19
`18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian Penyesuaian Diri Dalam istilah psikologi, penyesuaian diri disebut dengan istilah adjustment. Menurut Davidoff (dalam Idi, 2011), adjustment merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri dan tuntutan lingkungan. Manusia dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, kejiwaan dan lingkungan alam sekitarnya. Kehidupan itu secara alamiah juga mendorong manusia untuk terus menerus menyesuaikan diri. Dengan demikian, penyesuaian diri merupakan suatu proses alamiah dan dinamis yang bertujuan mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai dengan kondisi lingkungannya. Schneiders (dalam Agustiani, 2006) mengemukakan bahwa penyesuaian diri merupakan satu proses yang mecakup respon-respon mental dan tingkah laku, yang merupakan usaha individu agar berhasil mengatasi kebutuhan, ketegangan, konflik, dan frustasi yang dialami dalam dirinya. Usaha individu tersebut bertujuan untuk memperoleh keselarasan dan keharmonisan antar tuntutan dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan. Scheniders juga mengatakan bahwa individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah individu dengan keterbatasan yang ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

`18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyesuaian Diri

1. Pengertian Penyesuaian Diri

Dalam istilah psikologi, penyesuaian diri disebut dengan istilah

adjustment. Menurut Davidoff (dalam Idi, 2011), adjustment merupakan suatu

proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri dan tuntutan lingkungan.

Manusia dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, kejiwaan

dan lingkungan alam sekitarnya. Kehidupan itu secara alamiah juga

mendorong manusia untuk terus menerus menyesuaikan diri. Dengan

demikian, penyesuaian diri merupakan suatu proses alamiah dan dinamis yang

bertujuan mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai

dengan kondisi lingkungannya.

Schneiders (dalam Agustiani, 2006) mengemukakan bahwa

penyesuaian diri merupakan satu proses yang mecakup respon-respon mental

dan tingkah laku, yang merupakan usaha individu agar berhasil mengatasi

kebutuhan, ketegangan, konflik, dan frustasi yang dialami dalam dirinya.

Usaha individu tersebut bertujuan untuk memperoleh keselarasan dan

keharmonisan antar tuntutan dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh

lingkungan. Scheniders juga mengatakan bahwa individu yang dapat

menyesuaikan diri dengan baik adalah individu dengan keterbatasan yang ada

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

19

pada dirinya, belajar untuk bereaksi terhadap dirinya dan lingkungan dengan

cara yang matang, bermanfaat, efisien, dan memuaskan, serta dapat

menyelesaikan konflik, frustasi, maupun kesulitan-kesulitan pribadi dan sosial

tanpa mengalami gangguan tingkah laku.

Menurut Chaplin (dalam Indrawati dan Fauziah, 2012) berpendapat

penyesuaian diri adalah variasi dalam kegiatan organisme untuk mengatasi

suatu hambatan dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan serta menegakkan

hubungan yang harmonis dengan lingkungan fisik dan sosial. Misalnya

kebutuhan untuk diterima orang lain maka individu berusaha menjalin relasi

sesuai dengan norma masyarakat, mengurangi perilaku seperti mudah marah,

agresif. Bila individu dapat menyelaraskan kebutuhannya dengan tuntutan

lingkungan yaitu orang lain maka akan tercipta penyesuaian diri yang baik

Menurut W.A. Gerungan (2002), bahwa menyesuaikan diri diartikan

dalam arti yang luas dan dapat berarti mengubah diri sesuai dengan keadaan

lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan

(keinginan) diri. Penyesuaian diri dalam arti yang pertama disebut juga

penyesuaian diri yang autoplastis (auto = sendiri, plastis = dibentuk),

sedangkan penyesuaian diri yang kedua juga disebut penyesuaian diri yang

aloplastis (alo = yang lain). Jadi, penyesuaian diri ada artinya “pasif”, di

mana kegiatan kita ditentukan oleh lingkungan dan artinya yang “aktif”, di

mana kita pengaruhi lingkungan.

Semiun (2006) memberi pengertian bahwa penyesuaian diri adalah

suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku yang

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

20

menyebabkan individu berusaha menanggulangi kebutuhan-kebutuhan,

tegangan-tegangan, frustasi-frustasi, dan konflik-konflik batin serta

menyelaraskan tuntutan-tuntutan batin ini dengan tuntutan-tuntutan yang

dikenakan kepadanya oleh dunia dimana ia hidup.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan penyesuaian diri adalah

usaha membuat hubungan yang memuaskan antara individu dengan perubahan

di lingkungannya agar mampu mengatasi konflik, frustrasi, perasaan tidak

nyaman yang timbul sehingga tercapai keselarasan dan keharmonisan antara

tuntutan dalam diri dan lingkungan.

2. Aspek-Aspek Penyesuaian Diri

Dalam melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan, terdapat

beberapa aspek didalamnya. Menurut Schneiders (dalam Agustiani, 2006)

aspek-aspek penyesuaian diri tersebut adalah sebagai berikut:

a. Ketiadaan emosi yang berlebihan

Penyesuaian yang normal dapat diidentifikasi dengan tidak

ditemukannya emosi yang berlebihan. Individu yang merespon masalah

dengan ketenangan dan kontrol emosi memungkinkan individu untuk

memecahkan kesulitan secara inteligen. Adanya kontrol emosi membuat

individu mampu berpikir jernih terhadap masalah yang dihadapinya dan

memecahan masalah dengan cara yang sesuai. Ketiadaan emosi tidak

berarti mengindikasikan abnormalitas tapi merupakan kontrol dari emosi.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

21

b. Ketiadaan mekanisme psikologis

Penyesuaian normal dikarakteristikkan dengan tidak ditemukannya

mekanisme psikologis. Ketika usaha yang dilakukan gagal, individu

mengakui kegagalannya dan berusaha mendapatkannya lagi merupakan

penyesuaian diri yang baik dibandingkan melakukan mekanisme seperti

rasionalisasi, proyeksi, kompensasi. Individu dengan penyesuaian diri yang

buruk berusaha melakukan rasionalisasi dengan menimpakan kesalahan

pada orang lain.

c. Ketiadaan perasaan frustrasi pribadi

Penyesuaian yang baik terbebas dari perasaan frustrasi pribadi.

Perasaan frustrasi membuat sulit bereaksi normal terhadap masalah.

Misalnya, seorang siswa yang merasa frustrasi dengan hasil akademiknya

yang terus merosot menjadi sulit untuk mengorganisasikan pikiran, perasa-

an, tingkah laku efisien pada situasi dimana ia merasa frustrasi. Individu

yang merasa frustrasi akan mengganti reaksi normal dengan mekanisme

psikologis atau reaksi lain yang sulit dalam menyesuaikan diri seperti

sering marah tanpa sebab ketika bergaul dengan orang lain.

d. Pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri (self-direction)

Karakteristik menonjol dari penyesuaian normal adalah

pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri. Karakteristik ini

dipakai dalam tingkahlaku sehari-hari untuk mengatasi masalah ekonomi,

hubungan sosial, kesulitan perkawinan. Kemampuan individu meng-hadapi

masalah, konflik, frustrasi meng-gunakan kemampuan berpikir secara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

22

rasional dan mampu mengarahkan diri dalam tingkah laku yang sesuai

mengakibatkan penyesuaian normal.

e. Kemampuan untuk belajar

Penyesuaian normal dikarakteristikkan dengan belajar terus-

menerus dalam memecahkan masalah yang penuh dengan konflik, frustrasi

atau stress. Misalnya orang yang belajar menghindari sikap egois agar

terjadi keharmonisan dalam keluarga.

f. Kemampuan menggunakan pengalaman masa lalu

Kemampuan menggunakan pengalaman masa lalu merupakan usaha

individu untuk belajar dalam menghadapi masalah. Penyesuaian normal

membutuhkan peng-gunaan pengalaman masa lalu. Penga-laman masa

lampau yang menguntungkan seperti belajar berkebun diperlukan agar

individu dapat menggunakannya untuk pengalaman sekarang ketika

menghadapi kesulitan keuangan dengan membuka usaha menjual tanaman.

g. Sikap realistik dan objektif

Penyesuaian yang normal berkaitan dengan sikap yang realistik dan

objektif. Sikap realistik dan objektif berkenaan dengan orientasi individu

terhadap kenyataaan, mampu menerima kenyataan yang dialami tanpa

konflik dan melihatnya secara objektif. Sikap realistik dan objektif

berdasarkan pada belajar, pengalaman masa lalu, pertimbangan rasional,

dapat menghargai situasi dan masalah. Sikap realistik dan objektif

digunakan untuk menghadapi peristiwa penting seperti orang yang

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

23

kehilangan pekerjaan tetap memiliki motivasi sehingga dapat menerima

situasi dan berhubungan secara baik dengan orang lain.

Albert dan Emmons (Kumalasari & Ahyani, 2012) juga

mengungkapkan beberapa aspek dalam penyesuaian diri, yakni sebagai

berikut:

a. Self knowledge dan self insight

Self knowledge dan self insight yaitu kemampuan mengenal

kelebihan dan kekurangan diri. kemampuan ini harus ditunjukkan dengan

emosional insight, yaitu kesadaran diri akan kelemahan yang didukung

oleh sikap yang sehat terhadap kelemahan tersebut.

b. Self objectivity dan self acceptance

Self objectivity dan self acceptance yaitu apabila individu telah

mengenal dirinya, ia bersikap realistik yang kemudian mengarah pada

penerimaan diri.

c. Self development dan self control

Self development dan self control yaitu kendali diri yang berarti

mengarahkan diri, regulasi pada impuls-impuls, pemikiran-pemikiran,

kebiasaan, emosi, sikap dan tingkah laku yang sesuai. Kendali diri bisa

mengembangkan kepribadian kearah kematangan, sehingga kegagalan

dapat diatasi dengan matang.

d. Satisfaction

Satisfaction adanya rasa puas terhadap segala sesuatu yang telah

dilakukan, menganggap segala sesuatu yang telah dilakukan, menganggp

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

24

suatu pengalaman dan bila keinginannya terpenuhi maka ia akan

merasakan suatu kepuasan dalam dirinya.

Berdasarkan gambaran aspek-aspek penyesuaian diri di atas, penelitian

ini menggunakan aspek penyesuaian diri Schneiders yang terdiri dari

ketiadaan emosi yang berlebihan, ketiadaan mekanisme psikologis, ketiadaan

perasaan frustrasi pribadi, pertimbangan rasional dan kemampuan

mengarahkan diri, kemampuan untuk belajar, kemampuan menggunakan masa

lalu, dan sikap realistik dan objektif.

Peneliti memilih aspek-aspek penyesuaian diri yang dikemukakan oleh

Schneiders karena konsepnya lebih komprehensif dibandingkan dengan aspek-

aspek yang dikemukakan oleh Albert dan Emmons. Aspek-aspek penyesuaian

diri dari Schneiders lebih terperinci untuk menjelaskan permasalahan dalam

penelitian. Sedangkan aspek penyesuain diri Albert dan Emmons lebih terlihat

general.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri

Dalam proses penyesuaian diri, terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi proses didalamnya. Menurut Mohammad (2005), faktor-faktor

yang mempengaruhi penyesuaian diri tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kondisi Jasmaniah

Struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku, maka dari

itu dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan

faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa gangguan-gangguan dalam sistem saraf, kelenjar dan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

25

otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan

kepribadian. Dengan demikian, kondisi sistem-sistem tubuh yang baik

merupakan syarat bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik

begitu pula sebaliknya.

b. Perkembangan, Kematangan, dan Penyesuaian Diri

Dalam proses perkembangan, respon anak berkembang dari respon yang

bersifat instinktif menjadi respon yang diperoleh melalui belajar dan

pengalaman. Dengan pertambahnya usia, kematangan untuk melakukan

respon yang menjadi lebih baik dalam proses penyesuaian diri. Dengan

kata lain, pola penyesuaian diri akan bervariasi tiap individu sesuai dengan

tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapainya.

c. Penentu Psikologis terhadap Penyesuaian Diri

Dalam penentu psikologis terhadap penyesuaian diri, terdapat faktor yang

mempengaruhi didalamnya, yakni:

1) Pengalaman

Dalam kehidupan manusia, pengalaman memiliki peranan penting

dalam pembentukan penyesuaian diri sebagai bahan acuan untuk

kehidupan selanjutnya.

2) Belajar

Proses belajar merupakan suatu dasar yang fundamental dalam proses

penyesuaian diri karena melalui belajar ini akan berkembang pola-pola

respon yang akan membentuk kepribadian.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

26

3) Determinasi Diri

Determinasi diri merupakan faktor-faktor kekuatan yang mendorong

seseorang untuk mencapai sesuatu yang baik atau buruk dalam

mencapai taraf penyesuaian yang tinggi atau bahkan merusak dirinya.

Determinasi mempunyai peranan penting karena keberhasilan dan

kegagalan penyesuaian diri akan banyak ditentukan oleh kemampuan

individu dalam mengarahkan dan mengendalikan dirinya.

4) Konflik dan Penyesuaian

Tidak semua konflik itu bersifat menganggu atau merugikan, konflik

juga memiliki manfaat memotivasi seseorang untuk meningkatkan

kegiatan. Dengan adanya konflik, membuat individu lebih bijaksana

dan ahli dalam memecahkan suatu masalah atau mungkin sebaliknya

membuat individu itu melarikan diri pada penyesuian diri yang salah.

5) Lingkungan sebagai penentu penyesuaian diri

Lingkungan memiliki pengaruh yang kuat dalam proses penyesuaian

diri. Individu memerlukan hubungan dengan lingkungannya yang

mengaitkannya, merangsang perkembangannya atau yang

memberikannya sesuatu yang ia perlukan. Tanpa hubungan ini,

individu bukanlah individu lagi.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

27

B. Dukungan Sosial

1. Pengertian Dukungan Sosial Rekan Kerja

Pengertian dukungan sosial bisa diketahui berdasarkan asal-usul kata

(etimology). Menurut Chaplin (1999), dukungan sosial dalam istilah bahasa

Inggris dikenal dengan social support. Sosial artinya menyinggung relasi di

antara dua atau lebih individu. Support memiliki dua arti, yakni mengadakan

atau menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang lain, dan

memberikan dorongan atau pengobaran semangat dan nasihat kepada orang

lain dalam situasi pembuatan keputusan.

Secara umum, Sarafino (dalam Smet, 1994) menjelaskan bahwa

dukungan sosial mengacu pada kesenangan yang dirasakan, penghargaan akan

kepedulian, atau membantu orang menerima dari orang-orang atau kelompok-

kelompok lain. Pengertian senda juga dikemukakan oleh Menurut Johnson dan

Jhonson (dalam Saputri, 2011), bahwa dukungan sosial merupakan

keberadaan orang lain yang dapat diandalkan untuk memberi bantuan,

semangat, penerimaan dan perhatian, sehingga bisa meningkatkan

kesejahteraan hidup bagi individu yang bersangkutan.

Pendapat lain mengenai pengertian dukungan sosial dijelaskan oleh

Laura A. King (2012), dimana dukungan sosial adalah informasi atau umpan

balik dari orang lain yang menunjukkan bahwa seseorang dicintai dan

diperhatikan, dihargai dan dihormati, dan dilibatkan dalam jaringan

komunikasi dan kewajiban yang timbal balik.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

28

Fass et al. (2000) (dalam Ariani, 2013) menyebut dukungan sosial

rekan kerja dengan istilah Perceived Coworker Support yang dimaknai

sebagai pengaruh positif yang membuat interaksi sosial terjadi berulang-ulang

sebagai hasil dari helping activity. Sejalan dengan definisi tersebut, dukungan

sosial rekan kerja (coworker support) dapat didefinisikan sebagai bantuan

emosional dan instrumental yang diperoleh individu dari hubungan

interpersonal dengan rekan kerja. Definisi tersebut mengacu pada definisi

work support yang tertulis dalam disertasi Lane (dalam Ariani, 2013) sebagai

berikut: “Work support is defined as the emotional and instrumental

assistance one receives through his or her interpersonal relationships at

work”.

Beberapa pengertian di atas memberikan gambaran bahwa dukungan

sosial rekan kerja merupakan dukungan yang diterima oleh individu dari rekan

kerja berupa bantuan emosional ataupun instrumental yang mampu membuat

individu merasa nyaman, dihargai dan dicintai.

2. Aspek-Aspek Dukungan Sosial

Persoalan dukungan sosial bisa digambarkan melalui berbagai aspek.

Menurut House (dalam Smet, 1994) aspek-aspek dukungan sosial adalah

sebagai berikut:

a. Dukungan emosional

Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian dan

perhatian terhadap orang yang bersangkutan. Dukungan ini dapat

memberikan rasa aman dan nyaman, perasaan dimiliki dan dicintai dalam

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

29

situasi-situasi stress yang dirasakan. Indikator dukungan emosional antara

lain: merasakan empati, perhatian dan kepedulian dari rekan kerja.

b. Dukungan penghargaan

Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan)

positif bagi orang itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan

atau perasaan individu, dan perbandingan positif orang itu dengan orang

lain. Dalam lingkungan pekerjaan, indikator dukungan penghargaan antara

lain berupa: penghargaan positif yang dirasakan dari rekan kerja,

mendapatkan persetujuan atas ide dan pendapat atau mendapatkan

dorongan semangat dari rekan kerja.

c. Dukungan instrumental

Dukungan instrumental yaitu mencakup bantuan langsung untuk

mempermudah perilaku yang secara langsung menolong individu.

Misalnya bantuan benda, pekerjaan, dan waktu. Dukungan ini disebut juga

sebagai dukungan pertolongan, dukungan nyata atau dukungan material.

Indikator dukungan instrumental ialah mendapatkan bantuan langsung

berupa tindakan dari rekan kerja, baik materil maupun fasilitas.

d. Dukungan informatif

Dukungan informatif mencakup pemberian nasehat, saran-saran, atau

umpan balik. Melalui dukungan ini, individu mampu mencari jalan keluar

untuk mengatasi masalah melalui pemberian saran, nasehat, sugesti

ataupun umpan balik mengenai apa yang sebaiknya dilakukan. Indikator

dukungan informasi antara lain: mendapatkan nasehat atau saran dari

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

30

rekan kerja dan mendapatkan pengarahan atau petunjuk dari rekan kerja

tersebut.

3. Sumber Dukungan Sosial

Dukungan sosial berasal dari berbagai sumber. Mennurut Wentzel

(dalam Apollo dan Cahyadi, 2012), bahwa sumber-sumber dukungan sosial

adalah orang-orang yang memiliki hubungan yang berarti bagi individu,

seperti keluarga, teman dekat, pasangan hidup, rekan kerja, saudara dan

tetangga, teman-teman dan guru di sekolah.

Penelitian empiris dalam literatur dukungan sosial di lingkungan kerja,

terdapat sumber dukungan sosial tersendiri. Lane (dalam Ariani, 2013)

membagi dukungan sosial tersebut ke dalam dua sumber, yakni:

a. Work Support

Merupakan dukungan yang diperoleh individu yang berasal dari

dalam (internal) dunia kerja, yaitu: dukungan dari atasan (supervisor

support) dan dukungan dari rekan kerja (coworker support).

b. Non-Work Support

Merupakan dukungan yang diperoleh individu yang berasal dari

luar (eksternal) dunia kerja, seperti: dukungan dari keluarga, teman, dan

sebagainya.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

31

C. Hubungan Antara Dukungan Sosial Rekan Kerja dan Penyesuain Diri

Pada Perawat di Rumah Sakit X Kota Tasikmalaya

House (Smet, 1994) membagi dukungan sosial kedalam empat aspek

atau empat jenis dukungan sosial, yaitu dukungan instrumental, dukungan

emosional, dukungan penghargaan dan dukungan informasi. Menurut House

(Smet, 1994) dukungan instrumental misalnya memberikan bantuan finansial,

benda, maupun dalam bentuk pekerjaan. Sedangkan dukungan emosional

mencangkup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap individu yang

bersangkutan, misalnya umpan balik.

Menurut Sari (Utami, 2013) dukungan dalam bentuk penghargaan

dapat berupa pemberiaan apresiasi ketika individu mencapai suatu

keberhasilan, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat individu dan

perbandingan positif dengan individu lain dapat membuat individu merasa

nyaman dan dihargai. Memberikan dukungan penghargaan berpengaruh pada

pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri, sehingga perawat

dapat menggunakan kemampuan berpikir secara rasional dan dapat

menyesuaikan diri dengan normal.

Aspek dukungan informatif merupakan dukungan yang diberikan

kepada individu dapat berupa pemberian informasi, nasehat, pengarahan,

saran atau pertimbangan, mengenai apa yang harus dilakukan seseorang,

terutama dalam mengatasi persoalan yang sedang dihadapi. Dukungan

informasi akan membantu individu memahami situasi dan mencari alternatif

pemecahan masalah atau tindakan yang akan diambil.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

32

Dukungan sosial secara psikologis dipandang sebagai hal yang

kompleks. Wortman dan Dunkell-Scheffer (dikutip dalam Abraham, 1997)

mengidentifikasi beberapa jenis dukungan yang meliputi ekspresi perasaan

positif, termasuk menunjukkan bahwa seseorang diperlakukan dengan rasa

penghargaan yang tinggi, ekspresi persetujuan dengan atau pemberitahuan

tentang keyakinan dan perasaan sesorang. Ajakan untuk membuka diri dan

mendiskusikan keyakinan dan sumber-sumber juga merupakan bentuk

dukungan sosial. Jenis dukungan ini dapat menjadi hal utama bagi

pembentukan hubungan saling membantu apakah itu sebagai hubungan

persahabatan.

Berdasarkan pendapat Lane (dalam Ariani, 2013), maka konsep

dukungan sosial rekan kerja atau coworker support yang dimaksudkan dalam

penelitian ini berasal dari konsep dukungan sosial yang dipandang dari

perspektif “fungsional”, yaitu perceived social support yang menjelaskan

mengenai ketersediaan dukungan dari rekan kerja yang dirasakan individu

saat membutuhkan. Dukungan sosial rekan kerja merupakan salah satu jenis

dukungan sosial yang bersumber dari internal dunia kerja individu.

Dampak dari dukungan sosial salah satunya dikemukakan oleh

Morgan, dkk (dalam Abraham, 1997) bahwa hubungan saling percaya yang

kuat penting untuk melindungi orang dari depresi setelah suatu kejadian

hidup yang berat, dan bentuk dukungan sosial lain penting untuk kepentingan

jangka panjang. Dalam kontek hubungan dukungan sosial dan penyesuaian

diri.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

33

Dalam lingkungan kerja, penyesuaian diri menjadi faktor penting bagi

tenaga kerja baru untuk bisa cepat beradaptasi dan memaksimalkan tugas

pekerjaannya. Menurut Schneiders (1964) penyesuaian diri sebagai suatu

proses dimana individu berusaha keras untuk mengatasi atau menguasai

kebutuhan dalam individu yang bertujuan untuk mendapatkan keharmonisan

dan keselarasan antara tuntutan lingkungan dimana dia tinggal dengan

tuntutan didalam dirinya. Schneiders membagi penyesuaian diri ke dalam 7

aspek.

Pertama, ketiadaan emosi belebih. Penyesuaian diri yang normal

ditandai dengan tidak adanya emosi yang relatif berlebihan dan memiliki

kontrol emosi untuk menghadapi permasalahan secara cermat. Kedua,

ketiadaan mekanisme psikologis. Individu dengan penyesuaian diri yang

normal bersedia mengakui kegagalan yang dialami dan berusaha kembali

untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Ketiga, perasaan frustrasi pribadi. Individu yang mengalami frustrasi

ditandai dengan perasaan tidak berdaya dan tanpa harapan, maka akan sulit

bagi individu untuk mengorganisir kemampuan berpikir, perasaan, motivasi

dan tingkah laku dalam menghadapi situasi yang menuntut penyelesaian.

Keempat, Berpikir rasional dan mampu mengarahkan diri. Penyesuaian

normal ditandai dengan adanya kemampuan individu dalam menghadapi

masalah, konflik, dan frustrasi dengan menggunakan kemampuan berpikir

secara rasional dan mampu mengarahkan tingkah laku yang sesuai.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

34

Kelima, kemampuan untuk belajar. Penyesuaian normal yang

ditunjukkan individu diperoleh dari proses belajar yang dilakukan secara

berkesinambungan sehingga dari proses belajar tersebut individu memperoleh

berbagai cara yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan yang

dihadapi. Keenam, memanfaatkan pengalaman masa lalu. Kemampuan

individu untuk belajar dan memanfaatkan pengalaman merupakan hal yang

penting bagi penyesuaian diri yang normal. Ketujuh, sikap realistis dan

objektif. Sikap ini berkenaan dengan orientasi individu terhadap kenyataaan,

mampu menerima kenyataan yang dialami tanpa konflik dan melihatnya

secara objektif.

Dalam beberapa penelitian sebelumnya, dukungan sosial dan

penyesuaian diri memiliki hubungan yang kuat dan berhubungan. Dalam

hasil penelitian yang dilakukan oleh Fani Kumalasari dan Latifah Nurahyani

(2012), dukungan sosial memiliki hubungan dengan penyesuaian diri

terhadap remaja di panti asuhan. Hal tersebut menunjukkan bahwa dukungan

sosial berpengaruh terhadap penyesuaian diri pada remaja panti asuhan

meskipun dengan angka yang cukup kecil, yakni 11,5%.

Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Dian

Isnawati dan Fendi Suhariadi (2013) dengan subjek karyawan PT Pupuk

Kaltim. Hasil penelitian ini menunjukkan arah hubungan yang positif antara

dukungan sosial dan penyesuaian diri. Artinya semakin tinggi dukungan

sosial semakin tinggi pula penyesuaian diri, begitu juga sebaliknya semakin

rendahnya dukungan sosial semakin rendah pula penyesuaian diri.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

35

Kesimpulan yang sama pengaruh hubungan antara dukungan sosial

dan penyesuaian diri juga terdapat dalam penelitian Oki Tri Handono dan

Khaerudin Basori (2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan dukungan sosial dan penyesuaian diri terhadap stress lingkungan

santri tersebut Hasil analisis penelitian menunjukkan adanya ada hubungan

negatif antara penyesuaian diri dan dukungan sosial dengan stres lingkungan.

Semakin tinggi penyesuaian diri dan dukungan sosial maka semakin rendah

stres lingkungan dan semakin rendah penyesuaian diri dan dukungan sosial

maka semakin tinggi stres lingkungan.

Berdasarkan gambaran penjelasan di atas, hubungan antara dukungan

sosial rekan kerja dan penyesuian diri pada perawat baru memiliki kaitan

yang erat. Penyesuaian diri yang baik pada perawat akan berdampak

signifikan bukan hanya pada dirinya sendiri akan tetapi pada

keberlangsungan pasien. Sebagai garda terdepan dalam peningkatan

kesehatan di masyarakat, perawat dituntut untuk cepat menyesuaikan diri di

tempat kerja sehingga tidak membebani pasien. Oleh karena itu, dukungan

sosial dari rekan kerja menjadi salah satu bagian atau faktor penting dalam

melakukan proses penyesuaian diri yang baik pada perawat di rumah sakit.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan

positif antara dukungan sosial rekan kerja dan penyesuaian diri pada perawat di

Rumah Sakit X Kota Tasikmalaya. Semakin tinggi dukungan sosial rekan kerja,

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian

36

maka semakin tinggi penyesuaian diri positif yang dilakukan. Sebaliknya,

semakin rendah dukungan sosial rekan kerja, maka semakin rendah penyesuaian

diri positif yang dilakukan.