28
BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini, gangguan jiwa merupakan masalah yang harus diperhatikan secara penuh, penderitanya sudah menjadi sebagian besar dari masyarakat atau penduduk negara ini. Diperkirakan penduduk Indonesia yang menderita gangguan jiwa sebesar 2-3% jiwa setiap tahun. Zaman dahulu penanganan pasien gangguan jiwa adalah dengan dipasung, dirantai, atau diikat, lalu ditempatkan di rumah atau hutan jika gangguan jiwa berat. Tetapi bila pasien tersebut tidak berbahaya, dibiarkan berkeliaran di desa, sambil mencari makanan dan menjadi tontonan masyarakat. Terapi dalam gangguan jiwa bukan hanya meliputi pengobatan dengan farmakologi tetapi juga dengan psikoterapi. Psikotropik adalah terapi farmakologi yang mempengaruhi fungsi perilaku, emosi dan pikiran yang biasa digunakan dalam bidang psikiatri atau ilmu 1

terapi farmaka psikiatri

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: terapi farmaka psikiatri

BAB I

PENDAHULUAN

Dewasa ini, gangguan jiwa merupakan masalah yang harus diperhatikan

secara penuh, penderitanya sudah menjadi sebagian besar dari masyarakat atau

penduduk negara ini. Diperkirakan penduduk Indonesia yang menderita gangguan

jiwa sebesar 2-3% jiwa setiap tahun. Zaman dahulu penanganan pasien gangguan

jiwa adalah dengan dipasung, dirantai, atau diikat, lalu ditempatkan di rumah atau

hutan jika gangguan jiwa berat. Tetapi bila pasien tersebut tidak berbahaya,

dibiarkan berkeliaran di desa, sambil mencari makanan dan menjadi tontonan

masyarakat.

Terapi dalam gangguan jiwa bukan hanya meliputi pengobatan dengan

farmakologi tetapi juga dengan psikoterapi. Psikotropik adalah terapi farmakologi

yang mempengaruhi fungsi perilaku, emosi dan pikiran yang biasa digunakan

dalam bidang psikiatri atau ilmu kedokteran jiwa. Berbeda dengan antibiotik,

pengobatan dengan psikotropik bersifat simtomatik dan lebih didasarkan atas

pengetahuan empirik. Berdasarkan latar belakang di atas maka penting untuk

membahas macam dan klasifikasi obat pada psikiatri yang tepat dan sesuai untuk

pengobatannya dengan tujuan agar mempercepat proses penyembuhannya.

1

Page 2: terapi farmaka psikiatri

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Obat psikotropika ialah obat yang bekerja pada atau mempengaruhi hgsi

fisik psikis, kelakuan atau pengalaman. Sebenarnya psikotropika baru dikenalkan

sejak lahirnya suatu cabang ilmu farmakologi yakni psikofarmakologi, yang

khusus mempelajari psikofarmaka dan psikotropik. Berbeda dengan antibiotik,

pengobatan dengan psikotropik bersifat simtomatik dan lebih didasarkan atas

pengetahuan empirik. Hal ini dapat dipahami karena, karena patofisiologi

penyakit jiwa belum jelas. Psikotropik hanya mengubah keadaan jiwa penderita

sehingga lebih kooperatif dan dapat menerima psikoterapi dengan lebih baik.

2.2 Klasifikasi

2.2.1 Ketentuan peresepan berdasarkan Undang - undang No. 5 Tahun 1997

Psikotropika digolongkan menjadi :

a Psikotropika golongan I

Adalah psikotropika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan

dan tidak digunakan dalam terapi, hanya diberikan khusus untuk

penelitian serta potensinya amat kuat mengakibatkan sindrom

ketergantungan. Termasuk obat

psikotropika golongan I adalah Etisiklida (PEC), Methatirnona, Psilosin.

b. Psikotropika golongan II

2

Page 3: terapi farmaka psikiatri

Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan

dalam terapi dan atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi

kuat menimbulkan sindrom ketergantungan apalagi diberikan dalam jangka

waktu yang lama. Contoh antara lain Amfetamin, Fenobilina, Metakualin,

Zipepprol, Secobarbital.

c. Psikotropika golongan III

Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan

dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mengakibatkan

sindrom ketergantungan. Contoh Butalbital, Pentazosina, Amobarbital,

Pentobarbital, Glutetimide.

d. Psikotropika golongan IV

Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan

dalam terapi dan atau tujuan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi

ringan yang mengakibatkan sindrom ketergantungan. Obat Golongan IV

ini sering diresepkan oleh dokter umum maupun oleh dokter spesialis.

Sebagian besar obat ini adalah depresan sistem saraf pusat (SSP). Contoh

antara lain Alprazolom, aminorex, Brotizolam, Etinomat, Bromazepam,

diazepam, Meprobamate. Peresepannya hanya untuk short term therapy

misalnya tidak boleh digunakan lebih dari satu minggu untuk tiap resep.

Bila sesudah satu rninggu ada indikasi untuk meneruskan maka dapat

diberikan resep untuk satu minggu. Jadi setiap kali resep jumlah obat yang

diberikan hendaknya tidak boleh diberikan satu minggu pemakaian.

3

Page 4: terapi farmaka psikiatri

2.2.2 Berdasarkan pengaruh penggunaannya terhadap susunan saraf pusat

manusia

a. Depresant

Yaitu yang bekerja mengendorkan atau mengurangi aktifitas susunan saraf

pusat (Psikotropika Go1 4), contohnya antara lain :. Sedatin 1 Pil BK,

Rohypnol, Magadon, Valium, Mandrak (MX).

b. Stimulant

Yaitu yang bekerja mengaktikan kerja susunan sad pusat, contohnya

amphetamine, yang terdapat dalam kandungan Ecstasi.

c. Hallusinogen

Yaitu yang bekerja menimbulkan rasa perasaan halusinasi atau khayalan

contohnya licercik acid dhietilamide (LSD), psylocibine, rnicraline.

2.2.3 Berdasarkan penggunaan klinik

A. Antipsikosis

Antipsikosis bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun kronik, suatu

gangguan jiwa yang berat. Ciri terpenting obat antipsikosis ialah :

1. Berefek antipsikosis, yaitu berguna mengatasi agresifitas, hiperaktifitas

dan labilitas emosional pada pasien psikosis.

2. Dosis besar tidak menyebabkankoma yang dalam ataupun anestesia.

3. Dapat menimbulkan gejala ekstra piramidal yang reversibel atau

ireversibel.

4

Page 5: terapi farmaka psikiatri

4. Tidak ada kecenderungan untuk menimbulkan ketergantungan fisik dan

psikis.

Antipsikosis dapat dibagi menjadi beberapa bagian seperti:

a. Antipsikosis tipikal: klorpromazin dan derivat fenotiazin.

Prototip kelompok ini adalah klorpromazin (CPZ). Pembahasan

terutama mengenai CPZ karena obat ini sampai sekarang masih tetap

digunakan sebagai antipsikosis.

Kimia : klorpromazin (CPZ) adalah 2-klor-N-(dimetil-aminopropil)-

fenotiazin. Derivat fenotiazin lain didapat dengan cara substitusi pada

tempat 2 dan 10 inti fenotiazin.

Farmakodinamik : efek farmakologik klorpromazin dan antispikosis

lainya meliputi efek pada susunan saraf pusat, sistem otonom, dan

sistem endokrin. Efek ini terjadi karena antipsikosis menghambat

berbagai reseptor, diantaranya dopamin, muskarinik, histamin H1.

Susunan saraf pusat : CPZ menimbulkan sedasi yang disertai sikap acuh

tak acuh terhadap rangsangan dari lingkungan. Pada pemakian lama

dapat timbul toleransi terhadap efek oksidasi. Timbulnya sedasi amat

tergantung dari status emosional pasien sebelum minum obat.

Neurologik : pada dosis berlebihan, semua derivat fenotiazin dapat

menyebabkan gejala ekstrapiramidal serupa dengan yang terlihat pada

parkinsonisme.

Otot rangka : CPZ dapat menimbulkan relaksasi otot rangka yang

berada dalam keadaan spastik. Cara kerja relaksasi ini diduga bersifat

5

Page 6: terapi farmaka psikiatri

sentral, sebab sambungan saraf otot dan medulla spinalis tidak

dipengaruhi CPZ.

Efek endokrin : CPZ dan beberapa antipsikosis lama lainya mempunyai

efek samping terhadap sistem reproduksi. Pada wanita dapat terjadi

amenore, galaktorea, dan peningkatan libido, sedangkan pada pria

dilaporkan adanya penurunan libido dan ginokomastia.

Kardiofaskular : hipotensi ortostatik dan peningkatan denyut nadi saat

istrahat biasanya sering terjadi dengan derivat fenotiazin. Tekanan arteri

rata-rata resistensi perifer, curah jantung menurun dan frekuensi denyut

jantung meningkat.

Farmakokinetik : kebanyakan antipsikosis absorbsi sempurna, sebagian

diantaranya mengalami metabolisme lintas pertama. Biovailabilitas

klorpromazin dan tioridazin berkisar antara 25-35% sedangkan

haloperidol mencapai 65%. Kebanyakan antipsikosis bersifat larut

dalam lemak dan terikat kuat dengan protein plasma(92-99%) serta

mamiliki volume distribusi besar ( >7 L/kg). Metabolit klorpromazin

ditemukan di urin sampai beberapa minggu setelah pemberian obat

terakhir.

Efek samping : batas keamanan CPZ cukup lebar sehingga obat ini

cukup aman. Efek samping umumnya merupakan perluasan efek

farmakodinamiknya. Gejala idiosinkrasi mungkin timbul berupa

ikterus, dermatitis dan leukopenia. Reaksi ini disertai eosinofilia dalam

darah perifer.

6

Page 7: terapi farmaka psikiatri

Sedian : klorpromazin tersedia dalam bentuk tablet 25 mg dan 100 mg.

Selain itu juga tersedia dalam bentuk larutan suntik 25 mg/ml.

b. Antipsikosis atipikal: olanzapin

Farmakodinamik : olanzapin merupakan derivat tienobenzodiazetin,

struktur kimianya mirip dengan klozapin. Olanzapin memiliki afinitas

terhadap reseptor dopamin, reseptor serotonin dan histamin.

Farmakokinetik : olanzapin diabsorbsi dengan baik setelah pemberian

obat, dengan kadar plasma tercapai setelah 4-6 jam pemberian,

metabolisme di hepar oleh enzim CYP 2D6, dan diekskresi leawt urin.

Indikasi : indikasi utama adalah mengatasi gejala negatif maupun

positif skizofenia dan sebagi antimania. Obat ini menunjukan efektifitas

pada pasien depresi dengan gejala psikotik.

Efek samping : meskipun mirip dengan klozapin, olanzapin, tidak

menyebabkan agranulosi-tosis seperti klozapin.

Sediaan : olazapin tersedia dalam bentuk tablet 5 mg, 10 mg, dan vial

10 mg.

B. Antiansietas

Antiansietas terutanma berguna untuk pengobatan simptomatik penyakit

psikoneurosis (neurosis, keluhan subjektif tanpa gangguan somatik yang nyata

dengan fungsi mental – kogntif tidak terganggu) dan berguna untuk terapi

tambahanpenyakit somatis dengan ciri ansietas (perasaan cemas) dan

ketegangan mental.

7

Page 8: terapi farmaka psikiatri

Ansietas didefinisikan sebagai perasaan kuatir atau ketakutan yang ditandai

dengan keadaan fisik seperti palpitasi, berkeringat dan tanda-tanda sters

lainnya. Contoh dari antiansietas yaitu :

• Golongan benzodiazepin.

Benzodiazepin yang dianjurkan sebagai antisietas adalah : klordiazepoksid.

Farmakodinamik : klordiazepoksid dan diazepam merupakan prototip

derivat benzodiazetin yang digunakan secara meluas sebagai antiasietas.

Mekanisme kerja : mekanisme kerja benzodiazepin merupakan potensiasi

inhibisi neoron dengan GABA sebagai mediatornya.

Efek samping dan kontra indikasi : pada gangguan dosisterapi jarang timbul

kantuk, tetapi pada pakar lajak benzodizepin menimbulkan depresi SSP.

Efek samping akibat depresi susunan saraf pusat berupa kantuk dan ataksia

merupakan kelanjutan efek farmakodinamik. Derivat benzodiazepin

sebaiknya jangan diberikan bersama alkohol, barbiturat atau fenotiazin.

Kombinasi ini menimbulkan efek depresi yang berlebihan. Pada pasien

gangguan pernapasan benzodiazepin dapat memperberat gejala sesak nafas.

Indikasi dan sediaan : derifat benzodiazepin digunakan untuk menimbulkan

sedasi, menghilangkan rasa cemas, dan keadaan psikosomatik yang ada

hubungan dengan rasa cemas. Selain sebagai ansietas juga digunakan

sebagai hipnotik, antikonfulsi, pelemas otot dan induksi anestesi umum.

Toleransi dan ketergantungan fisik : keadaan ini dapat terjadi bila

benzodiazepin diberikan dalam dosis tinggi dan dalam jangka waktu lama.

Jadi pemberian golongan obat ini lebih dari 3 minggu sebaiknya dihindari.

8

Page 9: terapi farmaka psikiatri

Golongan benzodiazepin: diazepam, alprazolam, klordiazepoksid,

klonazepam.

Golongan lain: buspiron, zolpidem.

C. Antimania (mood stabilizer)

Golongan obat ini mempengaruhi proses hiperaktivitas atau ggn

maniakal tanpa menyebabkan proses depresi . Pada keadaan maniakal yg

berlebihan dan akut diperlukan antipsikotik untuk mensupresi gejala

secara cepat. Setelah fase akut diatasi baru dapat diberi antimaniakal yg

dapat bekerja profilaksis supaya tidak timbul eksaserbasi.

Litium

Antimania lain : karbamazepin, asam valproat

Farmakokinetik : absorbsi lengkap dalam 6-8 jam, kadar plasma dapat

dicapai dalam 20 menit sampai 2 jam. Volume distribusi 0,5L/kg,

ekkresi terutama lewat urin dengan waktu paro eliminasi 20 jam.

Indikasi : sampai saat ini litium karbonat dikenal sebagfai obat untuk

gangguan bipolar terutama pada fase manik dan untuk pengobatan

penunjang. Pengobatan jangka panjang terbukti menurunkan insiden

percobaan bunuh diri.

Efek samping : indeks terapi litium rendah, maka untuk pemberian

yang aman perlu dilakukan pemantauan dalam plasma atau serum.

Pemeriksaan ini dilakukan 10-12 jam setelah dosis terakhir. efek

9

Page 10: terapi farmaka psikiatri

samping yang terjadi terutama pada saraf tremor, juga dapat

menurunkan fungsi tiroid.

Dosis dan sediaan : litium diberikan dalam dosis terbagi untuk

mencapai kadar yang dianggap aman yaitu berkisar antra 0,8-1,25mEq

per liter.ini dicapai dengan pemberian 900-1500 mg litium karbonat

pada pasien berobat jalan dan 1200-2400 mg sehari pada pasien yang

dirawat.

D. Psikotogenik

• Meskalin

Meskalin merupakan suatu alkaloid yang berasal dari tumbuhan kaktus

di amerika utara dan meksiko. Meskalin digunakan untuk orang indian

dalam ritus keagamaan untuk mendatangkan trance. Meskalin hanya

digunakan dalam penelitian untuk menyelidiki keadaan yang

menyerupai psikosis, tidak untuk terapi atau diagnostik.

• Dietilamid asam lisergat dan marijuana (ganja).

E. Antidepresi

Antidepresi adalah obat untuk mengatasi atau mencegah depresi

mental. Depresi didefenisikan sebagai gangguan mental dengan

penurunan mood, kehilangan minat atau persaan senang, adanya

perasaan bersalah atau rendah diri, gangguan tiodur atau penurunan

selera makan, sulit kosentrasi atau kelemahan fisik. Gangguan ini dapat

10

Page 11: terapi farmaka psikiatri

menjadi kronik atau kambuh dan mengganggu aktifitas pasien. Pada

keadaan terburuk dapat mencetuskan bunuh diri, suatu kejadian fatal

yang dewasa ini semakin terjadi.

Antidepresi dapat dibagi menjadi beberapa bagian seperti :

a. Golongan trisiklik: imipramin, imitripilin

Farmakodinamik : sebagian efek farmakodinamik antidepresi trisiklik

mirip efek tromazin.

Efek psikologik : pada manusia normal imipramin menimbulkan rasa

lelah, obat tidak meningkatkan alam perasaan dan meningktkan rasa

cemas.

Susunan saraf otonom : imipramin jelas sekali memperlihatkan efek

antimuskarinik, sehingga dapat terjadi penglihatan kabur, mulut kering,

dan retensi urin.

Kardiofaskuler : pemberian imipramin dalam dosis terapi pada manusia

sering menimbulkan hipotensi ortostatik. Dalam dosis toksis, imipramin

dapat menimbulkan aritmia dan takikardia.

Efek samping : efek dari obat ini berupa perasaan lemah, hipertensi,

dan hiperperiksia.

b. Golongan heterosiklik(generasi keua dan ketiga): amoksatin,

maprotilin, trazodon.

c. Golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs): fluoseptin,

paroksetin, setralin.

d. Penghambat MAO: isokarbosazid, fenelzin.

11

Page 12: terapi farmaka psikiatri

e. Golongan serotonin neropinephrin reuptake inhibitopr(SNRI):

venlafaksin.

Tabel Obat Psikotropika

№. Psikotropika Obat Acuan Penggolongan

1. AntipsikosisChlorpromazin

e (CPZ)

1. Antipsikosis Tipikal

o Chlorpromazine (CPZ)

o Levomepromazine

o Perphenazine

o Trifluoperazine (TFP)

o Fluphenazine

o Thioridazine

o Haloperidol

Antipsikosis Tipikal

Antimania akut

o Pimozide

2. Antipsikosis Atipikal

o Sulpiride

o Clozapine

o Olanzapine

o Quetiapine

o Risperidone

2. Antidepresi Amitriptyline 1. Antidepresi Trisiklik

12

Page 13: terapi farmaka psikiatri

o Amitryptiline

o Imipramine

Antidepresi

Antipanik

o Clomipramine

Antidepresi

Antiobsesif-kompulsif

Antipanik

o Tianeptine

o Opipramol

2. Antidepresi Tetrasiklik

o Maprotiline

o Mianserin

o Amoxapine

3. Antidepresi MAOI-Reversible / RIMA

o Moclobemide

Antidepresi

Antipanik

4. Antidepresi Atipikal

o Trazodone

o Tianeptine

o Mirtazapine

5. Antidepresi SSRI

13

Page 14: terapi farmaka psikiatri

o Efek SSRI

Antidepresi

Antiobsesif-kompulsif

Antipanik

o Contoh

Sertraline

Paroxetine

Fluvoxamine

Fluoxetine

Citalopram

3.

Antimania

(Antigaduh

gelisah)

Lithium

Carbonate

1. Antimania Akut

o Haloperidol

Antipsikosis Tipikal

Antimania akut

o Carbamazepine

o Valproic Acid

o Divalproex Na

2. Obat Profilaksis Mania

o Lithium Carbonate

4. Antiansietas Diazepam,

Chlordiazepoxi

de

1. Antiansietas Benzodiazepine

o Diazepam

o Chlordiazepoxide

14

Page 15: terapi farmaka psikiatri

o Lorazepam

o Clobazam

o Bromazepam

o Oxazolam

o Clorazepate

o Alprazolam

Antiansietas

Antipanik

o Prazepam

2. Antiansietas Nonbenzodizepine

o Sulpiride

o Buspirone

o Hydroxyzine

5. Antiinsomnia Phenobarbital

1. Antiinsomnia Benzodiazepine

o Nitrazepam

o Triazolam

o Estazolam

2. Antiinsomnia Nonbenzodiazepine

o Chroral-hydrate

o Phenobarbital

6. Antiobsesif-

kompulsif

Clomipramine 1. Antiobsesif-kompulsif Trisiklik

o Clomipramine

15

Page 16: terapi farmaka psikiatri

Antidepresi

Antiobsesif-kompulsif

Antipanik

2. Antiobsesif-kompulsif SSRI

o Efek SSRI

Antidepresi

Antiobsesif-kompulsif

Antipanik

o Contoh

Sertraline

Paroxetine

Fluvoxamine

Fluoxetine

Citalopram

7. Antipanik Imipramine 1. Antipanik Trisiklik

o Imipramine

Antidepresi

Antipanik

o Clomipramine

Antiobsesif-kompulsif

Antipanik

2. Antipanik Benzodiazepine

o Alprazolam

16

Page 17: terapi farmaka psikiatri

Antiansietas

Antipanik

3. Antipanik MAOI-Reversible / RIMA

o Moclobemide

Antidepresi

Antipanik

4. Antipanik SSRI

o Efek SSRI

Antidepresi

Antiobsesif-kompulsif

Antipanik

o Contoh

Sertraline

Paroxetine

Fluvoxamine

Fluoxetine

Citalopram

17

Page 18: terapi farmaka psikiatri

BAB III

PENUTUP

Terapi dalam gangguan jiwa bukan hanya meliputi pengobatan dengan

farmakologi tetapi juga dengan psikoterapi. Pengobatan dengan psikotropik

bersifat simtomatik dan lebih didasarkan atas pengetahuan empirik. Hal ini dapat

dipahami karena, karena patofisiologi penyakit jiwa belum jelas. Psikotropik

hanya mengubah keadaan jiwa penderita sehingga lebih kooperatif dan dapat

menerima psikoterapi dengan lebih baik.

Gangguan jiwa terdiri dari berbagai macam, sehingga diperlukan

penmilihan obat yang sesuai. Psikotropik dapat digolongkan berdasarkan Undang

- undang No. 5 Tahun 1997 , pengaruh penggunaannya terhadap susunan saraf

pusat dan berdasarkan penggunaan klinik. Klasifikasi tersebut dapat

memudahkan kita untuk pemilihan peresepan obat yang efektif dan sesuai sasaran.

Di samping itu pemilihan obat juga perlu memperhatikan farmakodinamik,

farmakokinetik, kontraindikasi, efek samping, dan sediaan untuk kepentingan kita

sebagai dokter dan demi kesembuhan pasien.

18

Page 19: terapi farmaka psikiatri

DAFTAR PUSTAKA

1. Maramis, W. F. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga

University Press: Surabaya.

2. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta:

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya; 2001.

3. Kaplan HI, Saddock BJ, Greb JA. Synopsis of Psychiatry: Behavioral

Sciences / Clinical Psychiatry. 9th ed. USA : Lippincott Williams &

Wilkins. 2003.

4. Maslim R. Paduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Jakarta :

PT Nuh Jaya. 1996.

5. Albers J L, Hahn RK, Reist C. Handbook of Psychiatric Drugs. 2005

edition. Current Clinical Strategies Publishing. Diunduh dari:

www.ccspublishing.com/ccs pada tanggal 10 Juli 2013.

19