Lapsus Psikiatri Yopi 1

Preview:

DESCRIPTION

n

Citation preview

LAPORAN KASUS

Oleh:Yopi ardhiaswari112011101050

Pembimbing:dr. Justina Evy Tyaswati, Sp.KJ

dr. Alif Mardijana, Sp. KJ

Identitas Pasien• Nama : Ibu K• Umur : 45 tahun • Jenis Kelamin : Perempuan • Pendidikan : SMA • Pekerjaan : Wira swasta • Agama : Islam• Status Perkawina : Menikah • Suku Bangsa : Jawa • Alamat : Jl KH Abdul Azis No 16, RT 3/1

Tempurejo Jember • Tanggal Pemeriksaan : 17-21 Februari 2015

ANAMNESIS

Autoanamnesis dan heteroanamnesis dilakukan pada tanggal 17 februari 2015 di Poli Psikiatri RSD dr. Soebandi Jember.

• Keluhan Utama : Pasien merasa ketakutan.• Riwayat Penyakit Sekarang:

AUTOANAMNESIS• Saat datang pasien menggunakan baju rapi

sesuai dengan usia, rambut dan kuku dipotong rapi dan bersih. Pasien datang bersama dengan suaminya. Saat ditanya nama, pasien menjawab pertanyaan dengan benar, saat ditanya tentang alamat dan identitasnya, pasien juga dapat menjawab dengan benar.

AUTOANAMNESIS• Saat ditanya mengenai keluhannya, pasien

menjelaskan bahwa pasien merasa ketakutan akhir-akhir ini. Menurut pasien, pasien tidak bisa mengendalikan ketakutannya. Saat ketakutan pasien menjelaskan bahwa dirinya menjadi gemetar, mual dan menangis. Pasien juga susah tidur, dan saat bangun tidur ketakutannya tidak hilang tapi malah semakin menjadi-jadi karena bisa ikut terbawa mimpi.

AUTOANAMNESIS• Menurut pasien, pasien takut keimanannya

berkurang. Pasien seorang muslim dan pasien merasa goyah akan keyakinannya. Pasien menjelaskan ketakutannya berawal dari mimpi dan sering melihat acara keagamaan di televisi. Pasien menjadi sering menghubung2kan acara di televisi dengan keyakinannya, sehingga pasien merasa keyakinannya menjadi berkurang dan goyah. Pasien menjadi takut, gemetar, mual dan menangis. Saat ketakutan itu muncul pasien menjadi tidak bisa konsentrasi dan tidak bisa menjalankan aktivitas rutin sehari hari

AUTOANAMNESIS• Saat ditanya apakah pasien pernah melihat

sesuatu yang aneh atau mendengar suara-suara berbisik, pasien menjelaskan tidak pernah melihat ataupun mendengar sesuatu yang aneh. Ketakutannya muncul sendiri saat memikirkan sesuatu dan pasien tidak bisa mengendalikannya. Pasien juga sering marah-marah ke anaknya, namun kadang pasien juga merasa kasihan ke anaknya karena dimarahin, bahkan pasien pernah sampai menangis karena merasa kasihan ke anaknya.

AUTOANAMNESIS• Pasien menjelaskan saat ini sedang tidak apa

permasalahan keluarga ataupun permasalahan berat lainnya. Pasien bercerita sudah berusaha mengurangi ketakutan dan kecemasannya dengan tetap berjualan makanan didepan rumah agar bisa berinteraksi dengan orang banyak dan kadang-kadang pasien juga maen ke rumah tetangga untuk sekedar untuk mencari hiburan.

Heteroanamnesis

Heteroanamnesis dilakukan pada tanggal 17 Februari 2015 di Poli Jiwa RSD dr. Soebandi (Oleh suami pasien).

Menurut keterangan suaminya, pasien pertama kali merasa ketakutan di awal tahun 2014. Kemudian setelah berobat ke dokter spesialis kedokteran jiwa pasien merasa enak. Kemudian sekitar 10 hari ini pasien merasa ketakutannya muncul kembali. Saat ketakutannya muncul, pasien menjadi gemetar, pengen muntah, menangis dan aktivitas sehari-hari harus dihentikan.

Heteroanamnesis

Menurut keterangan suaminya sebelumnya pasien juga mempunyai tempramen yang tinggi, sering marah-marah ke anaknya meskipun hanya karena kesalahan yang ringan. Pasien sering melihat acara keagamaan ditelevisi dan mengait-ngaitkan dengan keyakinannya. Menurut suaminya, pasien seorang muslim yang taat dan menjalankan semua kewajiban sebagai seorang muslim, namun demikian pasien merasa keimanannya masih kurang dan justru merasa goyah. Pasien menjadi ketakutan, takut jika keimanannya berkurang dan pasien menangis sejadi-jadinya

Heteroanamnesis

• Menurut keterangan suaminya pasien selain sebagai ibu rumah tangga juga bekerja membuka warung di depan rumahnya, sedangkan suaminya bekerja di ptpn. Anak pasien 2, yang satu kelas 3 sekolah dasar dan yang satunya semester 4 di poltek jember. Suaminya menambahkan, mungkin ketakutan istrinya karena istrinya sering memikirkan hal-hal negatif yang sebenarnnya tidak perlu dipikirkan terutama tentang keyakinannya. Namun demikian menurut keterangan suaminya, pasien tidak pernah berbicara sendiri, tidak pernah melihat hal-hal yang aneh ataupun suara-suara aneh yang berbisik. Pasien juga tidak pernah menunjukkan perilaku yang aneh ataupun mengamuk.

• RIWAYAT PENYAKIT DAHULUPasien pernah menderita penyakit yang sama 1 tahun yang lalu

• RIWAYAT PENYAKIT KELUARGATidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa.

 • RIWAYAT PENGOBATAN

pasien lupa dengan obatnya

RIWAYAT SOSIAL• Faktor Pendidikan : SMA• Faktor Premorbid : Sikloid (emosional) • Faktor Pencetus : Masalah keyakinan/

agama • Faktor Organik : -• Faktor Keturunan : -• Faktor Psikososial : -

Status Psikiatri• Kesan Umum: Pasien tampak berpakaian rapi sesuai usia, rambut dan

kuku dipotong rapi• Kontak : verbal (+)/mata (+)/lancar/relevan • Kesadaran : kualitatif: tidak berubah • Afek, emosi :anxiety • Proses/Berpikir: • Bentuk : Realistik • Arus: Koheren • Isi : Waham (-), Fobi (+) • Persepsi : halusinasi auditori, visual (-), ilusi (-) • Intelegensia : dbn • Kemauan : menurun • Psikomotor : dbn• Tilikan : 4, menyadari keadaan sakitnya disebabkan karena sesuatu

yang tidak di ketahui dalam diri pasien.

Diagnosis Multiaxial• Aksis I : F40 Gangguan Anxietas Fobik• Aksis II : F60.3 Gangguan kepribadian

emosional tak stabil• Aksis III : - • Aksis IV : -• Aksis V : GAF Scale 60-51 (Gejala sedang

(moderate), disabilitas sedang.)

Terapi

• FarmakoterapiClobazam 2 x 10 mg/hari

• Edukasi

– Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang sakit yang dialami pasien supaya keluarga pasien dapat memahami dan menerima keadaan pasien.

– Meminta keluarga pasien supaya memperhatikan kepatuhan pemberian obat dan membawa pasien kontrol tepat waktu. Jika pengobatan dilakukan secara dini, tepat, adekuat dan disertai keteraturan pasien untuk minum obat maka prognosis penyakit yang diderita pasien semakin baik.

– Meminta supaya keluarga pasien memberi dukungan moral kepada pasien.

Prognosis

Dubia ad bonam, karena:• Kepribadian sebelumnya :

buruk • Patogenesis progesif (-) : baik • Usia tua : baik • Pengobatan (teratur) : baik • Faktor keturunan (tidak ada) : baik • Sosial ekonomi : baik

Follow Up• AUTOANAMNESIS (21 Februari 2015, di rumah pasien)

Saat dikunjungi ke rumahnya, pasien menyambut dengan baik. Pemeriksa dijemput oleh pasien di depan jalan raya setelah sebelumnya pemeriksa menelfon dulu karena rumah pasien agak masuk ke dalam gang. Pasien tampak rapi dan memakai baju yang bersih. Saat ditanya nama dan alamat untuk memastikan identitas, pasien menjawab dengan benar. Suami pasien juga mendampingi. Pasien bercerita sudah agak baikan, namun perasaan takut kadang-kadang masih muncul terutama kalau memikirkan tentang keyakinan dan keimanan. Pasien bercerita 2 hari ini pikirannya mulai tenang, mulai bisa mengendalikan emosi. Pasien bisa tidur, makan dan menjalankan aktivitas sehari-hari dengan cukup baik.

• HeteroanamnesisSuami pasien bercerita kalo istrinya 2 hari ini kondisinya baik, bisa memasak, bisa menyiapkan peralatan untuk anaknya ke sekolah. Pasien juga sudah berencana membuka warungnya lagi. Hari sebelumnya pasien pernah bercerita ke suaminya kalo pasien masih takut jika sewaktu-waktu perasaan takutnya muncul kembali. Suaminya melarang istrinya untuk menonton acara-acara di televisi yang dapat memicu ketakutannya, terutama acara-acara keagamaan. Suaminya juga sudah mewanti-wanti istrinya untuk bisa mengendalikan emosinya terutama emosi kepada anak ke 2 nya.

TERIMA KASIH