33
STATUS PSIKIATRI 1. IDENTITAS PASIEN Nama : D Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 37 tahun Agama : Islam Pendidikan : SMP Pekerjaan : Tidak bekerja Bangsa/suku : Indonesia/Jawa Alamat : Banguntapan, Bantul No. RM : 5380** Tanggal masuk rumah sakit : 23-08-2014 2. ALLOANAMNESIS Nama : Ny. Y Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 41 tahun Agama : Islam Pendidikan : SMP Pekerjaan : Ibu rumah tangga Bangsa/suku : Indonesia/Jawa Alamat : Banguntapan, Bantul Hubungan : Kakak ipar Lama kenal : Sejak pasien SD (±30 tahun) Sifat perkenalan : Dekat Tempat wawancara : Rumah kakak ipar

Ujian Jiwa Dv

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jiwa

Citation preview

Buku Panduan

Keterampilan Medik Blok Kesehatan Jiwa

STATUS PSIKIATRI

1. IDENTITAS PASIENNama

: DJenis Kelamin

: Laki-lakiUmur

: 37 tahunAgama

: IslamPendidikan

: SMPPekerjaan

: Tidak bekerjaBangsa/suku

: Indonesia/Jawa

Alamat

: Banguntapan, BantulNo. RM

: 5380**Tanggal masuk rumah sakit : 23-08-20142. ALLOANAMNESISNama

: Ny. Y

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 41 tahun

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Bangsa/suku

: Indonesia/Jawa

Alamat

: Banguntapan, Bantul

Hubungan

: Kakak ipar

Lama kenal

: Sejak pasien SD (30 tahun)Sifat perkenalan

: Dekat

Tempat wawancara: Rumah kakak ipar

2.1. Sebab Dibawa ke Rumah Sakit (Keluhan Utama)

Pasien datang ke rumah sakit karena obat habis dan ingin meminta obat. 2.2. Riwayat Perjalanan Penyakit (Riwayat Penyakit Sekarang)AlloanamnesisSekitar tahun 1990, orangtua pasien bercerai. Tidak ada keharmonisan dalam rumah tangga, orangtuanya sering berkelahi di depan pasien dan kakaknya. Lalu ayah dan ibu pasien berpisah. Pasien dan kakak-kakaknya ikut tinggal bersama ibunya. Setelah orangtuanya bercerai, pada tahun 1994 pasien jadi sering keluar rumah untuk mendaki gunung bersama teman-temannya dan sering menginap di rumah temannya sehingga tidak pulang ke rumah. Biasanya setelah pulang menginap dari rumah temannya, pasien selalu lebih banyak berdiam diri di kamar. Ibu dan kakak pasien tidak begitu memperhatikan mengapa pasien berperilaku demikian karena mereka mengira bahwa pasien mungkin lelah sehingga berdiam diri di kamarnya.Sejak awal tahun 1995, pasien mulai menunjukkan sikap yang mudah marah, mudah tersinggung, marah-marah tanpa alasan yang jelas, sering menendang-nendang pintu, melempar kaca rumahnya, membanting piring, berbicara kacau yang tidak dapat dimengerti oleh oranglain. Pasien tidak pernah terlihat berbicara sendiri. Kakak pasien pernah membawa dukun ke rumahnya agar disembuhkan, tapi itu hanya sementara dan kembali menunjukkan gejala seperti itu. Sehingga sekitar bulan Juni 1995, ibu pasien membawanya ke RSJ Puri Nirmala dan rawat inap selama 1 bulan. Setelah mendapat pengobatan dan perawatan di RSJ Puri Nirmala, pasien terkadang masih marah-marah dengan ibunya dan berbicara kacau tetapi sudah tidak pernah lagi merusak barang-barang di rumahnya. Setelah rawat inap pertama kali ini tidak minum obat rutin karena pasien tidak mau.Pasien kembali merusak barang-barang di rumahnya pada bulan Agustus 1995 dan ibu pasien membawanya ke RSJ Babarsari. Pasien rawat inap selama 2 minggu. Setelah rawat inap yang kedua kali, pasien tidak minum obat rutin lagi. Pasien terkadang masih marah-marah, berbicara kacau, dan sekali-kali melempar piring di rumahnya jika pasien marah tetapi masih bisa dikendalikan oleh ibunya.Saat tahun 1999, pasien masih terus marah-marah, merusak barang-barang di rumahnya dan sering marah dengan tetangga-tetangganya jika tidak memberi apa yang dia inginkan. Ibu pasien membawanya ke RSJ Grhasia dan rawat inap selama 2 minggu. Saat rawat inap, pasien sempat melarikan diri dari RS dan pulang ke rumahnya dengan berjalan kaki. Ibu pasien memberitahu RSJ Grhasia bahwa pasien pulang sendiri ke rumahnya. Lalu ibu pasien selalu memberi obat rutin selama 2 bulan, lalu berhenti lagi karena pasien tidak mau minum obat.Pada tahun 2001, pasien sering meminta rokok di warung-warung dekat rumahnya dan selalu mengamuk tetangganya jika tidak diberi rokok. Ibu pasien membawanya lagi ke RSJ Grhasia dan rawat inap. Setelah pulang ke rumah, pasien tidak berobat rutin lagi karena pasien tidak mau. Pasien sudah jarang sekali marah-marah dan berbicara kacau tetapi pasien mulai tidak peduli dengan penampilan dirinya seperti jarang mau mandi.Tahun 2009, pasien mulai jarang sekali bicara, banyak diam, tidak pernah keluar rumah dan sulit diberi pengarahan oleh ibunya, seperti ibu pasien yang menyuruhnya mandi tetapi pasien tidak mau mandi dan tetap diam di kamarnya walaupun pasien tidak marah. Pada tahun 2012, ibu pasien meninggal dan pasien dirawat oleh kakak pertama dan kakak iparnya. Tahun 2013, kakak pasien membawa pasien ke RSJ Grhasia karena pasien semakin banyak diam, tidak pernah mau bicara, selalu mengurung diri di kamar dan tidak mau merawat dirinya. Pasien rawat inap selama 2 minggu. Setelah keluar dari RS, pasien mulai berobat rutin setiap bulan dan mendapat pengobatan Risperidone 2mg, Clozapine 25mg dan Trihexyphenidil 2mg. Agustus 2014, obat pasien habis dan kakaknya membawanya ke RSUD Panembahan Senopati Bantul untuk melanjutkan obat dari RSJ Grhasia. Saat ini pasien juga masih tidak mau bicara walaupun ditanya, kadang-kadang mau merawat dirinya jika disuruh tetapi lebih sering menolak walaupun disuruh kakaknya. Sejak tahun 2012 kakak pasien membuatkan ruangan tersendiri yang dekat dengan rumahnya untuk tempat tinggal pasien sehari-hari. Sehingga walaupun terpisah tetapi setiap hari kakaknya selalu merawatnya (memberi makan, meminumkan obat dan terkadang memandikan).2.3. Anamnesis Sistem (Keluhan Fisik dan Dampak terhadap Fungsi Sosial dan Kemandirian) ( alloanamnesisSistem Saraf: demam (-)

Sistem Kardiovaskular: edem kaki (-)Sistem Respirasi: terlihat sesak nafas (-), batuk (-), pilek (-)

Sistem Digestiva:BAB normal, muntah (-), diare (-), sulit makan (-)Sistem Urogenital: BAK normal

Sistem Integumentum: warna biru pada kuku (-)Sistem Muskuloskeletal : edema (-), bengkak sendi (-), kelemahan otot (-).Secara organik dari alloanamnesis dengan kakak ipar pasien, pasien tidak terdapat kelainan pada sistem-sistem organ. Secara sosial, saat ini pasien tidak pernah bergaul dengan lingkungan sekitar dan hanya berada di ruangannya untuk makan, tidur, merokok dan menonton televisi. Pasien tidak dapat melakukan pekerjaan rumah yang berhubungan dengannya dan tidak dapat merawat dirinya, sehingga pasien terhambat dalam hal kemandirian.2.4. Grafik Perjalanan Penyakit Gejala Klinis

19951997199920012003200520072009201120132014 Fungsi peran2.5. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit dan Riwayat Penyakit Dahulu

2.5.1. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit

Faktor Organik

Panas, kejang, dan trauma fisik satu tahun sebelum mengalami gangguan disangkal oleh narasumber. Faktor Psikososial (Stressor Psikososial)Pasien mungkin mengalami gangguan kejiwaan tersebut karena adanya masalah pada keluarganya (perceraian orangtuanya). Faktor Predisposisi

Penyakit herediter disangkal oleh narasumber. Faktor PresipitasiDari penuturan alloanamnesis kakak ipar pasien, pasien mengalami kelainan setelah orangtuanya bercerai. Sejak saat itu pasien mulai memperlihatkan gejala-gejala seperti pasien yang lebih banyak diam di kamarnya dan jarang mau bersosialisasi dengan orang-orang sekitarnya.2.5.2. Riwayat Penyakit Dahulu ( alloanamnesis Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya Pasien pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Riwayat Sakit Berat/Opname Pernah dirawat di RSJ Puri Nirmala selama 1 bulan.Pernah dirawat di RSJ Babarsari selama 2 minggu.Pernah dirawat di RSJ Ghrasia sebanyak 3 kali, masing-masing selama 2 minggu.2.6. Riwayat Keluarga

2.6.1. Pola Asuh KeluargaAlloanamnesis

Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Keluarga memiliki pola asuh yang kurang baik. Orangtuanya memberikan pengawasan yang sangat longgar, selalu memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup dari orangtuanya. Pasien tidak pernah bercerita tentang masalahnya. Kakaknya mengatakan bahwa tidak ada perilaku keras atau kasar yang diberikan oleh keluarga kepada anak-anak termasuk pasien.2.6.2. Riwayat Penyakit KeluargaDari hasil alloanamnesis dengan kakak ipar pasien, masih belum jelas apakah ada yang memiliki kelainan serupa dengan pasien karena ibu pasien yang lebih mengetahuinya telah meninggal.2.6.3. Silsilah Keluarga

Keterangan:

: pasien2.7. Riwayat Pribadi

2.7.1. Riwayat Kelahiran Tidak ada informasi karena ibu pasien sudah meninggal.2.7.2. Latar Belakang Perkembangan Mental Menurut pengakuan dari kakak pasien, perkembangan mental pasien sejak kecil sama dengan teman-teman sebayanya yang berada di sekitar tempat tinggal mereka. Tetapi kemungkinan pasien tidak mengalami keterbelakangan mental masih belum jelas informasinya karena ibu pasien yang lebih mengetahuinya sudah meninggal. Sifat pasien sejak kecil adalah orang yang selalu tertutup, pendiam, tidak pernah mau bercerita tentang masalah pribadinya.2.7.3. Perkembangan Awal Kakak pasien tidak mengetahui bagaimana perkembangan awal dari pasien.2.7.4. Riwayat Pendidikan SD

: lulus dengan baik SMP: lulus dengan baik SMA: pasien masih sempat masuk SMA dan pasien berhenti sekolah sejak ada gangguan kejiwaan saat kelas 1 SMA. 2.7.5. Riwayat PekerjaanSemenjak kelas 1 SMA saat pasien mulai mengalami gangguan jiwa hingga saat ini, pasien tidak pernah bekerja. 2.7.6. Riwayat Perkembangan Psikoseksual Pasien belum pernah pacaran Pasien lebih sering bergaul dengan teman laki-lakinya2.7.7. Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual Agama Islam Tidak pernah menjalankan sholat dan mengaji2.7.8. Riwayat Perkawinan

Pasien belum pernah menikah.2.7.9. Riwayat Kehidupan Emosional (Riwayat Kepribadian Premorbid) Pendiam Cenderung tertutup Cuek atau acuh tak acuh Tidak mempunyai teman dekat2.7.10. Hubungan SosialMenurut penjelasan kakak iparnya, hubungan sosial pasien dengan teman-temannya pada saat di bangku sekolah baik. Hubungan dengan tetangga tempat tinggal pasien juga baik. Dulu sebelum sakit, pasien sering ikut acara-acara di kampungnya. Tetapi, setelah pasien sakit, pasien tidak pernah lagi bersosialisasi dengan teman-teman dan tetangganya, dan tidak pernah mengikuti acara-acara dikampungnya lagi.2.7.11. Kebiasaan Sejak kelas 3 SMP sejak orangtuanya bercerai, pasien mulai mencoba merokok dan terus berlanjut hingga saat ini, tetapi pasien tidak pernah minum alcohol dan jamu.2.7.12. Status Sosial EkonomiKeluarga pasien bisa dikatakan merupakan keluarga yang berkecukupan. Sumber penghidupannya didapat dari uang hasil kerja kakaknya yang bekerja sebagai koordinator keamanan di hotel. Penghasilan kakak pasien diperkirakan lebih tinggi dari Upah Minimum Kabupaten (UMK) Bantul. Rumah kakak pasien terdiri dari 2 kamar tidur, satu kamar mandi, satu ruang tamu, dan satu dapur serta ruang makan. Dinding terbuat dari tembok, lantai dari keramik, atap rumah dari genteng. Rumah tampak bersih tetapi kurang rapi. Pasien memiliki ruangan tersendiri yang dibuatkan di dekat rumah kakaknya. Ruangan pasien memiliki 1 tempat tidur, 1 kamar mandi dan 1 televisi. Dinding terbuat dari tembok, lantai dari semen, atap dari seng. Ruangan pasien tampak kotor tidak pernah dibersihkan dan acak-acakan.

2.7.13. Riwayat Khusus

Pengalaman militer (-)Urusan dengan polisi (-)2.8. Tingkat Kepercayaan AlloanamnesisAlloanamnesis : dapat dipercaya 2.9. Kesimpulan Alloanamnesis Laki-laki 37 tahun, pada tahun 1994 mulai memperlihatkan gejala-gejala seperti pasien lebih banyak diam di kamarnya dan jarang mau bersosialisasi dengan orang-orang sekitarnya. Pada tahun 1995 pasien mulai menunjukkan sikap yang mudah marah, mudah tersinggung, marah-marah tanpa alasan yang jelas, merusak barang-barang di rumahnya dan berbicara kacau. Pada tahun 2009, pasien mulai jarang sekali bicara, banyak diam, tidak pernah keluar rumah dan tidak mau merawat dirinya. Pasien rawat inap satu kali di RSJ Puri Nirmala, satu kali di RSJ Babarsari dan tiga kali di RSJ Grhasia.

Pasien tidak berobat rutin sejak tahun 1995-2012. Pasien mulai berobat rutin sejak tahun 2013. Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak kelas 3 SMP.

Pasien tidak terdapat kelainan pada sistem-sistem organ.

Terdapat stressor psikososial yaitu karena perceraian orangtuanya. Pasien saat ini tinggal bersama kakaknya. Pasien bisa dikatakan memiliki ekonomi yang cukup.

Pasien memiliki pola asuh keluarga yang permisif. Pasien pendiam, acuh tak acuh dan cenderung tertutup. Pasien belum pernah bekerja. Pasien belum menikah.

Pasien tidak pernah menjalankan kegiatan moral spiritual (sholat & mengaji).3. PEMERIKSAAN FISIK 3.1. Status Pemeriksaan Fisik3.1.1. Status Internus

Tanggal Pemeriksaan: 26 Agustus 2014 Keadaan Umum: Compos Mentis

Bentuk Badan: tidak ditemukan kelainan Berat Badan: tidak dilakukan pengukuran Tinggi Badan: tidak dilakukan pengukuran Tanda Vital

Tekanan Darah: 120/90 mmHg Nadi

: 92 x/menit Respirasi

: 18 x/menit Suhu

: 36,6 C Kepala Inspeksi wajah : tidak ditemukan adanya kelainan Mata : conjunctiva anemis (-), sklera ikterik (-)

Leher Inspeksi : leher tampak bersih JVP

: tidak dilakukan pemeriksaan Thorax

Sistem Kardiovaskuler: S1 S2 reguler Sistem Respirasi: wheezing (-), RBK (-), vesikuler (+) Abdomen

Sistem Gastrointestinal : bising usus (+) Sistem Urogenital: tidak dilakukan pemeriksaan Ekstremitas

Sistem Muskuloskeletal : tidak ditemukan kelainan Sistem Integumentum : tidak ditemukan kelainanKesan Status Internus: Dalam batas normal, meskipun ada beberapa pemeriksaan tidak dilakukan karena tidak tersedianya tempat dan alat untuk pemeriksaan.3.1.2. Status Neurologis

Kepala dan Leher: Dalam batas normal Tanda Meningeal: tidak dilakukan Kekuatan Motorik: Dalam batas normal Sensibilitas: tidak dilakukan Refleks Fisiologis: tidak dilakukan Refleks Patologis: Hoffman-Tromner (-) Gerakan Abnormal: tidak ada Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi Gerakan: tidak adaKesan Status Neurologis: pemeriksaan yang dilakukan dalam batas normal.3.1.3. Hasil Pemeriksaan Penunjang EKG: tidak dilakukan pemeriksaan. EEG : tidak dilakukan pemeriksaan. CT Scan: tidak dilakukan pemeriksaan. Foto Rontgen: tidak dilakukan pemeriksaan. LAB darah: tidak dilakukan pemeriksaan.3.2. Status PsikiatriTanggal Pemeriksaan: 26 Agustus 20143.2.1. Kesan Umum Laki-laki 37 tahun sesuai umur, tampak sakit jiwa, kooperatif, rawat diri jelek dan diam saja.NoStatus PsikiatriHasilKeterangan

1.Kesadaran Kuantitatif: GCS E4V5M6 Kualitatif : Compos mentisPasien sadar penuh

2.Orientasi Orang: tidak dapat dinilai Waktu: tidak dapat dinilai

Tempat: tidak dapat dinilai

Situasi: tidak dapat dinilaiPasien hanya diam saat ditanya oleh pemeriksa

3.Sikap/tingkah lakuKooperatifPasien mau saat diajak bersalaman

4.Penampilan/rawat diriJelekPasien jarang sekali mau mandi walaupun disuruh oleh kakaknya ataupun dimandikan. Pasien memakai kaos dalam keadaan terbalik, rambut tidak rapi dan terlihat agak kotor.

5.MoodAnhedoniaHilangnya minat dan menarik diri dari semua aktivitas rutin & menyenangkan.

6.AfekTumpulKeadaan perasaan emosional yang terbatas

7.Pikiran Bentuk pikir: tidak dapat dinilai

Progresi pikir: mutisme

Isi pikir: tidak dapat dinilaiPasien hanya diam saat ditanya oleh pemeriksa.Tidak bersuara tanpa kelainan structural.

8.Hubungan jiwaKurang baikKurang mudah dibina hubungannya dengan pemeriksa

9.PerhatianMudah ditarik, tidak dapat dicantumPasien memperhatikan pemeriksa saat ditanya tetapi pasien tidak mau menjawab

10.Persepsi Halusinasi: tidak dapat dinilai

Ilusi: tidak dapat dinilaiPasien hanya diam saat ditanya oleh pemeriksa

11.InsightDerajat 1Penyangkalan penyakit sama sekali

3.2.2. Gangguan Intelegensi Sesuai Umur / PendidikanTidak bisa dinilai karena pasien mutisme.3.3. Hasil Pemeriksaan Psikologis3.3.1. KepribadianIntrovert 3.3.2. IQTidak dapat dilakukan tes3.3.3. Lain-LainTidak ada4. RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA PENDERITA

4.1. Tanda-Tanda (Sign)a. Penampilan

Pasien tampak sakit jiwa, kooperatif, pakaian terlihat agak kotor dan dipakai dalam keadaan terbalik, dan pasien hanya diam.b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Cara berjalan biasa, gerakan tubuh biasa, pasien tidak bersuara tanpa adanya kelainan structural (mutisme).c. Pembicaraan (kuantitas, kecepatan produksi bicara, kualitas)

Tidak dapat dinilai karena pasien tidak mau bersuara.4.2. Gejala (Simtom)a. Halusinasi dan ilusi tidak dapat dinilai.b. Bentuk pikir dan isi pikir tidak dapat dinilai.c. Progresi pikir: mutisme.d. Mudah ditarik, tidak dapat dicantum.e. Orientasi orang, waktu, tempat dan situasi tidak dapat dinilai.f. Mood anhedonia.

g. Afek tumpul.4.3. Kumpulan Gejala (Sindrom)Berikut ini merupakan kumpulan gejala yang diperoleh dari alloanamnesis dan pemeriksaan status mental pasien:- Arus pikiran yang terputus yang berakibat inkoherensi (pembicaraan kacau) atau pembicaraan yang tidak relevan yang berlangsung bertahun-tahun.-Adanya gejala-gejala negative seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang bahkan tidak mau berbicara, respon emosional yang menumpulyang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial.- Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari berbagai aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri dan penarikan diri dari sosial.

Kumpulan gejala ini merupakan syarat seseorang menderita skizofrenia menurut PPDGJ III.5. DIAGNOSIS BANDING- F20.5 Skizofrenia residual- F20.4 Depresi pasca-skizofrenia6. PEMBAHASANPedoman menurut DSM IVDSM-IV mempunyai kriteria diagnosis resmi dari American Psychiatric Association untuk skizofrenia. Kriteria diagnosis skizofrenia menurut DSM-IV adalah: a) Gejala karakteristik: dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati dengan berhasil):

1. Waham

2. Halusinasi

3. Bicara terdisorganisasi (misalnya, sering menyimpang atau inkoheren)

4. Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas

5. Gejala negatif, yaitu, pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan (avolition)

Catatan: hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengkomentari perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling bercakap satu sama lainnya.

b) Disfungsi sosial atau pekerjaan: untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset gangguan, satu atau lebih fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri, adalah jelas di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja, kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan).

c) Durasi: tanda gangguan menetap terus-menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan. Periode 6 bulan ini harus termasuk sekurangnya 1 bulan gejala (atau kurang jika diobati dengan berhasil) yang memenuhi kriteria A (yaitu, gejala fase aktif) dan mungkin termasuk periode gejala prodormal atau residual. Selama periode prodormal atau residual, tanda gangguan mungkin dimanifestasikan hanya oleh gejala negatif atau dua atau lebih gejala yang dituliskan dalam kriteria A dalam bentuk yang diperlemah (misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak lazim).

d) Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan mood: Gangguan skizoafektif dan gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan karena:

1. Tidak ada episode depresif berat, manik, atau campuran yang telah terjadi bersama-sama dengan gejala fase aktif; atau

2. Jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya adalah relatif singkat dibanhdingkan durasi periode aktif dan residual.

e) Penyingkiran zat/kondisi medis umum: Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang salah digunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.

f) Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif: jika terdapat riwayat adanya gangguan autistik atau gangguan perkembangan pervasif lainnya, diagnosis tambahan skizofrenia dibuat hanya jika waham atau halusinasi yang menonjol juga ditemukan untuk sekurangnya 1 bulan (atau kurang jika diobati secara berhasil).

Pedoman menurut PPDGJ III

Dalam PPDGJ III dijelaskan bahwa untuk menegakkan diagnosis skizofrenia harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau jelas).1. Salah satu dari:

thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau

thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan

thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;

2. Salah satu dari:

delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau

delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya : secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);

delusional perception : pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;3. Halusinasi auditorik:

Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau

Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau

Jenis suara halusinasi lain yang berasala dari salah satu bagian tubuh

4. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain). Atau paling sedikit dua gejala ini yang harus selalu ada secara jelas:

5. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus;

6. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;

7. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;

8. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodormal); Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatau, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial. Menurut saya pasien ini menderita skizofrenia residual, karena : Pasien memiliki gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol seperti aktivitas pasien yang menurun, afek yang menumpul, sikap pasif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk (ekspresi muka), perawatan diri pasien buruk, dan kinerja sosial yang buruk. Pasien pernah mengalami gejala psikotik pada masa lampau yang memenuhi criteria untuk diagnosis skizofrenia. Berbicara kacau pasien sudah sangat berkurang dan telah timbul gejala negatif dari skizofrenia. Tidak terdapat penyakit atau gangguan organic lain dan tidak terdapat depresi kronis.Diagnosa skizofrenia residual digunakan pada pasien yang telah sembuh dari gejala yang menonjol seperti delusi, halusinasi atau perilaku yang terdisorganisasi tapi masih memperlihatkan bukti yang ringan akan adanya proses berjalannya penyakit seperti afek datar atau kurangnya komunikasi. Adapun cara penegakan diagnosa menurut DSM-IV sebagai berikut:

a. Tidak adanya waham, halusinasi, bicara terdisorganisasi, dan perilaku katatonik terdisorganisasi atau katatonik yang menonjol.

b. Terdapat terus bukti-bukti gangguan seperti yang ditunjukkan oleh adanya gejala negatif atau dua atau lebih gejala yang tertulis dalam kriteria A untuk skizofrenia, ditemukan dalam bentuk yang lebih lemah (misalnya keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak lazim).Selain itu, PPDGJ-III memberikan pedoman diagnostik untuk skizofrenia residual yakni harus memenuhi semua kriteria dibawah ini untuk suatu diagnosis yang meyakinkan:

a. Gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk.

b. Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia.c. Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia.d. Tidak terdapat demensia atau penyakit gangguan otak organik lain, depresi kronis, atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut.Diagnosis Banding

F20.4 Depresi pasca-skizofreniaPedoman diagnostik berdasarkan PPDGJ-III adalah : Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :

1. Pasien telah menderita skizofrenia (memenuhi kriteria umum skizofrenia) selama 12 bulan terakhir.

2. Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi gambaran klinisnya), dan3. Gejala-gejala depresif menonjol dan mengganggu, memenuhi sedikitnya kriteria untuk episode depresf dan telah ada paling sedikit dua minggu. Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia, diagnosis menjadi Episode Depresif (F32.-). Bila gejala skizofrenia masih jelas dan menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai (F20.0-F20.3).Episode Depresif

Gejala utama

Afek depresif

Kehilangan minat dan kegembiraan

Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah ( rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja ) dan menurunnya aktifitas. Gejala lainnya

Konsentrasi dan perhatian berkurang

Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

Tidur terganggu

Nafsu makan berkurang

Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.7. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium, EKG, EEG, CT Scan)Tidak perlu dilakukan karena pasien tidak menunjukkan gejala-gejala patologik pada organ.

8. DIAGNOSISAKSIS I (Gangguan jiwa, kondisi yang menjadi fokus perhatian)

F20.5 Skizofrenia Residual AKSIS II (Gangguan kepribadian, retardasi mental)

F60.1 Gangguan Kepribadian SkizoidAKSIS III (Kondisi Medik Umum)

Tidak adaAKSIS IV (Stressor Psikososial)

Masalah dengan primary support group (keluarga)AKSIS V (Fungsi Sosial)

GAF 40-31 Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi9. RENCANA TERAPI/PENATALAKSANAANFarmakoterapiRisperidone 2 x 2 mgPsikoterapi

Terapi keluarga

Peran keluarga dalam perawatan pasien skizofrenia, memberikan pendidikan dan informasi tentang skizofrenia pada keluarga pasien (misalkan tanda-tanda awal dari kekambuhan, peran pengobatan, dan efek samping obat yang diberikan). Terapi ini juga untuk mencegah munculnya ekspresi emosi yang meningkat dari pasien. Terapi kelompokTerapi kelompok biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial dan meningkatkan rasa persatuan. Pasien dengan gejala negative, meskipun mereka tampak tidak berpartisipasi aktif tapi biasanya mereka tetap mendengarkan.10. PROGNOSIS FAKTOR PREMORBIDIndikatorPada PasienPrognosis

1. Faktor kepribadian

2. Faktor genetik

3. Pola asuh

4. Faktor organik

5. Dukungan keluarga

6. Sosioekonomi

7. Faktor pencetus

8. Status perkawinan

9. Kegiatan spiritualSkizoidTidak ada

PermisifTidak ada

Ada

Ekonomi cukupAdaBelum menikahBurukJelekBaik

JelekBaik

Baik

BaikBaikJelekJelek

FAKTOR MORBID10. Onset usia

11. Perjalanan penyakit

12. Jenis penyakit13. Respon terhadap terapi

14. Riwayat disiplin minum obat

15. Riwayat disiplin kontrol

16. Riwayat peningkatan gejala

17. BeraktivitasRemajaKronikSkizofreniaBaik

BurukBurukIyaMenurun Jelek

JelekJelek

Baik

JelekJelekJelekJelek

Kesimpulan prognosis: Dubia ad malam

11. RENCANA FOLLOW UPMemantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta efektivitas obat, dan kemungkinan munculnya efek samping dari terapi yang diberikan.

Memastikan pasien mendapat psikoterapi keluarga dan kelompok.UJIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

Disusun Untuk Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul

Diajukan kepada :

dr. Vista Nurasti Pradanita, Sp.KJ., M.KesCo-ass :Devi Suryandari20090310142

SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA

RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2014Mental Health Line

62

Fakultas Kedokteran UII