25
I. Cedera Kepala Cedera kepala adalah trauma yang menimpa struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau fungsional pada jaringan otak. Cedera kepala dapat terjadi karena benturan fisik dari luar. Cedera kepala dapat menyebabkan beberapa jenis trauma seperti: a. Fraktur - Simple Yaitu retak pada tengkorak tanpa kecederaan pada kulit - Linear Yaitu retak yang terjadi ada kranial yang berbentuk garis halus tanpa depresi, distorsi, dan splintering - Depressed Yaitu retak pada kranial dengan depresi ke arah otak - Compound Yaitu retak atau kehilangan kulit dan splintering pada tengkorak b. Luka memar Luka memar adalah luka yang terjadi pada jaringan subkutan dimana pembuluh darah kapiler pecah sehingga darah meresap ke jaringan di sekitarnya, kulit tidak rusak, jaringan menjadi bengkak dan berwarna merah kebiruan. c. Luka laserasi Yaitu luka robek akibat benda tajam. Tepi luka tampak rata dan teratur. d. Luka abrasi Yaitu luka yang tidak begitu dalam dan tidak samapai pada jaringan subkutis. II. Luka Abrasi Luka abrasi terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya merupakan benda tidak tajam. Luka ini mengenai

Lp Debridemen Maksila

Embed Size (px)

DESCRIPTION

oke

Citation preview

Page 1: Lp Debridemen Maksila

I. Cedera Kepala

Cedera kepala adalah trauma yang menimpa struktur kepala sehingga dapat

menimbulkan kelainan struktural dan atau fungsional pada jaringan otak. Cedera kepala dapat

terjadi karena benturan fisik dari luar. Cedera kepala dapat menyebabkan beberapa jenis

trauma seperti:

a. Fraktur

- Simple

Yaitu retak pada tengkorak tanpa kecederaan pada kulit

- Linear

Yaitu retak yang terjadi ada kranial yang berbentuk garis halus tanpa depresi, distorsi,

dan splintering

- Depressed

Yaitu retak pada kranial dengan depresi ke arah otak

- Compound

Yaitu retak atau kehilangan kulit dan splintering pada tengkorak

b. Luka memar

Luka memar adalah luka yang terjadi pada jaringan subkutan dimana pembuluh darah

kapiler pecah sehingga darah meresap ke jaringan di sekitarnya, kulit tidak rusak, jaringan

menjadi bengkak dan berwarna merah kebiruan.

c. Luka laserasi

Yaitu luka robek akibat benda tajam. Tepi luka tampak rata dan teratur.

d. Luka abrasi

Yaitu luka yang tidak begitu dalam dan tidak samapai pada jaringan subkutis.

II. Luka Abrasi

Luka abrasi terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya merupakan benda

tidak tajam. Luka ini mengenai lapisan epidermis namun tidak sampai pada jaringan subkutis.

Luka abrasi dapat menimbulkan rasa nyeri sebab banyak ujung-ujung syaraf yang rusak akibat

terjadinya gesekan dengan benda tumpul. Salah satu penanganan luka abrasi adalah dengan

debridemen. Debridemen harus dilakukan dalam waktu 24-48 jam. Hal ini dilakukan untuk

menghindari traumatic tattoo. Traumatic tattoo ini terbentuk biasanya akibat gesekan dengan

aspal. Benda asing, seperti aspal masuk ke dalam jaringan kulit kemudian warna aspal akan

Page 2: Lp Debridemen Maksila

meresap pada jaringan kulit sehingga membentuk traumatic tattoo.

Gb. Traumatic tattoo

III. Penanganan Luka Abrasi dengan Debridemen

a. Definisi debridemen

Debridemen adalah suatu pengangkatan jaringan mati pada kuit atau jaringan yang

terinfeksi serta banda asing yang masuk pada jaringan kulit. Jaringan mati pada kulit disebut

juga jaringan avital. Jaringan avital bisa berwarna lebih pucat, coklat muda, hitam dan

dalam keadaan basah atau kering.

b. Tujuan debridemen

Tujuan dilakukan debridemen adalah untuk menghilangkan jaringan mati ataupun benda

asing yang ada dalam kulit sehingga penyembuhan luka dapat terjadi dengan baik. Menurut

jurnal of wound care, 2011 menyebutkan terdapat 4 tujuan dari debridemen yaitu:

1. Remove

Menghilangkan jaringan nekrosis

Menghilangkan benda asing

Menghilangkan fragmen tulang

Meghilangkan debris

Menghilangkan pus

Menghilangkan eksudat

Menghilangkan slough

Menghilangkan eschar

Menghilangkan hematoma

2. Decrease

Mengurangi bau

Mengurangi kelembaban yang berlebihan

Page 3: Lp Debridemen Maksila

Mengurangi resiko infeksi

3. Stimulate

Menstimulasi epitelisasi

Menstimulasi penutupan luka

4. Improve

Meningkatkan kualitas hidup

c. Jenis-jenis debridemen

Terdapat 4 metode debridement, yaitu autolitik, mekanikal, enzimatik dan surgikal. Metode

debridement yang dipilih tergantung pada jumlah jaringan nekrotik, luasnya luka, riwayat

medis pasien, lokasi luka dan penyakit sistemik.

1. Debridement Otolitik

Otolisis menggunakan enzim tubuh dan pelembab untuk rehidrasi, melembutkan dan

akhirnya melisiskan jaringan nekrotik. Debridement otolitik bersifat selektif, hanya

jaringan nekrotik yang dihilangkan. Proses ini juga tidak nyeri bagi pasien. Debridemen

otolitik dapat dilakukan dengan menggunakan balutan oklusif atau semioklusif yang

mempertahankan cairan luka kontak dengan jaringan nekrotik. Debridement otolitik

dapat dilakukan dengan hidrokoloid, hidrogel atau transparent films.

Indikasi

Pada luka stadium III atau IV dengan eksudat sedikit sampai sedang.

Keuntungan:

o Sangat selektif, tanpa menyebabkan kerusakan kulit di sekitarnya.

o Prosesnya aman, menggunakan mekanisme pertahanan tubuh sendiri untuk

membersihkan luka debris nekrotik .

o Efektif dan mudah

o Sedikit atau tanpa nyeri.

Kerugian:

o Tidak secepat debridement surgikal.

o Luka harus dimonitor ketat untuk melihat tanda-tanda infeksi.

o Dapat menyebabkan pertumbuhan anaerob bila hidrokoloid oklusif digunakan.

2. Debridement Enzymatik:

Page 4: Lp Debridemen Maksila

Debridement enzimatik meliputi penggunaan salep topikal untuk merangsang debridement,

seperti kolagenase. Seperti otolisis, debridement enzimatik dilakukan setelah debridement

surgical atau debridement otolitik dan mekanikal. Debridement enzimatik

direkomendasikan untuk luka kronis.

Indikasi

o Untuk luka kronis

o Pada luka apapun dengan banyak debris nekrotik.

o Pembentukan jaringan parut

Keuntungan

o Kerjanya cepat

o Minimal atau tanpa kerusakan jaringan sehat dengan penggunaan yang tepat.

Kerugian:

o Mahal

o Penggunaan harus hati-hati hanya pada jaringan nekrotik.

o Memerlukan balutan sekunder

o Dapat terjadi inflamasi dan rasa tidak nyaman.

Aplikasi balutan dengan debridement enzymatic

Page 5: Lp Debridemen Maksila

Setelah beberapa hari pemakaian, balutan dibuka

3. Debridement Mekanik

Dilakukan dengan menggunakan balutan seperti anyaman yang melekat pada luka. Lapisan

luar dari luka mengering dan melekat pada balutan anyaman. Selama proses pengangkatan,

jaringan yang melekat pada anyaman akan diangkat. Beberapa dari jaringan tersebut non-

viable, sementara beberapa yang lain viable. Debridement ini nonselektif karena tidak

membedakan antara jaringan sehat dan tidak sehat. Debridement mekanikal memerlukan

ganti balutan yang sering.

Proses ini bermanfaat sebagai bentuk awal debridement atau sebagai persiapan untuk

pembedahan. Hidroterapi juga merupakan suatu tipe debridement mekanik.Keuntungan dan

risikonya masih diperdebatkan.

Indikasi

o Luka dengan debris nekrotik moderat.

Keuntungan:

o Materialnya murah (misalnya tule)

Kerugian:

o Non-selective dan dapat menyebabkan trauma jaringan sehat atau jaringan

penyembuhan

o Lambat

o Nyeri

Page 6: Lp Debridemen Maksila

o Hidroterapi dapat menyebabkan maserasi jaringan. Juga penyebaran melalui air

dapat menyebabkan kontaminasi atau infeksi. Disinfeksi tambahan dapat menjadi

sitotoksik.

4. Debridement Surgikal

Debridement surgikal adalah pengangkatan jaringan avital dengan menggunakan skalpel,

gunting atau instrument tajam lain Debridement surgikal merupakan standar perawatan

untuk mengangkat jaringan nekrotik. Keuntungan debridement surgikal adalah karena

bersifat selektif; hanya bagian avital yang dibuang. Debridement surgikal dengan cepat

mengangkat jaringan mati dan dapat mengurangi waktu. Debridement surgikal dapat

dilakukan di tempat tidur pasien atau di dalam ruang operasi setelah pemberian anestesi.

Ciri jaringan avital adalah warnanya lebih kusam atau lebih pucat(tahap awal), bisa juga lebih

kehitaman (tahap lanjut), konsistensi lebih lunak dan jika di insisi tidak/sedikit mengeluarkan

darah. Debridement dilakukan sampai jaringan tadi habis, cirinya adalah kita sudah

menemulan jaringan yang sehat dan perdarahan lebih banyak pada jaringan yang dipotong.

Luas dan radikalitas debridemet dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Indikasi

o Luka dengan jaringan nekrotik yang luas

o Jaringan terinfeksi.

Page 7: Lp Debridemen Maksila

Keuntungan:

o Cepat dan selektif

o Efektif

Kerugian :

o Nyeri

o Mahal, terutama bila perlu dilakukan di kamar operasi

d. Prosedur surgikal debridemen

1. Persiapan area yang akan didebridemen, yaitu dengan mengirigasi bagian tersebut

dengan saline kemudian diberi antiseptic (povidone iodine 10%)

2. Kemudian dilakukan pengangkatan jaringan yang akan di debridemen dengan

menggunakan bantuan scapel. Buang semua jaringan kulit yang mati dan benda asing

3. Irigasi kembali bagian yang telah didebridemen untuk membersihkan luka

4. Balut luka dengan balutan kering

e. Perawatan pre-operatif

Pengkajian pre operatif

Hal-hal penting yang perlu dikaji dalam pengkajian pre peratif adalah:

- Umur

- Alergi terhadap obat

- Alergi terhadap makanan

- Alergi terhadap plester

- Riwayat pembedahan sebelumnya

- Pengalaman anatesi

- Apakah pasien seorang perokok, mengkonsumsi alkohol, dan obat-obatan

- Kemampuan self care

- Support system

Pengkajian fisik

- Sistem pernafasan

Page 8: Lp Debridemen Maksila

Pada sistem pernafasan pasien lansia, pasien penderita PPOM, dan perokok perlu

diwaspadai kemungkinan terjadinya atelektasis serta efisiensi eksresi paru terhadap

anastesi menurun

- Sistem kardiovaskular

Sebelum operasi dilakukan perlu dilakukan pengkajian terhadap kemampuan jantung

mentolerir pembedahn serta pemberian anastesi. Hal ini dilakukan guna mencegah

perubahan jantung saat operasi.

- Sistem renal

Kondisi sistem renal perlu dikaji untuk mengetahui fungsi renal dalam mengekskresikan

medikasi yang diberikan selama operasi dan anastesi.

- Sistem muskuloskleteal

Kondisi muskuloskletal seperti deformitas akan mempengaruhi posisi pasien saat intra

dan post operasi. Sedangkan pasien denga atritis dapat mengalami nyeri post operasi

karena selama operasi posisi dipertahankan cukup lama.

- Sistem saraf

Pengkajian pada sistem syaraf berkaitan dengan kemampuan refleks pasien serta

ambulasi

- Nutrisi

Pada klien dengan malnutrisi perlu diwaspadai saat dilakukan pembedahan. Sebab

penyembuhan luka operasi akan menjadi lama. Untuk itu klien diberikan vit C dab B

untuk mendukung pembentukan fibrin. Sedangkan pasien dengan obesitas kemampuan

penyembuhan luka akan menurun sebab terdapat jaringan lemak yang tebal.

Pengkajian psikososial

Pengkajian psikososial meliputi support sistem serta teknik koping yang dimiliki oleh klien.

Klien anak perlu pendampingan orang tua sebelum dilakukan pembedahan untuk

menenangkan klien. Sedangkan klien yang memiliki pengalaman pembedahan sebelumnya

biasanya sudah memiliki sistem koping yang lebih baik, sehingga perasaan cemas sebelum

operasi lebih rendah.

Pemeriksaan laboratorium

Yang harus diperiksa sebelum operasi adalah:

- Pemeriksaan darah lengkap

White blood cell jumlah yang berlebih mengindikasikan terjadi infeksi

Page 9: Lp Debridemen Maksila

Hematokrit untuk mengetahui volume darah merah pada darah

Hemoglobin kadar hemoglobin yang rendah dapat menurunkan perfusi oksigen

ke jaringan

- Waktu pembekuan darah

Untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk pembekuan darah. Terdapat beberapa

pasien yang mengalami gangguan pada pembekuan darah, seperti pada pasien hemofilia

- Bleeding Time

Untuk mennentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma. Pada tes

ini dapat diketahui bagaimana trombosit berperan dalam proses pembekuan darah.

Sedangkan pemeriksaan lainnya tergantung prosedur operasi yang akan diberikan, eperti

pemeriksaan:

- SGOT dan SGPT

Yaitu pemeriksaan yang berfungsi untuk menggambarkan fungsi hati

- Ureum kreatinin

Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui kadar ureum dan kreatinin dalam darah.

Terjadinya peningkatan kadar ureum kreatinin mengindikasikan terjadinya gangguan

dalam fungsi renal

- GDA

Dilakukan untuk mengetahui kadar gula darah. Bila terlalu tinggi perlu dicurigai

terjadinya diabetes.

Informed consent

Persetujuan pembedahan perlu ditanyakan dan diberikan surat persetujuannya pada

keluarga pasien. Pada saat ini perawat harus menjelaskan tujuan, alasan pembedahan,

resiko pembedahan, dan resiko anastesi yang mungkin didapat oleh pasien. Bila ada pilihan

tindakan lain, perlu juga dijelaskan terhadap keluarga pasien.

Persiapan pasien

- Informed consent

Harus ada informed consent yang telah disetujia oleh keluarga klien sebelum dilakukan

pembedahan

- Pembatasan diit

Pasien disiapkan diit nothing per oral. Pasien diminta untuk puasa 6-8 jam. Hal ini

dilakukan untuk mencegah terjadinya aspirasi saat setelah dilakukan anastesi. Saat

Page 10: Lp Debridemen Maksila

dilakukan anastesi, pasien akan kehilangan refleksnya sehingga besar kemungkinan

dapat terjadi refluks makanan yang dapat menyebabkan aspirasi.

- Persiapan kulit

Area yang akan diinsisi harus dibersihkan. Bila ada rambut harus dicukur terlebih dahulu.

Pasien juga diminta untuk menggunakan baju operasi serta penutup kepala. Jalur

intravena segera disiapkan. Bila perlu, dilakukan pemasangan kateter urin.

- Cek adanya alergi terhadap obat dan plester

Perlu dikaji adanya alergi obat-obatan dan plester. Pasien biasanya dilakukan skin test.

- Edukasi pasien

Pasien perlu diedukasi mengenai tujuan dan prosedur operasi yang akan dilakukan.

Selain itu pasien juga perlu diajarkan cara batuk efektif dan nafas dalam.

f. Perawatan klien intra operatif

- Tim pembedahan, terdiri dari:

1. Dokter ahli bedah dan asistem bedah

2. Dokter anastesi

3. Perawat anastesi

Bertugas untuk membantu memberikan obat-obatan anastesi, memantau kondisi

vital selama jalannya operasi dan turut membantu memberikan obat-obatan untuk

mempertahankan kondisi fisik saat operasi

4. Perawat sirkuler

Sebelum pembedahan

Set up ruangan operasi

Menjaga kebutuhan alat

Check up keamanan dan fungsi semua peralatan sebelum pembedahan

Posisi klien dan kebersihan daerah operasi sebelum drapping.

Memenuhi kebutuhan klien, memberi dukungan mental, orientasi klien.

Selama pembedahan :

- Mengkoordinasikan aktivitas

- Membenatu anesthetic

- Mendokumentasikan secara lengkap drain, kateter, dll

5. Scrub nurse

Bertanggung jawab menyiapkan dan mengendalikan peralatan steril dan instrumen,

kepada ahli bedah/asisten

Page 11: Lp Debridemen Maksila

Selama pembedahan dilakukan perlu diobeservasi tanda-tanda vital, jumlah cairan yang

keluar (perdarahan, urin), kelengkapan instrumen sebelum dan sesudah operasi.

Pada saat pembedahan pasien akan diberikan anastesi. Terdapat beberapa jenis anastesi,

antara lain:

1. Anastesi lokal

Pembiusan dilakukan pada area tertentu, biasanya menggunakan lidokain dan

dilakukan pada operasi kecil.

2. Anastesi regional

Pembiusan dilakukan pada regional tubuh. Biasanya dilakukan pada pasien yang akan

menjalani SC, operasi hernia, operasi hemoroid.

3. Anastesi umum

Pembiusan dilakukan dan bekerja pada seluruh tubuh. Terdapat beberapa metode

pemberia anastesi ini, yaitu:

- Inhalasi

Pemberian anastesi menggunakan gas nitrous axida, dengan janis: halotas,

forane, folatile, etheran.

- TIVA (Total Intravenous Anasthesia)

Pelepasan obat secara pelan. Janis obat yang diberikan barbiturat, narkotik.

Perlu dilakukan pengkajian sebelum, selama, dan sesudah anastesi diberikan. Sebelum

diberikan anastesi perlu dikaji mengenai adanya alergi obat tertentu. Selama pemberian

perlu dipantau TTV. Setela pemberian/ fase pemulihan perlu dipantau mengenai GCS,

kesadaran, TTV, dan efek dari anastesi seperti mual, muntah, pusing, pasien merasa

kedinginan dan menggigil.

g. Perawatan klien post operatif

System Pernafasan.

Ketika klien dimasukan ke PACU, Perawat segera mengkaji klien:

- Potency gangguan jalan nafas meletakan tangan di atas mulut atau hidung.

- Perubahan pernafasan (rata-rata, pola, dan kedalaman). RR < 10 X / menit depresi

narcotic, respirasi cepat, dangkal gangguan cardiovascular atau rata-rata

metabolisme yang meningkat.

- Auscultasi paru keadekuatan expansi paru, kesimetrisan.

Page 12: Lp Debridemen Maksila

- Inspeksi: Pergerakan didnding dada, penggunaan otot bantu pernafasan diafragma,

retraksi sternal efek anathesi yang berlebihan, obstruksi.

Sistem Cardiovasculer.

Sirkulasi darah, nadi dan suara jantung dikaji tiap 15 menit ( 4 x ), 30 menit (4x). 2 jam

(4x) dan setiap 4 jam selama 2 hari jika kondisi stabil.

Penurunan tekanan darah, nadi dan suara jantung depresi miocard, shock,

perdarahan atau overdistensi.

Nadi meningkat shock, nyeri, hypothermia.

Kaji sirkulasi perifer (kualitas denyut, warna, temperatur dan ukuran ektremitas).

Homan’s saign trombhoplebitis pada ekstrimitas bawah (edema, kemerahan, nyeri).

Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit

- Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban, turgor kulit, balutan.

- Ukur cairan NG tube, out put urine, drainage luka.

- Kaji intake / out put.

- Monitor cairan intravena dan tekanan darah.

Sistem Persyarafan.

- Kaji fungsi serebral dan tingkat kesadaran semua klien dengan anesthesia umum.

- Klien dengan bedah kepala leher : respon pupil, kekuatan otot, koordinasi. Anesthesia

umum depresi fungsi motor.

Sistem Perkemihan.

- Kontrol volunter fungsi perkemihan kembali setelah 6 – 8 jam post anesthesia inhalasi,

IV, spinal.

Anesthesia, infus IV, manipulasi operasi retensio urine.

Pencegahan : Inspeksi, Palpasi, Perkusi abdomen bawah (distensi buli-buli).

- Dower catheter kaji warna, jumlah urine, out put urine < 30 ml / jam komplikasi

ginjal.

Sistem Gastrointestinal.

Page 13: Lp Debridemen Maksila

- Mual muntah 40 % klien dengan GA selama 24 jam pertama dapat menyebabkan

stress dan iritasi luka GI dan dapat meningkatkan TIK pada bedah kepala dan leher serta

TIO meningkat.

- Kaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suara usus.

- Kaji paralitic ileus suara usus (-), distensi abdomen, tidak flatus.

Sistem Integumen.

- Luka bedah sembuh sekitar 2 minggu. Jika tidak ada infeksi, trauma, malnutrisi, obat-

obat steroid.

- Penyembuhan sempurna sekitar 6 bulan – satu tahun.

- Ketidak efektifan penyembuhan luka dapat disebabkan :

Infeksi luka.

Tekanan pada daerah luka.

Dehiscence dan eviserasi

Dehisence adalah terbukanya lapisan luka parsial maupun total sedangkan eviserasi

adalah keluarnya pembuluh darah melalui irisan.

Drain dan Balutan

Semua balutan dan drain dikaji setiap 15 menit pada saat di ruang PAR, (Jumlah, warna,

konsistensi dan bau cairan drain dan tanggal observasi), dan minimal tiap 8 jam saat di

ruangan.

Pengkajian Nyeri

Nyeri post operatif berhubungan dengan luka bedah , drain dan posisi intra operative.

Kaji tanda fisik dan emosi; peningkatan nadi dan tekanan darah, hypertensi,

diaphorosis,gelisah, menangis. Kualitas nyeri sebelum dan setelah pemberian

analgetika.

Pemeriksaan Laboratorium.

Dilakukan untuk memonitor komplikasi . Pemeriksaan didasarkan pada prosedur

pembedahan, riwayat kesehatan dan manifestasi post operative. Test yang lazim adalah

elektrolit, Glukosa, dan darah lengkap.

Page 14: Lp Debridemen Maksila

Rumus Kebutuhan Cairan Intraoperatif

DEWASA

Maintenance (M) : 2 cc/kgBB

Pengganti Puasa (PP) : (Lama Puasa x M) : SO

Stress Operasi (SO) : BB x Jenis Operasi

Indeks Jenis Operasi : Kecil (4), sedang (6), berat (8)

Pemberian Cairan pada 1 jam pertama:

Karena sudah terpasang infus, maka pengganti puasa akan diberi setengahnya jadi:

M + ½ PP + SO

Sedangkan pada jam ke 2:

M + ¼ PP + SO

Page 15: Lp Debridemen Maksila

Jenis Cairan Infus:

1. Cairan hipotonik: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+

lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan

osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan

sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai

akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi,

misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien

hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang

membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel,

menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak)

pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.

2. Cairan Isotonik: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair

dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada

pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus

menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit

gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan

normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).

3. Cairan hipertonik: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik”

cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan

tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak).

Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45%

hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan

albumin.

Page 16: Lp Debridemen Maksila

Daftar Pustaka

WHO, 2011. Best Practice Surgical Care

EWMA. 2011. Debridement Care. Debridement Care Journal

Nursing Times. 2013. The Role of Debridement Care. Vol. 109. No 40

Page 17: Lp Debridemen Maksila

Diagnosa keperawatan yang biasa muncul pada proses operai

a. Pre operasi

Pengetahuan kurang ( knowledge deficit )

Tujuan : Klien mengatakan mengerti dan mematuhi prosedur pre-op

Intervensi : Mengedukasi teknik untuk mencegah komplikasi post-op

Fokus : Edukasi pre-operasi

Informasi yang diberikan : Informed consent, pembatasan diit, pre-operatip preparation, post-

op exersice.

Dalam penyampaian inform consent, perawat harus menjelaskan :

- alasan pembedahan

- pilhan dan resikonya

- resiko pembedahan

- resiko anestesi

Kecemasan :

Tujuan : kecemasan klien menurun , menunjukkan relaksasi saat istirahat

Intervensi :

- preoperatip teaching

- relaksasi nafas dalam

- rest.

b. Intra operasi

1. Resiko for injury berhubungan dengan anesthesia, posisi intra operatif dan bahaya lain dari

lingkungan intra operatif.

2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka operasi.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan anesthesia

4. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah dan cairan tubuh selama

pembedahan.

Perencanaan

Dx 1: Resiko for injury berhubungan dengan anesthesia, posisi intra operatif dan bahaya lain

dari lingkungan intra operatif.

Tujuan : Klien akan dipertahankan dalam keadaan anesthesia yang aman selama pembedahan

dan bebas dari perlukaan peralatan operasi.

Page 18: Lp Debridemen Maksila

Intervensi:

- Persiapan dan penggunaan obat anesthesia yang tepat.

- Positioning posisi yang tepat.

Untuk menjamin posisi yang tepat dikaji : kesesuaian fisiologiss, perubahan sirkulasi yang

minimal, proteksi struktur tulang dan neuromusculair, penggunaan dan lokasi IV line, cara

anesthesia, keamanan dan keselamatan klien.

Penggunaan peralatan elektrik. Lempeng grounding yang ditutupi jeli tidak menekan

tubuh.

- Chek hati-hati alat / electrosurgical mencegah luka bakar.

Dx 2: Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka operasi.

Tujuan: Klien akan mengalami gangguan integritas kulit yang dan kontaminasi yang minimal.

Intervensi:

- Plastic adhesive drape setelah daerah pembedahan dibersihkan dan kering.

- Penutupan kulit:

- Tujuan:

- Menutup lumen pembuluh darah.

- Mencegah perdarahan dan kehilangan cairan tubuh.

- Mencegah kontaminasi luka.

c. Post operasi

1. Gangguan pertukaran gas, berhubungan dengan efek sisa anesthesia, imobilisasi, nyeri.

2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka pemebedahan, drain dan drainage.

3. Nyeri akut berhubungan dengan incisi pembedahan dan posisi selama pembedahan.

4. Potensial terjadi perlukaan berhubungan dengan effect anesthesia, sedasi, analgesi.

5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan intra dan post operasi.

6. Ketidak efektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan skresi.

7. Perubahan eliminasi urine ( penurunan) berhubungan dengan obat anesthesia dan

immobilisasi.

Perencanaan

1. Gangguan pertukaran gas

Page 19: Lp Debridemen Maksila

Tujuan : Klien akan mempertahankan ekspansi paru dan fungsi pernapasan yang adekuat.

Intervensi :

- Posistioning klien untuk mencegah aspirasi

- Insersi mayo mencegah obstruksi, melakukan suction.

- Pemberian aksigen

- Endotracheal tube/mayo dilepas refleks gag kembali..

- Dorong batuk dan bernapas dalam 5 – 10 x setiap 2 jam. Khususnya 72 jam pertama

(potensial komplikasi :atelektasis, pneumonia).

- Klien dengan penyakit paru, orang tua, perokok, panas spirometer.

- Suction.

2. Gangguan integritas kulit

Tujuan : luka klien akan sembuh tanpa komlikasi luka post operatif.

Penyebab luka infeksi :

- kontaminasi selama pembedahan

- infeksi preoperative

- teknik aseptic yang terputus

- status klien yang jelek.

Intervensi :

- Terapi obat :

antibiotik profilaksis spectrum luas (24 – 72 jam post op)

perawatan luka dengan gaas antibiotik.

- Balutan luka : ganti sesuai order dokter. Luka yang ditutup dengan balutan dibuka 3-6

hari.

- Drain :

evakuasi cairan dan udara

mencegah luka infeksi yang dalam dan pembentukan abses pada luka bedah.

3. Nyeri

Tujuan : klien akan mengalami pengurangan nyeri akibat luka bedah dan posisi selama

operasi.

Intervensi :

- Terapi obat :

Pemberian anlgetik narkotik dan non narkotik nyeri akut (meperidin hydroclorida,

morphine sulphate, codein sulphate, dan lain-lain.)

Page 20: Lp Debridemen Maksila

Mengkaji tipe, lokasi ditensitas nyeri sebelum pemberian obat.

Pada pembedahan yang luas kontrol nyeri iv pump.

Observasi tekanan darah, pernapasan, kesadaran, (depresi napas, hyotensi, mual,

muntah komplikasi narkotik).

Metode pangendalian nyeri yang lain :

1. positioning

2. perubahan posisi tiap 2 jam

3. masase