32
STATUS UJIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam Mengikuti Ujian Program Pendidikan Profesi Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang Penguji : Dr. H. Wildan, Sp. KJ Diajukan oleh : Merses Varia Dewi 2004 031 0118

Status Ujian Jiwa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Status Ujian Jiwa

STATUS UJIAN

ILMU KEDOKTERAN JIWA

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam Mengikuti Ujian Program Pendidikan Profesi Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

Penguji :

Dr. H. Wildan, Sp. KJ

Diajukan oleh :

Merses Varia Dewi2004 031 0118

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTARSJ PROF. DR. SOEROJO MAGELANG

2009

Page 2: Status Ujian Jiwa

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Sdr. H

Usia : 22 Tahun

Tempat tanggal lahir : Temanggung, 1987

Jenis Kelamin : Pria

Status Pernikahan : Belum menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Suku Bangsa : Jawa

Alamat : Bumen, Candisari Bansari Temanggung

Tanggal Masuk : 5 Desember 2009

Tanggal Pemeriksaan : 9 Desember 2009

No RM : 038636

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Anamnesa diperoleh secara autoanamnesa pada tanggal 9 Desember 2009.

Alloanamnesa tanggal 9 Desember 2009.

Keterangan Alloanamnesa I II

Nama Ny. N Tn. S

Umur 41 th 43 th

Agama Islam Islam

Hubungan dengan pasien Ibu pasien Tetangga pasien

Sifat perkenalan Akrab Akrab

Pekerjaan Petani Petani

Pendidikan terakhir Tamat SMP Tamat SMP

Alamat Bumen, Candisari Bansari

Temanggung

Bumen, Candisari Bansari

Temanggung

Page 3: Status Ujian Jiwa

III. KELUHAN UTAMA

Pasien dibawa oleh keluarga ke RSJ karena mengamuk.

IV. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

Pasien adalah seorang pemuda yang tidak memiliki pekerjaan. Ia biasa membantu

orang tuanya di sawah. Pada tahun 2006 pasien terlibat pertengkaran dengan seorang

tetangga. Masalah ini dimulai ketika pasien bertemu dengan seorang tetangga di sebuah

warung, pasien menyapa si tetangga tersebut dan mereka pun akhirnya berbincang-bincang,

namun ketika bicara tentang sawah dan hasil panen, tiba-tiba si tetangga menjadi marah dan

pergi meninggalkan pasien. Menurut pasien dan keluarganya, tetangganya yang kaya ini

merasa iri dengan hasil panen keluarga pasien yang cukup berlimpah pada pertengahan tahun

2006 tersebut. Pasien juga mengatakan si tetangga merasa iri karena pasien mempunyai

kekuatan gaib yaitu dapat mengobati orang yang terkena santet dan dapat menghidupkan

orang yang sudah meninggal.

Beberapa bulan setelah kejadian itu pasien mulai menampakkan perubahan, ia

menjadi sering marah dan mengamuk, keluarga pasien mengatakan ia seperti kerasukan.

Pasien juga kerap membanting barang-barang rumah tangga. Keluarga juga sempat beberapa

kali memergoki pasien berbicara dan tertawa sendiri. Pasien dan keluarga menganggap hal

ini terjadi karena pasien disantet oleh tetangga tersebut. Keluarga memutuskan untuk

membawa pasien berobat kepada seorang mantri di daerah Ngadirejo, Temanggung. Dan

oleh sang mantri, keluarga disarankan untuk memeriksakan pasien ke psikiater.

Tahun 2007 pasien dibawa ke orang pintar oleh keluarganya, keadaan pasien sempat

tenang untuk beberapa bulan, namun kemudian kembali sering mengamuk lagi. Pasien juga

Page 4: Status Ujian Jiwa

jadi sering mengurung diri di kamar dan nafsu makannya berkurang. Pasien mengaku sering

melihat bayangan-bayangan 7 orang wali yang selalu mendampinginya, dan wali-wali

tersebut selalu membisikkan nasehat kepadanya agar jangan membenci si tetangga tersebut.

Pasien juga mengatakan bahwa dia sering mencium bau wangi bunga-bunga yang berasal

dari para wali tersebut.

Awal 2009 ibu pasien menyarankan pasien untuk mencari kerja, pasien akhirnya

bekerja di daerah prambanan sebagai buruh, namun hanya bertahan selama 5 hari karena

pasien tidak betah kerja di sana. Pasien mengatakan kerjanya terlalu berat dan porsi makan

yang diberikan tidak cukup. Sejak berhenti bekerja pasien masih sering mengamuk dan

membanting barang-barang hingga pada bulan Agustus 2009 keluarga pasien membawanya

ke RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang. Oleh dokter yang memeriksa pasien dianjurkan untuk

rawat inap, tapi karena pasien tidak mau maka dokter tersebut memberikan beberapa macam

obat kepada pasien, baik pasien maupun keluarga pasien lupa nama obat-obat tersebut.

Di rumah pasien tidak rutin meminum obatnya, dan semakin hari keluarga merasa

keadaan pasien semakin mengkhawatirkan. Akhirnya pada 5 Desember 2009, keluarga

pasien membawa pasien ke RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang dan oleh dokter jaga pasien

dirawat-inapkan.

V. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA

1. Psikiatri

Ini adalah gangguan pertama yang dialami oleh pasien, namun 4 bulan yang lalu

pasien pernah berobat di RSJ Magelang, namun tidak ada perbaikan karena pasien

tidak rutin meminum obat.

Page 5: Status Ujian Jiwa

2. Medis Umum

Riwayat trauma kepala/jatuh (-)

Riwayat kejang (-)

Riwayat demam tinggi (-)

Penyakit-penyakit metabolik (-)

3. Penyalahgunaan NAPZA

Pasien mengatakan bahwa ia merokok, namun tidak minum minuman keras ataupun

mengkonsumsi obat-obatan lain. Keluarga pasien juga mengakui hal yang sama.

VI. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Pasien merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara. Selama hamil, ibu pasien

mengatakan tidak ada masalah. Pasien lahir di rumah, cukup bulan, ditolong oleh seorang

dukun, tidak ada penyulit dalam persalinan. Berat badan dan tinggi badan waktu lahir

tidak diketahui. Pasien merupakan anak yang diinginkan dan keluarga merasa bahagia

atas kelahirannya.

2. Masa kanak-kanak awal (0-3 tahun)

Pertumbuhan:

Tinggi badan pasien saat masa kanak-kanak bila dibandingkan dengan anak lain

seusianya tidak berbeda jauh.

Berat badan pasien saat masa kanak-kanak bila dibandingkan dengan anak lain

seusianya tidak berbeda jauh.

Perkembangan:

Page 6: Status Ujian Jiwa

Kognisi dibanding anak lain seusianya: normal.

Afeksi dibanding anak lain seusianya: normal.

Sosialisasi dibanding anak lain seusianya: cukup.

Psikomotor dibanding anak lain seusianya: cukup.

Komunikasi dibanding anak lain seusianya: cukup.

Pasien diasuh oleh orangtuanya, pasien dekat dengan kedua orangtuanya. Pasien tinggal

serumah dengan orangtuanya di Bansari, Temanggung.

3. Masa toddler (Usia 3-5 Tahun)

Pasien diasuh oleh kedua orangtuanya. Pasien tidak pernah diajari toilet training secara

khusus. Pasien lupa sudah tidak mengompol lagi sejak kapan. Pasien merupakan anak

yang cukup aktif dan mudah akrab dengan orang lain.

4. Masa anak-anak (5-12 tahun)

Pasien masuk SD pada usia 5 tahun, saat pertama kali masuk sekolah tidak perlu

ditunggu. Pasien merasa senang jika akan berangkat sekolah. Pasien bisa bermain

bersama teman-temannya dengan baik, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan

tempat tinggalnya. Pasien mengatakan sering membolos bersama teman-temannya dan

jarang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Pada kelas 4 SD pasien tinggal kelas

dan tidak mau melanjutkan sekolah lagi meskipun sudah dibujuk oleh orangtuanya.

5. Masa anak remaja (12-18 tahun)

Pendidikan

Pasien tidak bersekolah.

Riwayat keagamaan

Pasien beragama Islam. Kegiatan beribadah cukup.

Page 7: Status Ujian Jiwa

Aktivitas sosial

Pasien menggunakan waktu senggangnya untuk berkumpul bersama keluarga dan

teman-temannya. Pasien sering bermain bersama teman-temannya dan terkadang

pasien menginap di rumah temannya.

Riwayat psikoseksual

Pasien sejak kecil mengenakan pakaian laki-laki dan berperilaku seperti laki-laki.

Tidak pernah ada penyimpangan seksual yang dilakukan oleh pasien.

Kepribadian premorbid

Pasien termasuk orang yang manja dan dimanjakan oleh orang tuanya, pasien

cenderung sering menuntut untuk dibelikan barang-barang oleh orang tuanya. Bila

menginginkan sesuatu biasanya pasien langsung meminta kepada orangtuanya dan

marah jika tidak keinginannya tidak terpenuhi. Pasien adalah orang yang senang

bergaul dengan sekitarnya.

6. Masa dewasa (18 tahun-sekarang)

Pasien sehari-hari tidak memiliki rutinitas khusus, kadang-kadang dia membantu

orangtuanya di sawah, kadang-kadang hanya di rumah saja atau pergi bersama

teman-temannya. Saat berusia 21 tahun pasien pernah bekerja sebagai buruh di

daerah Prambanan, namun hanya bertahan lima hari karena pasien tidak betah

dengan pekerjaan yang dianggapnya terlalu berat itu.

Riwayat keagamaan

Page 8: Status Ujian Jiwa

Pasien beragama Islam. Kegiatan beribadah cukup namun sejak menunjukkan

gejala gangguan jiwa tepatnya sejak 3 tahun yang lalu pasien tidak pernah shalat

lagi.

Aktivitas sosial

Pasien menggunakan waktu senggangnya untuk berkumpul bersama keluarga dan

teman-temannya. Hubungan dengan keluarga cukup baik, orang tuanya sangat

menyayangi pasien. Hubungan dengan tetangga juga cukup baik. Pasien tidak

bekerja. Pada awal tahun 2009 pasien bekerja sebagai buruh di Prambanan namun

kemudian berhenti karena tidak betah.

Riwayat psikoseksual

Pasien sejak kecil mengenakan pakaian laki-laki dan berperilaku seperti laki-laki.

Pasien pernah beberapa kali berpacaran namun belum pernah mengenalkan

pacarnya secara khusus kepada keluarga.

Kepribadian sekarang:

Pasien sekarang adalah orang yang suka marah dan mengamuk jika ada sesuatu

yang tidak menyenangkan hatinya.

VII. GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT

A

C

B

E

MENTAL

PERAN

D

Page 9: Status Ujian Jiwa

Keterangan:

A : Keadaan premorbid pasien

B : Tahun 2006, pasien terlibat pertengkaran dengan seorang tetangga

C : Tahun 2007, pasien mulai menunjukkan gejala gangguan jiwa seperti sering marah,

mengamuk, merusak barang rumah tangga, mengurung diri di kamar, bicara dan

tertawa sendiri, dan nafsu makan berkurang.

D : Agustus 2009, pasien dibawa keluarganya ke poliklinik RSJ Magelang, disarankan

untuk dirawat inap namun pasien dan keluarga menolak. Oleh dokter pasien diberikan

beberapa obat namun di rumah pasien tidak meminumnya secara rutin.

E : 5 Desember 2009, tindakan pasien makin tak terkontrol dan dirasa sangat mengganggu,

keluarga membawa pasien ke RSJ Magelang dan pasien pun dirawat-inapkan.

VIII. RIWAYAT PSIKOSOSIAL

1. Kepribadian Premorbid

Pasien sering bermain dengan anak-anak seusianya, memiliki banyak teman. Pasien

merupakan anak yang mudah bergaul. Kehidupan masa kanak-kanak pasien seperti

halnya anak-anak lainnya, bermain dan belajar. Orangtua pasien membesarkan pasien

dengan kasih sayang, dan tidak pernah memberi hukuman yang menyakitkan pasien.

Jika pasien melakukan kesalahan maka orang tua akan menegur dan menasehatinya,

orang tua tidak pernah memukul pasien karena kesalahannya. Pasien merupakan anak

Page 10: Status Ujian Jiwa

yang cukup aktif dan terkesan manja, menurut orang tua pasien cukup sering minta

dibelikan barang seperti motor, handphone hingga mobil dan apabila keinginannya

tidak terpenuhi pasien akan marah dan pergi meninggalkan rumah bersama teman-

temannya. Pasien adalah anak bungsu dan merasa bahwa dirinya adalah anak

kesayangan orang tuanya. Pasien merupakan orang yang kurang senang bekerja

sehingga aktivitasnya hanyalah berdiam diri di rumah atau pergi bersama teman-

temannya.

2. Faktor Keluarga

Pasien dan keluarga menyangkal adanya anggota keluarga yang pernah mengalami

gejala serupa dengan pasien.

3. Faktor Lingkungan

Pada awalnya sosialisasi dengan tetangga cukup baik, namun sejak pasien terlibat

suatu masalah dengan seorang tetangga pada tahun 2006, pasien lebih sering diam di

rumah dan kurang bergaul dengan tetangga-tetangganya seperti dulu.

4. Faktor Sosial Ekonomi

Pasien berasal dari keluarga berkecukupan, ayah dan ibu bekerja sebagai petani.

Untuk makan sehari-hari tidak ada kesulitan.

IX. RIWAYAT KELUARGA

1. Pola Asuh

Pasien merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Pasien tinggal di rumah bersama

ayah, ibu dan kakak laki-lakinya. Keluarga pasien yang lain masih tinggal satu

kampung, sehingga masih sering bersilaturahmi. Hubungan pasien dengan

Page 11: Status Ujian Jiwa

keluarganya cukup akrab, belum pernah ada masalah serius antar anggota keluarga.

Pola asuh dalam keluarga baik, tidak ada diskriminasi ataupun pilih kasih.

2. Silsilah Keluarga

Pasien merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Tidak ada anggota keluarga lain

yang menderita gangguan jiwa seperti pasien.

3. Genogram

X. PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Internis

Keadaan Umum : baik

Kesadaran : compos mentis

Keterangan :

= wanita, = laki-laki, = pasien, = tinggal serumah

Page 12: Status Ujian Jiwa

Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Nadi : 92x/menit

Suhu : 36,4° C

Kepala :

Mata : Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-), Pupil kanan dan kiri Isokor

Bibir : bibir kering (-)

Lidah : tidak kotor

Leher : Deviasi trakea (-), struma (-), JVP tidak meningkat

Dada;

Paru-paru : Simetris, suara nafas vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)

Jantung : Ictus cordis tidak nampak, S1-S2 reguler

Abdomen : Supel, Hepar dan Lien tidak teraba, bising usus (+) normal.

Ekstremitas :

Lengan atas Lengan Bawah TanganKanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan + + + + + + Kekuatan 5 5 5 5 5 5 Tonus + (N) + (N) + (N) + (N) + (N) + (N)

Tungkai atas Tungkai Bawah KakiKanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan + + + + + + Kekuatan 5 5 5 5 5 5 Tonus + (N) + (N) + (N) + (N) + (N) + (N)

B. Status Neurologis

1. Nervus Cranial I – XII : kesan normal

Meningeal sign : negatif

Page 13: Status Ujian Jiwa

Gejala peningkatan TIK : negatif

2. Motorik: tonus otot normal, koordinasi gerak baik, reflex fisiologis (+), refleks

patologis (-)

C. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium Darah Rutin

- WBC : 13,5 x 103 (H) - MCV : 87,0- LYM : 3,1 x 103 - MCH : 26,5 (L)- MID : 1,6 x 103 (H) - MCHC : 30,5 (L)- GRA : 8,8 x 103 (H) - RDW-CV : 13,0 %- LYM % : 23,1 % - RDW-SD : 34,2 (L)- MID % : 12,1 % (H) - PLT : 282 x 103

- GRA % : 4,8 % - MPV : 9,7 fl- HB : 14,1 g/dl - PDW : 14,4 % (L)- RBC : 5,32 x 106 - PCT : 0,231- HCT : 39,8 % - LED 1 jam : 11 mm/jam

- LED 2 jam : 29 mm/jam

XI. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

Pemeriksaan status mental dilakukan tanggal 9 Desember 2009 (hari ke-empat di UPI P).

A. Deskripsi Umum

1) Penampilan

Tampak laki-laki, sesuai umur, kontak mata cukup, perawatan diri baik, status gizi baik.

2) Kesadaran

Compos mentis

3) Perilaku dan aktivitas psikomotor

Normoaktif

4) Pembicaraan

Pembicaraan cukup, menjawab spontan dengan volume suara yang cukup.

Page 14: Status Ujian Jiwa

5) Sikap terhadap pemeriksa

Kooperatif

B. Keadaan afektif (mood), perasaan, ekspresi afektif (hidup emosi) serta empati

1. Mood

Eutimik

2. Ekspresi afektif

Normal

3. Roman muka

Mimik cukup

4. Keserasian

Serasi

5. Empati

Baik

C. Fungsi intelektual (cognitive)

1. Taraf pendidikan, pengetahuan dan kecerdasan

Kelas 4 SD tinggal kelas dan tidak melanjutkan lagi

2. Daya konsentrasi

Cukup

3. Orientasi

- Waktu : cukup

- Tempat : cukup

Page 15: Status Ujian Jiwa

- Orang : cukup

- Situasi : cukup

4. Daya ingat

- Segera : cukup

- Jangka pendek : cukup

- Jangka panjang : cukup

- Akibat hendaya ingat (impairment) : tidak ada

5. Pikiran abstrak

Cukup

6. Bakat kreatif

Pasien mengaku pandai bermain gitar

7. Kemampuan menolong diri sendiri

Cukup

D. Gangguan persepsi

1. Halusinasi dan ilusi

- Halusinasi visual : ada

- Halusinasi auditorik : ada

- Halusinasi olfaktori : ada

- Halusinasi taktil : tidak ada

- Ilusi : tidak ada

2. Depersonalisasi dan derealisasi

Page 16: Status Ujian Jiwa

a. Depersonalisasi : tidak ada

b. Derealisasi : tidak ada

E. Proses pikir

1. Arus pikiran

- Produktivitas : ide pikir cukup

- Kontinuitas : spontan, relevan

- Hendaya berbahasa : tidak ada

2. Isi pikiran

- Preokupasi : ingin punya mobil dan ingin kaya

- Obsesi : jadi orang kaya

- Gangguan pikiran :

o Waham Bizare:

Tought broadcasting (siar pikir) : tidak ada

Tought insertion (sisip pikir) : tidak ada

Tought withdrawl (kendali pikir) : tidak ada

Tought echo : ada

o Waham magic mistik : ada

o Waham Non Bizare:

o Waham curiga : ada

o Waham kebesaran : ada

o Waham kejar : tidak ada

o Waham cemburu : tidak ada

Page 17: Status Ujian Jiwa

o Waham dosa/bersalah : tidak ada

o Waham somatik : tidak ada

o Waham tak berguna : tidak ada

3. Bentuk pikir

Non realistik

F. Pengendalian Impuls

Pasien dapat mengendalikan diri saat pemeriksaan

G. Daya Nilai

- Norma sosial : pasien lebih senang menyendiri di dalam kamar. Pasien

tidak mau bersosialisasi dengan tetangganya.

- Uji daya nilai : tidak terganggu

- Penilaian realitas : derealistik (-), depersonalisasi (-)

H. Persepsi (tanggapan) pasien tentang diri dan kehidupannya

Pasien ingin punya mobil dan ingin kaya

I. Tilikan (insight)

Derajat 2 (agak menyadari bahwa mereka adalah sakit dan membutuhkan bantuan tetapi

dalam waktu yang bersamaan menyangkal penyakitnya).

J. Taraf dapat dipercaya

Dapat dipercaya.

XII. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Pasien laki-laki usia 22 tahun, suku Jawa, beragama Islam, anak bungsu dari tiga bersaudara,

belum menikah, pendidikan terakhir kelas 4 SD, tinggal serumah dengan ayah, ibu dan kakak

Page 18: Status Ujian Jiwa

laki-lakinya. Terlibat pertengkaran dengan seorang tetangga pada tahun 2006, pasien dan

keluarga pasien mengatakan perkelahian tersebut terjadi karena si tetangga merasa iri karena

hasil panen keluarga pasien lebih banyak dari hasil panen tetangga tersebut, dan si tetangga juga

iri dengan kemampuan gaib . Pasien dibawa ke klinik dengan keluhan mengamuk dan merusak

barang rumah tangga. Pasien mengaku sering melihat bayangan-bayangan 7 orang wali yang

selalu mendampinginya, dan wali-wali tersebut selalu membisikkan nasehat kepadanya agar

jangan membenci si tetangga tersebut. Pasien juga mengatakan bahwa dia sering mencium bau

wangi bunga-bunga yang berasal dari para wali tersebut. Hal ini sudah berlangsung kurang lebih

2 tahun.

Gejala yang didapat:

a. Keadaan afektif

Mood : eutimik

b. Proses pikir

- Arus pikir:

Produktivitas : cukup ide

Kontinuitas : spontan, relevan

- Isi pikir

Waham curiga : ada

Waham kebesaran : ada

Waham bersalah : tidak ada

Waham tidak berguna : tidak ada

c. Gangguan persepsi

Halusinasi : visual (ada), olfaktori (ada), auditorik (ada)

Page 19: Status Ujian Jiwa

Ilusi : tidak ada

d. Insight : derajat 2

XIII. SINDROM YANG DIDAPAT

Saat dilakukan pemeriksaan pada tanggal 9 Desember 2009

1. Sindrom Skizofren

Halusinasi visual

Halusinasi auditorik

Halusinasi olfaktori

Thought echo

Waham magic mistik

Waham curiga

Waham kebesaran

2. Sindrom paranoid

Halusinasi visual

Halusinasi auditorik

Halusinasi olfaktori

Waham curiga

Waham kebesaran

XIV. DIAGNOSIS BANDING

1. Skizofren Paranoid (F20.0)

2. Skizofrenia tak terinci (F20.3)

Page 20: Status Ujian Jiwa

XV. DIAGNOSIS KERJA

Aksis I : Skizofrenia Paranoid (F20.0)

Aksis II : Gangguan kepribadian paranoid

Aksis III : Tidak ada

Aksis IV : Masalah hubungan sosial dan obsesi berlebih

Aksis V : 60 – 51 : gejala sedang, disabilitas sedang.

XVI. PEMBAHASAN

A. Skizofrenia Paranoid (F20.0)

No. Kriteria Diagnosis Pada Pasien

1. Memiliki kriteria umum diagnosis skizofrenia Terpenuhi

2. Sebagai tambahan:

a. Halusinasi dan atau waham harus menonjol;

Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau

memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa

bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling),

mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing).

Terpenuhi

Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau

bersifat seksual , atau lain-lain perasaan tubuh,

halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.

Terpenuhi

Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi

waham dikendalikan (delusion of control),

dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity

Terpenuhi

Page 21: Status Ujian Jiwa

(delussion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar

yang beraneka ragam, adalah yang paling khas; 

b. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan

pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif

tidak nyata / tidak menonjol.

Terpenuhi

B. Skizofrenia Tak Terinci (F20.3)

No. Kriteria Diagnosis Pada Pasien

1. Memenuhi kriteria umum untuk diagnosa skizofrenia Terpenuhi

2. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid,

hebefrenik, katatonik

Tidak terpenuhi

3. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual

atau depresi pasca skiszofrenia

Terpenuhi

XVII. PENATALAKSANAAN

Psikofarmaka

Antipsikosis tipikal : Haloperidol 2 x 5 mg

Psikoterapi

Terapi Supportif

1. Bantu problem solving : pasien dibimbing untuk menceritakan tentang

kehidupannya dengan membangun rasa percaya terhadap orang lain (terapis) serta

mengungkapkan segala permasalahan yang membuatnya merasa seperti disantet.

2. Persuasi : Menerangkan secara masuk akal tentang gejala-gejala penyakitnya yang

timbul sebagai akibat cara berpikir, perasaan, dan sikapnya terhadap permasalahan

Page 22: Status Ujian Jiwa

yanng dihadapinya. Terapis berusaha membangun, mengubah dan menguatkan

impuls tertentu serta membebaskannya dari impuls yang menganggu sacara masuk

akal dan sesuai hati nurani.

3. Sugesti : menanamkan kepercayaan kepada pasien bahwa gejala-gejalanya akan

hilang

4. Terapi Relaksasi : meditasi, yoga, mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha

Esa.

Terapi keluarga

Sebaiknya dilakukan pendekatan pada keluarga tentang kondisi dan hal-hal yang menjadi

penyebab permasalahan yang dihadapi pasien. Keluarga juga diberikan penjelasan seputar

penyakit pasien dan bagaimana sebaiknya sikap keluarga sebagai orang-orang terdekat.

Keluarga diharapkan memberikan dukungan serta meluangkan waktu untuk membantu

menyelesaikan masalah.

XVII. PROGNOSIS

No. KRITERIA BAIK BURUK

PREMORBID

1. Pola asuh keluarga : kurang baik +

2. Riwayat prenatal dan perinatal : cukup +

3. Faktor kepribadian premorbid : paranoid +

4. Sosial ekonomi pendidikan keluarga : cukup +

5. Faktor organik: tidak ada +

6. Faktor pencetus: ada +

7. Riwayat penyakit keluarga : tidak ada +

Page 23: Status Ujian Jiwa

MORBID

1. Onset : usia muda +

2. Perjalanan penyakit : kronik +

3. Jenis penyakit : gangguan jiwa psikotik +

4. Gejala klinis yang menonjol: waham dan

halusinasi

+

5. Respon terapi : sulit minum obat +

6. Riwayat percobaan bunuh diri +

Kesimpulan prognosis: dubia at malam