahan

kognisi yang menguraikan situasi potensial dan berdampak pada perubahan

emosi yang diinginkan.

2. Expressive Supression

Model regulasi emosi ini merupakan modulasi respon yang dapat

menghambat perilaku ekspresi emosional yang sedang berlangsung. Startegi

ini berfokus pada respon, munculnya terjadi setelah respon emosi muncul.

Selain dimensi di atas, Garnefski, Riefe, Jellesma, Terwogt dan Kraaij (2007)

menjelaskan bahwa dimensi-dimensi regulasi emosi, yang masing-masing

berhubungan dengan sesuatu yang dipikirkan dan bukan sesuatu yang sebenarnya

dilakukan dalam kehidupan nyata dalam mengatasi stres meliputi:

1. Self-blame, berhubungan dengan pikiran untuk menyalahkan diri sendiri atas

apa yang telah dialami.

2. Acceptance, berhubungan dengan pikiran untuk menerima apa yang telah

dialami dan menyerahkan diri sendiri atas apa yang telah terjadi (pasrah).

3. Rumination, berhubungan dengan pikiran mengenai perasaan-perasaan dan

pikiran-pikiran yang berhubungan dengan kejadian yang negatif.

Page 29: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

15

4. Positive refocusing, berhubungan dengan pikiran mengenai persoalan yang

menggembirakan dan menyenangkan daripada memikirkan mengenai

kejadian nyata.

5. Planning, berhubungan dengan pikiran mengenai cara-cara apa yang telah

diambil dan bagaimana cara menangani kejadian yang negatif.

6. Positive reappraisal, berhubungan dengan pikiran yang membubuhkan arti

posotif terhadap kejadian yang telah dialami.

7. Putting into perspective, berhubungan dengan pikiran yang merendahkan

keseriusan atau suatu kejadian atau menekankan kerelatifannya jika

dibandingkan dengan kejadian-kejadian lain.

8. Catastrophizing, berhubungan dengan pikiran-pikiran yang menekankan dan

menteror individu sehubungan dengan kejadian yang dialami.

9. Other-blame, berhubungan dengan pikiran untuk menyalahkan orang lain atas

sesuatu yang telah dialami.

2.1.4. Faktor yang Mempengaruhi Regulasi Emosi

Terdapat beberapa faktor yang diduga dapat mempengaruhi regulasi emosi

seseorang, antara lain:

1. Peer Attachment

Ketika remaja, seseorang akan mengalami periode kritis hubungan mereka dengan

kelekatannya. Walaupun demikian, pada usia tersebut seseorang akan memulai

membangun hubungan dengan teman terdekatnya. Remaja yang memiliki peer

attachment yang baik akan mampu mengkomunikasikan secara terbuka mengenai

emosi negatif yang ia rasakan (Rasyid, 2012).

Page 30: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

16

2. Religiusitas.

Setiap agama mengajarkan seseorang diajarkan untuk dapat mengontrol emosinya.

Seseorang yang tinggi tingkat religiusitasnya akan berusaha untuk menampilkan

emosi yang tidak berlebihan bila dibandingkan dengan orang yang tingkat

religiusitasnya rendah. Religiusitas yang tinggi artinya remaja dapat membentengi

dirinya dengan kemampuan mengendalikan diri dengan landasan nilai-nilai moral

(agama) yang dianut dan dipahami dengan baik (Nisya&Sofiah, 2012).

3. Usia

Penelitian yang dilakukan oleh Brummer, Stopa dan Bucks (2013)

mengungkapkan bahwa ada pengaruh yang disebabkan oleh usia terhadap regulasi

emosi seseorang. Dalam penelitian tersebut, dibandingkan dengan individu dalam

usia dewasa awal, individu dengan usia dewasa akhir cenderung melakukan

supression yang lebih besar sebagai strategi regulasi emosinya.

4. Kepribadian

Purnamaningsih (2017) mengungkapkan bahwa perbedaan antar individu dalam

strategi regulasi emosi dapat berakar dari sifat-sifatnya kepribadian mereka.

Perbedaan individual yang diteliti sebagai bentuk kepribadian ini kemudian

dianggap menjadi faktor penting dalam regulasi emosi.

Dari beberapa faktor yang dipaparkan menunjukkan bahwa peer

attachment dan religiusitas cukup banyak memberikan kontribusi pada

kemampuan regulasi emosi.

Page 31: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

17

2.1.6 Pengukuran regulasi emosi

Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan terkait regulasi emosi menggunakan

alat ukur. Berikut ini adalah alat ukur regulasi emosi:

1. The Emotion Regulation Questionnaire (Gross & John, 2003)

Alat ukur ini terdiri dari 10 item pengukuran terkait antecedent dan response

focused dalam regulasi emosi. Ini melibatkan item positif (misalnya, ketika saya

merasa lebih baik, saya merubah cara berfikir tentang situasi yang dihadapi) dan

item negatif (misalnya, ketika saya ingin mengurangi perasaan negatif, saya akan

merubah cara pandang tentang situasi yang dihadapi).

2. Skala Regulasi Emosi

Alat ukur ini dibuat oleh Latifa (2015) yang terdiri dari 19 item terkait dengan

kemampuan regulasi emosi seseorang. Item-item tersebut dbuat dari dimensi

regulasi emosi yang dikemukakan oleh Gross, yaitu cognitive reappraisal dan

expressive suppression. Respon jawaban dibuat ke dalam skala likert. Mulai dari

„tidak pernah‟ sampai „selalu‟.

Dari beberapa alat ukur yang ada, penulis menggunakan skala regulasi

emosi yang dibuat oleh Latifa (2015) berdasarkan persetujuan darinya. Alasan

penulis menggunakan alat ukur ini karena sudah teranalisis cukup baik. Selain itu,

alat ukur ini juga telah digunakan dalam penelitian mengenai regulasi emosi

remaja yang dilakukan oleh Fihadinata (2016).

Page 32: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

18

3.2. Peer Attachment

2.2.1 Attachment

Graham (2015) menjelaskan bahwa teori attachment berakar pada keyakinan

bahwa di awal masa bayi, hubungan antara bayi dan pengasuh memiliki pengaruh

penting pada masa perkembangan manusia dan bagaimana mereka melanjutkan

pembentukan hubungan di kemudian hari. John Bowlby dikenal sebagai bapak

teori keterikatan, ia yang menciptakan teori tersebut. Mary Ainsworth, kolega

Bowlby, memindahkan teori kelekatan pada ilmu yang dapat diukur dengan

penciptaan “Strange Situation Laboratory.”

Kelekatan merupakan hal yang penting sebagai dasar perkembangan

psikososial anak. Bowlby (dalam Laumi & Adiyanti, 2012) menjelaskan bahwa

kelekatan adalah pusat ikatan kasih sayang antara seorang individu dengan tokoh-

tokoh penting dalam hidup seseorang. Lebih lanjut Bowlby (dalam Aryanti, 2015)

menyatakan bahwa kelekatan adalah suatu ikatan emosi yang kuat antara anak dan

pengasuhnya. Pengasuh dapat ibu, baby sitter, ayah atau orang dewasa lain yang

mampu memberikan kenyamanan bagi anak. Orang yang dijadikan objek lekat

oleh anak dinamakan figur lekat. Lebih lanjut Bowlby mengatakan bahwa

kelekatan pada anak terhadap figur lekat adalah akibat aktifnya suatu sistem

tingkah laku yang membutuhkan kedekatan.

Menurut Bowlby (dalam Mohamed, Hamzah, Ismail, & Samah 2017) orang

tua adalah tokoh atau komponen paling dekat dalam perkembangan seseorang.

Peran orang tua dalam perkembangan remaja sangat luas pembahasannya dalam

ilmu perkembangan. Ikatan biologis, psikologis dan emosional yang dibangun

Page 33: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

19

oleh orang tua dengan anak adalah hubungan tanpa batas dan hubungan ini

berkembang menjadi model keterikatan yang berkelanjutan. Keterikatan antara

orang tua dan anak membentuk perilaku tertentu.

Bowlby (dalam Graham, 2015) percaya bahwa perilaku manusia dapat

dipahami dengan mempertimbangkan lingkungan dari mana manusia berasal; ia

menyebut lingkungan ini sebagai lingkungan adaptasi. Sepanjang sejarah

manusia, bayi perlu tetap dejat dengan orang dewasa untuk bertahan hidup. Teori

kelekatan mendefinisikan kelekatan sebagai ikatan antara individu dengan seorang

figur kelekatannya. Hal ini didasarkan pada kebutuhan akan keamanan dan

perlindungan yang merupakan sesuatu yang sangat penting pada masa bayi dan

masa kanak-kanak. Bayi secara naluriah menempel pada pengasuh mereka untuk

perlindungan dan kelangsungan hidup.

Selain Bowlby, Mary Ainsworth (dalam Graham, 2015) berkontribusi

penting dalam evolusi konsep kelekatan. Dengan menciptakan Strange Situation

Laboratory Procedure, ia mampu memindahkan teori kelekatan menjadi teori

ilmiah melalui pengukuran. Untuk pertama kalinya, Strange Situation mampu

memberikan bukti empiris tentang pentingnya ikatan emosional antara anak dan

pengasuh. Strange Situation adalah penilaian laboratorium yang berlangsung

sekitar dua puluh menit, di mana bayi dan ibunya dihadapkan pada situasi yang

berbeda-beda.

Ainsworth (dalam Graham, 2015) menemukan banyak penemuan setelah

menyelesaikan Strange Situation. Faktor penting yang ia temukan adalah

perbedaan utama antara secure dan insecure dalam kualitas komunikasi individu

Page 34: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

20

dalam hubungan mereka dengan figur kelekatannya. Securely attached babies

yaitu bayi yang menetapkan pengasuh sebagai pedoman keamanan dalam

mengeksplorasi lingkungannya, insecure avoidant babies yaitu bayi yang

menunjukkan insekuritas dengan cara menghindari ibunya, insecure resistant

babies yaitu bayi yang mungkin menempel pada pengasuhnya, lalu menolak

kedekatannya misalnya dengan menendang atau mendorong serta insecure

disorganized babies yaitu bayi menunjukkan insekuritas dengan cara berlaku

tidak terorganisasi dan tidak terorientasi.

2.2.2 Perkembangan Attachment pada Remaja

Menurut Santrock (2003) pada masa remaja, figur attachment yang banyak

memainkan peran penting adalah teman sebaya (peer) dan orang tua. Ketika usia

remaja, individu akan membentuk ikatan lebih erat dengan teman sebayanya.

Ketika remaja, seseorang akan mengalami periode kritis hubungan mereka dengan

kelekatannya. Remaja yang memiliki peer attachment yang baik akan mampu

mengkomunikasikan secara terbuka mengenai emosi negatif yang ia rasakan.

Hurlock (2002) mengungkapkan bahwa salah satu tugas perkembangan

masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial.

Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang

sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa di

luar lingkungan keluarga dan sekolah. Unutk mencapai tujuan dari pola sosialisasi

dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru. Hal yang terpenting dan

tersulit adalah meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam

perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi

Page 35: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

21

persahabatan, nilai-nilai baru dalam lingkungan penolakan sosial, dan nilai-nilai

baru dalam seleksi pemimpin.

Kehadiran teman sebaya dirasa perlu dalam kehidupan remaja untuk

mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Santrock (2010) mengatakan, teman

sebaya mampu memberikan nilai positif pada remaja tersebut dengan memberikan

informasi-informasi mengenai pembandingan identitas dirinya. Hubungan timbal

balik dengan teman sebaya merupakan peran yang mungkin penting agar

perkembangan anak menjadi normal. Dalam sebuah studi, hubungan teman sebaya

yang buruk pada masa kanak-kanak berhubungan dengan dikeluarkannya anak

dari sekolah dan perilaku buruk selama remaja. Dalam studi yang lain, hubungan

teman sebaya yang harmonis pada masa remaja dihubngkan dengan kesehatan

mental yang positif pada usia paruh baya (Santrock, 2009).

Selain itu, kehidupan sosial remaja juga ditandai dengan gejala

meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan mereka. Sebagian besar

waktunya dihabiskan untuk berhubungan atau bergaul dengan teman-teman

sebaya mereka. Dalam suatu investigasi, ditemukan bahwa anak berhubungan

dengan teman sebaya 10% dari waktunya setiap hari pada usia 2 tahun, 20% pada

usia 4 tahun, dan lebih dari 40% pada usia antara 7-11 tahun (Desmita, 2005).

2.2.3 Definisi Peer Attachment

Selain keluarga dan guru, teman sebaya juga memainkan peran penting dalam

perkembangan anak. Dalam konteks perkembangan anak, teman sebaya adalah

anak-anak dengan usia atau tingkat kedewasaan yang kurang lebih sama. Interaksi

teman sebaya yang memiliki usia yang sama memainkan peran khusus dalam

Page 36: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

22

perkembangan sosioemosional anak-anak. Salah satu fungsi yang paling penting

dari kelompok teman sebaya adalah untuk memberikan sumber informasi dan

perbandingan tentang dunia di luar keluarga (Santrock, 2009).

Interaksi dengan teman sebaya merupakan permulaan hubungan

persahabatan dan hubungan peer. Menurut Santrock, peers adalah individu-

individu yang memiliki usia dan tingkat kematangan yang sama (Santrock, 2009).

Peer group (kelompok teman sebaya) membantu anak memilih nilai-nilai yang

mereka anut, memberikan rasa aman secara emosional. Bila anak tidak memiliki

peer group, mereka cenderung tidak dewasa dan keterampilan sosialnya menjadi

terbatas.

Armsden dan Greenberg (1987) menjelaskan meskipun individu

memelihara ikatan terhadap pihak lain sepanjang perjalanan hidupnya, namun

hubungan dengan teman sebaya menjadi relevan ketika individu memasuki usia

remaja. Pada saat itu, remaja mengembangkan ikatan yang erat dengan individu

lain di luar sistem keluarga. Ikatan yang erat tersebut terbentuk karena jalinan

komunikasi dan sistem kepercayaan yang tercipta dengan baik.

Menurut Gorrese dan Ruggieri (2012), remaja dalam memenuhi tugas

perkembangannya, remaja yang telah mengembangkan hubungan kelekatan

dengan orang tua mereka dan memulai menyeimbangkan kebutuhan otonomi

dengan kebutuhan dalam menjaga ikatan emosional kemudian akan menjalin

kelekatan tersebut dengan teman sebayanya.

Berdasarkan beberapa definisi mengenai peer attachment, penulis

mengacu pada teori Armsden dan Greenberg (1987), yang mengatakan bahwa

Page 37: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

23

peer attachment merupakan ikatan yang erat dengan teman sebaya yang terbentuk

karena jalinan komunikasi dan sistem kepercayaan yang tercipta dengan baik.

2.2.3 Dimensi Attachment

Menurut Armsden dan Greenberg (1987) terdapat tiga dimensi dari kualitas

attachment yaitu :

1. Kepercayaan.

Kepercayaan didefinisikan sebagai perasaan aman dan keyakinan bahwa

orang lain akan membantu atau memenuhi kebutuhan individu. Kepercayaan

dapat muncul saat hubungan terjalin dengan kuat. Kepercayaan pada figur

attachment merupakan proses pembelajaran dimana hal ini akan muncul

setelah adanya pembentukan rasa aman melalui pengalaman-pengalaman

secara konsisten kepada individu. Kepercayaan juga merupakan kualitas

penting dalam suatu hubungan kelekatan dengan teman sebaya.

2. Komunikasi.

Adanya komunikasi yang baik maka akan menciptakan ikatan emosional

yang kuat antara orangtua dan anak. Pada remaja, aspek komunikasi

ditunjukkan dengan adanya ungkapan perasaan, teman sebaya menanyakan

permasalahan yang dihadapi individu, meminta pendapat teman sebaya dan

teman sebaya membantu individu untuk memahami dirinya sendiri.

3. Keterikatan.

Keterikatan berkaitan erat dengan perasaan terasing, marah dan pengalaman

perpisahan pada hubungan attachment teman sebaya. Keterikatan ini

Page 38: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

24

dijelaskan dengan perasaan aman dengan kehadiran figur attachment dan

perasaan kurang aman ketika dihadapkan dengan situasi sebaliknya.

2.2.5 Pengukuran Peer Attachment

Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan terkait peer attachment

menggunakan alat ukur. Pengukuran peer attachment dalam penelitian ini

menggunakan instrumen the Inventory of Parent and Peer Attachment kepada

teman sebaya (IPPA) yang terdapat dalam penelitian yang dilakukan oleh

Armsden & Greenberg (1987). Dalam intrumen tersebut, terdapat 24 item yang

mengukur kelekatan. Item-item tersebut meliputi ketiga dimensi kelekatan

yaitukepercayaan, komunikasi, dan keterikatan.

Penulis menggunakan alat ukur ini karena memiliki nilai relibilitas tinggi

untuk setiap item dari ayah, ibu dan teman sebaya. Namun peneliti hanya akan

menggunakan item kelekatan terhadap teman sebaya sesuai dengan tema

penelitian penulis.

2.3 Religiusitas

2.3.1 Religiusitas pada Remaja

Religiusitas merupakan fenomena yang berkembang pada individu manusia,

artinya individu dapat memiliki tingkat religiusitas yang tinggi (berkembang

dengan baik) tetapi juga dapat memiliki tingkat religiusitas yang rendah (tidak

berkembang dengan baik). Hal ini terlihat dari adanya perubahan tingkat

religiusitas pada seseorang, yang awalnya cenderung sejalan dengan orang tua,

tetapi setelah berinteraksi dengan lingkungan sekolah dan teman sebaya maka

semakin bertambah pengetahuannya sehingga diikuti perubahan perilaku termasuk

Page 39: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

25

dalam perilaku beragama yang semakin baik. Namun, tingkat religiusitas

seseorang juga dapat menjadi menurun setelah berinteraksi dengan lingkungan

luar yang kurang mendukung. Oleh sebab itu religiusitas merupakan fenomena

sosial psikologis yang terjadi pada diri manusia yang bisa dipengaruhi oleh

banyak faktor baik dari luar dirinya maupun yang ada di dalam dirinya (Warsiyah,

2018).

Pada masa remaja, dibutuhkan keyakinan dan pengamalan yang kuat

terhadap ajaran-ajaran agama guna mengurangi perilaku-perilaku menyimpang

(Palupi, Purwanto, & Noviyani, 2013). Diasumsikan remaja yang memiliki

religiusitas rendah maka tingkat kenakalannya tinggi artinya dalam berperilaku

tidak sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya dan sebaliknya semakin tinggi

tingkat religiusitasnya maka semain rendah kenakalan pada remaja artinya dalam

berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya karena ia memandang

agama sebagai tujuan utama hidupnya sehingga ia berusaha menginternalisasi

ajaran agamanya dalam perilaku sehari-hari (Andisti & Ritandiyono, 2008).

Religiusitas memiliki peran penting bagi perkembangan remaja. Hal ini

bisa ditinjau dari aspek-aspek perkembangan yang dialami oleh mereka. Remaja

cenderung mengintegrasikan keyakinan, nilai-nilai, dan moral dari agama ke

dalam pandangan dunia dan identitas mereka. Religiusitas juga memiliki implikasi

pada fungsi sosio-emosional, yang selanjutnya dapat mempengaruhi spiritualitas

dan religiusitas remaja. Remaja dinilai lebih kritis dalam mengevaluasi identitas

dan keyakinan beragamannya dibandingkan anak-anak. Menurut King (dalam

Page 40: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

26

Sallquist, Eisenberg, French, Purwono, & Suryanti, 2010), identitas agama remaja

cenderung dibangun dari ideologi agama dan spiritualitasnya.

Dibandingkan dengan masa awal anak-anak misalnya, keyakinan agama

remaja telah mengalami perkembangan yang cukup berarti. Kalau pada masa awal

anak-anak Tuhan dibayangkan sebagai person yang berada di atas awan, maka

pada masa remaja mereka mungkin berusaha mencari sebuah konsep yang lebih

mendalam tentang Tuhan dan eksistensinya (Desmita, 2005).

Dalam penelitian yang dilakukan Afiatin (1998) dijelaskan bahwa dalam

pembinaan kehidupan beragama pada remaja, faktor-faktor yang berpengaruh

dominan adalah faktor kepedulian dan konsistensi kedua orangtua dalam

pembinaan dan pelaksaan kehidupan beragama pada remaja sejak dini. Selain itu,

faktor yang dipandang berpengaruh terhadap kehidupan beragama remaja adalah

faktor tokoh masyarakat, teman sebaya dan media massa.

2.3.2 Definisi Religiusitas

Religiusitas adalah konsep yang mengacu pada fenomena sosial yang terkait

dengan bagaimana agama hidup dalam diri dan dialami oleh pemeluknya. Istilah

religiusitas merupakan istilah sosiologis dan psikologis yang komprehensif karena

digunakan untuk mencakup berbagai aspek aktivitas, dedikasi, dan keyakinan

keagamaan yang dimiliki atau dilakukan oleh seseorang (Holdcroft, 2006).

Secara mendalam Chaplin (2005) mengatakan bahwa religi merupakan

sistem yang kompleks yang terdiri dari kepercayaan, keyakinan yang tercermin

dalam sikap dan melaksanakan upacara-upacara keagamaan dengan maksud untuk

dapat berhubungan dengan Tuhan. Selain itu, Warsiyah (2018) mendefinisikan

Page 41: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

27

religiusitas sebagai implementasi dari fenomena sosial psikologis yang

menggambarkan bahwa seseorang yang memeluk suatu agama, yakni seberapa

jauh seseorang memiliki, merasakan, mengamalkan, mewujudkan, mengikatkan

diri pada agama baik terhadap ajaran, sistem, maupun lembaga agama dalam

kehidupannya.

Menurut Glock dan Stark, religiusitas seseorang akan meliputi berbagai

macam sisi atau dimensi. Untuk mengevaluasi konstruk ini, Glock dan Stark

(Huber & Huber, 2012) mengonsepkan religiusitas ke dalam lima dimensi yang

komprehensif, antara lain ideologi, ritual, pengalaman, pengetahuan agama dan

konsekuensi. Namun kemudian pada tahun 1968 Glock dan Stark (dalam Nash,

1968) menghilangkan dimensi konsekuensi dan membagi dimensi ritual menjadi

dua bagian, yakni ibadah berkelompok dan ibadah individu.

Dari beberapa definisi yang diungkapakan di atas, dalam penelitian ini

penulis menggunakan teori religiusitas yang dikemukan oleh Glock dan Stark

(1966) yaitu seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa

tekun pelaksanaan ibadah dan seberapa dalam penghayatan agama yang dianut

seseorang.

2.3.3 Dimensi Religiusitas

Glock dan Stark (dalam Huber & Huber, 2012) mengidentifikasikan religiusitas

dalam lima dimensi, yaitu:

Page 42: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

28

1. Intelektual

Dimensi ini merupakan frekuensi individu memikirkan isu-isu tentang

keagamaan. Hal ini diindikasikan dengan adanya perilaku individu dalam

memperbarui pengetahuan agamanya.

2. Ideologi

Dimensi ini direpresentasikan sebagai keyakinan dasar pada agama yang

dianut. Hal ini didasarkan pada aspek logis pada keberadaan realitas

trasenden seperti seberapa yakin indvidu pada keberadaan Tuhan dan segala

sesuatu yang bersifat Ilahi.

3. Ibadah individu

Dimensi ini mengacu pada pola perilaku dan gaya ketaatan individu pada hal

yang bersifat transcendence. Hal ini bisa dilihat dari seberapa sering individu

bermeditasi dan berdoa.

4. Ibadah berkelompok

Dimensi ini mengacu pada pola perilaku dan rasa memiliki pada kelompok

sosial tertentu dan ritual tertentu. Secara umum bisa diukur dengan frekuensi

seseorang mengambil bagian pada pelayanan keagamaan.

5. Pengalaman

Dimensi ini mengacu pada pola persepsi pegalaman dan perasaan beragama.

Hal ini bisa diindikasikan dengan perasaan individu yang terhubung dengan

Tuhannya.

Page 43: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

29

Selain dimensi di atas, dalam laporan penelitian yang diterbitkan oleh

Fetzer (1999) dijelaskan bahwa dimensi religiusitas terbagi menjadi dua belas

dimensi, yaitu:

1. Daily spiritual experiences merupakan dimensi yang memandang dampak

agama dan spiritual dalam kehidupan sehari-hari.

2. Meaning yaitu berkaitan dengan religiusitas atau disebut religioun-meaning

yaitu sejauh mana agama dapat menjadi tujuan hidupnya.

3. Value yaitu pengaruh keimanan terhadap nilai-nilai hidup, seperti

mengajarkan tentang nilai cinta, saling tolong, saling melindungi, dan

sebagainya.

4. Belief merupakan sentral dari religiusitas.

5. Forgiveness mencakup pengakuan dosa, merasa diampuni oleh Tuhan,

merasa dimaafkan oleh orang lain, memaafkan orang lain dan memaafkan diri

sendiri.

6. Private religious practices merupakan perilaku beragam dalam praktek

agama meliputi ibadah, mempelajari kitab, dan kegiatan lain untuk

meningkatkan religiusitas seseorang.

7. Religious/spiritual coping merupakan coping stres dengan menggunakan pola

dan merode religius seperti berdoa, beribadah, dan sebagainya.

8. Religious support aspek hubungan sosial antara individu dengan pemeluk

agama sesamanya.

Page 44: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

30

9. Religious/spiritual history adalah seberapa jauh individu berpartisipasi untuk

agamanya selama hidupnya dan seberapa jauh agama mempengaruhi

perjalanan hidupnya.

10. Commitment adalah seberapa jauh individu mementingkan agamanya,

komitmen, serta berkontribusi kepada agamanya.

11. Organizational religiousness merupakan konsep yang mengukur seberapa

jauh individu ikut serta dalam lembaga keagamaan yang ada di masyarakat

dan beraktifitas di dalamnya.

12. Religious preference yaitu memandang sejauh mana individu membuat

pilihan dan memastikan pilihan agamanya.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan lima dimensi religiusitas yang

dijelaskan oleh Glock dan Stark (dalam Huber & Huber, 2012) yaitu intelektual,

ideologi, ibadah individu, ibadah kelompok dan pengalaman.

2.3.4 Pengukuran Religiusitas

Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan terkait religiusitas menggunakan alat

ukur. Berikut ini adalah alat ukur religiusitas:

1. Centrality of Religiosity Scale yang dikembangkan oleh Huber & Huber

(2012). Variabel alat ukur ini didasarkan pada dimensi menurut Glock dan

Stark, yaitu meliputi intelektual, ideologi, ibadah individu, ibadah

berkelompok, dan pengalaman.

2. Instrument of Multiple Dimensions of Religions and Spirituality for Health

Research. Alat ukur ini dikembangkan oleh Idler, dkk. (1998) dan berisi item

yang mengacu pada dimensi-dimensi religiusitas Fetzer yaitu daily spiritual

Page 45: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

31

experience, meqaning, values/belief, forgiveness, private religious practice,

religious and spiritual coping, religious support, religious/spiritual history,

commitment, organizational religiousness, dan religious preference.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan alat ukur yang diadaptasi dari

Centrality of Religiosity Scale yang dikembangkan oleh Huber & Huber (2012)

dengan dimensi-dimensi religiusitas yang telah direvisi oleh Glock dan Stark

meliputi intelektual, ideologi, ibadah indiidu, ibadah berkelompok dan

pengalaman.

2.4 Remaja dengan Orang Tua Tunggal (Single Parent)

2.4.1 Definisi Orang Tua Tunggal

Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan ibu

berperan sebagai orang tua bagi anak-anaknya. Namun, dalam kehidupan nyata

sering dijumpai keluarga dimana salah satu orang tuanya tidak ada lagi. Keadaan

ini menimbulkan apa yang disebut dengan keluarga dengan single parent.

Menurut Hurlock (1999) orang tua tunggal (single parent) adalah orangtua

yang telah menduda atau menjanda entah bapak atau ibu, mengasumsikan

tanggung jawab untuk memelihara anak-anak setelah kematian pasangannya,

perceraian atau kelahiran anak diluar nikah. Definisi lain dijelaskan oleh Surya

(2003) bahwa orang tua tunggal adalah orangtua dalam keluarga yang tinggal

sendiri yaitu ayah saja atau ibu saja. Orangtua tunggal dapat terjadi karena

perceraian, salah satu meninggalkan rumah, salah satu meninggal dunia.

Berdasarkan berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa keluarga

dengan single parent adalah keluarga yang hanya terdiri dari satu orang tua yang

Page 46: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

32

dimana mereka secara sendirian membesarkan anak-anaknya tanpa kehadiran,

dukungan, tanggung jawab pasangannya dan hidup bersama dengan anak-anaknya

dalam satu rumah.

2.5 Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang dan teori yang sudah dijelaskan di atas, dapat

dirangkum sebuah kerangka berpikir bahwa setiap remaja membutuhkan

kemampuan dalam meregulasi emosinya. Sesuai dengan perkembangan emosi

remaja, remaja menghadapi berbagai permasalahan yang disebabkan oleh

perubahan fisik, hormon, dan juga emosinya. Jika remaja kurang memiliki

kemampuan meregulasi emosi, maka remaja akan menghadapi kesulitan dalam

mengekspresikan emosinya. Remaja yang kurang memiliki kemampuan

meregulasi emosi akan cenderung menunjukkan emosi yang meledak-ledak dan

tidak dapat dikontrol.

Regulasi emosi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam penelitian ini

penulis ingin melihat pengaruh yang diberikan oleh peer attachment dan juga

religiusitas. Peer attachment pada remaja mulai berkembang karena pada masa

remaja, remaja tidak hanya membangun kelekatan dengan orang tua seperti pada

saat anak-anak. Karena remaja memasuki lingkungan baru seperti sekolah serta

lingkungan pertemanan di dalamnya, maka remaja mulai memiliki kelekatan

dengan teman sebaya. Dimensi peer attachment yang akan diukur dalam

penelitian ini meliputi kepercayaan, komunikasi, dan juga keterikatan terhadap

teman sebaya.

Page 47: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

33

Kepercayaan yang timbul dalam pertemanan remaja dengan teman sebaya

diasumsikan dapat memengaruhi regulasi emosi. Dimensi ini diperkirakan akan

memiliki hubungan positif dengan regulasi emosi. Kepercayaan yang dibangun

oleh remaja terhadap teman sebaya diharapkan dapat memberikan rasa aman dan

nyaman sehingga dapat meningkatkan regulasi emosi remaja dengan orang tua

tunggal. Dengan adanya rasa percaya, remaja dapat memiliki keyakinan bahwa

teman sebayanya akan membantu dan memberikan saran ketika mereka

membutuhkannya.

Dimensi peer attachment yang selanjutnya yaitu komunikasi. Pada

penelitian terdahulu menjelaskan bahwa remaja yang menjalin komunikasi yang

baik akan mampu mengkomunikasikan permasalahannya terhadap teman sebaya

yang kemudian meningkatkan regulasi emosinya. Maka dalam penelitian ini

penulis mengasumsikan bahwa remaja yang memiliki tingkat komunikasi yang

tinggi juga akan memiliki kemampuan regulasi emosi yang tinggi pula. Selain itu,

dimensi lain dari peer attachment yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah

keterikatan. Ketika remaja memiliki rasa keterikatan yang tinggi kepada teman

sebaya, artinya remaja merasakan adanya penerimaan dari teman sebaya. Rasa

penerimaan tersebut kemudian berpengaruh secara positif terhadap regulasi emosi.

Maka dalam penelitian ini diasumsikan bahwa remaja yang memiliki keterikatan

yang tinggi akan memiliki kemampuan regulasi emosi yang tinggi pula.

Variabel selanjutnya yang diduga berpengaruh terhadap regulasi emosi

adalah religiusitas. Dalam penelitian ini, terdapat lima dimensi religiusitas yang

akan diteliti. Dimensi pertama adalah intelektual. Intelektual dalam religiusitas

Page 48: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

34

menggambarkan cara individu dalam memperbarui pengetahuan agamanya.

Pengetahuan tersebut dapat diperoleh remaja dan ditunjukkan oleh berbagai

indikator seperti ketertarikan pada tema keagamaan, kemampuan menafsirkan

kitab suci, serta pemikiran dan interpretasi mengenai topik keagamaan.

Diasumsikan ketika remaja memiliki intelektual yang tinggi maka remaja juga

akan memiliki regulasi emosi yang tinggi yang disebabkan oleh pengetahuannya

mengenai kegamaan.

Dimensi kedua dari religiusitas adalah ideologi. Ideologi dalam penelitian

ini mencakup keyakinan akan keberadaan Tuhan serta hal-hal yang bersifat Illahi.

Ketika remaja mempercayai adanya Tuhan serta hal-hal lain, diharapkan remaja

juga menunjukkan perilaku yang tidak berlebihan dalam mengekspresikan

emosinya. Maka oleh sebab itu diasumsikan bahwa remaja yang memiliki

ideologi yang tinggi akan memiliki kemampuan regulasi emosi yang tinggi pula.

Dimensi ketiga dari religiusitas adalah ibadah individu. Hal ini ditunjukkan

dengan adanya perilaku remaja dalam melakukan ibadah seperti solat, berpuasa,

dan berdoa. Ketika individu melakukan dan memaknai ibadah individu tersebut,

maka diharapkan mampu meregulasi emosinya. Remaja diasumsikan akan lebih

merasa tenang dan mampu meregulasi emosi jika mereka melakukan ibadah

individu. Maka diasumsikan remaja yang memiliki tingkat ibadah individu yang

tinggi akan memiliki kemampuan regulasi emosi yang tinggi pula.

Dimensi keempat dari religiusitas adalah ibadah berkelompok. Berbeda

dengan ibadah individu, dimensi ini menjelaskan keterlibatan individu dalam

kegiatan keagamaan bersama seperti menghadiri kajian atau pengajian dalam

Page 49: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

35

lingkungan sekitarnya. Diasumsikan bahwa remaja dengan tingkat ibadah

berkelompok yang tinggi akan memiliki kemampuan regulasi emosi yang tinggi

pula. Kemudian dimensi kelima dari religiusitas adalah pengalaman. Pengalaman

ini dijelaskan dengan adanya keyakinan atas kehadiran Tuhan dan campur tangan

Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika remaja memiliki keyakinan tersebut,

maka remaja akan merasa perlu untuk berperilaku dengan baik yang sesuai

dengan norma yang ada dan tidak menunjukkan perilaku yang berlebihan. Maka

diasumsikan remaja dengan tingkat pengalaman yang tinggi akan memiliki

kemampuan regulasi emosi yang tinggi pula sehingga terhindar dari

pengekspresian emosi yang berlebihan.

Page 50: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

36

Secara ringkas, model konseptual penelitian ini dapat dilihat pada gambar

dibawah ini:

Gambar 2.1 Bagan kerangka berpikir

Peer Attachment

Religiusitas

Kepercayaan

Komunikasi

Keterikatan

Regulasi Emosi

Pada Remaja

Dengan Orang Tua

Tunggal

Intelektual

Ideologi

Ibadah Individu

Pengalaman

Ibadah Berkelompok

Page 51: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

37

2.6 Hipotesis Penelitian

2.6.1 Hipotesis mayor

Ha: Ada pengaruh signifikan dari peer attachment dan religiusitas terhadap

regulasi emosi remaja dengan orang tua tunggal.

2.6.2 Hipotesis minor

Ha1: Ada pengaruh signifikan dari dimensi kepercayaan pada peer attachment

terhadap regulasi emosi pada remaja dengan orang tua tunggal.

Ha2: Ada pengaruh signifikan dari dimensi komunikasi pada peer attachment

terhadap regulasi emosi pada remaja dengan orang tua tunggal.

Ha3: Ada pengaruh signifikan dari dimensi keterikatan pada peer attachment

terhadap regulasi emosi pada remaja dengan orang tua tunggal.

Ha4: Ada pengaruh signifikan dari dimensi intelektual pada religiusitas terhadap

regulasi emosi pada remaja dengan orang tua tunggal.

Ha5: Ada pengaruh signifikan dari dimensi ideologi pada religiusitas terhadap

regulasi emosi pada remaja dengan orang tua tunggal.

Ha6: Ada pengaruh signifikan dari dimensi ibadah individu pada religiusitas

terhadap regulasi emosi pada remaja dengan orang tua tunggal.

Ha7: Ada pengaruh signifikandari dimensi ibadah berkelompok pada

religiusitas terhadap regulasi emosi pada remaja dengan orang tua tunggal.

Ha8: Ada pengaruh signifikan dari dimensi pengalaman pada religiusitas

terhadap regulasi emosi pada remaja dengan orang tua tunggal.

Page 52: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

38

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja dengan usia 12-18 tahun yang tinggal

dengan orang tua tunggal baik ayah atau pun ibu saja. Pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling dan diperoleh sampel

yang berjumlah 197 orang. Pengambilan data dilakukan dengan kuisioner online

yang disebarkan melalui tautan google form. Adapun karakteristik dari sampel

penelitian ini adalah:

1. Remaja dengan rentang usia 12-18 tahun yang sedang melakukan pendidikan

di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas di Jabodetabek.

2. Remaja yang tinggal dengan orang tua tunggal, yaitu remaja dengan orangtua

bercerai atau salah satu orangtua meninggal dunia.

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.2.1. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang bervariasi dari satu kasus ke kasus yang lain.

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut;

1. Regulasi Emosi (Y)

2. Kepercayaan(X1)

3. Komunikasi(X2)

4. Keterikatan(X3)

5. Intelektual (X4)

6. Ideologi (X5)

7. Ibadah individu (X6)

8. Ibadah berkelompok (X7)

Page 53: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

39

9. Pengalaman (X8)

3.2.2. Definisi Operasional Variabel

1. Dependent variable: Regulasi Emosi

Regulasi emosi adalah proses kompleks yang bertanggung jawab untuk memulai,

menghambat, atau memodulasi seseorang dalam menanggapi situasi tertentu

(Gross, 2002). Variabel ini terdiri dari dua dimensi yaitu Cognitive Reappraisal,

adalah merubah pandangan individu terhadap sebuah situasi, dan Expressive

Supression, adalah dengan tidak memperlihatkan emosi. Kedua skala di dalamnya

mengukur regulasi emosi yang bersifat negatif dan positif (Gross, 2002).

2. Independent variable: Peer attachment

Peer attachment merupakan sebuah ikatan yang melekat yang terjadi antara

seorang anak dengan teman-temannya, baik dengan seseorang maupun dengan

kelompok sebayanya. Dimensinya meliputi kepercayaan, komunikasi, dan

keterikatan (Armsden & Greenberg, 1987).

3. Independent variable: Religiusitas

Religiusitas merupakan seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan,

seberapa tekun pelaksanaan ibadah dan seberapa dalam penghayatan agama yang

dianut oleh seseorang (Glock & Stark, 1966). Dimensinya meliputi intelektual

(pengetahuan beragama, tertarik pada tema-tema keagamaan, dan kemampuan

menafsirkan), ideologi (keyakinan terhadap keberadaan Tuhan dan hal-hal yang

bersifat illahi), ibadah individu (meditasi dan berdoa), ibadah berkelompok

(terlibat pada pelayanan keagamaan), serta pengalaman (merasakan kehadiran

dan campur tangan Tuhan) (Huber & Huber, 2012).

Page 54: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

40

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data menggunakan model skala Likert

yaitu pernyataan pendapat yang disajikan kepada responden yang memberikan

indikasi pernyataan setuju atau tidak setuju. Jawaban dari setiap item instrumen

ini memiliki rentang dari tertinggi (sangat positif) sampai terendah (sangat

negatif). Tiap item diukur melalui empat kategori jawaban yaitu “Sangat Setuju”

(SS), “Setuju” (S), “Tidak setuju” (TS), dan “Sangat Tidak Setuju” (STS). Hal ini

dilakukan untuk menghindari terjadinya pemusatan (central tendency) atau

menghindari jumlah respon yang bersifat netral. Teknik pengumpulan data ini

terdiri dari pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable).

Skor tertinggi diberikan pada pilihan jawaban sangat setuju dan skor terendah

diberikan pada pilihan jawaban sangat tidak setuju untuk pernyataan favorable.

Begitupun sebaliknya untuk unfavorable.

Tabel 3.1

Skor Skala Penelitian Skala Favorable Unfavorable

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

3.3.1 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, penulis menggunakan instrumen berupa skala atau kuesioner

yang terdiri dari:

1. Isian biodata subjek penelitian. Berisi pertanyaan mengenai nama subjek,

usia, sekolah dan keterangan mengenai orang tua.

Page 55: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

41

2. Alat ukur Regulasi Emosi. Alat ukur yang digunakan merupakan alat ukur

regulasi emosi yang dibuat oleh Latifa (2015), dengan dimensi dan indikator

dari Gross (2002). Alat ukur ini menggunakan kuisioner dengan respon

jawaban skala model Likert. Skala ini digunakan untuk mengungkapkan sikap

individu terhadap item-item yang digunakan oleh penulis. Aspek yang diukur

yaitu cognitive reapprasial dan expressive suppresion. Berikut tabel blue

print regulasi emosi.

Tabel 3.2

Blueprint Skala Regulasi Emosi

Dimensi Indikator Item Contoh Item

Reappraisal - Berfikir ulang tentang masalah

yang dihadapi 1,3,7,8,16

1. Saat saya sedang ingin

merasakan emosi positif yang

lebih banyak, saya ubah ke

arah yang lebih positif

tentang hal-hal apa saja yang

sedang saya pikirkan

2. saya mengubah cara pandang

saya menjadi lebih positif,

saat saya sedang ingin

mengurangi pengalaman

emosi negative

- Berfikir tentang hal-hal yang

menyenangkan atau yang

membuat rileks

5,14

- Mengaktifkan wawasan dan

pengalaman mengelola emosi

yang pernah ada di memori

10,15

Suppression

- Mengusahakan adanya

distraksi/mengalihkan

perhatian

4,6,12,13,17 1. Saya simpan perasaan saya

hanya untuk diri sendiri

2. Saya emngendalikan emosi

saya dengan cara tidak

mengekspresikannya

- Menghindari pemberian atensi

pada masalah 2,9,11,18,19

Jumlah Item 19

3. Alat ukur peer attachment. Pada skala attachment kepada teman sebaya

peneliti menggunakan skala yang telah diadaptasi oleh Armsden & Greenberg

(dalam Arias, 2013), yaitu skala the Inventory of Parent and Peer Attachment

(IPPA). Skala ini digunakan untuk mengukur persepsi remaja terkait

attachment mereka dengan orang tua dan teman sebaya. Namun penulis

Page 56: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

42

hanya menggunakan instrumen peer attachment saja. Skala ini terdiri dari tiga

dimensi yaitu kepercayaan, komunikasi dan keterikatan.

Tabel 3.3

Blueprint item attachment kepada teman sebaya

Dimensi Indikator Item Contoh Item

Fav Unfav

Kepercayaan - Adanya perasaan aman

terhadap teman sebaya

- Keyakinan bahwa teman

sebaya akan membantu

atau memenuhi kebutuhan

individu

1,2,3,12,13,

20,21

4,9 1. Teman saya dapat

mengetahui jika saya

sedang kecewa

terhadap suatu hal

2. Saya mempercayai

teman-teman saya

Komunikasi - Adanya ungkapan

perasaan, masalah dan

kesulitan yang dialami

individu pada teman sebaya

- Individu meminta pendapat

dari teman sebaya

- Teman sebaya menanyakan

permasalahan yang

dihadapi individu

- Teman sebaya membantu

individu dalam memahami

dirinya

5,7,15,16,

19,23,24

6,14 1. Saya dapat

mengandalkan

teman-teman ketika

saya ingin

mengurangi beban

yang saya rasakan

2. Teman-teman saya

cukup mudah untuk

diajak berdiskusi

Keterikatan - Adanya perasaan nyaman

dengan teman sebaya

- Perasaan tidak diterima

oleh teman sebaya

8,10,11,17,

18,22

1. Saya merasa kesal

dengan teman-teman

saya

2. Teman-teman dapat

menerima saya apa

adanya

Jumlah 24

4. Alat ukur religiusitas dimodifikasi dari alat ukur Centrality of Religiosity

Scale yang dikembangkan oleh Huber & Huber (2012) sesuai dengan

dimensi-dimensi religiusitas yang telah direvisi oleh Glock dan Stark (1968).

Penulis memodifikasi item yang disusun oleh Huber dan Huber (2012) yang

berjumlah 15 item, menjadi 24 item yang dibuat dengan model Likert dengan

pilihan jawaban “Sangat Tidak Sesuai” sampai dengan “Sangat Sesuai”.

Page 57: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

43

Variabel alat ukur ini meliputi intelektual, ideologi, ibadah individu, ibadah

berkelompok, dan pengalaman.

Tabel 3.4

Blue Print Skala Religiusitas

Dimensi Indikator Item Contoh Item

Intelektual - Ketertarikan pada tema

keagamaan

1,4 1. Saya suka mendengarkan

atau menyaksikan

program keagamaan yang

ada di media elektronik

2. Saya peduli pada isu-isu

keagamaan yang ada pada

masyarakat

- Pemikiran dan interpretasi 5

- Pengetahuan agama 8

- Kemampuan menafsirkan

10

Ideologi - Keyakinan pada keberadaan

Tuhan

2, 7 1. Saya merasakan adanya

kehadiran Allah

2. Saya mempercayai

adanya hari kiamat

- Keyakinan pada hal-hal yang

bersifat Illahi

11, 13, 15

Ibadah Individu - Praktik ibadah dan berdoa

3,6,9,12,

17

1. Saya melaksanakan puasa

sunnah

2. Saya berdoa dalam

keadaan susah maupun

senang

Ibadah

Berkelompok

- Terlibat dalam kegiatan

keagamaan

14,19,20,

23,24

1. Saya senang mengikuti

organisasi keagamaan

2. Saya ikut serta dalam

merayakan hari-hari besar

keagamaan

Pengalaman - Merasakan kehadiran Tuhan 16, 22 1. Saya yakin Allah melihat

semua perbuatan yang

saya lakukan

2. Saya percaya bahwa

musibah adalah ujian

yang Allah berikan untuk

saya

- Merasakan campur tangan Tuhan 18,21

Jumlah 24

3.4 Uji Validitas Konstruk

Penulis melakukan uji instrumen dengan sejumlah item dari 3 skala, yaitu skala

regulasi emosi, Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA) dan skala

religiusitas. Uji instrumen ini diberikan kepada seluruh sampel. Untuk menguji

validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, penulis menggunakan

Page 58: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

44

Confirmatory Factor Analysis (CFA). Adapun prosedur uji validitas konstruk

dengan CFA adalah sebagai berikut (Umar, 2012):

1. Dibuat atau disusun suatu definisi operasional tentang konsep atau trait

yang hendak diukur. Untuk mengukur trait atau faktor tersebut diperlukan

item (stimulus) sebagai indikatornya.

2. Disusun hipotesis/teori bahwa seluruh item yang disusun (dibuat) adalah

valid mengukur konstruk yang didefinisikan. Dengan kata lain diteorikan

(hipotesis) bahwa hanya ada 1 faktor yang diukur yaitu konstruk yang

didefinisikan (model unidimensional).

3. Berdasarkan data yang diperoleh kemudian dihitung matriks korelasi antar

item, yang disebut matriks S.

4. Matriks korelasi tersebut digunakan untuk mengestimasi matriks korelasi

yang seharusnya terjadi menurut teori/model yang ditetapkan. Jika

teori/hipotesis pada butir 2 adalah benar, maka semestinya semua item

hanya mengukur satu faktor saja (unidimensional).

5. Adapun langkah-langkahnya adalah:

a. Dihitung (diestimasi) parameter dari model/teori yang diuji yang

dalam hal ini terdiri dari dari koefisien muatan faktor dan varian

kesalahan pengukuran (residual)

b. Setelah nilai parameter diperoleh kemudian diestimasi (dihitung)

korelasi antar setiap item sehingga diperoleh matriks korelasi antar

item berdasarkan hipotesis/teori yang diuji (matriks korelasi ini disebut

sigma).

Page 59: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

45

6. Uji validitas konstruk dilakukan dengan menguji hipotesis bahwa S=∑

atau dapat dituliskan Ho : S - ∑ = 0. Uji hipotesis ini misalnya dilakukan

menggunakan uji chi square, dimana jika chi square tidak signifikan

(p>0.05) maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (Ho) tidak ditolak.

Artinya, teori yang mengatakan bahwa semua item hanya mengukur satu

konstruk saja terbukti sesuai (fit) dengan data.

7. Jika telah terbukti model unidimensional (satu faktor) fit dengan data maka

dapat dilakukan seleksi terhadap item dengan menggunakan 3 kriteria,

yaitu:

a. Item yang koefisien muatan faktornya tidak signifikan didrop karena

tidak memberikan informasi yang secara statistik bermakna.

b. Item yang memiliki koefisien muatan faktor negatif juga didrop karena

mengukur hal yang berlawanan dengan konsep yang didefinisikan.

Namun demikian, harus diperiksa dahulu apakah item yang

pernyataannya unfavorable atau negatif sudah disesuaikan (direverse)

skornya sehingga menjadi positif. Hal ini berlaku khusus untuk item

dimana tidak ada jawaban yang benar ataupun salah (misalnya, alat

ukur individual, motivasi, persepsi, dsb).

c. Item dapat juga didrop jika residualnya (kesalahan pengukuran)

berkorelasi dengan banyak residual item yang lainnya, karena ini

berarti bahwa item tersebut mengukur juga hal lain selain konstruk

yang hendak diukur.

Page 60: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

46

Jika langkah-langkah diatas telah dilakukan, maka diperoleh item-item

yang valid untuk mengukur apa yang hendak diukur. Dalam penelitian ini, penulis

tidak menggunakan raw score/skor mentah (hasil menjumlahkan skor item). Item-

item inilah yang diolah untuk mendapatkan faktor skor pada tiap skala. Dengan

demikian perbedaan kemampuan masing-masing item dalam mengukur apa yang

hendak diukur ikut menentukan dalam menghitung faktor skor (True score). True

score inilah yang dianalisis dalam penelitian ini.

Untuk kemudahan didalam penafsiran hasil analisis maka penulis

mentransformasikan faktor skor yang diukur dalam skala baku (Z score) menjadi

T score yang memiliki mean = 50 dan standar deviasi (SD) = 10 sehingga tidak

ada responden yang mendapat skor negatif. Adapun rumus T score adalah:

T score = (10 x skor faktor) + 50

Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan software

LISREL 8.70. Uji validitas tiap alat ukur akan dipaparkan dalam sub bab berikut.

3.4.1 Uji Validitas Item Regulasi Emosi

Penulis menguji apakah ke 19 item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur regulasi emosi. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan

dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 1455.10, df =

152, P-value = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.209. Oleh sebab itu, penulis

melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka diperoleh model

fit dengan Chi-square = 104.78, df = 84, P-value = 0.06205, RMSEA = 0.036.

Page 61: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

47

Setelah didapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model

dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu

faktor yaitu regulasi emosi. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan

apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan

melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor.

Berdasarkan tabel 3.5 di bawah ini, penulis melihat muatan faktor dari

item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak. Kemudian diketahui tidak

ada item yang bermuatan negatif. Sedangkan item 10 walaupun tidak memiliki

muatan faktor negatif, tetapi t < 1.96, maka item tersebut didrop.

Tabel 3.5

Muatan Faktor Regulasi Emosi

No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan

1 0.47 0.07 6.73 Valid

2 0.50 0.07 6.86 Valid

3 0.36 0.07 5.26 Valid

4 0.50 0.07 7.47 Valid

5 0.44 0.07 5.95 Valid

6 0.70 0.06 10.90 Valid

7 0.52 0.06 8.00 Valid

8 0.30 0.07 4.35 Valid

9 0.84 0.06 13.51 Valid

10 0.10 0.08 1.28 Tidak Valid

11 0.49 0.07 7.32 Valid

12 0.70 0.07 9.93 Valid

13 0.51 0.07 7.67 Valid

14 0.29 0.07 4.41 Valid

15 0.23 0.07 3.48 Valid

16 0.56 0.06 8.76 Valid

17 0.38 0.07 5.55 Valid

18 0.56 0.06 8.97 Valid

19 0.57 0.07 8.10 Valid

Page 62: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

48

3.4.2 Uji validitas Item Kepercayaan

Penulis menguji apakah ke 9 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

hanya mengukur kepercayaan. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan

model satu faktor, ternyata model terbukti tidak fit, dengan Chi-square = 145.58,

df = 27, P-value = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.150. Oleh sebab itu, penulis

melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit

dengan Chi-square = 27.66, df = 20, P-value = 0.11774, RMSEA = 0.044.

Setelah didapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model

dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu

faktor yaitu kepercayaan. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan

apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan

melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.6 dibawah ini:

Tabel 3.6

Muatan Faktor Item Kepercayaan

No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan

1 0.40 0.07 5.56 Valid

2 0.29 0.07 4.00 Valid

3 -0.46 0.07 -6.61 Tidak Valid

4 0.83 0.06 13.58 Valid

5 0.73 0.06 11.47 Valid

6 0.40 0.07 5.67 Valid

7 0.60 0.07 8.93 Valid

8 0.85 0.06 14.17 Valid

9 0.89 0.06 15.59 Valid

Page 63: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

49

Berdasarkan tabel 3.6 penulis melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang

bermuatan negatif atau tidak. Kemudian diketahui item 3 bermuatan negatif,

sehingga item 3 didrop.

3.4.3 Uji Validitas Item Komunikasi

Penulis menguji apakah ke 9 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

hanya mengukur komunikasi. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan

model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 137.79, df = 27, P-value

= 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.145. Oleh sebab itu, penulis melakukan

modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item

dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka diperoleh model fit dengan Chi-

square = 22.37, df = 17, P-value = 0.17096, RMSEA = 0.040.

Tabel 3.7

Muatan Faktor Item Komunikasi

No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan

1 0.79 0.06 13.30 Valid

2 0.79 0.06 13.05 Valid

3 0.86 0.06 14.48 Valid

4 0.75 0.06 12.13 Valid

5 0.87 0.06 15.10 Valid

6 0.57 0.07 8.62 Valid

7 0.81 0.06 13.47 Valid

8 0.76 0.06 12.30 Valid

9 0.78 0.06 12.99 Valid

Setelah didapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model

dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu

faktor yaitu komunikasi. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut

Page 64: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

50

mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan

apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan

melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.7 di atas.

Berdasarkan tabel 3.7 penulis melihat muatan faktor dari item, apakah ada

yang bermuatan negatif atau tidak. Kemudian terlihat bahwa tidak ada item yang

memiliki muatan negatif. Setelah dilihat nilai t bagi koefisien muatan faktor

seluruh item valid karena t > 1.96, sehingga tidak ada item yang didrop.

3.4.4 Uji Validitas Item Keterikatan

Penulis menguji apakah ke 6 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

hanya mengukur keterikatan. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan

model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 27.61, df = 9, P-value =

0.00111, dan nilai RMSEA = 0.103. Oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi

terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

berkorelasi satu sama lainnya. Maka diperoleh model fit dengan Chi-square =

8.66, df = 6, P-value = 0.19365, RMSEA = 0.048.

Setelah didapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model

dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu

faktor yaitu keterikatan. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan

apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan

melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.8.

Berdasarkan tabel 3.8 di bawah ini, penulis melihat muatan faktor dari

item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak. Kemudian terlihat bahwa

Page 65: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

51

tidak ada item yang memiliki muatan negatif. Setelah dilihat nilai t bagi koefisien

muatan faktor seluruh item valid karena t > 1.96, sehingga tidak ada item yang

didrop.

Tabel 3.8

Muatan Faktor Item Keterikatan No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan

1 0.60 0.07 8.71 Valid

2 0.65 0.07 9.15 Valid

3 0.67 0.07 10.25 Valid

4 0.60 0.07 8.42 Valid

5 0.76 0.06 11.71 Valid

6 0.87 0.06 13.58 Valid

3.4.5 Uji Validitas Item Intelektual

Penulis menguji apakah ke 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

hanya mengukur intektual. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model

satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 11.72, df = 5, P-value =

0.03886, dan nilai RMSEA = 0.082. Oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi

terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

berkorelasi satu sama lainnya. Maka diperoleh model fit dengan Chi-square =

3.01, df = 4, P-value = 0.55584, RMSEA = 0.000.

Setelah didapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model

dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu

faktor yaitu intelektual. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah

item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai

t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.9 dibawah ini:

Page 66: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

52

Tabel 3.9

Muatan Faktor Item Intelektual

No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan

1 0.73 0.07 10.12 Valid

2 0.78 0.07 10.60 Valid

3 0.37 0.09 4.35 Valid

4 0.64 0.07 8.83 Valid

5 0.32 0.08 4.11 Valid

Berdasarkan tabel 3.9 penulis melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang

bermuatan negatif atau tidak. Kemudian terlihat bahwa tidak ada item yang

memiliki muatan negatif. Setelah dilihat nilai t bagi koefisien muatan faktor

seluruh item valid karena t > 1.96, sehingga tidak ada item yang didrop.

3.4.6 Uji Validitas Item Ideologi

Penulis menguji apakah ke 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

hanya mengukur ideologi. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model

satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 60.54, df = 5, P-value =

0.00000, dan nilai RMSEA = 0.238. Oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi

terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

berkorelasi satu sama lainnya. Maka diperoleh model fit dengan Chi-square =

1.53, df = 2, P-value = 0.46581, RMSEA = 0.000.

Setelah didapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model

dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu

faktor yaitu ideologi. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah

Page 67: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

53

item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai

t bagi setiap koefisien muatan faktor.

Berdasarkan tabel 3.10 penulis melihat muatan faktor dari item, apakah

ada yang bermuatan negatif atau tidak, kemudian diketahui item 4 memiliki

muatan faktor negatif. Oleh sebab itu item tersebut didrop.

Tabel 3.10

Muatan Faktor Item Ideologi

No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan

1 0.78 0.09 8.52 Valid

2 0.77 0.09 8.45 Valid

3 0.97 0.09 11.25 Valid

4 -0.60 0.08 -7.92 Tidak Valid

5 0.57 0.08 7.66 Valid

3.4.7 Uji Validitas Item Ibadah Individu

Penulis menguji apakah ke 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

hanya mengukur ibadah individu. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan

model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 26.36, df = 5, P-value =

0.00008, dan nilai RMSEA = 0.148. Oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi

terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

berkorelasi satu sama lainnya. Maka diperoleh model fit dengan Chi-square =

3.61, df = 3, P-value = 0.30678, RMSEA = 0.032.

Setelah didapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model

dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu

faktor yaitu ibadah individu. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan

Page 68: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

54

apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan

melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor.

Berdasarkan tabel 3.11 penulis melihat muatan faktor dari item, apakah

ada yang bermuatan negatif atau tidak. Kemudian diketahui tidak terdapat item

yang muatan faktornya negatif. Setelah dilihat nilai t bagi koefisien muatan faktor

seluruh item valid karena t > 1.96, sehingga tidak ada item yang didrop.

Tabel 3.11

Muatan Faktor Ibadah Individu No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan

1 0.42 0.07 5.72 Valid

2 0.78 0.07 11.32 Valid

3 0.82 0.06 12.77 Valid

4 0.65 0.07 9.74 Valid

5 0.83 0.07 12.58 Valid

3.4.8 Uji Validitas Item Ibadah Berkelompok

Penulis menguji apakah ke 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

hanya mengukur ibadah berkelompok. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan

dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 19.51, df = 5, P-

value= 0.00155, dan nilai RMSEA = 0.122. Oleh sebab itu, penulis melakukan

modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item

dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka diperoleh model fit dengan Chi-

square = 5.54, df = 4, P-value = 0.23586, RMSEA = 0.044.

Setelah didapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model

dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu

Page 69: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

55

faktor yaitu ibadah berkelompok. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan

apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan

melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor.

Tabel 3.12

Muatan Faktor Item Ibadah Berkelompok

No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan

1 0.73 0.07 10.85 Valid

2 0.98 0.06 15.33 Valid

3 0.32 0.07 4.51 Valid

4 0.64 0.07 9.34 Valid

5 0.18 0.09 2.09 Valid

Berdasarkan tabel 3.12 penulis melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang

bermuatan negatif atau tidak. Kemudian terlihat bahwa tidak ada item yang

memiliki muatan negatif. Setelah dilihat nilai t bagi koefisien muatan faktor

seluruh item valid karena t > 1.96, sehingga tidak ada item yang didrop.

3.4.9 Uji Validitas Item Pengalaman

Penulis menguji apakah ke 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

hanya mengukur pengalaman. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan

model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 15.39, df = 2, P-value=

0.00046, dan nilai RMSEA = 0.185. Oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi

terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

berkorelasi satu sama lainnya. Maka diperoleh model fit dengan Chi-square =

0.06, df = 1, P-value = 0.79970, RMSEA = 0.000.

Page 70: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

56

Setelah didapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model

dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu

faktor yaitu pengalaman. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan

apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan

melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.13 dibawah ini:

Tabel 3.13

Muatan Faktor Item Pengalaman

No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan

1 0.86 0.10 8.27 Valid

2 0.67 0.09 7.71 Valid

3 0.40 0.08 5.13 Valid

4 0.83 0.10 8.07 Valid

Berdasarkan tabel 3.13 penulis melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang

bermuatan negatif atau tidak. Kemudian terlihat bahwa tidak ada item yang

memiliki muatan negatif. Setelah dilihat nilai t bagi koefisien muatan faktor

seluruh item valid karena t > 1.96, sehingga tidak ada item yang didrop.

3.5 Teknik Analisis Data

Sebelum melakukan analisis data, digunakan Confirmatory Factor Analysis

(CFA) untuk melihat validitas konstruk setiap item serta menguji struktur faktor

yang diturunkan secara teoritis. Analisis faktor adalah metode analisis statistik

yang digunakan untuk mereduksi faktor-faktor yang mempengaruhi suatu variabel

menjadi beberapa set indikator saja, tanpa kehilangan informasi yang berarti.

Melalui analisis faktor akan didapatkan data variabel konstruk (skor faktor)

sebagai data input analisis lebih lanjut atau sebagai data penelitian.

Page 71: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

57

Dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian hipotesis dengan analisis

statistik, maka hipotesis penelitian yang ada diubah menjadi hipotesis nihil.

Hipotesis nihil inilah yang akan diuji dalam analisis statistik nantinya. Pada

penelitian ini digunakan multiple regression analysis di mana terdapat lebih dari

satu independent variable untuk mengetahui pengaruhnya terhadap dependent

variable. Pada penelitian ini terdapat delapan independent variable dan satu

dependent variable. Dengan menggunakan rumus persamaan garis regresi, yaitu:

Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + … + b8X8 + e

Keterangan:

Y = Regulasi Emosi

a = Konstan

b = Koefisien regresi untuk masing- masing X

X1 = Kepercayaan

X2 = Komunikasi

X3 = Keterasingan

X4= Ideologi

X5= Intelektual

X6= Ibadah Berkelompok

X7 = Ibadah Individu

X8 = Pengalaman

e = Residual

Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu koefisien

korelasi berganda antara regulasi emosi (DV) dengan kepercayaan, komunikasi,

keterasingan, ideologi, intelektual, ibadah individu, ibadah berkelompok, dan

pengalaman (IV). Besarnya regulasi emosi yang disebabkan faktor-faktor yang

telah disebutkan ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda atau R2.

Page 72: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

58

R2 menunjukkan variasi atau perubahan dependent variable (Y)

disebabkan independent variable (X) atau digunakan untuk mengetahui besarnya

pengaruh independent variable (X) terhadap dependent variable (Y) atau

merupakan perkiraan proporsi varians dari regulasi emosi yang dijelaskan oleh

kepercayaan, keterasingan, komunikasi, ideologi, intelektual, ibadah

berkelompok, ibadah individu, dan pengalaman. Untuk mendapatkan nilai R2,

digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

R2 = Proporsi varians

SSreg = Sum of Square Regression (jumlah kuadrat regresi)

SSy = Sum of Square Y (jumlah kuadrat Y)

Selanjutnya R2 dapat diuji signifikansinya seperti uji signifikansi pada F-

test. Selain itu juga, uji signifikansi bisa juga dilakukan dengan tujuan melihat

apakah pengaruh dari IV terhadap DV signifikan atau tidak. Pembagi disini adalah

R2 itu sendiri dengan df-nya (dilambangkan „k‟), yaitu sejumlah IV yang

dianalisis sedangkan penyebutnya (1-R2) dibagi dengan df-nya (N-k-1) dimana N

adalah total sampel. Untuk df dari pembagi sebagai numerator sedangkan df

penyebut sebagai denumerator. Jika dirumuskan, maka:

Keterangan:

R2 = Proporsi varians

Page 73: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

59

k = Banyaknyaindependent variable

N = Ukuran sampel

Kemudian selanjutnya dilakukan uji koefisiensi regresi dari tiap-tiap IV

yang dianalisis. Uji tersebut digunakan untuk melihat apakah pengaruh yang

diberikan IV signifikan terhadap DV secara sendiri-sendiri atau parsial. Uji ini

digunakan untuk menguji apakah sebuah IV benar-benar memberikan kontribusi

terhadap DV. Sebelum di dapat nilai t dari tiap IV, harus didapat dahulu nilai

standart error estimate dari b (koefisien regresi) yang didapatkan melalui akar

MSres dibagi dengan SSx. Setelah didapat nilai Sb barulah bisa dilakukan uji t,

yaitu hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan Sb itu sendiri. Dapat dirumuskan:

Keterangan:

bi = Koefisien regresi ke-i

Sbi = Standart Error Estimate dari bi

Page 74: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

60

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah 197 remaja dengan orang tua tunggal.

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel non probability sampling

dimana setiap individu dalam populasi tidak memiliki peluang yang sama untuk

terpilih menjadi sampel penelitian karena peneliti memilih sampel berdasarkan

karakteristik tertentu, yaitu remaja dengan rentang usia 12-18 tahun dan tinggal

dengan orang tua tunggal.

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Kriteria Jumlah Presentase

Jenis Kelamin Laki-laki 21 10.70%

Perempuan 176 89.30%

Usia 12 4 2.00%

13 15 7.60%

14 31 15.70%

15 28 14.20%

16 30 15.30%

17 36 18.30%

18 53 26.90%

Keterangan Ayah atau ibu meninggal dunia 107 54.30%

Ayah dan ibu bercerai 90 45.70%

Tabel 4.1 menginformasikan beberapa hal, berdasarkan kriteria jenis

kelamin dapat diketahui bahwa dari total 197 responden, terdapat 21 orang atau

10.70% adalah laki-laki, lalu terdapat 176 orang atau 89.3% responden adalah

perempuan. Berdasarkan kriteria usia terdapat 4 responden atau 2% berusia 12

tahun, 15 responden atau 7.6% berusia 13 tahun, 31 responden atau 15.7% berusia

Page 75: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

61

14 tahun, 28 responden atau 14.2% berusia 15 tahun, 30 responden atau 15.3%

berusia 16 tahun, 36 responden atau 18.3% berusia 17 tahun, dan 53 responden

atau 26.9% berusia 18 tahun. Selanjutnya, berdasarkan keterangan mengenai

orang tua tunggal sebanyak 107 responden atau 54.3% dikarenakan ayah atau ibu

meninggal dunia dan 90 responden atau 45.7% dikarenakan ayah dan ibu bercerai.

4.2 Hasil Analisis Deskriptif

Hasil analisis deskriptif adalah hasil yang memberikan gambaran data penelitian.

Dalam hasil analisis deskriptif ini akan disajikan, minimum, maksimum, mean

dan standar deviasi variabel serta kategorisasi tinggi dan rendahnya skor variabel

penelitian. Pada tabel 4.2 berisi analisis deskriptif yang didapat dari output SPSS:

Tabel 4.2

Deskripsi Statistik Variabel Penelitian

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Regulasi Emosi 197 23.89 71.42 50 9.24532

Kepercayaan 197 24.04 65.45 50 9.37014

Komunikasi 197 28.47 67.02 50 9.58150

Keterikatan 197 28.30 65.62 50 9.00705

Intelektual 197 33.63 66.62 50 8.46821

Ideologi 197 25.68 56.05 50 8.76941

Ibadah Individu 197 24.22 60.66 50 8.79556

Ibadah Berkelompok 197 34.92 70.20 50 9.37826

Pengalaman 197 16.42 55.73 50 8.24839

Valid N (listwise) 197

Dari tabel 4.2 juga dapat diketahui skor terendah regulasi emosi adalah

23.89 dan skor tertinggi adalah 71.42 dengan mean sebesar 50 dan standard

deviation sebesar 9.24532, pada variabel kepercayaan skor terendah adalah 24.04

dan skor tertinggi adalah 65.45 dengan mean sebesar 50 dan standard deviation

sebesar 9.37014, pada variabel komunikasi skor terendah adalah 28.47 dan skor

tertinggi adalah 67.02 dengan mean sebesar 50 dan standard deviation sebesar

Page 76: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

62

9.58150, pada variabel keterikatan skor terendah adalah 28.30 dan skor tertinggi

adalah 65.62 dengan mean sebesar 50 dan standard deviation sebesar 9.00705,

pada skor intelektual skor terendah adalah 33.63 dan skor tertinggi adalah 66.62

dengan mean sebesar 50 dan standard deviation sebesar 8.46821, pada skor

ideologi skor terendah adalah 25.68 dan skor tertinggi adalah 56.05 dengan mean

sebesar 50 dan standard deviation sebesar 8.76941, pada skor ibadah individu skor

terendah adalah 24.22 dan skor tertinggi adalah 60.66 dengan mean sebesar 50

dan standard deviation sebesar 9.37826, pada skor ibadah berkelompok skor

terendah adalah 34.92 dan skor tertinggi adalah 70.20 dengan mean sebesar 50

dan standard deviation sebesar 9.37826, dan pada variabel pengalaman skor

terendah adalah 16.42 dan skor tertinggi adalah 55.73 dengan mean sebesar 50

dan standard deviation sebesar 8.24839.

4.3 Kategorisasi Hasil Penelitian

Setelah melakukan deskripsi dari masing-masing variabel, maka hal yang perlu

dilakukan adalah pengkategorisasian terhadap data penelitian dengan

menggunakan standar deviasi dan mean dari tscore. Kategorisasi dalam penelitian

ini dibuat menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Dalam hal ini

ditetapkan norma sebagai berikut:

Tabel 4.3

Pedoman Interpretasi Skor

Kategori Rumus

Rendah X < Mean - 1SD

Sedang Mean – 1SD < X < Mean + 1SD

Tinggi X > Mean + 1SD

Page 77: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

63

Uraian mengenai gambaran kategori skor variabel berdasarkan tinggi, sedang dan

rendahnya variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan disajikan pada tabel

di bawah ini:

Tabel 4.4

Kategorisasi Skor Variabel

Variabel Rendah Sedang Tinggi

N % N % N %

Regulasi Emosi 30 15.2 140 71.1 27 13.7 Kepercayaan 31 15.7 134 68.0 32 16.2 Komunikasi 34 17.3 131 66.5 32 16.2 Keterikatan 27 13.7 144 73.1 26 13.2 Intelektual 28 14.2 141 71.6 28 14.2 Ideologi 40 20.3 157 79.7 - - Ibadah Individu 28 14.2 149 75.6 20 10.2 Ibadah Kelompok 43 21.8 134 68.0 20 10.2 Pengalaman 30 15.2 167 84.8 - -

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki regulasi emosi

pada kategori rendah sebanyak 30 orang (15.2%), pada kategori sedang sebanyak

140 orang (71.1%) yang memiliki regulasi emosi pada kategori tinggi sebanyak

27 orang (13.7%) dan begitu seterusnya untuk membaca informasi variabel

lainnya.

4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian

4.4.1 Pengujian Hipotesis Mayor

Dalam penelitian ini, uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh masing-masing

independent variable terhadap dependent variable menggunakan multiple

regression analysis. Data yang dianalisis yaitu Tscore yang diperoleh dari hasil

analisis faktor menggunakan software IBM SPSS 20. Dalam analisis regresi,

terdapat tiga hal yang dilihat, yaitu (1) melihat besaran R Square untuk

mengetahui berapa persen (%) varians dependent variable yang dapat dijelaskan

Page 78: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

64

oleh independent variable; (2) apakah secara keseluruhan independent variable

berpengaruh secara signifikan terhadap dependent variable; (3) melihat signifikan

atau tidaknya koefisien regresi dari independent variable. Pengujian hipotesis

dilakukan dengan beberapa tahapan. Langkah pertama, penulis melihat besaran R

Square untuk mengetahui berapa persen (%) varians dependent variable yang

dapat dijelaskan oleh independent variable. Lihat tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5

Tabel RSquare Seluruh Sampel

Model R RSquare Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .422a .178 .143 8.55706

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa perolehan R-square sebesar 0.178. Hal

itu berarti bahwa proporsi varians dari regulasi emosi yang dijelaskan oleh

kepercayaan, komunikasi, keterikatan, intelektual, ideologi, ibadah individu,

ibadah berkelompok dan pengalaman adalah sebesar 17.8%, sedangkan 82.2%

sisanya dipengaruhi oleh variebel lain di luar penelitian ini. Langkah kedua

penulis menganalisis pengaruh dari seluruh independent variable terhadap

regulasi emosi. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini:

Tabel 4.6

Anova Seluruh Sampel

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Regression 2987.292 8 373.411 5.100 .000a

Residual 13765.992 188 73.223

Total 16753.283 196

a. Predictors: kepercayaan, komunikasi, keterikatan, intelektual, ideologi,

ibadah individu, ibadah berkelompok, dan pengalaman.

b. Dependent variable: regulasi emosi.

Jika melihat kolom signifikansi (p<0.05), maka hipotesis nihil yang

menyatakan “tidak ada pengaruh yang signifikan seluruh variabel independen

Page 79: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

65

terhadap regulasi emosi” ditolak. Hal ini dapat diartikan, ada pengaruh yang

signifikan dari kepercayaan, komunikasi, keterikatan, intelektual, ideologi, ibadah

individu, ibadah berkelompok dan pengalaman terhadap regulasi emosi.

Tabel 4.7

Koefisien Regresi

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 30.445 5.420 5.619 0.000

Kepercayaan 0.279 0.139 0.283 2.055 0.046

Komunikasi - 0.371 0.128 - 0.384 -2.900 0.004

Keterikatan 0.387 0.138 0.377 2.797 0.006

Intelektual - 0.134 0.097 - 0.123 -1.385 0.168

Ideologi 0.079 0.090 0.075 0.878 0.381

Ibadah Individu 0.211 0.099 0.200 2.131 0.034

Ibadah

Berkelompok - 0.020 0.078 - 0.021 - 0.261 0.794

Pengalaman - 0.040 0.100 - 0.035 - 0.395 0.693

a. Dependent variabel: regulasi emosi

Langkah ketiga adalah melihat koefisien regresi tiap independent variable.

Jika p<0.05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti bahwa

independent variable tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap regulasi

emosi. Adapun penyajian ditampilkan pada tabel 4.7 di atas.

Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.7 dijelaskan persamaan regresi

sebagai berikut:

Regulasi emosi = 30.455 + 0.279 kepercayaan + (-0.371) komunikasi + 0.387

keterikatan + (-0.134) intelektual + 0.079 ideologi + 0.211 ibadah individu + (-

0.020) ibadah berkelompok + (-0.040) pengalaman.

Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa kepercayaan, komunikasi, keterikatan

dan ibadah individu, berpengaruh secara signifikan terhadap regulasi emosi. Hal

tersebut dapat dilihat dari kolom Sig. pada tabel 4.7, jika p<0.05 maka koefisien

regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap regulasi emosi dan

Page 80: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

66

begitu sebaliknya. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada

masing-masing independent variable adalah sebagai berikut:

1. Pada variabel kepercayaan diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.279

dengan signifikan 0.046 (sig >0.05). Artinya kepercayaan memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap regulasi emosi dengan arah positif di mana semakin

tinggi kepercayaan maka semakin tinggi regulasi emosi begitupun sebaliknya.

2. Pada variabel komunikasi diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.371

dengan signifikan 0.004 (sig <0.05). Artinya komunikasi memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap regulasi emosi dengan arah negatif di mana semakin

tinggi komunikasi maka semakin rendah regulasi emosi begitupun sebaliknya.

3. Pada variabel keterikatan diperleh nilai koefisien regresi sebesar 0.387

dengan siginfikan 0.006 (sig <0.05). Artinya keterikatan memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap regulasi emosi dengan arah positif di mana semakin

tinggi keterikatan maka semakin tinggi regulasi emosi begitupu sebaliknya.

4. Pada variabel intelektual diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.134

dengan signifikan 0.168 (sig >0.05). Artinya intelektual tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap regulasi emosi.

5. Pada variabel ideologi diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.079 dengan

signifikan 0.381 (sig >0.05). Artinya ideologi tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap regulasi emosi.

6. Pada variabel ibadah individu diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.211

dengan signifikan 0.034 (sig >0.05). Artinya ibadah individu memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap regulasi emosi dengan arah positif di mana

Page 81: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

67

semakin tinggi kepercayaan maka semakin tinggi regulasi emosi begitupun

sebaliknya.

7. Pada variabel ibadah berkelompok diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -

0.040 dengan signifikan 0.794 (sig >0.05). Artinya ibadah berkelompok tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap regulasi emosi.

8. Pada variabel pengalaman diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.040

dengan signifikan 0.693 (sig >0.05). Artinya pengalaman tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap regulasi emosi.

4.4.2 Pengujian Proporsi Varians Masing-masing Variabel

Selanjutnya penulis ingin mengetahui sumbangan proporsi varians dari masing-

masing independent variable terhadap regulasi emosi. Dengan melihat nilai

RSquareChange sebagai jumlah sumbangan independent variable terhadap

dependent variable. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8

Proporsi Varians Masing-Masing Variabel

Model R R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

R

Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .302a .065 .087 8.83583 .091 19.588 1 195 .000

2 .329b .108 .099 8.77573 .017 3.680 1 194 .057

3 .376c .141 .128 8.63422 .033 7.411 1 193 .007

4 .376d .142 .124 8.65469 .000 .088 1 192 .767

5 .396e .157 .135 8.59955 .015 3.470 1 191 .064

6 .421f .177 .151 8.51664 .021 4.737 1 190 .031

7 .421g .178 .147 8.53794 .000 .054 1 189 .817

8 .422h .178 .143 8.55706 .001 .156 1 188 .693

a. Predictors: (constant), kepercayaan, komunikasi, keterikatan, intelektual,

ideologi, ibadah individu, ibadah berkelompok, dan pengalaman.

Berdasarkan data dari tabel 4.8 dapat disampaikan informasi sebagai berikut:

Page 82: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

68

1. Variabel kepercayaan memiliki nilai RSquare change sebesar 0.091 atau

memberikan kontribusi sebesar 9.1% terhadap regulasi emosi. Kontribusi

tersebut signifikan dengan F Change 19.588 dan df= 1 df2= 195 dengan Sig.

F Change 0.000 (Sig. F Change < 0.05)

2. Variabel komunikasi memiliki nilai RSquare Change sebesar 0.017 atau

memberikan kontribusi sebesar 1.7% terhadap regulasi emosi. Kontribusi

tersebut signifikan dengan F Change 3.680 dan df= 1 df2= 194 dengan Sig.

F Change 0.057 (Sig. F Change < 0.05)

3. Varibel keterikatan memiliki nilai RSquare Change sebesar 0.033 atau

memberikan kontribusi sebesar 3.3% terhadap regulasi emosi. Kontribusi

tersebut signifikan dengan F Change 7.411 dan df= 1 df2= 193 dengan Sig.

F Change 0.007 (Sig. F Change < 0.05)

4. Variabel intelektual memiliki nilai RSquare Change sebesar 0.000 atau

memberikan kontribusi sebesar 0% terhadap regulasi emosi. Kontribusi

tersebut signifikan dengan F Change 0.088 dan df= 1 df2= 192 dengan Sig.

F Change 0.767 (Sig. F Change < 0.05)

5. Variabel ideologi memiliki nilai RSquare Change sebesar 0.015 atau

memberikan kontribusi sebesar 1.5% terhadap regulasi emosi. Kontribusi

tersebut signifikan dengan F Change 3.470 dan df= 1 df2= 191 dengan Sig.

F Change 0.064 (Sig. F Change < 0.05)

6. Variabel ibadah individu memiliki nilai RSquare Change = 0.021 atau

meberikan kontribusi sebesar 2.1% terhadap regulasi emosi. Kontribusi

Page 83: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

69

tersebut signifikan dengan F Change 4.737 dan df= 1 df2= 190 dengan Sig.

F Change 0.031 (Sig. F Change < 0.05)

7. Variabel ibadah berkelompok memiliki nilai RSquare Change = 0.000 atau

memberikan kontribusi sebesar 0% terhadap regulasi emosi. Kontribusi

tersebut signifikan dengan F Change 0.054 dan df= 1 df2= 189 dengan Sig.

F Change 0.817 (Sig. F Change < 0.05)

8. Variabel pengalaman memiliki nilai Rsquare Change = 0.001 atau

memberikan kontribusi sebesar 0.1% terhadap regulasi emosi. Kontribusi

tersebut signifikan dengan F Change 0.156 dan df= 1 df2= 188 dengan Sig.

F Change 0.693 (Sig. F Change < 0.05).

Page 84: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

70

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah diuraikan pada bab 4, maka

kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang

signifikan secara bersama-sama dari peer attachment (kepercayaan, komunikasi,

dan keterikatan) dan religiuistas (intelektual, ideologi, ibadah individu, ibadah

kelompok, dan pengalaman) terhadap regulasi emosi pada remaja dengan orang

tua tunggal. Berdasarkan proporsi varians keseluruhan, regulasi emosi

dipengaruhi kepercayaan, komunikasi, keterikatan, intelektual, ideologi, ibadah

individu, ibadah berkelompok dan pengalaman, yaitu sebesar 17.8%. Hal tersebut

ditunjukkan dari hasil uji F yang menguji seluruh independent variable (IV)

terhadap dependent variable (DV).

Kemudian, penulis menguji hipotesis untuk mengetahui signifikansi

masing-masing koefisien regresi independent variable (IV) terhadap dependent

variable (DV), diperoleh hasil bahwa dari delapan variabel, ternyata terdapat

empat variabel yang signifikan pengaruhnya terhadap regulasi emosi, yaitu

kepercayaan, komunikasi, keterikatan, dan ibadah individu. Sedangkan variabel

lainnya yang meliputi intelektual, ideologi, ibadah berkelompok dan pengalaman

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap regulasi emosi remaja dengan orang

tua tunggal.

Page 85: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

71

5.2 Diskusi

Penelitian ini merupakan sebuah usaha untuk menjawab masalah yang

telah dirumuskan, khususnya untuk melihat regulasi emosi pada remaja dengan

orang tua tunggal. Regulasi emosi merupakan proses kompleks yang bertanggung

jawab untuk memulai, menghambat, atau memodulasi seseorang dalam

menanggapi situasi tertentu (Gross, 2002).

Kesadaran atau proses kognitif membantu individu mengatur emosi-emosi

atau perasaan-perasaan, dan menjaga emosi tersebut agar tidak berlebihan. Oleh

sebab itu kebiasaan remaja menguasai emosi-emosi yang negatif dapat membuat

mereka sanggup mengontrol emosi dalam banyak situasi (Nisfiannoor & Kartika,

2004). Hasil analisis regresi secara keseluruhan pada penelitian mendapatkan

bukti bahwa adanya pengaruh dari peer attachment (kepercayaan, komunikasi,

dan keterikatan) dan religiusitas (intelektual, ideologi, ibadah individu, ibadah

berkeompok, dan pengalaman) terhadap regulasi emosi.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh antara variabel peer

attachment dan religiusitas, terdapat empat variabel yang memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap regulasi emosi pada remaja dengan orang tua tunggal.

Keempat variabel tersebut adalah kepercayaan, komunikasi, keterikatan, dan

ibadah individu. Sedangkan variabel intelektual, ideologi, ibadah berkelompok

dan pengalaman yang merupakan dimensi dari religiusitas tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap regulasi emosi.

Kepercayaan sebagai dimensi dari variabel peer attachment memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap regulasi emosi. Hasil penelitian ini

Page 86: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

72

menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kepercayaan remaja terhadap teman

sebaya maka semakin tinggi juga regulasi emosinya. Kelekatan yang terjadi pada

masa remaja akan membentuk kepercayaan terhadap teman sebaya, sehingga akan

memunculkan rasa aman dan nyaman. Hasil penelitian ini didukung oleh

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lestari dan Satwika (2018) bahwa

remaja yang memiliki hubungan dengan teman sebaya yang didasari dengan

adanya perasaan tersebut akan lebih baik dan terbuka dalam mengekspresikan

pikiran, peraaan, serta emosi yang ia rasakan. Dengan demikian, kepercayaan

tersebut akan mampu membantu remaja dalam melakukan regulasi emosi. Selain

itu, penelitian yang dilakukan oleh Zimmermann, Maier, Winter, dan Grossmann

(2001) tentang kelekatan dan regulasi emosi remaja dalam mengerjakan suatu

permasalahan juga memberikan hasil bahwa kepercayaan terhadap teman sebaya

dan regulasi emosi saling memberikan kontribusi dalam proses pemecahan

masalah pada remaja.

Komunikasi sebagai dimensi dari variabel peer attachment memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap regulasi emosi. Remaja dalam

perkembangannya memiliki ketegangan emosi yang cukup tinggi sebagai akibat

dari perubahan fisik dan kelenjar atau hormon. Salah satu cara yang dapat

digunakan oleh remaja ketika merasakan hal tersebut adalah dengan menceritakan

pikiran dan perasaan mereka pada orang lain. Dalam penelitian yang dilakukan

oleh Lestari dan Satwika (2018) mengungkapkan bahwa jalinan komunikasi yang

dilakukan remaja antara lain adalah dengan melakukan sesi curhat. Namun

berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan adanya regulasi emosi

Page 87: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

73

yang tinggi karena adanya jalinan komunikasi, penelitian ini jutru menunjukkan

hasil sebaliknya di mana semakin tinggi komunikasi dengan teman sebaya maka

semakin rendah regulasi emosi remaja.

Dalam komunikasi tersebut ketika remaja menceritakan perasaannya

kepada teman sebaya, remaja bisa saja berada di bawah tekanan teman sebaya

yang terjadi ketika individu mengalami persuasi implisit atau eksplisit yang

berupa paksaan, untuk mengadopsi nilai-nilai, keyakinan, dan tujuan yang sama

dalam kelompok teman sebaya yang kemudian dapat menimbulkan perilaku

menyimpang (Sandy, 2015). Sehingga hal tersebut dapat menjadi penyebab

adanya dampak negatif dari komunikasi yang terlalu terbuka antara remaja dengan

teman sebaya yang berpengaruh terhadap regulasi emosi, sehingga

memungkinkan remaja untuk bergantung kepada teman sebaya.

Selanjutnya, variabel lain dari peer attachment yang memiliki pengaruh

signifikan terhadap regulasi emosi adalah keterikatan dengan arah positif di mana

semakin tinggi keterikatan maka semakin tinggi pula regulasi emosi. Keterikatan

dalam penelitian ini sesuai dengan penjelasan Armsden dan Greenberg (1987)

yaitu keterikatan terhadap figur attachment yang menimbulkan perasaan aman.

Kelekatan yang terjadi pada masa remaja akan menimbulkan dan membentuk

persahabatan, kemudian ditambah dengan adanya penerimaan dari teman sebaya.

Adanya penerimaan ini dikarenakan tidak adanya rasa keterasingan dalam

hubungan pertemanan. Sesuai dengan hasil penelitian Lestari dan Satwika (2018)

bahwa remaja tidak perlu khawatir pada tanggapan sahabat mereka, karena

sahabat mereka akan selalu mengerti dan memahami situasi yang terjadi,

Page 88: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

74

mendukung hal-hal positif yang dilakukan, serta memberikan saran yang baik bila

mereka meminta dan membutuhkannya.

Terkait dengan religiusitas, beberapa penelitian sebelumnya menyatakan

adanya pengaruh yang signifikan dari religiusitas terhadap regulasi emosi remaja

secara umum. Sementara itu, dalam penelitian ini hanya terdapat satu variabel dari

religiusitas yang berpengaruh secara signifikan terhadap regulasi emosi, yaitu

variabel ibadah individu. Indikator dalam penelitian ini merupakan praktik-praktik

ibadah yang dilakukan secara individu seperti menjalankan solat, puasa, dan

berdoa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi ibadah ndividu maka

semakin tinggi juga regulasi emosi remaja. Hal ini sejalan dengan penelitian

Siegel (dalam Geula, 2004) yang menyatakan bahwa proses merenungkan diri,

berdoa, meditasi dan semangat keagaamaan juga menggunakan elemen-elemen

terkait yang membantu dalam penguasaan emosional. Membiasakan diri untuk

berdoa dan meditasi mempercepat kemampuan seseorang dalam meregulasi

emosinya.

Sementara itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa intelektual dalam

religiusitas memiliki hubungan negatif terhadap regulasi emosi. Dimensi

intelektual merupakan cara individu dalam memperbarui pengetahuan agamanya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi intelektual maka semakin

rendah regulasi emosi begitu juga sebaliknya. Hal ini dapat dipengaruhi oleh

sumber pengetahuan remaja yang saat ini lebih banyak diperoleh dari media

sosial. Koneksi tanpa batas dalam media sosial memungkinkan remaja

mendapatkan informasi negatif dalam perbaruan pengetahuan agamanya, sehingga

Page 89: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

75

pengetahuan agama yang seharusnya meningkatkan regulasi emosi justru

memberikan dampak sebaliknya (Saputra, 2016).

Ideologi sebagai salah satu variabel dari religiuitas menunjukkan

hubungan positif di mana semakin tinggi ideologi maka semakin tinggi regulasi

emosi dan begitu pula sebaliknya. Ideologi dalam penelitian ini ditunjukkan

dengan adanya keyakinan pada keberadaan Tuhan dan keyakinan kepada pada

hal-hal yang bersifat Illahi. Namun ideologi dalam penelitian ini tidak

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap regulasi emosi remaja dengan

orang tua tunggal.

Ibadah berkelompok yang ditunjukkan dengan keterlibatan individu dalam

kegiatan keagamaan dalam penelitian ini menunjukkan hubungan negatif di mana

semakin tinggi tingkat ibadah remaja dengan orang tua tunggal maka semakin

rendah regulasi emosinya dan begitu pula sebaliknya. Hal ini kemungkinan

dikarenakan kehadiran dalam kegiatan peribatan menjadi parameter yang sangat

umum dalam melihat komitmen beragama. Kritik dari penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Clements dan Ermakova (2012) ini diduga karena adanya temuan-

temuan yang membingungkan dan adanya social desirability.

Selain itu, pengalaman sebagai salah satu variabel dari religiusitas dalam

penelitian ini juga tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap regulasi

emosi remaja dengan orang tua tunggal. Pengalaman ditunjukkan dengan adanya

perasaan mengenai kehadiran Tuhan serta merasakan campur tangan Tuhan dalam

kehidupan sehari-hari.

Page 90: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

76

Selain dari penjelasan mengenai variabel-variabel tersebut, penelitian ini

juga memiliki keterbatasan. Pengambilan sampel yang terlalu umum

menyebabkan tidak adanya diferensiasi antara remaja yang tinggal dengan orang

tua tunggal karena orang tua yang bercerai, meninggal dunia, dan juga orang tua

yang bekerja di tempat jauh. Perbedaan latar belakang orang tua tersebut dapat

memberikan hasil yang berbeda jika dilakukan penelitian lebih lanjut.

Sementara itu, penggunaan instrumen yang tidak tepat juga menjadi

kekurangan dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan alat ukur regulasi

emosi dari Latifa (2015) yang sebelumnya digunakan untuk usia dewasa dalam

penelitian mengenai pernikahan. Hal tersebut dapat mengurangi ketepatan

pengukuran karena dalam penelitian ini penulis menggunakan alat ukur tersebut

kepada remaja. Perbedaan usia subjek tersebut dapat menyebabkan kekurangan

dalam penelitian karena subjek usia remaja bisa jadi kurang dapat memahami

item-item yang sebelumnya ditujukan untuk subjek usia dewasa.

Selain itu, penulis juga menggunakan alat ukur religiusitas yang

dimodifikasi dari alat ukur sebelumnya. Dalam memodifikasi alat ukur, perlu

dipertimbangkan penggunaan model dan kata-kata yang tepat dalam

menggambarkan indikator suatu variabel. Kesalahan yang terjadi ketika

memodifikasi alat ukur tersebut dapat menyebabkan alat ukur tersebut kurang

dapat mengukur konstruk yang akan diukur, sehingga hasil penelitian juga kurang

dapat menjelaskan hubungan-hubungan antara variabel yang diteliti.

Page 91: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

77

5.3 Saran

Berdasarkan penulisan penelitian ini, penulis menyadari bahwa masih

banyak kekurangan didalamnya. Maka dari itu, penulis memiliki beberapa saran

untuk bahan pertimbangan sebagai penyempurna penelitian selanjutnya yang

terkait dengan penelitian serupa, yaitu beruapa saran teoritis dan saran praktis.

5.3.1 Saran Teoritis

1. Pada penelitian ini ditemukan bahwa proporsi varians dari regulasi emosi

yang dijelaskan oleh semua independent variable adalah sebesar 17.8%

sedangkan sisanya sebesar 82.2% dipengaruhi oleh variabel lain di luar

penelitian ini. Penulis menyarankan untuk penelitian selanjutnya agar

variabel-variabel tersebut dapat diteliti kembali dengan melakukan

diferensiasi responden yang kemudian dapat menjelaskan perbedaan individu

dengan latar belakang orang tua tunggal yang berbeda.

2. Pada penelitian ini terdapat tiga variable peer attachment yang memberikan

pengaruh signifikan terhadap regulasi emosi, yaitu kepercayaan, komunikasi

dan keterikatan. Sementara itu, dari kelima variabel religiusitas, hanya

terdapat satu variabel yang memberikan pengaruh signifikan terhadap

regulasi emosi, yaitu ibadah individu. Variabel intelektual, ideologi, ibadah

kelompok dan pengalaman yang merupakan dimensi dari religiusitas juga

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap regulasi emosi. Penelitian

selanjutnya diharapkan dapat meneliti lebih jauh mengenai variabel-variabel

tersebut agar dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap regulasi emosi remaja

dengan orang tua tunggal.

Page 92: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

78

3. Pada penelitian ini terdapat kekurangan berupa penggunaan instrumen yang

kurang tepat. Hal ini agar menjadi pertimbangan untuk penelitian selanjutnya

agar menggunakan alat ukur yang sesuai dengan subjek penelitian, serta

penyusunan alat ukur yang lebih baik agar dapat menghasilkan penelitian

yang baik pula.

5.3.2 Saran praktis

1. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari

peer attachment terhadap regulasi emosi. Pada masa remaja, peer attachment

memang dibutuhkan namun kepercayaan, komunikasi serta keterikatan remaja

dengan teman sebaya tidak seluruhnya memberikan dampak positif terhadap

regulasi emosi. Hubungan remaja yang terlalu dekat dan terbuka dengan

teman sebayanya dapat menimbulkan paksaan untuk mengadopsi nilai-nilai

dan keyakinan dalam kelompok teman sebaya, hal tersebut dapat menurunkan

regulasi emosi remaja sehingga remaja melakukan hal menyimpang. Oleh

sebab itu orang tua diharapkan dapat memberikan arahan mengenai hubungan

antara remaja dengan teman sebaya agar terjalin hubungan pertemanan yang

baik.

2. Terkait dengan religiusitas, remaja juga membutuhkan sesautu untuk dapat

mengontrol emosinya. Dengan demikian religiusitas menjadi penting karena

religiusitas yang tinggi akan memberikan dampak positif terhadap

kemampuan remaja dalam meregulasi emosinya. Namun remaja

membutuhkan pembinaan dan bimbingan dalam meningkatkan religiusitasnya.

Pengetahuan remaja saat ini banyak bersumber dari sosial media, termasuk

Page 93: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

79

pengetahuan agamanya. Oleh sebab itu sebaiknya pengetahuan tersebut

diiringi dengan bimbingan orang tua yang dapat memberikan arahan secara

langsung. Dengan adanya pembinaan dan bimbingan, remaja bukan hanya

diharapkan dapat melakukan ibadah secara rutin, tetapi juga diharapkan dapat

memperbaiki ibadah dan lebih memaknai agamanya. Hal ini dapat

meningkatkan regulasi emosi sehingga remaja terhindar dari perilaku-perilaku

negatif dalam kehidupan sehari-hari.

Page 94: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

80

DAFTAR PUSTAKA

Afiatin, T. (1998). Religiusitas remaja: studi tentang kehidupan beragama di

Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Psikologi, No. 1: 55-64

Andisti, Miftah A. & Ritandiyono. (2008). Religiusitas dan perilaku seks bebas

pada dewasa awal. Jurnal Psikologi, Vol. 1 (2): 170-176

Arias, Steven J. (2013). Exploring the relationship between attachment, perceived

teacher support, and school engagement in truant and non-truant students.

Disertasi. Degree Doctor, Faculty of the Rosemead School of

Psychology

Armsden, G. C. & Greenberg, M. T. (1987). The inventory of peer and

attachment: individual differences and their relationship to psychological

well-being in adolescence. Journal of Youth and Adolescence, Vol. 16

(5): 1-38

Aryanti, Z. (2015). Kelekatan dalam perkembangan anak. Tarbawiyah, Vol. 12,

No. 2: 245-358

Brummer, L., Stopa, L., & Bucks, R. (2013) The influence of age on emotion

regulation strategies and psychological distress. Behavioural and

Cognitive Psychotherapy, 42(06): 668-681.

Chaplin, J. P. (2005). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada

Clements, A. D., & Ermakoca, A. V. (2012) Surrender to God and stress: A

possible link between religiosity and health. Psychology of Religion and

Spirituality, Vol 4(2): 93-107.

Desmita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Dwityaputri, Y. K. & Sakti, H. (2015). Hubungan antara regulasi rmosi dengan

forgiveness pada siswa di SMA Islam Cikal Harapan BSD-Tangerang

Selatan. Jurnal Empati, Vol. 4(2): 20-25

Farida, L. (2012). Masalah-masalah remaja yang memiliki orang tua tunggal di

jorong taratak tangah kabupaten solok. Jurnal STKIP PGRI Sumatera

Barat

Fetzer Institute and National Institute on Aging Working Group. (1999).

Multidimensional measurement of religiousness, spiritual for use in

health research. Fetzer Institute in Collaboration with Nasional Institute

on Aging Kalamazoo.

Page 95: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

81

Fihadinata, W. (2016). Pengaruh keterlibatan ayah dan religiusitas remaja

terhadap kemampuan regulasi emosi remaja. Skripsi. Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Fridayanti. (2015). Religiusitas, spiritualitas dalam kajian psikologi dan urensi

perumusan religiusitas islam. Psympatic Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol.

2(2)

Garnefski, N., Kraaij, V., & Sinhoven, P. (2001). Negative life events, cognitive

emotion regulation and emotional prolems. Personality and Individual

Differences, Vol. 30 (8): 1311-1327

Garnefski, N., Riefe, C., Jellesma, F., Terwogt, M. M., & Kaaij, V. (2007).

Cognitive emotion regulation strategies and emotional problems in 9-11-

year-old children. European Child & Adolescent Psychiatry, Vol. 16(1):

1-9

Geula, K. (2004). Emotional intelligence and spiritual development. Forum for

Integrated Education and Educational Reform. 1-8

Glock, C. Y., & Stark, R. (1966). Religion and society in tension. Sociological

Analysis, Vol. 27(3) 173-176

Gorrese, A., & Ruggieri, R. (2012). Peer attachment: a meta-analytic review of

gender and age difference and associations with parent attachmnet.

Journal of Youth and Adolescence, 41(5):650-672

Graham, J. F. (2015). The History of Attachment Theory. Disertasi. The Degree

of Master of Arts in Adlerian Counseling and Psychotherapy

Gross, J.J. (2002). Emotion regulation: affective, cognitive, amd social

consequences. Psychophysiology.39: 281-291.

Gross, J.J. (2014). Emotion Regulation: Conceptual and Empirical Foundations.

New York: Guilford Press.

Gross, J.J., & Thompson, R.A. (2007). Emotion regulation: Conceptual

foundations. New York: Guilford Press.

Goleman, D., (2003). Kecerdasan Emosi. Jakarta: PT.Gramedia.

Hidayati, I., Mulawarman, & Awalya. (2017). Meningkatkan regulasi emosi siswa

melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama. Journal

of Guidance and Counseling, Vol. 6(4): 27-34

Holdcroft, B. (2006). What is religiosity. Catholic Education: A Hournal of

Inquiry and Practice, Vol. 1 (1): 89-103

Huber, S. & Huber, O. W. (2012). The Centrality of religiosity scale (CRS).

Religions, Vol. 3: 710-724

Page 96: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

82

Hude, M. Darwis (2006). Penjelajahan Religio-Psikologis tentang Emosi

Manusia di dalam Alquran. Jakarta: Erlangga

Hurlock, E.B. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Hurlock, E.B. (2002). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga

Jahja, Y. (2011). Pskologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.

Laible, D. J., Carlo, G., & Raffaelli, M. (2000). The differential relations of parent

and peer attachment to adolescent adjustment. Journal of Youth and

Adolescence, Vol. 29, No. 1: 45-59.

Latifa, R. (2015). Model stabilitas pernikahan dewasa awal berdasarkan atribusi

kognisi, regulasi emosi dan gaya konflik. Disertasi. Program

Pascasarjana Universitas Padjajaran Bandung.

Laumi & Adiyanti, M. G. (2012). Attachment of late adolescent to mother, father,

and peer, with family structure as moderating variable and their

relationships with self-esteem. Jurnal Psikologi Universitas Gajah Mada,

Vol. 39, No. 2: 129-142.

Lestari, Diah A. & Satwika, Y. W. (2018). Hubungan antara peer attachment

dengan regulasi emosi pada siswa kelas VIII di SMPN 26 Surabaya.

Jurnal Penelitian Psikologi, Vol. 5, No. 2: 1-6

Lestari, K. (2016). Divorce Family of Civil Servants. JOM FISIP Vol. 3, No. 1: 1-

15

Mohamed, N. H., Hamzah, S. R., Ismail, I. A., & Samah, B. A. (2017). Parental

and peer attachment and its relationships with positive youth

development. International Journal of Academic Research in Business

and Social Science, Vol. 7, No. 9: 353-363

Nash, D. (1968). American piety the nature of religious commitment by Rodney

Stark and Charles Y. Glock. Berkeley and Los Angeles: University of

California Press, Vol. 47(2) 232-233

Nisfinannoor, M. & Kartika, Y. (2004). Hubungan anatara regulasi emosi dan

kelompok teman sebaya pada remaja. Jurnal Psikologi, Vol. 2(2): 160-

178

Nisya, L.S. & Sofiah, D. (2012). Religiusitas, kecerdasan emosional dan

kenakalan remaja. Jurnal Psikologi, Vol. 7. No. 2: 562-584

Palupi, A. O., Purwanto, E., & Noviyani, D. I. (2013). Pengaruh religiusitas

terhadap kenakalan remaja. Educational Psychology Journal, Vol. 2(1):

6-11

Page 97: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

83

Purnamaningsih, E. H. (2017). Personality and emotion regulation strategies.

International Journal of Psychological Research, Vol. 10, No. 1: 53-60

Rahayu, S. (2008). Hubungan antara religiusitas dengan kematangan emosi pada

siswa SMU Institut Indonesia I Yogyakarta. Skripsi. Universitas Islam

Negeri Usnan Kalijaga Yogyakarta.

Rasyid, M. (2012). Hubungan antara peer attachment dengan regulasi emosi

remaja yang menjadi siswa di boarding school sma negeri 10 samarinda.

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, Vol. 1, No. 03: 1-7

Retnowati, Y. (2008). Pola komunikasi orangtua tunggal dalam membentuk

kemandirian anak (kasus di kota yogyakarta). Jurnal Ilmu Komunikasi,

Vol. 6, No. 3: 199-211

Roeckelein, Jon E. (2013). Kamus Psikologi: Teori, Hukum, dan Konsep, Edisi

Pertama, Terjemahan. Jakarta: Kencana

Sallquist, J., Eisenberg, N., French, Doran C., Purwono, U., & Suryanti, T. A.

(2010). Indonesian adolescents spiritual and religious experiences and

their longitudinal relationship with socioemotional functioning.

Developmental Psychology, American Psychological Association, Vol.

45, No. 3: 699-716

Sandy, R. (2015). Pengaruh Tekana Teman Sebaya terhadap Perilaku Kecanduan

Path pada Kalangan Remaja di Jakarta Barat. Diakses pada tanggal 13

Mei 2019. https://psychology.binus.ac.id/2015/09/06/pengaruh-tekanan-

teman-sebaya-terhadap-perilaku-kecanduan-path-pada-kalangan-remaja-

di-jakarta-barat/

Santrock, John W. (2003). Life-span development. New York: The McGraw-Hill

Companies

Santrock, John W. (2007). Remaja, edisi kesebelas, Terjemahan. Jakarta: Erlangga

Santrock, John W. (2009). Perkembangan Masa Hidup, edisi ke-5, Terjemahan.

Jakarta: Erlangga

Santrock, John W. (2010). Life-Span Development. Jiid ke-1, Terjemahan. Jakarta:

Erlangga

Saputra, Eddy. (2016). Dampak sosial media terhdap sikap keberagamaan remaja

dan solusinya melalui pendidikan agama islam. Sosiso-e-Kons, Vol. 8(2):

160-168

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum dalam Linatasan Sejarah. Bandung: CV

Pustaka Setia

Surya. 2003. Bina Keluarga. Semarang: Aneka Ilmu

Page 98: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

84

Tejena, N. R. & Sukmayanti, L. M. K. (2018). Meditasi meningkatkan regulasi

emosi pada remaja . jurnal Psikologi Udayana, Vol. 50: 370-381

Unayah, N. & Sabarisman, M. (2015). Fenomena kenakalan remaja dan

kriminalitas. Socio Informa. Vol. 1, No. 02: 121-140.

Utomo, J. (2013). Dinamika Pengasuhan Anak pada Keluarga Orang Tua

Tunggal. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Yogyakarta.

Wade, C. & Tavris, C. (2007). Psikologi, edisi ke-9. Jakarta: Erlangga

Warsiyah (2018). Pembentukan religiusitas remaja muslim. Cendikia, Vol. 16 (1),

p. 19-39

Yusuf, Syamsu L. N., M.Pd. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Zimmermann, P., Maier, M. A., Winter, M., & Grossman, K. E. (2001).

Attachment and adolescents emotion regulation during a joint problem-

solving task with a friend. International Journal of Behavioral

Development, 25(4): 331-343

Page 99: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

85

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

KUESIONER PENELITIAN

INFORMED CONSENT

Assalamualaikum, Wr. Wb.

Saya mahasiswi Program Strata 1 (S1) Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang saat ini sedang melakukan penelitian dalam rangka

penyelesaian tugas akhir. Oleh karena itu, saya mengharapakan kesediaan

Saudara/I untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Saudara/I dapat mengisi

kuesioner ini dengan mengikuti petunjuk pengisian yang telah diberikan. TIDAK

ADA JAWABAN SALAH dalam kuesioner ini. Adapun informasi yang

Saudara/I berikan dalam penelitian ini AKAN DIJAGA KERAHASIAANNYA

dan di gunakan hanya untuk kepentingan penelitian. Atas perhatian Saudara/I,

saya ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb

IDENTITAS RESPONDEN

Nama/Inisial :

Usia :

Jenis Kelamin :

Agama :

Pendidikan Saat Ini :

Alasan Tinggal dengan Orang Tua Tunggal (pilih yang sesuai) :

Ayah dan Ibu bercerai/Ayah atau Ibu meninggal dunia

Page 100: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

86

SKALA I

Berikut adalah beberapa pernyataan yang mungkin Anda rasakan atau tidak Anda

rasakan. Di bawah ini, tunjukkan kesesuaian Anda pada setiap item dengan

menunjukkan respons pada masing-masing pernyataan yang ada. Anda diminta

untuk memilih pilihan yang sesuai dengan keadaan Anda.

No. Pernyataan Tidak

Pernah

Jarang Sering Selalu

1 Saat saya sedang ingin merasakan emosi positif

yang lebih banyak, sata ubah ke arah yang lebih

positif tentang hal-hal apa saja yang sedang saya

pikirkan

2 Saya simpan perasaan saya hanya untuk diri saya

sendiri

3 Saya mengubah cara pandang saya menjadi lebih

positif, saat saya sedang ingin mengurangi

pengalaman emosi negative

4 Saat saya sedang merasakan emosi positif, saya

berusaha hati-hati untuk tidak mengekspresikannya

secara berlebihan

5 Saat saya sedang dihadapkan pada situasi penuh

tekanan, saya membuat diri saya berpikir ke arah

yang dapat lebih menenangkan dan mebuat saya

nyaman

6 Saya mengendalikan emosi saya dengan cara tidak

mengekspresikannya.

7 Saat saya ingin merasakan emosi positif yang lebih

banyak, saya ubah cara pandang saya tentang situasi

yang terjadi

8 Saya dapat mengendalikan emosi dengan mengubah

cara pikir saya terhadap situasi yang sedang saya

hadapi

9 Saat saya merasakan emosi negatif, saya kuatkan

diri saya untuk tidak mengekspresikannya secara

berlebihan

10 Saat saya ingin mengurangi pengalaman emosi

negatif, saya berusaha mengubah pola pikir saya

atas situasi yang sedang saya hadapi

11 Saya berusaha untuk tidak terlalu fokus pada

masalah yang sedang saya hadapi, daripada akan

menjadi beban

12 Saat sedih, saya dapat mengalihkan perhatian pada

hobi yang saya senangi, dengan demikian dapat

membantu mengurangi kesedihan yang saya rasakan

13 Saat marah, saya dapat diam dan tidak

menampilkannya dalam perilaku saya

14 Saya lebih memilih berpikir tentang hal-hal yang

menyenangkan daripada yang menyedihkan atau

memberatkan hati

15 Saat merasa sedih, saya dapat segera mengingat hal-

hal yang menyenangkan

Page 101: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

87

16 Saya mengendalikan emosi saya dengan cara

mengubah cara pandang saya terhadap suatu situasi

yangs sedang saya hadapi

17 Saya memendam sendiri setiap hal yang saya

rasakan

18 Saat merasa bahagia, saya berhati-hati untuk tidak

terlalu mengekspresikannya secara berlebihan

19 Saya terbiasa mengendalikan emosi saya dengan

cara tidak mengekspresikannya

SKALA II

Berikut adalah beberapa pernyataan yang mungkin Anda setujui atau tidak Anda

setujui. Di bawah ini, tunjukkan kesesuaian Anda pada setiap item dengan

menunjukkan respons pada masing-masing pernyataan yang ada. Anda diminta

untuk memilih pilihan jawaban yang sesuai dengan diri Anda.

No. Item

STS TS S SS

1 Saya senang jika teman saya memberikan pendapat tentang

masalah yang saya hadapi

2 Teman saya dapat mengetahui jika saya sedang kecewa terhadap

sesuatu

3 Ketika sedang berdiskusi, teman saya peduli dengan pendapat

yang saya kemukakan

4 Menceritaka masalah kepada teman akan membuat saya malu dan

merasa bodoh

5 Saya berharap memiliki teman lain dibanding teman saya saat ini

6 Teman-teman memahami saya

7 Teman-teman mendorong saya agar bercerita tentang kesulitan

yang saya hadapi

8 Teman-teman dapat menerima saya apa adanya

9 Saya merasa perlu untuk lebih sering bertemu dengan teman-

teman saya

10 Teman-teman tidak memahami apa yang sedang saya jalani saat

ini

11 Saya merasa kesepian walaupun sedang bersama teman-teman

12 Teman-teman mendengarkan apa yang saya sampaikan

13 Saya merasa bahwa teman-teman saya adalah teman yang baik

14 Teman-teman saya cukup mudah untuk diajak berdiskusi

15 Saat saya sedang marah terhadap suatu hal, teman-teman saya

mencoba memahami saya

16 Teman-teman membantu saya untuk lebih memahami diri saya

sendiri

17 Teman-teman peduli dengan apa yang saya rasakan

18 Saya merasa kesal dengan teman-teman saya

19 Saya dapat mengandalkan teman-teman ketika saya ingin

mengurangi beban yang saya rasakan

20 Saya mempercayai teman-teman saya

21 Teman-teman saya menghormati perasaan saya

22 Tampaknya teman-teman tersinggung kepada saya tanpa alasan

Page 102: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

88

yang jelas

23 Saya dapat menceritakan permasalahan yang saya hadapi kepada

teman-teman

24 Saat teman-teman mengetahui bahwa saya sedang merasa

terganggu akan suatu hal, mereka akan bertanya tentang hal

tersebut

SKALA III

Berikut adalah beberapa pernyataan yang mungkin Anda setujui atau tidak Anda

setujui. Di bawah ini, tunjukkan kesesuaian Anda pada setiap item dengan

menunjukkan respons pada masing-masing pernyataan yang ada. Anda diminta

untuk memilih pilihan jawaban yang sesuai dengan diri Anda.

No. Item

STS TS S SS

1 Saya suka mendengarkan atau menyaksikan program keagamaan

yang ada di media elektronik

2 Terkadang saya ragu dengan keberadaan Tuhan karena

kehadiran-Nya tidak saya rasakan

3 Saya lebih suka mengikuti kajian keagamaan daripada berdiam

diri di rumah

4 Saya lebih suka menyaksikan acara musik daripada acara

keagamaan

5 Saya peduli dengan isu-isu keagamaan yang ada pada masyarakat

6 Saya senang mengikuti organisasi keagamaan

7 Saya merasakan adanya kehadiran Tuhan

8 Saya merasa bahwa mempelajari topik keagamaan adalah hal

yang penting

9 Saya merasa perlu untuk lebih sering bertemu dengan teman-

teman saya

10 Saya tidak merasakan manfaat dari mengikuti organisasi

keagamaan

11 Saya tidak suka mempelajaari makna dari ayat-ayat kitab suci

12 Menurut saya, kisah-kisah tentang nabi dan rasul adalah cerita

yang mengada-ngada

13 Saya ragu untuk bergabung dalam komunitas keagamaan yang

ada di lingkungan saya

14 Saya tidak mempercayai adanya mukijizat

15 Saya melaksanakan puasa

16 Saya mempercayai adanya hari kiamat

17 Saya yakin Tuhan melihat semua perbuatan yang saya lakukan

18 Saya ikut serta dalam merayakan hari-hari besar keagamaan

19 Saya percaya bahwa musibah adalah ujian yang Tuhan berikan

untuk saya

20 Saya merasa bahwa berdoa akan membuat saya lebih tenang

21 Saya berdoa dalam keadaan susah maupun senang

22 Saya yakin bahwa kesuksesan yang saya rasakan adalah murni

hasil kerja keras saya, bukan karena Tuhan

23 Saya merasa bahwa Tuhan senantiasa memberikan pertolongan

ketika saya menghadapi masalah

24 Saya melaksanakan ibadah tanpa tertinggal

Page 103: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

89

LAMPIRAN 2

SYNTAX DAN PATH DIAGRAM UJI VALIDITAS

Uji Validitas Regulasi Emosi

UJI VALIDITAS REGULASI

DA NI=19 NO=197 AD=OFF

LA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10

ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19

PM SY FI=REGULASI.COR

MO NX=19 NK=1 LX=FR TD=SY

LK

REGULASI

FR TD 17 10 TD 19 12 TD 8 7 TD 5 4 TD 16 2 TD 12 6 TD 19 17 TD 19 10 TD

9 5 TD 10 9 TD 18 11 TD 11 9 TD 9 4 TD 14 7 TD 2 1 TD 12 2 TD 19 16 TD 12

3 TD 17 12 TD 12 10 TD 8 3 TD 7 3 TD 9 8 TD 15 14 TD 15 7 TD 14 3 TD 15 6

TD 8 5 TD 7 4 TD 14 6 TD 15 8 TD 14 8 TD 18 2 TD 18 2 TD 16 11 TD 16 1

TD 13 9 TD 10 5 TD 17 5 TD 6 5 TD 14 5 TD 17 14 TD 12 5 TD 12 9 TD 9 2

TD 19 9 TD 19 6 TD 15 4 TD 11 1 TD 10 2 TD 17 16 TD 18 15 TD 12 1 TD 16

10 TD 12 7 TD 15 2 TD 13 11 TD 14 2 TD 16 14 TD 19 18 TD 15 1 TD 14 1 TD

16 8 TD 16 5 TD 16 4 TD 18 7 TD 11 10 TD 18 17 TD 18 10

PD

OU TV SS MI

Page 104: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

90

Uji Validitas Kepercayaan

UJI VALIDITAS KEPERCAYAAN

DA NI=9 NO=197 MA=PM

LA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9

PM SY FI=KEPERCAYAAN.COR

MO NX=9 NK=1 LX=FR TD=SY

LK

KEPERCAYAAN

FR TD 8 5 TD 7 2 TD 4 2 TD 5 3 TD 8 7 TD 2 1 TD 7 1

PD

OU TV SS MI

Page 105: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

91

Uji Validitas Komunikasi

UJI VALIDITAS KOMUNIKASI

DA NI=9 NO=197 MA=PM

LA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9

PM SY FI=KOMUNIKASI.COR

MO NX=9 NK=1 LX=FR TD=SY

LK

KOMUNIKASI

FR TD 4 3 TD 9 8 TD 8 4 TD 7 5 TD 6 5 TD 6 2 TD 8 3 TD 3 2 TD 5 3 TD 7 6

TD 8 1

PD

OU TV SS MI

Page 106: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

92

Uji Validitas Keterikatan

UJI VALIDITAS KETERIKATAN

DA NI=6 NO=197 MA=PM

LA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6

PM SY FI=KETERIKATAN.COR

MO NX=6 NK=1 LX=FR TD=SY

LK

KETERIKATAN

FR TD 5 1 TD 6 4 TD 6 2

PD

OU TV SS MI

Page 107: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

93

Uji Validitas Intelektual

UJI VALIDITAS INTELEKTUAL

DA NI=5 NO=197 MA=PM

LA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5

PM SY FI=INTELEKTUAL.COR

MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY

LK

INTELEKTUAL

FR TD 3 2

PD

OU TV SS MI

Page 108: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

94

Uji Validitas Ideologi

UJI VALIDITAS IDEOLOGI

DA NI=5 NO=197 MA=PM

LA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5

PM SY FI=IDEOLOGI.COR

MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY

LK

IDEOLOGI

FR TD 2 1 TD 3 1 TD 3 2

PD

OU TV SS MI

Page 109: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

95

Uji Validitas Ibadah Individu

UJI VALIDITAS INDIVIDU

DA NI=5 NO=197 MA=PM

LA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5

PM SY FI=INDIVIDU.COR

MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY

LK

INDIVIDU

FR TD 5 2 TD 2 1

PD

OU TV SS MI

Page 110: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

96

Uji Validitas Ibadah Berkelompok

UJI VALIDITAS KELOMPOK

DA NI=5 NO=197 MA=PM

LA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5

PM SY FI=KELOMPOK.COR

MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY

LK

KELOMPOK

FR TD 5 2

PD

OU TV SS MI

Page 111: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

97

Uji Validitas Pengalaman

UJI VALIDITAS PENGALAMAN

DA NI=4 NO=197 MA=PM

LA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4

PM SY FI=PENGALAMAN.COR

MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY

LK

PENGALAMAN

FR TD 4 1

PD

OU TV SS MI

Page 112: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

98

LAMPIRAN 3

OUTPUT SPSS 20 ANALISIS REGRESI BERGANDA

Regression

Model Summary

Model R

R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error

of the

Estimate

Change Statistics

R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .422a .178 .143 8.55706 .178 5.100 8 188 .000

a. Predictors: (Constant), PENGALAMAN, IBDAHBERKELOMPOK, KEPERCAYAAN,

INTELEKTUAL, IDEOLOGI, IBADAHINDIVIDU, KOMUNIKASI, KETERASINGAN

Model Summary

Model R

R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error

of the

Estimate

Change Statistics

R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .302a .091 .087 8.83583 .091 19.588 1 192 .000

2 .329b .108 .099 8.77573 .017 3.680 1 194 .057

3 .376c .141 .128 8.63422 .033 7.411 1 193 .007

4 .376d .142 .124 8.65469 .000 .088 1 192 .767

5 .396e .157 .135 8.59955 .015 3.470 1 191 .064

6 .421f .177 .151 8.51664 .021 4.737 1 190 .031

7 .421g .178 .147 8.53794 .000 .054 1 189 .817

8 .422h .178 .143 8.55706 .001 .156 1 188 .693

a. Predictors: (Constant), KEPERCAYAAN

b. Predictors: (Constant), KEPERCAYAAN, KOMUNIKASI

c. Predictors: (Constant), KEPERCAYAAN, KOMUNIKASI, KETERIKATAN

d. Predictors: (Constant), KEPERCAYAAN, KOMUNIKASI, KETERIKATAN, INTELEKTUAL

e. Predictors: (Constant), KEPERCAYAAN, KOMUNIKASI, KETERIKATAN, INTELEKTUAL,

IDEOLOGI

f. Predictors: (Constant), KEPERCAYAAN, KOMUNIKASI, KETERIKATAN, INTELEKTUAL,

IDEOLOGI, IBADAH INDIVIDU

Page 113: PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47697...PENGARUH PEER ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA DENGAN ORANG TUA

99

g. Predictors: (Constant), KEPERCAYAAN, KOMUNIKASI, KETERIKATAN, INTELEKTUAL,

IDEOLOGI, IBADAH INDIVIDU, IBADAH BERKELOMPOK

h. Predictors: (Constant), T KEPERCAYAAN, KOMUNIKASI, KETERIKATAN, INTELEKTUAL,

IDEOLOGI, IBADAH INDIVIDU, IBADAH BERKELOMPOK, PENGALAMAN

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 30.455 5.420

5.619 .000

KEPERCAYAAN .279 .139 .283 2.005 .046

KOMUNIKASI -.371 .128 -.384 -2.900 .004

KETERIKATAN .387 .138 .377 2.797 .006

INTELEKTUAL -.134 .097 -.123 -1.385 .168

IDEOLOGI .079 .090 .075 .878 .381

IBADAHINDIVIDU .211 .099 .200 2.131 .034

IBADAHBERKELOMPOK -.020 .078 -.021 -.261 .794

PENGALAMAN -.040 .100 .035 -.395 .693

a. Dependent Variable: REGULASIEMOSI

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 29987.292 8 373.411 5.100 .000a

Residual 13765.992 188 73.223

Total 16753.282 196

a. Predictors: (Constant), PENGALAMAN, IBDAHBERKELOMPOK, KEPERCAYAAN,

INTELEKTUAL, IDEOLOGI, IBADAHINDIVIDU, KOMUNIKASI, KETERASINGAN

b. Dependent Variable: REGULASIEMOSI