27

Click here to load reader

REFERAT JIWA-UJIAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: REFERAT JIWA-UJIAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asosiasi merupakan mekanisme penggabungan satu ide dengan ide

lainnya. James Mill mengatakan bahwa jiwa (mental) merupakan komposisi

atau susunan yang tidak terbatas dari elemen-elemennya dan susunan itu

dapat diuraikan ke dalam elemen-elemen dasarnya. John Stuart Mill

menerima pendapat dari para ahli sebelumnya bahwa persepsi dan ide

adalah elemen-elemen yang sistematis dari jiwa. Pelbagai elemen itu saling

dihubungkan satu dengan yang lainnya melalui asosiasi.1

Pikiran dibagi menjadi proses (atau bentuk) dan isi. Proses

dimaksudkan sebagai cara dimana seseorang menyatukan gagasan dan

asosiasi, yaitu bentuk dimana seseorang berpikir. Proses atau bentuk pikiran

mungkin logis dan koheren atau sama sekali tidak logis dan bahkan tidak

dapat dimengerti. Isi pikiran dimaksudkan pada apa yang sesungguhnya

dipikirkan oleh seseorang : gagasan, keyakinan, preokupasi, obsesi.2

Pada proses berpikir (bentuk pikiran), pasien mungkin memiliki ide

yang terlalu melimpah atau kemiskinan ide. Mungkin terjadi berpikir yang

cepat, yang di dalam keadaan ekstrem disebut flight of ideas. Seorang pasien

mungkin menunjukkan berpikir yang lambat atau ragu-ragu. Pikiran

mungkin tidak jelas atau kosong. Gangguan kontinuitas pikiran adalah

termasuk pertanyaan tangensial, sirkumstansialitas, dan melantur. Adanya

hambatan pikiran (ketidakmampuan untuk mengingat apa yang telah

dikatakan atau akan dikatakan) atau mungkin terjadi sirkumtansialitas

dimana dalam proses menjelaskan suatu data, pasien memasukkan banyak

perincian yang tidak relevan dan komentar yang disisipkan tetapi akhirnya

kembali ke titik awal atau mungkin juga terjadi tangensialitas (dimana

pasien kehilangan urutan pembicaraan dan mengikuti pikiran tangensial

yang distimulasi oleh berbagai stimuli eksternal yang tidak relevan dan

tidak pernah kembali ke titik awal). Gangguan proses berpikir mungkin

Page 2: REFERAT JIWA-UJIAN

2

dicerminkan oleh hubungan pikiran yang inkoheren (membingungkan) atau

tidak dapat dimengerti (kata yang campur aduk; word salad), clang

association (asosiasi dengan bersajak), permainan kata-kata (punning)

(asosiasi dengan arti ganda), dan neologisme (kata-kata baru yang

diciptakan oleh pasien melalui kombinasi atau kondensasi kata lain).2

Pada pasien skizofrenia sering ditemukan adalah pelonggaran asosiasi

dimana ide-ide berpindah dari satu subyek ke subyek lain yang sama sekali

tak ada hubungannya atau hubungannya tidak tepat (obliquely related

subject).3 Adanya gangguan asosiasi ini dapat menyebabkan gangguan

proses berpikir dimana seseorang tidak dapat menggabungkan berbagai ide

yang ada sehingga pikiran yang disampaikan akan inkoheren. Oleh karena

itu, referat ini akan menjelaskan lebih lanjut mengenai gangguan asosiasi

yang berdampak pada gangguan proses berpikir.

1.2 Tujuan

Tujuan pembuatan referat ini adalah untuk menjelaskan mengenai

gangguan asosiasi yang dapat menyebabkan gangguan proses berpikir

sehingga dapat membantu para dokter untuk mendiagnosis gangguan jiwa

yang ada pada pasien.

Page 3: REFERAT JIWA-UJIAN

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Awal Mula Munculnya Asosiasi

Aliran asosiasi merupakan pengembangan dari empirisme pada masa

Renaisans yang menguatkan studi tentang manusia. Aliran asosiasi

merupakan bagian dari psikologi kontemporer abad 19 yang mempercayai

bahwa proses psikologi pada dasarnya adalah asosiasi ide. Aliran ini masih

merupakan pendapat-pendapat beberapa tokoh mengenai manusia dan jiwa

manusia.1

Awal mula munculnya aliran asosiasi yaitu berawal dari pemikiran

tentang hukum-hukum asosiasi misalnya contiguity dan similarity (John

Locke, George Berkeley, David Hume) dan cause-effect (David Hume) oleh

penganut paham empirisme. Awal mula berkembangnya aliran asosiasi

yaitu dipelopori oleh James Mill yang pendapatnya disetujui oleh John

Locke. James Mill berpendapat jiwa manusia diibaratkan sebagai mental

chemistry. Uraiannya yang terkenal dalam hubungan ini adalah mengenai

ide (idea) dikatakannya bahwa unsur atau elemen terkecil dari jiwa manusia

(human mind) ialah simple idea. James Mill berpendapat bahwa simple idea

bukan sesuatu yang dibawa sejak lahir, melainkan sesuatu yang diperoleh.

Sebab apabila simple idea yang satu bergabung dengan simple idea yang

lain akan terbentuk apa yang disebut complex idea. Kemudian, apabila

complex idea yang satu bergabung dengan complex idea yang lain akan

terbentuk apa yang disebutnya compound idea (gabungan ide).

Tergabungnya simple idea yang satu dengan simple idea yang lain hanya

mungkin terjadi oleh adanya asosiasi.1,4,5

Page 4: REFERAT JIWA-UJIAN

4

2.2 Tokoh-tokoh Aliran Asosiasi

Tokoh-tokoh aliran asosiasi, yaitu :

1. James Mill (1773-1836)

Sebenarnya pandangan Mill tidak jauh beda dengan pandangan

John Locke tentang ide. Hanya disini Mill membedakan antara

penginderaan (sensation) dan ide. Penginderaan adalah hasil kontak

langsung alat indera manusia dengan rangsang-rangsang yang datang dari

luar dirinya. Ide adalah semacam salinan atau copy dari penginderaan itu

yang muncul dalam ingatan seseorang. Ia beranggapan sulit untuk

memisahkan penginderaan dari ide, karena penginderaanlah yang

menimbulkan ide dan ide tak mungkin ada tanpa seseorang mengalami

penginderaan terlebih dahulu. Kemudian Mill berpendapat bahwa ide-ide

dapat dihubungkan satu dengan yang lainnya misalnya meja dan kursi.

Mekanisme yang menghubungkan satu ide dengan yang lainnya disebut

asosiasi. Kuat lemahnya asosiasi ditetapkan oleh tiga kriteria :

a. Ketetapan (Permanency) : Asosiasi yang kuat adalah asosiasi yang

permanen, artinya selalu ada kapan saja.

b. Kepastian (Certainty) : Suatu asosiasi adalah kuat kalau orang yang

berasosiasi itu benar-benar yakin akan kebenaran asosiasinya itu.

c. Fasilitas (Facility) : Suatu asosiasi akan kuat kalau lingkungan sekitar

cukup banyak prasarana atau fasilitas.1,4,6

2. John Stuart Mill (1806-1873)

John Stuart Mill lahir di London tahun 1806. Filsuf, ekonom,

moralis Inggris ini adalah putra James Mill, sejarawan, filsuf, dan

psikolog. Karena latar belakang dan pendidikan ayahnya ini, John Stuart

Mill tertarik pada filsafat dan psikologi. Ketika usianya baru 8 tahun,

Mill telah membaca karya berbahasa Yunani. Di usia ini pula Mill mulai

mempelajari bahasa latin, geometri, dan aljabar. Menyinggung ihwal

teori Mill tentang “Mental chemistry”, Mill berpendapat bahwa

penguraian kesatuan mental dalam elemen-elemen (dikenal dengan

Page 5: REFERAT JIWA-UJIAN

5

istilah reduction ad absurdum) adalah tidak mungkin karena elemen-

elemen itu setelah berpadu merupakan kesatuan yang berupa jiwa atau

mental mempunyai sifat tersendiri yang berbeda dari sifat elemen-elemen

lainnya. Pendapat John Stuart Mill mengenai komposisi mental ini

berbeda dengan ayahnya. James Mill mengatakan bahwa jiwa (mental)

merupakan komposisi atau susunan yang tidak terbatas dari elemen-

elemennya dan susunan itu dapat diuraikan ke dalam elemen-elemen

dasarnya. John Stuart Mill seperti ahli-ahli terdahulu juga banyak

mempelajari persepsi dan ide. Ia menerima pendapat dari para ahli

sebelumnya bahwa persepsi dan ide (idea) adalah elemen-elemen yang

sistematis dari jiwa. Pelbagai elemen itu saling dihubungkan satu dengan

yang lainnya melalui asosiasi. Sebagaimana ayahnya, J.S. Mill memulai

ajarannya dari penginderaan dan ide (sensation dan idea). Tapi

pandangannya berbeda dari ayahnya yaitu:

a. Penginderaan dan ide adalah dua hal yang bisa dibedakan dan

dipisahkan antara kedua itu, idelah yang sangat penting daripada

penginderaan.

b. Ada 3 hukum asosiasi yaitu :

Similaritas : persamaan dua hal menyebabkan asosiasi. Merupakan

suatu keadaan ketika asosiasi terjadi karena suatu hal mempunyai

persamaan dengan satu hal lainnya sehingga kedua hal itu saling

dihubungkan. Misal: ketika seseorang teringat akan ibu, secara

asosiatif, maka ia akan teringat juga pada ayah, karena baik ayah

maupun ibu adalah orang tua.

Kontiguitas : kelanjutan antara satu hal dengan hal yang lain yang

menimbulkan asosiasi. Merupakan hubungan asosiasi yang terjadi

karena suatu hal berdekatan dengan hal lainnya, baik dalam hal

pengertian ruang maupun waktu. Misal: jika seseorang melihat

meja ia akan teringat pada kursi, karena kedua benda itu biasanya

selalu berdekatan.

Page 6: REFERAT JIWA-UJIAN

6

Intensitas : kekuatan hubungan antara dua hal menimbulkan

asosiasi dan karena ragu, beliau mengganti istilah intensitas dengan

dua konsep lain yaitu insuperabilities dan frekuensi.

c. Ide gabungan (compound idea) bukan sekedar penjumlahan dari ide-

ide simple saja, melainkan punya sifat-sifat tersendiri yang lain dari

sifat masing-masing simple idea yang membentuk ide gabungan itu.

d. Dalam mengemukakan ajaran-ajarannya J.S. Mill lebih banyak

mendasarkan diri pada eksperimen-eksperimen daripada ayahnya yang

mendasarkan diri pada pemikiran-pemikiran yang abstrak teoritis saja.

e. John Stuart Mill menambahkan lagi dua prinsip yang mengatur

asosiasi, yaitu inseparability (tak terpisahkan) dan frequency

(keseringan). Contoh inseparability: jika melihat sebuah sepeda tanpa

roda, kita akan berasosiasi pada roda sepeda tersebut, karena sepeda

dan rodanya tidak terpisahkan. Contoh frequency: demikian juga jika

kita sering sekali melihat A berjalan bersama B. Kalau pada suatu

ketika kita melihat A berjalan sendirian, kita akan teringat secara

asosiatif pada B.1,4,6

2.3 Konsep Aliran Asosiasi

Para ahli di bidang ini menekankan pada prinsip asosiasi sebagai

mekanisme untuk mendapatkan pengalaman. Jadi isi dari mind adalah

pengalaman yang didapatkan melalui proses asosiasi terhadap rangsang

lingkungan. Pemikiran tentang asosiasi ini terutama berkembang di Inggris

dan awal bagi penekanan pada belajar dan memori. Konsep-konsep aliran

ini yakni sebagai berikut:

1. Penjelasan asosiasi berfokus pada penemuan hukum-hukum asosiasi,

seperti law of contiguity-informasi yang muncul bersamaan secara saling

sambung menyambung akan diasosiasikan menjadi satu pengetahuan

(Hartley, James Mill), law of similarity- informasi yang sama akan

dikaitkan, law of intensity-adanya kombinasi dari elemen dasar yang

membentuk sesuatu yang berbeda dari masing-masing elemennya (John

Page 7: REFERAT JIWA-UJIAN

7

S. Mills) . Pada intinya, penginderaan dan feelings dapat membentuk satu

keterkaitan dan masuk bersama ke dalam mind sebagai satu pengetahuan,

sehingga apabila salah satu muncul yang lain akan ikut dimunculkan.

2. Ide masuk melalui alat indra dan diasosiasikan berdasarkan prinsip-

prinsip tertentu seperti kemiripan, kontras, dan kedekatan.

3. Para ahli yang mengikuti aliran asosiasi berpendapat bahwa pada

hakekatnya perkembangan itu adalah proses asosiasi. Bagi para ahli yang

mengikuti aliran ini yang primer adalah bagian-bagian, bagian-bagian

ada lebih dulu, sedangkan keseluruhan ada kemudian. Bagian-bagian itu

terikat satu sama lain menjadi suatu keseluruhan oleh asosiasi. Jadi

misalnya bagaimana terbentuknya pengertian lonceng pada anak-anak,

mungkin akan diterangkan demikian: mungkin anak-anak itu mendengar

suara lonceng lalu memperoleh kesan pendengaran bagaimana tentang

lonceng; selanjutnya anak-anak itu melihat lonceng tersebut lalu

mendapat kesan penglihatan (mengenai warna dan bentuk); selanjutnya

mungkin anak itu mempunyai kesan rabaan jika sekiranya dia

mempunyai kesempatan untuk meraba lonceng tersebut. Jadi, gambaran

mengenai lonceng itu makin lama makin lengkap.

4. Salah satu ciri dari psikologi assosiasi adalah bersifat kausalitas, yang

berarti peristiwa-peristiwa dalam jiwa diterangkan dengan adanya

perangsang yang berasal dari luar. Manusia merupakan hanya makhluk

yang sama berkembang karena kebiasaan-kebiasaan dan pendidikan yang

dapa mempengaruhi sekehendak hatinya. Contohnya: Ada dua orang

anak kembar yang satu bernama Riko dan yang lain Roki. Karena kedua

orang tuanya telah bercerai maka, kedua anak kembar ini dibesarkan di

tempat yang berbeda. Anak pertama Riko ikut ayahnya, seorang pebisnis

yang kaya raya. Anak yang kedua Roki ikut ibunya, seorang petani

bawang di desanya. Dari latar belakang yang berbeda walau mereka

kembar, saat mereka berdua berkembang untuk menjadi manusia dewasa.

Kedua anak kembar Riko dan Roki ini akan sangat berbeda mulai cara

berpakaian, tingkah laku, dan kebiasaan-kebiasaannya. Anak pertama

Page 8: REFERAT JIWA-UJIAN

8

Riko, selalu berpakaian rapi, bersih, dan terlihat elegant dan terawat.

Selain itu memilki kebiasaan seperti remaja masa kini yaitu clabing,

pergi ke mal-mal, dan diskotik-diskotik. Sangat berbeda 180 derajat,

anak kedua Roki yang latar belakang ibunya yaitu petani. Dia lebih

terliha kotor, baju yang tidak layak pakai. Sedangkan kebiasaan

berpergian yang juga jauh berbeda dengan kakaknya Riko, lebih banyak

waktunya dipakai untuk menggarap sawah dan pergi ke masjid untuk

mengaji. Dari bagian-bagian atau unsur itu terjadi suatu proses

penggabungan. Dari berbagai faktor mereka kembar tetapi memiliki

karakteristik dan kebiasaan yang berbeda. Bahkan berbeda jauh, itu

semua menurut latar belakang dari orang tuanya dan lingkungan itu yang

membentuk.

5. Metode kerja yang dipakai adalah metode ilmu pengetahuan alam, yakni

analisis sintesis. Dengan cara menganalisa dan menyusun gejala-gejala

jiwa yang ada kepada arah yang sederhana hingga yang lebih pelik dari

unsur-unsur tersebut. Maksud dari analisis dan sintesis ialah gejala

perilaku yang tampak dianalisis untuk mendapatkan sintesis (simpulan)

dari asosiasi antar ide-ide apa yang terjadi.1,4,5

Jadi, asosiasi adalah proses mental yang dengannya suatu perasaan,

kesan atau gambaran ingatan cenderung untuk menimbulkan kesan atau

gambaran ingatan respon/konsep lain, yang memang sebelumnya berkaitan

dengannya.4,5,6

2.4 Gangguan Asosiasi

Faktor- faktor yang menentukan pola-pola dalam proses asosiasi

anatara lain :

a. Keadaan lingkungan pada saat itu

b. Kejadian-kejadian yang baru terjadi

c. Pelajaran dan pengalaman sebelumnya

d. Harapan- harapan dan kebiasaan seseorang

e. Kebutuhan dan riwayat emosionalnya.4,5

Page 9: REFERAT JIWA-UJIAN

9

Beberapa bentuk gangguan asosiasi :

1. Flight of ideas, ide yang saling menyusul dengan cepat tanpa arah

umum dan hubungan antar ide yang jelas. Keadaan ini ditandai

oleh distraktibilitas dan pressure of speech

2. Inkoherensi, ide yang berturutan diungkapkan tanpa urutan-urutan

yang logik dan ditandai dengan disorganisasi struktur kalimat

3. Word salad, bicara dengan kata, frasa, atau kalimat yang campur

aduk tidak beraturan sehingga tidak dapat dimengerti maksudnya

4. Neologisme, suatu kata baru yang dibuat dan hanya dapat dipahami

oleh penderita, bisa berupa kondensasi dari beberapa ide, namun

seringkali tidak diketahui asalnya. Bedakan dengan word

approximation, istilah pribadi, serta bahasa lain

5. Sirkumtansial, pikiran yang maju secara pelan karena melibatkan

detail kecil dan tidak perlu namun masih mencapai tujuan

6. Tangensial, pikiran yang maju secara pelan karena melibatkan

detail kecil dan tidak perlu namun tidak mampu mencapai

tujuannya

7. Terhalang (sperrung/blocking), terputusnya aliran pikiran secara

tiba-tiba sebelum mencapai tujuan

8. Terhambat (hemmung/inhibition), inisiasi dan majunya aliran

pikiran melambat dan ide yang dilontarkan sedikit. Dibutuhkan

rangsangan berulang untuk kembali mengalirkan pikiran induvidu

9. Perservasi, respon dari stimuli terdahulu yang menetap dan

berulang

10.Verbigerasi, pengulangan kata atau frasa spesifik yang tidak

relevan.2,7,8

2.5 Proses Pikir

Proses dimaksudkan sebagai cara dimana seseorang menyatukan

gagasan dan asosiasi, yaitu bentuk dimana seseorang berpikir. Proses atau

Page 10: REFERAT JIWA-UJIAN

10

bentuk pikiran mungkin logis dan koheren atau sama sekali tidak logis dan

bahkan tidak dapat dimengerti.3

Proses berpikir meliputi proses pertimbangan (judgement),

pemahaman (comprehension), ingatan serta penalaran (reasoning). Proses

berpikir yang normal mengandung arus ide, simbol dan asosiasi yang

terarah kepada tujuan dan yang dibangkitkan oleh suatu masalah atau tugas

dan yang menghantarkan kepada suatu penyelesaian yang berorientasi

kepada kenyataan.3

Berbagai macam faktor mempengaruhi proses berpikir itu, seperti

faktor somatik (gangguan otak, kelelahan), faktor psikologik (gangguan

emosi, psikosa) dan faktor sosial (kegaduhan dan keadaan sosial yang lain)

yang sangat mempengaruhi perhatian atau konsentrasi si individu.3

2.6 Gangguan Proses Pikir

Kita dapat membedakan tiga aspek proses berpikir, yaitu: bentuk

pikiran, arus pikiran dan isi pikiran, ditambah dengan pertimbangan.3

Gangguan proses pikir pada pasien skizofrenia berupa gangguan

bentuk pikiran, gangguan arus pikiran dan gangguan isi pikiran. Gangguan

bentuk pikiran yang paling sering ditemukan adalah pelonggaran asosiasi

dimana ide-ide berpindah dari satu subyek ke subyek lain yang sama sekali

tak ada hubungannya atau hubungannya tidak tepat (obliquely related

subject) seperti maksudnya tani dikatakan sawah. Gejala terpenting dari

gangguan arus pikiran adalah macet pikir (thought blocking). Rangkaian

pikiran dan pembicaraan terhenti pada suatu saat tertentu serta disambung

dengan buah pikiran kalimat yang lain yang tak ada hubungannya dengan

pikirannya terdahulu, seperti menyatakan “Dulu waktu hari, ya memang

matahari”. Gangguan utama isi pikiran ialah munculnya waham yang sering

kali majemuk, terpecah (fragmented) atau aneh (bizzare) dan yang jelas

tidak masuk akal.2,3,7

Page 11: REFERAT JIWA-UJIAN

11

A. Gangguan bentuk pikiran: dalam kategori ini termasuk semua

penyimpangan dari pemikiran rasional, logik dan terarah kepada

tujuan.

1. Autistik, pikiran yang dibuat dan hanya dimengerti oleh penderita

2. Dereistik, pikiran yang menyimpang dari logika, pengalaman, dan

fakta realitas

3. Simbolik, pikiran yang diungkapkan degnan menggunakan

perumpamaan

4. Paralogik, menyimpulkan kesamaan antara dua hal karena

persamaan objek

5. Simetrik, kecenderungan pikiran untuk menyamakan objek dan

subjek

6. Konkritisasi, hilangnya kemampuan berpikir abstrak

7. Overinklusif, terjadi ketidakmampuan induvidu untuk

mempertahankan batas-batas konseptual, dengan akibat unsur-

unsur atau hal-hal yang sangat jauh berhubungan atau sama sekali

irrelevan dimasukkan ke dalam konsep pikirannya.2,8

B. Gangguan arus pikiran: yaitu tentang cara dan lajunya proses asosiasi

dalam pemikiran, yang timbul dalam berbagai jenis:

1. Flight of ideas, ide yang saling menyusul dengan cepat tanpa arah

umum dan hubungan antar ide yang jelas. Keadaan ini ditandai

oleh distraktibilitas dan pressure of speech

2. Inkoherensi, ide yang berturutan diungkapkan tanpa urutan-urutan

yang logik dan ditandai dengan disorganisasi struktur kalimat

3. Word salad, bicara dengan kata, frasa, atau kalimat yang campur

aduk tidak beraturan sehingga tidak dapat dimengerti maksudnya

4. Neologisme, suatu kata baru yang dibuat dan hanya dapat dipahami

oleh penderita, bisa berupa kondensasi dari beberapa ide, namun

seringkali tidak diketahui asalnya. Bedakan dengan word

approximation, istilah pribadi, serta bahasa lain

Page 12: REFERAT JIWA-UJIAN

12

5. Sirkumtansial, pikiran yang maju secara pelan karena melibatkan

detail kecil dan tidak perlu namun masih mencapai tujuan

6. Tangensial, pikiran yang maju secara pelan karena melibatkan

detail kecil dan tidak perlu namun tidak mampu mencapai

tujuannya

7. Terhalang (sperrung/blocking), terputusnya aliran pikiran secara

tiba-tiba sebelum mencapai tujuan

8. Terhambat (hemmung/inhibition), inisiasi dan majunya aliran

pikiran melambat dan ide yang dilontarkan sedikit. Dibutuhkan

rangsangan berulang untuk kembali mengalirkan pikiran induvidu

9. Perservasi, respon dari stimuli terdahulu yang menetap dan

berulang

10.Verbigerasi, pengulangan kata atau frasa spesifik yang tidak

relevan.2,7,8

C. Gangguan isi pikiran: dapat terjadi baik pada isi pikiran non-verbal,

maupun pada isi pikiran yang diceriterakan, misalnya:

1. Pola sentral, topik atau ide yang menjadi pokok pemikiran induvidu

2. Preokupasi pikiran, ide atau pikiran yang kuat getaran perasaannya

dan cenderung mendominasi kesadaran, sehingga dapat

membutakan induvidu dari hal-hal di luar pikiran tersebut

3. Waham (delusion), keyakinan salah dan tidak terbantahkan dan

tidak sesuai dengan latar belakang induvidu. Seperti halnya

halusinasi, waham dapat disebutkan apakah sesuai dengan mood

(mood-congruent delusion) atau tidak (mood-incongruent

delusion). Waham dapat dideskripsikan berdasarkan rincian

berikut:

a. Menurut objek : allopsikik (bila objek waham merupakan orang

lain) dan autopsikik (bila objek waham merupakan dirinya

sendiri)

Page 13: REFERAT JIWA-UJIAN

13

b. Menurut sifat primer (bila tidak didahului gejala lain) dan

sekunder (bila didahului gejala lain); sistemik dan non-sistemik,

bizar dan non-bizar

c. Menurut isi: presekutorik, grandiosa, erotomania, cemburu, dan

sebagainya. Isi waham dapat berbagai macam, diantaranya

adalah :

Thought broadcasting, induvidu merasa bahwa pikirannya

tersiar dan diketahui oleh orang lain, bisa sampai ke belahan

dunia lain

Thought withdrawal, induvidu merasa bahwa pikirannya

diambil oleh orang atau kekuatan asing

Delusion of control, influence, passivity, induvidu merasa

bahwa pikirannya, perilakunya, perasaannya, dan

keinginannya dikendalikan oleh kekuatan asing

Delusional perception, induvidu merasakan hal yang tidak

mungkin dirasakan pada tubuhnya

4. Ide terfiksir (overvalued idea), pikiran-pikiran salah yang belum

sampai taraf waham dan masih bisa dibantah atau dikoreksi. Bisa

berupa kecurigaan, ide bunuh diri, idea of reference, ide kebesaran,

dan lain-lain

5. Fobia, rasa takut patologis yang persisten, irrasional, dan

berlebihan terkait dengan objek atau situasi tertentu, dan induvidu

tersebut dapat menyadari ketakutan tersebut tidak beralasan serta

tidak mampu menghilangkannya

6. Hipokondria, kekhawatiran berlebihan terhadap kondisi kesehatan

yang didasarkan pada interpretasi yang tidak realistik terhadap

tanda atau gejala fisik

7. Konfabulasi, tindakan/usaha pengisian kekosongan yang terdapat

atau terjadi dalam ingatan dengan hal-hal yang bersifat, atau

dengan pengalaman realita, yang tidak cocok dengan hal yang

ditemukannya sekarang

Page 14: REFERAT JIWA-UJIAN

14

8. Banyak sedikit isi pikiran

9. Perasaan inferior, perasaan rendah diri yang berlebihan/patologis

10.Perasaan berdosa/salah, perasaan berdosa dan bersalah yang

berlebihan

11.Rasa permusuhan/dendam, perasaan tidak suka/kebencian yang

nyata terhadap orang lain.2,8

D. Pemilikan pikiran

1. Obsesi, pikiran yang terus mendesak kesadaran dan tidak dapat

ditentang walaupun disadari ide tersebut tidak relevan/logis

sehingga menimbulkan kegelisahan yang nyata

a. Intellectual obsession, preokupasi pikiran metafisika

b. Contrast thought, terpikir kebalikan dari ucapannya, sehingga

menghambat aktivitas

c. Impulse obsession, keinginan memaksa

d. Obsessional image, bayangan yang terus ada

2. Alienasi (thought insertion), pikiran tidak dihayati sebagai milik

sendiri dan dianggap datang dari kekuatan luar tertentu.2,8

E. Gangguan pertimbangan :ada hubungannya dengan keadaan mental

yang menghindari kenyataan yang menyakitkan. Pertimbangan ialah

kemampuan mengevaluasi keadaan serta langkah yang dapat diambil,

alternatif yang dapat dipilih, atau kemampuan menarik kesimpulan

yang wajar berdasarkan pengalaman. Bila langkah atau kesimpulan

yang diambil itu sesuai dengan kenyataan seperti yang dinilai dengan

ukuran orang dewasa yang matang, maka pertimbangan itu utuh, baik

atau bermoral adanya. Sebaliknya jika langkah atau kesimpulan itu

tidak cocok dengan kenyataan, maka pertimbangan itu terganggu,

kurang baik atau abnormal adanya. Dalam pemilihan alternatif

mungkin juga orang itu sering keliru, bimbang atau tidak puas dengan

pilihannya. Gangguan ini dapat timbul dalam keadaan sebagai berikut:

Page 15: REFERAT JIWA-UJIAN

15

1. Dalam hubungan keluarga; dalam keluarga inti atau keluarga luas,

umpamanya tidak insaf bahwa tingkah-lakunya mengganggu

keluarganya

2. Dalam hubungan sosial lain: umpamanya merasa dirinya dirugikan

atau dihalang-halangi secara terus menerus

3. Dalam pekerjaan: misalnya harapan yang tidak realistik mengenai

pekerjaannya.

4. Dalam rancangan untuk hari kemudiannnya: pasien tidak

mempunyai rancangan apapun (atau bagaimanakah

pertimbangannya tentang rancangan yang ada padanya).7

Page 16: REFERAT JIWA-UJIAN

16

BAB III

SIMPULAN

Asosiasi adalah proses mental yang dengannya suatu perasaan, kesan atau

gambaran ingatan cenderung untuk menimbulkan kesan atau gambaran ingatan

respon/konsep lain, yang memang sebelumnya berkaitan dengannya. Asosiasi

merupakan mekanisme penggabungan satu ide dengan ide lainnya. James Mill

menyatakan kuat lemahnya asosiasi ditetapkan oleh tiga kriteria, yaitu ketetapan

(permanency), kepastian (certainty), dan fasilitas (facility). Sedangkan John Stuart

Mill menyatakan ada tiga hukum asosiasi, yaitu similaritas, kontiguitas, dan

intensitas, serta ditambah lagi dua prinsip yang mengatur asosiasi, yaitu

inseparability (tak terpisahkan) dan frequency (keseringan). Faktor-faktor yang

menentukan pola-pola dalam proses asosiasi antara lain : keadaan lingkungan

pada saat itu, kejadian-kejadian yang baru terjadi, pelajaran dan pengalaman

sebelumnya, harapan-harapan dan kebiasaan seseorang, serta kebutuhan dan

riwayat emosionalnya. Beberapa bentuk gangguan asosiasi seperti flight of ideas,

inkoherensi, word salad, neologisme, sirkumtansial, tangensial, terhalang

(sperrung), terhambat (hemmung), perservasi, dan verbigerasi.

Pikiran dibagi menjadi proses (atau bentuk) dan isi. Proses dimaksudkan

sebagai cara dimana seseorang menyatukan gagasan dan asosiasi, yaitu bentuk

dimana seseorang berpikir. Proses atau bentuk pikiran mungkin logis dan koheren

atau sama sekali tidak logis dan bahkan tidak dapat dimengerti. Isi pikiran

dimaksudkan pada apa yang sesungguhnya dipikirkan oleh seseorang : gagasan,

keyakinan, preokupasi, obsesi. Adanya gangguan asosiasi ini dapat menyebabkan

gangguan proses berpikir dimana seseorang tidak dapat menggabungkan berbagai

ide yang ada sehingga pikiran yang disampaikan akan inkoheren.

Page 17: REFERAT JIWA-UJIAN

17

DAFTAR PUSTAKA

1. Sobur, A. Psikologi Umum. Cetakan kedua. Bandung: Pustaka Setia; 2003.

2. Kaplan, HI., Benjamin JS., Jack AG. Sinopsis Psikiatri. Dalam : Widjaja K,

I Made WS., editor. Tanda dan Gejala Penyakit Psikiatri. Jakarta: Binarupa

Aksara, 2010; hal:466-81.

3. Bahar, E. Pengantar Psikiatri. Palembang: Bagian Psikiatri FK UNSRI,

1985; hal: 45-56.

4. Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa. Diunduh dari :

http://mi3nluph.blogspot.com/2009/10/penggolongan-diagnosis-gangguan-

jiwa.html tanggal 26 Juli 2012.

5. Andreasen, NC. Thought, language and communication disorders: I.

Clinical assessment, definition of terms, and evaluation of their reliability.

Archives of General Psychiatry. 1979; 36: 1315-1321.

6. Rule, A. Ordered thoughts on thought disorder. The Psychiatrist. 2005; 29:

462-464.

7. Bahar, E. Simptomatologi Psikiatri. Palembang : Bagian Psikiatri FK

UNSRI, 1985; hal: 11-33.

8. Buku Paduan Dokter Muda Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas

Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Dr. Ernaldi Bahar.

Palembang: Bagian Psikiatri FK UNSRI.