27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Kecenderungan terjadinya obesitas berhubungan erat dengan pola makan. Berbagai faktor berperan dalam timbulnya obesitas, tetapi yang paling penting adalah ketidak seimbangan antara masukan makanan dan aktifitas fisik (Misnadiarly, 2007). Istilah obesitas dan overweight sering digunakan untuk menyatakan adanya kelebihan berat badan, tetapi obesitas dan overweight memiliki arti yang berbeda. Obesitas (kegemukan) adalah ketidak seimbangan antara jumlah makanan yang masuk dibandingkan dengan pengeluaran energi oleh tubuh (Kinanti indika, 2007), sedangkan overweight adalah kelebihan berat badan dibandingkan berat ideal yang terjadi akibat penimbunan jaringan lemak atau nonlemak meliputi otot, tulang, lemak dan air (Indonesia Nutrion Network dalam Kinanti indika, 2010). Gemuk merupakan suatu kebanggaan dan merupakan kriteria untuk mengukur kesuburan dan kemakmuran suatu kehidupan, sehingga pada saat itu banyak orang berusaha menjadi gemuk dan mempertahankanya sesuai dengan status sosialnya. dalam perkembangan selanjutnya justru sebaliknya kegemukan atau obesitas selalu berhubungan dengan kesakitan dan peningkatan kematian (Hermawan, A Guntur, 2010). Salah satu metode pengukuran tingkat 1

ISI (Repaired)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

obesitas adalah....

Citation preview

Page 1: ISI (Repaired)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Kecenderungan

terjadinya obesitas berhubungan erat dengan pola makan. Berbagai faktor berperan

dalam timbulnya obesitas, tetapi yang paling penting adalah ketidak seimbangan

antara masukan makanan dan aktifitas fisik (Misnadiarly, 2007).

Istilah obesitas dan overweight sering digunakan untuk menyatakan adanya

kelebihan berat badan, tetapi obesitas dan overweight memiliki arti yang berbeda.

Obesitas (kegemukan) adalah ketidak seimbangan antara jumlah makanan yang

masuk dibandingkan dengan pengeluaran energi oleh tubuh (Kinanti indika, 2007),

sedangkan overweight adalah kelebihan berat badan dibandingkan berat ideal yang

terjadi akibat penimbunan jaringan lemak atau nonlemak meliputi otot, tulang, lemak

dan air (Indonesia Nutrion Network dalam Kinanti indika, 2010). Gemuk merupakan

suatu kebanggaan dan merupakan kriteria untuk mengukur kesuburan dan

kemakmuran suatu kehidupan, sehingga pada saat itu banyak orang berusaha menjadi

gemuk dan mempertahankanya sesuai dengan status sosialnya. dalam perkembangan

selanjutnya justru sebaliknya kegemukan atau obesitas selalu berhubungan dengan

kesakitan dan peningkatan kematian (Hermawan, A Guntur, 2010). Salah satu metode

pengukuran tingkat obesitas dan overweight adalah dengan menggunakan

antropometri yaitu perbandingan Rasio Lingkar Pinggang dan Lingkar Panggul

(RLPP). Seseorang dikatakan overweight jika hasil RLPP lebih dari 0,9 sedangkan

seseorang dikatakan obesitas jika RLPP kurang dari 0,8 (Kinanti indika, 2010).

Hasil survey NSS-HKI tahun 2001 di empat kota (Jakarta,Semarang, Makasar,

dan Surabaya) menunjukkan bahwa prevalensi kegemukan pada wanita usia produktif

daerah kumuh perkotaan berkisar antara 18-25% , yang justru lebih besar dari pada

prevalensi kurus 11-14% (RAPGN, 2001). Hasil dan Survei Kesehatan Rumah

Tangga tahun 2004 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada penduduk wanita

dewasa di Indonesia, terutama yang tinggal di perkotaan adalah sebesar 12,8%

(SKRT, 2004). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, prevalensi

Nasional obesitas pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3 % (Riskesdas,

2007).

1

Page 2: ISI (Repaired)

Salah satu faktor yang berhubungan dengan obesitas adalah pengetahuan.

Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan

manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya, hasil usaha manusia untuk

memahami suatu objek tertentu (Surajiyao, 2007). Faktor pengetahuan mempengaruhi

terhadap terjadinya obesitas, pengetahuan ibu tentang pengaturan makanan, cara

pengolahan makanan dan kandungan gizi dalam bahan makanan sangat

mempengaruhi asupan makan seseorang dan memberikan risiko yang sangat besar

terjadinya obesitas.

Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu menyebabkan

perubahan dalam gaya hidup terutama pola makan. Pola makan tradisional yang tinggi

karbohidrat, tinggi serat dan rendah lemak berubah ke pola makan baru yang rendah

karbohidrat, rendah serat dan tinggi lemak. Perubahan pola makan ini dipercepat oleh

kemajuan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi. Perbaikan tingkat konsumsi

juga menyebabkan berkurangnya aktifitas fisik masyarakat tertentu. Perubahan pola

makan dan aktifitas fisik ini berakibat kepada semakin banyaknya penduduk yang

mengalami masalah obesitas dan overweight (Almatsier, 2006).

BAB II

KONSEP OBESITAS

2.1 Definisi

Obesitas berasal dari bahasa latin obesus yang mengandung pengertian menelan atau

memakan. Obesitas adalah suatu kondisi penyakit kronis dengan karakteristik kelebihan

2

Page 3: ISI (Repaired)

dari jaringan adiposa pada tubuh. Kondisi ini dipertimbangkan dapat meningkatkan

angka kesakitan dan kematian daripada karakter kecacatan atau kelemahan dari

individu. (Oeser, 1997)

Dalam penilaian ukuran dan tingkat kegemukan, obesitas didefinisikan apabila Body

Mass Index (BMI) 27,8 atau lebih pada pria dan 27,3 atau lebih pada wanita yang

kemudian dinilai juga terjadi peningkatan 20% atau lebih dari berat badan ideal. Untuk

pria dengan tinggi badan 175 cm (5’9”) dengan berat badan lebih dari 85 kg (187 pon)

dan untuk wanita dengan tinggi badan 163 cm (5’4”) dengan berat badan 72 kg atau

158 pon (Oeser, 1997)

Obesitas dengan kombinasi berbagai faktor, menyebabkan kematian lebih dari 300.000

di Amerika Serikat setiap tahunnya (Newman, 2009). Studi epidemiologi menyatakan

adanya hubungan antara obesitas dengan risiko peningkatan penyakit kardiovaskular,

non-insulin . dependent diabetes mellitus (NIDDM), beberapa kondisi kanker, batu

kandung empedu, beberapa penyakit pernapasan, osteoartritis, gout, dan dislipidemia,

semuanya dapat meningkatkan risiko kematian (Mantzoros, 2006). Kondisi kelebihan

berat badan dengan distribusi lemak tubuh akan mengontribusi peningkatan risiko

gangguan metabolik dan penyakit kardiovaskular.

2.2 Etiologi dan Patofisiotogi

Walaupun dengan kemajuan dan penelitian modern, sampai saat ini penyebab pasti dari

obesitas belum diketahui secara pasti. Obesitas merupakan suatu kondisi yang sangat

kompleks yang menghadirkan interaksi antara tipe gen individu dan lingkungan. Secara

patofisiologi kondisi obesitas berhubungan dengan beberapa faktor, yaitu faktor genetik

dan fisiologi, faktor lingkungan, faktor sosioekonomi, dan faktor psikokultural

(Camdem, 2009).

Dasar-dasar terjadinya obesitas adalah ketidakseimbangan antara intake kalori dan

pengeluaran tenaga (energy expenditure). Pada saat intake melebihi pengeluaran, maka

menghasilkan penambahan berat badan. Tubuh kita mempunyai regulasi untuk intake

kalori, penyimpanan, dan pengeluaran yang diatur oleh berbagai impuls kimia,

hormonal, dan saraf. Ketidakseimbangan dari kondisi ini akan mempersulit pengaturan

karena banyak faktor yang memberikan konstribusi terjadinya obesitas (Srnka, 2001),

2.3 Faktor yang Mempengaruhi

2.3.1 Faktor Genetik dan Fisiologi

3

Page 4: ISI (Repaired)

Predisposisi genetik menjadi faktor penting sejak ditemukannya gen obesitas

pada tahun 1994 (Oeser, 1999). Gen obesitas diidentifikasi sebagai leptin protein

yang diproduksi oleh jaringan adiposa. Meskipun hubungan gen ini dengan

terjadinya obesitas masih belum dipahami sepenuhnya, tetapi penelitian leptin

yang menjadi unsur utama terjadinya obesitas tetap dilanjutkan (Srnka, 2001),

Sirkulasi leptin memberikan aksi pada otak dan impuls rasa kenyang sehingga

akan menurunkan nafsu makan. Pada tikus yang tidak memproduksi leptin,

setelah diberikan leptin, tikus menjadi tidak mau makan dan kehilangan berat

badan. Akan tetapi sayangnya eksperimen ini tidak berlaku pada manusia. Fakta

ini memberikan kesimpulan bahwa tidak hanya konsentrasi leptin serum yang

terjadi secara umum pada manusia. Hal ini memberikan korelasi positif antara

tingkat serum leptin dengan persentasi lemak tubuh dan BMl (Cerulli, 1998).

Pada sebagian besar pasien obesitas memiliki rangkaian genetik normal untuk

leptin, tetapi defisiensi leptin akan menampilkan kondisi obesitas yang berat. Hal

ini memberikan kesimpulan bahwa penurunan kadar leptin di sirkulasi

memberikan risiko peningkatan obesitas (Devlin, 2000).

2.3.2 Faktor Lingkungan

Pengaruh lingkungan adalah faktor yang secara signifikan meningkatkan resiko

obesitas. Situasi lingkungan memberikan pengaruh penting terhadap pola

kebiasaan makan dan penurunan aktifitas fisik. Beberapa prosuk makanan yang

dijual dipasaran,terutama makanan yang dibuat bukan dari rumah tangga

berisikan kandungan yang meningkatkan resiko intake kalori yang tinggi. Stress

imosional yang disebabkan oleh pekerjaan akan meningkatan mekanisme koping

untyk meningkatkan intake kalori. Kebiasaan diet yang kurang memperhatikan

intake kalori meghasilkan mpenimbunan nutrisi di dalam tubuh (Matsuzawa,

1994).

Pola hidup yang kurang gerak memfasilitasi peningkatan resiko obesitas. Kondisi

sekarang dengan pergerakan fisik yang kurang ditunjang dengan kebiasaan

pekerjaan yang lebih banyak di tempat duduk dan dengan kursi yang memberikan

mekanisme kemudahan,elefator dan ekskalator merupakan fasilitas yang

menurunkan pergerakan,dengan adanya remot kontrol untuk menghidupkan

televisi, AC, permainan yang disertai dengan memakan cemilan tinggi kalori

memberikan implikasi terhadap obesitas.

4

Page 5: ISI (Repaired)

Kelebihan berat badan akan mempengaruhi kesehatansecara umum. Hal ini

berhubungan dengan peningkatan sindrom metabolisme, peenyakit

kasrdiovaskuler, gangguan pernafasan, osteoartritis, tekanan abdominal, kondisi

intergumen, dan peruban mental.

Secara umum konsekuensi obesitas memberikan pola dari distribusi adiposa yang

disertai dengan konsisi metabolisme spesifik. Peningkatan viseral lemak

menghasilkan peningkatan rasio klinik untuk distribusi. Hal ini memberikan

perubahan terhadap toleransi glukosa dan peningkatan tekanan darah (Pi-Sunyer,

2006). Distribusi lemak ini akan meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler.

Adanya sindrom metabolik meliputi resistensi insulin, hiperinsulinemia,

gangguan toleransi glukosa, hipertensi, hipertrigeliserid, dan peningkatan

konsentrasi kolestrol very low density lipoprotein (VVDL). Sindrom metabolik

bukanlah penyakit, tetapi merupakan kelompok kondisi (AH, 2005).

Sekitar 65% obesitas mengalami osteoarttritis,yang merupakan penyakit

degeneratif muskulus skeletal. Pada individu dengan BMI lebih dari 40, secara

segnifikan akan meningkatkan resiko terjadinya asteoarttritis (Candem, 2009).

Adanya kondisi nyeri pada atritis akan menyebabkan penurunan pergerakan fisik

akibat keterbatasan dan memberikan konsekuensi peningkatan berat badan.

Pada perspektif kardiovaskuler,kondisi obesitas akan meningkatkan alran darah

disebabkan oleh perluasan area tubuh yang memerlukan suplay darah untuk

kebutuhan metabolisme jaringan. Kerja jantung akan meningkat dan memberikan

indikasi terjadinya gagal jantung kongestif akibat peningkatan tekanan arteri

sistomik. Kelebihan cairan akan meningkatkan resiko edema pada paru akibat

peningkatan tekanan arteri pulmonel. Kompensasi pernafasan dari obesitas

memberikan manifestasi elefasi tekanan intra abdominal,menekan volume

pernafasan dan menurunkan daya tahan otot-otot pernafasan. Peningkatan

kebutuhan oksigen,hiperfentilasi,dan hipofentilasi,berhenti nafas pada saat tidur

menimbulkan kondisi kematian mendadak. Kejadian brenti nafas pada saat tidur

terjadi 10-20% pada pasien obisitas (Gallagher, 2005).

Peningkatan tekanan intraabdominal akibat akumulasi jaringan lemak pada

rongga abdomen akan meningkatkan tekanan pada organ internal dan kulit.

Kondisi ini akan meningkatkan resiko Bartlett’s esophagitis dan resiko terjadinya

kanker esofgus. Inkontinensia (Camdem, 2009).

5

Page 6: ISI (Repaired)

Kondisi obesitas juga mempengaruhi kulit yang terjadi peningkatan resiko

dikubitus (ulkus tekan),keterlambatan penyembuhan luka dermatitis,dan iritasi

integritas jaringan,khususnya apabila pada pasien dengan diabetes dan

keterbatasan aktivitas.

Pasien obesitas cenderung mengalami gangguan psikologis. Perubahan bentuk

akibat kelebihan berat badan dan akumulasi lemak ditubuh memberikan

manifestasi gangguan konsep diri (gambaran diri rendah).

2.4 Tanda dan Gejala

2.5 Komplikasi

2.6 Manifestasi Klinis

2.7 Penatalaksanaan

1. Terapi nonfarmakologi

a. Terapi diet

b. Aktivitas fisik

c. Terapi perilaku, pola hidup, pola makan, penurunan stress

2. Terapi farmakologi

a. Agen nonadrenergik

1) Phentermine (Ionamin – Celltech; Adipex-P – Gate; Fastin – GlaxoSmithKlien)

2) Orlidtat (Xenical – Roche)

3) Sibutramine (Meridia – Abbott).

b. Agen serotonergik, seperti fluxetine (Prozac – Eli Lily) dan sertraline (Zoloft-

Pfizer)

c. Produk natural

3. Terapi Bedah

Terdapat dua intervensi bedah yang digunakan, yaitu reseksi lambung / gastroplasty

dan gastric bypass yang dilakukan dengan tujuan untuk menurunkan intake kalori.

Terapi bedah dilakukan apabila dengan terapi farmakologi dan nonfarmakologi tidak

menghasilkan penurunan berat badan yang diharapkan.

2.8 Pemeriksaan Penunjang

Antropometri berasal dari kata antropos dan metos. Antopos artinya tubuh dan metros

artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh. Pengertian ini bersifat

sangat umum sekali.

6

Page 7: ISI (Repaired)

Dari pengertian tersebut dapat ditarik pengertian bahwa antropometri gizi adalah

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh

dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain:

berat badan, tinggi badan, lingkar lengan, dan tebal lemak dibawah kulit.

Jenis Parameter:

a. Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur

akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi

badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan

penentuan umur yang tepat.

b. Berat badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering

digunakan. Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan mineral

pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat dan protein otak

menurun. Pada orang yang edema asitest terjadi penanmbahan cairan tubuh. Adanya

tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya pada orang

kekurangan gizi.

c. Tinggi badan

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan

keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu tinggi

badan merupakan ukuran kedua terpenting karna dengan menghubungkan berat

badan terhadap tinggi badan, faktor umur dapat dikesampingkan.

d. Lingkar lengan atas (LLA)

Dewasa ini memang merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karna

mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga

yang lebih murah. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian,

terutama jika digunakan sebagai pilihan untuk indeks status gizi.

e. Lingkar kepala

Dalam antropometri gizi, masuk lingkar kepala dan lingkar dada cukup berarti dan

menentukan KEP pada anak. Lingkar kepala dapat juga digunakan sebagai informasi

tambahan dalam pengukuran umur.

f. Lingkar dada

Biasanya dilakukan pada anak yang berumur 2-3 tahun, karena rasio lingkar kepala

dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini, tulang tengkorak

7

Page 8: ISI (Repaired)

tumbuh secara lambat dan pertumbuhan dada semakin cepat. Umur antara 6 bulan

dan 5 tahun,rasio lingkar kepala dan dada adalah kurang dari satu, hal ini

dikarenakan akibat kegagalan perkembangan dan pertumbuhan, atau kelemahan otot

dan lemak pada dinding dada . ini dapat digunakan sebagai indikator dalam

menentukan KEP pada anak balita.

g. Jaringan lunak

otak, hati, jantung dan organ dalam lainnya merupakan bagian yang cukup besar dari

berat badan, tetapi relatif tidak berubah beratnya pada anak mal nutrisi. Otot dan

lemak merupakan jaringan lunak yang sangat bervariasi pada penderita KEP.

Antropometri jaringan dapat dilakukan pada kedua jaringan tersebut dalam

pengukuran status gizi di masyarakat

8

Page 9: ISI (Repaired)

2.9 Pathway

9

Faktor predisposisi genetik dan fisiologis

Faktor predisposisi lingkungan

Salah persepsi, sumber informasi , penurunan motivasi

Ketidak adekuatan program pengobatan

Akumulasi lemak pada jaringan adiposa

obesitas

Respon psikologis

Pola kebiasaan makan dan penurunan aktivitas fisik

Penurunan kadar leptin di sirkulasi

Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh

Risiko

osteoratritis

Gangguan konsep diri (gambaran diri rendah)

Penurunan pergerakan

Perubahan bentuk badan tampak gemuk

Perubahan bentuk badan tampak gemuk

Peningkatan berat badan

Akumulasi lemak pada

Hambatan mobilitas fisik

Peningkatan aliran darah, peningkatan kebutuhan metabolisme jaringan. Kerja jantung meningkat, peningkatan tekanan arteri sistemik

Kelebihan cairan, peningkatan tekanan

arteri pulmoner, elevasi tekanan inta abdominal, menekan volume pernafasan,

dan menurunkan daya tahan otot otot

pernafasan

Gangguan elastisitas kulit, gangguan

sirkulasi integritas kulit, keterlambatan penyembuhan luka,

dermatitis, dan iritasi integritas

jaringan

Risiko gagal jantung kongestif

Tercetusnya aktivasi, re-entry dan otomatisasi

Aritmia ventrikular

Pola nafas tidak efektif risiko edema paru

Risiko gagal nafas

Kematian mendadak

Risiko dekubitus (ulkus tekan) risiko gangguan integritas

jaringan kulit

Page 10: ISI (Repaired)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

OBESITAS

3.1 Pengkajian

3.1.1 Data Demografi

Didalam data demografi terdapat identitas klien dan penanggung jawab terdiri

dari nama, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, agama,

alamat, suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

3.1.2 Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama:

Klien biasanya mengatakan susah sekali berdiri sehabis duduk

b. Riwayat kesehatan sekarang:

Pasien tidak mengalami apa-apa selain merasakan berat badannya semakin

bertambah, disamping itu pasien mengalami kesusahan berdiri sehabis duduk.

c. Riwayat kesehatan dahulu:

Sebelumnya pasien memiliki berat badan normal tapi setelah dua tahun

kemudian berat badan pasien mengalami perubahan

d. Riwayat kesehatan kelurga:

Keluarga pasien tidak ada yang mengalami obesitas

3.1.3 Pola Fungsi Kesehatan

1. Pola penatalkasaan kesehatan – presepsi sehat

a. Kurang pengetahuan tentang gaya hidup dan berhubungan dengan sehat

2. Pola nutrisi

a. Tipe makanan

b. Nafsu makan meningkat

c. Pola makan tidak seimbang

3. Pola aktivitas

a. Gangguan dalam melakukkan aktivitas sehari-hari

4. Pola tidur istrirahat

a. Kesulitan tidur

5. Pola presepsi diri – konsep diri

a. Citra tubuh

b. Presepsi mengenai kemampuan

c. Pola emosional

10

Page 11: ISI (Repaired)

6. Pola peran dan hubungan

a. Adanya perubahan peran klien yang mengalami penurunan di dalam

masyarakat

7. Pola koping – toleransi stres

a. Kemampuan mengendalikan stres mengalami perubahan tubuh

8. Pola nilai dan keyakinan

a. Kesulitan dalam menjalankan ibadah sehari-hari

3.1.4 Pemeriksaan Fisik

1. TTV: Tekanan darah, pernfasan dan nadi, hipertensi, peningkatan frekuensi

nafas

3.1.5 Pemeriksaan Diagnostik

3.1.5.1 Kolesterol (serum)

1. Nilai Rujukan

Dewasa : Nilai Ideal: <200mg/dl. Risiko Sedang: 200-240 mg/dl.

Risiko Tinggi: >240 mg/dl. Kehamilan: Kadar berisiko tinggi, tetatpi

akan kembali ke kadar seperti sebelum kehamilan, yaitu 1 bulan setelah

pelahiran.

Anak: Bayi: 90-130 mg/dl. Anak (Usia 2-19 Tahun); Nilai ideal: 130-

170 mg/dl. Rsisiko Sedang: 171-184 mg/dl. Risiko Tinggi: >185 mg/dl.

2. Deskripsi

Kolesterol merupakan lemak darah yang disintesis di hati serta

ditemukan dalam sel darah merah, membran sel, dan otot. Kira-kira

sebanyak 70% kolesterol diesterifikasikan (dikombinasi dengan asam

lemak), serta 30% dalam bentuk bebas. Kolesterol diunakan tubuh

untuk membentuk gaaram empedu sebagai fasilitator pencernaan lemak

dan untuk pembentukan hormon oleh kelenjar adrenal, ovarium, dan

testis. Hormon tiroid dan estrogendapat menurunkan konsentrasi

kolesterol, serta sebaliknya tindakan pembedahan ooforektomi,

meningkatkan konsentrasinya.

Kolesterol serum digunakan sebagai indikator penyakit arteri koroner

dan sterosklerosis. Hiperkolesterolemia menyebabkan penumpukan

plak di arteri koroner sehingga dapat menyebabkan MCl. Kadar

kolesterol serum yang tinggi dapat berhubungan dengaan

kecenderungan genetik (herediter), obstruksi bilier, dan/atau asupan

11

Page 12: ISI (Repaired)

diet. Lebih kurang sepertiga dari masyarakat di Amerika memiliki

kadar kolesterol serum di bawah 200 mg/dl, kadar ini merupakan kadar

ideal.

3. Tujuan

a) Untuk memeriksa kadar kolesterol klien

b) Untuk memantau kadar kolesterol

4. Masalah Klinis

a) Penurunan Kadar: Hipertiroidisme, sindrom Chusing )hormon

adrenal yang berlebih), kelaparan, malabsorpsi, anemia, infeksi

akut. Pengaruh Obat: Antilipid (Zocor, Mevacor, Lipitor), tiroksin,

antibiotik (kanamisin, neomisin, parmomisin, tetrasiklin), asam

nikotinat, estrogen, glukagon, heparin, salisilat (aspirin), kolkisin,

obat hipoglikemik per oral.

b) Peningkatan Kadar: MCl akut; aterosklerosis; hipotiroidisme;

obstruksi bilier; sirosis bilier; kolangitis; hiperkolesterolemia

keluarga; diabetes melitus yang tidak terkontrol; sindrom nefrotik;

pankreatektomi; kehamilan (trimester III); hiperlipoproteimia tipe

II, III, dan V; periode stres berat; diet kolesterol tinggi (lemak

hewani). Pengaruh Obat: Aspiriin, kortikosteroid, steroid (agens

anabolik dan androgen), kontarsepsi oral, epinefrin dan

neropinefrin, bromida, fenotiazin (klorpromazin [Thorazine],

trifluoperazin [Stelazine], vitamin A dan D, sulfonamid, fenitoin

(Dilantin).

5. Faktor yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium

a) Obat aspirin dan kortison dapat menyebabkan penurunan atau

penigkatan kadar kolesterol serum.

b) Diet tinggi kolesterol yang dikonsumsi sebelum pemeriksaan dapat

menyebabkan peningkatan kolesterol serum.

c) Hipoksia barat dapat meningkatkan kadar kolesterol serum.

d) Hemolisis pada spesimen darah dapat menyebabkan peningkatan

kadar kolesterol serum.

6. Prosedur

a) Jelaskan pada klien untuk puasa (makanan, cairan, dan obat)

selama 12 jam. Klien diperbolehkan minum.

12

Page 13: ISI (Repaired)

b) Kumpulan 3-5 ml darah vena pada tabung bertutup merah. Cegah

terjadinya hemolisis.

c) Catat pennggunaan obat yang dikonsumsi klien yaang tidak

terdaftar pada formulir laboratorium.

7. Tindakan sebelum dan sesudah pemeriksaan

Peningkatan Kadar

a) Kaitkan masalah klinis dan penggunaan obat dengan

hiperkolesterolemia. Peningkatan kadar kolesterol dapat

menandakan terjadinya penyakit arteri koroner.

b) Tangguhkan pemberian obat yang dapat meningkatkan kadar

serum selama 12 jam sebelum darah diambil, atas persetujuan

pemberi layanan kesehatan.

c) Jelaskan pada klien dan keluarganya tentang persepsi mengenai

kadar kolesterol serum dan efek yang timbul jika kadar kolesterol

meninngkat.

d) Anjurkan klien menurunkan berat badannya jika kegemukan dan

mengalami hiperkolesterolemia. Penurunan berat badan pada

obesitas dapat membantu menurunkan kadar kolesterol serum.

e) Anjurkan klien yang menderita hiperkolesterolemia untuk

mengurangi asupan makanan tinggi kolesterol (mis., daging babi

asap, telur, mentega, daging berlemak, makanan laut tertentu,

kelapa, dan cokelat).

f) Instruksikan klien yang menderita hiperkolesterolemia berat untuk

mematuhi jadwal kunjungan medisnya guna perawatan lanjut.

3.1.5.2 Gula Darah

3.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang uumumnya ada pada pasien dengan obesitas pada saat

dilakukan asuhan keperawatan di ruang rawat inap adalah sebagai berikut :

1. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d ketidakseimbangan antara

intake kalori dan pengeluaran tenaga, akumulasi lemak tubuh, obesitas.

13

Page 14: ISI (Repaired)

3.3 Intervensi Keperawatan

Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d ketidakseimbangan antara

intake kalori dan pengeluaran tenaga, akumulasi lemak tubuh, obesitas

Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam setelah diberikan kelebihan nutrisi pasien terpenuhi.

Kreteria evaluasi :

- Pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat

- Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi program pengobatan obesitas

- Pasien mendapatkan terapi farmakologis dan atau terapi bedah

Intervensi Rasional

Kaji status nutrisi pasien, timbang

berat badan dan tinggi badan, ukur

BMI.

Kaji faktor yang bisa meningkatkan

nafsu makan pasien

Memvalidasi dan menetapkan derajat

masalah untuk menetapkan pilihan intervensi

yang tepat

Kaji adanya penyakit gangguan

metabolisme yang berhubungan

dengan resiko obesitas, seperti

diabetes melitus, hipertensi, dan

penyakit kardiovaskular.

Kaji adanya riwayat pembedahan

yang meningkatkan resiko obesitas,

misalnya pengangkatan kelenjar

pankreas

Mengidentifikasi faktor – faktor penyakit

yang menjadi predisposisi obesitas

Kaji persepsi pasien dan keluarga

tentag metode penurunan berat badan

Menggali faktor pendukung dalam

menjalankan program terapi obesitas.

Persepsi dan motivasi keluarga memberikan

pengaruh positif terhadap penurunan berat

badan.

Evaluasi adanya alergi makanan dan

kontraindikasi makanan

Beberapa komponen makanan tertentu dan

beberapa penyakit lain, seperti diabetes

14

Page 15: ISI (Repaired)

melitus, hipertensi, gout, dan

lainnyamemberikan manifestasi terhadap

persiapan komposisi makanan yang akan

diberikan

Identifikasi pola dan jenis makanan

yang dikonsumsi pasien.

Eksplorasi penting dalam menilai mekanisme

intake makanan pada pasien obesitas

Kaji tingkat pengetahuan tentang

kebutuhan nutrisi dan pengetahuan

terhadap aktivitas dan faktor lainnya,

misalnya kondisi kehamilan

Terdapat dilema dalam kebutuhan nutrisi

pasien obesitas dengan faktor – faktor yang

diharuskan meningkatkan nutrisi seperti

obesitas. Perawat melakukan intervensi

kolaboratif dengan tim gizi untuk

menetapkan jenis nutrisi yang dikonsumsi

oleh pasien dan memberikan dukungan moral

agar klien ikut serta dalam program intake

nutrisi

Konsultasi dengan ahli gizi dan

menentukan kebutuha nutrisi yang

sesuai dengan kondisi individu

Pada pelaksanaan asuhan klinik, penentuan

kebutuhan nutrisi adalah kompetensi dari ahli

gizi. Peran perawat adalah sebagai

kolaborator klinik untuk menurunkan

masalah pasien.

Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d ketidakseimbangan antara

intake kalori dan pengeluaran tenaga, akumulasi lemak tubuh, obesitas

Intervensi Rasional

Susun jadwal jangka pendek dan

jangka panjang yang tepat secara

individual kebutuhan nutrisi pasien

Dalam 1 pon jaringan adiposa berisi 3500

kcal (Srnka, 2001).

Progresivitas penurunan berat badan yang

dianjurkan adalah 500 kkal/minggu (Rock,

2004).

Perawat juga mendorong pasien untuk

melakukan perubahan asupan diet, terutama

tentang pola hidup.

Anjurkan peningkatan intake cairan

secara oral

Air membantu ekskresi berbagai produk dari

penghancuran lemak (Newnam, 2009) dan

15

Page 16: ISI (Repaired)

membantu menurunkan resiko ketosis.

Anjurkan melakukan aktivitas latihan

fisik

Latihan fisik merupakan bagian integral dari

program penurunan berat badan. Kombinasi

antara diet dan program latihan akan

meningkatkan hilangnya jaringan adiposa

dibanding jaringan lainnya (Camdem, 2009)

Informasikan pada pasien tentang efek

obat dan untuk selalu meminum obat

penurun berat badan

Beberapa jenis obat seperti agen

noradrenergik dan agen serotonergik

mempunyai fungsi untuk menurunkan selera

atau nafsu makan yang dapat menurunkan

berat badan.

3.4 Implementasi

3.5 Evaluasi

3.5.1 Nilai normal hasil laboratorium Kolesterol

Target Normal Batas Tinggi Resiko Sangat

Tinggi

Kolesterol Total Kurang dari 200 200 – 239 240 atau lebih

Kolesterol LDL

(Kolesterol Jahat)

Kurang dari 130 130 – 159 160 atau lebih

Kolesterol HDL

(Kolesterol Jahat)

50 atau lebih 40 – 49 Kurang dari 40

Trigliserida Kurang dari 200 200 - 399 400 atau lebih

16

Page 17: ISI (Repaired)

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kegemukan (obesitas) didefinisikan sebagai kelebihan akumulasi lemak rubuh

sedikitnya 25% dari berat rata-rata untuk usia., jenis kelamin, dan tinggi badan.

Prognosis umum untuk peningkatan dan mempertahankan penurunan berat badan

buruk. Namun, keinginan pola hidup lebih sehat Dn penurunan factor risiko

sehubungan dengan ancaman penyakit terhadap hidup memotivasi beberapa orang

untuk mengikuti diet dan program penurunan berat badan.Obesitas juga merupakan

suatu keadaan patologis dengan terdapatnya penimbuan lemak yang berlebihan

daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Masalah gizi karena kelebihan kalori

biasanya disertai kelebihan lemak dan protein hewani, kelebihan serat dan mikro

nutrien.

Obesitas terjadi karena adanya  kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk

jaringan lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh faktor

eksogen (obesitas primer) sebagai akibat nutrisional (90%) dan faktor endogen

(obesitas sekunder) akibat adanya kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik

(meliputi 10%).

Faktor yang menentukan antara lain :

a.       Faktor Genetik

b.      Faktor Psikologis (gangguan emosi)

c.       Faktor Neurogenik ( gangguan hormon)

d.      Faktor Nutrisi

e.       Aktivitas fisik

4.2 Saran:

1.    Di dalam menentukan intervensi keperawatan telebih mengenai program diet, harus

lebih banyak berdiskusi dengan klien.

2.    Untuk klien dengan obesitas, harus lebih mengutamakan pengaturan pola makan

yang baik untuk menghindari kemungkinan buruk yang bisa terjadi.

3.    Dalam perawatan klien, sebaiknya banyak melibatkan orang terdekat klien, mulai

dari keluarga,, mulai dari keluarga,abat samapi teman akrab klien.

17