Upload
khangminh22
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori Literasi
a. Pengertian Literasi
Literasi sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan yang dimiliki
seseorang untuk memahami dan menggunakan sesuatu secara cerdas
melalui berbagai aktivitas antara lain membaca, melihat, menyimak,
menulis dan berbicara (Panduan Gerakan Literasi Sekolah, 2016).
Selanjutnya UNESCO (dalam buku Desain Induk Gerakan Literasi
Sekolah, 2016) mengemukakan bahwa kegiatan literasi ini identik dengan
aktivitas membaca dan menulis.
Gerakan Literasi Sekolah adalah gerakan sosial dengan dukungan
kolaboratif berbagai elemens. Upaya yang ditempuh unuk mewujudkannya
berupa pembiasaan membaca peserta didik. Pembiasaan ini dilakukan
dengan kegiatan 15 menit membaca (guru membacakan buku dan warga
sekolah membaca dalam hati, yang disesuaikan dengan konteks atau target
sekolah). Ketika pembiasaan membaca terbentuk, selanjutnya akan
diarahkan pada tahap pengembangan dan pembelajaran. Variasi kegiatan
dapat berupa perpaduan pengembangan keterampilan reseptif maupun
produktif.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan literasi
adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memahami bacaan atau
cerita dengan berbagai aktivitas seperti membaca, menulis, melihat,
13
menyimak dan berbicara. Kegiatan literasi ini untuk membiasakan peserta
didik dalam membaca. Pada kegiatan literasi ini tahap pertama yang
dilakukan adalah pembiasaan, ketika pembiasaan sudah terbentuk maka
diarahkan pada tahap pengembangan dan dlanjutkan dengan tahap
pembelajaran.
b. Tujuan Gerakan Literasi Sekolah
Menurut Dirjen Dikdasmen (2016) Gerakan Literasi sekolah
mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan
umum Kegiatan Literasi Sekolah yaituu menumbuh kembangkan budi
pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang
diwujudkan dalam Kegiatan Literasi Sekolah agar mereka menjadi
pembelajar sepanjang hayat. Sedangkan tujuan khusus Gerakan Literasi
Sekolah yaitu (1) Menumbuh kembangkan budaya literasi sekolah.
(2) meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.
(3) menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan
ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.
(4) menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam
buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.
Menurut Abidin (2017) Pada tahu 1998, tujuan pembelajaran literasi
secara internasional diperluas dan diperinci. Berdasarkan dokumen pada
tahun 1998 dari The National Literacy Strategy (Wray et al., 2004),
beberapa kompetensi-kompetensi yang ditujukan agar peserta didik
mampu mencapinya yaitu (1) Percaya diri, lancar, dan paham dalam
14
membaca dan menulis. (2) Tertarik pada buku-buku, baik buku pelajaran
ataupun non pelajaran. (3) Mengetahui dan memahami berbagai gerne fiksi
dan puisi. (4) Memahami struktur dasar narasi. (5) Memahami berbagai
teks nonfiksi. (6) Dapat memahami dan menggunakan berbagai macam
petunjuk baca (fonik, grafis, sintaksis, dan konteks) untuk memonitor dan
mengoreksi kegiatan membaca secara mandiri. (7) Merencanakan,
menyusun draf, merevisi dan mengedit tulisan secara mandiri. (8)
Memiliki ketertarikan terhadap kata dan makna, serta secara aktif
mengembangkan kosakata. (9) Memahami sistem bunyi dan ejaan, serta
menggunakannya untuk mengeja dan membaca secara akurat. (10) Lancar
dan terbiasa menulis tulisan tangan.
Berdasarkan tujuan di atas, secara sederhana pembelajaran literasi
ditujukan untuk mengembangkan tiga kompetensi utama, yakni
kompetensi pada tingkat kata, tingkat kalimat, dan tingkat teks.
Kompetensi pada tingkat kata mencakup ejaan dan kosakata. Pada tingkat
kalimat mencakup tanda baca dan tata bahasa. Serta pada tingkat teks
mencakup pemahaman teks dan komposisi teks. Tahapan gerakan literasi
sekolah dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan kesiapan
sekolah di seluruh Indonesia. Kesiapan ini mencakup kesiapan kapasitas
kesiapan warga sekolah dan sistem pendukung yang relevan. Abidin
(2017)
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan gerakan
literasi terdapat 2 tujuan, yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Dalam
tujuan umum ini tujuannya untuk menumbuh kembangkan budi pekerti
15
peserta didik melalui kegiatan literasi. Sedangkan dalam tujuan khusus ini
bertujuan untuk mengembangkan budaya literasi serta menjadikan sekolah
sebagai taman belajar yang menyenangkan, menambah pengetahuan
peserta didik dan mengenalkan beragam buku bacaan.
c. Tahapan Gerakan Literasi Sekolah
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2016) menjelaskan bahwa
secara umum tahapan GLS dilakukan dalam 3 tahapan sebagai berikut :
1. Tahap ke 1
Pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di
lingkungan sekolah. Kegiatan pembiasaan ini bertujuan untuk
menumbuhkan minat terhadap bacaan dan kegiatan membaca dalam
diri warga sekolah. Penumbuhan minat baca merupakan hal yang
mendasar bagi pengembangan literasi peserta didik.
2. Tahap ke 2
Pengembangan minat baca untuk meningkatkan kemampuan
literasi. Kegiatan literasi pada tahap ini bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan memahami bacaan dan mengaitkan
dengan pengalaman pribadi, berfikir kritis, dan mengolah kemampuan
komunikasi secara kreatif melalui kegiatan membaca pengayaan.
3. Tahap ke 3
Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi pada tahap ini
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memahami teks dan
mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berfikir kritis, dan
16
mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif. Kegiatan ini
dilakukan melalui kegiatan menanggapi teks buku bacaan pengayaan
dan buku pelajaran, dalan tahap ini ada tagihan yang sifatnya
akademis (terkait dengan mata pelajaran). Kegiatan membaca
dilakukan untuk mendukung pelaksanaan Kurikulim 2013, yang
mensyaratkan peserta didik membaca buku nonteks pelajaran. Buku
nonteks pelajaran ini dapat berupa buku pengetahuan umum,
kegemaran, minat khusus, serta dapat dikaitkan dengan mata pelajaran
tertentu sebanyak 6 bukubagi peserta didik SD, 12 buku bagi peserta
didik SMP dan 18 buku bagi peserta didik SMA/SMK. Buku laporan
kegiatan membaca pada tahap pembelajaran ini biasanya disediakan
oleh wali kelas.
d. Pelaksanaan Kegiatan Literasi Sekolah
Pada kegiatan literasi terdapat 3 tahap yaitu tahap pembiasaan, tahap
pengembangan dan tahap pembelajaran. Berikut ini masing-masing
pejelasan dari 3 tahap tersebut
1. Tahap Pembiasaan
Dalam buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah (2016)
menyatakan bahwa dalam tahap pembiasaan ini bertujuan untuk
menumbuhkan minat peserta didik terhadap bacaan dan kegiatan
membaca.
17
a) Kecakapan Literasi
Pada kecakapan literasi di jenjang kelas rendah ini terdapat 2
poin yaitu komunikasi dan berpikir kritis. Dalam poin pertama
yaitu komunikasi yang artinya meminta peserta didik untuk
mengartikulasikan empati terhadap tokoh. Dan poin ke dua yaitu
berpikir kritis, dalam berpikir kritis ini peserta didik mampu
memisahkan antara fakta dan fiksi.
b) Fokus dan prinsip kegiatan
Dalam fokus dan prinsip kegiatan ini terdapat 5 poin yaitu
menyimak, membaca, fokus kegiatan, jenis bacaan dan sarana
prasarana. Pada poin menyimak ini melatih peserta didik untuk
menyimak cerita guna menumbuhkan rasa empati. Pada poin
membaca bertujuan untuk mengenali dan membuat inferensi,
prediksi terhadap gambar. Untuk fokus kegiatan dilakukan
dengan cara membacakan buku dengan nyaring atau dengan
membaca dalam hati. Jenis bacaan yang bisa digunakan seperti
buku cerita bergambar, tanpa teks (wordless picture books),buku
dengan teks sederhana (fiksi atau nonfiksi). Untuk sarana dan
prasarana yang dibutuhkan seperti sudut buku kelas, perpustakaan
dan area baca.
c) Prinsip – prinsip Kegiatan Membaca
Dalam buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SD (2016)
menyatakan bahwa terdapat beberapa prinsip kegiatan membaca
pada tahap pembiasaan seperti :
18
a. Buku yang dibaca/dibacakan berupa buku bacaan (Cerita)
b. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku yang diminati oleh
peserta didik
c. Pada kegiatan membaca/membacakan buku tanpa disertai
tugas (menghafal cerita, menulis sinopsis dll)
d. Pada kegiatan membaca/membacakan buku dapat sertai
dengan diskusi informal tentang buku yang dibaca/dibacakan,
tanggapan dalam diskusi dan kegiatan lanjutan ini tidak
dinilai/dievaluasi
e. Pada kegiatan membaca/membacakan buku berlangsung
dalam suasana menyenangkan dan santai.
d) Kegiatan membaca dan penataan lingkungan kaya literasi
Dalam buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SD (2016)
menyatakan bahwa ada beberapa kegiatan membaca dan penataan
lingkungan kaya literasi sebagai berikut :
a. Membaca buku cerita selama 15 menit sebelum pelajaran di
mulai dan dapat dilakukan dengan cara membaca nyaring
atau dalam hati
b. Memperkaya koleksi bacaan untuk mendukung kegiatan
membaca
c. Memfungsikan pemanfaatan sarana prasarana sekolah
(perpustakaan, sudut baca, kebun sekolah dll) untuk
menumbuhkan minat baca baik peserta didik atau warga
sekolah
19
d. Melibatkan komunitas di luar sekolah dan pengembangan
sarana literasi, serta pengadaan buku-buku koleksi
perpustakaan maupun sudut baca
e. Memilih buku bacaan yang baik
e) Langkah – langkah kegiatan
Dalam buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SD (2016)
terdapat langkah – langkah kegiatan antara lain :
a. Membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai
1. Membaca nyaring
Guru/peserta didik membaca buku dengan cara nyaring.
Dengan tujuan memotivasi peserta didik agar mau membaca,
menumbuhkan kegemaran dalam membaca, memberikan
pengalaman membaca yang menyenangkan, membangun
komunikasi antara guru dan peserta didik.
2. Membaca dalam hati
Peserta didik melakukan kegiatan membaca buku dalam
hati tanpa gangguan. Guru menciptakan suasana tenang dan
nyaman agar peserta didik dapat berkonsentrasi pada buku
yang dibaca. Tujuan dari membaca dalam hati yaitu
menumbuhkan kebiasaan membaca pada peserta didik
b. Menata sarana dan lingkungan kaya literasi
Sarana literasi mencakup perpustakaan sekolah, sudut baca
dan area baca. Perpustakaan berfungsi sebagai pusat pembelajaran
di sekolah. pengembangan dan penataan perpustakaan menjadi
20
bagian paling penting dari pelaksanaan gerakan literasi dan
pengelolaan pengetahuan yang berbasis pada bacaan.
Perpustakaan yang dikelola dengan baik mampu meningkatkan
minat baca peserta didik. Perpustakaan sekolah idealnya berperan
dalam mengkoordinasi pengelolaan sudut baca, area baca dan
prasarana literasi lain di sekolah.
c. Menciptakan lingkungan kaya teks
Untuk menumbuhkan budaya literasi di lingkungan sekolah,
ruang kelas maka perlu diperkaya dengan bahan-bahan kaya teks.
f) Indikator pencapaian
Dalam buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SD (2016)
Sekolah dapat menggunakan tabel ceklis untuk mengetahui
apakah prioritas kegiatan di tahap pembiasaan literasi sudah
dilaksanakan di sekolah. apabila telah melaksanakan semua
indikator dalam tahap pembiasaan maka dapat dilakukan pada
tahap berikutnya yaitu tahap pengembangan. Berikut ini indikator
pencapaian pada tahap pembiasaan (1) terdapat kegiatan
membaca selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Untuk
kegiatan membacanya bisa dengan membaca secara nyaring atau
membaca dalam hati. (2) kegiatan membaca 15 menit dilakukan
setiap hari baik diawal, tengah, atau menjelang akhir dari
pelajaran. (3) setelah membaca buku baik buku judul buku dan
nama pengarannya di catat dalam catatan harian. Ini berlaku
untuk semuanya baik peserta didik dan juga guru. (4) kegiatan
21
literasi ini melibatkan peserta didik dan juga warga sekolah untuk
membaca buku. (5) mempunyai perpustakaan sekolah atau
ruangan khusus untuk menyimpan buku non pelajaran. (6)
terdapat sudut baca pada masing-masing kelas dengan koleksi
buku non pelajaran. (7) terdapat poster kampanye baik di klas,
koridor dan area lain di sekolah. (8) terdapat bahan kaya teks di
setiap kelas. (9) Terdapat kebun, kantin, dan uks menjadi
lingkungan yang kaya literasi. Terdapat posterposter tentang
pembiasaan hidup sehat, kebersihan, dan keindahan di kebun
sekolah, kantin, dan UKS. Makanan di kantin sekolah diolah
dengan bersih dan sehat. (10) Sekolah berupaya untuk melibatkan
publik (orang tua, alumni, dan elemen masyarakat lain) untuk
mengembangkan kegiatan literasi sekolah.
Berdasarkan uraian pada tahap pembiasaan di atas dapat
disimpulkan bahwa pada tahap pembiasan ini terdapat 6 bagian
yaitu kecakapan literasi, fokus dan prinsip kegiatan baik kelas
rendah maupun kelas tinggi, prinsip kegiatan membaca pada
tahap pembiasaan, kegiatan membaca dan penataan lingkungan
kaya literasi, langkah-langkah kegiatanyang mencakup kegiatan
membaca nyaring, membaca dalam hati, dan menciptakan
lingkungan kaya teks. Bagian yang terakhir yaitu indikator
pencapaian pada tahap pembiasaan.
22
2. Tahap Pengembangan
Dalam buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SD (2016)
Pada kegiatan literasi tahap pengembangan bertujuan untuk
mempertahankan minat terhadap bacaan dan terhadap kegiatan
membaca, serta meningkatkan kelancaran dan pemahaman membaca
peserta didik.
1. Kecakapan literasi
Berikut ini tabel tentang kecakapan literasi
Tabel 2.1 Kecakapan Literasi Jenjang Menyimak Membaca Berbicara Menulis Memilah
Informasi
Kelas
rendah
Menyi mak
cerita
untuk
menum
buhkan
empati.
a. Mengeja
kalimat dan
mema hami
kata-kata
dalam cerita
seder hana.
b. Mem baca
gambar
untuk mema
hami alur
cerita.
Menjawab
pertanyaan
tentang
tokoh
cerita dan
kejadian
dalam
cerita.
Bercerita
melalui
gambar
atau kata/
kalimat
sederha na
Mengiden
tifikasi
tokoh
utama dan
alur cerita
sederhana.
(Sumber : Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SD 2016 )
2. Fokus kegiatan literasi
Berikut ini tabel tentang fokus kegiatan literasi pada tahap
pengembangan
Tabel 2.2 Fokus Kegiatan Jenjang Fokus kegiatan Media
Kelas
rendah
a. Guru membacakan nyaring interaktif
b. Guru memandu anak untuk membaca buku
bergambar (guided reading)
c. Guru membaca buku bergambar. bersama
peserta didik (shared reading).
d. Membaca mandiri (independent reading).
e. Peserta didik menggambar tokoh atau kejadian
dalam cerita, atau menulisbeberapa kata dalam
cerita.
a. Buku
cerita
bergambar
b. Buku
cerita
bergambar
berukuran
besar (big
book).
(Sumber : Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SD 2016 )
23
3. Prinsip-prinsip kegiatan
Pada tahap pengembangan ini terdapat beberapa prinsip yaitu :
a. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku cerita
b. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku yang diminati oleh
peserta didik
c. Pada kegiatan membaca tahap pembiasaan ini dapat
disertakan tugas-tugas seperti menggambar, menulis apa yang
di dapat dalam bacaan (disesuaikan dengan jenjang dan
kemampuan peserta didik)
d. Penilaian terhadap tanggapan peserta didik terhadap bacaan
bersifat non akademik dan berfokus pada sikap peserta didik
dalam kegiatan.
e. Kegiatan membaca/membacakan berlangsung dengan
suasana menyenangkan
4. Kegiatan membaca
1. Langkah-langkah membaca
Dalam buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SD
(2016) terdapat langkah – langkah membaca antara lain :
a) Membaca nyaring interaktif (Interactive read aloud)
Guru membacakan buku/ bahan bacaan dan
mengajak peserta didik untuk menyimak dan menanggapi
bacaan dengan aktif. Proses membacakan buku ini bersifat
interaktif karena guru memeragakan bagaimana berpikir
menanggapi bacaan dan menyuarakannya (think aloud)
24
dan mengajak peserta didik untuk melakukan hal yang
sama. Fokus kegiatan membacakan nyaring interaktif
biasanya adalah untuk memahami kosa kata baru.
b) Membaca terpandu ( Guided Reading )
Guru memandu peserta didik dalam kelompok kecil
(4-6 anak) dalam kegiatan membaca untuk meningkatkan
pemahaman mereka.Fasilitas pendukung: buku untuk
dibaca, alat tulis, kertas besar (flip chart) dan perekat,
papan untuk menempel kertas.
c) Membaca bersama ( Shared Reading )
Guru mendemonstrasikan cara membaca kepada
seluruh peserta didik di kelas atau kepada satu per satu
peserta didik. Guru dapat membaca bersama-sama dengan
peserta didik, lalu meminta peserta didik untuk bergiliran
membaca. Metode ini bertujuan untuk memberikan
pengalaman kepada peserta didik untuk membaca dengan
nyaring dan meningkatkan kefasihan mereka. Dengan
memeragakan cara membaca, guru mengajarkan strategi
membaca kepada peserta didik. Fasilitas pendukung: buku
besar (big book, apabila dibacakan kepada banyak peserta
didik), buku bacaan, kertas besar (flip chart) dan alat tulis.
d) Membaca Mandiri (Independent Reading )
Kegiatan membaca mandiri adalah peserta didik
memilih bacaan yang disukainya dan membacanya secara
25
mandiri. Salah satu bentuk kegiatan membaca mandiri
adalah membaca dalam hati (Sustained Silent Reading).
2. Mendiskusikan cerita
Selain untuk meningkatkan pemahaman terhadap bacaan,
kegiatan mendiskusikan cerita membantu peserta didik untuk
dapat menganalisis elemen cerita. Untuk mengembangkan
pemahaman dan kemampuan analisis peserta didik, guru dapat
menggunakan daftar pertanyaan dari tabel berikut ini.
Tabel 2.3 Diskusi Cerita Daftar pertanyaan untuk mengembangkan diskusi
Elemen cerita Kelas rendah
Topik/tema cerita a. Dapatkah kamu menebak isi cerita dengan
melihat ilustrasi sampul buku ini?
b. Apa yang kamu pelajari dari cerita ini?
c. Pesan apa yang disampaikan oleh cerita/sang tokoh?
Tokoh cerita a. Ada berapa tokoh dalam cerita ini? Siapakah
tokoh utama cerita ini?
b. Apa yang dialaminya?
c. Bagaimana perasaan sang tokoh?
d. Apakah kamu pernah mengalaminya?
e. Siapakah tokoh yang kamu sukai dari cerita ini?
Mengapa?
f. Temukan perbedaan antar tokoh dalam cerita ini!
g. Bagaimana perasaanmu terhadap sang tokoh?
Mengapa?
Alur cerita a. Bagaimana awal cerita ini?
b. Bagaimana cerita ini berakhir?
Pengembangan
cerita
a. Seandainya kamu bertemu sang tokoh cerita, apa
yang ingin kamu lakukan dengannya? Apa yang
ingin kamu tanyakan?
Sumber (Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar 2016)
5. Indikator pencapaian
Dalam buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SD (2016)
Sekolah dapat menggunakan tabel ceklis untuk mengetahui apakah
prioritas kegiatan di tahap pengembangan literasi sudah dilaksanakan
di sekolah. Apabila telah melaksanakan semua indikator dalam tahap
pengembangan maka dapat dilakukan pada tahap berikutnya yaitu
26
tahap pembelajaran. Berikut ini indikator pencapaian pada tahap
pengembangan (1) Terdapat kegiatan membaca 15 menit sebelum
pelajaran. (2) Terdapat kegiatan menanggapi buku pengayaan pada
jam pelajaran literasi atau jam kegiatan di perpustakaan sekolah/ sudut
baca kelas atau jam pelajaran yang relevan. (3) Terdapat koleksi
bukubuku pengayaan yang bervariasi. (4) Terdapat kegiatan
menanggapi bacaan melalui kegiatan membacakan nyaring interaktif,
membaca terpandu, membaca bersama, dan membaca mandiri. (5)
Terdapat kegiatan untuk mengapresiasi capaian literasi peserta didik.
(6) Terdapat Tim Literasi Sekolah
Berdasarkan uraian di atas pada tahap pengembangan dapat
disimpulkan bahwa dalam tahap pemngembangan terdapat 3
bagian yaitu kecakapan literasi baik kelas rendah maupun klas
tinggi, fokus kegiatan literasi kelas rendah dan kelas tinggi,
prinsip kegiatan literasi pada tahap pengembangan, kegiatan
membaca yang mencakup langkah-langkah embaca pada tahap
pengembangan, mendiskusikan cerita, dan bagian terakhir yaitu
indikator pencapaian pada tahap pengembangan.
c) Tahap pembelajaran
Dalam buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SD (2016)
Kegiatan literasi pada tahap pembelajaran bertujuan untuk
mempertahankan minat peserta didik terhadap bacaan dan terhadap
kegiatan membaca, serta meningkatkan kecakapan literasi peserta
didik melalui buku-buku pengayaan dan buku teks pelajaran.
27
1. Kecakapan literasi SD
Kegiatan literasi pada tahap pembelajaran meningkatkan
kemampuan berbahasa reseptif (membaca dan menyimak) dan aktif
(berbicara dan menulis) yang dijelaskan secara rinci dalam konteks
dua kegiatan utama di tahap ini, yaitu membaca dan menulis.
Kemampuan membaca dan menulis dijenjangkan agar peningkatan
kecakapan di empat area berbahasa tersebut (membaca, menyimak,
berbicara, dan menulis) dapat dilakukan secara terukur dan
berkelanjutan. Jenjang kemampuan membaca dan menulis dibagi
dalam tiga tingkatan: awal, pemula, dan madya, yang merentang dari
SD kelas rendah ke kelas tinggi.
2. Jenjang kemampuan membaca di SD
Tabel 2.4 Jenjang Kemampuan Membaca Jenjang Kelompok Kemampuan
Pembaca
Awal
(emergent)
SD kelas
rendah
Kemampuan Fonetik Dapat mengidentifikasi bunyi huru-
fhuruf.
Belum dapat mengeja kombinasi
huruf-huruf.
Pemahaman Kosa Kata Memahami sebagian kata-kata.
Pemahaman Tata Bahasa Memahami arti intonasi ketika
dibacakan cerita.
Kemampuan Menggunakan
Konteks Untuk Memahami
Bacaan
Menggunakan ilustrasi untuk
memahami cerita.
Kemampuan
Menginterpretasi dan
Merespons Bacaan
Dapat menjawab sebagian
pertanyaan terkait cerita yang telah
dibacakan. Dapat memberikan
respons yang menunjukkan
pemahaman (mengangguk, mata
mengikuti gerak tangan pembaca,
dll).
Perilaku Membaca Mendengar dan menyimak dengan
baik hampir sepanjang waktu ketika
dibacakan
Sumber (Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar 2016)
28
3. Jenjang kemampuan menulis di SD
Seperti halnya kemampuan membaca, kemampuan menulis dapat
bervariasi di jenjang SD. Pemeringkatan kemampuan menulis adalah
sebagai berikut.
Tabel 2.5 Jenjang Kemampuan Menulis Penulis
awal
Penulis bercerita melalui simbol gambar, huruf, kata, atau kalimat
sederhana. Kosa kata tulis masih bercampur dengan kosa kata lisan
Penulis
pemuda
Penulis sudah berusaha memenuhi standar konvensi bahasa tulis,
yaitu kosa kata, ejaan, dan tata bahasa. Penulis sudah dapat menulis
kosa kata tulis (misalnya kata kerja dengan imbuhan) dan tanda
baca (titik, tanda seru, dan tanda tanya). Penulis juga dapat menulis
kalimat utuh.
Penulis
madya
Penulis dapat mengekspresikan ide melalui karangan dengan kosa
kata tulis, menggabungkan narasi dan dialog dengan tanda baca
yang benar dan kalimat yang bervariasi.
Sumber (Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar 2016)
Jenjang kemampuan membaca dan menulis tersebut
hendaknya dipertimbangkan dalam merancang kegiatan literasi
pada tahap pembelajaran. Beberapa alternatif kegiatan yang
sesuai dengan jenjang kemampuan membaca dan menulis
disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 2.6 Jenjang Kemampuan Membaca dan Menulis Jenjang
kemampuan
membaca dan
menulis
Alternatif kegiatan
Media
Awal a. Guru membacakan buku cerita bergambar
dengan nyaring dan mengajak peserta didik
untuk memperhatikan ilustrasi dan kata-kata
dalam cerita.
b. Guru membaca buku besar (big book)
bersama peserta didik.
c. Peserta didik menggambar tokoh atau kejadian
dalam cerita, atau menulis beberapa kata dalam
cerita.
a. Buku cerita
bergambar.
b. Buku cerita
bergambar berukuran
besar (big book).
Pemula a. Guru membacakan buku cerita bergambar
atau buku cerita berilustrasi dengan nyaring.
b. Guru membaca buku bergambar atau buku
berilustrasi bersama peserta didik.
c. Guru memandu peserta didik membaca buku
cerita bergambar atau berilustrasi.
d. Peserta didik membaca buku berilustrasi
a. Buku cerita bergambar.
b. Buku cerita berilustrasi.
c. Buku besar (big book).
d. Novel anak sederhana.
e. Buku teks pelajaran.
29
dalam hati.
e. Peserta didik mengisi graphic organizer untuk
menanggapi bacaan.
f. Peserta didik menuliskan tanggapan atau
kesan terhadap bacaan dengan kalimat
sederhana.
Madya a. Guru membacakan kutipan novel anak dengan
nyaring.
b. Guru meminta peserta didik untuk bergantian
membaca buku dengan nyaring.
c. Guru memandu peserta didik untuk membaca.
d. Peserta didik membaca buku dalam hati.
e. Peserta didik menuliskan tanggapan atau
kesannya
f. terhadap bacaan.
a. Buku cerita berilustrasi.
b. Novel anak/ remaja yang
sesuai.
c. Cerita pendek untuk
anak.
d. Cerita rakyat/ legenda/
hikayat yang sesuai
untuk jenjang SD.
e. Puisi dan pantun yang
sesuai dengan jenjang
SD.
f. Buku teks pelajaran
Sumber (Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar 2016)
4. Fokus kegiatan
Kegiatan yang dapat dilakukan di tahap pembelajaran
antara lain sebagai berikut. (1) Guru mencari metode pengajaran
yang efektif dalam mengembangkan. (2) kemampuan literasi
peserta didik. Untuk mendukung hal ini, guru dapat melakukan
penelitian tindakan kelas. (3) Guru mengembangkan rencana
pembelajaran sendiri dengan memanfaatkan berbagai media dan
bahan ajar. (4) Guru melaksanakan pembelajaran dengan
memaksimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana literasi untuk
memfasilitasi pembelajaran. (5) Guru menerapkan berbagai
strategi membaca (membacakan buku dengan nyaring, membaca
terpandu, membaca bersama) untuk meningkatkan pemahaman
peserta didik terhadap materi pembelajaran.
30
5. Prinsip-prinsip kegiatan
Dalam prinsip kegiatan membaca terdapat beberapa prinsip yaitu :
1) Kegiatan membaca disesuaikan dengan kemampuan literasi
(jenjang kemampuan membaca dan menulis) peserta didik dan
tujuan kegiatan membaca.
Tabel 2.7 Prinsip Kegiatan Membaca Jenis kegiatan membaca Tujuan kegiatan Jenis bacaan
Guru membacakan buku
dengan nyaring
a. Meningkatkan kesadaran
fonetik, kosa kata, dan
membantu meningkatkan
pemahaman peserta didik
melalui gambar dan narasi
dalam bacaan.
b. Meningkatkan minat
peserta didik terhadap
konten bacaan.
a. Buku cerita bergambar.
b. Buku cerita berilustrasi.
c. Buku cerita besar (big
book).
d. Kutipan novel anak atau
buku teks pelajaran.
Peserta didik membaca buku
dengan nyaring
a. Meningkatkan kefasihan
membaca.
b. Melatih kemampuan
menyimak bacaan.
a. Buku cerita bergambar.
b. Buku cerita berilustrasi.
c. Kutipan novel anak.
d. Buku teks pelajaran.
Guru dan peserta didik
membaca bersama
(shared reading)
a. Meningkatkan kefasihan
membaca
denganmemperhatikn
tanda baca dan intonasi.
a. Buku cerita bergambar.
b. Buku cerita berilustrasi.
c. Kutipan novel anak.
d. Buku teks pelajaran.
Guru memandu peserta didik
membaca
(guided reading)
a. Melatih kemampuan
menyimak bacaan.
b. Buku cerita bergambar.
c. Buku cerita berilustrasi.
d. Buku cerita berukuran
besar.
e. Buku teks pelajaran.
Peserta didik mandiri
(membaca dalam hati atau
membaca nyaring
mandiri)
a. Meningkatkan kefasihan
membaca dengan
memperhatikan tanda baca
dan intonasi.
a. Buku cerita bergambar.
b. Buku cerita berilustrasi.
c. Novel anak.
d. Buku teks pelajaran.
(Sumber : Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SD 2016 )
2) Kegiatan membaca bervariasi, dengan memberikan porsi yang
seimbang untuk kegiatan membacakan nyaring, membaca
mandiri, membaca terpandu, dan membaca bersama.
3) Guru memanfaatkan buku-buku pengayaan fiksi dan nonfiksi
untuk memperkaya pemahaman peserta didik terhadap materi
ajar dan buku teks pelajaran.
31
4) Pengajaran berfokus pada proses, dan bukan pada hasil.
Peserta didik berbagi dan mendiskusikan draf pekerjaannya
untuk mendapat masukan dari guru dan teman.
5) Kegiatan menanggapi bacaan mempertimbangkan kecerdasan
majemuk dan keragaman gaya belajar peserta didik.
6) Guru melakukan pemodelan dan pendampingan terhadap
peserta didik.
6. Langkah – langkah kegiatan
Dalam buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SD (2016)
terdapat langkah – langkah kegiatan seperti :
a) Berbagai cara membaca
Pada dasarnya, strategi membaca buku teks pelajaran sama
dengan strategi untuk memahami buku pengayaan, yaitu
membacakan nyaring, membaca terpandu, membaca bersama,
dan membaca mandiri.
1. Membacakan nyaring (Read alourd)
Hal yang harus dilakukan oleh guru bertujuan untuk
(1) mempertahankan minat baca peserta didik. (2)
menjadikan guru teladan membaca. (3) memberikan dan
menambah pemahaman kosa kata maupun materi bacaan. (4)
melatih peserta didik untuk bertanya dan menanggapi
bacaan. Sedangkan hal yang harus dilakukan oleh peserta
didik bertujuan untuk (1) peserta didik lancar dalam
membaca. (2) peserta didik dapat memahami bacaan. (3)
32
peserta didik mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan
terkait cerita. Media yang diperlukan adalah Buku
pengayaan, Buku teks pelajaran, Daftar pertanyaan untuk
memandu diskusi
2. Membaca terpadu (Guided Reading)
Guru memandukan kelompok beranggotakan 4-6
peserta didik yang membaca buku/bahan bacaan yang
sama bertujuan untuk (a) Meningkatkan pemahaman
peserta didik terhadap bahan bacaan (b) Melancarkan
kefasihan membaca dan memajankan peserta didik kepada
bahan buku/tertulis. Media yang digunakan antara lain
Buku pengayaan, Buku teks pelajaran dan Beberapa alat
pendukung seperti alat tulis, kertas dan perekat serta papan
untuk menempel keras/flip chart
3. Membaca bersama (Shared Reading)
Guru dan peserta didik bersama-sama membaca
buku/bahan bacaan yang sama dalam kelompok yang lebih
besar atau guru bersama satu peserta didik membaca
bacaan yang sama bertujuan untuk (a) Mendemonstrasikan
cara membaca. (b) Memberi pengalaman anak terlibat
dengan teks dan membaca. (c) Menerapkan strategi
membaca. Media yang digunakan antara lain Buku
pengayaan berukuran besar (big book) dan Kertas
berukuran besar (flip chart)
33
4. Membaca mandiri intensif
Peserta didik diberi waktu untuk membaca satu
bahan bacaan berulangkali dengan menerapkan strategi
yang berbeda di setiap kegiatan membaca yang bertujuan
untuk (a) Memper dalam pemahaman terhadap bacaan. (b)
Melancarkan kemampuan membaca (c) Menambah kosa
kata bahasa buku / tulisan. Media yang digunakan antara
lain (a) Buku pengayaan dan teks pelajaran yang sesuai
dengan jenjang peserta didik. (b) Catatan/jurnal peserta
didik untuk menggambar/menuliskan tanggapan terhadap
bacaan.
b) Contoh-contoh kegiatan berkarya dengan teks (Literacraft)
Membauat buku besar (Big book) SD kelas rendah
Guru membuat cerita bersama anak dengan menyiapkan
beberapa alternatif tokoh cerita, alternatif awal cerita, tengah,
dan akhir cerita. Minta peserta didik untuk
memilih/menyepakati tokoh dan masalah yang dihadapi tokoh.
Lalu, ajak mereka bersama-sama menyusun alur cerita.
Dengan menggunakan kertas warna, daun, dan bunga kering,
ajak mereka untuk melengkapi ilustrasi cerita dan menuliskan
teks cerita bersama-
c) Menyelesaikan cerita (SD kelas rendah)
1. Guru menyiapkan gambar kartun dari internet atau majalah
yang menggambarkan beberapa anak/binatang sedang
34
bercakap-cakap. Peserta didik kemudian diminta untuk
menambahkan dialog antar tokoh (dialog dapat ditulis
dalam balon kata atau diceritakan kepada guru).
2. Guru menyusun kompilasi gambar-gambar menjadi sebuah
rangkaian cerita. Peserta didik kemudian diminta untuk
menambahkan teks narasiatau dialog yang sesuai dengan
setiap adegan pada gambar.
7. Indikator pencapaian
Dalam buku panduan Gerakan Literasi Sekolah di SD
(2016) Sekolah dapat menggunakan tabel ceklis untuk
mengetahui apakah prioritas kegiatan di tahap pembelajaran
literasi sudah dilaksanakan di sekolah. Berikut ini indikator
pencapaian pada tahap pembelajaran sebagai berikut (1) Tedapat
buku pengayaan yang digunakan dalam pembelajaran semua mata
pelajaran. (2) Tedapat strategi membaca yang digunakan untuk
meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap bacaan di
semua mata pelajaran. (3) Tedapat kegiatan menanggapi bacaan
dalam bentuk aktivitas lisan, tertulis, seni, kriya, dll, sesuai
dengan kecakapan literasi peserta didik. (4) Tedapat kegiatan
pembelajaran yang berlangsung di perpustakaan sekolah, sudut
baca kelas, area baca sekolah, dll. (5) Tedapat penghargaan
akademik yang mempertimbangkan kecakapan literasi peserta
didik. (6) Tedapat Tim Literasi Sekolah, bekerjasama dengan
35
elemen publik, yang menyelenggarakan kegiatan literasi di
sekolah secara berkala dan rutin.
Berdasarkan uraian di atas pada tahap pembelajaran
terdapat 7 bagian diantaranya yaitu kecakapan literasi, jenjang
kemampuan membaca SD, jenjang kemampuan menulis di SD,
fokus kegiatan pada tahap pembelajaran, prinsip-prinsip kegiatan
pada tahap pembelajaran, langkah-langkah kegiatan pada tahap
pembelajaran yang meliputi cara membaca (membaca nyaring,
membaca terpadu, membaca bersama, membaca mandiri),
indikator pencapaian pada tahap pembelajaran.
e. Langkah Kegiatan dalam Tahapan Gerakan Literasi Sekolah
Pelaksanaan GLS mempunyai 3 tahapan yaitu : tahapan pembiasaan,
tahapan pengembangan dan tahapan pembelajaran (Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2016). Langkah-langkah kegiatan pada tahap
literasi adalah sebagai berikut :
Tabel 2.8 Kegiatan dalam Tahapan Literasi No Tahapan Kegiatan
1
Pembiasa
an
(Tidak terdapat
tagihan)
1. 15 menit setiap hari sebelum jam pelajaran, melalui kegiatan
membaca buku dengan nyaring atau seluruh warga sekolah
membaca dalam hati.
2. Pembangunan lingkungan fisik sekolah yang kaya literasi antara
lain a) penyediaan perpustakaan sekolah, sudut baca dan area
baca yang nyaman. b) pengembangan sarana laun (UKS, kantin,
kebun sekolah) c)penyediaan koleksi teks cetak, visual dan
digitalmaupun multi modal yang mudah di akses oleh seluruh
warga sekolah. d) pembuatan bahan kaya teks (print reach
materials)
2 Pengembangan
(Terdapat
tagihan
sederhana untuk
penilaian non
akademik)
1. 15 menit setiap hari sebelum jam pelajaran, melalui kegiatan
membaca buku dengan nyaring atau seluruh warga sekolah
membaca dalam hati, membaca bersama, atau membaca terpadu
diikuti kegatan lain dengan tagihan non akademik. Contoh
membuat peta cerita (Story map) dan bincang buku.
2. Pengembangan kemampuan literasi melalui kegiatan di
perpustakaan sekolah, perpustakaan kota/daerah, taman bacaan
masyarakatatau sudut baca kelas dengan berbagai kegiatan antaa
lain : a) membaca buku dengan nyaring, membaca dalam hati,
36
membaca bersama, membaca terpadu, menonton film pendek
dan membaca teks visual/digital (materi dari internet). b) peserta
didik merespon teks (cetak/visual/digital), fiksi dan non fiksi,
melalui beberapa kegiatan sederhana seperti menggambar,
membuat peta konsep, berdiskusi dan berbincang tentang buku.
3 Pembelajaran
(Ada tagihan
akademik)
1. 15 menit setiap hari sebelum jam pelajaran, melalui kegiatan
membaca buku dengan nyaring atau seluruh warga sekolah
membaca dalam hati, membaca bersama, atau membaca terpadu
diikuti kegatan lain dengan tagihan akademik dan non akademik.
2. Kegiatan literasi dalam pembelajaran disesuaikan dngan tagihan
non akademik dan akademik.
3. Pelaksanaan berbagai strategi untuk memahami teks dalam
semua mata pelajaran. Penggunaan lingkungan fisik, sosial
afektif, dan akademik disertai beragam bacaan
(cetak,visual,auditori,digital), yang kaya literasi di luar buku teks
pelajaran untuk dapat memperkaya pengetahuan dalam mata
pelaajaran.
(Sumber : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2016)
f. Definisi Literasi Membaca dalam PIRLS
Menurut Bahrul Hayat (2009) Pada studi tahun 1991 itu, IEA
meenggabungkan istilah membaca dan literasi untuk mengungkapkan
pengertian “kemampuan membaca” dalam arti yang sangat luas yang
mencakup kemampuan untuk melakukan refleksi terhadap isi bacaan dan
menggunakannya sebagai alat untuk mencapai tujuan individu dan tujuan
masyarakat pada umumnya. Definisi ini dipertahankan dalam studi PIRLS
2001, literasi membaca didefinisikaan sebagai “kemampuan untuk
memahami dan menggunakan bahasa tulisan yang diperlukan oleh
masyarakat dan/ yang bernilai bagi individu (the ability to understand and
use those written language forms required by society and / or valued by
the individual)”. Definisi ini mencakup kemampuan membaca untuk
berbagai jenjang usia, termasuk untuk anak yang baru belajar membaca.
Untuk PIRLS 2006 ini, kelompok kerja pengembang kegiatan
membaca menambahkan kalimat terakhir dalam definisinya untuk
menegaskan pentingnya membaca di sekolah dan dalam kehidupan sehari-
37
hari. Literasi membaca dalam PIRLS 2006 didefinidikan sebagai the
ability to understandand use those written language forms required by
society and/or valued by the individual. Young readers can construct
meaning from a variety of texts. The read to learn, to participate in
communities of readers in school and everyday life, and for enjoyment.
Bagi PIRLS, literasi membca digambarkan sebagai kemampuan untuk
memahami dan menggunakan bahasa tulis yang diperlukan oleh
masyarakat dan/ atau yang berharga individu. Pembaca dapat membangun
makna dari berbagai teks. Mereka membaca untuk belajar, untuk
mengambil bagian dalam masyarakat pembaca di sekolah dan dalam
kehidupan sehari-hari, dan untuk kesenangan.
Definisi ini didasarkan atas berbagai pertimbangan teoretis yang
menganggap literasi membaca sebagai proses interaktif dan konstruktif
(Andreson &Pearson, 1984 ; Chall, 1983; Ruddell & Unrau, 2004; Walter,
1994). Pembaca secara aktif membangun makna, menerapkan strategi
membaca yang efektif, serta melakukan refleksi selama proses
membacanya (Clay, 1991; Langer, 1995; Thorndike, 1973).
Pada umumnya pembaca mempunyai sikap positif dalam kegiatan
membacanya dan menganggapnya sebagai kegiatan rekreasi. Pembaca
dapat belajar dari sejumlah besar jenis teks, memperoleh pengetahuan
yang luas tentang dunia, dan mengetahui lebih jauh tentang diri mereka
sendiri. Mereka dapat menikmati dan memperoleh informasi dari berbagai
bentuk teks yang digunakan dalam masyarakat modern.
38
Berbagai jenis dan bentuk teks ini meliputi buku, majlah, berbagai jeis
dokumen, dan surat kabar termasuk jenis teks elektronik, seperti halaman-
halaman internet, email, dan teks sebagai bagian dari video, film,
tayangan televisi, iklan dan lebel harga. Makna dibangun melalui interaksi
ntara pembaca dan teks dalam konteks tertentu sesuai dengan pengalaman
membaca (Rosenblatt, 1978). Selama melakukan kegiatan membaca,
pembaca mnyertakan keseluruhan latar belakang pengetahuan dan
keterampilan yang dimilikinya, serta berbagai strategi kognitif dan
metakognitifnya. Teks yang berisi berbagai bentuk penggunaan bahasa dan
diikat oleh unsur-unsur struktur bahasa serta membahas suatu topik
pembahasan tertentu dilengkapi oleh konteks situasi membaca yang dapat
melarutkan pembaca dalam kegiatan membacanya dan tak jarang dapat
meningkatkan motivasi membaca.
B. Kajian Teori Membaca
a. Pengertian Membaca
Membaca berasal dari kata baca kemudian mendapat imbuhan mem.
Membaca dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah melihat serta
memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam
hati). Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan
oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang
menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan
39
terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan agar makna kata-kata secara
individual akan dapat diketahui.
Menurut Subini (2013) Membaca merupakan suatu proses yang
kompleks dengan melibatkan kedua belah otak, menggunakan mata dan
pikiran sekaligus untuk mengerti apa maksud daru setiap huruf yang telah
dibaca. Menurut Samsu Samadaya (2011) menyatakan bahwa membaca
adalah suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti yang
terkandung di dalam bahan tulisan. Menurut Abdurrahman (2011)
membaca merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh semua anak
karena melalui membaca anak dapat belajar banyak tentang berbagai
bidang studi. Oleh karena itu, membaca merupakan keterampilan yang
harus diajarkan sejak anak masuk sekolah dasar.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan
bahwasannya membaca adalah aktivitas kompleks yang melibatkankedua
belah otak dengan menggunakan mata dan pikiran untuk memahami arti
yang terkandung dalam bahan tulisan. Membaca merupakan keterampilan
yang harus diajarkan sejak anak masuk sekolah dasar.
b. Tujuan Membaca
Suatu kegiatan yang akan dilakukan hendaknya disertai dengan
adanya tujuan. Begitu pula dengan kegiatan membaca, hendaknya
pembaca memiliki tujuan sebelum melakukan. Tujuan dalam membaca
akan menentukan arah dan hasil yang akan diperoleh oleh pembaca.
Setiap pembaca memiliki tujuan yang berbeda-beda. Penentuan tujuan
tersebut didasarkan pada kebutuhan individu masing-masing. Berdasarkan
40
pendapat Rahim (2008) adapun macam-macam membaca yaitu
(1) Kesenangan. (2) Menyempurnakan membaca nyaring.
(3) Menggunakan strategi tertentu. (4) Memperbaharui pengetahuan
tentang suatu topik. (5) Mengaitkan informasi yang baru dengan informasi
yang telah diketahuinya. (6) Memperoleh informasi untuk laporan lisan
atau tertulis. (7) Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi.
(8) Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang
diperoleh dari suatu teks dalam cara lain dan mempelajari tentang struktur
teks. (9) Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik
Berdasarkan pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwasannya
setiap kegiatan hendaknya didasari oleh tujuan. Begitu juga tujuan
membaca yaitu untuk kesenangan, memperbarui pengetahuan, mengaitkan
info baru dengan yang lama.
c. Faktor-Faktor dalam Membaca
Menurut Pandawa dkk (2009) ada beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap proses pemahaman. Faktor-faktor tersebut adalah (1) faktor
kognitif. (2) faktor afektif. (3) faktor teks bacaan. (4) faktor penguasaan
bahasa. Faktor pertama berkaitan dengan pengetahuan, pengalaman, dan
tingkat kecerdasan (kemampuan berfikir) seseorang. Faktor kedua
berkaitan dengan kondisi emosional, sikap, dan situasi. Faktor ketiga
berkaitan dengan tingkat kesukaran dan keterbacaan suatu bacaan yang
dipegaruhi oleh pilihan kata, struktur, isi bacaan, dan penggunaan
bahasanya. Selanjutnya faktor terakhir berkaitan dengan tingkat
41
kemampuan berbahasa yang berkaitan dengan penguasaan perbendaharaan
kata, struktur dan unsur-unsur kewacanaan.
Berdasarkan pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwasannya
faktor membaca ada 4 yaitu faktor kognitif, faktor afektif, faktor teks
bacaan, faktor penguasaan bahasa. Masing-masing faktor mempunyai
keterkaitan sendiri-sendiri
d. Teknik Membaca
Umumnya untuk menemukan informasi fokus dengan efisien ada
beberapa teknik membaca yang digunakan sebagai berikut :
1. Membaca Memindai (Scanning)
Membaca memindai disebut juga membaca teta (Scanning).
Membaca memindai ialah membaca secara cepat. Menurut Mikulecky
dan Jeffries, membaca memindai sangat penting untuk meningkatkan
kemampuan membaca. Peserta didik yang menggunakan teknik
membaca memindai mencari beberapa informasi secepat mungkin,
sehingga peserta didik dapat memahami teks secara cepat. Jadi bila
anda ingin memperoleh gagasan pokok bacaan (Buku) secara cepat
dan efisien, maka teknik ini yang dapat digunakan. Langkah-langkah
yang bisa ditempuh sebagai berikut :
a. Lihat daftar isi dan kata pengantar secara sekilas
b. Telaah secara singkat latar belakang penulisan buku
c. Baca bagian pendahuluan secara singkat
42
d. Cari dalam daftar isi bab-bab yang penting. Cari dalam halaman-
halaman buku bab yang penting, kemudian baca beberapa kalimat
yang penting
e. Baca bagian kesimpulan jika ada
f. Lihat secara sekilas adakah daftar pustaka, daftar indeks, atau
apendiks
2. Membaca Layap (Skimming)
Membaca Layap (Skimming) ialah membaca dengan cepat untuk
mengetahui isi mum atau bagian suatu bacaan. Dengan demikian,
orang yang sedang membaca dengan menggunakan teknik ini berarti
tidak melihat kata demi kata, kalimat demi kalimat atau bahkan
paragraf demi paragraf, tetapi menyapu halaman demi halaman secara
menyeluruh. Membaca dengan cepat sering dibutuhkan ketika kita
sedang membaca. Umumnya tidak semua informasi ingin diketahui
dan diingat. Kalau kita hanya ingin menemukan seseuatu tentang buku
dan artikel, kita bisa melakukannya dengan membaca melayap.
Langkah-langkah yang perlu ditempuh sebagai berikut :
a. Pertanyakan yang , “apa yang kita cari atau kita perlukan dari
buku ini?”
b. Dengan bantuan daftar isi atau kata pengantar (jika yang dibaca
itu sebuah buku), carilah kemungkinan bahwa informasi yang
anda butuhkan itu ada dalam buku tersebut.
43
c. Dengan penuh perhatian, coba telusuri dengan kecepatan tinggi
setiap baris bacaan yang anda hasapi. Untuk jenis buku, tataran
yang ditelusuri bukan baris melainkan paragraf atau sub bab
d. Berhentilah ketika anda merasa menemukan kalimat atau judul
menunjukkan pada apa yang anda cari
e. Bacalah dengan keceptan normal, dan pahami dngn baik apa yang
anda cari itu
Berdasarkan pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwasannya
teknik membaca ada 2 yaitu membaca memindai (Scanning) dan membaca
layap (Skimming). membaca memindai (Scanning) adalah membaca secara
cepat. Dan membaca layap (Skimming) membaca secara cepat untuk
mengetahui secara umum dan suatu bagian bacaan
e. Pengertian Kemampuan Membaca
Kemampuan membaca merupakan kecakapan yang harus dikuasai
seseorang anak, karena kemampuan ini adalah sayarat utama memasuki
jenjang pendidikan formal (Khoiriyah, 2006). Kemampuan membaca yang
sejalan dengan pelaksanaan GLS adalah kemampuan membaca cermat.
Pembaca diharapkan dapat mengembangkan kemampuannya untuk
memahami isi teks secara luas, mengambil informasi, mengembangkan
kosa kata dan struktur teks, mengevaluasi isi teks, mengembangkan opini,
argumen dan menghubungkan berbagai teks. Menurut Abidin (2016)
Kemampuan membaca adalah kecakapan peserta didik dalam melakukan
kegiatan membaca yang diukur melalui indikator yang meliputi: (1)
mampu menulis identitas buku, (2) mampu menuliskan ringkasan, (3)
44
mampu memberi komentar serta alasan yang sesuai, dan (4) mampu
menuliskan kutipan dari bacaan yang sesuai dengan bagian yang
dikomentari. Kemampuan membaca peserta didik dapat diukur dengan
rubrik .
Tabel 2.9 Rubrik Kemampuan Membaca
No
Aspek yang
dinilai
Tingkat Ketepatan
3 2 1
1 Memahami
isi teks
Peserta didik
mampu
menyebutkan
watak tokoh dan
jenis cerita yang
dibaca dengan
tepat
Peserta didik
mampu
menyebutkan watak
tokoh dengan tepat
tetapi tidak bisa
menyebutkan jenis
cerita yang dibaca
Peserta didik
kurang mampu
menyebutkan
watak tokoh dan
jenis cerita
2 Kemampuan
mengambil
informasi
Peserta didik
mampu
menyebutkan
judul, tokoh dan
tempat kejadian
dengan benar
Peserta didik
mampu
menyebutkan judul,
tokoh, dengan
benar tetapi tidak
dapat menyebutkan
tempat kejadiannya
Peserta didik
hanya mampu
menyebutkan
judul cerita saja
3 Mengembang
kan kosakata
Peserta didik
mampu membuat
kesimpulan
dengan bahasa
sendiri dengan
runtut
Peserta didik
mampu
menyebutkan
sebagian kejadian
saja
Peserta didik
tidak mampu
menyebutkan
kesimpulan
dengan benar
4 Memahami
tujuan penulis
Peserta didik
mampu
menyebutkan
amanat dengan
jelas dan tepat
Peserta didik
menyebutkan
amanat namun
kurang benar
Peserta didik
menuliskan
amanat yang
tidak ada
hubungannya
dengan cerita
5 Memberi
pendapat
Peserta didik
mampu
memberikan
komentar tentang
bacaan dengan
tepat
Peserta didik
memberikan
pendapat dengan
kalimat yang
kurang jelas
Peserta didik
tidak mampu
memberikan
pendapat yang
sesuai dengan
cerita
Jumlah Skor
(Sumber : Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar 2016)
Beradasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk
mengukur kemampuan membaca yang dimiliki oleh peserta didik ada
beberapa aspek yang harus dinilai. Aspek tersebut antara lain :
45
(1) kemampuan memahami isi teks. (2) kemampuan mengambil informasi.
(3) kemampuan mengembangkan kosa kata. (4) kemampuan memahami
tujuan penulis. (5) kemampuan memberikan pendapat.
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca
Menurut Lamb dan Arnold faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu :
1. Faktor Fisiologi
Faktor fisiologi mencakup kesehatan fisik, pertimbangan
neurologis, dan jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi
yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya belajar
membaca. Beberapa ahli mengemukakan bahwa keterbatasan
neurologis (misalnya berbagai cacat otak) dan kekurang matangan
secara fisik mrupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak
gagal dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman peserta
didik.
2. Faktor Intelektual
Secara umum, intelegensi anak tidak sepenuhnya mempengaruhi
berhasil atau tidaknya anak dalam membaca. Faktor metode mengajar
gutu, prosedur dan kemampuan guru juga turut mempengaruhinya
3. Faktor Lingkungan
Faktor yang mempengaruhi kemajuan kemampuan membaca menakup
latar belakang pengalaman sisswa di rumah dan sosial ekonomi
keluarga peserta didik.
4. Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhikemampuan membaca meliputi
46
a. Motivasi
Motivasi adalah faktor kunci dalam belajar membaca. Kuncinya
adalah guru harus mendemonstrasikan kepada peserta didik praktik
pengajaran yang relevan dengan minat dan pengalaman anak
sehingga anak memahami belajar itu sebagai suatu kebutuhan.
b. Minat Membaca
Minat membaca adalah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha
seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat
membaca yang kuat akan diwujudkan dalam kesediaannya untuk
mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya diatas
kesadaran sendiri.
c. Kematangan Sosial dan Emosi serta Penyesuaian Diri
Seseorang peserta didik harus mempunyai pengontrolan emosi
pada tingkat tertentu. Anak-anak yang mudah marah, menangis,
dan bereaksi secara berlebihan ketika mereka tidak mendapatkan
sesuatu atau menarik diri, atau mendongkal akan mendapatkan
kesulitan dalam pelajaran membaca.
C. Kajian Penelitian yang Relevan
Pada kajian penelitian yang relevan ini, peneliti menggunakan 2 judul
dari penelitian terdahulu. Penelitian akan menjelaskan persamaan dan
perbedaan dari peneliti yang akan dilakukan dengan peneliti terdahulu.
1. Siti Nurul Hidayah. 2014. Skripsi Universitas Muhammadiyah
Malang : “Analisis Gerakan Literasi Sekolah pada kemampuan
47
membaca peserta didik kelas III di SDN Kauman 2 Malang”.
Penelitian ini jenisnya penelitian kualitatif. Persamaan penelitian ini
dengan peneliti yang akan dilakukan sama-sama membahas
kemampuan membaca. Perbedaan dari penelitian ini adalah peneliti
terdahulu pada kelas III dan tahapan literasi pada sekolah masih dalam
tahapan pembiasaan dan pada peneliti yang akan dilakukan pada kelas
II dan pada tahapan literasi di sekolah pada tahapan pembelajaran.
2. Nurfian Indarto. 2013. Skripsi Universitas Muhammadiyah Malang :
“Analisis Gerakan Literasi Sekolah untuk Meningkatkan Kemampuan
Membaca Peserta Didik Kelas IV di SDN Tlogomas I Malang”.
Penelitian ini jenisnya kualitatif. Persamaan penelitian ini dengan
peneliti yang akan dilakukan sama-sama membahas kemampuan
membaca. Perbedaannya yaitu peneliti terdahulu pada kelas IV dan
tahapan literasi pada sekolah masih dalam tahapan pembiasaan dan
pada peneliti yang akan dilakukan pada kelas II dan pada tahapan
literasi di sekolah pada tahapan pembelajaran
3. Fitria Widi Prihartini. 2013. Skripsi Universitas Muhammadiyah
Malang : “Analisis Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Pada
Kelas Rendah di SDN Punten 1 Batu”. Penelitian ini jenisnya
akualitatif. Persamaan penelitian ini dengan peneliti yang akan
dilakukan sama-sama membahas tentang kegiatan Literasi Sekolah
pada kelas rendah. Perbedaannya literasi pada SDN Punten ini masih
pada tahap awal dan penelitian yang akan dilakukan sudah mencapai
pada tahap pembelajaran
48
D. Kerangka Pikir
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
1. Wawancara
2. Observasi
3. Dokumentasi
Kegiatan pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran pada kegiatan
Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
Permasalahan
Kemampuan membaca peserta didik akan menurun apabila kegiatan literasi
tidak dilakukan secara rutin dan guru kurang aktif dalam melaksanakan
kegiatan literasi. Kurangnya peningkatan kemampuan membaca pada peserta
didik.
Kondisi Ideal
Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
merupakan program dari pemerintah
yang melibatkan banyak pihak dalam
pelaksanaannya. Tujuan dari Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) unyuk
menumbuhkan minat baca dan
meningkatkan kemampuan membaca
pada peserta didik.
Kondisi Lapangan
Peserta didik melakukan Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) 1 kali secara
rutin untuk setiap minggunya dan
untuk hari pelaksanaannya yaitu hari
jum’at