25
TUGAS BIOKIMIA PENYAKIT PARESIS POST PARTUS PADA SAPI PERAH Anggota Kelompok II : Putu Indra Sathya NIM. 1309005033 Pinontoan Kersty Putri Nathania NIM. 1309005035 I Wayan Mas Adi Gustara NIM. 1309005036 Ida Ayu Resmihariningsih NIM. 1309005037 NIM. 1309005037 I Gusti Ayu Cinthya Darmawan NIM. 1309005038 Agus Antara Putra NIM. 1309005040

Tugas Biokimia Paresis Post Partus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

vet

Citation preview

TUGAS BIOKIMIA

PENYAKIT PARESIS POST PARTUS PADA SAPI PERAH

Anggota Kelompok II :

Putu Indra Sathya NIM. 1309005033Pinontoan Kersty Putri Nathania NIM. 1309005035I Wayan Mas Adi Gustara NIM. 1309005036Ida Ayu Resmihariningsih NIM. 1309005037NIM. 1309005037I Gusti Ayu Cinthya Darmawan NIM. 1309005038Agus Antara Putra NIM. 1309005040

UNIVERSITAS UDAYANAFAKULTAS KEDOKTERAN HEWANDENPASAR2013

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami sebagai penulis dapat menyusun tulisan ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang penyakit Paresis Post Partus Pada Sapi Perah.

Dalam penyusunan tulisan ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tulisan ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Kami menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan tulisan ini.Akhir kata semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Denpasar, 30 Oktober 2013

Penulis

DAFTAR ISIa. HALAMAN SAMPULib. KATA PENGANTARiic. DAFTAR ISIiiid. BAB 1. PENDAHULUAN1e. BAB 2. PEMBAHASAN3f. BAB 3. KESIMPULAN DAN SARAN13g. DAFTAR PUSTAKA14

12

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Membran sel (bahasa Inggris: cell membrane, plasma membrane, plasmalemma) adalah fitur universal yang dimiliki oleh semua jenis sel berupa lapisan antarmuka yang disebut membran plasma, yang memisahkan sel dengan lingkungan di luar sel terutama untuk melindungi inti sel dan sistem kelangsungan hidup yang bekerja di dalam sitoplasma. Membran sel merupakan salah satu dari beberapa komponen penyusun yang memiliki peran vital bagi sebuah sel, tidak hanya sebagai sebuah pembatas namun juga sebagai pintu gerbang antara komponen sel lainnya dengan lingkungan luar sel. Untuk menggambarkan tentang membran sel dan memudahkan dalam mempelajarinya juga penjelasannya, para ilmuwan mengalami perkembangan dalam membuat model untuk menggambarkan bagaimana sebenarnya membran sel itu. Banyak ilmuwan yang telah mengusulkan model membran sel, namun model membran sel yang diakui saat ini adalah model membran menurut Singer dan Nikolson (model membran mosaik cair). Model membran yang diusulkannya merupakan penyempurnaan dari berbagai model membran yang telah diusulkan oleh para ilmuwan sebelumnya. Mengingat fungsi dan keberadaannya yang vital, maka sangat penting bagi kita untuk mempelajari membrane sel ini lebih mendalam agar kedepannya dapat membantu menunjang ilmu Kedokteran Hewan lainnya yang akan kita pelajari.

1.2 Rumusan Masalah

1 Apa itu Penyakit Paresis Post Partus ?2 Mengapa Pemenuhan Kebutuhan Makromineral Bagi Tubuh itu Penting ?3 Apa itu Hipokalsemia ?4 Bagaimana Gambaran Klinis dari Hipokalsemia ?5 Apa Saja Penyakit Yang Bisa Muncul Mengikuti Hipokalsemia ?6 Bagaimana Upaya Penanganan Hipokalsemia Pada Sapi Perah ? 1.3 Tujuan Penulisan

1 Mengetahui Penyakit Paresis Post Partus2 Memahami Pentingnya Pemenuhan Kebutuhan Makromineral Bagi Tubuh3 Mengetahui Hipokalsemia4 Mengetahui Gambaran Klinis dari Hipokalsemia5 Mengetahui Penyakit Yang Bisa Muncul Mengikuti Hipokalsemia6 Mengetahui Upaya Penanganan Hipokalsemia Pada Sapi Perah

1.4 Metode PenulisanMetode penelitian yang kami gunakan adalah Metode Kepustakan Metode kepustakaan ( Library Reseach ) adalah mengumpulkan data dengan membaca buku-buku dan sumber lainnya yang relevan untuk membantu penyelesaian dan juga untuk melengkapi data yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1Penyakit Paresis Post PartusParesis Post Partus terdiri dari tiga suku kata, yaitu Paresis, Post , dan Partus. Istilah Paresis sering digunakan untuk menggambarkan satu kondisi yang menyebabkan terjadinya kelemahan pada anggota tubuh. Kelemahan ini dapat menyerang anggota tubuh untuk satu sisi tubuh yang sama (misalnya tangan kanan dan kaki kanan), kondisi ini yang disebut denganhemiperese.Adapula kelemahan yang melibatkan kedua belah tangan saja (tidak pada kaki) disebut denganparaparese. Sedangkan yang menyerang seluruh anggota badan (atas-bawah, kiri dan kanan) disebut dengan tetraparese. Kata Post berarti sesudah, dan Partus adalah kelahiran. Jika dikaitkan satu sama lain, penyakit Paresis Post Partus ini berarti penyakit melemahnya beberapa anggota tubuh setelah terjadinya kelahiran.

2.2Pentingnya Pemenuhan Kebutuhan Makromineral Bagi TubuhMakromineral merupakan salah satu pembagian dari mineral. Mineral merupakan bagian tubuh yang memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Selain itu, mineral berperan dalam berbagai tahap metabolisme terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim. Keseimbangan ion-ion mineral di dalam cairan tubuh diperlukan untuk pengaturan kegiatan enzim.Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh, mineral dikelompokkan menjadi dua, yaitu makro mineral dan mikromineral. Makromineral adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral mikro adalah mineral yang dibutuhkan dalam jumlah kurang dari 100 mg sehari. Dengan demikian Makromineral adalah elemen yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang banyakYang termasuk makro mineral antara lain:a. Natrium (Na)Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstrasesular. Yang bersumber utama di garam dapur atau NaCl, sapi, babi, ikan sarden, keju, zaitun hijau, roti jagung, keripik kentang, acar kubis. 35-40 % terdapat dalam kerangka tubuh. Cairan saluran cerna, sama seperti cairan empedu dan pancreas mengandung banyak natrium. Sumber natrium yang lain berupa monosodium glutamate (MSG), kecap dan makanan yang diawetkan dengan garam dapur. Makanan yang belum diolah, sayur dan buah mengandung sedikit natrium. Sumber lainnya seperti susu, daging, telur, ikan, mentega dan makanan laut lainnya.

Fungsi dari Natrium1. Menjaga keseimbangan cairan dalam kompartemen ekstraseluer.2. Mengatur tekanan osmosis yang menjaga cairan tidak keluar dari darah dan masuk ke dalam sel.3. Menjaga keseimbangan asam basa dalam tubuh dengan mengimbangi zat-zat yang membentuk asam.4. Berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot.5. Berperan dalam absorbsi glukosa dan sebagai alat angkut zat gizi lain melalui membrane, terutama melalui dinding usus sebagai pompa natrium.Dampak Kekurangan 1. menyebabkan kejang, apatis dan kehilangan nafsu makan2. dapat terjadi setelah muntah, diare, keringat berlebihan, dan diet rendah natrium

b. Klorida (Cl)Klor merupakan anion utama cairan ekstraselular. Konsentrasi klor tertinggi adalah dalam cairan serebrospinal (otak dan sumsum tulang belakang yakni sebanyak 0,15%), lambung dan Pancreas. Sumber Klor terdapat bersamaan dengan natrium dalam garam dapur. Beberapa sayuran dan buah juga mengandung klor.

Fungsi1. berperan dalam memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit dalam cairan ekstraseluler.2. Memelihara suasana asam dalam lambung sebagai bagian dari HCL, yang diperlukan untuk bekerjanya enzim-enzim pencernaan.3. Membantu pemeliharaan keseimbangan asam dan basa bersama unsur-unsur pembentuk asam lainnya4. Ion klor dapat dengan mudah keluar dari sel darah merah dan masuk ke dalam plasma darah guna membantu mengangkut karbondioksida ke paru-paru dan keluar dari tubuh.5. Mengatur system rennin-angiotensin-aldosteron yang mengatur keseimbangan cairan tubuh.

Dampak Kekurangan

Terjadinya muntah-muntah, diare kronis, dan keringat berlebihan.

c. Kalium (K)Kalium merupakan ion yang bermuatan positif dan terdapat di dalam sel dan cairan intraseluler. Seperti halnya natrium, kalium merupakan ion bermuatan positif, akan tetapi berbeda dengan natrium, kalium terutama terdapat di dalam sel. Sumber utamanya adalah tumbuh-tumbuhan dan hewan. Sumber utama adalah makanan segar/ mentah, terutama buah, sayuran dan kacang-kacangan.Susu skim, pisang, buah plum yg dikeringkan, kismis.

Fungsi1. Berperan dalam pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asam dan basa bersama natrium.2. Bersama kalsium, kalium berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot.3. Di dalam sel, kalium berfungsi sebagai katalisator dalam banyak reaksi biologic, terutama metabolisme energi dan sintesis glikogen dan protein.4. Berperan dalam pertumbuhan selDampak Kekurangankekurangan kalium dapat terjadi karena kebanyakan kehilangan melalui saluran cerna atau ginjal. Kehilangan banyak melalui saluran cerna dapat terjadi karena muntah-muntah, diare kronis atau kebanyakan menggunakan obat pencuci perut. Kebanyakan kehilangan melalui ginjal adalah karena penggunaan obat diuretic terutama untuk pengobatan hipertensi. Kekurangan kalium menyebabkan lesu, lemah, kehilangan nafsu makan, kelumpuhan, mengigau, dan konstipasi.

d. Kalsium (Ca)Kalisum merupakan mineral yang paling banyak dalam tubuh yang berada dalam jaringan keras yaitu tulang dan gigi. Di dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler, kalsium berperan penting dalam mengatur fungsi sel, seperti untuk transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah dan menjaga permebialitas membrane sel. Kalsium mengatur kerja hormone dan factor pertumbuhan.

Fungsi1. pembentukan tulang dan gigi2. kalsium dalam tulang berguna sebagai bagian integral dari struktur tulang dan sebagai tempat menyimpan kalsium.3. Mengatur pembekuan darah4. Katalisator reaksi biologic, seperti absorpsi vitamin B12, tindakan enzim pemecah lemak, lipase pancreas, eksresi insulin oleh pancreas, pembentukan dan pemecahan asetilkolin.5. Relaksasi dan Kontraksi otot, dengan interaksi protein yaitu aktin dan myosin.6. Berperan dalam fungsi saraf, tekanan darah dan fungsi kekebalan.7. Meningkatkan fungsi transport membran sel, stabilisator membrane, dan transmisi ion melalui membrane organel sel.

Dampak Kekurangan1. Paltisipasi (Jantung Berdebar)2. Osteoporosis3. Rickets 4. Depresi5. Kram Otot dan gangguan transmisi syaraf6. Gangguan produksi air susu

e. Fosfor (P)Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak dalam tubuh, sekitar 1 % dari berat badan. Fosfor terdapat pada tulang dan gigi serta dalam sel yaitu otot dan cairan ekstraseluler. Fosfor merupakan bagian dari asam nukleat DNA dan RNA. Sebagai fosfolipid, fosfor merupakan komponen structural dinding sel. Sebagai fosfat organic, fosfor berperan dalam reaksi yang berkaitan dengan penyimpanan atau pelepasan energi dalam bentuk Adenin Trifosfat (ATP).

Fungsi1 Kalsifikasi tulang dan gigi melalui pengendapan fosfor pada matriks tulang2 Mengatur peralihan energi pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak melalui proses fosforilasi fosfor dengan mengaktifkan berbagai enzim dan vitamin B.3 Absorpsi dan transportasi zat gizi serta system buffer4 Bagian dari ikatan tubuh esensial yaitu RNA dan DNA serta ATP dan fosfolipid.5 Mengatur keseimbangan asam basaDampak KekuranganKekurangan fosfor bias terjadi karena menggunakan obat antacid untuk menetralkan asam lambung, yang dapat mengikat fosfor sehingga tidak dapat diabsorpsi. Kekurangan fosfor juga terjadi pada penderita yang kehilangan banyak cairan melalui urin. Kekurangan fosfor mengakibatkan kerusakan tulang dengan gejala lelah, kurang nafsu makan dan kerusakan tulang.f. Magnesium (Mg)Magnesium adalah kation terbanyak setelah natrium di dalam cairan interselular. Magnesium merupakan bagian dari klorofil daun. Peranan magnesium dalam tumbuh-tumbuhan sama dengan peranan zat besi dalam ikatan hemoglobin dalam darah manusia yaitu untuk pernafasan. Magnesium terlibat dalam berbagai proses metabolisme.Magnesium terdapat dalam tulang dan gigi, otot, jaringan lunak dan cairan tubuh lainnya.

FungsiMagnesium berperan penting dalam system enzim dalam tubuh. Magnesium berperan sebagai katalisator dalam reaksi biologic termasuk metabolisme energi, karbohidrat, lipid, protein dan asam nukleat, serta dalam sintesis, degradasi, dan stabilitas bahan gen DNA di dalam semua sel jaringan lunak. Di dalam sel ekstraselular, magnesium berperan dalam transmisi saraf, kontraksi otot dan pembekuan darah. Dalam hal ini magnesium berlawanan dengan kalsium. Magnesium mencegah kerusakan gigi dengan cara menahan kalsium dalam email gigiDampak KekuranganKekurangan magnesium bisa terjadi jika kekurangan protein dan energi serta berbagai kompilasi penyakit yang menyebabkan gangguan absorpsi atau penurunan fungsi ginjal, endokrin, terlalu lama mendapat makanan tidak melalui mulut (intravena). Penyakit yang menyebabkan muntah-muntah, diare, penggunaan diuretika (perangsang pengeluaran urin), juga dapat menyebabkan kekurangan magnesium. Kekurangan magnesium berat akan menyebabkan kurang nafsu makan, gangguan pertumbuhan, mudah tersinggung, gugup, kejang/tetanus, gangguan system saraf pusat, halusinasi, koma dan gagal jantung.

2.3 HipokalsemiaHypocalcaemia dapat disebut juga milk fever, calving paralysis, parturient paralysis, parturient apoplexy adalah penyakit metabolisme pada hewan yang terjadi pada waktu atau segera setelah melahirkan yang manifestasinya ditandai dengan penderita mengalami depresi umum, tak dapat berdiri karena kelemahan bagian tubuh sebelah belakang dan tidak sadarkan diri (Hardjopranjoto 1995). Hypocalcaemia yaitu suatu kejadian kelumpuhan yang terjadi sebelum, sewaktu atau beberapa jam sampai 72 jam setelah partus. Biasanya kejadian ini menyerang sapi pada masa akhir kebuntingan atau pada masa laktasi. Kasus ini sering dialami sapi yang sudah melahirkan yang ketiga kalinya sampai yang ketujuh (Girindra 1988). Tetapi di beberapa daerah ternyata penyakit ini ditemui juga pada sapi-sapi dara yang produksi tinggi dan terjadi ditengah-tengah masa laktasi. Hardjopranjoto (1995) mengatakan bahwa biasanya kasus ini terjadi pada sapi perah setelah beranak empat kali atau lebih tua, jarang terjadi pada induk yang lebih muda atau sebelum beranak yang ketiga. Subronto (2001) mengatakan bahwa beberapa kejadian disertai syndrom paresis yang terjadi dalam beberapa minggu atau beberapa bulan sesudah melahirkan. Penyebab yang jelas belum ditemukan, tetapi biasanya ada hubungannya dengan produksi yang tinggi secara tiba-tiba pada sapi yang baru melahirkan. Sapi yang menderita penyakit ini di dalam darahnya dijumpai adanya hipocalcaemia yaitu penurunan kadar kalsium yang cepat di dalam serum darah penderita (Hardjopranjoto 1995; Girindra 1988; Fraser 1991; Wondonga 2002; Carlton 1995). Subronto (2001) mengatakan bahwa dahulu gangguan ini diduga disebabkan oleh adanya bendungan pada sistem syaraf, alergi, penyakit neuro muskuler, penyakit keturunan, penyakit ketuaan, penyakit infeksidan penyakit defisiensi makanan yang menyangkut kalsium, fosfor, vitamin A, vitamin D dan protein. Pada keadaan normal kadar Ca dalam darah adalah 9-12 mgram persen. Pada keadaan subklinis kadar Ca dalam darah 5-7 mgram persen dan pada kejadian hypocacaemia kadar ion Ca dalam darah 3-5 mgram persen. Girindra (1988) mengatakan bahwa jumlah kalsium yang terdapat dalam darah dan cairan ekstra sel hanya kira-kira 8 gram, sedangkan untuk keperluan laktasi dalam satu hari dibutuhkan 3 x jumlah itu. Jadi kekurangan kalsium jelas merupakan predisposisi kejadian hypocalcaemia.

2.4 Gambaran Klinis HipokalsemiaGejala awal yang ditemui yaitu sapi masih berbaring, nafsu makan turun, kurang peka terhadap lingkungan, cermin hidung kering, tremor pada otot, suhu tubuh rendah, kaki belakang lemah dan terjadi penimbunan gas di dalam rumen. Jika semakin parah, maka sapi hanya mampu bertahan 6 24 jam. Sebenarnya angka kesembuhannya cukup baik dan tingkat mortalitas kurang dari 2-3 % apabila segera diketahui dan diberi pertolongan (Champness & Hamilton 2007). Subronto (2001) mengatakan bahwa gambaran klinis milk fever yang dapat diamati tergantung pada tingkat dan kecepatan penurunan kadar kalsium di dalam darah. Dikenal 3 stadia gambaran klinis yaitu stadium prodromal, berbaring (rekumbent) dan stadium koma. 1. Stadium 1 (stadium prodromal). Penderita jadi gelisah dengan ekspresi muka yang tampak beringas. Nafsu makan dan pengeluaran kemih serta tinta terhenti. Meskipun ada usaha untuk berak akan tetapi usaha tersebut tidak berhasil. Sapi mudah mengalami rangsangan dari luar dan bersifat hipersensitif. Otot kepala maupun kaki tampak gemetar. Waktu berdiri penderita tampak kaku, tonus otot alat-alat gerak meningkat dan bila bergerak terlihat inkoordinasi. Penderita melangkah dengan berat, hingga terlihat hati-hati dan bila dipaksa akan jatuh, bila jatuh usaha bangun dilakukan dengan susah payah dan mungkin tidak akan berhasil. 2. Stadium 2 (stadium berbaring/recumbent). Sapi sudah tidak mampu berdiri, berbaring pada sternum dengan kepala mengarah ke belakang hingga dari belakang seperti huruf S. Karena dehidrasi kulit tampak kering, nampak lesu, pupil mata normal atau membesar dan tanggapan terhadap rangsangan sinar jadi lambat atau hilang sama sekali. Tanggapan terhadap rangsangan rasa sakit juga berkurang, otot jadi kendor, spincter ani mengalami relaksasi, sedang reflek anal jadi hilang dengan rektum yang berisi tinja kering atau setengah kering. Pada stadium ini penderita masih mau makan dan proses ruminasi meskipun berkurang intensitasnya masih dapat terlihat. Pada tingkat selanjutnya proses ruminasi hilang dan nafsu makan pun hilang dan penderita makin bertambah lesu. Gangguan sirkulasi yang mengikuti akan terlihat sebagai pulsus yang frekuen dan lemah, rabaan pada alat gerak terasa dingin dan suhu rektal yang bersifat subnormal.3. Stadium 3 (stadium koma). Penderita tampak sangat lemah, tidak mampu bangun dan berbaring pada salah satu sisinya (lateral recumbency). Kelemahan otot-otot rumen akan segera diikuti dengan kembung rumen. Gangguan sirkulasi sangat mencolok, pulsus jadi lemah (120 x/menit), dan suhu tubuh turun di bawah normal. Pupil melebar dan refleks terhadap sinar telah hilang. Stadium koma kebanyakan diakhiri dengan kematian, meskipun pengobatan konvensional telah dilakukan.

2.5 Penyakit Yang Muncul Mengikuti Kemunculan HipokalsemiaBeberapa penyakit komplikasi dapat timbul mengikuti kejadian hypocalcaemia, karena kondisi penderita yang terus berbaring diantaranya :1. Dekubites, kulit lecet-lecet. Luka ini disebabkan karena infeksi yang berasal dari lantai, dapat menyebabkan dekubites.2. Perut menjadi gembung atau timpani, karena lantai yang selalu dingin mendorong terjadinya penimbunan gas dalam perut pada penderita yang selalu berbaring.3. Pneumonia. Kerena terjadi regurgitasi pada waktu memamah biak disertai adanya paralisa dari laring dan faring. Sewaktu menelan makanan, sebagian makanan masuk ke dalam paru-paru dan dpat diikuti oleh pneumonia pada penderita

2.6 Upaya Penanganan Penyakit Hipokalsemia Pada Sapi PerahPengobatan sapi yang menampakkan gejala adalah penyuntikan 1000 ml calcium borogluconas 40 % secara intravena pada vena jugularis (Braunet al.2006). Suntikan dapat diulangi kembali setelah 8 12 jam kemudian. Apabila belum menampakkan hasil, maka dapat diberikan preparat yang mengandung magnesium. Hanya sedikit susu yang boleh diperah selama 2 3 hari. Pengosongan ambing sebaiknya dihindari selama waktu tersebut untuk mencegah terjadinyaparesis peurpuralis. Kadar kalsium dalam pakan harus dikurangi pada akhir periode laktasi. Pemberian kosentrat dapat diberikan 2 kg/hari atau selama periode kering kandang dengan mengurangi pemberian legum atau suplemen mineral. Peningkatan pemberian konsentrat baru dapat dilakukan 2 minggu menjelang sapi melahirkan (Bewley & Phillips 2010).

BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KesimpulanParesis Post Partus merupakan penyakit melemahnya beberapa anggota tubuh yang terjadi pasca kelahiran pada sapi perah. Paresis Post Partus ini disebabkan karena terjadinya Hipokalsemia, yaitu kurangnya asupan kalsium pada sapi perah. Kekurangan kalsium ini bisa terjadi karena kandungan kalsium pada makanan yang diberikan pada sapi perah kurang atau tidak memenuhi kebutuhan kalsium pada saat sapi perah mengalami kehamilan, produksi susu yang tinggi, dan adanya stress. Penyakit ini bisa ditangani dengan cara mengimbangi kekurangan kalsium tersebut baik dengan cara mengurangi produksi susu pada sapi perah, kemudian dengan memberikan obat secara injeksi atau oral dengan teratur, ditambah menjaga pola makan dan pakan sapi perah.3.2 Saran

Paresis Post Partus merupakan penyakit yang sering terjadi pada sapi perah. Pakan yang dikonsumsi sapi perah tiap harinya harus selalu dikontrol kelengkapan gizinya agar sesuai dengan kebutuhan sapi perah itu sendiri, apalagi ketika sapi perah itu mengalami kebuntingan, tentunya kebutuhan gizinya harus lebih dari sebelumnya. Ditambah lagi sapi perah merupakan sapi yang melakukan produksi susu secara rutin, akan rentan sekali jika asupan gizinya tidak diperhatikan. Kami sebagai penulis mohon saran dan kritik untuk kesempurnaan tulisan kami ini, mengingat keterbatasan kemampuan dan informasi yang kami miliki dalam menyusun tulisan ini

DAFTAR PUSTAKA

Dimas Tri Nugroho.2011.HIPOKALSEMIA PADA SAPI PERAHhttp://pustakavet.wordpress.com/2011/01/31/hipokalsemia-pada-sapi-perah/Diunduh tanggal 30 Oktober 2013

Lusia Kus Anna. 2013. BAHAYA KEKURANGAN KALSIUMhttp://health.kompas.com/read/2013/06/27/0932253/Bahaya.Kekurangan.KalsiumDiunduh tanggal 30 Oktober 2013

Jhefry Dalik. 2009. MAKALAH TENTANG MARKROMINERAL (BELUM SEMPURNA)http://1jedha.blogspot.com/2011/01/makalah-tentang-makromineral-belum.htmlDiunduh tanggal 30 Oktober 2013

Wondonga, N.F. 2002.MILK FEVER (HYPOCALCAEMIA)http://www.petalia.com.au/Templates/StoryTemplate_Process.cfm?Story_No=1600&section=answers&specie=dairy.Diunduh tanggal 30 Oktober 2013

1