14
BAB I PENDAHULUAN Sinusitis dianggap salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di dunia. Data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit (Mangunkusumo, 2007). Sinusitis adalah infeksi atau peradangan dari mukosa sinus paranasal, bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis. Secara epidemiologi yang paling sering terkena adalah sinus maksilaris, kemudian eithmoidalis, frontalis, dan spheinoidalis. Yang berbahaya dari sinusitis adalah komplikasinya ke orbita dan intrakranial. Komplikasi ini terjadi akibat tatalaksana yang inadekuat atau faktor predisposisi yang tak dapat dihindari. Sinusitis akut dapat diterapi dengan pengobatan (medikamentosa) dan pembedahan(operasi). Beberapa macam tindakan bedah yang dapat dipilih untuk dilakukan, mulai dari pungsi dan irigasi sinus 1

Pungsi dan Irigasi Sinus.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pungsi dan Irigasi Sinus.docx

BAB I

PENDAHULUAN

Sinusitis dianggap salah satu penyebab gangguan kesehatan

tersering di dunia. Data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa

penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit

peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit

(Mangunkusumo, 2007).

Sinusitis adalah infeksi atau peradangan dari mukosa sinus

paranasal, bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan

bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis. Secara

epidemiologi yang paling sering terkena adalah sinus maksilaris,

kemudian eithmoidalis, frontalis, dan spheinoidalis. Yang berbahaya dari

sinusitis adalah komplikasinya ke orbita dan intrakranial. Komplikasi ini

terjadi akibat tatalaksana yang inadekuat atau faktor predisposisi yang tak

dapat dihindari.

Sinusitis akut dapat diterapi dengan pengobatan (medikamentosa)

dan pembedahan(operasi). Beberapa macam tindakan bedah yang dapat

dipilih untuk dilakukan, mulai dari pungsi dan irigasi sinus maksila,

operasi Caldwell-Luc, etmoidektomi intra nasal dan ekstra nasal, trepanasi

sinus frontal dan bedah sinus endoskopik fungsional. Diskusi kelompok

ini akan membahas tentang sinusitis dan definisi serta cara pungsi/irigasi

sinusitis.

1

Page 2: Pungsi dan Irigasi Sinus.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Sinusitis adalah radang atau infeksi dari satu atau lebih mukosa

sinus paranasal.1 Sesuai anatomi sinus yang terkena, dapat dibagi menjadi

sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis frontal dan sinusitis sfenoid.

Bila peradangan ini mengenai beberapa sinus disebut multisinus itis,

sedang bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis.

Di antara keempat sinusitis paranasal itu, sinus maksila merupakan

sinus yang paling sering terinfeksi. Hal ini terjadi karena (1) sinus

maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar, (2) letak ostiumnya

lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran sekret (drainase) dari sinus maksila

hanya tergantung dari gerakan silia, (3) dasar sinus maksila adalah dasar

akar gigi (prosesus alveolaris), sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan

sinusitis maksila, (4) ostium sinus maksila terletak di meatus medius, di

sekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat. 2

B. Patofisiologi 1,2

Pada keadaan normal sinus adalah steril. Bila terjadi edema di

kompleks ostiomeatal, mukosa yang letaknya berdekatan akan saling

bertemu, sehingga silia tidak dapat bergerak dan lendir tidak dapat

dialirkan. Maka terjadi gangguan drainase dan ventilasi dalam sinus,

sehingga silia menjadi kurang aktif dan lendir yang diproduksi mukosa

sinus menjadi lebih kental dan merupakan media yang baik bagi

tumbuhnya bakteri patogen. Bila sumbatan berlangsung terus, akan terjadi

hipoksia dan retensi lendir, sehingga timbul infeksi oleh bakteri anaerob.

2

Page 3: Pungsi dan Irigasi Sinus.docx

Selanjutnya terjadi perubahan jaringan menjadi hipertrofi, polipoid atau

pembentukan polip dan kista.

C. Gejala dan Tanda Sinusitis

Secara klinis, sinusitis dapat dikategorikan sebagai sinusitis akut

(bila gejalanya berlangsung beberapa hari sampai 4 minggu), sinusitis

subakut (bila berlangsung dari 4 minggu sampai 3 bulan) dan sinusitis

kronis (bila berlangsung lebih dari 3 bulan). 2

Tidak ada gejala dan tanda klinis yang spesifik untuk sinusitis akut.

Pasien kadang tidak menunjukan demam atau rasa lesu. Pasien mungkin

hanya mengeluh terdapat ingus yang kental yang kadang berbau dan

dirasakan mengalir ke nasofaring. Hidung dirasakan tersumbat dan rasa

nyeri di daerah sinus yang terkena. Pada sinusitis maksila, nyeri dirasakan

di bawah kelopak mata dan kadang menyebar ke alveolus, sehingga terasa

nyeri di gigi. Nyeri alih dapat dirasakan di dahi dan telinga kanan. 1,2

Pada sinusitis etmoid, nyeri dirasakan di pangkal hidung dan kantus

medius. Kadang dirasakan nyeri di bola mata atau belakangnya, dan nyeri

akan bertambah bila mata digerakkan.

Pada pemeriksaan fisik sinusitis akut, akan tampak pembengkakan

di daerah muka. Pembengkakan pada sinusitis maksila terlihat di pipi dan

kelopak mata bawah, pada sinusitis frontal di dahi dan kelopak mata atas,

sedang pada sinusitis etmoid jarang timbul pembengkakan, kecuali bila

ada komplikasi.

Pada rinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan

edema. Pada sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis etmoid

anterior tampak mukopus atau nanah di meatus medius, sedangkan

sinusitis etmoid posterior dan sinusitis sfenoid nanah tampak keluar dari

3

Page 4: Pungsi dan Irigasi Sinus.docx

meatus superior. Pada rinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring

(post nasal drip).

D. Pemeriksaan Penunjang2

Pada pemeriksan transiluminasi, sinus yang sakit akan menjadi

suram atau gelap. Pemeriksaan transiluminasi bermakna bila salah satu

sisi sinus yang sakit, sehingga tampak lebih suram dibandingkan dengan

sisi yang normal.

Pemeriksaan radiologik yang dibuat ialah posisi Waters, PA dan

laretal. Akan tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau batas

cairan-udara (air fluid level) pada sinus yang sakit.

E. Terapi

Terapi sinusitis seringkali berupa pengobatan terhadap infeksi

traktus respiratorius bagian atas, dengan sinusitis sebagai bagian yang

penting. Seringkali infeksinya hanya merupakan penyakit terbatas yang

sembuh sendiri dalam waktu singkat, jika tidak disertai komplikasi

supurasi.3

Pengobatan sinusitis secara lokal intranasal dengan antibiotik tidak

berguna, karena obat-obat tersebut tidak cukup luas berkontak dengan

permukaan mukosa yang terinfeksi terinfeksi agar dapat berfungsi. Selain

itu, dapat terjadi iritasi atau gangguan aktivitas silia, sehingga fungsinya

sebagai pembersih mukosa hidung justru semakin terganggu. 3

Karena itu antibiotika dapat diberikan secara sistemik per oral.

Pada sinusitis akut diberikan antibiotika selama 10-14 hari, meskipun

gejala klinis telah hilang. Secara empiris, antibiotika yang dapat diberikan

misalnya Amoksisilin (3 x 500mg), Trimetoprim dan Sulfametoksazol (2 x

4

Page 5: Pungsi dan Irigasi Sinus.docx

960 mg), Amoksisilin dan Asam Klavulanat (2 x 500 mg), Klaritromisin

(2 x 250 mg), dan Levofloksasin (4 x 500 mg). 1

Gejala nyeri akibat sinusitis diobati dengan analgetik. Diberikan

juga dekongestan lokal berupa tetes hidung, untuk memperlancar drainase

sinus. Dekongestan ini hanya boleh diberikan untuk waktu yang terbatas

(5 sampai 10 hari), karena kalau terlalu lama dapat menyebabkan rinitis

medikamentosa.

Terapi bedah pada sinusitis akut jarang diperlukan, kecuali bila

telah terjadi komplikasi ke orbita atau intrakranial, atau bila ada nyeri

yang hebat karena ada sekret yang tertahan oleh sumbatan.

Pada sinusitis maksila dapat dilakukan tindakan pungsi dan irigasi.

Pada sinusitis etmoid, frontal atau sfenoid yang letak muaranya di bawah,

dapat dilakukan tindakan pencucian sinus cara Proetz (Proetz

displacement therapy).

Pada pasien dewasa, pungsi dan irigasi sinus dapat dilakukan

dengan anestesi lokal, sedang pasien anak-anak biasanya dalam anestesi

umum. Terdapat dua cara untuk melakukan pungsi sinus maksila yaitu

lewat meatus inferior atau lewat fossa canina. Kedua daerah itu mudah

dicapai dan relatif sedikit mengandung pembuluh darah.

Fungsi dan irigasi sinus merupakan suatu tindakan untuk

mengeluarkan sekret yang terkumpul dalam rongga sinus maksila. Tujuan

dari tindakan ini adalah untuk memperbaiki drainase dan pembersihan

sekret dari sinus maksila sehingga mengaktifkan silia kembali dan untuk

mengambil bahan bagi tes kultur dan sensitivitas jika pengobatan

antibiotik secara empiris tidak berhasil.

Berikut ini cara melakukan pungsi dan irigasi sinus maksila lewat

meatus inferior.

5

Page 6: Pungsi dan Irigasi Sinus.docx

Mukosa dinding nasoantral pada meatus inferior di anestesi dengan

larutan lidocain 5% atau anestesi/vasokonstriktor lidocain 1% dan

efineprin 1:100.000.

Trokar dimasukkan di bawah konka inferior di sebelah posterior

dinding antrum dengan arah agak ke atas dan luar, 1 cm diatas dasar

hidung, untuk menghindari dinding yang tebal di daerah ini. Pada

beberapa kasus, terutama jika ada kista maksila, atau pada bayi dan

anak, dasar antrum sangat tinggi, sehingga tidak mungkin memasukan

trokar di bawah konka inferior. Pada keadaan ini, pungsi dilakukan di

bawah konka media, melalui bagian dibawah membranosa dinding

nasoantral.

Setelah dinding nasoantral ditembus, trokar diangkat, kanul tetap pada

posisi. Tabung suntik dilekatkan pada kanul. Aspirasi dapat dilakukan

untuk mendapatkan bahan untuk test kultur dan sensitivitas sebanyak

10 mL. Irigasi dapat dilakukan lewat kanul dengan menggunakan

larutan NaCl isontonis sebanyak 50-100 mL. Sekret yang purulen akan

keluar lewat ostium sinus maksila.

Prosedur selesai jika sekret yang keluar lewat ostium berwarna jernih.

Trokar dikeluarkan dan pasien diminta untuk diistirahatkan.

F. Komplikasi2

Komplikasi sinusitis telah menurun sejak ditemukannya

antibiotika. Komplikasi biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada

sinusitis kronis dengan eksaserbasi akut. Komplikasi yang dapat terjadi

adalah:

a. Osteomileitis atau abses subperiosteal. Paling sering timbul akibat

sinusitis frontal dan biasanya pada anak-anak.

6

Page 7: Pungsi dan Irigasi Sinus.docx

b. Kelainan orbita, disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan

dengan mata (orbita). Kelainan dapat berupa edema palpebra, selulitis

orbita, abses subperiosteal, abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi

trombosis sinus kavernosus.

c. Kelainan intrakranial. Dapat berupa meningitis, abses ektradural atau

subdural, abses otak dan trombosis sinus kavernosus.

d. Kelainan paru, seperti bronkhitis dan bronkhiektasis.

7

Page 8: Pungsi dan Irigasi Sinus.docx

BAB III

DISKUSI

Apa yang dimaksud pungsi/irigasi sinus?

Fungsi dan irigasi sinus adalah suatu tindakan untuk mengeluarkan

sekret yang terkumpul dalam rongga sinus maksila.

Tujuan dari tindakan ini adalah untuk memperbaiki drainase dan

pembersihan sekret dari sinus maksila sehingga mengaktifkan silia

kembali dan untuk mengambil bahan bagi tes kultur dan sensitivitas jika

pengobatan antibiotik secara empiris tidak berhasil.

Bagaimana cara melakukannya?

Pada pasien dewasa, pungsi dan irigasi sinus dapat dilakukan

dengan anestesi lokal, sedang pasien anak-anak biasanya dalam anestesi

umum. Terdapat dua cara untuk melakukan pungsi sinus maksila yaitu

lewat meatus inferior atau lewat fossa canina. Kedua daerah itu mudah

dicapai dan relatif sedikit mengandung pembuluh darah.

Berikut ini cara melakukan pungsi dan irigasi sinus maksila lewat

meatus inferior.

Mukosa dinding nasoantral pada meatus inferior di anestesi dengan

larutan lidocain 5% atau anestesi/vasokonstriktor lidocain 1% dan

efineprin 1:100.000.

Trokar dimasukkan di bawah konka inferior di sebelah posterior

dinding antrum dengan arah agak ke atas dan luar, 1 cm diatas dasar

hidung, untuk menghindari dinding yang tebal di daerah ini.

Pada beberapa kasus, terutama jika ada kista maksila, atau pada

bayi dan anak, dasar antrum sangat tinggi, sehingga tidak mungkin

memasukan trokar di bawah konka inferior. Pada keadaan ini, pungsi

8

Page 9: Pungsi dan Irigasi Sinus.docx

dilakukan di bawah konka media, melalui bagian dibawah membranosa

dinding nasoantral.

Setelah dinding nasoantral ditembus, trokar diangkat, kanul tetap

pada posisi. Tabung suntik dilekatkan pada kanul. Aspirasi dapat

dilakukan untuk mendapatkan bahan untuk test kultur dan sensitivitas

sebanyak 10 mL. Irigasi dapat dilakukan lewat kanul dengan

menggunakan larutan NaCl isontonis sebanyak 50-100 mL. Sekret yang

purulen akan keluar lewat ostium sinus maksila. Prosedur selesai jika

sekret yang keluar lewat ostium berwarna jernih. Trokar dikeluarkan dan

pasien diminta untuk diistirahatkan.

Bolehkah tindakan ini dilakukan pada sinusitis akut?

Tidak terdapat kontraindikasi absolut bagi tindakan pungsi dan

irigasi sinus maksila. Namun pada umumnya, sinusitis akut hanya

mendapat terapi medikamentosa. Untuk memperbaiki drainase dapat

diberikan vasokonstriktor sistemik atau topikal seperti pseudoefedrin,

fenilpropanolamin, dan fenileprin yang dapat digunakan 10-14 hari dan

dapat mengembalikan fungsi mukosiliar dan meningkatkan drainase. 4

Tetapi jika sinusitis akut cepat menyebar dan menimbulkan

komplikasi ke orbita dan intrakranial; atau bila ada nyeri yang hebat

karena sekret tertahan oleh sumbatan, maka tindakan fungsi dan irigasi

sinus dapat dilakukan.

9