21
1 BAB I PENDAHULUAN Tiap manusia pasti mempunyai rasa cemas, rasa cemas ini terjadi pada saat adanya kejadian atau peristiwa tertentu, maupun dalam menghadapi suatu hal. Misalkan, orang merasa cemas, ketika tampil dihadapan banyak orang atau ketika sebelum ujian berlangsung. Kecemasan yang dimiliki seseorng yang seperti di atas adalah normal, dan bahkan kecemasan ini perlu dimiliki manusia. Akan tetapi kecemasan berubah menjadi abnormal ketika kecemasan yang ada di dalam diri individu menjadi berlebihan atau melebihi dari kapasitas umumnya. Individu yang mengalami gangguan seperti ini bisa dikatakan mengalami anxiety disorder (gangguan kecemasan) yaitu ketakutan yang berlebihan dan sifatnya tidak rasional. Seseorang dikatakan menderita gangguan kecemasan apabila kecemasan ini mengganggu aktivitas dalam kehidupan dari diri individu tersebut, salah satunya yakni gangguan fungsi sosial. Misalnya kecemasan yang berlebihan ini menghambat diri seseorang untuk menjalin hubungan akrab antar individu atau kelompoknya.

psikiatri

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: psikiatri

1

BAB I

PENDAHULUAN

Tiap manusia pasti mempunyai rasa cemas, rasa cemas ini terjadi pada saat adanya

kejadian atau peristiwa tertentu, maupun dalam menghadapi suatu hal. Misalkan, orang

merasa cemas, ketika tampil dihadapan banyak orang atau ketika sebelum ujian berlangsung.

Kecemasan yang dimiliki seseorng yang seperti di atas adalah normal, dan bahkan kecemasan

ini perlu dimiliki manusia. Akan tetapi kecemasan berubah menjadi abnormal ketika

kecemasan yang ada di dalam diri individu menjadi berlebihan atau melebihi dari kapasitas

umumnya.

Individu yang mengalami gangguan seperti ini bisa dikatakan mengalami anxiety

disorder (gangguan kecemasan) yaitu ketakutan yang berlebihan dan sifatnya tidak rasional.

Seseorang dikatakan menderita gangguan kecemasan apabila kecemasan ini mengganggu

aktivitas dalam kehidupan dari diri individu tersebut, salah satunya yakni gangguan fungsi

sosial. Misalnya kecemasan yang berlebihan ini menghambat diri seseorang untuk menjalin

hubungan akrab antar individu atau kelompoknya.

Dan juga kita semua merasa sedih bila ada kejadian yang menyedihkan, dan biasanya

perasaan tersebut teratasi dengan sendirinya. Hal demikian adalah wajar. Lain halnya dengan

"gangguan depresi", yang sudah merupakan gangguan sakit yang menyangkut keluhan

badaniah, perasaan dan pikiran.Bila tidak diobati, depresi dapat menetap berbulan-bulan atau

bahkan menahun. Depresi dapat memperberat atau meningkatkan risiko penyakit fisik dan

meningkatkan risiko bunuh diri. Depresi bisa berdiri sendiri maupun bersamaan dengan

penyakit organik. Depresi akan sulit di diagnosis jika depresi ditemukan bersamaan dengan

penyakit lain.

Page 2: psikiatri

2

Namun terdapat kelainan yang disebut Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi,

pada pasien ini terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, namun masing-masing tidak

menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri.

Page 3: psikiatri

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi

Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak

menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis

tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak

terus-menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan. (Maslim, Rusdi.

2001)

Kecemasan adalah keadaan individu atau kelompok mengalami perasaan

gelisah (penilaian atau opini) dan aktivitas sistem saraf autonom dalam berespons

terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik. Kecemasan merupakan unsur

kejiwaan yang me3nggambarkan perasaan, keadaan emosional yang dimiliki

seseorang pada saat menghadapi kenyataan atau kejadian dalam hidupnya.

Gangguan depresif merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang

berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala penyerta termasuk

perubahan pola tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan,

rasa putus asa, tak berdaya dan gagasan bunuh diri.2

2.2 EPIDEMIOLOGI

Keberadaan ganggguan depresif berat dan gangguan panik secara bersamaan

lazim ditemukan. Dua pertiga pasien dengan gejala depresif memiliki gejala ansietas

yang menonjol, dan dua pertiganya dapat memenuhi kriteria diagnostik ganguan

Page 4: psikiatri

4

panik. Peneliti telah melaporkan bahwa 20 sampai 90 persen pasien dengan

ganggguan panik memiliki episode gangguan depresif berat. Data ini mengesankan

bahwa keberadaan gejala depresif dan ansietas secara bersamaan, tidak ada di

antaranya yang memenuhi kriteria diagnostik gangguan depresif atau ansietas lain

dapat lazim ditemukan. Meskipun demikian, sejunlah klinisi dan peneliti

memperkirakan bahwa pravelensi gangguan ini pada populasi umum adalah 10 persen

dan di klinik pelayanan primer sampai tertinggi 50 persen, walaupun perkiraan

konservatif mengesankanpravelensi sekitar 1 persen pada populasi umum.

2.3 ETIOLOGI

Empat garis bukti penting mengesankan bahwa gejala ansietas dan gejala

depresif terkait secara kausal pada sejumlah pasien yang mengalamigejala ini. Pertama

, sejumlah peneliti melaporkan temuan neuroendokrin yang serupa pada gangguan

depresif dan ansietas, terutama gangguan panik, termasuk menumpulnya respons

kortisol terhadap hormon adenokort, kotropik, respon hormon pertumbuhan yang

tumpul terhadap klonidin ( Catapres), dan respon TSH (thyroid stimulating hormone)

serta prolaktin yang tumpulterhadap TRH (thyrotropin-relasing hormone).

Kedua, sejumlah peneliti melaporkan data yang menunjukkan bahwa

hiperkatifitas sistem noradrenergik sebagai penyebab relevan pada sejumlah pasien

dengan gangguan depresif dan gangguan ansietas. Secara rinci, studi ini telah

menemukan adanya konsentrasi metabolit norepnefrin 3-methoxy-4-

hydroxyphenylglycol (MHPG) yang meningkat didalam urin, plasma, atau cairan

serebro spinal (LCS) pada pasien dengan serangan panik. Seperti pada gangguan

ansietas dan gangguan depresif lain, serotonin dan asam γ-aminobutirat (GABA) juga

Page 5: psikiatri

5

mungkin terlibat sebagaipenyebab di dalam gangguan campuran depresif ansietas.

Ketiga, banya studi menemukan bahwa obat serotonergik, seperti fluoxetine (Prozac)

dan clomipramine (Anafranil), berguna dalam terapi gangguan depresif dan ansietas.

Keempat, sejumlah studi keluarga melaporkan data yang menunjukkanbahwa gejala

ansietas dan depresif berhubungan pada secara genetik sedikitnya pada beberapa

keluarga.

2.4 MANIFESTASI KLINIS

Gambaran klinis bervariasi, diagnosis Gangguan Anxietas Menyeluruh

ditegakkan apabila dijumpai gejala-gejala antara lain keluhan cemas, khawatir, was-

was, ragu untuk bertindak, perasaan takut yang berlebihan, gelisah pada hal-hal yang

sepele dan tidak utama yang mana perasaan tersebut mempengaruhi seluruh aspek

kehidupannya, sehingga pertimbangan akal sehat, perasaan dan perilaku terpengaruh.

Selain itu spesifik untuk Gangguan Anxietas Menyeluruh adalah kecemasanya terjadi

kronis secara terus-menerus mencakup situasi hidup (cemas akan terjadi kecelakaan,

kesulitan finansial), cemas akan terjadinya bahaya, cemas kehilangan kontrol, cemas

akan`mendapatkan serangan jantung. Sering penderita tidak sabar, mudah marah, sulit

tidur. 3,7,8

Untuk lebih jelasnya gejala-gejala umum ansietas dapat dilihat pada tabel di bawah:

Ketegangan Motorik 1. Kedutan otot/ rasa gemetar

2. Otot tegang/kaku/pegal

3. Tidak bisa diam

4. Mudah menjadi lelah

Page 6: psikiatri

6

Hiperaktivitas Otonomik 5. Nafas pendek/terasa berat

6. Jantung berdebar-debar

7. Telapak tangan basah/dingin

8. Mulut kering

9. Kepala pusing/rasa melayang

10. Mual, mencret, perut tak enak

11. Muka panas/ badan menggigil

12. Buang air kecil lebih sering

Kewaspadaan berlebihan dan

Penangkapan berkurang

13. Perasaan jadi peka/mudah ngilu

14. Mudah terkejut/kaget

15. Sulit konsentrasi pikiran

16. Sukar tidur

17. Mudah tersinggung

Sedangkan untuk gangguan depresif ditandai dengan suatu mood depresif,

kehilangan minat dan kegembiraan serta berkurangnya energi yang menuju

meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja)

dan menurunnya aktivitas merupakan tiga gejala utama depresi.3,4,5

Gejala utama :

1. Afek depresi

2. Kehilangan minat dan kegembiraan, dan

3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah ( rasa

lelah yang nyata sesudah kerja yang sedikit) dan menurunnya aktifitas.

Page 7: psikiatri

7

Gejala lainnya dapat berupa :

Konsentrasi dan perhatian berkurang

Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

Tidur terganggu

Nafsu makan berkurang.

Gejala-gejala diatas dialami oleh pasien hampir setiap hari dan di nilai berdasarkan

ungkapan pribadi atau hasil pengamatan orang lain misalnya keluarga pasien. 3,4,5

2.5 DIAGNOSIS

Kriteria DSM-IV-TR mengharuskan adanya gejala subsindrom ansietas dan

depresi serta adanya beberapa gejala somatik, seperti tremor, palpitasi, mulut kering,

dan rasa perut yang bergejolak. Sejumlah studi pendahuluan menunjukkan bahwa

sensitivitas dokter umum untuk sindrom gangguan campuran ansietas depresi masih

rendah walaupun kurangnya pengenalan ini dapat mencerminkan kurangnya label

diagnostik yang sesuai bagi pasien.

Kriteria DSM-IV-TR Gangguan Campuran Ansietas Depresif

Mood disforik yang berulang atau menetap dan bertahan sedikitnya 1 bulan

Mood disforik disertai empat (atau lebih) gejala berikut selama sedikitnya 1 bulan :

1. Kesulitan berkonsentrasi atau pikiran kosong

2. Gangguan tidur (sulit untuk jatuh tertidur atau tetap tidur atau gelisahm tidur

tidak puas)

3. Lelah atau energi rendah

Page 8: psikiatri

8

4. Iritabilitas

5. Khawatir

6. Mudah nangis

7. Hipervigilance

8. Antisipasi hal terburuk

9. Tidak ada harapan (pesimis yang menetap akan masa depan)

10. Harga diri yang rendah atau rasa tidak berharga

Gejala menimbulkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau hendaya dalam

area fungsi sosial, pekerjaan atau area fungsi penting lain.

Gejala tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (cth. Penyalahguanaan obat

atau pengobatan) atau keadaan medis umum

Semua hal berikut ini :

1. Kriteria tidak pernah memenuhi gangguan depresif berat, gangguan distimik;

gangguan panik, atau gangguan ansietas menyeluruh

2. Kriteria saat ini tidak memenuhi gangguan mood atau ansietas lain (termasuk

gangguan ansietas atau gangguan mood, dalam remisi parsial)

3. Gejala tidak lebih mungkin disebabkan gangguan jiwa lain.

Pedoman diagnostik menurut PPDGJ-III

1. Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak

menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis

tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak

terus-menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.

2. Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, harus

dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik.

Page 9: psikiatri

9

3. Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan

masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut dikemukakan, dan diagnosis

gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya dapat

dikemukakan satu diagnosis maka gangguan depresif harus diutamakan.

4. Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stres kehidupan yang jelas, maka

harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian.

2.6 DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding mencakup gangguan ansietas dan depresif lainnya serta

gangguan kepribadian. Di anatara gangguan ansietas, gangguan ansietas menyeluruh

merupakan gangguan yang lebih besar kemungkinannya untuk bertumpang tindih

dengan gangguan campuran ansietas-depresif. Diantara gangguan mood, gangguan

distimik, dan gangguan depresif ringan adalah gangguan yang lebih besar

kemungkinannya untuk bertumpang tindih dengan gangguan campuran ansietas-

depresif. Diantara ganggguan kepribadian, gangguan kepribadian mengindar,

dependen, dan obsesfi kompulsif dapar memliki gejala yang mirip dengan gejala

gangguan campuran ansietas-depresif. Diagnosis gangguan somatoform juga harus

dipertimbangkan.

Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih yang lebih ringan,

maka harus dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan

anxietas fobik.

Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk

menegakkan masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis gangguan tersebut harus

Page 10: psikiatri

10

dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika karena

sesuatu hal hanya dapat dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat

digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya dapat dapat dikemukakan satu diagnosis

maka gangguan depresif harus diutamakan.

Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stres kehidupan yang jelas,

maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian. (Maslim, Rusdi. 2001)

2.7 PEJALANAN GANGGUAN DAN PROGNOSIS

Berdasarkan data klinis sampai saat ini, pasien tampak sama besar

kemungkinannya untuk memiliki gejala ansietas yang menonjol, gejala depresif yang

menonjol, atau campuran dua gejala dengan besar yang sama saat awitan. Selama

perjalanan penyakit, dominasi gejala ansietas dan depresif dapat bergantian. Prognosis

nya tidak diketahui.

2.8 PENATALAKSANAAN

Karena studi yang membandingkan modalitas terapi gangguan campuran

ansietas-depresif tidak tersedia, klinis mungkin lebih cenderung memberikan terapi

berdasarkan gejala yang muncul, keparahannya, dan tingkat pengalaman klinis

tersebut dengan berbagai modalitas terapi. Farmakoteapi untuk gangguan campuran

ansietas-depresif dapat mencakup obat antiansietas, obat antidepresif, atau keduanya.

Diantara obat ansiolitik, sejumlah data menunjukkan bahwa penggunaan

triazolobenzodiazepine ( Alprazolam (Xanax) ) dapat di indikasikan karena efektivitas

nya dalam mengobati depresi yang disertai ansietas. Obat yang mempengaruhi

Page 11: psikiatri

11

reseptor 5-HT, seperti busipron juga dapat di indikasikan. Diantara anti depresan,

meskipun teori noradrenergik menghubungkan gangguan ansietas dengan gangguan

depresif, anti depresif serotonergik ( contohnya, fluoxetine) dapat menjadi obat yang

paling efektif dalam mengobati gangguan campuran ansietas-depresif.

Page 12: psikiatri

12

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kecemasan adalah keadaan individu atau kelompok mengalami perasaan

gelisah (penilaian atau opini) dan aktivitas sistem saraf autonom dalam berespons

terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik.

Gangguan depresif merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang

berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala penyerta termasuk

perubahan pola tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan,

rasa putus asa, tak berdaya dan gagasan bunuh diri.

Kriteria DSM-IV-TR mengharuskan adanya gejala subsindrom ansietas dan

depresi serta adanya beberapa gejala somatik, seperti tremor, palpitasi, mulut kering,

dan rasa perut yang bergejolak. Sejumlah studi pendahuluan menunjukkan bahwa

sensitivitas dokter umum untuk sindrom gangguan campuran ansietas depresi masih

rendah.

Farmakoteapi untuk gangguan campuran ansietas-depresif dapat mencakup

obat antiansietas, obat antidepresif, atau keduanya.

Page 13: psikiatri

13

DAFTAR PUSTAKA

1. Maria, Josetta. Cemas Normal atau Tidak Normal. Program Studi Psikologi.

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Kaplan, H., Sadock, Benjamin. 1997. Gangguan Kecemasan dalam Sinopsis

Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Edisi ke-7 Jilid 2. Jakarta:

Bina Rupa Aksara. Hal. 1-15

2. Kaplan, Harold. I. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta: Widya Medika.

Hal. 145-154

3. Tomb, D. A. 2000. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta : EGC. Hal. 96-110

4. Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III.

Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. Hal.

72-75

5. Adiwena, Nuklear. 2007. Anxietas. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Islam Indonesia.

6. Eldido. Anxiety Disorder; Tipe-tipe dan Penanganannya. 20 Oktober 2008.

7. Yates, W. R. 2008. Anxiety Disorders. Update August 13, 2008.

www.emedicine.com

8. Anonim. Kecemasan atau Ansietas. Update 32 Desember 2008.

www.mitrariset.blogspot.com

9. Ashadi. Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi. Updates 22 Mei 2008.

www.sidenreng.com

10. Maslim, Rusdi. 2007. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: Bagian Ilmu

Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. Hal. 12

Page 14: psikiatri

14

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, H., Sadock, Benjamin. 1997. Gangguan Kecemasan dalam Sinopsis Psikiatri:

Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Edisi ke-7 Jilid 2. Jakarta: Bina Rupa

Aksara. Hal. 266-267

2. Tomb, D. A. 2000. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta : EGC. Hal. 96-110

3. Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III.

Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. Hal. 72-

75

4. Maslim, Rusdi. 2007. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: Bagian Ilmu

Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. Hal. 12

5. Cenker Eken, MD, Cem Oktay, MD, Ayse Bacanli, MD, Bedia Gulen, MD, Cem

Koparan, MD, Sandra Sermin Ugras, MD, Yildiray Cete, MD. Anxiety and Depressive

Disorders in Patients Presenting with Chest Pain to the Emergency Department: A

Comparison Between Cardiac and Non-Cardiac Origin. . Medscape Reference; 2011

[updated 29/03/2011; cited on June 2013]; Available from:

http://emedicine.medscape.com.

Page 15: psikiatri

15