35
REFERAT TOTAL INTRAVENA ANESTESI Pembimbing : dr Lila Sp.An M.Kes Koass : Finesukma Ademukhlis 030.09.089

Ppt Tiva Fines

Embed Size (px)

Citation preview

REFERAT

TOTAL INTRAVENA ANESTESI

Pembimbing : dr Lila Sp.An M.KesKoass : Finesukma Ademukhlis030.09.089

Pendahuluan

•Pemilihan teknik anestesi merupakan hal yang sangat penting.•Obat anestesi intravena adalah obat anestesi yang diberikan melalui jalur intravena•Fungsi hipnotik, analgetik, pelumpuh otot

Sejarah Anesthesia

Tindakan anestesia telah dikenal sejak lama Orang Mesir menggunakan narkotik Orang Cina menggunakan Canabis

Indica (ganja) Tindakan fisik :

membungkus anggota badan dengan kantong es

membuatnya iskemik dengan memasang turniket

memukul kepala membuatnya tidak sadar

Definisi

.

Anesthesia hilangnya sensasi nyeri (rasa sakit) disertai / tidak disertai hilangnya

kesadaran. Oliver W. Holmes (1846)

Teori Anestesia Umumteori neurofisiologi anetesia terjadi karena adanya perubahan neurotransmisi di berbagai bagian SSP.

Kerja neuro transmiter di pascasinaps pembentukan second messenger (cAMP) yang selanjutnya mengubah transmisi di neuron

(asetilkolin ,katekolamin, serotonin, GABA, adenosi, serta berbagai asam amino dan peptida endogen)

Stadium Anestesia UmumGuedel (1920)

Stadium 1 (Analgesia).

Stadium II (Eksitasi).

Stadium III (pembedahan).

Stadium IV (depresi medula oblongata).

Jenis anestetik umum

INTRAVENA inhalasi

Total Intravena Anestesi (TIVA)

Tujuan :

(1) Induksi anesthesia(2) Induksi dan pemeliharaan anesthesia pada tindak bedah singkat(3) Menambah efek hipnosis pada anestesia atau analgesia lokal(4) Menimbulkan sedasi pada tindak medik . (5) Tambahan untuk obat inhalasi yang kurang kuat.

Anastesia intravena

ideal

ONSET CEPAT

recovery cepat

Analgesia

Efek minimal kardiovaskular dan

respirasi

Tidak terjadi efek

emetic

Tidak ada interaksi dengan

obat-obat penghambat

neuromuscular

Tidak menyebabkan

sakit saat disuntikan

Tidak ada efek toksik

ke organ lain

Tidak menyebakan pengeluaran histamine

Tidak menyebabkan

reaksi hipersensitivitas

Dapat larut air (water-

soluble formation)

Cara pemberian :

(1) sebagai obat tunggal yaitu sebagai induksi anetesi, (2) Diberikan secara berulang (intermittent injection), (3) Diberikan dengan diteteskan lewat infus (manual

infusion tehcniques), (4) target controlled-infusion technique, dengan

melakukan pemograman pada alat.

OBAT-OBAT INTRAVENA

•BARBITURAT•ETOMIDAT•PROPOFOL•BENZODIAZEPIN•OPOID•KETAMIN

Barbiturat

Rapidly acting agents barbiturat menghilangkan kesadaran dengan cara

memfasilitasi pengikatan GABA pada reseptor GABAA di membran neuron SSP.

tiopental, metoheksital, dan tiamilal

Tiopenton obat terlazim yang dipergunakan untuk induksi anasthesi

dan banyak dipergunakan untuk induksi anestesi. onset yang cepat (30-45 detik) Dalam waktu 1 menit tiopenton sudah mencapai puncak

konsentrasi dan setelah 5 – 10 menit bekerja pada reseptor GABA Farmakokinetik :

-Metabolisme terjadi di hepar menjadi bentuk yang inaktif.

  -Ekskresi Sebagian besar akan diekskresikan lewat urine

Farmakodinamik

SSP : Penurunan metabolisme cerebral da aliran darah, menurunkan tekanan intrakranial

Mata : penurunan tekanan intraokuler Kardiovaskuler : menurunkan tekanan darah da.n CO,

Meningkatkan frekuensi jantung Pernafasan : depresi pusat pernafasan Dosis : 3-5 mg/kgBB Efek sampig : alergi anafilaksis, nyeri saat disuntikkan

iritasi vena dan kerusakan jaringan.

ETOMIDAT  sedatif kerja sangat singkat non barbiturat Tidak mempunyai efek analgesik Etomidat bersifat tidak larut dalam air Farmakokinetik

Metabolisme di dalam hepar

Ekskresi :Metabolit etomidat diekskresi ke urin sebanyak 85%

Farmakodinamik

ssp : Etomidat menurunkan tekanan intracranial dan aliran darah serebral, menyebabkan gerakan mioklonik

mata : menurunkan tekanan intraokuler

Kardiovaskuler : efek minimal pada kardiovaskuler. Pernafasan : depresi pada respon CO2 sedikit berbading

barbiturat. dapat menyebabkan hiperventilasi juga terjadi apnoe pada awal pemberian.

Edokrin : menginhibisi sintesis steroid adrenal penurunan produksi dari kortisol, kortikosteron dan aldosteron.

Dosis : Induksi 0.2 - 0.4 mg/kg  IV. Rektal induksi (peds) 6.5 mg/kg, hipnotik dalam 4 menit

Efek samping : nyeri saat injeksi , menyebabkan gerakan mioklonik, mual muntah.

Kontraindikasi : jangan diberikan dalam jangka panjang

Propofol

induksi anastesi secepat tiopental tetapi dengan pemulihan yang cepat dan pasien segera merasa lebih baik,

Mekanisme kerja :

kurang diketahui ,tapi diperkirakan efek primernya berlangsung di reseptor GABA – A (Gamma Amino Butired Acid).

Farmakokinetik

Propofol segera dimetabolisme dihati

clearence totalnya ternyata lebih besar dari aliran darah hati yang menunjukan bahwa ada eliminasi ekstra hepatik.Sifat ini menguntungkan untuk pasien dengan ganggua metabolisme hati.

Popofol bersifat hipnotik murni tanpa disertai efek analgetik ataupun relaksasi otot.

Farmakodinamik

Pada sistem saraf pusat : Dosis induksi menyebabkan pasien tidak sadar, dimana dalam dosis yang kecil dapat menimbulkan efek sedasi, tanpa disetai efek analgetik, pada pemberian dosis induksi  (2mg/kgBB) pemulihan kesadaran berlangsung cepat. Dapat menyebabkan perubahan mood tapi tidak  sehebat thiopental. Dapat menurunkan tekanan intrakranial dan tekanan intraokular sebanyak 35%.

Pada sistem kardiovaskuler

menyebabkan depresi pada jantung dan pembuluh darah dimana tekanan dapat turun sekali disertai dengan peningkatan denyut nadi. mengurangi pembebasan katekolamin dan menurunkan resistensi vaskularisasi sistemik sebanyak 30%.

Pernafasan : depresi pusat pernafasan.

Dosis dan penggunaan Induksi : 2,0 sampai 2.5 mg/kg IV. Sedasi : 25 to 75 µg/kg/min dengan I.V infus Dosis pemeliharaan pada anastesi umum : 100 - 150

µg/kg/min IV (titrate to effect). Turunkan dosis pada orang tua atau gangguan

hemodinamik atau apabila digabung

penggunaanya dengan obat anastesi yang lain.

Efek samping : Nyeri pada saat pemberian Mual muntah Kejang mioklonik

Propofol merupakan emulsi lemak sehingga pemberiannya harus hati – hati pada pasien dengan gangguan metabolisme lemak seperti hiperlipidemia dan pankreatitis.

BENZODIAZEPIN sebagai anestetik ialah diazepam, lorazepam, dan midazolam. FUNGSI : tidur, mengurangi cemas, dan menimbulkan

amnesia anterograd, tetapi tidak berefek analgesik. Mekanisme kerja

Golongan benzodiazepine bekerja sebagai hipnotik, sedative, anxiolitik, amnestik, antikonvulsan, pelumpuh otot yang bekerja di sentral

Farmakokinetik

Obat golongan benzodiazepine dimetabolisme di hepar, efek puncak akan muncul setelah 4 - 8 menit setelah diazepam disuntikkan secara I.V dan waktu paruh dari benzodiazepine ini adalah 20 jam

Farmakodiamik

Sistem kardiovaskular relatif stabil pada penggunaan benzodiazepin karena dipakai untuk pasien gangguan jantung. Tetapi, depresi kardiaovaskular dapat terjadi dengan kombinasi opioid. Begitu juga pernapasan, dapat terjadi depresi bila bersama opioid sebagai medikasi pra-anastetik

Sistem saraf pusatDapat menimbulkan amnesia, anti kejang, hipnotik, relaksasi otot dan mepunyai efek sedasi, efek analgesik tidak ada, menurunkan aliran darah otak dan laju metabolisme.

Sistem Pernafasan

Mempengaruhi penurunan frekuensi nafas dan volume tidal , depresi pusat nafas mungkin dapat terjadi pada pasien dengan penyakit paru atau pasien dengan retardasi mental.

Dosis diazepam untuk induksi adalah 0,1-0,5 mg/KgBB

Dosis midazolam bervariasi tergantung dari pasien itu sendiri.

 

Untuk preoperatif digunakan 0,5 – 2,5mg/kgbb

 Untuk keperluan endoskopi digunakan dosis 3 – 5 mg

Sedasi pada analgesia regional, diberikan intravena.

    Menghilangkan halusinasi pada pemberian ketamin.  Efek samping

Midazolam dapat menyebabkan depresi pernafasan jika digunakan sebagai sedasi. Lorazepam dan diazepam dapat menyebabkan iritasi pada vena dan trombophlebitis. Benzodiazepine turut memperpanjang waktu sedasi dan amnesia pada pasien. Efek Benzodiazepines dapat di reverse dengan flumazenil (Anexate, Romazicon) 0.1-0.2 mg IV prn to 1 mg, dan 0.5 - 1 mcg/kg/menit berikutnya.

 

Opioid Fentanyl, sulfentanyl,alfentanyl, dan remifentanyl adalah opioid

yang lebih banyak digunakan dibanding morfin Metabolisme

Metabolisme sangat tergantung pada biotransformasinya di hepar, aliran darah hepar. Produk akhir berupa bentuk yang tidak aktif.

Ekskresi

Eliminasi terutama oleh metabolisme hati, kurang lebih 10% melewati bilier. 5 – 10% opioid diekskresikan lewat urine dalam bentuk metabolit aktif, remifentanil dimetabolisme oleh sirkulasi darah dan otot polos esterase.

Farmakodinamik  Sistem kardiovaskuler: tidak mengalami perubahan baik

kontraktilitas otot jantung maupun tonus otot pembuluh darah.Tahanan pembuluh darah biasanya akan menurun karena terjadi penurunan aliran simpatis medulla, tahanan sistemik juga menurun hebat pada pemberian meperidin atau morfin karena adanya pelepasan histamin.

Sistem pernafasan :Dapat meyebabkan penekanan pusat nafas, ditandai dengan penurunan frekuensi nafas, dengan jumlah volume tidal yang menurun

Dosis : Premedikasi petidin diberikan I.M dengan dosis 1 mg/kgbb atau intravena 0,5 mg/Kgbb, sedangakan morfin sepersepuluh dari petidin dan fentanil seperseratus dari petidin.

 

Ketamin Ketamin mempunyai sifat analgesik, anestetik kerja singkat. Ketamin kurang digemari untuk induksi anastesia, karena sering menimbulkan

takikardi, hipertensi , hipersalivasi , nyeri kepala, pasca anasthesi dapat menimbulkan muntah – muntah , pandangan kabur dan mimpi buruk

Farmakokinetik  Absorbsi :Pemberian ketamin dapat dilakukan secara intravena atau

intramuskular  Distribusi

Ketamin lebih larut dalam lemak sehingga dengan cepat akan didistribusikan ke seluruh organ.Efek muncul dalam 30 – 60 detik setelah pemberian secara I.V dengan dosis induksi, dan akan kembali sadar setelah 15 – 20 menit. Jika diberikan secara I.M maka efek baru akan muncul setelah 15 menit. 

Metabolisme

Ketamin mengalami biotransformasi oleh enzim mikrosomal hati menjadi beberapa metabolit yang masih aktif.

Ekskresi :  Produk akhir dari biotransformasi ketamin diekskresikan melalui ginjal.

Farmakodinamik Mata :Menimbulkan lakrimasi, nistagmus dan kelopak mata terbuka spontan,

terjadi peningkatan tekanan intraokuler akibat peningkatan aliran darah pada pleksus koroidalis.

  Sistem kardiovaskuler :bersifat simpatomimetik, meningkatkan tekanan darah dan jantung

 sistem pernafasan : dapat menimbulkan dilatasi bronkus karena sifat simpatomimetiknya, sehingga merupakan obat pilihan pada pasien asma.

Dosis dan pemberian  Ketamin bersifat larut air sehingga dapat diberikan secara I.V atau I.M. Dosis

induksi adalah 1 – 2 mg/KgBB secara I.V atau 5 – 10 mg/Kgbb I.M , untuk dosis sedatif lebih rendah yaitu 0,2 mg/KgBB dan harus dititrasi untuk mendapatkan efek yang diinginkan.

Untuk pemeliharaan dapat diberikan secara intermitten atau kontinyu. Pemberian secara intermitten diulang setiap 10 – 15 menit dengan dosis setengah dari dosis awal sampai operasi selesai.3 Dosis obat untuk menimbulkan efek sedasi atau analgesic adalah 0,2 – 0,8 mg/kg IV atau 2 – 4 mg/kg IM atau 5 – 10 µg/kg/min IV drip infus.

Efek samping 

peningkatan sekresi air liur pada mulut, agitasi dan perasaan lelah , halusinasi dan mimpi buruk juga terjadi pasca operasi, efek mioklonus pada otot rangka , meningkatkan tekanan intracranial. nistagmus dan diplopia.

Kontra indikasi

  Pada pasien yang menderita penyakit sistemik penggunaanya harus dipertimbangkan seperti tekanan intrakranial yang meningkat, misalnya pada trauma kepala, tumor otak dan operasi intrakranial, tekanan intraokuler meningkat, misalnya pada penyakit glaukoma dan pada operasi intraokuler. Pasien yang menderita penyakit sistemik yang sensitif terhadap obat – obat simpatomimetik, seperti ; hipertensi tirotoksikosis, Diabetes militus , PJK dll.

 

Angka Kejadian Reaksi Hypersensitifitas Berhubungan Dengan Obat Anastesi

TERIMA KASIH