Upload
wenny-ria-rumanga
View
35
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
psikiatri
Citation preview
Status Ujian
SEORANG PASIEN DENGAN DIAGNOSIS AGORAFOBIA
Oleh :
Menthari Hartati Mokodongan
14014101249
Masa KKM : 3 Agustus – 30 Agustus 2015
Pembimbing:
Dr. Ch. C. Elim, M.Repro, Sp.And, FIAS
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2015
i
LEMBAR PENGESAHAN
Status Ujian Dengan Judul :
Seorang Pasien Dengan Diagnosis
Agorafobia
Telah dikoreksi dan dibacakan pada tanggal
Pembimbing
Dr. Ch. C. Elim, M.Repro, Sp.And, FIAS
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
LAPORAN KASUS ................................................................................ 1
I. Identitas ....................................................................................... 1
II. Riwayat Psikiatrik ....................................................................... 1
III. Riwayat Kehidupan Pribadi ........................................................ 3
IV. Pemeriksaan Status Mental ......................................................... 8
V. Pemeriksaan diagnostik lebih lanjut ........................................... 11
VI. Ikhtisar Penemuan Bermakna .................................................... 12
VII. Formulasi Diagnostik ................................................................ 13
VIII. Diagnosis Multiaksial ................................................................ 14
IX. Problem ..................................................................................... 14
X. Terapi 14
XI. Prognosis ................................................................................. 15
XII. Anjuran ................................................................................. 15
XIII. Diskusi ..................................................................................... 16
XIV. Wawancara Psikiatri ................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 24
LAMPIRAN .......................................................................................... 25
iii
LAPORAN STATUS UJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SS
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat tanggal lahir : Remboken, 12 September 1964
Status Perkawinan : Menikah
Jumlah anak : 2 ( dua )
Pendidikan terakhir : SMA ( Tamat )
Pekerjaan : IRT
Suku / bangsa : Minahasa / Indonesia
Agama : Kristen protestan
Alamat sekarang : Perum Kilu Paniki, Paniki 1, Lingkungan II
Cara MRS : Pasien datang dengan suami
Tanggal pemeriksaan : 20 Agustus 2015
Tempat pemeriksaan : Poliklinik Jiwa RSJ. Prof. dr. V. L.
Ratumbuysang Manado
Nomor telepon : 081356******
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Riwayat psikiatri diperoleh pada tanggal 20 Agustus 2015, di Poliklinik
Jiwa RSJ. Prof. dr. V. L. Ratumbuysang Manado.
Autoanamnesis dengan pasien
A. Keluhan Utama
Pasien sering merasa cemas, gampang lelah, rasa takut, dan keringat
dingin sejak kurang lebih 5 tahun yang lalu.
1
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien merasa cemas, cepat lelah, rasa takut, dan keringat dingin sejak
kurang lebih 5 tahun yang lalu. Awalnya keluhan timbul saat tekanan darah
pasien meningkat dan mengalami perasaan cemas terhadap penyakit yang
dideritanya. Semenjak itu pasien mulai merasakan cemas, gampang lelah, dan
keringat malam sampai sulit untuk bernapas. Pasien sering mencemaskan
kesehatan pasien dan berpikir bahwa dia menderita penyakit-penyakit tertentu,
yang dapat membahayakan dirinya. Tetapi, setelah melakukan pemeriksaan darah
lengkap ( Pemeriksaan Laboratorium ), ditemukan tidak ada kelainan pada
pemeriksaan darah lengkap.
Pasien juga merasa gampang lelah saat pasien sedang beraktivitas maupun
tidak beraktivas. Seperti saat berjalan, melakukan pekerjaan rumah ataupun
pasien hanya duduk dan tiduran Pasien juga merasa seperti lumpuh pada seluruh
badan saat rasa lelah datang dan rasa mati pada saat rasa cemas menyerang
pasien. Pasien ingin melakukan aktivitas seperti bekerja, tetapi kondisi pasien
tidak memungkinkan untuk melakukan aktivitas tersebut karena gampang
merasakan kelelahan.
Pasien juga sering merasa takut disertai keringat dingin saat berada di
tempat yang ramai atau bepergian sendirian. Saat berada pada situasi tersebut,
pasien ingin bergegas untuk pulang ke rumah dan mencoba menghindari
keadaan yang membuatnya merasakan takut. Pada saat di tinggal suaminya
sendiri di rumah untuk pergi bekerja, pasien mengalami rasa takut dan langsung
menelepon suaminya untuk segera pulang dan menemaninya di rumah. Oleh
karena itu, suami pasien berhenti dari pekerjaan sebelumnya dan mencari
pekerjaan yang dekat dengan rumah mereka agar bisa dekat dengan istrinya saat
istrinya mengalami serangan rasa takut.
Mendengar bisikan dan melihat hal-hal yang tidak wajar disangkal oleh
pasien. Pasien tidak ada pikiran untuk bunuh diri. Nafsu makan pasien cukup
baik dan mengurus diri baik. Pasien tidur bersama suaminya di kamar milik
pasien. BAK dan BAB biasa.
Saat ini kondisi pasien sudah mulai mengalami perbaikan dan perubahan
setelah dilakukan terapi dan rajin minum obat dari dokter. Rasa cemas dan takut
2
yang pasien alami sekitar 5 tahun yang lalu, sudah berangsur-angsur berkurang.
Pasien sekarang sudah bisa sedikit demi sedikit melatih diri untuk melakukan
aktifitas, berada di tempat ramai ataupun ditinggal oleh suaminya untuk pergi
bekerja.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat gangguan psikiatri
Pasien sebelumnya sudah pernah berobat ke dokter umum karena memiliki
tekanan darah tinggi dan sering nyeri pada bagian lambung. Keluhan di
rasakan pada saat pasien sedang memikirkan penyakitnya.
2. Riwayat gangguan medis umum
Pasien tidak pernah mengalami cedera atau trauma.
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif
Pasien tidak pernah menggunakan obat-obatan selain yang
diberikan dokter. Pasien tidak merokok dan tidak minum minuman
beralkohol.
III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
A. Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pasien
memiliki 1 kakak laki-laki dan 1 adik laki-laki. Orang tua pasien
menyayangi pasien. Selama masa kehamilan, kondisi kesehatan fisik ibu
pasien cukup baik. Pasien lahir secara normal di rumah orang tua pasien di
Rombuken.
B. Stadium Perkembangan Psikoseksual
Pada stadium oral ( usia 0 – 18 bulan ) menurut ibu pasien, saat
lapar dan haus pasien menangis kencang dan segera mungkin di beri ASI.
Setelah diberi ASI, penderita kembali tenang dan tertidur.
Pada stadium anal ( usia 1 – 3 ) tahun, pada usia 1 tahun : pasien mulai
belajar berjalan, berbicara, dan makan. Pasien mulai belajar
menggenggam barang-barang yang kecil, dan mulai belajar bicara
3
mengucapkan kata-kata. Pasien di asuh oleh kedua orang tuanya. Pasien
menangis saat ibunya bepergian. Saat ibu pasien bepergian atau bekerja,
pasien diasuh oleh neneknya dan sewaktu-waktu di asuh oleh saudara
dekat ibunya. Pasien tidak memiliki penyakit psikiatri atau medis. Pada
usia 1,5 tahun pasien sedikit-sedikit sudah bisa berjalan, sudah mulai bisa
membentuk sebuah kalimat pendek. Pada usia 3 tahun, pasien sudah bisa
bermain, dan mengenal kata-kata lebih banyak. Belajar untuk BAB sendiri
di toilet.
Pada stadium uretral ( Transisional ), pasien diajarkan BAK
ditoilet, dan dapat pergi sendiri ke toilet saat ingin BAK. Pada sebelumnya
pasien suka mengompol di tempat tidur atau di celana menurut ibu pasien.
Pada stadium falik, pasien berjenis kelamin perempuan, saat kecil
pasien cukup dekat dengan ibu dan ayahnya. Pada stadium ini juga pasien
mengetahui identitasnya sebagai perempuan dan diajarkan untuk
berpakaian layaknya perempuan.
Pada stadium latensi ( usia 5 – 6 tahun sampai 11 – 13 tahun ),
pasien merasa senang bermain dengan teman sebayanya di sekolah
ataupun di lingkungan sekitar rumah pasien. Pasien sudah mulai belajar
mandiri untuk mengerjakan sesuatu, seperti mengerjakan tugas yang
diberikan pada pasien. Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran
hukum.
C. Stadium Siklus Kehidupan ( Erik Erikson )
Pada stadium kepercayaan dasar lawan ketidakpercayaan dasar
( usia 0 – 12 bulan ), pada saat lapar pasien akan menangis dan setelah itu
langsung diberikan ASI dan tenang kembali. Saat di tinggal ibunya
bepergian ataupun bekerja, pasien menangis kemudian ditenangkan
kembali. Saat bepergian pasien di asuh oleh neneknya dan sewaktu-waktu
oleh saudara dekat ibunya. Pada usia 8 bulan, menurut ibu pasien, pasien
sudah mulai belajar merangkak dan bisa berjalan pada usia sekitar 12
bulan.
Pada stadium otonomi lawan rasa malu dan ragu ( usia 1 – 3
tahun ), pasien kadang dilarang untuk melakukan sesuatu, seperti jalan-
jalan dengan temannya, sedikit merasa malu jika bertemu dengan orang
4
yang baru di kenalnya. Mulai bisa makan sendiri dan mulai berbicara
sedikit kata-kata seperti papa, mama. Pasien sudah mulai diajarkan BAB
dan BAK di toilet.
1. Usia 0 – 18 bulan
Pasien lahir secara normal di rumah, lahir normal, lahir cukup
bulan, tidak kuning dan tidak biru. Saat pasien merasa lapar dan haus
pasien menangis kencang, kemudian langsung di berikan ASI dan kembali
tenang. Pasien belajar merangkak pada usia 8 bulan dan mulai bisa
berjalan pada usia sekitar 12 bulan.
2. Usia 1 – 3 tahun
Pasien kadang dilarang untuk melakukan sesuatu hal seperti jalan-
jalan dengan temannya, sedikit pemalu pada orang yang baru dikenal
pasien. Pasien mulai bisa makan minum sendiri. Pasien juga mulai di
ajarkan latihan untuk menggunakan toilet.
Pada stadium inisiatif lawan rasa bersalah ( usia 3 – 5 tahun ),
inisiatif untuk belajar pasien kadang kala ada. Saat disuruh belajar oleh
ibunya, pasien akan belajar. Pasien juga sering merasa kesal saat di marahi
jika membuat kesalahan namun pasien tidak membantah dan hanya duduk
diam saja. Kadang-kadang pasien juga sering membantu ibunya.
Pada stadium industri lawan inferioritas ( usia 6 – 11 tahun ),
pasien memiliki nilai di kelas yang cukup baik. Pasien tamat Sekolah
Dasar selama 6 tahun. Pada masa ini juga pasien tidak memiliki hal yang
memalukan sehingga teman-temannya tidak mengejeknya semasa kecil.
Kadang-kadang pasien keluar dengan teman-temannya, tetapi lebih
nyaman berada di rumah. Pasien termasuk aktif dalam kegiatan di luar
sekolah, seperti menyanyi, bermain pimpong, dan voli. Disekolah pasien
menyukai pelajaran matematika dan sejarah. Pasien memiliki nilai yang
cukup baik. Saat di tinggalkan di sekolah pasien merasa cukup nyaman.
Pada stadium identitas lawan difusi peran ( 11 tahun sampai akhir
masa remaja ), penampilan pasien sesekali sering mengikuti artis yang
diidolakannya. Senang bermain dengan kakak dan adik laki-lakinya.
Pasien juga sering bermain dengan teman-teman yang ada di dekat
rumahnya. Pasien sering menceritakan pengalamannya disekolah ataupun
5
masalahnya pada ibu atau teman yang pasien percayakan. Pasien tidak
pernah terlibat dalam masalah yang berarti di sekolah. Pada masa ini,
pasien sudah mulai tertarik dengan lawan jenisnya, prestasi ketika SMP
tidak berbeda jauh dengan wakti di SD. Pasien memiliki prestasi yang
cukup baik dan bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Pasien lulus SD
selam 6 tahun kemudian melanjutkan ke tingkat SMP selama 3 tahun.
Setelah tamat di SMP, pasien melanjutkan ke jenjang SMA. Prestasi
pasien waktu SMA juga cukup baik. Pasien tidak pernah tertinggal kelas.
Pasien pernah mengikuti perlombaan atau kejuaran seperti, menyanyi, dan
voli.
Pada stadium keintiman lawan isolasi ( usia 21 – 40 tahun ), pasien
memilki hubungan yang harmonis dengan keluarganya, pasien sudah
menikah dan memiliki keluarga yang harmonis walaupun kadang-kadang
bertengkar karena masalah rumah tangga. Pasien sering berinteraksi
dengan teman-temannya.
D. Riwayat Masa Dewasa
1. Riwayat Pendidikan
Sejak SD pasien selalu naik kelas dan lulus tepat waktu. Pasien
masuk SD saat umur 6 tahun dan merupakan siswa yang cukup baik.
Setelah tamat SD, pasien melanjutkan ke SMP dan melewati masa
remajanya di SMP dengan biasa saja, dan dengan prestasi biasa-biasa saja.
Selanjutnya pasien meneruskan ke jenjang SMA, dan pasien
menyelesaikan dalam jangka waktu 3 tahun.
2. Riwayat Pekerjaan
Pasien merupakan ibu rumah tangga dan memiliki usaha salon
yang berada di rumahnya.
3. Riwayat Psikoseksual
Orientasi seksual pasien adalah lawan jenisnya yang sebaya. Pasien
sudah menikah dan memiliki 3 orang anak, 1 perempuan tetapi sudah
meninggal saat umur 14 tahun, 2 orang laki-laki yang berumur 16 tahun.
4. Riwayat perkawinan
6
Pasien sudah pernah menikah 2 kali. Pernikahan pertama pasien
hanya bertahan selama 3 tahun karena masalah yang sudah tidak bisa
dipertahankan lagi. Pada pernikahan pertama, melahirkan 1 anak
perempuan tetapi sudah meninggal pada umur 14 tahun. Pasien menikah
kembali dengan suami keduanya pada tahun 1999 dan melahirkan anak
kembar laki-laki yang sekarang berumur 16 tahun.
5. Kehidupan beragama
Pasien menganut agama Kristen Protestan dan pasien rajin
mengikuti ibadah.
6. Riwayat kehidupan sosial
Hubungan pasien dan keluarga harmonis dan hubungan pasien
dengan tetangga cukup baik. Pasien sering berinteraksi dengan tetangga di
sekitar rumahnya. Pasien juga aktif dalam kegiatan gereja.
7. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien tidak pernah terlibat dalam masalah hukum
8. Situasi kehidupan sekarang
Pasien tinggal di rumah permanen dengan suami, ibu, dan anaknya.
Bentuk rumah pasien cukup luas. Terdiri dari 3 kamar, 1 ruang tamu dan
ruang keluarga, 1 kamar mandi, dan dapur. Pasien menggunakan air dari
PAM dan listrik dari PLN.
Denah Rumah
7
Dapur
Ruang keluarga
Ruang tamu
Kamar tidur
Kamar tidur
Kamar tidur
WC
9. Riwayat keluarga
Pasien merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara, pasien termasuk
golongan keluarga dengan finansial yang cukup. Hubungan dengan orang
tua termasuk baik, serta hubungan dengan tetangga pasien juga baik waktu
semasa kecil hingga dewasa. Pasien merupakan anak yang kadang-kadang
suka keluar dengan teman-temannya. Pasien juga mendapatkan kasih
sayang yang cukup dari kedua orang tuanya.
SILSILAH KELUARGA / GENOGRAM
Keterangan :
: Laki-laki : Telah meninggal
: Perempuan
: Pasien
Faktor herediter : tidak ada
10. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien ingin segera sembuh dan hilang rasa cemas dan takutnya
sehingga dapat melalui hari-harinya dengan baik.
11. Persepsi keluarga terhadap pasien
Keluarga pasien sangat mendukung penuh kesembuhan dari pasien.
8
12. Persepsi pasien terhadap keluarga
Selama ini keluarga selalu mendukungnya untuk sembuh.
IV. PEMERIKSAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien adalah seorang perempuan sesuai usianya, berkulit sawo
matang, penampilan rapi.
2. Kesadaran
Compos mentis
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Selama wawancara, pasien duduk dengan tenang. Pasien merespon
dengan baik saat di ucapkan salam. Pasien tidak menghindari kontak mata
dan perhatian pasien tidak mudah terpengaruh oleh sekitar.
4. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kooperatif pada saat menjawab setiap pertanyaan.
B. Mood dan Afek
1. Mood : Eutimik
2. Afek : Luas
3. Kesesuaian : Sesuai afek
C. Pembicaraan
1. Kualitas : Volume sedang, intonasi jelas, artikulasi
jelas
2. Kuantitas : Selama wawancara pasien menyimak
pertanyaan dan menjawab dengan jawaban yang cukup tepat.
3. Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa
D. Gangguan Persepsi
Halusinasi ( - )
E. Pikiran
1. Arus pikiran : Koheren
9
2. Isi pikiran : Waham ( - ), Obsesi ( - ), Kompulsi ( - ),
Fobia ( + )
F. Kesadaran dan Kognitif
1. Taraf Kesadaran dan Kesiagaan
Compos mentis. Pasien dapat mengarahkan, mempertahankan, dan
mengalihkan dan semusatkan perhatiannya.
2. Orientasi
Orientasi waktu : baik, pasien mengetahui waktu pada saat
pemeriksaan
Orientasi tempat : baik, pasien mengetahui dimana rumah dan
rumah sakit
Orientasi orang : baik, pasien dapat mengenali keluarganya,
perawat, dan dokter yang mewawancarainya.
3. Daya Ingat
Daya ingat jagka panjang : baik, pasien dapat menceritakan masa
kecilnya dengan baik .
Daya ingat jangka sedang : secara umum baik
Daya ingat jangka pendek : baik, pasien dapat mengingat apa yang
ia kerjakan dari tidur semalam, bangun pagi sampai wawancara
berlangsung
Daya ingat segera : baik, dapat mengingat kembali beberapa nama
benda yang disebutkan pemeriksa beberapa waktu sebelumnya.
4. Konsentrasi dan Perhatian
Baik. Ketika wawancara berlangsung pasien dapat memusatkan
perhatiannya terhadap pertanyaan pemriksa. Pasien juga melakukan seven
serial test tanpa salah.
5. Kemampuan Membaca dan Menulis
Baik. Pasien dapat membaca dan menulis dengan jelas.
6. Kemampuan Visuospatial
Baik. Pasien dapat menggambarkan lingkaran, persegi dengan jelas.
7. Intelegensi dan Daya Informasi
Baik. Semua pertanyaan dijawab dengan baik.
G. Penilaian Realitas
10
Pasien merasa bahwa masalah yang datang padanya tidak kunjung
selesai.
H. Tilikan
Tilikan derajat 5 ( Pemahaman tentang menyadari penyakitnya dan
faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakitnya namun tidak
menerapkan dalam perilaku praktisnya ).
I. Taraf dapat dipercaya
Penjelasan pasien dapat dipercaya.
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A.Status Interna
1. Keadaan umum : tampak sehat
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda vital : T: 130/90mmHg, N: 80x/m, R: 20x/m, SB:36,80C
4. Kepala : conj.anemis +/+, sklera ikterik -/-
5. Thoraks : C: SI-II regular, bising (-).
P: sp.vesikuler, Rh-/-, Wh -/-
6. Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal
7. Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
B. Status Neurologi
1. GCS : E4M6V5
2. TRM : Tidak ada
3. Mata : gerakan normal, pupil bulat, isokor
4. Pemeriksaan nervus kranialis
a. N. olfaktorius (N.I)
Tidak dievaluasi
b. N. optikus (N.II)
Tidak dievaluasi
c. N. okulomotorius (N.III), n. trochlearis (N.IV), n. abducens (N.VI)
Selama wawancara dapat diamati bahwa pasien memliki gerakan
bola mata yang wajar.
11
d. N. trigeminus (N.V)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
e. N. facialis (N.VII)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
f. N. vestibulocochlearis (N.VIII)
Pasien dapat mendengar dan mengulangi kata-kata dalam jarak
dekat dan jauh. Selama wawancara pasien hanya menjawab beberapa
pertanyaan dengan tepat. Hal ini memberi kesan bahwa pendengaran
pasien normal.
g. N. glosssopharyngeus (N.IX), n. vagus (N.X)
Artikulasi pasien jelas, kemampuan menelan normal.
h. N. accessories (N.XI)
Tidak dievaluasi
i. N. hypoglossus (N.XII)
Tidak ada deviasi saat pasien menjulurkan lidah.
Fungsi sensorik : tidak terganggu
Fungsi motorik : kekuatan otot 5 5
5 5
tonus otot N N
N N
Refleks fisiologis : (+) normal
Refleks patologis : (-)
C. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Berdasarkan anamnesis didapatkan seorang perempuan, berusia 50 tahun,
sudah menikah dan memiliki 2 anak. Pendidikan terakhir SMA ( Tamat ), agama
Kristen Protestan, suku Minahasa, datang ke poliklinik Jiwa RSJ. Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang manado pada tanggal 20 agustus 2015 dengan keluhan utama
sering merasa cemas, gampang lelah, rasa takut, dan keringat dingin sejak
kurang lebih 5 tahun yang lalu.
12
Pada pemeriksaan status mental didapatkan pasien seorang perempuan
sesuai usianya, kulit sawo matang, dan berpenampilan rapi. Kesadaran compos
mentis, perilaku saat wawancara pasien duduk tenang, merespon dengan baik
saat diberikan salam, pasien tidak menghindari kontak mata, perhatian pasien
juga tidak mudah terahlikan. Pasien kooperatif saat menjawab pertanyaan yang
diberikan dengan volume sedang, intonasi jelas, artikulasi jelas. Pada pasien di
temukan mood eutimik, afek luas, kesesuaian sesuai dengan afek. Arus pikir
koheren, tidak ditemukan halusinasi, waham, obsesi, dan kompulsi. Pasien
memiliki orientasi waktu dan daya ingat yang baik. Di temukan tilikan derajat 5
yaitu pemahaman pasien tentang menyadari penyakitnya dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan penyakitnya namun tidak menerapkan dalam perilaku
praktisnya.
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksan status mental,
menunjukkan keadaan yang cukup baik, sedangkan yang di keluhkan pasien
tentang penyakitnya masih ada. Keluhan menimbulkan hendaya yang bermakna.
Gejala ini dapat di masukkan dalam kategori gangguan jiwa.
Formulasi diagnostic ini berdasarkan DSM-V. Pada pasien ini berdasarkan
dari anamnesis, di temukan gejala somatik yaitu, kepala terasa pusing,
berkeringat, kesulitan bernapas, hipertensi, nyeri pada bagian lambung, pingsan,
tremor atau gemeteran. Pasien cenderung merasakan takut jika berada di tempai
ramai / banyak orang, bepergian keluar rumah, takut ditinggal sendiri, bepergian
sendirian.
Pada aksis I, kriteria diagnostik pasien ini adalah agoraphobia ( F.40.0 )
Pasien mengalami cemas dan rasa takut dan keringat dingin saat berada di
keramaian / banyak orang, bepergian keluar rumah, bepergian sendiri, takut di
tinggalkan sendiri dirumah.
Pada aksis II, Gangguan kepribadian dependen
13
Pasien memiliki pola kepribadian yang berupa kebutuhan berlebih yang
menyebabkan dirinya bergantung kepada orang lain, ketakutakan untuk ditinggal
sendiri.
Pada aksis III, Hipertensi ( + ), Ada keluhan pada lambung ( + )
Pasien memiliki riwayat hipertensi dan keluhan pada lambung, dan ini menjadi
penyebab utama pasien mulai merasakan cemas dan ketakutan.
Pada aksis IV, masalah berkaitan dengan penyakit yang di deritanya, yang
membuat pasien cemas dan takut akan penyaki-penyakit tersebut.
Pada aksis V, Global Assesment of Functioning ( GAF ) scal, Current 81-90 yaitu
gejala minimal, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian biasa.
GAF scale High Level Past Year (HLPY) 100-91, gejala tidak ada, berfungsi
maksimal, tidak ada masalah yang tidak tertanggulangi.
VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I : Agorafobia ( F.40.0 )
Aksis II : Gangguan kepribadian dependen
Aksis III : Hipertensi ( + ), Ada keluhan pada lambung ( + )
Aksis IV : Masalah Kesehatan
Aksis V : Global Assesment of Functioning ( GAF ) scal, Current
81-90 yaitu gejala minimal, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari
masalah harian biasa. GAF scale High Level Past Year (HLPY) 100-91,
gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tidak
tertanggulangi.
IX. PROBLEM
A. Organobiologi : Merasakan cepat lelah dan takut
14
B. Psikologi : Pasien tampak cemas dan takut namun tetap
berusaha untuk tenang.
C. Lingkungan dan sosial ekonomi : Tidak ada masalah lingkungan dan
pasien termasuk keluarga yang ekonominya cukup.
X. TERAPI
A. Psikoterapi
- Alprazolam tab 1 mg 1/2-1/2-1
- Fluoxetin 10 mg 1-0-0
B. Psikoterapi dan Intervensi Psikososial
a. Terhadap Pasien
- Memberikan edukasi dan dukungan terhadap pasien agar memahami
gangguannya lebih lanjut, cara pengobatannya, efek samping yang
kemungkinan muncul, serta pentingnya kepatuhan dan keteraturan minum
obat.
- Memotivasi dan memberikan dukungan kepada pasien agar pasien tidak
merasa putus asa
b. Terhadap keluarga pasien
- Meminta keluarga untuk tetap memastikan pasien tetap berada dalam
pengawasan keluarga
-Memberikan pengertian dan dukungan kepada keluarga akan pentingnya
peran keluarga pada perjalanan penyakit
- Meminta keluarga untuk tetap memberikan perhatian penuh terhadap
pasien dan mengawasi pasien dalam meminum obat teratur
15
-Memberikan psiko-edukasi yaitu menyampaikan informasi kepada
keluarga mengenai kondisi pasien dan menyarankan untuk senantiasa
memberian dukungan selama masa pengobatan.
XI. PROGNOSIS
A. Ad Vitam : bonam
B. Ad Fungsionam : bonam
C. Ad Sanationam : bonam
XII. ANJURAN
Dianjurkan kepada keluarga agar dapat memberikan dukungan dan
perhatian yang lebih selama masa pengobatan. Memberikan konseling yang
teratur kepada pasien untuk bisa memperbaiki pemahamam tentang realitas
yang ada, cara mencegah dan mengatasinya, serta pola pikir pasien agar
membantu pasien untuk dapat melakukan pengobatan yang teratur.
XIII. DISKUSI
A. Diagnosis
Fobia adalah suatu ketakutan irasional yang jelas, menetap dan berlebihan
terhadap suatu objekspesifik, keadaan atau situasi. Berasal dari bahasa Yunani,
yaitu Fobos yang berarti ketakutan. Fobia merupakan suatu gangguian jiwa, yang
merupakan salah satu tipe dari Gangguan Ansietas, dan dibedakan kedalam tiga
jenis berdasarkan jenis objek atau situasi ketakutan yaitu Agorafobia, Fobia
Spesifik, dan Fobia Sosial. 1
16
Agoraphobia adalah ketakutan terhadap ruang terbuka, orang banyak serta
adanya kesulitan untuk segera menyingkir ketempat aman. Menurut DSM-IV-TR,
agoraphobia berhubungan erat dengan gangguan panik, namun ICD 10 tidak
mengaitkan gangguan panik dengan agoraphobia dan kasus-kasus agoraphobia
didapati dengan atau tanpa serangan panik.1 Diperkirakan prevalensi agoraphobia
adalah 2-6%, sedangkan fobia spesifik sekitar 11% dan fobia sosial adalah 3-13%.
Walaupun fobia sering dijumpai namun sebagian besar pasien tidak mencari
bantuan untuk mengatasinya atau tidak terdiagnosis secara medis.1
Diagnosis pasien ini ditetegakkan berdasarkan anamnesis. 2 Dari
anamnesis ditemukan gejala-gejala yang berkaitan dengan gangguan agoraphobia.
Dalam kasus ini ditemukan pasien mengeluh cemas, rasa takut, mudah merasa
lelah dan keringat dingin. Pasien juga mengalami tekanan darah tinggi.
Gejala utama dari pasien adalah rasa cemas atau takut disertai dengan
kringat dingin.
Kriteria diagnostik agoraphobia menurut DSM V :
A. Ditandai takut atau cemas tentang dua (atau lebih) dari yang berikut
lima situasi yang berbeda:
1. Menggunakan transportasi umum (misalnya, mobil, bus, kereta api,
pesawat-pesawat terbang, kapal).
2. Berada di ruang terbuka (misalnya, lapangan parkir, keunggulannya,
jembatan).
3. Berada di tempat tertutup (misalnya, toko-toko, teater, cinemax).
4. Berdiri di baris atau sedang dalam banyak.
5. Berada di luar rumah sendirian.
17
B. Kekhawatiran individu atau menghindari situasi seperti ini karena
pemikiran yang terluput mungkin sulit atau membantu, mungkin tidak
tersedia dalam acara pengembangan panik-seperti symptoms atau
incapacitating lain atau memalukan (misalnya, gejala takut akan jatuh
dalam elderly, takut dengan mengompol).
C. Situasi agoraphobic hampir selalu menyakiti hati takut atau cemas.
D. Situasi agoraphobic secara aktif dihindari, memerlukan adanya
companion, atau adalah bertahan dengan takut atau cemas kuat.
E. takut atau cemas adalah dari proporsi ke bahaya sebenarnya yang
ditimbulkan oleh situasi agoraphobic dan ke konteks sosial.
F. ketakutan, kecemasan, atau objek hindar ini adalah persisten, biasanya
berlangsung selama 6 bulan atau lebih.
G. ketakutan, kecemasan, atau objek hindar ini menyebabkan penderitaan
yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan,
atau fungsi penting lain.
H. Jika kondisi medis lain (misalnya, penyakit usus inflamasi, penyakit
Parkinson) ada, takut, kecemasan, atau menghindari jelas tenaga
berlebihan.
I. ketakutan, kecemasan, atau objek hindar tidak lebih baik dijelaskan oleh
gejala-gejala mental lain misalnya kekacauan, gejala-gejala tidak terbatas
kepada situational phobia tertentu, tidak melibatkan hanya situasi sosial
(seperti dalam gangguan kecemasan sosial) dan tidak halnya secara
eksklusif untuk obsessions (seperti dalam pria obsesif-gangguan
kompulsif) dianggap cacat atau kekurangan-kekurangan dalam penampilan
fisik (seperti dalam gangguan dysmoφhic tubuh), pengingat dari peristiwa-
18
peristiwa traumatik (seperti dalam posttraumatic stress disorder), atau
takut akan perpisahan (seperti dalam pemisahan gangguan anxiety ).
Penyebab fobia berhubungan dengan faktor-faktor biologis, genetic
dan psikososial.
Faktor Biologis, keberhasilan farmakoterapi dalam mengobati fobia
sosial telah menciptakan dua hipotesis neurokimiawi spesifik tentang
dua jenis fobia sosial.
Faktor Genetik, agoraphobia diperkirakan dipicu oleh gangguan panic.
Data penelitian menyimpulkan bahwa gangguan ini memiliki
komponen genetic yang jelas, juga menyatakan bahwa gangguan panic
dengn agoraphobia adalah bentuk parah dari gangguan panic, dan lebih
mungkin diturunkan.
Faktor Psikososial, fobia menggambarkan interaksi antara diathesis
genetika-konstitusional dan stressor lingkungan.
B. Ciri Kepribadian
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai totalitas sifat emosional dan
perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam
kondisi yang biasanya. Gangguan kepribadian adalah suatu varian dari
sifat karakter tersebut yang diluar rentang yang ditemukan pada sebagian
besar orang. Gangguan kepribadian digolongkan ke dalam 3 kelompok,
yaitu kategori A (paranoid, skizoid, skizotipal), kategori B (antisosial,
ambang, histrionik, narsistik), dan kategori C (menghindar, dependen,
obsesif-kompulsif, gangguan kepribadian yang tidak ditentukan).3-4
Pada kasus termasuk dalam gangguan kepribadian dependen, berikut
pedoman diagnosisnya : 1
19
1. Mendorong membiarkan orang lain mengambil ( sebagian besar )
keputusan penting bagi dirinya.
2. Menomorduakan kebutuhan dirinya terhadap kebutuhan orang lain
tempat ia bergantung dan secara berlebihan menuruti apa saja
kemauan orang itu
3. Enggan mengajukan tuntutan yang layak kepada orang tempat ia
bergantung
4. Rasa tidak enak atau tidak berdaya bila berada sendiri
5. Ketakutan berlebih bahwa ia tidak dapat menjaga dirinya sendiri
6. Berpreokupasi dengan rasa takut ditinggal sendiri oleh orang
tempat ia bergantung sehingga ia terpaksa harus menjaga dirinya
sendiri
7. Kemampuanya terbatas untuk mengambil keputusan sehari-hari
tanpa mendapat nasehat berlebihan dan jaminan dari orang lain
Untuk diagnosisnya gangguan kepribadian membutuhkan paling
sedikit 4 dari poin-poin diatas. Pada kasus 4, 5, 6.
C. Terapi
Pengobatan yang paling efektif untuk pasien dengan agoraphobia
adalah pengobatan yang mengkombinasi psikoterapi dan farmakoterapi.
Psikoterapi
Pendekatan psikoterapi untuk agoraphobia meliputi :
- Terapi suportif, terapi yang menawarkan ketentraman dan
kenyamanan bagi pasien.
- Terapi orientasi tilikan, memusatkan untuk mengungkapkan
konflik bahwa sadar dan mengenali kekuatan ego pasien.
Sosioterapi
20
Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang keadaan pasien dan
memberikan dukungan moral dan menciptakan lingkungan yang
kondusif sehingga dapat membantu proses penyembuhan.
Farmakoterapi
o Golongan benzodiazepine sebagai “drug of choice” dari semua
obat yang mempunyai efek anti-anxietas, disebabkan spesifitas,
potensi dan keamanannya. Spektrum klinis benzodiazepine
meliputi efek anti anxietas, anti konvulsan, anti insomnia,
premedikasi tindakan operatif. Benzodiazepin bekerja dengan cara
meningkatkan efek neurotransmier GABA yang berakibat pada
inhibisi fungsi eksitasi sehingga dapat menimblkan kantuk,
menekan kecemasan, anti kejang, melemaskan otot, dan dapat
mengakibatkan amnesia. 5,6
Diazepam :”broadspectrum”
Nitrazepam :dosis anti anxietas dan anti insomnia berdekatan
lebih efektif sebagai anti insomnia
Clobazam :”psychomotor performance” paling kurang
terpengaruh, untuk pasien dewasa dan usia lanjut
yang ingin tetap aktif
Lorazepam :”short half life benzodiazepine ”, untuk pasien
pasien dengan kelainan fungsi hati dan ginjal.
Alprazolam :efektif untuk anxietas antisipatorik ” onset of
action
lebih cepat dan mempunyai komponen efek anti
depresi.
21
XIV. WAWANCARA PSIKIATRI
Wawancara dilakukan di Poliklinik RSJ. Prof. Dr. V. L. ratumbuysang
pada tanggal 20 Agustus 2015 jam 13.00 WITA
D : Dokter
P : Pasien
D : selamat siang ibu, kenalkan kita dokter muda menthari
P : siang dok
D : sapa nama dang ibu ?
P : sherly tumule dok
D : tinggal dimana dang bu ?
P : paniki dok, di perum kilu
D : so menikah bu ?
P : sudah dok
D : anak dang so berapa ?
P : sebenarnya 3 dok, Cuma tu anak pertama perempuan so meninggal waktu
umur 14 tahun, sekarang tinggal 2 kita pe anak, laki-laki samua
D : meninggal kiapa ibu pe anak ?
P : ada saki kasiang dok
D ; oh io bu. Ibu masih rasa ba gelisah ?
P : io dok, mar ini so mendingan dok nda rupa dulu
D : dulu bagimana ibu ?
22
P : kita kan dok ada darah tinggi, lalu kita pe nae darah so mulai dari situ
dok kita ja rasa ba gelisah kong ba tako sekali
D : so dari kapan ada rasa bagini ?
P : kira-kira so 5 tahun ini dok
D :kalo ja rasa gelisah ba gitu ibu pe perasaan bagimana saat itu ?
P :kita pe perasaan tako skali dok, rki mo pi tampa rame qt tako sampe nda
dap aba napas, kong basuar dingin bagitu dang. Kita suka mo ba gerak mar kita
pe badan rasa loyoh skali sampe nda dapa ba angka dari tampa tidor kong so rasa
mo mati bagitu kita kalo Cuma sandiri dok.
D : kalo sandiri di rumah ibu rasa tako le ?
P : tako skali le dok, riki kita pe laki Cuma mo pi karja,blum sampe 1 jam
dia pigi akang, kita so telpon ba bale di rumah dari kit ape perasaan tako skali
D : tako sama deng ada orang yang mobekeng jahat pa ibu ?
P : nda dok, pokoknya Cuma tako skali bagitu, so mulai dari kita pe tekanan
darah naik, so jsdi penakut skali kita dok.
D : ibu darah tinggi so dari kapan ?
P : so lama dok, sekitar 5 tahun le
D : sebelumnya so pernah berobat ?
P : sudah dok, so berapa kali maso rumah sakit dari kita pe magh deng darah
tinggi itu dok. Kita so tapikir deng sagala macam panyaki pa kita pe diri ini sto
maknnya cepat lalah trus, jang kage kita so liver, jantung atau laeng-laeng dok
D : kong pas so periksa depe hasil bagimana ?
P : nda ada kelainan apa-apa kata dokter bilang lalu, normal kit ape darah
samua
D : sekarang dang bagimana pas so berobat depe perubahan bagimana ?
23
P : so mendingan noh ini dok dari pada yang lalu, kita rasa skarang kita so
ada pebaikam
D : itu perasaan mo sama deng mati masih ja dapa rasa ?
P : so nyanda ada dokter, Cuma tu lalu waktu pertama itu noh,sekarang so
tinggal ja ba tako-tako ini yang blum ta ilang
D : ibu rutin dang minum obat ?
P : rutin dok
D : oh io dang ibu, makase neh, nanti kita hubungi pa ibu kalo ada yang kita
mo tanya-tanya ulang
P : oh iyo dokter
D : siang ibu
P : siang
DAFTAR PUSTAKA
1. Elvira S, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta. 2010.
2. Kaplan and Saddock. Comprehensive Textbook Of Psychiatry. 7th Ed.
Lippincott Wiliams and Wilkins. Philadelphia, 2004.
24
3. American Psychiatric Association. DSM-5 Diagnostic and Statistica Manual
of Mental Disorders: Fifth Edition. American Psychiatric Publishing;
Washington DC. 2013.
4. Mansjoer A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
FKUI; 2001.
1. 5. Kaplan HI, Saddock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa
Aksara; 1997. p. 17-67, 284.
2. 6. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis obat Psikotropika ed. Ketiga.
Jakarta : Bagian ilmu kedokteran Jiwa FK-UNIKA Atmajaya; 2001
LAMPIRAN
25