Transcript
Page 1: II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha peternakan Ayam Broiler · waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk ... Lokasi peternakan hendaknya tidak jauh dari pusat

11

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha peternakan Ayam Broiler

Ayam ras merupakan jenis ras unggul dari hasil persilangan antara bangsa-

bangsa ayam yang dikenal memiliki daya produktivitas yang tinggi terhadap produksi

daging (karkas) dan telur. Jenis-jenis ayam ras unggul ini merupakan final stock yang

didatangkan dari luar negeri (Samadi, 2010).

Menurut Samadi (2010) secara umum, ayam ras memiliki faktor keturunan

atau faktor genetis yang baik yaitu umumnya bertubuh besar, memiliki pertumbuhan

yang cepat, produksi daging dan telur tinggi, serta memiliki daya alih (konversi) pakan

menjadi produk protein (daging dan telur) tinggi. Pada dasarnya, ayam ras dibedakan

menjadi tiga tipe yaitu :

1) Tipe pedaging (ayam ras pedaging atau broiler)

2) Tipe petelur ( ayam ras petelur atau layer)

3) Tipe dwiguna (ayam ras pedaging dan petelur)

Dari ketiga tipe ayam ras tersebut, yang paling banyak dibudidayakan oleh

masyarakat adalah tipe pedaging (ayam ras pedaging atau broiler) dan tipe petelur

(ayam ras petelur atau layer). Oleh karena itu, di dalam masyarakat ayam ras hanya

dikenal dua tipe yaitu ayam ras pedaging dan ayam ras petelur.

Menurut keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia

No. 940/Kpts/OT.210/10/97, usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan dan atau

budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat, yang

diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam jangka

waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk

menghasilkan ternak bibit atau ternak potong, telur, susu serta menggemukkan suatu

jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan, dan memasarkan.

Ayam ras pedaging atau yang lebih dikenal masyarakat dengan nama ayam

broiler adalah merupakan jenis ras unggul hasil dari persilangan (perkawinan) antara

ayam jantan ras White Cornish dari Inggris dengan ayam betina dari ras Plymouth rock

Page 2: II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha peternakan Ayam Broiler · waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk ... Lokasi peternakan hendaknya tidak jauh dari pusat

12

dari Amerika. Hasil dari persilangan ras tersebut menghasilkan anak-anak ayam yang

memiliki pertumbuhan badan cepat dan memiliki daya alih (konversi) pakan menjadi

produk daging yang tinggi, artinya dengan jumlah pakan yang dikonsumsi sedikit

mampu bertumbuh dengan sangat cepat. Namun, daya alih pakan menjadi telur sangat

rendah. Oleh karena itu, ayam broiler lebih cocok atau menggantungkan bila diternakan

sebagai penghasil daging. Hal ini dikarenakan dengan pakan yang hemat mampu

mengubahnya menjadi produk daging dengan sangat cepat (Samadi, 2010)

Sedangkan menurut Rasyaf (2006) Ayam ras pedaging disebut juga ayam

broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam

yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam.

Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an, dimana

pemegang kekuasaan merencanakan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang

pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal

masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa

dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka

banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah

Indonesia.

Rasyaf (1999) juga mengemukakan bahwa cirri khas ayam broiler adalah

rasanya enak dan pengolahannya mudah tetapi mudah hancur dalam proses perebusan

yang lama. Daging ayam merupakan sumber protein yang berkualitas bila dilihat dari

kandungan gizi. Daging ayam dengan berat 100 gram mengandung di dalamnya 18,20

gram protein dan 404,00 kalori yang berguna untuk menambah energy. Kandungan gizi

yang terkandung daam ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 8. Berbagai cirri khas yang

telah diuraikan sebelumnya, membuat usaha ternak ayam broiler banyak diminati.

Selain karena periode produksi dan panen yang cepat serta kandungan gizi yang

lengkap, usahanya pun dapat dilakukan dalam berbagai skala, baik skala besar maupun

skala kecil.

Page 3: II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha peternakan Ayam Broiler · waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk ... Lokasi peternakan hendaknya tidak jauh dari pusat

13

Tabel 8. Kandungan Gizi Daging Ayam

Nilai gizi per 100 gram Jumlah

Kalori (kkal) 404,00

Protein (gram) 18,20

Lemak (gram) 25,00

Kolesterol (mg) 60,00

Vitamin A (mg) 243,00

Vitamin B1 (gram) 0,80

Vitamin B6 (gram) 0,16

Asam Linoleat (mg) 6,20

Kalsium (gram) 14,00

Posfor (mg) 200,00

Menurut Yunus, et al (2007), peluang investasi agribisnis ayam broiler

memiliki prospek yang cukup cerah untuk masa yang akan datang. Investasi ayam

broiler di sub sektor peternakan sangat prospektif karena terdapat beberapa

kecenderungan, yaitu :

1) Daging unggas makin diminati oleh konsumen dengan alasan kesehatan

(kandungan kolesterol relatif lebih rendah)

2) Konsumsi daging per kapita karena harga relatif murah

3) Produksi daging dalam negeri hampir seluruhnya dikonsumsi di dalam negeri,

bahkan terjadi kekurangan supply sehingga terjadi impor, baik ternak besar maupun

daging ayam

4) Daging ayam broiler menempati posisi pertama dalam pemenuhan permintaan dan

konsumsi daging

Berdasarkan Keppres No 22 tahun 1990 dinyatakan bahwa perusahaan berskala

besar juga dapat melakukan budidaya ayam ras dengan skala dibebaskan dengan syarat

melakukan pembinaan ke peternak rakyat. Usaha ternak dilakukan pada suatu tempat

dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial yang meliputi kegiatan perusahaan

pemotongan ayam, pabrik pakan, dan perusahaan perdagangan sarana produksi ternak.

Page 4: II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha peternakan Ayam Broiler · waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk ... Lokasi peternakan hendaknya tidak jauh dari pusat

14

Usaha peternakan ayam broiler dikembangkan dengan kecenderungan ke arah

integritas vertikal dengan pertimbangan banyaknya usaha ternak skala kecil, keuntungan

yang diperoleh dan mengurangi risiko usaha. Integritas vertikal merupakan bagian dari

struktur industri tipe industrial dimana seluruh bidang pada satu alur produk disatukan

dalam satu kelompok usaha yang kemudian dengan unit agribisnis industrial (UAI).

UAI mengintregasikan subsistem agribisnis hulu, usahaternak, hilir dan jasa penunjang.

1) Subsistem hulu

Industri hulu dalam peternakan ayam broiler merupakan kegiatan ekonomi yang

menghasilkan sarana produksi (sapronak) yang berkaitan dengan pembudidayaan ayam

broiler (Pambudy, 1999). Subsistem ini merupakan bagian awal dari agribisnis dan

merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi agar usaha dapat berjalan dengan

lancer. Industri pakan, obat-obatan, mesin dan peralatan serta pembibitan merupakan

bagian dari subsistem ini.

2) Subsistem usahaternak

Subsistem usahaternak inilah hasil dari industri hulu yng digunakan untuk

menghasilkan komoditas ternak. Pelaksanaan pola kemitraan pelaku utama dari

subsistem usahaternak adalah peternak plasma dan perusahaan inti berperan penting

dalam mengajarkan dan mengontrol proses budidaya serta penerapan manajemen yang

baik dalam proses tersebut (Pambudy, 1999).

3) Subsistem Hilir

Subsitem hilir menurut Pambudy (1999) adalah kegiatan mengolah komoditas

peternakan primer menjadi produk olahan baik dalam bentuk antara

(intermediate product) maupun dalam bentuk akhir (finished product) beserta kegiatan

perdagangan dan distribusinya

4) Subsistem jasa penunjang

Subsistem jasa penunjang merupakan bagian yang menyediakan jasa penunjang

bagi ketiga subsistem agar kegiatan UAI berjalan lancer. Subsistem jasa penunjang

mencakup bidang keuangan, infrastruktur, penelitian dan pengembangan, pendidikan

dan konsultasi agrbisnis hingga kebijakan pemerintah baik mikro, regional dan

perdagangan internasional (Pambudy, 1999)

Page 5: II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha peternakan Ayam Broiler · waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk ... Lokasi peternakan hendaknya tidak jauh dari pusat

15

2.2 Faktor Pendukung Pertumbuhan Ayam Broiler

Menurut Rasyaf (2006), keunggulan ayam broiler akan terbentuk bila

didukung oleh lingkungan karena sifat genetis saja tidak menjamin keunggulan itu akan

terlihat. Hal-hal yang mendukung keunggulan ayam broiler seperti berikut ini :

2.2.1 Lokasi Peternakan

Lokasi peternakan sebagai tempat kegiatan proses industri peternakan harus

sesuai dengan syarat kehidupan ayam broiler. Lokasi yang kurang cocok dengan

kehidupan ayam broiler dapat menyebabkan produksi daging rendah walaupun ayam

yang diternakkan merupakan ras unggul. Selain dari aspek lingkungan hidup, penentuan

lokasi peternakan sebaiknya juga harus memperhatikan aspek teknis, sosial ekonomi,

hukum, analisa mengenai dampak lingkungan (Samadi, 2010).

Menurut Rasyaf (2006) ada beberapa kriteria dalam penentuan lokasi

peternakan, yaitu :

1) Lokasi untuk peternakan ayam broiler sebaiknya jauh dari keramaian, jauh dari

lokasi perumahan, atau dipilih tempat yang sunyi.

2) Lokasi peternakan hendaknya tidak jauh dari pusat pasokan bahan baku dan lokasi

pemasaran.

3) Lokasi yang dipilih sebaiknya termasuk areal agribisnis agar terhindar dari

pengusuran.

2.2.2 Kandang dan Peralatan Kandang

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pendirian kandang diantaranya

adalah arah kandang, ukuran kandang, bentuk dan konstruksi kandang, dan ventilasi

kandang. Kandang yang baik adalah kandang yang arahnya menghadap timur atau

barat. Tujuannya adalah untuk mencegah masuknya sinar matahari dalam jumlah yang

banyak dan waktu yang lama (Fadillah et al, 2007). Ukuran kandang disesuaikan

dengan jumlah populasi ayam yang akan diproduksi. Luas kandang ayam broiler

disajikan dalam Tabel 9.

Page 6: II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha peternakan Ayam Broiler · waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk ... Lokasi peternakan hendaknya tidak jauh dari pusat

16

Tabel 9. Luas Kandang Ayam Broiler (Fadillah et al, 2007)

Umur Ayam

Broiler (Minggu)

Luas per Ekor

(Cm2)

Luas Tempat Pakan

per Ekor (Cm2)

Luas Tempat Minum

per Ekor (Cm2)

0-4

4-8

279

697

2,5

2,5

0,5

0,5

Bentuk dan konstruksi kandang didasarkan pada kegunaan dan rencana usaha

yang akan dijalankan. Bentuk kandang dapat dibagi berdasarkan lantainya. Bentuk

kandang berdasarkan lantainya yaitu tipe lantai (floor types) dan tipe sangkar (cage

types). Kandang yang baik adalah kandang yang memiliki ventilasi udara yang baik.

Kandang ayam harus bebas dari segala penghalang sehingga udara dapat lebih mudah

masuk ke kandang. Salah satu kendala beternak ayam broiler di daerah beriklim tropis

adalah tingginya temperatur udara. Temperatur di daerah tropis adalah 22-39oC. Kondisi

tersebut sangat berpengaruh terhadap produktivitas ayam broiler. Beberapa cara yang

dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tingginya temperatur udara adalah

memasang kipas angin, membuat hujan buatan, menanam pohon di sekitar kandang,

menanam rumput atau tanaman pendek di sekitar kandang, dan sebagainya (Fadillah et

al, 2007).

Menurut Fadillah et al (2007), peralatan kandang yang digunakan dalam

usahaternak ayam broiler adalah tempat pakan, tempat minum, peralatan pemanas, dan

peralatan lainnya seperti drum air, ember, garpu pembalik sekam, dan gerobak

pengangkut pakan. Tempat pakan yang sering digunakan adalah berbentuk tabung

dengan kapasitas 5-7 kg. Tempat minum ayam broiler memiliki beberapa tipe yaitu

galon manual atau galon otomatis. Tempat pakan dan minum tersebut harus selalu

dijaga kebersihannya serta tata letak dan ketinggiannya harus benar. Peralatan pemanas

selama periode pemanasan (umur 1-14 hari) terdiri dari pemanas (brooder) dan

lingkaran pelindung. Jenis pemanas sangat beragam tergantung dari sumber energi yang

digunakan dapat dilihat pada Tabel 9.

Page 7: II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha peternakan Ayam Broiler · waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk ... Lokasi peternakan hendaknya tidak jauh dari pusat

17

Tabel 10. Jenis Alat Pemanas Berdasarkan Sumber Energinya

(Fadillah et al, 2007)

Sumber Energi Alat Pemanas Kapasitas Jenis Pemanas

(Ekor)

Minyak Tanah

Gas LPG

Batu Bara

Listrik

Sekam

Kompor

Gasolec dan Regulator

Kompor

Lampu 40-100 watt

Kompor

250-700

1000-1500

750-1200

100-250

100-500

2.2.3 Day Old Chick (DOC)

Menurut Rasyaf (2006), salah satu kunci sukses memelihara ayam broiler

adalah memilih bibit ayam yang berkualitas. Bibit ayam (DOC) yang beredar di

Indonesia bukan berasal dari strain yang dikembangkan khusus untuk daerah tropis,

tetapi bibit yang telah diperbaikai (up grade) kualitas genetiknya yang dikembangkan di

daerah subtropis. Dengan kata lain, DOC tersebut akan memunculkan potensi

genetiknya jika lingkungan yang dibutuhkan untuk perkembangan DOC terpenuhi.

Adapun ciri-ciri DOC yang berkualitas, yaitu :

1) DOC terlihat aktif, mata cerah, dan lincah.

2) Kaki besar dan basah seperti berminyak.

3) Bulu cerah, tidak kusam, dan penuh

4) Keadaan tubuh ayam normal

5) Berat badan sesuai dengan standar strain, biasanya di atas 37 gram.

Dari bibit ayam (DOC) yang berkualitas, serta dukungan lingkungan yang

memadai, produksi ayam broiler komersial akan mencapai pertumbuhan yang baik.

Page 8: II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha peternakan Ayam Broiler · waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk ... Lokasi peternakan hendaknya tidak jauh dari pusat

18

2.2.4 Makanan

Produksi daging yang tinggi dan berkualitas baik dari usaha beternak ayam

broiler dapat dicapai bila makanan yang diberikan ternak berkualitas baik dan diberikan

dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan ternak. Makanan yang berkualitas adalah

pakan yang memiliki kandungan zat gizi (nutrient) yaitu karbohidrat, protein, lemak,

vitamin, dan mineral dalam jumlah seimbang. Kekurangan salah satu gizi tersebut dapat

menyebabkan proses metabolism tubuh terganggu, ternak menjadi lemah dan rentan

terhadap penyakit, dan ternak tumbuh kerdil (Samadi, 2010).

Pertumbuhan yang sangat cepat tidak akan tampak bila tidak didukung dengan

ransum yang mengandung protein dan asam amino yang seimbang sesuai kebutuhan

ayam. Ransum juga harus masuk sempurna ke dalam tubuh ayam. Misalnya ransum itu

bau tengik atau peternak salah menimbangnya maka jumlah unsur nutrisi yang masuk

ke dalam usus dan kelak di serap tubuh ayam menjadi berkurang. Akibatnya akan sama,

kemampuan ayam yang prima tidak tampak (Rasyaf, 2006).

2.2.5 Obat-Obatan, Vaksin dan Vitamin

Obat-obatan, vaksin, dan vitamin merupakan faktor produksi dalam

usahaternak ayam broiler yang cukup penting. Program pengobatan dilakukan pada

ayam yang telah terdeteksi terkena penyakit. Beberapa contoh antibiotik yang dapat

dipakai untuk mengatasi penyakit pada ayam broiler diantaranya adalah Salynomycin,

Sulfonamida, Tetracycline, Nitrofuran, Quinolon, Aminocilycoside, Betalactam,

Macrolide, dan Cloramphenicol. Pemberian obat secara umum dapat dilakukan melalui

tiga cara, yaitu melalui air minum, melalui pakan, dan melalui suntikan

(Fadillah et al, 2007).

Program vaksinasi merupakan cara yang digunakan untuk mencegah timbulnya

penyakit. Vaksinasi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh

ayam terhadap berbagai penyakit, terutama penyakit yang disebabkan oleh virus dan

bakteri. Cara melakukan vaksinasi diantaranya adalah melalui tetes mata, tetes hidung,

mulut, suntik daging, suntik bawah kulit, tusuk jarum, melalui air minum, pakan, dan

penyemprotan. Vaksin pada ayam broiler terdiri dari Vaksin Tetelo 1

Page 9: II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha peternakan Ayam Broiler · waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk ... Lokasi peternakan hendaknya tidak jauh dari pusat

19

(ND Live), Vaksin Gumboro (IBD Live), dan Vaksin Tetelo 2 (ND Live)

(Samadi, 2010). Program pemberian obat-obatan, vaksin dan vitamin pada ayam broiler

disajikan dalam Tabel 13.

Tabel 11. Program Pemberian Obat-Obatan, Vaksin dan Vitamin pada

Ayam Broiler

Umur Ayam

Broiler (Hari)

Keterangan Jenis Obat, Vaksin

dan Vitamin

Dosis

1-3

4

5-6

7-8

9

10-12

14-18

19

19-20

21-23

24-29

30-31

Obat dan gula

(pagi hari 1)

Vitamin dan gula

(siang hari 2)

Obat, gula dan vitamin

(pagi dan siang hari 3)

Vaksin ND

Vitamin

Air putih

Vitamin

Pencegahan/pengobatan

Vitamin

Vaksin

Vitamin

Pengobatan/pencegahan

Vitamin

Vitamin

Colamox

Elektrovit

Colamox

Elektrovit

Colamox

NDG dan NDLS

Elektrovit

Air putih

Elektrovit

Colibact

Elektrovit

NDLS

Elektrovit

Roxine

Biovit

elektrovit

10 gram

10 gram

10 gram

10 gram

10 gram

1 vial/botol

25 gram

-

35 gram

40 gram

50 gram

1 vial/botol

60 gram

70 gram

15 gram

100 gram

Sumber : PT Sanbe Farma (2008)

Page 10: II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha peternakan Ayam Broiler · waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk ... Lokasi peternakan hendaknya tidak jauh dari pusat

20

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang akan disajikan oleh peneliti adalah penelitian yang

membahas berbagai macam karakteristik dari peternak plasma yang mendorong untuk

melakukan kegiatan kemitraan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian yang

lebih mendalam dan rinci khususnya dalam melihat letak titik kritis karakteristik utama

dari pelaku kemitraan. Untuk itu diperlukan beberapa sumber bacaan (referensi) yang

dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian. Bentuknya adalah berupa

jurnal, skripsi, tesis, dan desertasi yang menjadikan topik kemitraan yang menjadi

bahasan utamanya.

Penelitian yang dilakukan Rahman (2009) menjelaskan bahwa munculnya

dorongan peternak untuk bekerjasama dengan perusahaan mitra akan tergantung pada

besarnya harapan yang akan terwujud, apabila tujuan dari kegiatan tersebut tercapai.

Dilihat dari karakteristik internal dan eksternal diduga memiliki hubungan yang

menentukan alasan peternak dalam menjaga kesinambungan kerjasama. Unsur

karakteristik internal dalam penelitian Rahman (2009) meliputi umur, tingkat

pendidikan, pengalaman beternak ayam broiler, lama bermitra dan prioritas

berusahaternak ayam broiler. Adapun karakteristik eksternalnya meliputi interaksi

dengan dengan perusahaan inti, pelayanan sapronak, keseimbangan insentif dan risiko

serta kejelasan peraturan kemitraan. Dari hasil analisis bahwa karakteristik internal

prioritas usaha memiliki hubungan nyata. Sedangkan umur, tingkat pendidikan,

pengalaman beternak ayam broiler dan lama bermitra tidak berhubungan nyata. Dilihat

dari karakteristik eksternal peternak bahwa pelayanan sapronak, keseimbangan isentif

dan risiko, dan peraturan kemitraan memiliki hubungan yang nyata. Sedangkan

interaksi peternak dengan inti tidak berhubungan nyata.

Berbeda penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2009) yang membahas

mengenai analisis pendapatan dan tingkat kepuasaan peternak plasma terhadap

pelaksanaan kemitraan ayam broiler yang mengambil studi kasus kemitraan PT X di

Yogyakarta, di dalam penelitian ini dapat di identifikasi mengenai karakteristik peternak

plasma yang antara lain usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pengalaman

beternak. Tidak hanya karakteristik peternak plasma tetapi karakteristik usahaternak

Page 11: II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha peternakan Ayam Broiler · waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk ... Lokasi peternakan hendaknya tidak jauh dari pusat

21

ayam broiler peternak responden diantaranya skala usaha ternak, pekerjaan di luar

usahaternak ayam broiler, alasan beternak ayam, lama beternak ayam broiler, lama

bermitra dengan PT X, alasan bermitra dengan PT X, sumber informasi mengenai PT X,

umur panen, status kepemilikan lahan dan kandang dan manfaat bergabung dengan

perusahaan kemitraan. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan mayoritas responden

peternak berjenis kelamin laki-laki (94 persen), berusia 25-35 tahun (54 persen),

pendidikan SMA (52 persen), jumlah tanggungan keluarga 1-2 orang (42 persen),

jumlah ternak yang dipelihara antara 2.000-10.000 ekor (84 persen), peternak memiliki

pekerjaan lain di luar usahaternak ayam (52 persen), pengalaman beternak kurang dari

lima tahun (62 persen), status kepemilikan lahan milik sendiri (96 persen), alasan

beternak ayam karena sebagai pekerjaan utama (44 persen), alasan bermitra dengan

PT X adalah untuk meningkatkan keuntungan ( 58 persen), lama bermitra dengan

PT X selama satu tahun (36 persen), sumber informasi mengenai PT X didapatkan

langsung dari pihak perusahaan ( 48 persen) dan manfaat yang diperoleh dengan

kemitraan adalah risiko usaha rendah (30 persen).

Penelitian yang dilakukan oleh Firwiyanto (2008) tidak berbeda jauh dengan

penelitian Lestari (2009), dapat dilihat bahwa penelitian ini membahas mengenai anlisis

pendapatan dan tingkat kepuasaan peternak terhadap pelaksanaan kemitraan ayam

broiler kasus kemitraan peternak plasma Rudi Jaya PS Sawangan Depok. Dari

penelitian ini dapat di identifikasi mengenai karakteristik peternak yang dibedakan

berdasarkan usia, tingkat pendidikan, lama beternak dan status usaha. Bedasarkan hasil

wawancara pada penelitian ini menghasilkan berusia 20 sampai 35 (55 persen) berusia

35 sampai 50 tahun (45 persen), pendidikan formal peternak mitra sebagian besar

tamatan SMP dan perguruan tinggi (30 persen) lulusan SMA (25 persen) lulusan SD

(15 persen), pengalaman beternak peternak mitra sebagian besar antara 5 sampai 10

tahun (60 persen) dibawah lima tahun (15 persen) diatas 10 tahun (25 persen),

berdasarkan status usaha peternak mitra sebagian besar sebagai usaha utama (70 persen)

usaha sampingan untuk peternak mitra sebagian besar dilakukan oleh peternak sistem

bagi hasil (30 persen) dimana sebagian besar wiraswasta.

Page 12: II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha peternakan Ayam Broiler · waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk ... Lokasi peternakan hendaknya tidak jauh dari pusat

22

Berbeda dengan Penelitian yang dilakukan Marliana (2008) dengan komoditi

yang berbeda dari penelitian Rahman (2009), Lestari (2009) dan Firwiyanto (2008).

Dalam penelitian ini menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan

petani untuk menjadi mitra PT Saung Mirwan meliputi umur, pengalaman, keluarga,

pendidikan, produktivitas, pendapatan, luas lahan dan kualitas. Dari hasil uji yang

dilakukan Marlina (2008) menunjukkan bahwa dari delapan variabel yang dianalisis

terdapat tiga peubah bebas yang berpengaruh nyata atau signifikan terhadap keputusan

petani untuk menjadi mitra PT Saung Mirwan yaitu variabel pengalaman, pendidikan

terakhir, dan produktivitas. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap

keputusan menjadi mitra yaitu variabel jumlah umur, anggota keluarga, pendapatan dan

luas lahan.

Penelitian yang dilakukan Simmons (2002) tidak berbeda jauh dengan

penelitian Marliana (2008) dapat di identifikasi bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi petani kecil dalam melakukan kemitraan usaha agribisnis di Negara

berkembang, bahwa sebagian besar faktor-faktor yang mempengaruhi petani kecil

dalam melakukan kemitraan di Negara berkembang di karenakan faktor kemudahan

dalam mengakses pasar, kemudahan akses pinjaman, meminimalkan risiko,

meningkatkan kesempatan kerja khususnya bagi keluarga dan kemudahan dalam

memperoleh informasi. Kemitraan di Negara berkembang memiliki potensi untuk dapat

meningkatkan kesejahteraan bagi petani kecil, dikarenakan faktor lingkungan dan

manajemen kemitraan. Unsur-unsur yang terdapat pada faktor lingkungan meliputi

kekuatan pasar, kebijakan pemerintah khususnya pada ekonomi makro, teknologi

modern yang dapat mempengaruhi produksi, dan kepemilikan lahan. Sedangkan unsur-

unsur yang terdapat pada faktor manajemen yaitu adanya seleksi petani kontrak dan

resolusi konflik. Adanya kemitraan usaha di Negara berkembang dapat memberikan

manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung yang dapat diterima

oleh petani kecil dari kemitraan usaha agribisnis yaitu akses pasar, pengelolaan

manajemen risiko dan lapangan kerja bagi keluarga serta manfaat tidak langsung yang

diterima oleh petani kecil adalah pemberdayaan wanita dan peningkatan komersial.

Dari kelima penelitian terdahulu dapat ditarik sebuah benang merah yang

menjadi kesamaan penelitian yaitu, didapatkan bahwa terdapat beberapa

Page 13: II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha peternakan Ayam Broiler · waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk ... Lokasi peternakan hendaknya tidak jauh dari pusat

23

beberapa karakteristik dari pelaku kemitraan yang sesuai terhadap isi dari penelitian ini

yaitu, prioritas usaha, pengalaman bermitra, pendidikan terakhir dan produktifitas dan

dilihat dari karakteristik usahaternak ayam broiler peternak responden diantaranya skala

usaha ternak, pekerjaan di luar usahaternak ayam broiler, alasan beternak ayam, lama

beternak ayam broiler, lama bermitra, alasan bermitra dengan, sumber informasi

mengenai perusahaan inti, umur panen, status kepemilikan lahan dan kandang dan

manfaat bergabung dengan perusahaan kemitraan.

Dilihat dari penelitian terdahulu terdapat beberapa kesamaan dan perbedaan

dalam hal karakteristi pada pelaku kemitraan tetapi tidak semua karakteristik dapat

berpengaruh secara nyata dalam kenyataannya, untuk itu dalam penelitian ini akan

digunakan karakteristik peternak ayam broiler sebagai plasma kemitraan di Kota Depok

salah satunya pada karakteristik peternak adalah umur, lama pendidikan, lama

usahaternak ayam broiler, jumlah tanggungan keluarga, prioritas usahaternak ayam

broiler, dan luas kandang sedangkan pada karakteristik usahaternak ayam broiler

peternak adalah alasan usahaternak ayam broiler, pengalaman bermitra, sumber

informasi mengenai perusahaan inti, alasan peternak plasma ayam broiler melakukan

kemitraan dan manfaat bergabung dengan perusahaan inti.