Upload
aszharilramadhan
View
4
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
reaksi morbus hansen
Citation preview
REAKSI MORBUS HANSEN
DefinisiReaksi kusta adalah suatu episode dalam perjalanan kronis penyakit kusta yang merupakan suatu reaksi kekebalan (respon seluler) atau reaksi antigen-antbodi ( respon humoral) dengan akibat yang merugikan penderita, terutama pada saraf tepi yang bisa menyebabkan gangguan fungsi (cacat) yang ditandai dengan peradangan akut baik di kulit maupun saraf tepi.Reaksi kusta merupakan aspek karakteristik dan klinis penting dari penyakit Hansen.. Hal hal yang mempermudah atau pencetus terjadinya reaksi kusta, misalnya :
Penderita dalam keadaan kondisi lemah
Kehamilan dan setelah melahirkan
Sesudah mendapatkan imunisasi
Infeksi (seperti malaria, infeksi cacing, sakit gigi, dll)
Stress fisik dan mental
Kurang Gizi
Terapi antibiotik
Reaksi dapat menjadi lebih parah dan merupakan penyebab utama kerusakan permanen pada pasien. Etiologi
Kuman penyebab penyakit kusta adalah Mycobacterium leprae atau kuman Hansen yang ditemukan oleh sarjana dari Norwergia GH Armauer Hansen. Kuman ini bberbentuk batang dan dengan pengecatan Ziehl Nielsen bersifat tahan asam. M. leprae berukuran 3-8 x 0,5 mm, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel terutama jaringan bersuhu dingin. Meskipun gambaran klinis, bakteriologis, histopatologis maupun faktor pencetus reaksi kusta sudah diketahui jelas, namun penyebab pasti masih belum diketahui, reaksi ini menggambarkan episode hipersensitivitas akut terhadap antigen basil yang menimbulkan gangguan keseimbangan imunitas yang telah ada Klasifikasi ReaksiJenis reaksi berdasarkan proses terjadinya dibedakan menjadi 2 tipe menurut hipersensitivitasnya, yaitu :
Reaksi tipe 1 (= Reaksi Reversal = Borderline = Upgrading)
Reaksi tipe I terjadi karena hipersensitivitas tipe IV akibat respon kekebalan seluler terhadap kuman kusta di kulit dan saraf penderita. Reaksi tipe ini dapat terjadi baik pada penderita Morbus Hansen tipe PB maupun MB, dan kebanyakan terjadi pada 6 bulan pertama. Perjalanan penyakit dapat berlangsung selama 6-12 minggu atau lebih.Reaksi tipe 2 (= Erythema Nodusum Leprosum)
Reaksi tipe II merupakan reaksi humoral yang terjadi karena hipersensitivitas tipe III akibat basil kusta yang utuh maupun yang tidak utuh menjadi antigen, sehingga tubuh membentuk antibodi dan komplemen dan terjadi immunokompleks. Perjalanan rekasi dapat berlangsung selama 3 minggu atau lebih.Fenomena Lucio
Reaksi yang terjadi pada varian tipe LL yang dijumpai di Mexico yang disebut kusta tipe difuse non nodula (Lepra Bonita) dan yang belum pernah mendapatkan pengobatan. Gejalanya biasanya berupa nodul eritematus yang bagian tengahnya mengalami nekrosis dan meninggalkan jaringan parut yang atrofi.Gejala Klinis GEJALAREAKSI TIPE 1REKASI TIPE 2
RINGANBERATRINGANBERAT
KULITBercak merah yang aktif , menebal, teraba panas dan terdapat nyeri tekan. Makula yang menebal dapat sampai membenuk plaque.Bercak merah yang membengkak sampai ada yang pecah, terba panas dan nyeri tekan. Ada kelainan kulit baru, tangan dan kaki membengkak. Sendi-sendi sakit.Nodul merah yang nyeri bila di tekan, jumlah nodul sedikit dan biasanya hilang sendiri 2-3 hariNodul merah yang bertambah parah, nyeri bila ditekan, ada yang pecah, jumlah nodul banyak dan berlangsung lama
SARAF TEPIGangguan fungsi (-)Gangguan fungsi (+)Gangguan fungsi (-)Gangguan fungsi (+)
DEMAMRinganRingan-BeratRinganRingan-Berat
Waktunya TimbulBiasanya dalam 6 bulan pengobatan pertamaBiasanya setelah mendapatkan pengobatan yang lama, umumnya lebih dari 6 bulan
GGX ORGAN---+
(Mata, Kelenjar KGB, sendi ginjal, dll)
Tipe KustaDapat terjadi pada kusta tipe PB dan MBHanya pada kusta tipe MB
Diagnosis Banding Relaps MH
Eritema Nodusum karena penyakit Rheuma
Tuberculosis
Sarcaidosis
Komplikasi Bila reaksi tidak tertangani dengan baik akan timbul kecacatan terutama yang menyerang saraf tepi.
Penatalaksanaan Reaksi Ringan
1. Berobat jalan, istirahat dirumah
2. Pemberian analgetik atau antipiritik
3. Obat penenang bila perlu
4. Mencari dan menghilangkan faktor pencetus
5. MDT tetap diberikan dengan dosis yang tidak dirubah
Reaksi Berat
1. Immobilisasi lokal / istirahat di rumah
2. Pemberian analgetik, sedatif
3. Reaksi tipe 1 berat dan 2 berat diobati dengan prednison 40 mg/ hari (Tappering off)4. MDT tetap diberikan dengan dosis tidak dirubah
5. Mencari dan menghilangkan faktor pencetus
6. Bila ada indikasi rawat inap harus MRS
7. Reaksi tipe 2 berat berulang diobati dengan prednison dan lampren ( 3 x 100 mg dan diturunkan)