BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam tahapan hidup
manusia. Dengan kondisi yang sehat, manusia dapat melakukan aktivitas sehari-
harinya dengan baik, tanpa terganggu oleh kesehatan tubuh yang kurang optimal.
Masyarakat di Indonesia masih terbilang terbelakang dalam hal menjaga kesehatan,
mereka masih kurang menyadari akan pentingnya untuk menjaga kesehtan diri,
keluarga dan lingkungannya, yaitu memahami akan pentingnya promotif dan
preventif. Dengan kurangnya kesadaran tersebut mengakibatkan masyarakat di
Indonesia terutama masyarakat awam sangatlah mudah untuk terjangkit penyakit.
Melihat semua masalah kesehatan tersebut, perlu adanya perbaikan dibidang
kesehatan. Untuk itu, sangatlah perlu terselengaranya berbagai upaya kesehatan, baik
upaya kesehatan perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat yang sesuai
dengan azas penyelenggaraan. Hal tersebut merupakan salah satu fungsi dari
puskesmas, sehingga untuk memperbaiki kesehatan masyarakat tersebut, perlu
ditunjang oleh manajemen puskesmas yang baik agar puskesmas benar-benar
berfungsi sesuai dengan tugasnya.1,2
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan Kab/Kota yang
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja.
1. Unit Pelaksana Teknis Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota (UPTD), puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari
tugas teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit
pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di
Indonesia.
2. Pembangunan Kesehatan Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan
upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
3. Penanggungjawab Penyelenggaraan Penanggungjawab utama penyelenggaraan
seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab hanya
sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.3
Wilayah Kerja Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu
kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas,
maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan
keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas
tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.4
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, yakni
terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas bertanggung
jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan
menjadi dua yakni:
1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya
ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan
wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah
Indonesia.
Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:
a. Upaya Promosi Kesehatan
b. Upaya Kesehatan Lingkungan
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
2
d. Upaya Perbaikan Gizi
e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
f. Upaya Pengobatan
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan
dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni:
a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Olah Raga
c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
d. Upaya Kesehatan Kerja
e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
f. Upaya Kesehatan Jiwa
g. Upaya Kesehatan Mata
h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional Upaya laboratorium medis dan
laboratorium kesehatan masyarakat serta upaya pencatatan dan pelaporan
tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya ini merupakan pelayanan
penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya pengembangan puskesmas.3,4
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas
bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan masukan
dari BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan
wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal, dalam arti target cakupan serta
peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya kesehatan
pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota. Dalam keadaan tertentu, upaya kesehatan pengembangan
puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya
3
kesehatan pengembangan, padahal menjadi kebutuhan masyarakat, maka Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggunjawab dan wajib menyelenggarakannya.
Untuk itu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota perlu dilengkapi dengan berbagai
unit fungsional lainnya. Dalam keadaan tertentu, masyarakat membutuhkan pula
pelayanan rawat inap. Untuk ini di puskesmas dapat dikembangkan pelayanan
rawat inap tersebut, yang dalam pelaksanaannya harus memperhatikan berbagai
persyaratan tenaga, sarana dan prasarana sesuai standar yang telah ditetapkan.3
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan puskesmas, perlu
ditunjang oleh manajemen puskesmas yang baik. Manajemen puskesmas adalah
rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk menghasilkan luaran
puskesmas yang efektif dan efisien. Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan
oleh puskesmas membentuk fungsi-fungsi manajemen. Terdapat tiga fungsi
manajemen puskesmas yang dikenal yakni perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian, serta pengawasan dan pertanggung jawaban. Semua fungsi manajemen
tersebut harus dilaksanakan secara terkait dan berkesinambungan. Mengelola
puskesmas sebagai satu unit organisasi yang di dalamnya terdapat sumber daya
manusia, peralatan, anggaran dan program program kegiatan dan lingkungan internal
dan eksternal yang memerlukan ilmu manajemen. Manajemen diterjemahkan dalam
tiga rangkaian utama yaitu P1 perencanaan, P2 Penggerakan dan pelaksanaan serta P3
Pengawasan, pengendalian dan Penilaian. Langkah pertama dalam mekanisme
perencanaan tingkat puskesmas adalah menyusun RUK yang meliputi usulan kegiatan
wajib dan usulan kegiatan pengembangan. RUK yang telah tersusun dibahas di dinas
kesehatan Kab/Kota diajukan ke Pemda melalui Dinkes. Selanjutnya RUK yang
sudah terangkum dalam usulan Dinkes akan diajukan ke DPRD untuk memperoleh
dukungan pembiayaan dan dukungan politis. Dalam penyelenggaraan program/upaya
kesehatan pokok di puskesmas berdasarkan rencana yang ada dilakukan
pengorganisasian. Dalam pelaksanaan program kegiatan harus jelas siapa yang
menjadi unsur pimpinan dan siapa yang menjadi unsur supervisor, dan siapa yang
4
menjadi unsur pelaksana dan perlu dibangun komitmen serta koordinasi perlu
dikembangkan di puskesmas melalui lokakarya mini bulanan dan lokakarya mini
tribulanan. Untuk mengukur kinerja program atau pencapaian program maka harus
dituangkan dalam dokumen penilaian kinerja puskesmas dengan menghitung hasil
capaian dari standar pelayanan minimal dari enam upaya kesehatan wajib dan upaya
pengembangan yang diprioritaskan sesuai kebutuhan di wilayah kerjanya. Agar
dicapai pelayanan yang bermutu dan berkinerja tinggi, untuk itu prinsip dasar mutu
dan peningkatan kinerja perlu dipahami oleh manajer puskesmas dan staff, salah satu
diantaranya juga penyusunan standar prosedur operasional untuk tiap unit
pelayanan.2,3,4
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menyusun rencana kegiatan puskesmas secara sistematik berdasarkan
permasalahan yang ada
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya analisa masalah dan prioritas penyebab masalah yang ada
b. Tersusunnya Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Puskesmas untuk tahun
berikutnya dalam upaya mengatasi masalah atau sebagian masalah
kesehatan masyarakat.
c. Tersusunnya Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) setelah diterimanya
alokasi sumber daya untuk kegiatan tahun berjalan
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan survey manjemen puskesmas ini selama satu bulan
dilaksanakan dari tanggal 30 Maret – 25 Mei 2015 di wilayah kerja puskesmas
perawatan Lepo-lepo Jl. Christina M. Tiahahu no. 117.
5
D. Metodologi
Adapun metode pengambilan data dalam laporan manajemen puskesmas ini
yaitu dengan metode wawancara dan pengolahan data sekunder puskesmas Lepo-lepo
Tahun 2015.
6
BAB II
ANALISIS SITUASI
A. LINGKUNGAN
1. Keadaan dan Kondisi Demografis
a) Wilayah kerja terdiri dari 4 kelurahan (lepo - lepo, wundudopi, baruga,
watubangga) yang merupakan wilayah administratif kecamtan baruga.
b) Luas wilayah kerja : 13.130 Ha
c) Batas – batas wilayah:
1) Sebelah utara : Kecamatan wua-wua dan kecamatan kandia
2) Sebelah timur : Kecamatan poasia
3) Sebelah selatan : Kecamatan konda (kab. konsel)
4) Sebelah barat :Kecamatan ranomeeto (kab Konsel) dan
Kecamatan mandonga kota kendari
d) Keadaan Alam : 80% daratan dan 20% perbukitan
e) Prasarana Transpormasi : 60% jalan aspal dan 40% jalan berbatu dan tanah
2. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk di Wilayah kerja Puskesmas Lepo-lepo pada tahun 2014
sebanyak 20363 yang tersebar di 4 kelurahan ( Lepo-lepo, Wundudopi, Baruga,
Watubangga)
Distribusi penduduk per kelurahan disajikan pada tabel berikut:
Tabel 1. Jumlah dan keadaan penduduk per kelurahan tahun 2014
No Nama Kelurahan Jumlah KK Jumlah Jiwa
1 Lepo- lepo 995 4.476
2 Wundudopi 645 3.290
3 Baruga 1592 7.844
4 Watubangga 1182 4.753
7
Jumlah 20.363
Berdasarkan tabel 1 terlihat jumlah penduduk terbayak di kelurahan baruga yaitu
7844 jiwa dari 20363 KK dan yang paling sedikit di kelurahan Wundudopi yaitu
3290 jiwa yang terhimpun dalam 645 KK.
B. INPUT
1. Sumber Daya Manusia
Dalam menjalankan fungsinya sebagai Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas lepo-
lepo memiliki beberapa sebagai pelaksana tugasnya yang masing-masing bekerja
sesuia dengan bidang tugasnya masing-masing.
Jumlah tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas di Puskesmas lepo-lepo pada
tahun 2014 sebanyak orang dengan uraian sebagai berikut:
No Jenis TenagaStatus
JumlahPNS Honor Sukarela
1 Dokter Umum 3 - - 3
2 Dokter Gigi 1 - - 1
3 Sarjan Keperawatan 8 1 - 9
4 Sarjana Kesehatan Masyarakat 19 - 1 11
5 Sarjana Kebidanan 3 - - 3
6 Sarjana Kesehatan lingkungan 1 - - 1
7 Apoteker 2 - - 2
8 Ahli Madya Keperawatan 17 1 - 18
9 Ahli Madya Kebidanan 16 - 9 25
10 Ahli Madya Gizi 3 - 3 6
11 Ahli Kesehatan Lingkungan 1 - 1 2
12 Ahli madya Analisi Kesehatan 1 - 4 5
13 Perawat 7 - - 7
14 Perawat Gigi 2 - - 2
15 Bidan 4 - - 4
8
16 SPAG 1 - - 1
17 SPPH 2 - - 2
18 SMF - - - -
19 Tenaga Administrasi 1 1 - 2
20 Sopir 1 - - 1
21 Petugas Kebersihan - 1 - 1
22 Tukang Masak da Tukang Cuci - 2 - 2
23 SMU - 1 - 1
Jumlah 93 7 18 109
Berdasarkan tabel 2 ,terlihat bahwa pengawai yang berstatus sebagai pengawai
negri sipil (PNS) sebanyak 93 orang, tenaga honorer sebanyak 7 orang dan tenaga
sukarela sebanyak 18 orang , tenaga kebidanan dan analisis Kesahatan yang berstatus
sukarela sebagian besar ditempatkan pada pelayanan Unit Gawat Daryrat dan
Laboratorium, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk dalam wilayah baruga
(20.363) maka rasio dokter umum 1: 61089 jiwa , dokter gigi 1 : 20363 jiwa rasio
perawat dan jumlah penduduk adalah 1 : 702 jiwa dan rasio perawat gigi 1: 1018 jiwa
penduduk.
2. Saran dan Prasarana
a) Sarana Transpostasi
Sarana transportasi yang digunakan di Puskesmas lepo-lepo adalah
kendaraan roda 4 yang berjumlah 2, 1 unit ambulance dan 1 unit nya
dipersiapkan untuk kegiatan luar gedung apabila ambulance lag tidak ditempat
b)Sarana Sosial
Sarana pendidikan yang ada di Wilayah kerja Kecamatan Baruga terdiri dari :
1. Taman Kanak- kanak berjumlah 9 unit
2. Sekolah Dasar berjumlah 9 unit, yang berlokasi di kelurahan lepo-lepo 2
unit, di kelurahan Baruga 3 unit, kelurahan Watubangga1 unit dan di
kelurahan Wundudopi 2 unit
9
3. Sekolah Menengah Pertama berjumlah 4 unit, yang berlokasi di kelurahan
baruga 3 unit dan di kelurahan Wundudopi 1 unit
4. Sekolah Menengah Umum berjumlah 4 unit, yang berlokasi di kelurahan
lepo-lepo 1 unit, dikelurahan Watubangga 1 unit dan di kelurahan Baruga
2 unit
5. Perguruan Tinggi berjumalh 3 unit, berlokasi di kelurahan Wundudopi 1
unit dan kelurahan Baruga 2 unit
6. Sarana sosial beruoa panti asuhan berjumlah 2 unit, yang berlokasi di
kelurahan Baruga 1 unit dan kelurahan Watubangga 1 unit
7. Lembaga Permasyarakat 1 unit, berlokasi di kelurahan Baruga
c)Sarana Kesehatan
1. Sarana Kesehatan Pemerintah
a. Puskesmas Induk : 1 unit yang merupakan Puskesmas Perawatan
(menyelenggarakan rawat jalan, rawat inap umum dan kebidanan
serta Unit Gawat Darurat 24 jam) , berlokasi di kelurahan lepo-
lepo
b. Puskesmas Pembantu : 2 unit masing-masing terletak di kelurahan
Watubangga dan Kelurahan Baruga
c. Poskeskel: 2 unit , masing-masing terletak di kelurahan Baruga
dan Kelurahan Watubangga dan keduannya sudah berfungsi
2. Sarana Kesehatan Swasta
a. Rumah Bersalin : 2 unit, yang berlokasi di kelurahan Wundudopi
dan kelurahan Baruga
b. Praktek dokter berkelompok: 1unit , berlokasi di kelurahan
Wundudopi
c. Praktek dokter perorangan ; 2 unit
d) Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
10
a. Posyandu : 18 unit , berlokasi di kelurahan lepo-lepo 4 unit , di
kelurahan Baruga 4 unit, di kelurahan Watubangga 6 unit, dan di
kelurahan Wundudopi 4 unit
b. Pos Lansia : 3 unit , berlokasi di kelurahan Lepo-lepo 1 unit , di
kelurahan Baruga 1 unit dan di kelurahan Watubangga ! unit
3. Pendanaan
Definisi pembiayaan kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan
oleh pemerintah maupun masyarakat untuk menyediakan dan memanfaatkan berbagai
upaya kesehatan yang diperlukan perseorangan, keluarga, kelompok maupun
masyarakat. Di negara berkembang seperti Indonesia beaya pelayanan kesehatan
masih belum bisa lepas dari campur tangan pemerintah baik dalam penyelenggaraan
maupun pemanfaatannya. Sumber pembiayaan upaya pelayanan kesehatanantara lain:
1. Sepenuhnya bersumber dari pemerintah
2. Sebagian ditanggung masyarakat
3. Sepenuhnya ditanggung oleh pihak ketiga baik itu swasta maupun bantuan luar
negeri
Pada era desentralisasi, fungsi pembiayaan usaha pelayanan kesehatan yang
dilakukan pemerintah memiliki pembagian yang terperinci antara pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. Puskesmas memiliki sumber pembiayaan antara lain:
1. Pemerintah pusat, provinsi, kabupaten maupun kota
2. Pendapatan puskesmas melalui retribusi yang besarnya ditentukan pemerintah
kabupaten atau kota setempat
3. Sumber lain dari BPJS Kesehatan.
Sesuai dengan azas desentralisasi, sumber pembiayaan pemerintah datang dari
APBD. Selain itu Puskesmas juga menerima pendanaan dari alokasi APBD provinsi
dan APBN (Biaya Operasional Kesehatan/BOK). Dana yang disediakan oleh
pemerintah dibedakan atas dua macam, yakni dana anggaran pembangunan yang
mencakup dana pembangunan gedung, pengadaan peralatan serta pengadaan obat,
11
dan dana anggaran rutin yang mencakup gaji karyawan, pemeliharaan gedung dan
peralatan, pembelian barang habis pakai serta biaya operasional.
Anggaran tersebut disusun oleh dinas kesehatan kabupaten/kota untuk
diajukan dalam Daftar Usulan Kegiatan (DUK) kepemerintah kabupaten/kota untuk
seterusnya dibahas bersama DPRD kabupaten/kota. Puskesmas diberikan kesempatan
mengajukan kebutuhan untuk kedua anggaran tersebut melalui dinas kesehatan
kabupaten/Kota. Anggaran yang telah disetujui tercantum dalam dokumen keuangan
diturunkan secara bertahap ke Puskesmas melalui dinas kesehatan kabupaten/kota.
Untuk beberapa mata anggaran tertentu, misalkan pengadaan obat dan pembangunan
gedung serta pengadaan alat, anggaran tersebut dikelola langsung oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota atau oleh pemerintah kabupaten/kota.
Penanggungjawab penggunaan anggaran yang diterima Puskesmas adalah
kepala Puskesmas sedangkan administrasi keuangan dilakukan oleh pemegang
keuangan Puskesmas yakni staf yang ditetapkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota
atas usulan kepala Puskesmas. Penggunaan dana sesuai dengan usulan kegiatan yang
telah disetujui dengan memperhatikan berbagai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang belaku.
Sesuai dengan kebijakan pemeritah, masyarakat dikenakan kewajiban membiayai
upaya kesehatan perorangan yang dimanfaatkannya, dan besar biaya (retribusi)
ditentukan oleh masing-masing pemerintah daerah. Pendapatan asli daerah (PAD)
yang bersumber dari retribusi pelayanan kesehatan pada kesehatan pada puskesmas
lepo-lepo tahun 2014 berjumlah Rp. 245.929439,- (105%) dari target pendapatan
yang direncanakan tahun 2010 sebesar Rp. 233.800. uraian pos penerimaan disajikan
pada tabel berikut.
4. PERENCANAAN TINGKAT PUSKESMAS (PTP)
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab terhadap kesehatan diwilayah kerjanya. Agar upaya kesehatan
terselenggara secara optimal, maka puskesmas harus melaksanakan manejemen
12
dengan baik. Menajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan
secara sistematik untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien.
Manajemen puskesmas tersebut terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian
serta pengawasan dan pertanggung jawaban. Seluruh kegiatan diatas merupakan suatu
kesatuan yang saling terkait dan berkesinambungan.
Perencanaan tingkat puskesmas diartikan sebagai proses penyusunan rencana
kegiatan puskesmas pada tahun yang akan datang yang dilakukan secara sistematis
untuk mengatasi masalah atau sebagian masalah kesehatan masyarakat diwilayah
kerjanya. Perencanaan tingkat puskesmas disusun untuk mengatasi masalah kesehatan
yang ada diwilayah kerjanya, baik upaya kesehatan wajib, upaya lesehatan
pengembangan maupun upaya kesehatan penunjang. Perencanaan puskesmas ini
disusun untuk kebutuhan satu tahun agar puskesmas mampu melaksanakannya secara
efektif, efisien dan dapat dipertanggung jawabkan. Perencanaan tingkat puskesmas
disusun melalui 4 tahap yaitu:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini mempersiapkan staf puskesmas yang terlibat dalam proses
penyusunan perencanaan tingkat puskesmas agar memperoleh kesamaan pandangan
dan pengetahuan untuk melaksanakan tahap-tahap perencanaan.
2. Tahap Analisa Situasi
Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan dan
permasalahan yang dihadapi puskesmas elalui proses analisis terhadap data yang
dikumpulkan. Tim yang telah disusun melakukan pengumpulan data. Terdapat dua
data yang perlu dikumpulkan yaitu data umum dan data khusus. Data umum berupa
peta wilayah kerja serta fasilitas pelayanan, data sumberdaya, data peran serta
masyarakat, data penduduk dan sasaran program, data sekolah, data kesehatan
lingkungan. Data khusus berupa status kesehatan, kejadian luar biasa, cakupan
program pelayanan kesehatan, hasil survey.
13
Analisis situasi akan menghasilkan rumusan masalah dan berbagai faktor yang
berkaitan dengan masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas serta
potensi sumber daya Puskesmas yang dapat digunakan untuk melakukan intervensi.
Langkah ini dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisis data atau fakta yang
berkaitan dengan masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
3. Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan
Penyusunan rencana usulan kegiatan puskesmas harus memperhatikan berbagai
kebijakan yang berlaku baik secara global, nasional maupun daerah sesuai dengan
hasil kajian data dan informasi yang tersedia di puskesmas. Rencana usulan kegiatan
juga harus dilengkapi dengan usulan pembiayaan untuk kebutuhan rutin, sarana dan
prasarana serta operasional puskesmas. Rencana usulan kegiatan (RUK) yang disusun
merupakan RUK tahun mendatang (H+1). Penyusunan RUK disusun pada bulan
januari tahun berjalan dan diharapkan proses penyusunan RUK telah selesai
dilaksanakan pada akhir bulan januari tahun berjalan (H).
Penyusunan usulan kegiatan terdiri dari dua langkah yaitu analisis masalah
dan penyusunan rencana kegiatan. Penyusunan RUK dilaksanakan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Menyusun RUK bertujuaan untuk mempertahankan kegiatan yang sudah
dicapai pada periode sebelumnya dan memperbaiki program yang masih
bermasalah.
b. Menyusuk rencana kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan
diwilayah tersebut dan kemampuan puskesmas.
4. Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
Tahap penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan baik untuk upaya kesehatan
wajib, upaya kesehatan pengembangan, upaya kesehatan penunjang maupun upaya
kesehatan inovasi dilaksanakan secara bersama, terpadu dan terintegrasi. Langkah-
langkah penyusunan RPK adalah:
a. Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui.
14
b. Membandingkan alokasi kegiatan yang telah disetujui dengan Rencana
Usulan Kegiatan (RUK) yang diusulkan dan situasi pada saat oenyusunan
RPK.
c. Menyusun rancangan awal rincian dan volume kegiatan yang akan
dilaksanakan serta sumber daya pendukung mneurut bulan dan alokasi
pelaksanaan.
d. Mengadakan lokakarya mini tahunan untuk membahsa kesepakatan RPK
e. Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks.
5. PENGGERAKAN DAN PELAKSANAAN (P2)
Sesuai dengan yang tersebut dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2004
bahwa puskesmas merupakan unit pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Puskesmas mempunyai kewenangan untuk melakukan pengelolaan program
kegiatannya, untuk itu perlu didukung kemampuan manejeman yang baik.
Manejemen puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara
sinergik yang meliputi perencanaan, penggerakan pelaksanaan serta pengendalian,
pengawasan dan penilaian. Penerapan manejemen penggerakaan pelaksanaan dalam
bentuk forum pertemuan yang dikenal dengan Lokakarya Mini.
Lokakarya Mini Puskesmas merupakan suatu pertemuan antar petugas
Puskesmas dan petugas Puskesmas dengan sektor terkait (lintas sektoral) untuk
meningkatkan kerjasama tim, memantau cakupan pelayanan Puskesmas serta
membina peran serta masyarakat secara terpadu agar dapat meningkatkan fungsi
Puskesmas. Adapun tujuan dilaksanakannya lokakarya mini adalah
1. Tujuan umum
Terselenggaranya lokakarya bulanan intern puskesmas dalam rangka pemantauan
hasil kerja petugas puskesmas dengancara membandingkan rencana kerja bulan lalu
dari setiap petugas dengan hasil kegiatannya dan membandingkan cakupan kegiatan
dari daerah binaan dengan targentnya serta tersusunnya rencana kerja bulan
berikutnya.
15
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya hasil kegiatan puskesmas bulan lalu
b. Disampaikannya hasil rapat dari kabupaten/kota, kecamatan dan berbagai
kebijakan serta program
c. Diketahuinya hambatan/masalah dalam pelaksanaan kegiatan bulan lalu
d. Ditemukannya cara pemecahan masalah
e. Disusunnya rencana kerja bulan baru.
Lokakarya mini bulanan puskesmas diselenggarakan dalam dua tahap yaitu:
1. Lokakarya Mini bulanan yang pertama
Lokakarya mini bulanan yang pertama merupakan lokakarya
penggalangan tim diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian untuk
dapat terlaksananya rencana kegiatan puskesmas (RPK). Pelaksanaan
lokakarya mini bulanan yang pertama adalah sebagai berikut:
a. Masukan
1) Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok tentang peran,
tanggung jawab staf dan kewenangan puskesmas
2) Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru berkaitan
dengan puskesmas
3) Informasi tentan tata caa penyusunan kegiatan (Plan Of Action =
POA) puskesmas
b. Proses
1) Inventarisasi kegiatan puskesmas termasuk kegiatan lapangan/daerah
binaan
2) Analisis beban kerja tiap petugas
3) Pembinaan tugas baru termasuk pembagian tanggung jawab daerah
binaan
4) Penyusunan POA puskesmas tahunan berdasarkan RPK
c. Keluaran
1) Rencana kegiatan (POA) puskesmas tahunan
16
2) Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan kegiatan sesuai dengan POA
3) Matriks pembagian tugas dan daerah binaan
2. Lokakarya Mini bulanan rutin
Lokakarya mini bulanan puskesmas ini diselenggarakan sebagai tindak
lanjut dari lokakarya mini bulanan yang pertama. Lokakarya mini bulanan
rutin ini dilaksanakan untuk memantau pelaksanaan POA puskesmas yang
dilakukan setiap bulan secara teratur. Pelaksanaan lokakarya mini bulanan
rutin puskesmas adalah sebagai berikut:
a. Masukan
1) Laporan kegiatan bulan lalu
2) Informasi tentang hasil rapat di kabupaten/kota
3) Informasi tentang hasil rapat di kecamatan
4) Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru
b. Proses
1) Analisis hambatan dan masalah antara lain dengan menggunakan PWS
2) Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan dengan
kepatuhan terhadap standar pelayanan
3) Merumuskan alternative pemecahan masalah
c. Keluaran
1) Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan
2) Rencana kerja bulanan yang baru
Lokakarya mini tribulanan lintas sector
Adapun tujuan dilaksanakannya lokakarya mini tribulanan lintas sector adalah
1. Tujuan umum
Terselenggaranya lokakarya tribulanan lintas sektoral dalam rangka
mengkaji hasil kegiatan kerjasama lintas sektoral dan tersusunnya rencana
kerja tribulanan berikutnya.
2. Tujuan khusus
17
a. Dibahas dan dipecahkan secara bersama lintas sektoral masalah dan
hambatan yang dihadapi
b. Dirumuskannya mekanisme/rencana kerja lintas sektoral yang baru
Lokakarya mini tribulanan lintas sector dilaksanakan dalam dua tahap yaitu:
1. Lokakarya mini tribulanan yang pertama
Lokakarya mini tribulanan yang pertama merupakan lokakarya
penggalangan tim diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian.
Pengorganisasian dilaksanakan sebagai penentu penanggung jawab dan
pelaksanan setiap kegiatan untuk satuan wilayah kerja. Pelaksanaan lokakarya
mini tribulanan adalah sebagai berikut:
a. Masukan
1) Penggalangan tim yang dilakukan melalui dinamika kelompok
2) Informasi tentang program lintas sector
3) Informasi tentang program kesehatan
4) Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru
b. Proses
1) Inventarisasi peran bantu masing-masing sector
2) Analisis masalah peran bantu dari masing-masing sector
3) Pembagian peran dan tigas masing-masing sector
c. Keluaran
1) Kesepakatan tertulis lintas sector terkait dalam mendukung program
kesehatan
2) Rencana kegiata masing-masing sector
2. Lokakarya mini tribulanan rutin
Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari lokakarya penggalangan
kerjasama lintas sektoral yang telah dilakukan dan selanjutnya dilakukan
setiap tribulan secara tetap. Penyelenggaraan dilakukan oleh camat dibantu
sector terkait dikecamatan. Lokakarya tribulanan lintas sector dilaksanakan
sebagai berikut:
18
a. Masukan
1) Laporan kegiatan pelaksanaan program kesehatan dan dukungan sector
terkait
2) Inventarisasi masalah/hambatan dari masing-masing sector dalam
pelaksanaan program kesehatan
3) Pemberian iformasi baru
b. Proses
1) Analisis hambatan dan masalah pelaksanaan program kesehatan
2) Analisis hambatan dan masalah dukungan dari masing-masing sector
3) Merumuskan cara penyelesaian masalah
4) Menyusun rencana kerja dan menyepakati kegiatan untuk tribulan baru
c. Keluaran
1) Rencana kerja tribulanan yang baru
2) Kesepakatan bersama
6. PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PENILAIAN (P3)
Penilaian kinerja puskesmas adalah suatu upaya untuk melakukan penilaian
hasil kerja / prestasi puskesmas. Adapun aspek penilaian meliputi pencapaian
cakupan dan manajemen kegiatan termasuk mutu pelayanan puskesmas atas
perhitungan seluruh puskesmas. Ruang lingkup penilaian kinerja puskesmas meliputi
penilaian penvapaian hasil pelaksanaan kesehatan, manajemen puskesmas, dan mutu
pelayanan. Secara garis besar lingkup penilaian kinerja puskesmas tersebut
berdasarkan upaya-upaya puskesmas dalam menyelenggarakan:
1. Pelayanan kesehatan yang meliputi:
a. Upaya kesehatan wajib sesuai dengan kebijakan nasional dimana
penetapan jenis pelayanannya disusun oleh dinas kesehatan kabupaten /
kota
19
b. Upaya kesehatan pengembangan antara lain penambahan upaya kesehatan
atau penerapan pendekatan baru upaya kesehatan dalam pelaksanaan
pengembangan program kesehatan yang dilaksanakan dipuskesmas.
2. Pelaksanaan manajemen puskesmas dalam menyelenggarakan kegiatan,
meliputi:
a. Proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan lokakarya mini dan
pelaksanaan penilaian kinerja
b. Manajemen sumber daya termasuk manajemen alat, obat, keuangan, dl.
3. Mutu pelayanan puskesmas, meliputi:
a. Penilaian input pelayanan berdasarkan standar yang ditetapkan
b. Penilaian proses pelayanan dengan menilai tingkat kepauhan terhadap
standar pelayanan yang telah ditetapkan
c. Penilaian out-put pelayanan berdasarkan upaya kesehatan yang
diselenggarakan. Dimana masing-masing program mempunyai indicator
tersendiri
d. Penilaian out-come pelayanan
Pelaksanaan penilaian kinerja puskesmas dimulai sejak awal tahun anggaran
pada saat penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan puskesmas. Penilaian kinerja
puskesmas meliputi puskesmas dan jaringannya yaitu puskesmas, pustu, bidan desa
serta berbagai UKBM dan upaya pemberdayaan masyarakat lainnya. Adapun
pelaksanaan penilain kinerja puskesmas adalah sebagai berikut:
1. Penetapan target puskesmas
Target puskesmas yaitu tolak ukur dalam bentuk angka nominal atau
persentase yangakan dicapai pada akhir tahun. Penetapan besar target bersifat spesifik
dan berlaku untuk puskesmas yang bersangkutan berdasarkan pembahasan bersama
antara dinas kesehatan kabupaten/kota dengan puskesmas pada saat penyusunan
rencana kegiatan puskesmas. Penetapan target puskesmas dengan
mempertimbangkan:
a. Besarnya masalah yang dihadapi oleh masing-masing puskesmas
20
b. Besarnya masalah yang dihadapi kabupaten/kota
c. Keberhasilan tahun lalu dalam menghadapi masalah
d. Kendala-kendala maupun masalah dalam penanganannya
e. Ketersediaan sumberdaya
f. Lingkungan baik fisik maupun non fisik
g. Target puskesmas yang sebenarnya
2. Pengumpulan data hasil kegiatan
Yang dimaksud dengan hasil kegiatan puskesmas di sini adalah puskesmas
beserta jaringannya yaitu pustu, puskesmas keliling dan bidan desa serta
pembinaan dan pemberdayaan masyarakat. Hasil kegiatan yang diperhitungkan
adalah hasil kegiatan pada periode waktu tertentu. Penetapan periode ini
ditentukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota bersama puskesmas.
Data untuk menghitung hasil kegiatan diperoleh dari SP2TP dan pencatatan
hasil kegiatan yang ada atau dibuat puskesmas, tidak hanya terbatas pada laporan
SP2tp yang dikirim kedinas kesehatan kabupaten/kota.
21
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH
A. KEADAAN
1. Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Perawatan Lepo-lepo2
Puskesmas perawatan Poasia merupakan puskesmas yang terbaik di seluruh
puskesmas Kota Kendari, dimana target dan cakupan standar pelayanan minimal yang
berlaku secara Nasional dari semua indikator telah mencapai target bahkan sebagian
indikator melebihi dari target. Hal ini membuktikan bahwa petugas kesehatan
puskesmas lepo-lepo telah bekerja dengan baik dan penuh rasa tanggung jawab
disamping dari kesadaran penduduknya yang cukup tinggi akan pentingnya masalah
kesehatan baik kesehatan pribadi, keluarga, lingkungan dan masyarakat. Berikut akan
dipaparkan mencapaian target dari masing-masing standar pelayanan minimal yang
berlaku secara nasional tersebut.
Tabel 1. Target dan cakupan standar pelayanan minimal puskesmas perawatan Poasia
No Indikator SPM
Definisi Operasional
Cara pengukuran Target Cakupan
1 Cakupan kunjungan Ibu hamil K4
Cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali sesuai standar _______________X 100%Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah dalam 1 tahun
95% 115,6 %,
2 Cakupan komplikasi kebidanan
Ibu dengan komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja pada
Jumlah komplikasi kebidanan yang
22
yang ditangani
kurun waktu tertentu yang mendapat penanganan definitive sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan (polindes, puskesmas, puskesmas PONED, rumah bersalin, RSB, RSU, RSU PONEK).
mendapatkan penanganan definitif di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu ______________ X 100%Jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja pd kurun waktu yg sama
80% 100%
3 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenagakesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu.
Jumlah persalinan yang
ditolong oleh tenaga
kesehatan
kompeten
_______________
_X100%
Jumlah sasaran ibu bersalin disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun
90% 113%
4 Cakupan pelayanan nifas
Cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca
Jumlah ibu nifas yang
telah memperoleh 3 kali
pelayanan nifas sesuai
standar oleh tenaga
kesehatan disuatu wilayah
90% 120%
23
bersalin sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam – 3 hari, 8 – 14 hari dan 36 – 42 hari setelah bersalin di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
kerja pada kurun waktu
tertentu
_______________X
100%
Jumlah sasaran ibu nifas
di suatu wilayah kerja
dalam kurun waktu yang
sama
5 Cakupan neonatus dengan komplikasi yangDitangani
Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara definitif oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah neonatus dengan komplikasi yg tertangani_______________X 100%Jumlah seluruh neonatus dgn komplikasi yang ada
80%100%
6 Cakupan kunjungan bayi
Cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh dokter, bidan
Jumlah bayi memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu_______________X 100%Jumlah seluruh bayi lahir
90%100%
24
dan perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan, paling sedikit 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
hidup di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yg sama
7 Cakupan Desa/Kelurahan Universal ChildImmunization (UCI)
Desa kelurahan di mana ≥ 80% dari jumlah bayi yg ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap dalam waktu 1 tahun
Jumlah desa / kelurahan UCI______________ X 100%Seluruh desa/ kelurahan
100% 100%
8 Cakupan pelayanan anak balita
Cakupan anak balita (12–59 bulan) yang memperoleh pelayanan sesuai standar, meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8x setahun, pemantauan perkembangan minimal 2x setahun, pemberian vitamin A 2x setahun
Jumlah anak balita yg memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu________________X100%Jumlah seluruh anak balita disuatu wilayah kerja dalam waktu yang sama
90% 78%
25
9 Cakupan pemberian makanan pendamping ASIpada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin
Pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin selama 90 hari
Jumlah anak usia 6-24 bulan keluarga miskin yg mendapat MP-ASI_______________ X 100%Jumlah seluruh anak usia 6-24 bulan keluarga miskin
100%66,3%
10 Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan
Bayi gizi buruk yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah balita gizi buruk mendapat perawatan di sarana pelayanan kesehatan disatu wilayah kerja pd kurun waktu tertentu_______________x 100 %Jumlah seluruh balita gizi buruk yg ditemukan di satu wilayah kerja pada kurun waktu yg sama
100%100 %
12 Cakupan peserta KB aktif
Cakupan dari peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif menggunakan alat dan obat kontrasepsi (alokon) dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah PUS yang menggunakan kontrasepsi di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu_______________x 100 %Seluruh Pasangan Usia Subur di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama
70% 102,12 %
26
13 Cakupan penemuan dan penanganan penderitaPenyakita. Acute
Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun
b. Penemuan Penderita Pneumonia Balita
c. Penemuan pasien baru TB BTA Positif
a. Jumlah kasus AFP Non Polio yang ditemukan diantara 100.000 penduduk < 15 tahun pertahun di satu wilayah kerja tertentu
b. Persentase balita dengan Pneumonia yang ditemukan dan diberikan tatalaksana sesuai standar di Sarana Kesehatan di satu wilayah dalam waktu satu tahun
c. Angka penemuan pasien baru TB BTA positif atau Case Detection Rate (CDR) adalah persentase jumlah penderita baru TB BTA positif yang ditemukan
a. Jumlah kasus AFP non Polio yang dilaporkan____________X 100.000Jumlah Penduduk < 15 tahunb.
b. Jumlah penderita pneumonia balita yang ditangani di 1 wilayah kerja pd kurun waktu 1 tahun______________X100 %Jumlah perkiraan penderita Pneumonia balita di satu Wilayah kerja pada kurun waktu yg sama.
c. Jumlah pasien baru TB BTA (+) yang ditemukan dan diobati dalam 1 wilayah selama 1 tahun______________X 100%Jumlah perkiraan pasien baru TB BTA positif dalam satu wilayah dalam waktu satu tahun
100%a. tiap
tahun: ≥ 2/100.000 penduduk dibawah 15 tahun
b. 100%
c. 100%
100%
101%
90,38%
27
d. Penderita DBD yang ditangani
e. Penemuan penderita diare
dibandingkan dengan jumlah perkiraan kasus baru TB BTA positif dalam wilayah tertentu dalam waktu satu tahun
d. Persentase penderita DBD yang ditangani sesuai standar di satu wilayah dalam waktu 1 (satu) tahun dibandingkan dengan jumlah penderita DBD yang ditemukan/dilaporkan dalam kurun waktu satu tahun yang sama
e. Penemuan penderita diare adalah jumlah penderita yang datang dan dilayani di Sarana Kesehatan dan Kader di
d. Jumlah penderita DBD yang ditangani sesuai SOP di satu wilayah dalam waktu 1 tahun______________X 100%Jumlah penderita DBD yang ditemukan di satu wilayah dalam waktu satu tahun yang sama
e. Jumlah penderita diare yang datang dan dilayani di sarana Kesehatan dan Kaderdi suatu wilayah tertentu dalam waktu satu tahun______________X 100%
d. 100%
e. 100%
100%
151%
28
suatu wilayah tertentu dalam waktu satu tahun
Jumlah perkiraan penderita diare pd satu wilayah tertentu dalam waktu yg sama (10% dari angka kesakitan diare x jumlah penduduk)
14 Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakatMiskin
Jumlah kunjungan pasien masyarakat miskin di sarana kesehatan strata pertama di satu wilayah kerja tertentu pada kurun waktu tertentu
Jumlah kunjungan pasien maskin di Sarkes strata 1______________ x 100 %Jumlah seluruh maskin di kab/kota
100% 36,7%
Sumber: Data Sekunder puskesmas Poasia Tahun 2013
2. Analisis Penyebab Masalah Kunjungan Ibu hamil K4
Analisis masalah dilakukan untuk menentukan kemungkinan penyebab masalah dengan metode pendekatan sistem (input, proses, lingkungan, dan output). Pendekatan input meliputi 5M (Man, Money, Methode, Material, Machine) yang akan dibahas sebagai berikut
a. Analisis Input
Tabel 2. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (bidan)
dan koordinator program yang kompeten untuk pelayanan kunjungan ibu hamil di puskesmas
- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program kunjungan ibu hamil K4
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program K4
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat
29
langsung dengan program kunjungan ibu hamil K4, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemeriksaan K4
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya pemeriksaan kunjungan ibu hamil di puskesmas
- Pemberian tablet Fe pada semua ibu hamil
- Imunisasi TT ibu hamil
Tidak ada masalah
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Tersedia Toko obat berizin- Tersedia Laboratorium
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).
Machine - Tersedianya alat untuk pemeriksaan fisik pada ibu hamil (Tensi, alat pengukur tinggi badan dan berat badan, lenec, meteran dll )
- Tersedianya peralatan untuk persalinan (partus set dll)
- kepatuhan ibi hamil dalam melakukan ANC
- Masih minimnya alat pemeriksaan penunjang untuk ibu hamil (misalnya USG)
b. Analisis Proses Tabel 3. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
Rencana pelaksanaan program kunjungan ibu hamil K4 bekerja sama lintas program (Promkes, Gizi, atau pengobatan)
Tidak ada masalah
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (bidan) melakukan pemeriksaan khusus untuk ibu hamil misalnya, pengukuranTD, BB,TB,
- Kurangnya penggalian tentang riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga ibu hamil
30
LiLa, Lingkar perut, lingkar pinggul, DJJ dll .
- Penggalian tentang riwayat kehamilan ibu cukup memadai
- Pemberian imunisasi TT ibu hamil
- Pemberian tablet SF
- Masih adanya ibu hamil yang beresiko tinggi (usia bumil < 20 tahun dan > 35 tahun serta jarak kelahiran )
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
)
- Laporan program Kunjungan ibu hamil K4 dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan kunjungan ibu hamil K4 rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya pemeriksaan ibu hamil (ANC)
Tidak ada masalah
c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan kunjungan ibu hamil K4 Puskesmas perawatan Poasia selama
periode 2013 adalah sebesar 115,6 %, sudah melebihi dari target pencapaian yang
ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar 95%.
Dari pencapaian skor ini bukan menjadi menjadi masalah karena telah mencapai
target bahkan melebihi target dinas kesehatan nasional.
d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan kunjungan ibu hamil K4 Puskesmas perawatan Poasia selama
periode 2013 memilki outcome yang baik bagi kesehatan ibu dan bayi dimana
31
didapatkan selama dalam kurun waktu satu tahun didapatkan angka kematian ibu
selama dalam kurun waktu satu tahun adalah 0. Sedangkan angka kematian bayi
yaitu 3 per 1000 kelahiran hidup (2 bayi yang meninggal dari 620 kelahiran hidup)
dimana target MDgs angka kematian bayi yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2015. Hal ini bukan merupakan suatu masalah kesehatan karena telah
mencapai target MDGs.
3. Analisis Penyebab Masalah Program Komplikasi Kebidanan yang Ditangania. Analisis Input
Tabel 4. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (bidan)
dan koordinator program yang kompeten untuk pelayanan komplikasi kebidanan
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program penanganan komplikasi kebidanan
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program penanganan komplikasi kebidanan, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melalkukan penanganan komplikasi kebidanan
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya penanganan komplikasi kebidanan di puskesmas
- Penyuluhan individu dilakukan tiap pelaksanaan posyandu
- Penjaringan bumil Resti- Pemberian tablet Fe pada setiap
ibu hamil- Imunisasi TT ibu hamil
- Penyuluhan dilakukan jika terdapat tanda-tanda komplikasi kebidanan
- Masih adanya pertolongan persalinan oleh tenaga nonmedis
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Tersedia Toko obat berizin- Tersedia Laboratorium
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).
32
Machine - Tersedianya alat untuk pemeriksaan fisik pada ibu hamil dengan komplikasi kebidanan (tensi meter, termometer, dll)
- Masih minimnya alat pemeriksaan penunjang untuk pemantauan tumbuh kembang janin (misalnya USG)
b. Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 5. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
Rencana pelaksanaan komplikasi kebidanan yang ditangani bekerja sama lintas program (Promkes,KIA, Gizi, atau pengobatan)
Tidak ada masalah
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (bidan) melakukan pemeriksaan khusus untuk ibu dengan komplikasi kebidanan.
- Penjaringan bumil resti
- Masih adanya ibu hamil yang beresiko tinggi (usia bumil < 20 tahun dan > 35 tahun serta jarak kelahiran )
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
)
- Laporan program komplikasi kebidanan yang ditangani dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya pemeriksaan ibu hamil (ANC)
Tidak ada masalah
c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan bumil risti / komplikasi kebidanan yang ditangani di wilayah kerja
33
Puskesmas perawatan Poasia selama periode 2013 adalah sebesar 100 % (tertangani
130 bumil risti / komplikasi kebidanan dari 130 kasus), dimana target pencapaian
yang ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar
80%. Dari pencapaian skor ini membuktikan bahwa keberhasilan tenaga kesehatan
dalam hal promosi, preventif dan pengobatan di masyarakat.
d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada yaitu tidak ditemukannya kasus ibu dengan
komplikasi kebidanan hal ini berarti bahwa tenaga kesehatan berhasil dalam
pelayanan kesehatan masyarakat baik dari segi promosi kesehatan maupun
pengobatan. Dalam hal ini memilki outcome yang baik bagi kesehatan ibu dan bayi
dimana didapatkan selama dalam kurun waktu satu tahun didapatkan angka
kematian ibu selama dalam kurun waktu satu tahun adalah 0. Sedangkan angka
kematian bayi yaitu 3 per 1000 kelahiran hidup (2 bayi yang meninggal dari 620
kelahiran hidup) dimana target MDgs angka kematian bayi yaitu 24 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 2015. Hal ini bukan merupakan suatu masalah kesehatan
karena telah mencapai target MDGs.
4. Analisis Penyebab Masalah Program Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanana. Analisis Input
Tabel 6. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (bidan)
dan koordinator program pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan prtolongan persalinan
34
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di puskesmas
- Penyuluhan individu dilakukan tiap pelaksanaan posyandu
- Masih adanya pertolongan persalinan oleh tenaga nonmedis
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, dukun terlatih
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Tersedia Toko obat berizin- Tersedia Laboratorium
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat tentang dampak persalinan yang tidak steril (misal: poster, pamflet dll)
Machine - Tersedianya alat untuk pemeriksaan fisik pada ibu hamil dengan komplikasi kebidanan (tensi meter, termometer, dll)
- Tersedianya alat untuk persalinan (missal partus set dll)
- Masih minimnya alat pemeriksaan penunjang untuk pemantauan tumbuh kembang janin (misalnya USG)
b. Analisis Proses Tabel 7. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
Rencana program pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan bekerja sama lintas program (Promkes,KIA, Gizi, atau pengobatan)
Tidak ada masalah
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (bidan) melakukan pemeriksaan ibu hamil untuk pertolongan persalinan
- Bidan melakukan pertolongan persalinan sesuai dengan standar pada APN
- Masih adanya ibu hamil yang memilih ke dukun untuk bersalin
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
- Laporan program pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dilaporkan ke dinas
Tidak ada masalah
35
) kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang ditangani rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan program pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan di wilayah kerja Puskesmas perawatan Poasia selama periode
2013 adalah sebesar 113 % dimana target pencapaian yang ditetapkan Dinas
Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar 90%. Dari pencapaian
skor ini bukan menjadi masalah karena telah mencapai target bahkan melebihi target
dinas kesehatan nasional.
d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan program pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan Puskesmas perawatan Poasia selama periode 2013 memilki
outcome yang baik bagi kesehatan ibu dan bayi dimana didapatkan selama dalam
kurun waktu satu tahun didapatkan angka kematian ibu selama dalam kurun waktu
satu tahun adalah 0. Sedangkan angka kematian bayi yaitu 3 per 1000 kelahiran hidup
(2 bayi yang meninggal dari 620 kelahiran hidup) dimana target MDgs angka
kematian bayi yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian ibu 102 per
36
100.000 kelahiran pada tahun 2015. Hal ini bukan merupakan suatu masalah
kesehatan karena telah mencapai target MDGs.
5. Analisis Penyebab Masalah Program Pelayanan Nifasa. Analisis Input
Tabel 8. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (bidan)
dan koordinator program pelayanan nifas
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program pelayanan nifas
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program pelayanan nifas, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pelayanan nifas
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan di puskesmas
- Penyuluhan individu dilakukan tiap ada ibu nifas
- Penyuluhan pemberian ASI eksklusif
- Masih adanya ibu nifas yang tidak ikut serat dalam pelayanan nifas
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, dukun terlatih
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Tersedia Toko obat berizin- Tersedia Laboratorium
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat tentang pelayanan nifas (misal: poster, pamflet dll)
- Penyuluhan dilakukan hanya pada ibu nifas yang ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan) sehingga ibu nifas yang tidak diolong bidan tidak mengetahui pentingnya pelayanan nifas
Machine - Tersedianya alat untuk pemeriksaan fisik untuk ibu nifas (tensi meter, termometer, dll)
b. Analisis Proses
37
Tabel 9. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
- Rencana program pelayanan nifas bekerja sama lintas program (Promkes, Gizi, atau pengobatan)
Tidak ada masalah
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (bidan) melakukan pemeriksaan dan pelayanan ibu nifas
- Bidan melakukan penyuluhan idndividu tentang pentingnya pelyanan nifas dan pemberian ASI eksklusif
- Masih adanya ibu hamil yang tidak ikut serta dalam pelayanan nifas
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
)
- Laporan program pelyanan nifas dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan pelyanan nifas yang ditangani rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya pelyanan nifas
Tidak ada masalah
c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan program pelyanan nifas di wilayah kerja Puskesmas perawatan
Poasia selama periode 2013 adalah sebesar 120% dimana target pencapaian yang
ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar 90%.
Dari pencapaian skor ini bukan menjadi masalah karena telah mencapai target bahkan
melebihi target dinas kesehatan nasional.
38
d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan program pelyanan nifas Puskesmas perawatan Poasia selama periode
2013 memilki outcome yang baik bagi kesehatan ibu dan bayi dimana didapatkan
selama dalam kurun waktu satu tahun didapatkan angka kematian ibu selama dalam
kurun waktu satu tahun adalah 0. Sedangkan angka kematian bayi yaitu 3 per 1000
kelahiran hidup (2 bayi yang meninggal dari 620 kelahiran hidup) dimana target
MDgs angka kematian bayi yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian
ibu 102 per 100.000 kelahiran pada tahun 2015. Hal ini bukan merupakan suatu
masalah kesehatan karena telah mencapai target MDGs
6. Analisis Penyebab Masalah Program Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangania. Analisis Input
Tabel 10. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (bidan)
dan koordinator program cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali penanganan komplikasi neonatus
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani oleh tenaga kesehatan di puskesmas
- Penyuluhan individu dilakukan jika ditemukan kasus komplikasi neonatus
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat tentang komplikasi neonatus (misal: poster, pamflet dll)
39
- Tersedia Toko obat berizin- Tersedia Laboratorium
Machine - Tersedianya alat untuk pemeriksaan fisik pada neonatus (stetoskop, termometer, dll)
- belum semua kasus dengan komplikasi neonatus langsung ke pusat pelayanan kesehatan
b. Analisis Proses Tabel 11. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
- Rencana program cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani bekerja sama lintas program (Promkes, Gizi, atau pengobatan)
Tidak ada masalah
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (bidan) melakukan penanganan awal pada komplikasi neonatus
- Melakukan rujukan kasus yang tidak dapat ditanagani di puskesmas
- Penyuuhan dilakukan jika ditemukan kasus
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
)
- Laporan program cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang bahaya komplikasi neonatus
Tidak ada masalah
c. Analisis Output Penyebab Masalah
40
Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja neonatus dengan komplikasi yang ditangani di wilayah kerja Puskesmas
perawatan Poasia selama periode 2013 adalah sebesar 100% dimana target
pencapaian yang ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu
sebesar 80%. Dari pencapaian skor ini bukan menjadi masalah karena telah
mencapai target bahkan melebihi target dinas kesehatan nasional
d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan program neonatus dengan komplikasi yang ditangan di Puskesmas
perawatan Poasia selama periode 2013 memilki outcome yang baik bagi kesehatan
bayi dimana didapatkan selama dalam kurun waktu satu tahun didapatkan angka
kematian bayi yaitu 3 per 1000 kelahiran hidup (2 bayi yang meninggal dari 620
kelahiran hidup) dimana target MDgs angka kematian bayi yaitu 24 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 2015.
7. Analisis Penyebab Masalah Program Cakupan Kunjungan Bayia. Analisis Input
Tabel 12. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (bidan)
dan koordinator program kunjungan bayi
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program kunjungan bayi
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program kunjungan bayi, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali pelayanan kunjungan bayi
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya kunjungan bayi di puskesmas
- Penyuluhan dilakukan setiap posyandu
- Karena penyuluhan hanya dilakukan di posyandu maka Ibu yang tidak datang posyandu tidak mengetahui pentingnya kunjungan bayi di pusat kesehatan masyarakat
41
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Tersedia Toko obat berizin- Tersedia Laboratorium
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat tentang manfaat kunjungan bayi (misal: poster, pamflet dll)
Machine - Tersedianya alat untuk pemeriksaan fisik pada bayi (stetoskop, termometer, timbangan, meteran dll)
- Belum semua bayi ke pusat pelayanan kesehatan
b. Analisis Proses Tabel 13. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
- Rencana program kunjungan bayi bekerja sama lintas program (Promkes, Gizi, atau pengobatan)
Tidak ada masalah
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (dokter, bidan, perawat dan kader posyandu) melakukan pemeriksaan pada bayi tiap ada kunjungan bayi baik di puskesmas, posyandu, pustu dll
- Penyuluhan individu dilakukan setiap kunjungan
- Tidak semua bayi datang ke posyandu
- Masih banyaknya bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
)
- Laporan program cakupan kunjungan bayi dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan kunjungan bayi yang ditangani rendah tindak lanjut dilakukan dengan
Tidak ada masalah
42
mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan pentingnya kunjungan bayi
c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja program cakupan kunjungan bayi di wilayah kerja Puskesmas perawatan
Poasia selama periode 2013 adalah sebesar 100% dimana target pencapaian yang
ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar 90%.
Dari pencapaian skor ini bukan menjadi masalah karena telah mencapai target
bahkan melebihi target dinas kesehatan nasional.
d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja program cakupan kunjungan bayi Puskesmas perawatan Poasia selama
periode 2013 memilki outcome yang baik bagi kesehatan bayi dimana didapatkan
selama dalam kurun waktu satu tahun didapatkan angka kematian bayi yaitu 3 per
1000 kelahiran hidup (2 bayi yang meninggal dari 620 kelahiran hidup) dimana
target MDgs angka kematian bayi yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup pada tahun
2015.
8. Analisis Penyebab Masalah Program Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)a. Analisis Input
Tabel 14. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan
(dokter, bidan, perawat) dan koordinator program desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah - Tidak adanya dana khusus (reward)
43
untuk program desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
untuk petugas yang terlibat langsung dengan program desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI), misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan imunisasi
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya Universal Child Immunization (UCI)
- Penyuluhan dilakukan setiap posyandu
- Tidak semua ibu-ibu ingin anaknya diberikan imunisasi dengan alasan kepercayaan keagamaan
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Tersedia Toko obat berizin- Tersedia Laboratorium
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat tentang manfaat desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) (misal: poster, pamflet dll)
Machine - Tersedianya alat untuk pemeriksaan fisik pada bayi dan balita (stetoskop, termometer, timbangan, meteran dll)
- Tersedianya KMS
- Belum semua bayi dan balita ke pusat pelayanan kesehatan untuk medapatkan imunisasi
b. Analisis Proses Tabel 15. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
- Rencana program desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) bekerja sama lintas program (Promkes, Gizi, atau pengobatan)
- Hanya menunggu anak datang ke pusat pelayanan kesehatan untuk melakukan imunisasi pada waktu tertentu
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (dokter, bidan, perawat) melakukan pemeriksaan fisis pada tiap bayi yang ingin diimunisasi
- Penyuluhan individu dilakukan setiap kunjungan
- Pencatatan semua hasil pemeriksaan fisis dan
- Tidak semua bayi datang ke posyandu untuk imunisasi
- Masih adanya KLB varicella di sekolah dasar
44
imunisasi yang telah didapatkan anak
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
)
- Laporan program desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) yang ditangani rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan pentingnya Universal Child Immunization (UCI)
Tidak ada masalah
c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja program cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) di
wilayah kerja Puskesmas perawatan Poasia selama periode 2013 adalah sebesar
100% kecuali imunisasi HB0 cakupannya hanya 63,7% dimana target pencapaian
yang ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar
100%. Pencapaian skor ini merupakan suatu masalah karena tidak mencapai target
dinas kesehatan nasional.
d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja program desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Puskesmas
perawatan Poasia selama periode 2013 memilki outcome yang baik bagi kesehatan
bayi dimana didapatkan selama dalam kurun waktu satu tahun didapatkan angka
45
kematian bayi yaitu 3 per 1000 kelahiran hidup (2 bayi yang meninggal dari 620
kelahiran hidup) dimana target MDgs angka kematian bayi yaitu 24 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 2015.
9. Analisis Penyebab Masalah Program pelayanan anak balitaa. Analisis Input
Tabel 16. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (bidan
dan perawat) dan koordinator program yang kompeten untuk program pelayanan anak balita di puskesmas
- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program pelayanan anak balita
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program pelayanan anak balita
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program pelayanan anak balita, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemantauan pertumbuhan anak balita dan pemberian vitamin
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya pemberian pelayanan anak balita di puskesmas
- Pemberian pelayanan anak balita pada setiap bayi dan balita
- Pemantauan pertumbuhan bayi dan balita
- Pemberian vitamin A pada anak balita
Tidak ada masalah
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).
46
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Tersedia Toko obat berizin- Tersedia Laboratorium
Machine - Tersedianya alat untuk pemeriksaan fisik pada anak balita (Tensi, alat pengukur tinggi badan dan berat badan,pengukur lengan, meteran dll )
- Tersedianya peralatan untuk persalinan (partus set dll)
- kepatuhan ibi hamil dalam melakukan ANC
- Masih minimnya alat pemeriksaan penunjang untuk pelayanan anak balita
b. Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 17. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
Rencana pelaksanaan program pelayanan anak balita bekerja sama lintas program (Promkes, Gizi, atau pengobatan)
-
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (bidan) melakukan pemeriksaan khusus anak balita misalnya, pengukuran BB,TB, LiLa, Lingkar perut, dll .
- Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai
- Pemberian vitamin A
- Kurangnya penggalian tentang riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga terutama orang tua
- Masih adanya ditemukan bayi dengan pertumbuhan dibawah normal dan juga melebihi
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
)
- Laporan program pelayanan anak balita dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan
47
pelayanan anak balita rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya pemantauan pertumbuhan anak balita
c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan pelayanan anak balita yang memperoleh pemantauan pertumbuhan
minimal 8 kali disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Puskesmas perawatan
Poasia selama periode 2013 adalah sebesar 78 %, belum mencapai target pencapaian
yang ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar
90%. Dari pencapaian skor ini menjadi masalah karena tidak mencapai target dinas
kesehatan nasional.
d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan pelayanan anak balita Poasia selama periode 2013 memilki output
yang tidak mencapai target tapi secara keseluruhan memiliki outcome yang baik bagi
kesehatan ibu dan bayi dimana didapatkan selama dalam kurun waktu satu tahun
didapatkan angka kematian ibu selama dalam kurun waktu satu tahun adalah 0 karena
dilihat bahwa derajat kesehatan itu dilihat dari berbagai faktor. Sedangkan angka
kematian bayi yaitu 3 per 1000 kelahiran hidup (2 bayi yang meninggal dari 620
kelahiran hidup) dimana target MDgs angka kematian bayi yaitu 24 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 2015. Hal ini bukan merupakan suatu masalah kesehatan
karena telah mencapai target MDGs.
10. Analisis Penyebab Masalah pada Program pemberian makanan
pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin
48
a. Analisis Input pelayanan anak balita
Tabel 18. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (bidan
dan perawat) dan koordinator program yang kompeten untuk program pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin di puskesmas
- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemantauan dan penyuluhan tentang pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin di puskesmas
- pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin pada setiap bayi
- Pemantauan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).
49
ke masyarakat- Tersedia Toko obat berizin- Tersedia Laboratorium
Machine - Tersedianya alat untuk memperkenalkan tentang pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin
- kepatuhan ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin
- Masih minimnya alat dalam memperkenalkan pentingnya pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin
b. Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 19. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
Rencana pelaksanaan program pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin bekerja sama lintas program (KIA,Promkes, Gizi)
tidak ada masalah
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (bidan) melakukan perkenalan dan penjelasan tentang pentingnya pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin
- Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai
-
- Kurangnya penggalian tentang riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga terutama orang tua
- Masih adanya ditemukan bayi dengan pertumbuhan dibawah normal dan juga melebihi
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
)
- Laporan program pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
tidak ada masalah
50
- Jika angka cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin
c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan
keluarga miskin Puskesmas perawatan Poasia selama periode 2013 adalah sebesar
66,3 %, belum mencapai target pencapaian yang ditetapkan Dinas Kesehatan
Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar 100%. Dari pencapaian skor ini
menjadi masalah karena tidak mencapai target dinas kesehatan nasional.
d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan pemberian makanan pendamping ASI Poasia selama periode 2013
memilki outcome yang kurang baik bagi kesehatan bayi dimana didapatkan selama
dalam kurun waktu satu tahun didapatkan angka kejadian ISPA dan diare masih
cukup tinggi dan menjadi sepuluh penyakit terbesar di wilayah puskesmas.
Sedangkan angka kematian bayi yaitu 3 per 1000 kelahiran hidup (2 bayi yang
meninggal dari 620 kelahiran hidup) dimana target MDgs angka kematian bayi yaitu
24 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Hal ini bukan merupakan suatu
masalah kesehatan karena telah mencapai target MDGs.
11. Analisis Penyebab Masalah pada Program balita gizi buruk mendapat
perawatan
51
a.Analisis Input balita gizi buruk mendapat perawatan
Tabel 20. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan
(perawat dan dokter) dan koordinator program yang kompeten untuk program balita gizi buruk mendapat perawatan di puskesmas
- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program balita gizi buruk mendapat perawatan
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program balita gizi buruk mendapat perawatan
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program balita gizi buruk mendapat perawatan, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemantauan dan penyuluhan tentang bagaimana apabila terdapat nalita gizi buruk dan perawatan yang dilakukan
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya balita gizi buruk mendapat perawatan di puskesmas
- balita gizi buruk mendapat perawatan pada setiap balita
- Pemantauan balita gizi buruk mendapat perawatan
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Tersedia Toko obat berizin- Tersedia Laboratorium
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).
Machine -Tersedianya alat dan obat-obatan dalam program balita gizi buruk mendapat perawatan
- kepatuhan ibu dan petugas dalam perawatan balita gizi buruk mendapat perawatan
- Masih minimnya obat-obatan dan alat dalam perawatan balita gizi buruk mendapat perawatan
52
b. Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 21. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
Rencana pelaksanaan program balita gizi buruk mendapat perawatan bekerja sama lintas program (KIA,Promkes, Gizi)
-
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (dokter dan bidan) melakukan perawatan terhadap balita gizi buruk mendapat perawatan
- Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai
- Penggalian tentang riwayat dalm keluarga
- Kurangnya penggalian tentang riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga terutama orang tua
- Masih adanya ditemukan bayi dengan gizi buruk
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
)
- Laporan program balita gizi buruk mendapat perawatan dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya pemantauan gizi dan tumbuh kembang anak balita
Tidak ada masalah
c. Analisis Output
53
Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan Puskesmas perawatan Poasia
selama periode 2013 adalah sebesar 66,3 %, belum mencapai target pencapaian yang
ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar 100%.
Dari pencapaian skor ini menjadi masalah karena tidak mencapai target dinas
kesehatan nasional.
d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Puskesmas Poasia
selama periode 2013 memilki outcome yang kurang baik bagi kesehatan bayi dimana
didapatkan selama dalam kurun waktu satu tahun didapatkan angka kejadian gizi
kurang dan gizi buruk yang masih cukkup tinggi. Sedangkan prevalensi gizi kurang
tela menurun secara signifikan,dari 31,0% pada tahun 1989 menjadi 17,9% pada
tahun 2010. Pada tahun ini prevalensi gizi buruk turun dari 12,8% pada tahun 1995
menjadi 4,9% pada tahun 2010.
12. Analisis Penyebab Masalah pada Program Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat
a. Analisis Input Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat
Tabel 22. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan
(perawat) dan koordinator program yang kompeten untuk program Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat di puskesmas
- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program
54
Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemantauan dan pendataan Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat
- Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat pada setiap siswa SD dan sederajat
- Pemantauan Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Tersedia Toko obat berizin- Tersedia Laboratorium
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).
Machine -Tersedianya alat dan obat-obatan dalam program Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat
- kepatuhan petugas dan ibu di rumah terhadap Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat
- Masih minimnya obat-obatan dan alat dalam Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat
b. Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 23. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
Rencana pelaksanaan program Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat bekerja sama lintas program (KIA,Promkes, Gizi)
-
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (perawat) melakukan Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat
- Kurangnya penggalian tentang riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga terutama orang tua
55
- Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai
- Penggalian tentang riwayat dalam keluarga
- Masih adanya ditemukan kesehatan yang kurang pada siswa SD dan sederajat
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
)
- Laporan program Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan terhadap anak SD dan sederajat
c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat Puskesmas perawatan
Poasia selama periode 2013 adalah sebesar 71,46 %, belum mencapai target
pencapaian yang ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu
sebesar 100%. Dari pencapaian skor ini menjadi masalah karena tidak mencapai
target dinas kesehatan nasional.
d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat Poasia selama periode
2013 memilki outcome yang baik bagi kesehatan anak dimana didapatkan selama
56
dalam kurun waktu satu tahun didapatkan angka penderita pada anak SD dan
setingkat masih kurang.
13. Analisis Penyebab Masalah pada Program Peserta KB aktifa. Analisis Input Peserta KB aktif
Tabel 24. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (bidan)
dan koordinator program yang kompeten untuk program Peserta KB aktif di puskesmas
- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program Peserta KB aktif
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program Peserta KB aktif
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program Peserta KB aktif, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemantauan dan pendataan Penjaringan terhadap Peserta KB aktif
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya Peserta KB aktif
- Pendataan Peserta KB aktif pada setiap ibu usia produktif
- Pemantauan Penjaringan Peserta KB aktif
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Tersedia Toko obat berizin- Tersedia Laboratorium
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).
Machine -Tersedianya alat dan obat-obatan dalam program Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat
- kepatuhan petugas dan ibu di
- Masih minimnya obat-obatan dan alat dalam Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat
57
rumah terhadap Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat
b. Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 25. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
Rencana pelaksanaan program KB aktif bekerja sama lintas program (KIA,Promkes, Gizi)
-
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (perawat) melakukan Penjaringan KB aktif
- Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai
- Penggalian tentang riwayat dalam keluarga
- Kurangnya penggalian tentang riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga terutama orang tua
- Masih adanya ditemukan ibu usia produktif tidak sebagai peserta KB aktif
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
)
- Laporan program Penjaringan KB aktif dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan Penjaringan pengguna KB aktif rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya penggunaan KB aktif
c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan pengguna KB aktif Puskesmas perawatan Poasia selama periode
58
2013 adalah sebesar 102,12 %, telah mencapai target pencapaian yang ditetapkan
Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar 70%. Dari
pencapaian skor ini tidak menjadi masalah karena mencapai target dinas kesehatan
nasional.
d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan pengguna KB aktif Poasia selama periode 2013 memilki outcome
yang baik bagi kesehatan ibu dan bayi dimana didapatkan selama dalam kurun waktu
satu tahun didapatkan angka kematian ibu selama dalam kurun waktu satu tahun
adalah 0. Sedangkan angka kematian bayi yaitu 3 per 1000 kelahiran hidup (2 bayi
yang meninggal dari 620 kelahiran hidup) dimana target MDgs angka kematian bayi
yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Hal ini bukan merupakan suatu
masalah kesehatan karena telah mencapai target MDGs.
14. Analisis Penyebab Masalah pada Program penemuan dan penanganan penderita Penyakit
a. Penemuan pasien baru TB BTA Positif1) Analisis Input pasien TB BTA positif
Tabel 26. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan
(dokter dan perawat) dan koordinator program yang kompeten untuk program Penemuan pasien baru TB BTA Positif di puskesmas
- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program Penemuan pasien baru TB BTA Positif
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program Penemuan pasien baru TB BTA Positif
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program Penemuan pasien baru TB BTA Positif, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan
59
pemantauan dan pendataan Penjaringan terhadap Penemuan pasien baru TB BTA Positif
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya Penemuan pasien baru TB BTA Positif
- Pendataan Penemuan pasien baru TB BTA Positif pada setiap penduduk wilayah kerja puskesmas
- Pemantauan Penjaringan Penemuan pasien baru TB BTA Positif
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Tersedia Toko obat berizin- Tersedia Laboratorium
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).
Machine -Tersedianya alat dan obat-obatan dalam program Penemuan pasien baru TB BTA Positif
- kepatuhan petugas dan ibu di rumah terhadap Penemuan pasien baru TB BTA Positif
- Masih minimnya obat-obatan dan alat pemeriksaan penunjang dalam Penemuan pasien baru TB BTA Positif
2) Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 27. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
Rencana pelaksanaan program Penemuan pasien baru TB BTA Positif bekerja sama lintas program (KIA,Promkes, Gizi)
-
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (perawat) melakukan Penemuan pasien baru TB BTA Positif
- Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai
- Penggalian tentang riwayat
- Kurangnya penggalian tentang riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga terutama orang tua
- Masih adanya ditemukan kasus pasien baru TB BTA Positif
60
dalam keluargaP3
(Pengawasan dan
Pengendalian)
- Laporan program Penemuan pasien baru TB BTA Positif dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan Penjaringan Penemuan pasien baru TB BTA Positif masih tinggi tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan dan menghindari penyakit TB
3) Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja Penemuan pasien baru TB BTA Positif Puskesmas perawatan Poasia
selama periode 2013 adalah sebesar 90,38 %, tidak mencapai target pencapaian
yang ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar
100%. Dari pencapaian skor ini menjadi masalah karena tidak mencapai target
dinas kesehatan nasional.
4) Analisis Outcome
Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan Penemuan pasien baru TB BTA Positif Poasia selama periode
2013 memilki outcome yang baik bagi kesehatan ibu dan bayi dimana didapatkan
selama dalam kurun waktu satu tahun didapatkan angka Penemuan pasien baru
TB BTA Positif mencapai sasaran. Sedangkan angka penemuan kasus TB (CDR)
dan angka keberhasilan TB (SR) tahun 2009 sudah melampaui target MDGs tahun
2015.
61
b. Penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15
tahun
1) Analisis Input Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk <
15 tahun
Tabel 28. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (dokter
dan perawat) dan koordinator program yang kompeten untuk program Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun di puskesmas- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemantauan dan pendataan Penjaringan terhadap Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun
- Pendataan Penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun pada setiap penduduk wilayah kerja puskesmas
- Pemantauan Penjaringan Penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun
62
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Tersedia Toko obat berizin- Tersedia Laboratorium
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).
Machine -Tersedianya alat dan obat-obatan dalam program Penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun
- kepatuhan petugas dan keluarga di rumah terhadap Penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun
- Masih minimnya obat-obatan dan alat pemeriksaan penunjang dalam Penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun
2) Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 29. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
Rencana pelaksanaan program Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun bekerja sama lintas program (KIA,Promkes, Gizi)
-
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (perawat) melakukan Penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun
- Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai
- Penggalian tentang riwayat dalam keluarga
- Kurangnya penggalian tentang riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga terutama orang tua
- Masih adanya ditemukan kasus Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun
63
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
)
- Laporan program Penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan Penjaringan Penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun masih tinggi tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan menngindari kasus Acute Flacid Paralysis (AFP)
3) Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk
< 15 tahun Poasia selama periode 2013 adalah sebesar 100 %, telah mencapai target
pencapaian yang ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu
sebesar 100%. Dari pencapaian skor ini tidak menjadi masalah karena telah
mencapai target dinas kesehatan nasional.
4) Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk
64
< 15 tahun di Poasia selama periode 2013 memilki outcome yang baik bagi
masyarakat.
c. Penemuan Penderita Pneumonia Balita
1) Analisis Input Penderita Pneumonia Balita
Tabel 30. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (dokter
dan perawat) dan koordinator program yang kompeten untuk program penemuan Penderita Pneumonia Balita di puskesmas- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program penemuan Penderita Pneumonia Balita
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program penemuan Penderita Pneumonia Balita
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program penemuan Penderita Pneumonia Balita, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemantauan dan pendataan Penjaringan terhadap penemuan Penderita Pneumonia Balita
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya penemuan Penderita Pneumonia Balita Pendataan Penemuan Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate per 100.000 Penduduk < 15 tahun pada setiap penduduk wilayah kerja puskesmas
- Pemantauan Penjaringan penemuan Penderita Pneumonia Balita
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).
65
ke masyarakat- Tersedia Toko obat berizin- Tersedia Laboratorium
Machine -Tersedianya alat dan obat-obatan dalam program penemuan Penderita Pneumonia Balita
- kepatuhan petugas dan keluarga di rumah terhadap penemuan Penderita Pneumonia Balita
- Masih minimnya obat-obatan dan alat pemeriksaan penunjang dalam penemuan Penderita Pneumonia Balita
2) Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 31. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
Rencana pelaksanaan program penemuan Penderita Pneumonia Balita bekerja sama lintas program (KIA,kesling,Promkes, Gizi)
-
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (perawat) melakukan Penemuan Penderita Pneumonia Balita Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai
- Penggalian tentang riwayat dalam keluarga
- Kurangnya penggalian tentang riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga terutama orang tua
- Masih adanya ditemukan kasus penemuan Penderita Pneumonia Balita
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
)
- Laporan program penemuan Penderita Pneumonia Balita dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan Penjaringan penemuan Penderita Pneumonia Balita masih tinggi tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader
66
yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan menghindari kasus Penderita Pneumonia Balita
3) Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan penemuan Penderita Pneumonia Balita Poasia selama periode 2013
adalah sebesar 101 %, telah mencapai target pencapaian yang ditetapkan Dinas
Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar 100%. Dari pencapaian
skor ini tidak menjadi masalah karena telah mencapai target dinas kesehatan
nasional.
4) Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan pelayanan anak balita Poasia selama periode 2013 memilki outcome
yang baik bagi kesehatan bayi Sedangkan angka kematian bayi yaitu 3 per 1000
kelahiran hidup (2 bayi yang meninggal dari 620 kelahiran hidup) dimana target
MDgs angka kematian bayi yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Hal
ini bukan merupakan suatu masalah kesehatan karena telah mencapai target MDGs.
d. Penemuan Penderita DBD yang ditangani
1) Analisis Input Penderita DBD yang ditangani
Tabel 32. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (dokter
dan perawat) dan koordinator program yang kompeten untuk program penderita DBD yang ditangani di puskesmas- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program penemuan penderita DBD yang ditangani
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
67
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program penemuan Penderita penderita DBD yang ditangani
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program penderita DBD yang ditangani, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemantauan dan pendataan Penjaringan terhadap penderita DBD yang ditangani
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya penderita DBD yang ditangani setiap penduduk wilayah kerja puskesmas
- Pemantauan penderita diare yang ditangani
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Tersedia Toko obat berizin- Tersedia Laboratorium
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).
Machine -Tersedianya alat dan obat-obatan dalam program penderita DBD yang ditangani
- kepatuhan petugas dan keluarga di rumah terhadap penderita DBD yang ditangani
- Masih minimnya obat-obatan dan alat pemeriksaan penunjang dalam penderita DBD yang ditangani
2) Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 33. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
Rencana pelaksanaan program penemuan penderita DBD yang ditangani bekerja sama lintas program (KIA,kesling,Promkes, Gizi)
-
P2 (Pelaksanaan
- Petugas (perawat) melakukan Penemuan
- Kurangnya penggalian tentang riwayat penyakit terdahulu dan
68
) penderita DBD yang ditangani Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai
- Penggalian tentang riwayat dalam keluarga
riwayat penyakit keluarga terutama orang tua
- Masih adanya ditemukan kasus penemuan penderita DBD yang ditangani
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
)
- Laporan program penemuan penderita DBD yang ditangani kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan Penjaringan penemuan penderita DBD yang ditangani masih tinggi tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan menghindari kasus penderita DBD yang ditangani
3) Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan penemuan kasus penderita DBD yang ditangani Poasia selama periode
2013 adalah sebesar 100 %, telah mencapai target pencapaian yang ditetapkan Dinas
Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar 100%. Dari pencapaian
skor ini tidak menjadi masalah karena telah mencapai target dinas kesehatan
nasional.
4) Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan penemmuan kasus penderita DBD yang ditangani Poasia selama
periode 2013 memilki outcome yang baik bagi kesehatan masyarakat. Dengan untuk
69
target MDGs mengalami peningkatan untuk penyakit menular untuk perawatan
penyakit menular.
e. Penemuan Penderita diare
1) Analisis input
Tabel 34. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan (dokter
dan perawat) dan koordinator program yang kompeten untuk program penderita diare di puskesmas- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program penemuan penderita diare
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program penemuan penderita diare
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program penderita penderita diare, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemantauan dan pendataan Penjaringan terhadap penderita penderita diare
Methode - Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya penemuan penderita diare pada setiap penduduk wilayah kerja puskesmas
- Pemantauan Penjaringan penemuan penderita diare
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Tersedia Toko obat berizin- Tersedia Laboratorium
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).
Machine -Tersedianya alat dan obat-obatan dalam program penderita diare
- kepatuhan petugas dan keluarga
70
di rumah terhadap penderita diare
2) Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 35. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
Rencana pelaksanaan program penemuan penderita diare bekerja sama lintas program (KIA,P2M,kesling,Promkes, Gizi)
P2 (Pelaksanaan
)
- Petugas (perawat) melakukan Penemuan penderita diare Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai
- Penggalian tentang riwayat dalam keluarga
- Kurangnya penggalian tentang riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga terutama orang tua
- Masih adanya ditemukan kasus penemuan penderita diare pada masyarakat
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
)
- Laporan program penemuan penderita diare kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan Penjaringan penemuan penderita diare masih tinggi tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan menghindari kasus penderita diare
3) Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan penemuan kasus penderita diare Poasia selama periode 2013 adalah
71
sebesar 151 %, telah mencapai target pencapaian yang ditetapkan Dinas Kesehatan
Nasional untuk tahun 2010-2015 yaitu sebesar 100%. Dari pencapaian skor ini tidak
menjadi masalah karena telah mencapai target dinas kesehatan nasional.
4) Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan penemuan kasus penderita diare Poasia selama periode 2013 memilki
outcome yang baik bagi kesehatan balita dimana didapatkan angka kematian bayi
yaitu 3 per 1000 kelahiran hidup (2 bayi yang meninggal dari 620 kelahiran hidup)
dimana target MDgs angka kematian bayi yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2015. Hal ini bukan merupakan suatu masalah kesehatan karena telah mencapai
target MDGs.
15. Analisis Penyebab Masalah pada Program pelayanan kesehatan dasar
masyarakat miskin
a. Analisis Input program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
Tabel 36. Analisis Input/Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Kelebihan KekuranganMan - Tersedia tenaga kesehatan dan
petugas puskesmas dan koordinator program yang kompeten untuk program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
- Petugas bermotivasi dalam menjalankan program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
- SDM puskesmas sudah cukup besar, kecuali dokter umum yang masih kurang
Money - Tersedia dana dari pemerintah untuk program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
- Tidak adanya dana khusus (reward) untuk petugas yang terlibat langsung dengan program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin, misalnya ada dana untuk petugas tiap kali melakukan pemantauan dan pendataan program pelayanan
72
kesehatan dasar masyarakat miskinMethode - Terdapat SOP untuk
melaksanakan upaya pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
- Pemantauan Penjaringan dalam pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
Material - Ada Puskesmas, Pustu, pondok bidan kelurahan, Posyandu, Polindes, Kader posyandu
- Ada ambulans dan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi ke masyarakat
- Tersedia Toko obat berizin- Tersedia Laboratorium
- Masih minimnya media promosi yang beredar di masyarakat (misal: poster, pamflet dll).
Machine -Tersedianya alat dan obat-obatan dalam program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
- kepatuhan petugas dan ibu di rumah terhadap Penjaringan dalam pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
- Masih minimnya obat-obatan dan alat dalam Penjaringan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
b. Analisis Proses Penyebab MasalahTabel 37. Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan KekuranganP1
(Perencanaan)
Rencana pelaksanaan program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin bekerja sama lintas program (KIA,P2M,Promkes, Gizi, Kesling,dll)
-
P2 (Pelaksanaan
- Petugas (perawat) melakukan Pendataan
- Kurangnya perhatian terhadap meratanya pelaksanaan
73
) dalam pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
- Penggalian tentang riwayat kelahiran dan imunisasi cukup memadai
- Penggalian tentang riwayat dalam keluarga
program di dalam masyarakat- Masih adanya ditemukan
mamsyarakat yang tidak memperoleh pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
P3 (Pengawasan
dan Pengendalian
)
- Laporan program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap triwulan, disertai dengan data pencapaian program.
- Evaluasi program dilakukan setiap 6 bulan s/d 1 tahun.
- Jika angka cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin rendah tindak lanjut dilakukan dengan mendorong pustu, bidan praktek swasta dan kader yang ada untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya penggunaan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
- Masyarakat yang kurang perhatian dalam mengurus keikutsertaan dalam program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
c. Analisis Output Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin Puskesmas
perawatan Poasia selama periode 2013 adalah sebesar 36,78 %, telah mencapai
target pencapaian yang ditetapkan Dinas Kesehatan Nasional untuk tahun 2010-2015
yaitu sebesar 100%. Dari pencapaian skor ini tidak menjadi masalah karena
mencapai target dinas kesehatan nasional.
74
d. Analisis OutcomeBerdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil kegiatan indikator
kinerja cakupan program pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin Puskesmas
Perawatan Poasia selama periode 2013 memilki outcome yang kurang baik.
Kemiskinan extreme adalah proporsi penduduk yang hidup dengan pendapatan
perkapita kkurang dari USD 1/ hari, telah menurun dari 20,6% pada tahun 1990
menjadi 5,9% pada tahun 2008.
75
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil survey puskesmas Lepo-lepo, dapat disimpulkan beberapa
hal yaitu:
1.
B. SARAN
Adapun saran yang dapat kami anjurkan yaitu:
1.
76
DAFTAR PUSTAKA
1. Wulandari, CE. Manajemen Mutu Puskesmas Balapulang. [Serial online] 2013. [cited 2014 Mei 20]. Available from: http://id.scribd.com/doc/131542353/Laporan-Manajemen-Mutu-Puskesmas-Balapulang.
2. Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan. Modul Spesifik Puskesmas 1 Manajemen Puskesmas. Papua: FK Universitas Gajah Mada. 2012
3. Sulaeman, ES. Manajemen kesehatan Teori dan Praktik di Puskesmas. Surakarta: FK Uninersitas Sebelas Maret. 2010.
4. Menkes RI. Kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat. [Serial online] 2013. [cited 2014 Mei 20]. Available from: http://www.hukor.depkes.go.id/ up_prod_kepmenkes/ KMK%20No.%20128%20ttg%20Kebijakan%20Dasar%20Pusat%20Kesehatan%20Masyarakat.pdf
5. Profil Puskesmas Lepo-lepo tahun 2014
6. Kementerian Kesehatan RI. Buku saku bantuan operasional kesehatan (BOK). . [Serial online] 2013. [cited 2014 Mei 20]. Available from: http://xa.yimg.com/kq/ groups/23922958/1601899579/name/Buku+Manajemen+Puskesmas.PDF.
7. Rahim A dkk. Manajemen puskesmas. [Serial online] 2013. [cited 2014 Mei 20]. Available from: http://ikma10fkmua.files.wordpress.com/2011/12/kel-7-pusk-manajemen-puskesmas.docx
8. Depkes RI. Pedoman lokakarya mini Puskesmas. [Serial online] 2013. [cited 2014 Mei 20]. Available from: http://xa.yimg.com/kq/ groups/23922958/1601899579/ name/Buku+Manajemen+Puskesmas.PDF
77