37
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Literasi a. Pengertian Literasi Literasi sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memahami dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis dan berbicara (Panduan Gerakan Literasi Sekolah, 2016). Selanjutnya UNESCO (dalam buku Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, 2016) mengemukakan bahwa kegiatan literasi ini identik dengan aktivitas membaca dan menulis. Gerakan Literasi Sekolah adalah gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif berbagai elemens. Upaya yang ditempuh unuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca peserta didik. Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca (guru membacakan buku dan warga sekolah membaca dalam hati, yang disesuaikan dengan konteks atau target sekolah). Ketika pembiasaan membaca terbentuk, selanjutnya akan diarahkan pada tahap pengembangan dan pembelajaran. Variasi kegiatan dapat berupa perpaduan pengembangan keterampilan reseptif maupun produktif. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan literasi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memahami bacaan atau cerita dengan berbagai aktivitas seperti membaca, menulis, melihat,

BAB II.pdf - Universitas Muhammadiyah Malang

Embed Size (px)

Citation preview

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori Literasi

a. Pengertian Literasi

Literasi sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan yang dimiliki

seseorang untuk memahami dan menggunakan sesuatu secara cerdas

melalui berbagai aktivitas antara lain membaca, melihat, menyimak,

menulis dan berbicara (Panduan Gerakan Literasi Sekolah, 2016).

Selanjutnya UNESCO (dalam buku Desain Induk Gerakan Literasi

Sekolah, 2016) mengemukakan bahwa kegiatan literasi ini identik dengan

aktivitas membaca dan menulis.

Gerakan Literasi Sekolah adalah gerakan sosial dengan dukungan

kolaboratif berbagai elemens. Upaya yang ditempuh unuk mewujudkannya

berupa pembiasaan membaca peserta didik. Pembiasaan ini dilakukan

dengan kegiatan 15 menit membaca (guru membacakan buku dan warga

sekolah membaca dalam hati, yang disesuaikan dengan konteks atau target

sekolah). Ketika pembiasaan membaca terbentuk, selanjutnya akan

diarahkan pada tahap pengembangan dan pembelajaran. Variasi kegiatan

dapat berupa perpaduan pengembangan keterampilan reseptif maupun

produktif.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan literasi

adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memahami bacaan atau

cerita dengan berbagai aktivitas seperti membaca, menulis, melihat,

13

menyimak dan berbicara. Kegiatan literasi ini untuk membiasakan peserta

didik dalam membaca. Pada kegiatan literasi ini tahap pertama yang

dilakukan adalah pembiasaan, ketika pembiasaan sudah terbentuk maka

diarahkan pada tahap pengembangan dan dlanjutkan dengan tahap

pembelajaran.

b. Tujuan Gerakan Literasi Sekolah

Menurut Dirjen Dikdasmen (2016) Gerakan Literasi sekolah

mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan

umum Kegiatan Literasi Sekolah yaituu menumbuh kembangkan budi

pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang

diwujudkan dalam Kegiatan Literasi Sekolah agar mereka menjadi

pembelajar sepanjang hayat. Sedangkan tujuan khusus Gerakan Literasi

Sekolah yaitu (1) Menumbuh kembangkan budaya literasi sekolah.

(2) meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.

(3) menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan

ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.

(4) menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam

buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.

Menurut Abidin (2017) Pada tahu 1998, tujuan pembelajaran literasi

secara internasional diperluas dan diperinci. Berdasarkan dokumen pada

tahun 1998 dari The National Literacy Strategy (Wray et al., 2004),

beberapa kompetensi-kompetensi yang ditujukan agar peserta didik

mampu mencapinya yaitu (1) Percaya diri, lancar, dan paham dalam

14

membaca dan menulis. (2) Tertarik pada buku-buku, baik buku pelajaran

ataupun non pelajaran. (3) Mengetahui dan memahami berbagai gerne fiksi

dan puisi. (4) Memahami struktur dasar narasi. (5) Memahami berbagai

teks nonfiksi. (6) Dapat memahami dan menggunakan berbagai macam

petunjuk baca (fonik, grafis, sintaksis, dan konteks) untuk memonitor dan

mengoreksi kegiatan membaca secara mandiri. (7) Merencanakan,

menyusun draf, merevisi dan mengedit tulisan secara mandiri. (8)

Memiliki ketertarikan terhadap kata dan makna, serta secara aktif

mengembangkan kosakata. (9) Memahami sistem bunyi dan ejaan, serta

menggunakannya untuk mengeja dan membaca secara akurat. (10) Lancar

dan terbiasa menulis tulisan tangan.

Berdasarkan tujuan di atas, secara sederhana pembelajaran literasi

ditujukan untuk mengembangkan tiga kompetensi utama, yakni

kompetensi pada tingkat kata, tingkat kalimat, dan tingkat teks.

Kompetensi pada tingkat kata mencakup ejaan dan kosakata. Pada tingkat

kalimat mencakup tanda baca dan tata bahasa. Serta pada tingkat teks

mencakup pemahaman teks dan komposisi teks. Tahapan gerakan literasi

sekolah dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan kesiapan

sekolah di seluruh Indonesia. Kesiapan ini mencakup kesiapan kapasitas

kesiapan warga sekolah dan sistem pendukung yang relevan. Abidin

(2017)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan gerakan

literasi terdapat 2 tujuan, yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Dalam

tujuan umum ini tujuannya untuk menumbuh kembangkan budi pekerti

15

peserta didik melalui kegiatan literasi. Sedangkan dalam tujuan khusus ini

bertujuan untuk mengembangkan budaya literasi serta menjadikan sekolah

sebagai taman belajar yang menyenangkan, menambah pengetahuan

peserta didik dan mengenalkan beragam buku bacaan.

c. Tahapan Gerakan Literasi Sekolah

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2016) menjelaskan bahwa

secara umum tahapan GLS dilakukan dalam 3 tahapan sebagai berikut :

1. Tahap ke 1

Pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di

lingkungan sekolah. Kegiatan pembiasaan ini bertujuan untuk

menumbuhkan minat terhadap bacaan dan kegiatan membaca dalam

diri warga sekolah. Penumbuhan minat baca merupakan hal yang

mendasar bagi pengembangan literasi peserta didik.

2. Tahap ke 2

Pengembangan minat baca untuk meningkatkan kemampuan

literasi. Kegiatan literasi pada tahap ini bertujuan untuk

mengembangkan kemampuan memahami bacaan dan mengaitkan

dengan pengalaman pribadi, berfikir kritis, dan mengolah kemampuan

komunikasi secara kreatif melalui kegiatan membaca pengayaan.

3. Tahap ke 3

Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi pada tahap ini

bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memahami teks dan

mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berfikir kritis, dan

16

mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif. Kegiatan ini

dilakukan melalui kegiatan menanggapi teks buku bacaan pengayaan

dan buku pelajaran, dalan tahap ini ada tagihan yang sifatnya

akademis (terkait dengan mata pelajaran). Kegiatan membaca

dilakukan untuk mendukung pelaksanaan Kurikulim 2013, yang

mensyaratkan peserta didik membaca buku nonteks pelajaran. Buku

nonteks pelajaran ini dapat berupa buku pengetahuan umum,

kegemaran, minat khusus, serta dapat dikaitkan dengan mata pelajaran

tertentu sebanyak 6 bukubagi peserta didik SD, 12 buku bagi peserta

didik SMP dan 18 buku bagi peserta didik SMA/SMK. Buku laporan

kegiatan membaca pada tahap pembelajaran ini biasanya disediakan

oleh wali kelas.

d. Pelaksanaan Kegiatan Literasi Sekolah

Pada kegiatan literasi terdapat 3 tahap yaitu tahap pembiasaan, tahap

pengembangan dan tahap pembelajaran. Berikut ini masing-masing

pejelasan dari 3 tahap tersebut

1. Tahap Pembiasaan

Dalam buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah (2016)

menyatakan bahwa dalam tahap pembiasaan ini bertujuan untuk

menumbuhkan minat peserta didik terhadap bacaan dan kegiatan

membaca.

17

a) Kecakapan Literasi

Pada kecakapan literasi di jenjang kelas rendah ini terdapat 2

poin yaitu komunikasi dan berpikir kritis. Dalam poin pertama

yaitu komunikasi yang artinya meminta peserta didik untuk

mengartikulasikan empati terhadap tokoh. Dan poin ke dua yaitu

berpikir kritis, dalam berpikir kritis ini peserta didik mampu

memisahkan antara fakta dan fiksi.

b) Fokus dan prinsip kegiatan

Dalam fokus dan prinsip kegiatan ini terdapat 5 poin yaitu

menyimak, membaca, fokus kegiatan, jenis bacaan dan sarana

prasarana. Pada poin menyimak ini melatih peserta didik untuk

menyimak cerita guna menumbuhkan rasa empati. Pada poin

membaca bertujuan untuk mengenali dan membuat inferensi,

prediksi terhadap gambar. Untuk fokus kegiatan dilakukan

dengan cara membacakan buku dengan nyaring atau dengan

membaca dalam hati. Jenis bacaan yang bisa digunakan seperti

buku cerita bergambar, tanpa teks (wordless picture books),buku

dengan teks sederhana (fiksi atau nonfiksi). Untuk sarana dan

prasarana yang dibutuhkan seperti sudut buku kelas, perpustakaan

dan area baca.

c) Prinsip – prinsip Kegiatan Membaca

Dalam buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SD (2016)

menyatakan bahwa terdapat beberapa prinsip kegiatan membaca

pada tahap pembiasaan seperti :

18

a. Buku yang dibaca/dibacakan berupa buku bacaan (Cerita)

b. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku yang diminati oleh

peserta didik

c. Pada kegiatan membaca/membacakan buku tanpa disertai

tugas (menghafal cerita, menulis sinopsis dll)

d. Pada kegiatan membaca/membacakan buku dapat sertai

dengan diskusi informal tentang buku yang dibaca/dibacakan,

tanggapan dalam diskusi dan kegiatan lanjutan ini tidak

dinilai/dievaluasi

e. Pada kegiatan membaca/membacakan buku berlangsung

dalam suasana menyenangkan dan santai.

d) Kegiatan membaca dan penataan lingkungan kaya literasi

Dalam buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SD (2016)

menyatakan bahwa ada beberapa kegiatan membaca dan penataan

lingkungan kaya literasi sebagai berikut :

a. Membaca buku cerita selama 15 menit sebelum pelajaran di

mulai dan dapat dilakukan dengan cara membaca nyaring

atau dalam hati

b. Memperkaya koleksi bacaan untuk mendukung kegiatan

membaca

c. Memfungsikan pemanfaatan sarana prasarana sekolah

(perpustakaan, sudut baca, kebun sekolah dll) untuk

menumbuhkan minat baca baik peserta didik atau warga

sekolah

19

d. Melibatkan komunitas di luar sekolah dan pengembangan

sarana literasi, serta pengadaan buku-buku koleksi

perpustakaan maupun sudut baca

e. Memilih buku bacaan yang baik

e) Langkah – langkah kegiatan

Dalam buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SD (2016)

terdapat langkah – langkah kegiatan antara lain :

a. Membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai

1. Membaca nyaring

Guru/peserta didik membaca buku dengan cara nyaring.

Dengan tujuan memotivasi peserta didik agar mau membaca,

menumbuhkan kegemaran dalam membaca, memberikan

pengalaman membaca yang menyenangkan, membangun

komunikasi antara guru dan peserta didik.

2. Membaca dalam hati

Peserta didik melakukan kegiatan membaca buku dalam

hati tanpa gangguan. Guru menciptakan suasana tenang dan

nyaman agar peserta didik dapat berkonsentrasi pada buku

yang dibaca. Tujuan dari membaca dalam hati yaitu

menumbuhkan kebiasaan membaca pada peserta didik

b. Menata sarana dan lingkungan kaya literasi

Sarana literasi mencakup perpustakaan sekolah, sudut baca

dan area baca. Perpustakaan berfungsi sebagai pusat pembelajaran

di sekolah. pengembangan dan penataan perpustakaan menjadi

20

bagian paling penting dari pelaksanaan gerakan literasi dan

pengelolaan pengetahuan yang berbasis pada bacaan.

Perpustakaan yang dikelola dengan baik mampu meningkatkan

minat baca peserta didik. Perpustakaan sekolah idealnya berperan

dalam mengkoordinasi pengelolaan sudut baca, area baca dan

prasarana literasi lain di sekolah.

c. Menciptakan lingkungan kaya teks

Untuk menumbuhkan budaya literasi di lingkungan sekolah,

ruang kelas maka perlu diperkaya dengan bahan-bahan kaya teks.

f) Indikator pencapaian

Dalam buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SD (2016)

Sekolah dapat menggunakan tabel ceklis untuk mengetahui

apakah prioritas kegiatan di tahap pembiasaan literasi sudah

dilaksanakan di sekolah. apabila telah melaksanakan semua

indikator dalam tahap pembiasaan maka dapat dilakukan pada

tahap berikutnya yaitu tahap pengembangan. Berikut ini indikator

pencapaian pada tahap pembiasaan (1) terdapat kegiatan

membaca selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Untuk

kegiatan membacanya bisa dengan membaca secara nyaring atau

membaca dalam hati. (2) kegiatan membaca 15 menit dilakukan

setiap hari baik diawal, tengah, atau menjelang akhir dari

pelajaran. (3) setelah membaca buku baik buku judul buku dan

nama pengarannya di catat dalam catatan harian. Ini berlaku

untuk semuanya baik peserta didik dan juga guru. (4) kegiatan

21

literasi ini melibatkan peserta didik dan juga warga sekolah untuk

membaca buku. (5) mempunyai perpustakaan sekolah atau

ruangan khusus untuk menyimpan buku non pelajaran. (6)

terdapat sudut baca pada masing-masing kelas dengan koleksi

buku non pelajaran. (7) terdapat poster kampanye baik di klas,

koridor dan area lain di sekolah. (8) terdapat bahan kaya teks di

setiap kelas. (9) Terdapat kebun, kantin, dan uks menjadi

lingkungan yang kaya literasi. Terdapat posterposter tentang

pembiasaan hidup sehat, kebersihan, dan keindahan di kebun

sekolah, kantin, dan UKS. Makanan di kantin sekolah diolah

dengan bersih dan sehat. (10) Sekolah berupaya untuk melibatkan

publik (orang tua, alumni, dan elemen masyarakat lain) untuk

mengembangkan kegiatan literasi sekolah.

Berdasarkan uraian pada tahap pembiasaan di atas dapat

disimpulkan bahwa pada tahap pembiasan ini terdapat 6 bagian

yaitu kecakapan literasi, fokus dan prinsip kegiatan baik kelas

rendah maupun kelas tinggi, prinsip kegiatan membaca pada

tahap pembiasaan, kegiatan membaca dan penataan lingkungan

kaya literasi, langkah-langkah kegiatanyang mencakup kegiatan

membaca nyaring, membaca dalam hati, dan menciptakan

lingkungan kaya teks. Bagian yang terakhir yaitu indikator

pencapaian pada tahap pembiasaan.

22

2. Tahap Pengembangan

Dalam buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SD (2016)

Pada kegiatan literasi tahap pengembangan bertujuan untuk

mempertahankan minat terhadap bacaan dan terhadap kegiatan

membaca, serta meningkatkan kelancaran dan pemahaman membaca

peserta didik.

1. Kecakapan literasi

Berikut ini tabel tentang kecakapan literasi

Tabel 2.1 Kecakapan Literasi Jenjang Menyimak Membaca Berbicara Menulis Memilah

Informasi

Kelas

rendah

Menyi mak

cerita

untuk

menum

buhkan

empati.

a. Mengeja

kalimat dan

mema hami

kata-kata

dalam cerita

seder hana.

b. Mem baca

gambar

untuk mema

hami alur

cerita.

Menjawab

pertanyaan

tentang

tokoh

cerita dan

kejadian

dalam

cerita.

Bercerita

melalui

gambar

atau kata/

kalimat

sederha na

Mengiden

tifikasi

tokoh

utama dan

alur cerita

sederhana.

(Sumber : Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SD 2016 )

2. Fokus kegiatan literasi

Berikut ini tabel tentang fokus kegiatan literasi pada tahap

pengembangan

Tabel 2.2 Fokus Kegiatan Jenjang Fokus kegiatan Media

Kelas

rendah

a. Guru membacakan nyaring interaktif

b. Guru memandu anak untuk membaca buku

bergambar (guided reading)

c. Guru membaca buku bergambar. bersama

peserta didik (shared reading).

d. Membaca mandiri (independent reading).

e. Peserta didik menggambar tokoh atau kejadian

dalam cerita, atau menulisbeberapa kata dalam

cerita.

a. Buku

cerita

bergambar

b. Buku

cerita

bergambar

berukuran

besar (big

book).

(Sumber : Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SD 2016 )

23

3. Prinsip-prinsip kegiatan

Pada tahap pengembangan ini terdapat beberapa prinsip yaitu :

a. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku cerita

b. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku yang diminati oleh

peserta didik

c. Pada kegiatan membaca tahap pembiasaan ini dapat

disertakan tugas-tugas seperti menggambar, menulis apa yang

di dapat dalam bacaan (disesuaikan dengan jenjang dan

kemampuan peserta didik)

d. Penilaian terhadap tanggapan peserta didik terhadap bacaan

bersifat non akademik dan berfokus pada sikap peserta didik

dalam kegiatan.

e. Kegiatan membaca/membacakan berlangsung dengan

suasana menyenangkan

4. Kegiatan membaca

1. Langkah-langkah membaca

Dalam buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SD

(2016) terdapat langkah – langkah membaca antara lain :

a) Membaca nyaring interaktif (Interactive read aloud)

Guru membacakan buku/ bahan bacaan dan

mengajak peserta didik untuk menyimak dan menanggapi

bacaan dengan aktif. Proses membacakan buku ini bersifat

interaktif karena guru memeragakan bagaimana berpikir

menanggapi bacaan dan menyuarakannya (think aloud)

24

dan mengajak peserta didik untuk melakukan hal yang

sama. Fokus kegiatan membacakan nyaring interaktif

biasanya adalah untuk memahami kosa kata baru.

b) Membaca terpandu ( Guided Reading )

Guru memandu peserta didik dalam kelompok kecil

(4-6 anak) dalam kegiatan membaca untuk meningkatkan

pemahaman mereka.Fasilitas pendukung: buku untuk

dibaca, alat tulis, kertas besar (flip chart) dan perekat,

papan untuk menempel kertas.

c) Membaca bersama ( Shared Reading )

Guru mendemonstrasikan cara membaca kepada

seluruh peserta didik di kelas atau kepada satu per satu

peserta didik. Guru dapat membaca bersama-sama dengan

peserta didik, lalu meminta peserta didik untuk bergiliran

membaca. Metode ini bertujuan untuk memberikan

pengalaman kepada peserta didik untuk membaca dengan

nyaring dan meningkatkan kefasihan mereka. Dengan

memeragakan cara membaca, guru mengajarkan strategi

membaca kepada peserta didik. Fasilitas pendukung: buku

besar (big book, apabila dibacakan kepada banyak peserta

didik), buku bacaan, kertas besar (flip chart) dan alat tulis.

d) Membaca Mandiri (Independent Reading )

Kegiatan membaca mandiri adalah peserta didik

memilih bacaan yang disukainya dan membacanya secara

25

mandiri. Salah satu bentuk kegiatan membaca mandiri

adalah membaca dalam hati (Sustained Silent Reading).

2. Mendiskusikan cerita

Selain untuk meningkatkan pemahaman terhadap bacaan,

kegiatan mendiskusikan cerita membantu peserta didik untuk

dapat menganalisis elemen cerita. Untuk mengembangkan

pemahaman dan kemampuan analisis peserta didik, guru dapat

menggunakan daftar pertanyaan dari tabel berikut ini.

Tabel 2.3 Diskusi Cerita Daftar pertanyaan untuk mengembangkan diskusi

Elemen cerita Kelas rendah

Topik/tema cerita a. Dapatkah kamu menebak isi cerita dengan

melihat ilustrasi sampul buku ini?

b. Apa yang kamu pelajari dari cerita ini?

c. Pesan apa yang disampaikan oleh cerita/sang tokoh?

Tokoh cerita a. Ada berapa tokoh dalam cerita ini? Siapakah

tokoh utama cerita ini?

b. Apa yang dialaminya?

c. Bagaimana perasaan sang tokoh?

d. Apakah kamu pernah mengalaminya?

e. Siapakah tokoh yang kamu sukai dari cerita ini?

Mengapa?

f. Temukan perbedaan antar tokoh dalam cerita ini!

g. Bagaimana perasaanmu terhadap sang tokoh?

Mengapa?

Alur cerita a. Bagaimana awal cerita ini?

b. Bagaimana cerita ini berakhir?

Pengembangan

cerita

a. Seandainya kamu bertemu sang tokoh cerita, apa

yang ingin kamu lakukan dengannya? Apa yang

ingin kamu tanyakan?

Sumber (Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar 2016)

5. Indikator pencapaian

Dalam buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SD (2016)

Sekolah dapat menggunakan tabel ceklis untuk mengetahui apakah

prioritas kegiatan di tahap pengembangan literasi sudah dilaksanakan

di sekolah. Apabila telah melaksanakan semua indikator dalam tahap

pengembangan maka dapat dilakukan pada tahap berikutnya yaitu

26

tahap pembelajaran. Berikut ini indikator pencapaian pada tahap

pengembangan (1) Terdapat kegiatan membaca 15 menit sebelum

pelajaran. (2) Terdapat kegiatan menanggapi buku pengayaan pada

jam pelajaran literasi atau jam kegiatan di perpustakaan sekolah/ sudut

baca kelas atau jam pelajaran yang relevan. (3) Terdapat koleksi

bukubuku pengayaan yang bervariasi. (4) Terdapat kegiatan

menanggapi bacaan melalui kegiatan membacakan nyaring interaktif,

membaca terpandu, membaca bersama, dan membaca mandiri. (5)

Terdapat kegiatan untuk mengapresiasi capaian literasi peserta didik.

(6) Terdapat Tim Literasi Sekolah

Berdasarkan uraian di atas pada tahap pengembangan dapat

disimpulkan bahwa dalam tahap pemngembangan terdapat 3

bagian yaitu kecakapan literasi baik kelas rendah maupun klas

tinggi, fokus kegiatan literasi kelas rendah dan kelas tinggi,

prinsip kegiatan literasi pada tahap pengembangan, kegiatan

membaca yang mencakup langkah-langkah embaca pada tahap

pengembangan, mendiskusikan cerita, dan bagian terakhir yaitu

indikator pencapaian pada tahap pengembangan.

c) Tahap pembelajaran

Dalam buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SD (2016)

Kegiatan literasi pada tahap pembelajaran bertujuan untuk

mempertahankan minat peserta didik terhadap bacaan dan terhadap

kegiatan membaca, serta meningkatkan kecakapan literasi peserta

didik melalui buku-buku pengayaan dan buku teks pelajaran.

27

1. Kecakapan literasi SD

Kegiatan literasi pada tahap pembelajaran meningkatkan

kemampuan berbahasa reseptif (membaca dan menyimak) dan aktif

(berbicara dan menulis) yang dijelaskan secara rinci dalam konteks

dua kegiatan utama di tahap ini, yaitu membaca dan menulis.

Kemampuan membaca dan menulis dijenjangkan agar peningkatan

kecakapan di empat area berbahasa tersebut (membaca, menyimak,

berbicara, dan menulis) dapat dilakukan secara terukur dan

berkelanjutan. Jenjang kemampuan membaca dan menulis dibagi

dalam tiga tingkatan: awal, pemula, dan madya, yang merentang dari

SD kelas rendah ke kelas tinggi.

2. Jenjang kemampuan membaca di SD

Tabel 2.4 Jenjang Kemampuan Membaca Jenjang Kelompok Kemampuan

Pembaca

Awal

(emergent)

SD kelas

rendah

Kemampuan Fonetik Dapat mengidentifikasi bunyi huru-

fhuruf.

Belum dapat mengeja kombinasi

huruf-huruf.

Pemahaman Kosa Kata Memahami sebagian kata-kata.

Pemahaman Tata Bahasa Memahami arti intonasi ketika

dibacakan cerita.

Kemampuan Menggunakan

Konteks Untuk Memahami

Bacaan

Menggunakan ilustrasi untuk

memahami cerita.

Kemampuan

Menginterpretasi dan

Merespons Bacaan

Dapat menjawab sebagian

pertanyaan terkait cerita yang telah

dibacakan. Dapat memberikan

respons yang menunjukkan

pemahaman (mengangguk, mata

mengikuti gerak tangan pembaca,

dll).

Perilaku Membaca Mendengar dan menyimak dengan

baik hampir sepanjang waktu ketika

dibacakan

Sumber (Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar 2016)

28

3. Jenjang kemampuan menulis di SD

Seperti halnya kemampuan membaca, kemampuan menulis dapat

bervariasi di jenjang SD. Pemeringkatan kemampuan menulis adalah

sebagai berikut.

Tabel 2.5 Jenjang Kemampuan Menulis Penulis

awal

Penulis bercerita melalui simbol gambar, huruf, kata, atau kalimat

sederhana. Kosa kata tulis masih bercampur dengan kosa kata lisan

Penulis

pemuda

Penulis sudah berusaha memenuhi standar konvensi bahasa tulis,

yaitu kosa kata, ejaan, dan tata bahasa. Penulis sudah dapat menulis

kosa kata tulis (misalnya kata kerja dengan imbuhan) dan tanda

baca (titik, tanda seru, dan tanda tanya). Penulis juga dapat menulis

kalimat utuh.

Penulis

madya

Penulis dapat mengekspresikan ide melalui karangan dengan kosa

kata tulis, menggabungkan narasi dan dialog dengan tanda baca

yang benar dan kalimat yang bervariasi.

Sumber (Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar 2016)

Jenjang kemampuan membaca dan menulis tersebut

hendaknya dipertimbangkan dalam merancang kegiatan literasi

pada tahap pembelajaran. Beberapa alternatif kegiatan yang

sesuai dengan jenjang kemampuan membaca dan menulis

disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.6 Jenjang Kemampuan Membaca dan Menulis Jenjang

kemampuan

membaca dan

menulis

Alternatif kegiatan

Media

Awal a. Guru membacakan buku cerita bergambar

dengan nyaring dan mengajak peserta didik

untuk memperhatikan ilustrasi dan kata-kata

dalam cerita.

b. Guru membaca buku besar (big book)

bersama peserta didik.

c. Peserta didik menggambar tokoh atau kejadian

dalam cerita, atau menulis beberapa kata dalam

cerita.

a. Buku cerita

bergambar.

b. Buku cerita

bergambar berukuran

besar (big book).

Pemula a. Guru membacakan buku cerita bergambar

atau buku cerita berilustrasi dengan nyaring.

b. Guru membaca buku bergambar atau buku

berilustrasi bersama peserta didik.

c. Guru memandu peserta didik membaca buku

cerita bergambar atau berilustrasi.

d. Peserta didik membaca buku berilustrasi

a. Buku cerita bergambar.

b. Buku cerita berilustrasi.

c. Buku besar (big book).

d. Novel anak sederhana.

e. Buku teks pelajaran.

29

dalam hati.

e. Peserta didik mengisi graphic organizer untuk

menanggapi bacaan.

f. Peserta didik menuliskan tanggapan atau

kesan terhadap bacaan dengan kalimat

sederhana.

Madya a. Guru membacakan kutipan novel anak dengan

nyaring.

b. Guru meminta peserta didik untuk bergantian

membaca buku dengan nyaring.

c. Guru memandu peserta didik untuk membaca.

d. Peserta didik membaca buku dalam hati.

e. Peserta didik menuliskan tanggapan atau

kesannya

f. terhadap bacaan.

a. Buku cerita berilustrasi.

b. Novel anak/ remaja yang

sesuai.

c. Cerita pendek untuk

anak.

d. Cerita rakyat/ legenda/

hikayat yang sesuai

untuk jenjang SD.

e. Puisi dan pantun yang

sesuai dengan jenjang

SD.

f. Buku teks pelajaran

Sumber (Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar 2016)

4. Fokus kegiatan

Kegiatan yang dapat dilakukan di tahap pembelajaran

antara lain sebagai berikut. (1) Guru mencari metode pengajaran

yang efektif dalam mengembangkan. (2) kemampuan literasi

peserta didik. Untuk mendukung hal ini, guru dapat melakukan

penelitian tindakan kelas. (3) Guru mengembangkan rencana

pembelajaran sendiri dengan memanfaatkan berbagai media dan

bahan ajar. (4) Guru melaksanakan pembelajaran dengan

memaksimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana literasi untuk

memfasilitasi pembelajaran. (5) Guru menerapkan berbagai

strategi membaca (membacakan buku dengan nyaring, membaca

terpandu, membaca bersama) untuk meningkatkan pemahaman

peserta didik terhadap materi pembelajaran.

30

5. Prinsip-prinsip kegiatan

Dalam prinsip kegiatan membaca terdapat beberapa prinsip yaitu :

1) Kegiatan membaca disesuaikan dengan kemampuan literasi

(jenjang kemampuan membaca dan menulis) peserta didik dan

tujuan kegiatan membaca.

Tabel 2.7 Prinsip Kegiatan Membaca Jenis kegiatan membaca Tujuan kegiatan Jenis bacaan

Guru membacakan buku

dengan nyaring

a. Meningkatkan kesadaran

fonetik, kosa kata, dan

membantu meningkatkan

pemahaman peserta didik

melalui gambar dan narasi

dalam bacaan.

b. Meningkatkan minat

peserta didik terhadap

konten bacaan.

a. Buku cerita bergambar.

b. Buku cerita berilustrasi.

c. Buku cerita besar (big

book).

d. Kutipan novel anak atau

buku teks pelajaran.

Peserta didik membaca buku

dengan nyaring

a. Meningkatkan kefasihan

membaca.

b. Melatih kemampuan

menyimak bacaan.

a. Buku cerita bergambar.

b. Buku cerita berilustrasi.

c. Kutipan novel anak.

d. Buku teks pelajaran.

Guru dan peserta didik

membaca bersama

(shared reading)

a. Meningkatkan kefasihan

membaca

denganmemperhatikn

tanda baca dan intonasi.

a. Buku cerita bergambar.

b. Buku cerita berilustrasi.

c. Kutipan novel anak.

d. Buku teks pelajaran.

Guru memandu peserta didik

membaca

(guided reading)

a. Melatih kemampuan

menyimak bacaan.

b. Buku cerita bergambar.

c. Buku cerita berilustrasi.

d. Buku cerita berukuran

besar.

e. Buku teks pelajaran.

Peserta didik mandiri

(membaca dalam hati atau

membaca nyaring

mandiri)

a. Meningkatkan kefasihan

membaca dengan

memperhatikan tanda baca

dan intonasi.

a. Buku cerita bergambar.

b. Buku cerita berilustrasi.

c. Novel anak.

d. Buku teks pelajaran.

(Sumber : Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SD 2016 )

2) Kegiatan membaca bervariasi, dengan memberikan porsi yang

seimbang untuk kegiatan membacakan nyaring, membaca

mandiri, membaca terpandu, dan membaca bersama.

3) Guru memanfaatkan buku-buku pengayaan fiksi dan nonfiksi

untuk memperkaya pemahaman peserta didik terhadap materi

ajar dan buku teks pelajaran.

31

4) Pengajaran berfokus pada proses, dan bukan pada hasil.

Peserta didik berbagi dan mendiskusikan draf pekerjaannya

untuk mendapat masukan dari guru dan teman.

5) Kegiatan menanggapi bacaan mempertimbangkan kecerdasan

majemuk dan keragaman gaya belajar peserta didik.

6) Guru melakukan pemodelan dan pendampingan terhadap

peserta didik.

6. Langkah – langkah kegiatan

Dalam buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SD (2016)

terdapat langkah – langkah kegiatan seperti :

a) Berbagai cara membaca

Pada dasarnya, strategi membaca buku teks pelajaran sama

dengan strategi untuk memahami buku pengayaan, yaitu

membacakan nyaring, membaca terpandu, membaca bersama,

dan membaca mandiri.

1. Membacakan nyaring (Read alourd)

Hal yang harus dilakukan oleh guru bertujuan untuk

(1) mempertahankan minat baca peserta didik. (2)

menjadikan guru teladan membaca. (3) memberikan dan

menambah pemahaman kosa kata maupun materi bacaan. (4)

melatih peserta didik untuk bertanya dan menanggapi

bacaan. Sedangkan hal yang harus dilakukan oleh peserta

didik bertujuan untuk (1) peserta didik lancar dalam

membaca. (2) peserta didik dapat memahami bacaan. (3)

32

peserta didik mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan

terkait cerita. Media yang diperlukan adalah Buku

pengayaan, Buku teks pelajaran, Daftar pertanyaan untuk

memandu diskusi

2. Membaca terpadu (Guided Reading)

Guru memandukan kelompok beranggotakan 4-6

peserta didik yang membaca buku/bahan bacaan yang

sama bertujuan untuk (a) Meningkatkan pemahaman

peserta didik terhadap bahan bacaan (b) Melancarkan

kefasihan membaca dan memajankan peserta didik kepada

bahan buku/tertulis. Media yang digunakan antara lain

Buku pengayaan, Buku teks pelajaran dan Beberapa alat

pendukung seperti alat tulis, kertas dan perekat serta papan

untuk menempel keras/flip chart

3. Membaca bersama (Shared Reading)

Guru dan peserta didik bersama-sama membaca

buku/bahan bacaan yang sama dalam kelompok yang lebih

besar atau guru bersama satu peserta didik membaca

bacaan yang sama bertujuan untuk (a) Mendemonstrasikan

cara membaca. (b) Memberi pengalaman anak terlibat

dengan teks dan membaca. (c) Menerapkan strategi

membaca. Media yang digunakan antara lain Buku

pengayaan berukuran besar (big book) dan Kertas

berukuran besar (flip chart)

33

4. Membaca mandiri intensif

Peserta didik diberi waktu untuk membaca satu

bahan bacaan berulangkali dengan menerapkan strategi

yang berbeda di setiap kegiatan membaca yang bertujuan

untuk (a) Memper dalam pemahaman terhadap bacaan. (b)

Melancarkan kemampuan membaca (c) Menambah kosa

kata bahasa buku / tulisan. Media yang digunakan antara

lain (a) Buku pengayaan dan teks pelajaran yang sesuai

dengan jenjang peserta didik. (b) Catatan/jurnal peserta

didik untuk menggambar/menuliskan tanggapan terhadap

bacaan.

b) Contoh-contoh kegiatan berkarya dengan teks (Literacraft)

Membauat buku besar (Big book) SD kelas rendah

Guru membuat cerita bersama anak dengan menyiapkan

beberapa alternatif tokoh cerita, alternatif awal cerita, tengah,

dan akhir cerita. Minta peserta didik untuk

memilih/menyepakati tokoh dan masalah yang dihadapi tokoh.

Lalu, ajak mereka bersama-sama menyusun alur cerita.

Dengan menggunakan kertas warna, daun, dan bunga kering,

ajak mereka untuk melengkapi ilustrasi cerita dan menuliskan

teks cerita bersama-

c) Menyelesaikan cerita (SD kelas rendah)

1. Guru menyiapkan gambar kartun dari internet atau majalah

yang menggambarkan beberapa anak/binatang sedang

34

bercakap-cakap. Peserta didik kemudian diminta untuk

menambahkan dialog antar tokoh (dialog dapat ditulis

dalam balon kata atau diceritakan kepada guru).

2. Guru menyusun kompilasi gambar-gambar menjadi sebuah

rangkaian cerita. Peserta didik kemudian diminta untuk

menambahkan teks narasiatau dialog yang sesuai dengan

setiap adegan pada gambar.

7. Indikator pencapaian

Dalam buku panduan Gerakan Literasi Sekolah di SD

(2016) Sekolah dapat menggunakan tabel ceklis untuk

mengetahui apakah prioritas kegiatan di tahap pembelajaran

literasi sudah dilaksanakan di sekolah. Berikut ini indikator

pencapaian pada tahap pembelajaran sebagai berikut (1) Tedapat

buku pengayaan yang digunakan dalam pembelajaran semua mata

pelajaran. (2) Tedapat strategi membaca yang digunakan untuk

meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap bacaan di

semua mata pelajaran. (3) Tedapat kegiatan menanggapi bacaan

dalam bentuk aktivitas lisan, tertulis, seni, kriya, dll, sesuai

dengan kecakapan literasi peserta didik. (4) Tedapat kegiatan

pembelajaran yang berlangsung di perpustakaan sekolah, sudut

baca kelas, area baca sekolah, dll. (5) Tedapat penghargaan

akademik yang mempertimbangkan kecakapan literasi peserta

didik. (6) Tedapat Tim Literasi Sekolah, bekerjasama dengan

35

elemen publik, yang menyelenggarakan kegiatan literasi di

sekolah secara berkala dan rutin.

Berdasarkan uraian di atas pada tahap pembelajaran

terdapat 7 bagian diantaranya yaitu kecakapan literasi, jenjang

kemampuan membaca SD, jenjang kemampuan menulis di SD,

fokus kegiatan pada tahap pembelajaran, prinsip-prinsip kegiatan

pada tahap pembelajaran, langkah-langkah kegiatan pada tahap

pembelajaran yang meliputi cara membaca (membaca nyaring,

membaca terpadu, membaca bersama, membaca mandiri),

indikator pencapaian pada tahap pembelajaran.

e. Langkah Kegiatan dalam Tahapan Gerakan Literasi Sekolah

Pelaksanaan GLS mempunyai 3 tahapan yaitu : tahapan pembiasaan,

tahapan pengembangan dan tahapan pembelajaran (Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan, 2016). Langkah-langkah kegiatan pada tahap

literasi adalah sebagai berikut :

Tabel 2.8 Kegiatan dalam Tahapan Literasi No Tahapan Kegiatan

1

Pembiasa

an

(Tidak terdapat

tagihan)

1. 15 menit setiap hari sebelum jam pelajaran, melalui kegiatan

membaca buku dengan nyaring atau seluruh warga sekolah

membaca dalam hati.

2. Pembangunan lingkungan fisik sekolah yang kaya literasi antara

lain a) penyediaan perpustakaan sekolah, sudut baca dan area

baca yang nyaman. b) pengembangan sarana laun (UKS, kantin,

kebun sekolah) c)penyediaan koleksi teks cetak, visual dan

digitalmaupun multi modal yang mudah di akses oleh seluruh

warga sekolah. d) pembuatan bahan kaya teks (print reach

materials)

2 Pengembangan

(Terdapat

tagihan

sederhana untuk

penilaian non

akademik)

1. 15 menit setiap hari sebelum jam pelajaran, melalui kegiatan

membaca buku dengan nyaring atau seluruh warga sekolah

membaca dalam hati, membaca bersama, atau membaca terpadu

diikuti kegatan lain dengan tagihan non akademik. Contoh

membuat peta cerita (Story map) dan bincang buku.

2. Pengembangan kemampuan literasi melalui kegiatan di

perpustakaan sekolah, perpustakaan kota/daerah, taman bacaan

masyarakatatau sudut baca kelas dengan berbagai kegiatan antaa

lain : a) membaca buku dengan nyaring, membaca dalam hati,

36

membaca bersama, membaca terpadu, menonton film pendek

dan membaca teks visual/digital (materi dari internet). b) peserta

didik merespon teks (cetak/visual/digital), fiksi dan non fiksi,

melalui beberapa kegiatan sederhana seperti menggambar,

membuat peta konsep, berdiskusi dan berbincang tentang buku.

3 Pembelajaran

(Ada tagihan

akademik)

1. 15 menit setiap hari sebelum jam pelajaran, melalui kegiatan

membaca buku dengan nyaring atau seluruh warga sekolah

membaca dalam hati, membaca bersama, atau membaca terpadu

diikuti kegatan lain dengan tagihan akademik dan non akademik.

2. Kegiatan literasi dalam pembelajaran disesuaikan dngan tagihan

non akademik dan akademik.

3. Pelaksanaan berbagai strategi untuk memahami teks dalam

semua mata pelajaran. Penggunaan lingkungan fisik, sosial

afektif, dan akademik disertai beragam bacaan

(cetak,visual,auditori,digital), yang kaya literasi di luar buku teks

pelajaran untuk dapat memperkaya pengetahuan dalam mata

pelaajaran.

(Sumber : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2016)

f. Definisi Literasi Membaca dalam PIRLS

Menurut Bahrul Hayat (2009) Pada studi tahun 1991 itu, IEA

meenggabungkan istilah membaca dan literasi untuk mengungkapkan

pengertian “kemampuan membaca” dalam arti yang sangat luas yang

mencakup kemampuan untuk melakukan refleksi terhadap isi bacaan dan

menggunakannya sebagai alat untuk mencapai tujuan individu dan tujuan

masyarakat pada umumnya. Definisi ini dipertahankan dalam studi PIRLS

2001, literasi membaca didefinisikaan sebagai “kemampuan untuk

memahami dan menggunakan bahasa tulisan yang diperlukan oleh

masyarakat dan/ yang bernilai bagi individu (the ability to understand and

use those written language forms required by society and / or valued by

the individual)”. Definisi ini mencakup kemampuan membaca untuk

berbagai jenjang usia, termasuk untuk anak yang baru belajar membaca.

Untuk PIRLS 2006 ini, kelompok kerja pengembang kegiatan

membaca menambahkan kalimat terakhir dalam definisinya untuk

menegaskan pentingnya membaca di sekolah dan dalam kehidupan sehari-

37

hari. Literasi membaca dalam PIRLS 2006 didefinidikan sebagai the

ability to understandand use those written language forms required by

society and/or valued by the individual. Young readers can construct

meaning from a variety of texts. The read to learn, to participate in

communities of readers in school and everyday life, and for enjoyment.

Bagi PIRLS, literasi membca digambarkan sebagai kemampuan untuk

memahami dan menggunakan bahasa tulis yang diperlukan oleh

masyarakat dan/ atau yang berharga individu. Pembaca dapat membangun

makna dari berbagai teks. Mereka membaca untuk belajar, untuk

mengambil bagian dalam masyarakat pembaca di sekolah dan dalam

kehidupan sehari-hari, dan untuk kesenangan.

Definisi ini didasarkan atas berbagai pertimbangan teoretis yang

menganggap literasi membaca sebagai proses interaktif dan konstruktif

(Andreson &Pearson, 1984 ; Chall, 1983; Ruddell & Unrau, 2004; Walter,

1994). Pembaca secara aktif membangun makna, menerapkan strategi

membaca yang efektif, serta melakukan refleksi selama proses

membacanya (Clay, 1991; Langer, 1995; Thorndike, 1973).

Pada umumnya pembaca mempunyai sikap positif dalam kegiatan

membacanya dan menganggapnya sebagai kegiatan rekreasi. Pembaca

dapat belajar dari sejumlah besar jenis teks, memperoleh pengetahuan

yang luas tentang dunia, dan mengetahui lebih jauh tentang diri mereka

sendiri. Mereka dapat menikmati dan memperoleh informasi dari berbagai

bentuk teks yang digunakan dalam masyarakat modern.

38

Berbagai jenis dan bentuk teks ini meliputi buku, majlah, berbagai jeis

dokumen, dan surat kabar termasuk jenis teks elektronik, seperti halaman-

halaman internet, email, dan teks sebagai bagian dari video, film,

tayangan televisi, iklan dan lebel harga. Makna dibangun melalui interaksi

ntara pembaca dan teks dalam konteks tertentu sesuai dengan pengalaman

membaca (Rosenblatt, 1978). Selama melakukan kegiatan membaca,

pembaca mnyertakan keseluruhan latar belakang pengetahuan dan

keterampilan yang dimilikinya, serta berbagai strategi kognitif dan

metakognitifnya. Teks yang berisi berbagai bentuk penggunaan bahasa dan

diikat oleh unsur-unsur struktur bahasa serta membahas suatu topik

pembahasan tertentu dilengkapi oleh konteks situasi membaca yang dapat

melarutkan pembaca dalam kegiatan membacanya dan tak jarang dapat

meningkatkan motivasi membaca.

B. Kajian Teori Membaca

a. Pengertian Membaca

Membaca berasal dari kata baca kemudian mendapat imbuhan mem.

Membaca dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah melihat serta

memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam

hati). Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan

oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh

penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang

menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan

39

terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan agar makna kata-kata secara

individual akan dapat diketahui.

Menurut Subini (2013) Membaca merupakan suatu proses yang

kompleks dengan melibatkan kedua belah otak, menggunakan mata dan

pikiran sekaligus untuk mengerti apa maksud daru setiap huruf yang telah

dibaca. Menurut Samsu Samadaya (2011) menyatakan bahwa membaca

adalah suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti yang

terkandung di dalam bahan tulisan. Menurut Abdurrahman (2011)

membaca merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh semua anak

karena melalui membaca anak dapat belajar banyak tentang berbagai

bidang studi. Oleh karena itu, membaca merupakan keterampilan yang

harus diajarkan sejak anak masuk sekolah dasar.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan

bahwasannya membaca adalah aktivitas kompleks yang melibatkankedua

belah otak dengan menggunakan mata dan pikiran untuk memahami arti

yang terkandung dalam bahan tulisan. Membaca merupakan keterampilan

yang harus diajarkan sejak anak masuk sekolah dasar.

b. Tujuan Membaca

Suatu kegiatan yang akan dilakukan hendaknya disertai dengan

adanya tujuan. Begitu pula dengan kegiatan membaca, hendaknya

pembaca memiliki tujuan sebelum melakukan. Tujuan dalam membaca

akan menentukan arah dan hasil yang akan diperoleh oleh pembaca.

Setiap pembaca memiliki tujuan yang berbeda-beda. Penentuan tujuan

tersebut didasarkan pada kebutuhan individu masing-masing. Berdasarkan

40

pendapat Rahim (2008) adapun macam-macam membaca yaitu

(1) Kesenangan. (2) Menyempurnakan membaca nyaring.

(3) Menggunakan strategi tertentu. (4) Memperbaharui pengetahuan

tentang suatu topik. (5) Mengaitkan informasi yang baru dengan informasi

yang telah diketahuinya. (6) Memperoleh informasi untuk laporan lisan

atau tertulis. (7) Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi.

(8) Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang

diperoleh dari suatu teks dalam cara lain dan mempelajari tentang struktur

teks. (9) Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik

Berdasarkan pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwasannya

setiap kegiatan hendaknya didasari oleh tujuan. Begitu juga tujuan

membaca yaitu untuk kesenangan, memperbarui pengetahuan, mengaitkan

info baru dengan yang lama.

c. Faktor-Faktor dalam Membaca

Menurut Pandawa dkk (2009) ada beberapa faktor yang berpengaruh

terhadap proses pemahaman. Faktor-faktor tersebut adalah (1) faktor

kognitif. (2) faktor afektif. (3) faktor teks bacaan. (4) faktor penguasaan

bahasa. Faktor pertama berkaitan dengan pengetahuan, pengalaman, dan

tingkat kecerdasan (kemampuan berfikir) seseorang. Faktor kedua

berkaitan dengan kondisi emosional, sikap, dan situasi. Faktor ketiga

berkaitan dengan tingkat kesukaran dan keterbacaan suatu bacaan yang

dipegaruhi oleh pilihan kata, struktur, isi bacaan, dan penggunaan

bahasanya. Selanjutnya faktor terakhir berkaitan dengan tingkat

41

kemampuan berbahasa yang berkaitan dengan penguasaan perbendaharaan

kata, struktur dan unsur-unsur kewacanaan.

Berdasarkan pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwasannya

faktor membaca ada 4 yaitu faktor kognitif, faktor afektif, faktor teks

bacaan, faktor penguasaan bahasa. Masing-masing faktor mempunyai

keterkaitan sendiri-sendiri

d. Teknik Membaca

Umumnya untuk menemukan informasi fokus dengan efisien ada

beberapa teknik membaca yang digunakan sebagai berikut :

1. Membaca Memindai (Scanning)

Membaca memindai disebut juga membaca teta (Scanning).

Membaca memindai ialah membaca secara cepat. Menurut Mikulecky

dan Jeffries, membaca memindai sangat penting untuk meningkatkan

kemampuan membaca. Peserta didik yang menggunakan teknik

membaca memindai mencari beberapa informasi secepat mungkin,

sehingga peserta didik dapat memahami teks secara cepat. Jadi bila

anda ingin memperoleh gagasan pokok bacaan (Buku) secara cepat

dan efisien, maka teknik ini yang dapat digunakan. Langkah-langkah

yang bisa ditempuh sebagai berikut :

a. Lihat daftar isi dan kata pengantar secara sekilas

b. Telaah secara singkat latar belakang penulisan buku

c. Baca bagian pendahuluan secara singkat

42

d. Cari dalam daftar isi bab-bab yang penting. Cari dalam halaman-

halaman buku bab yang penting, kemudian baca beberapa kalimat

yang penting

e. Baca bagian kesimpulan jika ada

f. Lihat secara sekilas adakah daftar pustaka, daftar indeks, atau

apendiks

2. Membaca Layap (Skimming)

Membaca Layap (Skimming) ialah membaca dengan cepat untuk

mengetahui isi mum atau bagian suatu bacaan. Dengan demikian,

orang yang sedang membaca dengan menggunakan teknik ini berarti

tidak melihat kata demi kata, kalimat demi kalimat atau bahkan

paragraf demi paragraf, tetapi menyapu halaman demi halaman secara

menyeluruh. Membaca dengan cepat sering dibutuhkan ketika kita

sedang membaca. Umumnya tidak semua informasi ingin diketahui

dan diingat. Kalau kita hanya ingin menemukan seseuatu tentang buku

dan artikel, kita bisa melakukannya dengan membaca melayap.

Langkah-langkah yang perlu ditempuh sebagai berikut :

a. Pertanyakan yang , “apa yang kita cari atau kita perlukan dari

buku ini?”

b. Dengan bantuan daftar isi atau kata pengantar (jika yang dibaca

itu sebuah buku), carilah kemungkinan bahwa informasi yang

anda butuhkan itu ada dalam buku tersebut.

43

c. Dengan penuh perhatian, coba telusuri dengan kecepatan tinggi

setiap baris bacaan yang anda hasapi. Untuk jenis buku, tataran

yang ditelusuri bukan baris melainkan paragraf atau sub bab

d. Berhentilah ketika anda merasa menemukan kalimat atau judul

menunjukkan pada apa yang anda cari

e. Bacalah dengan keceptan normal, dan pahami dngn baik apa yang

anda cari itu

Berdasarkan pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwasannya

teknik membaca ada 2 yaitu membaca memindai (Scanning) dan membaca

layap (Skimming). membaca memindai (Scanning) adalah membaca secara

cepat. Dan membaca layap (Skimming) membaca secara cepat untuk

mengetahui secara umum dan suatu bagian bacaan

e. Pengertian Kemampuan Membaca

Kemampuan membaca merupakan kecakapan yang harus dikuasai

seseorang anak, karena kemampuan ini adalah sayarat utama memasuki

jenjang pendidikan formal (Khoiriyah, 2006). Kemampuan membaca yang

sejalan dengan pelaksanaan GLS adalah kemampuan membaca cermat.

Pembaca diharapkan dapat mengembangkan kemampuannya untuk

memahami isi teks secara luas, mengambil informasi, mengembangkan

kosa kata dan struktur teks, mengevaluasi isi teks, mengembangkan opini,

argumen dan menghubungkan berbagai teks. Menurut Abidin (2016)

Kemampuan membaca adalah kecakapan peserta didik dalam melakukan

kegiatan membaca yang diukur melalui indikator yang meliputi: (1)

mampu menulis identitas buku, (2) mampu menuliskan ringkasan, (3)

44

mampu memberi komentar serta alasan yang sesuai, dan (4) mampu

menuliskan kutipan dari bacaan yang sesuai dengan bagian yang

dikomentari. Kemampuan membaca peserta didik dapat diukur dengan

rubrik .

Tabel 2.9 Rubrik Kemampuan Membaca

No

Aspek yang

dinilai

Tingkat Ketepatan

3 2 1

1 Memahami

isi teks

Peserta didik

mampu

menyebutkan

watak tokoh dan

jenis cerita yang

dibaca dengan

tepat

Peserta didik

mampu

menyebutkan watak

tokoh dengan tepat

tetapi tidak bisa

menyebutkan jenis

cerita yang dibaca

Peserta didik

kurang mampu

menyebutkan

watak tokoh dan

jenis cerita

2 Kemampuan

mengambil

informasi

Peserta didik

mampu

menyebutkan

judul, tokoh dan

tempat kejadian

dengan benar

Peserta didik

mampu

menyebutkan judul,

tokoh, dengan

benar tetapi tidak

dapat menyebutkan

tempat kejadiannya

Peserta didik

hanya mampu

menyebutkan

judul cerita saja

3 Mengembang

kan kosakata

Peserta didik

mampu membuat

kesimpulan

dengan bahasa

sendiri dengan

runtut

Peserta didik

mampu

menyebutkan

sebagian kejadian

saja

Peserta didik

tidak mampu

menyebutkan

kesimpulan

dengan benar

4 Memahami

tujuan penulis

Peserta didik

mampu

menyebutkan

amanat dengan

jelas dan tepat

Peserta didik

menyebutkan

amanat namun

kurang benar

Peserta didik

menuliskan

amanat yang

tidak ada

hubungannya

dengan cerita

5 Memberi

pendapat

Peserta didik

mampu

memberikan

komentar tentang

bacaan dengan

tepat

Peserta didik

memberikan

pendapat dengan

kalimat yang

kurang jelas

Peserta didik

tidak mampu

memberikan

pendapat yang

sesuai dengan

cerita

Jumlah Skor

(Sumber : Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar 2016)

Beradasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk

mengukur kemampuan membaca yang dimiliki oleh peserta didik ada

beberapa aspek yang harus dinilai. Aspek tersebut antara lain :

45

(1) kemampuan memahami isi teks. (2) kemampuan mengambil informasi.

(3) kemampuan mengembangkan kosa kata. (4) kemampuan memahami

tujuan penulis. (5) kemampuan memberikan pendapat.

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca

Menurut Lamb dan Arnold faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu :

1. Faktor Fisiologi

Faktor fisiologi mencakup kesehatan fisik, pertimbangan

neurologis, dan jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi

yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya belajar

membaca. Beberapa ahli mengemukakan bahwa keterbatasan

neurologis (misalnya berbagai cacat otak) dan kekurang matangan

secara fisik mrupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak

gagal dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman peserta

didik.

2. Faktor Intelektual

Secara umum, intelegensi anak tidak sepenuhnya mempengaruhi

berhasil atau tidaknya anak dalam membaca. Faktor metode mengajar

gutu, prosedur dan kemampuan guru juga turut mempengaruhinya

3. Faktor Lingkungan

Faktor yang mempengaruhi kemajuan kemampuan membaca menakup

latar belakang pengalaman sisswa di rumah dan sosial ekonomi

keluarga peserta didik.

4. Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhikemampuan membaca meliputi

46

a. Motivasi

Motivasi adalah faktor kunci dalam belajar membaca. Kuncinya

adalah guru harus mendemonstrasikan kepada peserta didik praktik

pengajaran yang relevan dengan minat dan pengalaman anak

sehingga anak memahami belajar itu sebagai suatu kebutuhan.

b. Minat Membaca

Minat membaca adalah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha

seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat

membaca yang kuat akan diwujudkan dalam kesediaannya untuk

mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya diatas

kesadaran sendiri.

c. Kematangan Sosial dan Emosi serta Penyesuaian Diri

Seseorang peserta didik harus mempunyai pengontrolan emosi

pada tingkat tertentu. Anak-anak yang mudah marah, menangis,

dan bereaksi secara berlebihan ketika mereka tidak mendapatkan

sesuatu atau menarik diri, atau mendongkal akan mendapatkan

kesulitan dalam pelajaran membaca.

C. Kajian Penelitian yang Relevan

Pada kajian penelitian yang relevan ini, peneliti menggunakan 2 judul

dari penelitian terdahulu. Penelitian akan menjelaskan persamaan dan

perbedaan dari peneliti yang akan dilakukan dengan peneliti terdahulu.

1. Siti Nurul Hidayah. 2014. Skripsi Universitas Muhammadiyah

Malang : “Analisis Gerakan Literasi Sekolah pada kemampuan

47

membaca peserta didik kelas III di SDN Kauman 2 Malang”.

Penelitian ini jenisnya penelitian kualitatif. Persamaan penelitian ini

dengan peneliti yang akan dilakukan sama-sama membahas

kemampuan membaca. Perbedaan dari penelitian ini adalah peneliti

terdahulu pada kelas III dan tahapan literasi pada sekolah masih dalam

tahapan pembiasaan dan pada peneliti yang akan dilakukan pada kelas

II dan pada tahapan literasi di sekolah pada tahapan pembelajaran.

2. Nurfian Indarto. 2013. Skripsi Universitas Muhammadiyah Malang :

“Analisis Gerakan Literasi Sekolah untuk Meningkatkan Kemampuan

Membaca Peserta Didik Kelas IV di SDN Tlogomas I Malang”.

Penelitian ini jenisnya kualitatif. Persamaan penelitian ini dengan

peneliti yang akan dilakukan sama-sama membahas kemampuan

membaca. Perbedaannya yaitu peneliti terdahulu pada kelas IV dan

tahapan literasi pada sekolah masih dalam tahapan pembiasaan dan

pada peneliti yang akan dilakukan pada kelas II dan pada tahapan

literasi di sekolah pada tahapan pembelajaran

3. Fitria Widi Prihartini. 2013. Skripsi Universitas Muhammadiyah

Malang : “Analisis Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Pada

Kelas Rendah di SDN Punten 1 Batu”. Penelitian ini jenisnya

akualitatif. Persamaan penelitian ini dengan peneliti yang akan

dilakukan sama-sama membahas tentang kegiatan Literasi Sekolah

pada kelas rendah. Perbedaannya literasi pada SDN Punten ini masih

pada tahap awal dan penelitian yang akan dilakukan sudah mencapai

pada tahap pembelajaran

48

D. Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

1. Wawancara

2. Observasi

3. Dokumentasi

Kegiatan pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran pada kegiatan

Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

Permasalahan

Kemampuan membaca peserta didik akan menurun apabila kegiatan literasi

tidak dilakukan secara rutin dan guru kurang aktif dalam melaksanakan

kegiatan literasi. Kurangnya peningkatan kemampuan membaca pada peserta

didik.

Kondisi Ideal

Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

merupakan program dari pemerintah

yang melibatkan banyak pihak dalam

pelaksanaannya. Tujuan dari Gerakan

Literasi Sekolah (GLS) unyuk

menumbuhkan minat baca dan

meningkatkan kemampuan membaca

pada peserta didik.

Kondisi Lapangan

Peserta didik melakukan Gerakan

Literasi Sekolah (GLS) 1 kali secara

rutin untuk setiap minggunya dan

untuk hari pelaksanaannya yaitu hari

jum’at