106
MODUL PEMBELAJARAN KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM . TAHAP PENDIDIKAN PROFESI FAKULTAS KEDOKTERAN

Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Modul pemebelajaran

Citation preview

Page 1: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

MODUL PEMBELAJARAN

KEPANITERAAN KLINIK

ILMU PENYAKIT DALAM

.

TAHAP PENDIDIKAN PROFESI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

Page 2: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

ii

Page 3: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

KATA PENGANTAR

Assalaamu'alaikum Wr. Wb.

Sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter yang diterbitkan oleh Konsil

Kedokteran Indonesia tahun 2012, Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Palembang secara bertahap mempersiapkan diri dalam

mengimplementasikan Kurikulum Berbasis Kompetensi baik pada tahap

Pendidikan Sarjana maupun tahap Pendidikan Profesi.

Menyadari bahwa tahap Pendidikan Profesi bertujuan untuk

mengembangkan keterampilan klinis, mendapatkan dan memecahkan masalah

klinik serta membangun perilaku profesional seorang calon dokter termasuk

didalamnya memiliki iman dan akhlak tinggi sebagai ciri khas dokter muslim,

disusunlah Modul Pembelajaran Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam ini.

Modul ini disusun dengan harapan dapat membantu para mahasiswa yang

berkepentingan untuk memperoleh informasi yang benar sehingga proses

pendidikan profesi di Ilmu Penyakit Dalam dapat berjalan lebih baik.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak sehingga

buku panduan ini dapat diterbitkan pada waktunya sehingga dapat digunakan

sebagai pegangan pelaksanaan pendidikan profesi di bagian Ilmu Penyakit

Dalam.

Wassalaamu'alaikum Wr. Wb

iii

Page 4: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

DAFTAR ISI

BABPENDAHULUAN

HalI    A.      Kompetensi Lulusan Dokter    B.      Tujuan Pembelajaran    C.      Lingkup Bahasan  II PROSES KEPANITERAAN KLINIK     A.      Alur Kegiatan    B.      Metode dan Strategi Pembelajaran    C.      Sistem Evaluasi  III TATA TERTIB    A.      Tata Tertib Pelaksanaan Kepaniteraan Klinik    B.      Sanksi Akademik  IV PANDUAN BELAJAR    4.1. Gastrointestinal Bleeding    4.2. Gagal Jantung    4.3. Sindroma Koroner Akut    4.4. Heart Failure    4.5. Asma Bronkiale    4.6. Pleural Effusion    4.7. Tubercolusis Paru    4.8. Nephrotic Syndrome    4.9. Urinary Tract Infection (UTI)    4.10. Thyrotoxotisis    4.11. Acuce Renal Failure (ARF)  

iv

Page 5: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

BAB I

PENDAHULUAN

Pendidikan  dokter   adalah  pendidikan   yang  diselenggarakan  untuk menghasilkan   dokter   yang   memiliki   kompetensi   untuk   melaksanakan pelayanan kesehatan primer. Pendidikan kedokteran terdiri dari dua tahap, yaitu, tahap sarjana kedokteran dan tahap profesi dokter.

Dalam tahap profesi dokter, peserta didik melakukan kepaniteraan klinik   secara   nyata   di   rumah   sakit   dan   wahana   pendidikan   lain   yang bertindak   sebagai   dokter  muda   dengan   pengawasan   bimbingan   dokter spesialis di rumah sakit (preceptor). Dalam menjalankan kepaniteraan klinik di   rumah   sakit   pendidikan,  dokter   muda   dapat   mengembangkan pembelajaran  klinik  secara nyata sesuai  kompetensi  minimal  yang harus dipenuhi oleh seorang dokter umum.

Diberlakukannya  Standar Pendidikan Profesi Dokter dan  Standar Kompetensi Dokter oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) akan memberi arahan pendidikan profesi dokter yang lebih baik sesuai amanah Undang-undang RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

Menyadari adanya perubahan dalam pendidikan profesi dokter saat ini,   Fakultas   Kedokteran   Universitas   Muhammadiyah  Palembang  telah menetapkan  kurikulum   dalam   proses   pendidikan   terutama   proses kepaniteraan klinik di rumah sakit pendidikan Bagian Ilmu Penyakit Dalam (IPD) yang akan dijalani selama 10 minggu (5 sks). Proses pendidikan akan berlangsung di bangsal rawat inap, rawat jalan dan instalasi gawat darurat (IGD).

A. KOMPETENSI LULUSAN DOKTER FK UMP

Ilmu Penyakit Dalam 5

Page 6: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

Mengacu kepada SKDI 2012 yang ditetapkan oleh Konsil

Kedokteran Indonesia, melalui proses pembelajaran pada rotasi IPD ini

diharapkan mahasiswa akan memiliki kompetensi sebagai berikut:

1.  Profesionalitas yang Luhur

2.  Mawas Diri dan Pengembangan Diri

3.  Komunikasi Efektif

4. Pengelolaan Informasi

5.  Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran

6.  Keterampilan Klinis

7.  Pengelolaan Masalah Kesehatan

8. Nilai-nilai Islam dan Al-Islam Kemuhammadiyahan

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah melewati proses pembelajaran rotasi IPD, diharapkan mahasiswa

mampu:

1. Mengidentifikasi, menganalisis, dan menyelesaikan masalah kesehatan pasien yang berhubungan dengan masalah IPD secara menyeluruh dengan pendekatan kedokteran keluarga.

2. Mempelajari dan menjelaskan tentang penyakit dan masalah medik (keluhan gejala) IPD yang didapatkan di rumah sakit dan wahana pendidikan lain sesuai standar kompetensi dokter.

3. Melakukan secara mandiri atau bimbingan supervisor untuk meningkatkan keterampilan klinik yang terkait pada penatalaksanaan kasus IPD sesuai standar kompetensi dokter.

4. Melakukan prosedur-prosedur bidang kedokteran dan kesehatan di rumah sakit dan pelayanan kesehatan primer yang berkaitan dengan kasus-kasus IPD.

Ilmu Penyakit Dalam6

Page 7: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

5. Melakukan komunikasi yang efektif kepada pasien dan keluarganya dalam melakukan tatalaksana kasus-kasus IPD seperti melakukan informed consent dan konseling

6. Memecahkan masalah berdasarkan evidence based medicine.

7. Menumbuhkan dan menjelaskan kemampuan mengelola pelayanan medik.

8. Berperilaku yang sesuai dengan etika profesi dan moral yang berlaku secara umum maupun khusus baik kepada pasien dan keluarganya, teman sejawat, guru-guru dan lintas profesi dengan menerapkan nilai-nilai Islam dan Kemuhammadyahan.

C. Lingkup Bahasan

Daftar Masalah

Daftar masalah dibagi menjadi dua, yaitu daftar masalah individu dan  daftar  masalah  komunitas.  Daftar  masalah   individu  perlu  dikuasai oleh lulusan dokter, karena merupakan masalah dan keluhan yang paling sering dijumpai pada tingkat pelayanan kesehatan primer. Daftar masalah individu berisikan keluhan, gejala maupun hal-hal yang membuat individu sebagai   pasien   atau   klien  mendatangi   dokter   atau   institusi   pelayanan kesehatan.   Daftar   masalah   komunitas   berisikan   daftar   masalah   yang dirasakan   oleh   masyarakat   di   sekitar   tempat  dokter    praktik   dan berpotensi  dapat  menimbulkan  masalah  kesehatan  di  tingkat  individu, keluarga dan masyarakat.

Ilmu Penyakit Dalam 7

Page 8: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

I. DAFTAR MASALAH INDIVIDU

Masalah yang sering dijumpai

Demam Disfungsi ereksiKejang Keputihan

Diare Sendi (kaku, bengkak, kelainan bentuk)

Sakit kepala Nyeri pinggangNyeri perut Bengkak pada kaki dan lenganPerut kembung Kaku pada pagi hariMuntah Hilang kesadaranSulit Buang Air Besar atau sembelit Nyeri saat buang_air kecilNyeri sendi Anyang-anyangan

Sakit punggung Sering buang air kecil pada malam hari

Kulit kuning Kencing mengedanKulit merah dan nyeri Kencing tidak puasBenjolan leher Retensi urinBenjolan payudara Inkontinensia urinBenjolan Perut Akhir kencing menetesPerut kram Pancaran kencing menurunNyeri ulu hati Frekuensi urinKelainan tinja (lendir, nanah, darah) AnuriaNyeri saat BAB Oliguria

Nyeri daerah anus

II. Daftar masalah komunitas

Masalah yang sering dijumpai

Gondok Endemik

Infeksi Nosokomial

Ilmu Penyakit Dalam8

Page 9: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

Daftar Penyakit

Daftar   penyakit   merupakan   penyakit-penyakit   yang  dipilih menurut   beban   penyakit   yang   timbul   berdasarkan   perkiraan   data kesakitan, data kematian serta case fatality rate di Indonesia pada tingkat pelayanan   primer,   tingkat   keseriusan   problem   yang   ditimbulkan   dan efeknya terhadap individu, keluarga dan masyarakat. Lulusan Dokter yang akan   bekerja   di   tingkat   pelayanan   primer   harus   mempunyai   tingkat kemampuan yang  memadai  agar  mampu  merujuk,  membuat  diagnosis yang   tepat,   memberi   penanganan   awal   atau   memberi  penanganan tuntas.  Oleh  karena  itu,  pada   setiap  penyakit   yang  dipilih,  ditetapkan tingkat  kemampuan  yang  diharapkan  akan  dicapai  di  akhir  pendidikan dokter  berdasarkan  perkiraan  kewenangan  yang  akan  diberikan  ketika bekerja  di  tingkat  pelayanan  kesehatan  primer,   sesuai  dengan  kondisi rata-rata di Indonesia.

Daftar   penyakit   dikelompokkan   menurut   sistem,   organ   dan tahapan   usia.   Berikut   ini   tingkat   kemampuan   yang   diharapkan   akan dicapai di akhir pendidikan berdasarkan SKDI 2012

Tingkat kemampuan yang diharapkan dicapai pada akhir pendidikan

dokter:

a. Tingkat Kemampuan 1: mengenali dan menjelaskan 

Lulusan dokter mampu mengenali dan menjelaskan gambaran

klinik penyakit, dan mengetahui cara yang paling tepat untuk

mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai penyakit tersebut,

selanjutnya menentukan rujukan yang paling tepat bagi pasien.

Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari

rujukan.

b. Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk

Ilmu Penyakit Dalam 9

Page 10: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

c. Tingkat Kemampuan 3: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, dan merujuk 3A. Bukan gawat darurat Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan. 3B. Gawat darurat

Lulusan   dokter   mampu   membuat   diagnosis   klinik   dan memberikan   terapi   pendahuluan   pada   keadaan   gawat   darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah keparahan dan/atau kecacatan   pada   pasien.   Lulusan   dokter   mampu   menentukan rujukan yang paling tepat  bagi  penanganan pasien selanjutnya. Lulusan   dokter   juga  mampu  menindaklanjuti   sesudah   kembali dari rujukan.

d. Tingkat  Kemampuan  4:  mendiagnosis,  melakukan  penatalaksanaan   secara mandiri dan tuntas

Lulusan   dokter   mampu   membuat   diagnosis   klinik   dan   melakukan 

penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.

4A. Kompetensi yang dicapai saat lulus dokter

4B.   Profisiensi   (kemahiran)   yang   dicapai   setelah   selesai   internship 

dan/atau Pendidikan Kedokteran berkelanjutan (PKB)

Dengan   demikian   didalam   daftar   penyakit   ini   level   kompetensi 

tertinggi adalah 4A.

Ilmu Penyakit Dalam10

Page 11: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

List of Dinical Pictures/Diseases Intemal Medicine

Cardiovascular

No Daftar Penyakit Tingkat Kemampuan

Gangguan dan Kelainan pada Jantung 1 Kelainan jantung congenital (Ventricular Septal

Defect, Atrial Septal Defect, Patent Ductus Arteriosus, Tetralogy of Fallot)

2

2 Radang pada dinding jantung (Endokarditis, Miokarditis, Perikarditis)

2

3 Syok (septik, hipovolemik, kardiogenik, neurogenik)

3B

4 Angina pektoris 3B5 Infark miokard 3B6 Gagal jantung akut 3B7 Gagal jantung kronik 3A8 Cardiorespiratory arrest 3b9 Kelainan katup jantung: Mitral stenosis, Mitral

regurgitation, Aortic stenosis, Aortic regurgitation,dan Penyakit katup jantung lainnya

2

10 Takikardi: supraventrikular, ventrikular 3B11 Fibrilasi atrial 3A12 Fibrilasi ventrikular 3B13 Atrial flutter 3B14 Ekstrasistol supraventrikular, ventrikular 3A15 Bundle Branch Block 216 Aritmia lainnya 217 Kardiomiopati 218 Kor pulmonale akut 3B19 Kor pulmonale kronik 3AGangguan Aorta dan Arteri 20 Hipertensi esensial 4A21 Hipertensi sekunder 3A22 Hipertensi pulmoner 123 Penyakit Raynaud 224 Trombosis arteri 225 Koarktasio aorta 126 Penyakit Buerger's (Thromboangiitis Obliterans) 227 Emboli arteri 128 Aterosklerosis 1

Ilmu Penyakit Dalam 11

Page 12: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

29 Subclavian steal syndrome 130 Aneurisma Aorta 131 Aneurisma diseksi 132 Klaudikasio 233 Penyakit jantung reumatik 2Vena dan Pembuluh Limfe 34 Tromboflebitis 3A35 Limfangitis 3A36 Varises (primer, sekunder) 237 Obstructed venous return 238 Trombosis vena dalam 239 Emboli vena 240 Limfedema (primer, sekunder) 3A41 Insufisiensi vena kronik 3A

RespiratoryNo Daftar Penyakit Tingkat

Kemampuan 1 Influenza 4A2 Pertusis 4A3 Acute Respiratory distress syndrome

(ARDS) 3B

4 SARS 3B5 Flu burung 3B

6 Asma bronkial 4A7 Status asmatikus (asma akut berat) 3B8 Bronkitis akut 4A9 Bronkiolitis akut 3B10 Bronkiektasis 3A11 Displasia bronkopulmonar 112 Karsinoma paru 213 Pneumonia, bronkopneumonia 4A14 Pneumonia aspirasi 3B15 Tuberkulosis paru tanpa komplikasi 4A16 Tuberkulosis dengan HIV 3A17 Multi Drug Resistance (MDR) TB 218 Pneumothorax ventil 3A19 Pneumothorax 3A20 Efusi pleura 221 Efusi pleura masif 3B22 Emfisema paru 3A

Ilmu Penyakit Dalam12

Page 13: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

23 Atelektasis 224 Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)

eksaserbasi akut 3B

25 Edema paru 3B26 Infark paru 127 Abses paru 3A28 Emboli paru 129 Kistik fibrosis 130 Haematothorax 3B31 Tumor mediastinum 232 Pnemokoniasis 233 Penyakit paru intersisial 134 Obstructive Sleep Apnea (OSA) 1

Gastrointesinal

No Daftar Penyakit Tingkat Kemampuan

Mulut 1 Sumbing pada bibir dan palatum 22 Micrognatia and macrognatia 23 Kandidiasis mulut 4A4 Ulkus mulut (aptosa, herpes) 4A5 Glositis 3A6 Leukoplakia 27 Angina Ludwig 3A8 Parotitis 4A9 Karies gigi 3AEsofagus 10 Atresia esofagus 211 Akalasia 212 Esofagitis refluks 3A13 Lesi korosif pada esofagus 3B14 Varises esofagus 215 Ruptur esofagus 1Dinding, Rongga Abdomen, dan Hernia 16 Hernia (inguinalis, femoralis, skrotalis)

reponibilis, irreponibilis 2

17 Hernia (inguinalis, femoralis, skrotalis) strangulata, inkarserata

3B

18 Hernia (diaframatika, hiatus) 219 Hernia umbilikalis 3A20 Peritonitis 3B

Ilmu Penyakit Dalam 13

Page 14: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

21 Perforasi usus 222 Malrotasi traktus gastro-intestinal 223 Infeksi pada umbilikus 4A24 Sindrom Reye 1Lambung, Duodenum, Jejunum, Ileum 25 Gastritis 4A26 Gastroenteritis (termasuk kolera,

giardiasis) 4A

27 Refluks gastroesofagus 4A28 Ulkus (gaster, duodenum) 3A29 Stenosis pilorik 230 Atresia intestinal 231 Divertikulum Meckel 232 Fistula umbilikal, omphalocoele-

gastroschisis 2

33 Apendisitis akut 3B34 Abses apendiks 3B35 Demam tifoid 4A36 Perdarahan gastrointestinal 3B37 Ileus 238 Malabsorbsi 3A39 Intoleransi makanan 4A40 Alergi makanan 4A41 Keracunan makanan 4A

NephrologyNo Daftar Penyakit Tingkat

Kemampuan 1 Infeksi saluran kemih 4A2 Glomerulonefritis akut 3A3 Glomerulonefritis kronik 3A4 Gonore 4A5 Karsinoma sel renal 26 Tumor Wilms 27 Acute kidney injury 28 Penyakit ginjal kronik 29 Sindrom nefrotik 210 Kolik renal 3A11 Batu saluran kemih (vesika urinaria, ureter,

uretra ) tanpa kolik 3A

12 Ginjal polikistik simtomatik 213 Ginjal tapal kuda 1

Ilmu Penyakit Dalam14

Page 15: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

14 Pielonefritis tanpa komplikasi 4A15 Nekrosis tubular akut 2

Hematology dan immunologyNo Daftar Penyakit Tingkat

Kemampuan 1 Anemia aplastik 22 Anemia defisiensi besi 4A3 Anemia hemolitik 3A4 Anemia makrositik 3A5 Anemia megaloblastik 26 Hemoglobinopati 27 Polisitemia 28 Gangguan pembekuan darah (trombositopenia,

hemofilia, Von Willebrand's disease) 2

9 DIC 210 Agranulositosis 211 Inkompatibilitas golongan darah 2Timus 12 Timoma 1Kelenjar Limfe dan Darah 13 Limfoma non-Hodgkin's, Hodgkin's 114 Leukemia akut, kronik 215 Mieloma multipel 116 Limfadenopati 3A17 Limfadenitis 4AInfeksi 18 Bakteremia 3B19 Demam dengue, DHF 4A20 Dengue shock syndrome 3B21 Malaria 4A22 Leishmaniasis dan tripanosomiasis 223 Toksoplasmosis 3A24 Leptospirosis (tanpa komplikasi) 4A25 Sepsis 3BPenyakit Autoimun 26 Lupus eritematosus sistemik 3A27 Poliarteritis nodosa 128 Polimialgia reumatik 3A29 Reaksi anafilaktik 4A30 Demam reumatik 3A31 Artritis reumatoid 3A32 Juvenile chronic arthritis 233 Henoch-schoenlein purpura 2

Ilmu Penyakit Dalam 15

Page 16: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

34 Eritema multiformis 235 Imunodefisiensi 2

Central and peripheral neural system

Metabolic Encephalopathy 1 2 3A

3B

4

Parkinson's disease 1 2 3A

3B

4

Multiple sderosis 1 2 3A

3B

4

Spondilitis TB 1 2 3A

3B

4

Musculoskeletal system

Homer syndrome 1 2 3A

3B

4

Carpal tunnel syndrome 1 2 3A

3B

4

Tarsal tunnel syndrome 1 2 3A

3B

4

Neuropathy 1 2 3A

3B

4

Peroneal palsy 1 2 3A

3B

4

Guillain barre syndrome 1 2 3A

3B

4

Myasthenia gravis 1 2 3A

3B

4

Polymyositis 1 2 3A

3B

4

Duchenne muscular dystrophy 1 2 3A

3B

4

Neurofibromatosis (von 1 2 3A

3B

4

Ilmu Penyakit Dalam16

Page 17: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

reckling hausen

disease)

Arthritis 1 2 3A

3B

4

Rickets, osteomalacia 1 2 3A

3B

4

Osteoporosis 1 2 3A

3B

4

Fibrous dysplasia 1 2 3A

3B

4

Paget's disease 1 2 3A

3B

4

Rheumatoid arthritis 1 2 3A

3B

4

Spondylarthrosis, spondylosis 1 2 3A

3B

4

Spondylitis, spondylodiscitis 1 2 3A

3B

4

Arthritis of the knee 1 2 3A

3B

4

Infectious diseasesMeningitis

2

1 2 3A 3B 4Encephalitis

2

1 2 3A 3B 4Malaria cerebral

2

1 2 3A 3B 4Tetanus

2

1 2 3A 3B 4Cerebral

Toxoplasmosis

1 2 3A 3B 4Tuberculoma

2

1 2 3A 3B 4Brain abscess

2

1 2 3A 3B 4

Osteomyelitis

2

1 2 3A 3B 4Staphylococcal

pneumonia

1 2 3A 3B 4Staphylococcal

bacteremia

1 2 3A 3B 4

Ilmu Penyakit Dalam 17

Page 18: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

Urinary tract

infection (UTI)

1 2 3A 3B 4Typhoid fever

2

1 2 3A 3B 4Dysentri bacilli

2

1 2 3A 3B 4Cholera

2

1 2 3A 3B 4Pertusis

2

1 2 3A 3B 4Plague (pes)

2

1 2 3A 3B 4Chancroid

2

1 2 3A 3B 4Diphteria

2

1 2 3A 3B 4Tetanus

2

1 2 3A 3B 4Tuberculosis kutis

2

1 2 3A 3B 4Leprosy

2

1 2 3A 3B 4Lepra reaction

2

1 2 3A 3B 4Syphilis

2

1 2 3A 3B 4Yaws

2

1 2 3A 3B 4Leptospi

rosis

1 2 3

A

3B 4

Actinom

ycosis

1 2 3

A

3B 4Chromo

blastomycosi

1 2 3

A

3B 4Maduro

mycosis

1 2 3

A

3B 4Influenz

a

1 2 3

A

3B 4Avian 

influenza 

1 2 3

A

3B 4Viral 

gastroenteri

1 2 3

A

3B 4Polyome

litis

1 2 3

A

3B 4Rabies 1 2 3

A

3B 4

Morbili 1 2 3

A

3B 4Varicella 1 2 3

A

3B 4Herpes 

zoster

1 2 3

A

3B 4Herpes 

simplex

1 2 3

A

3B 4Mumps 1 2 3

A

3B 4CMV 

infections

1 2 3

A

3B 4

Ilmu Penyakit Dalam18

Page 19: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

Dengue 

hemorrhagic 

1 2 3

A

3B 4HIV-AIDA 1 2 3

A

3B 4Amebiasis 1 2 3

A

3B 4Malaria 1 2 3

A

3B 4Leishmania

sis dan 

1 2 3

A

3B 4Toxoplasm

osis

1 2 3

A

3B 4Giardiasis 1 2 3

A

3B 4Trichomoni

asis

1 2 3A 3B 4Hookworm 

diseases

1 2 3A 3B 4Strongyloid

iasis

1 2 3A 3B 4Ascariasis 1 2 3A 3B 4Filariasis 1 2 3A 3B 4Schitosomi

asis

1 2 3A 3B 4Cutaneus 

larva migrant

1 2 3A 3B 4

NeoplasmNon-hodgin's lymphoma 1 2 3A

B

4Hodgkin's lymphoma 1 2 3A

B

4

Acute leukemia 1 2 3A

B

4

Chronic leukemia 1 2 3A

B

4

Myelodysplastic syndromes 1 2 3A

B

4

Multiple myeloma 1 2 3A

B

4

Langerhans cell histiocytosis 1 2 3.A

B

4

Bronchogenic carcinoma 1 2 3A

B

4

Bronchoalveolar carcinoma 1 2 3A

B

4

Neuroendocrine tumor

(carcinoid tumor)

1 2 3A

B

4

Mesothelioma 1 2 3A

B

4

Leukoplakia 1 2 3A

B

4

Polyps 1 2 3A

B

4

Nasophatynx carcinoma 1 2 3A

B

4

Pleomorphic adenoma 1 2 3A

B

4

Ilmu Penyakit Dalam 19

Page 20: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

Wathins tumor 1 2 3A

3

4Benign polyps 1 2 3A

B

4

Squamous cell carcinoma 1 2 3A

B

4Adenocarcinoma 1 2 3A

B

4

carcinoid tumor 1 2 3A 3

BLymphoma 1 2 3A

BLiver cell adenoma 1 2 3A

BHepatocellular carcinoma 1 2 3A

B

4

Cholangiocarcinoma 1 2 3A

B

4Carcinoma of the pancreas 1 2 3A

B

4

Cortical adenoma 1 2 3A

B

4

Renal cell carcinoma 1 2 3A

B

4

Wilm's tumor 1 2 3AB

4Seminoma 1 2 3A 3B 4Teratoma testis 1 2 3A 3B 4

Benign prostatic

hyperplasia

1 2 3A 3B 4

Carcinoma of the

prostate

1 2 3A 3B 4

Condyloma accuminata 1 2 3A 3B 4

Cervical carcinoma 1 2 3A 3B 4

Extramammary Paget's

disease

1 2 3A 3B 4

Endometrial

hyperplasia

1 2 3A 3B 4

Endometrial carcinoma 1 2 3A 3B 4

Ovarial teratoma

(dermoid cyst)

1 2 3A 3B 4

Ovarian carcinoma 1 2 3A 3B 4

Hydatiditor mole 1 2 3A 3B 4

Choriocarcinoma 1 2 3A 3B 4

Fibrocystic change 1 2 3A 3B 4

Fibroadenoma

mammae

1 2 3A 3B 4

Phyllodes tumor 1 2 3A 3B 4

Breast carcinoma 1 2 3A 3B 4

Ilmu Penyakit Dalam20

Page 21: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

Paget's disease of the

breast

1 2 3A 3B 4

Gynecomastia 1 2 3A 3B 4

Somatqtrc adenoma 1 2 3A 3B 4

Prolactinoma 1 2 3A 3B 4

Thyroid adenoma 1 2 3A 3B 4

Thyroid carcinoma 1 2 3A 3B 4

Thymoma 1 2 3A 3B 4

Osteoma 1 2 3A 3B 4

Osteoid osteoma 1 2 3A 3B 4

Osteoblastoma 1 2 3A 3B 4

Osteosarcoma 1 2 3A 3B 4

Osteochondroma 1 2 3A 3B 4

Chondroblastoma 1 2 3A 3B  

Chondrosarcoma 1 2 3A 3B 4

Fibrous dysplasia 1 2 3A 3B 4

Fibrosarcoma and mfh 1 2 3A 3B 4

Ewing sarcoma 1 2 3A 3B 4

Giant cell tumor 1 2 3A 3B 4

Fibromatosis 1 2 3A 3B 4

Desmoid tumor 1 2 3A 3B 4

Fibroma 1 2 3A 3B 4

Fibrosarcoma 1 2 3A 3B 4

Benign fibrous histiocytoma 1 2 3A 3B 4

Malignant fibrous histioqAomafmfh) 1 2 3A 3B 4

Rhabdomyosarcoma 1 2 3A 3B 4

Leiomyoma 1 2 3A 3B 4

Ilmu Penyakit Dalam 21

Page 22: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

Leiomyosarcoma 1 2 3A 3B 4

Synovial sarcoma 1 2 3A 3B 4

Ilmu Penyakit Dalam22

Page 23: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

Daftar Keterampilan Klinis

Keterampilan  adalah kegiatan mental  dan atau  fisik yang terorganisasi. Dalam melaksanakan praktik dokter,  lulusan dokter perlu  menguasai  keterampilan klinis  yang akan digunakan dalam mendignosis   maupun   menyelesaikan   suatu   masalah   kesehatan. Keterampilan   klinis   ini   perlu   dilatihkan   sejak   awal   pendidikan dokter secara berkesinambungan hingga akhir pendidikan dokter.

Daftar  keterampilan klinis dikelompokkan menurut bagian atau   departemen   terkait.   Pada   setiap   keterampilan   klinik ditetapkan   tingkat   kemampuan   menggunakan   Piramid   Miller (knows, knows how, shows, does) yang  diharapkan  dicapai  oleh mahasiswa   di   akhir   pendidikan.   berikut   ini   pembagian   tingkat kemampuan menurut Piramid Miller :

a. Tingkat kemampuan 1 Mengetahui dan Menjelaskan.

Lulusan dokter mampu menguasai pengetahuan teoritis termasuk 

aspek   biomedik   dan   psikososial   keterampilan   tersebut   sehingga   dapat 

menjelaskan kepada pasien/klien  dan keluarganya,   teman sejawat,   serta 

profesi   lainnya   tentang   prinsip,   indikasi,   dan   komplikasi   yang  mungkin 

timbul.   Keterampilan   ini   dapat   dicapai  mahasiswa  melalui   perkuliahan, 

diskusi,   penugasan,   dan   belajar  mandiri,   sedangkan   penilaiannya   dapat 

menggunakan ujian tulis.

b. Tingkat kemampuan 2 Pernah melihat atau pernah didemonstrasikan.

Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis dari keterampilan ini dengan penekanan pada clinical reasoning dan problem solving serta berkesempatan   untuk   melihat   dan   mengamati   keterampilan tersebutdalam   bentuk   demonstrasi   atau   pelaksanaan   langsung   pada pasien/masyarakat.   Pengujian   keterampilan   tingkat   kemampuan   2 dengan  menggunakan  ujian   tulis   pilihan  berganda  atau  penyelesaian kasus secara tertulis dan/atau lisan (oral test).

Ilmu Penyakit Dalam 23

Page 24: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

c. Tingkat kemampuan 3 Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah supervisi.

Lulusan dokter menguasai pengetahuan teori  keterampilan ini termasuk latar belakang biomedik dan dampak psikososial keterampilan tersebut,  berkesempatan untuk melihat dan mengamati keterampilan tersebut  dalam bentuk  demonstrasi  atau  pelaksanaan   langsung  pada pasien/masyarakat,   serta   berlatih   keterampilan   tersebut   pada   alat peraga dan/atau  standardized patient.  Pengujian keterampilan tingkat kemampuan   3   dengan   menggunakan  Objective Structured Clinical Examination (OSCE) atau  Objective Structured Assessment of Technical Skills (OSATS)..

d. Tingkat kemampuan 4 Mampu melakukan secara mandiri.

Lulusan   dokter   dapat  memperlihatkan   keterampilannya   tersebut   dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi,   dan  pengendalian   komplikasi.   Selain  pernah  melakukannya  di bawah   supervisi,   pengujian   keterampilan   tingkat   kemampuan   4   dengan menggunakan Workbased Assessment misalnya mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

4A. Keterampilan yang dicapai pada saat lulus dokter 4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip dan/atau Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB)

Dengan demikian  di  dalam Daftar  Keterampilan  Klinis   ini  tingkat  kompetensi 

tertinggi adalah 4A.

Ilmu Penyakit Dalam24

Page 25: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

List of Dinical Skills Intemal Medicine

Physical examination Level of expected abibity

General Survey Assessment of mental status 1 2 3 3 Assessment of apparenr state of health 1 2 3 4 assessment of nutritional condition 1 2 3 4 assessment of habitus and posture 1 2 3 4 assessment of respiration 1 2 3 4 measurement of blood pressure 1 2 3 4 measurement of jugular venous pressure 1 2 3 4 measurement of height and weight 1 2 3 4 inspection and palpation of skin 1 2 3 4 inspection of mucous membranes 1 2 3 4 palpation of lymph nodes 1 2 3 4

Head/neck         inspection of eyes, nose, mouth and throat 1 2 3 4 Chvostek's sign 1 2 3 4 Palpation of salivary glanda 1 2 3 4 throat swab 1 2 3 4 palpation of thyroid gland 1 2 3 4 palpation of trachea 1 2 3 4

The spine       inspection at rest 1 2 3 4 inspection in motion 1 2 3 4 Perrcussion for tendemess 1 2 3 4 Tendemess 1 2 3 4

Paloation for tain on vertical pressure (eg pressing down on shoulders) 1 2 3 4

assessment of lumbar flexion 1 2 3 4

BAB II

Ilmu Penyakit Dalam 25

Page 26: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

PROSES KEPANITERAAN KLINIK

A. Alur Kegiatan

Seluruh   proses   pembelajaran   pada   rotasi   bagian   IPD   akan   dijalani selama 8 (delapan) minggu, 4 minggu di Rumah Sakit Muhammadyah Palembang dan 4 minggu di RS Umum Daerah Palembang Bari, seperti pada tabel berikut :Mahasiswa akan dibagi dalam 2 kelompok.

MingguTempat

KeteranganRSUD BARI RSMP

I

Kelompok 1 Kelompok 2

Ujian akhir rotasi akan dilaksanakan di tempat akhir rotasi

II

III

IV

V

VI

Kelompok 2 Kelompok 1

VII

VIII

IX

X

B. Metode dan Strategi Pembelajaran

Beberapa metode pembelajaran yang digunakan selama rotasi klinik,

yaitu:

1. Latihan Keterampilan (20%)

Bedside teaching

Latihan keterampilan klinik (LKK)

2. Work based leaming (50%)

Ilmu Penyakit Dalam26

Page 27: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

3. Reflective leaming (30%)

Laporan kasus Simulasi kasus Tulisan ilmiah

1. Rincian Kegiatan Harian (tentatif)

No Waktu Kegiatan Tempat Keterangan

1 07.00 s.d

08.00

Follow up

pasien

Bangsal Semua

2

08.00 s.d

12.00

Follow up

pasien dan

tindakan

emergency

ICU, ICCU Bila ada

kasus

3 Poliklinik poliklinik Stase

4 UGD UGD Stase

5 12.00 s.d

14.00

Kegiatan ilmiah Ruang

pertemuan

Semua

6 14.00 s.d

07.00

Jaga malam UGD, bangsal Sesuai

jadwal

Keterangan : setiap mahasiswa akan mendapatkan 8-9 kali jadwal jaga malam di bagian dengan lama rotasi 10 minggu

Ilmu Penyakit Dalam 27

Page 28: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

C. Sistem EvaluasiSetiap rotasi bagian akan melakukan evaluasi/penilaian terhadap mahasiswa dengan:1. Evaluasi formatif

Kinerja dalam bedside teaching Kinerja dalam latihan keterampilan Kinerja dalam work based leaming Kinerja dalam reflektif leaming

2. Evaluasi sumatif Hal yang menjadi prasyarat untuk dapat mengikuti evaluasi sumatif adalah : Rekapitulasi kehadiran. Mahasiswa harus menghadiri 100% kegiatan dalam rotasi bagian, Jika berhalangan dikarenakan alasan sakit, musibah orang tua/ saudara kandung/ suami/istri/anak kandung dan tugas fakultas, mahasiswa diperkenankan tidak menghadiri kegiatan rotasi selama maksimal 4 hari. Bila tidak memenuhi prasyarat tersebut, mahasiswa yang bersangkutan tidak diperkenankan mengikuti evaluasi sumatif.Evaluasi/ Penilaian sumatif mahasiswa di tiap rotasi departemen akan mencakup 3 domain penilaian, yaitu:a. Attitide Dinilai melalui 2 bentuk :- Implementasi nilai-nilai keislaman dalam pelayanan kedokteran- Kondite selama menjalani kepaniteraan klinik

b. Skills Penilaian   ranah  keterampilan  ditekankan  pada  penilaian  kemampuan keterampilan    Shows how  atau  Does,   yaitu pernah  melakukan   atau pernah menerapkan di bawah supervisi dan mampu melakukan secara mandiri.Penilaian ini dilakukan dengan beberapa metode, berikut:Mini-CEX , Direct Observation Procedure Skills (DOPS) dan Ujian Keterampilan Klinik (30%)c. KnowledgePenilaian akan dilakukan berdasarkan penilaian laporan kasus, tulisan ilmiah (referat) dan oral examination.

Ilmu Penyakit Dalam28

Page 29: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

Bobot Komponen Penilaian sumatif:

Jenis Kegiatan Bobot

Bobot*

Hasil

(Bobot x

Nilai)

RS 1 RS 2

A. Proses

1. Laporan kasus 10% 50% 50%

2. Referat 10%

3. Mini-Cex, (Proses) 15% 50% 50%

4. DOPS 15% 50% s50%

B. Ujian Akhir Stase

1. Mini-Cex 25 % 100% -

2. MCQ/MEQ/oral exam 25 % 100% -

Jumlah ( A + B ) 100%

Ket : * Mahasiswa dapat mengikuti ujian akhir stase setelah melengkapi

seluruh kewajiban yang tertera dalam log book.

Ilmu Penyakit Dalam 29

Kelulusan Bagian Tahap Klinik :

Nilai akhir bagian (proses + ujian akhir) = B

dan nilai attitude Baik

Page 30: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

Skala Penilaian

Komponen nilai akan diolah dalam rapat evaluasi akhir bagian, dilakukan

dalam koordinasi Bagian, Bakordik dan Koordinator Tahap Profesi UPK.

Penilaian dilakukan dengan menggunakan cara penilaian Acuan Patokan

(PAP).

Tabel 3.6. Kriteria keberhasilan mahasiswa

Nilai

Huruf

Nilai Bobot Rentang Nilai Keterangan Patokan

Nilai

A 4,00 ≥ 80,00 Kompeten

B 3,00 68,00 - 79,99 Kompeten

C 2,00 55,00 - 67,99 Tidak Kompeten

D 1,00 40,00 - 54,99 Tidak Kompeten

E 0,00 <40 Tidak Kompeten

Remedial

Mahasiswa dengan nilai akhir C, D dan E harus mengulang rotasi di

bagian IPD selama 4 (empat) minggu setelah menyelesaikan seluruh rotasi

kepaniteraan klinik. Adapun kewajiban - kewajibannya adalah :

1. Mengikuti kegiatan rotasi setiap hari

2. Membuat dan mempresentasikan referat sebanyak 1 kali

3. Membuat laporan kasus 1 kali

4. ujian mini Cex dan oral exam

Ilmu Penyakit Dalam30

Page 31: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

Daftar Kewajiban Mahasiswa di Bagian Ilmu Penyakit Dalam

No Kegiatan Jumlah Keterangan1 BST (sebagai 

presentan)4 kali (Minimal)

2 kali di RSUD BARI2 kali di RSMP

2 Work based learning-Pengelolaan pasien rawat inap, rawat jalan

-Tindakan prosedural

30 kali

2 kali

60% jenis penyakit yang berbeda,minimal 1 jenis penyakit /mingguVenapuncture dan pemasangan NGT, Skin test, Nebulisasi,Pemasangan Infus, Spirometri, Terapi Oksigen, EKG.

4 Reflective learning-Laporan kasus

-Tulisan ilmiah

-Simulasi kasus

2 kali

1 kali

Sesuai kebutuhan

1x di RSUD Palembang BARI1 X di RSMP

Dapat dilakukan mulai dari minggu ke-2Dilakukan di minggu ke-4 dan ke-5Simulasi kasus diberikan bila sampai akhir minggu ke-6, kasus dengan kompetensi 4 tidak dijumpai di lapangan.

5 DOPS 2 kali 1X di RSUD Palembang BARI1X di RSMP

6 Mini C-Ex proses 2 kali 1X di RSUD Palembang BARI1X di RSMP

7 Mini C-Ex ujian akhir 1 kali8 Ujian lisan kasus 

pasien1 kali

Ilmu Penyakit Dalam 31

Page 32: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

BAB IIITATA TERTIB PELAKSANAAN KEPANITERAAN KLINIK

A. Tata Tertib1. Setelah   melapor   kepada   ketua   Bagian/Departemen   dan   diberi 

penjelasan   seperlunya,   mahasiswa   menghadap  preceptor  untuk memperoleh petunjuk tentang tugas dan kegiatan yang akan dilakukan selama   menjalani  kepaniteraan   Ilmu   Penyakit   Dalam,   mahasiswa menyerahkan surat pengantar dari Dekan  dengan meyertakan paspoto ukuran 3x4 cm sebanyak 2 (dua) buah kepada  preceptor untuk dicatat namanya dan ditempel pasfotonya di buku registrasi. Preceptor akan :a. Menentukan judul referat yang akan disusun dan dibacakan nanti 

pada waktunya b. Memerintakan   kepada   ketua   grup  membuat   daftar   giliran   tugas 

presentasi   kasus,   pembacaan   refrat,   diskusi   kelompok  dan   tugas jaga untuk anggota grupnya.

2. Mahasiswa   melakukan   kegiatan   selama   rotasi   sesuai   dengan   yang ditetapkan. a. Jam Kerja : Senin –Sabtu : 07.00-14.00 WIB.b. Jam Jaga :

Hari Kerja : setelah jam kerja s.d 07.00 WIB hari berikutnya. Hari libur :- Kelompok pagi     : 07.00 - 19.00 WIB - Kelompok malam : 19.00 - 07.00 WIB hari berikutnya .

c. Jumlah frekuensi jaga ditentukan oleh Bagian yang bersangkutan.d. Pengisian daftar hadir :

- Dilakukan minimal dua kali yaitu pada saat datang dan pulang tepat pada waktunya 

- Dilakukan sendiri ,tidak boleh diwakilkan.e. Mahasiswa yang meninggalkan tugas dalam masa kepaniteraan di 

suatu   bagian   harus   sepengetahuan   dan   memperoleh   izin   dari Kepala Bagian atau preceptor.

Ilmu Penyakit Dalam32

Page 33: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

3. Bila karena suatu sebab tidak dapat melakukan rotasi maka mahasiswa harus   menyatakan   dengan   surat   pemberitahuan   resmi   dan menyebutkan alasan yang dapat diterima disertai bukti yang sah .surat tersebut harus diserahkan kepada koordinator Pendidikan selambatnya saat mahasiswa kembali mengikuti kegiatan.

4. Setiap mahasiswa harus senantiasa bertindak profesional,menjaga nama baik almamater,menegakkan disiplin dan tata tertib mahasiswa.

5. Mahasiswa   tidak   boleh   mengerjakan   tugas   Bagian   lain   pada   saat kegiatan di Bagian Ilmu Penyakit Dalam.

B. Sanksi Akademik1. Mahasiswa yang terbukti melanggar norma akademik, norma

sosial dan norma hukum dikenakan sanksi yang akan ditentukan dalam rapat bagian

2. Keterlambatan pengisian daftar hadir :a. 10-30 menit : membuat tugas b. lebih dari 30 menit : dianggap tidak hadir pada hari itu.

3. Ketidakhadiran :

Lama siklus Ketidakhadiran Sanksi

8 minggu<3 hari Mengerjakan tugas*

> 3 hari Mengulang stase Bagian

4 minggu(remedial)

<2 hari Mengerjakan tugas*

> 2 hari Mengulang stase Bagian

Keterangan : *Pemberian tugas dapat berupa tugas membaca buku teks atau jurnal ilmiah,   tugas menyusun laporan kegiatan dan lain-lain.** ketidakhadiran dengan surat keterangan resmi yang telah diatur pada bab   tata tertib buku panduan kepaniteraan klinik FK UMP.

Ilmu Penyakit Dalam 33

Page 34: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

BAB IVPANDUAN BELAJAR

4.1. Gastrointestinal Bleeding

KnowledgeStudent should be able to define, describe and discuss: Common causes for and symptoms of upper and lower gastrointestinal blood

loss, induding :

o Esophagitiso Esophageal / gastric variceso Gastritiso Peptic ulcer diseaseso Gastric neoplasmo Mallory — Weiss tearo Malignancyo Intestinal angiodysplasia.o Diverticulio Ischemic colitiso Arterial — Vebous Malformations (AVMs)o Hemorrhoidao Anal fissures

Distinguishing features of upper versus lower GI bleeding Indications for inpatient and treatment of acute massive GI blood loss. The role of contributing factors in GI bleeding such as :

o H. pylon infectiono NSAIDao Alcoholo Cigarette useo Coagulapathieso Chronic liver disease

Ilmu Penyakit Dalam34

Page 35: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

Skills

Students should demonstrate specific skills, induding :

History-Taking Skills  :  Students  should be able   to obtain,  document,  and present a medical  history that distinguishes upper from lower GI bleeding and differentiates  among the causes of  and /  or  contributors  for  each as outlined above. The history should address whether the patient has :o Upper or lower abdominal pain, and pattem of relief or exacerbationo Rectal or anal paino Diaphoresis, lightheadedness or syncopeo Black or grossly bloody emesiso Brown or grossly bloody emesiso Forceful retching (Mallory-Weiss tear)o Weight loss (carcinoma)o Painless hematochezia (angiodyplasia. Tumor)o Painful hematochezia with or without tenesmus (colitis)o History of liver disease or alcohol use (varices, mucosal bleeding)o History of NSAID useo Previous history of peptic ulcer diseaseo Know colonic diverticulao History of vascular disease (ischemic cilutuss it bowel infarotion).

Physical Exam Skills: Students should be able to perform a physicalxamination to aid in making a specific diagnosis of G1 blood loss 

and to determine the acuity and severity of the blood loos, induding :

o postural blood pressure and pulse and their interpretationo abdominal palpation of organomegaly, masses and tendemesso identification of the stigmata of chronic liver diseaseso anal and rectal examination.

Ilmu Penyakit Dalam 35

Page 36: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

Differential Diagnosis: Students should be able to generate a prioritizeddifferential   diagnosis   recognizing   specific   history   and   physical   exam 

which

o distinguish an upper from lower G1 bleedo distinguish an acute severe bjeed from a mare mild and/or chronic GI 

bleedo suggest a specific etiology

Laboratory Interpretation:   Students   should   be   able   to   interpret   the results/findings of.

o stool and gastric fluid tests for occult bloodo hemoglobin and hematocrito platelet counto protime and partial thromboplastin timeo liver function testso tests for H. pylori.o Students should understand and be able to interpret with consultation 

the results ofo upper G1 endoscopyo colonoscopyo barium studies of the gastrointestinal tract.

Students should be able to recommend when each of these tests should beOrdered

Management Skills: Students should be able to outline the appropriatemanagement for a patient with severe blood loss, induding:

o establishing adequate venous accesso crystalloid fluid resuscitationo blood and blood product transfusiono appropriate utilization of consultative services:

gastroenterology general surgery

o consideration of IV proton pump inhibitors, vasopressin, octreotide

Ilmu Penyakit Dalam36

Page 37: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

o long term management where appropriate: H. pylori eradication Antacida H-2 blocker or proton pump inhibitor therapy smoking/alcohol cessation sderotherapylbanding of varices, TIPS, Portocaval shunts NSAID restriction dietary modification.

4.2. Gagal Jantung

Latar Belakang

Gagal   jantung  merupakan  masalah  global  yang  cukup  kompleks,  tiap 

didapatkan 400.000 ribu kasus bam yang harus mendapat  perawatan di 

rumah sakit. Angka kematian akibat gagal jantung lanjut cukup tinggi yaitu 

50% dalam satu tahun. Pengetahuan tentang gagal jantung, balk dari segi 

penyebab, patofisiologi,  pemeriksaan klinis serta pemeriksaan penunjang 

dan   mengelolaan   penderita   gagal   jantung   sangat   bermanfaat   guna 

memperkecil angka kesakitan dan kematian akibat gagal jantung.

Tujuan Pembelajaran UmumPada   akhir   masa   kepoaniteraan   mahasiswa   diharapkan   mempunyai 

pengetahuan dan pengalaman dalam mencegah menegakkan diagnosis dan 

diagnosis   banding,   melakukan   stratifikasi   resiko   dan   merencanakan 

tatalaksana penyakit gagal jantung.

Pengetahuan yang diperlukan sebelum mengikuti kepaniteraan1. Anatomi jantung dan oto polos2. faal / mekanisme kontraksi oto polos3. epidemiologi : insidensi dan prevalensi4. patologi gagal jantung5. model   gagal   jantung   :   dusfungsi   sistolik   dan   diastolic,   "forward   and 

Ilmu Penyakit Dalam 37

Page 38: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

backward failure", gagal jantung kanan dan gagal jantung kiri.Tujuan pembelajaran khusus1.  PengetahuanMahasiswa mampu

Menerangkan patofisologi gagal jantung Menerangkan manifestasi klinis gagal jantung Menegakkan diagnosis dan membuat diagnosis banding

2.  Keterampilan2.1  Anamnesis

Mahasiswa   mampu   mengumpulkan,   mendokumentasikan   dan 

menyajikan   data   riwayat   medis   untuk   mengetahui   factor   resiko, 

menegakkan   diagnosis   dan   diagnosis   banding   serta   rencana 

penatalaksanaan.

Sesak nafas :  Identifikasi  dypnoe d'effort, orthopnea dan paroxysmal noctumal dyspnoe.

Membedakan antara sesak nafas pada gagal jantung 

dan penyakit paru.

   Membuat  klasifikasi   sesak   sesuai   "New York  Heart 

Association"

Palpilasi  : Bradikardia/ takikardiaEkstrasistolFibrilasi atrium

Endema tungkai  :  Uni   /   bilateral   Berkurang   dengan   istirahat   atau menetap   saat   istirahat   "pitting"   dan   "non-pitting edema"

Faktor Pencetus  : riwayat PJK

Ilmu Penyakit Dalam38

Page 39: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

Infeksigangguan irama jantung (mis. fibrilasi atrium) kelelahan tidak minum obatII.2. Pemeriksaan fisikMahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik untuk mendeteksi adanya 

fektor pencetus, diagnosis banding, penyakit penyerta jantung dan pembuluh darah.

Umum :  tanda vitalLeher. Jvp

   Toraka : titik impulse maksimal   Abdomen : HJR, hepatomegali   Ekstemitas : nadi, edema

Jantung :  palpasi batas jantung   Auskultasi : bunyi jantung S1, S2, SYS4 gallop,

Bising/munnur Paru :  ronki

2.3. EKG istirahat:Mahasiswa mampu membaca EKG istirahat untuk membuat diagnosis 

dan diagnosis banding :

irama aksis gelombang QRS gelombang P dan interval PR kompleks QRS segmen ST gelombang T2.4. Pemeriksaan foto toraks Mahasiswa mampu menginterpretasikan 

foto toraks: kardiomegali bendungan paru

Ilmu Penyakit Dalam 39

Page 40: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

2.5. Pemeriksaan   laboratorium   Mahasiswa   mampu 

menginterpretasikan   hasil   laboratorium   untuk   menegakkan 

diagnosis dan memikirkan diagnosis  banding

Darah perifer lengkap Analisis gas darah Elektrolit Fungsi ginjal dan ftingsi hepar BNP/NTproBNP

2.6.  Pemeriksaan penunjangMahasiswa   mampu   menyebutkan   kegunaan   dan   indikasi beberapa  pemeriksaan penunjang ekokardiografi MRI pemeriksaan nuklir angiografi koroner dan ventrikulografi penyadapan jantung kanan dan biopsy endomiokardium

2.7.  KomunikasiMahasiswa mampu

mengkomunikasikan   diagnosis,   rencana   pemeriksaan   lanjutan, rencana   pengobatan,   dan   prognosis   kepada.   penderita   dan keluarganya

mengkomunikasikan usaha pencegahan mengkomunikasikan efek samping obat yang mungkin terjadi mengkomunikasikan perlunya "compliance" terhadap pengobatan.

2.8.  Rencana penatalaksanaan.

Mahasiswa   mampu   merencanakan   tatalaksana   dan 

mengevaluasi hasil  tatalaksana penderita gaga) jantung

tatalaksana faktor pencetus dan faktor resiko tatalaksana Medikamentosa tatalaksana intervensi non bedah (revaskularisasi perkutan/PCI dan

Ilmu Penyakit Dalam40

Page 41: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

device therapy antara lain biventricular pacing, automatic intemal cardiac defilbrillator dan ventricular assist device)

tatalaksana intervensi bedah (CABG, remodelling surgery dan transplantasi jantung)

3. Tingkah laku dan sikap professional

Mahasiswa mampu

bekerja   sama   dengan   semua   pihak   (mahasiswa,   dokter   ruangan, perawat, tenaga kesehatan lainnya dan penderita beserta keluarganya) dengan   tujuan  memberikan   pelayanan   kesehatan   yang   optimal   bagi penderita

melakukan pekedaannya sesuai etika kedokteran melakukan rujukan penderita kepada dokter spesialis jantung

4.3. Sindroma Koroner Akut

Latar belakang :

Sindroma   koroner   akut   (SKA)  merupakan   keadaan  darurat   yang 

harus   cepat   dikenali   dan  mendapatkan   perawatan   yang   optimal   untuk 

menghindari komplikasi bahkan kc,matian. Saat ini penyakitjantung iskemik 

menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di seluruh dunia. 

Pemahaman patofisiologi,  pemeriksaan dan penanganan yang tepat akan 

sangat berperan dalam menurunkan angka kematian pasca SKA.

Tujuan pembelajaran umum:

Ilmu Penyakit Dalam 41

Page 42: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

Pada akhir mass kepaniteraan, mahasiswa diharapkan mempunyai 

pengetahuan   dan   pengalaman   dalmn   menentukan   diagnosa   banding, 

menegakkan   diagnosis,  melakukan   stratifikasi   resiko  dan  merencanakan 

tatalaksana SKA.

Pengetahuan yang diperlukan sebelum mengikuti kepaniteraan : Anatomi pembuluh darah koroner serta. faktor faktor yang 

mempengaruhi aliran darah pembuluh darah koroner. Keadaan yang mengatur metabolisms miokard serta faktor faktor yang 

menentukan kebutuan/ konsumsi oksigen Pembentukan, evolusi dan komplikasi aterosklerosis Hubungan antara terhentinya aliran darah koroner dan sindroma klinis 

yang terjadi Keadaan yang mencetuskan terjadinya SKA Perubahan patologis yang terjadi pada miokard yang mengalami infark 

serta respon kardiovaskular saat SKA Penilaian dan intervensi faktor resiko penyakitjantung koroner Pendekatan terhadap penderita dengan nyeri dada : penyebab, 

diagnosis banding dan kemungkinan SKA Penanganan medikal dan invasif untuk kasus SKA

Tujuan pembelajaran khusus

1.  Pengetahuan Mahasiswa mampu: membedakan antara SKA dan penyakit jantung iskemik kronik menerangkan patofisiologi terjadinya SKA menerangkan manifestasi klinis dan jenis SKA membuat diagnosis dan diagnosis banding menerangkan stratifikasi resiko menerangkan tatalaksana medikal dan prosedur tindakan invasif Menerangkan riwayat perjalanan penyakit dan prognosis

2.  Keterampilana)  Anamnesis

Ilmu Penyakit Dalam42

Page 43: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

Mahasiswa   mampu   mengumpulkan,   mendokumentasikan, 

menyajikan   data   serta   analisa   riwayat   medis   untuk   mengetahui 

faktor   resiko,  pencetus   terjadinya  SKA  menegakkan  diagnosis  dan 

diagnosis banding, serta rencana penatalaksanannya

Nyeri dada Membedakan  antara   keluhan   angina  pektoris   dan   keluhan   yang 

setara (equivalent) angina pektoris Membedakan  antara  nyeri  dada   iskemik  dan  nyeri  dada  kardiak 

non-iskemik Membedakan nyeri dada kardiak dan nyeri dada non-kardiak Menerangkan nyeri dada pada penderita SKA Mengetahui awitan (onset) timbulnya SKA Membedakan   antara   nyeri   dada   pada   penyakit   jantung   koroner 

kronik dan nyeri dada pada SKA Penyulit

Penyulit iskemiko Infark ulango Angina pasca infark

Aritmiao Aritmia ventrikular dan supraventrikularo Blok dan gangguan konduksi

Kematian mendadak Mekanik

o Gagal jantung dan renjatano Aneurismso Ruptur free wall, septum dan muskulus papilaris

Lain Iaino Emboli sistemik/ paru

Faktor resiko dan penyakit penyerta Merokok Dislipidemia

Ilmu Penyakit Dalam 43

Page 44: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

Diabetes melitus Hipertensi Riwayat keluarga berpenyakitjantung koroner

Gejala penverta Pingsan Palpitasi (bradikardia, takhikardia, ekstrasistol, atrial fibrilasi,  

gangguan konduksi) Respon simpatis lain pada SKA Gagal jantung

Faktor pencetus Hipertensi Anemia Kerja fisik/ olah raga

b)  Pemeriksaan fisikMahasiswa   mampu   melakukan   pemeriksaan   fisik   untuk   mendeteksi adanya kegawatdaruratan medikal, penyakit penyerta non kardiak, sema komplikasi SKA Umum

Tanda vital Kepala: arkus komea, anemia Leher: NP, nadi karotis (amplitude dan contour), thrills dan bruit di 

pembuluh darah karotis Toraks: titik impuls maksimal Kulit: xantoma Ekstremitas : nadi arteri brachialis, tanda penyakit pembuluh darah 

perifer (peripheral vascular disease)

Jantung Palpasi/ perkusi batasjantung Auskultasi: Suara jantung (St, S2, S3, S4), paradoxical splitting dari 

Ilmu Penyakit Dalam44

Page 45: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

S2; ejection dick; murmur Paru : ronkhi dan wheezing

c)  Pemeriksaan penunjang

1.  ECG istirahatMahasiswa mampu membaca ECG istirahat untuk membuat diagnosis sindroma koroner akut. Irama Axis gelombang QRS Frekuensi gelombang QRS dalam 1 menit Gelombang P Interval PR Gelombang QRS Segment ST Gelombang T Ekstrasistol Gangguan konduksi

2.  Pemeriksaan laboratorium.Mahasiswa   mampu   menginterpretasikan   hasil   Moratorium   untuk membuat   diagnosis   sindroma   koroner   akut   dan  mendeteksi   faktor resiko. Penandajantunguntuknekrosis Dislipidemia Gula darah Faal girlial

3.  Pemeriksaan foto toraksMahasiswa   mampu   menginterpretasikan   foto   toraks   untuk menentukan penyakit penyerta jantung dan komplikasi Kardiomegali Bendungan paru

 Rencana penatalaksanaan Mahasiswa mampu menentukan stratifikasi risiko penderita SKA Mahasiswa   mampu   merencanakan   tatalaksana   termasuk   mengetahui   saat 

Ilmu Penyakit Dalam 45

Page 46: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

tepat untuk merujuk penderita SKA Mahasiswa mampu mengamati dan menilai basil tatalaksana penderita SKA

Tatalaksana keg-watdaruratan pada SKA Tatalaksana medikamentosa nyeri dada dan tatalaksana untuk mengurangi 

iskemia miokardium. Tatalaksana revaskularisasi medikal dan invasif Tatalaksana untuk mempertahankan fungsi jantung Tatalaksana faktor risiko/ penyakit penyerta

Kepustakaan

Zippes DP, Libby P, Bonow RO. Braunwald E (ed). Braunwald's Heart Disease: A TexiBook of Cardiovascular Medicine 7th Edition. Philadelphia, WB Saunders, 2005. Halaman 1141 Halaman 1167  Halaman 1243

4.4. Heart FailureRationale

Congestive   heart   failure   (CHF)   is   one   of   the   most   common   cardiac 

problems encountered in dinical practice. Identification and correction of treatable 

underlying causes, control of precipitating factors and judicious use of mufti-drug 

regimens   for   individuals  with   CHF   are   important   issues   for   third-year  medical 

students.

Prerequisites Knowledge of the structure and function of the heart and lungs Knowledge of the epidemiology of heart disease Knowledge of the pathogenesis and pathophysiology of cardiovascular disease

Knowledge of the pharmacology of cardiovascular drugs and the interaction of multiple drugs given simultaneously

Ability   to   perform,   a   cardiovascular   risk   assessment   and   understand   issues related to primary and secondary prevention of cardiovascular disease

Ilmu Penyakit Dalam46

Page 47: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

KnowledgeStudents should be able to define and describe :

types of processes and most common disease entities that cause CHF: ischemic valvular hypertrophic infiltrative inflammatory

dassification for heart failure: types of processes that cause systolic vs. diastolic dysfunction symptoms and signs of left-sided vs. right-sided heart failure compensatory mechanisms of heart failure induding cardiac remodeling and 

activation of endogenous neurohormonal systems factors leading to symptomatic exacerbation of CHF induding

ischemia arrhythmias hypoxemia anemia fever hypertension thyroid disorders non-adherence with medications and/or dietary restrictions use of nonsteroidal anti-inflammatory drugs and other drugs that may 

worsen CHF importance of age, gender and ethnicity on the prevalence and prognosis of HF physiological   basis   and/or   scientific   evidence   supporting   each   type   cf 

treatment, intervention or procedure commonly used in the management of patients who present with heart failure

role of critical pathways or practice guidelines in delivering high-quality, cost-effective care for patients presenting with new or recurrent heart failure

Skill

Skills Students should demonstrate specific skills, induding:

History-Taking Skills: Students should be able to obtain, document, and 

Ilmu Penyakit Dalam 47

Page 48: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

present an appropriately complete medical history that :o differentiates between various etiologies of heart failure (answers 

the question: Why is the patient in heart failure?)o identifies dinical factors responsible for symptomatic exacerbation 

(answers the question: Why is the patient worse now?) Specifically, the medical history of a patient with heart failure should 

contain information about:o exercise intolerance

fatigue dyspnea on exertion

o fluid retention peripheral edema dyspnea

o changes in sleep pattem orthopnea paroxysmal noctumal dyspnea (PND) nocturia

Students should be able to use the medical history as a tool to assess the functional capacity of patients with CHF:

walking distance New York Heart dassification

Physical   Exam  Skills:   Students   should  be   able   to  perform  a   focused physical exam  to help establish the diagnosis of CHF and estimate its severity. The initial physical exam of a patient with CHIF should indude: measurement   of   vital   signs   induding   weight   and   respiratory 

rate/pattem accurate measurement of arterial blood pressure and recognition of 

the typical Wood pressure findings that occur in patients with aortic stenosis and aortic insufficiency

assessment  of   the  neck  veins   for   jugular   venous  distention  and, when necessary, evaluation for abdominal jugular reflux

assessment   of   the   extremities   to   ascertain   for   skin   conditions, induding :o color

Ilmu Penyakit Dalam48

Page 49: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

o temperature and the presence of edemao cyanosis, dubbing

assessment of the lungs foro crackleso rhonchio decreased breath sounda

inspection and palpation of the anterior chest to identify right- and left-sided heaves, lift and thrills

auscultation of the heart to determine:o rhythmo intensity of heart soundao splitting of S2 and the presence of rubso gallops (S3, S4, summation)o extra heart sounda (e.g., dicks)

auscultation of the heart to detect the presence of heart murmurs. When a heart murmur is present, students should be able to:o identify timing;

systolic vs. diastolic holosystolic vs. ejection

o describe pitch, location and pattem of radiation assessment of the abdomen to determine the presence of.

• hepatomegaly• ascites• abnormal pulsations• bruits•

Differential Diagnosis: Students should be able to generate a prioritized differential diagnosis and recognize specific history and physical exam Ifin6ings that help support or refute a dinical diagnosis of heart failure.o Students should be able to distinguish between the various 

underlying etiologies of CHIF induding disease processes that primarily affect: pericardium (constrictive pericarditis, pericardial tamponade)

Ilmu Penyakit Dalam 49

Page 50: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

endocardium valvular (congenital, acquired) endocarditis

myocardium hypertension coronary artery disease - ischemic cardiomyopothy hypertrophic cardiomyopathy dilated cardiomyopathy

laboratory   Interpretation:   Students   should   be   able   to   interpret   specific diagnostic tests and procedures that are commonly ordered to evaluate patients who present with heart failure. Test interpretation should take into account :

o pre-test and post-test likelihood of diseaseo performance characteristics of individual tests:

¨ sensitivity¨ specificity¨ positive and negative predictive value¨ likelihood ratios

Students should be able to define the indications for, and independently interpret the results of the following diagnostic tests and procedures :o 12-lead electrocardiogramo chest x-rayo b-type natriuretic hormone level

Students should be -able to define the indications for, and interpret (with consultation) the resufts of the following diagnostic tests and procedures.o echocardiography:o treadmill exercise testing (for functional capacity)o radionudide ventriculogram (multiple gated acquisition scan 

(MUGAI)o cardiac MRI

Ilmu Penyakit Dalam50

Page 51: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

o coronary angi6graphy

Communication Skills: Students should be able to:o communicate the diagnosis, prognosis and treatment plan to 

patients and their familieso educate patients about cardiovascular risk factorso address palliative care and end-of-life issues vAth patients who have 

intractable symptoms associated with end-stage heart failure

Management Skills: Students should be able to:

o develop  a  timely  and appropriate  evaluation and  treatment  plan   for patients   with   heart   failure   due   to   systolic   dysfunction.   Specifically students should be able to identify the indications, contraindidations, mechanisms of  action,  adverse reactions,  significant   interactions,  and relative costs of the following treatmentsfinterventions.¨ Non-pharmacological management

sodium and fluid restriction physical activity

¨ Pharmacological management (recommended for routine use) diuretics angiotensin converting enzyme Inhibitors or ARBs and/or both b-blockers aldosterone antagonists spironolactone eplerenone digoxin

¨ Interventions considered for use in selected patients hydralazine and isosorbide dinitrate angiotensin converting enzyme inhibitors or ARBs and/or both calcium channel blockers

Ilmu Penyakit Dalam 51

Page 52: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

anti-arrhythmic agents anticoagulants/anti-thrombotic agents

¨ Other modalities coronary revascularization synchronized biventricular pacing

¨ develop  a  timely  and appropriate  evaluation and  treatment  plan   forpatients with heart failure due to diastolic dysfunction induding control of physiologic factors

blood pressure heart rate

reduction in central blood volume by judicious use of diuretics Alleviation of myocardial ischemia use of calcium channel blockers use of beta-blockers

¨ describe use of other agents and/or interventions that may be useful in treating patients with refractory, end-stage heart failure: intravenous vasodilators, intravenous positive isotropic agents infustion of b-type natriuretic peptide (nesiritide) ventricular assist devices heart transplantation

¨ demonstrate how critical pathways or practice guidelines in ambulatory or hospitalized patients with CHF can be used to guide diagnostic test ordering and medical decision making

¨ determine when to consult a cardiologist in the management of patients with heart failure

Attitudes and Professional Behaviors

Ilmu Penyakit Dalam52

Page 53: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

Students should be able to :

¨ recognize the importance of early detection and treatment of risk factors that may lead to the development of heart failure.

¨ recognize the importance of lifestyle limitations caused by heart failure and counsel patients appropriately.

¨ recognize   the   significant  morbidity   and  mortality   associated  with   a diagnosis of heart failure and, when appropriate, provide palliative care for   patients   with   refractory   symptoms   associated   with   end-stage disease.

4.5. Asma BronkialeIntroduction

Asthma is a major, chronic airway disorder that is a serious public health 

problem.   Asthma   affects   people   of   all   ages,   can   be   severe,   and   is 

sometimes fatal.

Knowledge :

Students should be able to describe

¨ Asthma as a chronic inflammatory disorder of the airways.¨ Risk factors for asthma, host and environmental factors¨ Mechanisms of asthma (overview of role inflammatory in causing the 

airflow limitation and symptom characteristic of asthma).¨ Diagnosis and dassification of asthma system for asthma severity 

(intermitter, persistent mild-moderate-severe)¨ Asthma management :

o Define of goal for successful asthma managemento Avoid exposure or control asthma trigger (inciter, inducer)o Establish plan for management exacerbationo Home managemento Hospital base managemento Medication plan for longterm asthma managemento Medication for asthma

Ilmu Penyakit Dalam 53

Page 54: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

Reliever Controller

SkillsHistory taking skills :

Students   should   be   able   to   obtain,   document,   and   present   a medical history to establish the diagnosis and dassification of asthma and severity. of asthma exacerbations.

o Episodic breathlessnesso Wheezingo Chest tightnesso Seasonal variability of symptomso Noctumal symptomso Family history of asthmao Family history of another atopic disease

Physical examination skillStudents should be able to perform a physical exam to establish 

the diagnosis and severity of disease induding :o Awameso Vital signs (increase respiratory rate, tachycardia)o Examination of the head for

Sianosiso Examination of the.chest

Hyperresonan on percussion Wheezing on auscultation Use of accessory musdes and intercostals recession

Differential diagnosis

Students   should   be   able   to   generate   a   prioritized   differential 

diagnosis   recognizing   specific   history   and   physical   exam   findings   that 

Ilmu Penyakit Dalam54

Page 55: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

suggest a specific etiology.

Laboratory examination

Students should be 4ble recommend and interpret diagnostic and 

laboratory test :

¨ Students should be understand the rationale for and correctly identify abnormalities detected by the following tests Complete blood count Blood gas analysis Immunoglobulin E (IgE) Peak flow meter Spirometry

Communication skills

Students should be able to :

Communicate the diagnosis, treatment plan, and prognosis of the 

disease to patients and    f-milies, and consider the patient's knowledge of 

asthma bronchiale and preferences rding treatment.

Management skills

Students should be able to develop an appropriate evaluation and 

treatment plan for patients with :

¨ Students should be able to access and utilize appropriate information system s and resources to help delineate issues related to asthma bronchiale.

Attitudes and professional behaviorStudents should be able to :

Ilmu Penyakit Dalam 55

Page 56: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

¨ Appreciate the importance of patient preferences and compliance with management plans for those with asthma bronchiale.

¨ Appreciate the importance of side effects of medications and their impact on quality of life and compliance.

¨ Make appropriate referral to pulmonology consultant for special case of asthma

Resources : GINA (Global Initiative for Asthma), Global strategy for asthma management and prevention, National Institutes of Health, Revised 2002.4.6. Pleural EffusionDEFINITION

Pleural effusion Is defined as accumulation of fluid in the pleural space that exceeda the physiologic amounts of 10-20ml-. Pleural effusion may represent a primary manifestation of many disease, but must often they  are  observed  as  secondary  manifestation  or  complication  of  other disease.PATHOPHYSIOLOGY

Pleural   effusion  may   result   from  a   number  of   pathophysiologic mechanisms,   all   of  which  disturb   the  physiologic   balance  between   the formation and removal of pleural fluid. Transudative effusions are either caused  by   increased  hydrostatic  pressure   (e.g.   in   cardiac   failure)  or  by reduced plasma oncotic pressure because of protein deficiency (e.g. liver cirrhosis, nephritic syndrome). The pleura itself remains intact. In contrast, pathologic changes in the pleura result   in exudation caused by a diffuse increase of capillary permeability, to localized ruptures (e.g. blood vessels, lymphatic vessels,  lung abscess, esophagus),  or to disturbed absorptiol 1 (e.g. lymphatic blockage).

DIAGNOSISIn   the  majority   of   cases,   the   etiology   is   based   on   the   case  history,   dinical presentation, imaging techniques, and examination of the pleural fluid.

Diagnostic approachThe   presence   of   a   pleural   effusion   is   established   only   by 

Ilmu Penyakit Dalam56

Page 57: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

thoracentesis.   If   the   effusion   is   small,   thoracentesis   can   be   performed under ultrasound guidarice. Evaluation of the pleural fluid yielda valuable diagnostic   information   or   even   permits   a   dear   diagnosis.   The   most important   criteria   are   appearance,   protein   content,   and   cellular components.

The   appearance  may   be   serous   (light   to   dark,   dear   to   turbid), serosangulneous (blood tinged,  in some cases because of thoracentesis), hemorrhagic   (bloody),   purulent   (fetid   odor   in   anaerobic   effusions)   or chylous (milky)  bilious (cholothorax),  brown (perforated amebic abscess) black   (aspergillar   infection),   or   yellowish   green   (rheumatoid   pleuritic, pancreatic effusion) appearances extremely rare.

The standard manner in which transudates have been differentiated from exudates is by measuring the protein and lactic dehydrogenate (LDH) levels in the pleural fluid and in the serum. If one or more of the following three criteria are satisfied, the patient has an exudative PE (light's criteria): 1) Pleural fluid protein/serum protein > 0.50: 2) pleural fluid LDH/serum LDH >0.60: 3) pleural fluid LDHAwo-third the upper limit or normal.

Tuberculosis pleurisyTuberculous pleurisy mainly affects younger patients and is twice 

as frequent In males than In females.Most   patients   have   a   cough   and  pleuritic   pain,  which  usually   precedes   the cough. Previously, patients with a tuberculous pleurisy were younger that those with a pulmonary tuberculosis, but now it becomes more and more a disease of older individuals.Tuberculosis can be proved by granulomata in a pleural biopsy specimen and from biopsy   specimen  culture.  The  effusion   is  usually  dear  and   serous,   and seldom turbid and serous. Predominantly, lymphocytes are present, but in the very early stages, neutrophils may be prominent. Low glucose values are found In only  20-50% of cases;  however,  the chances of  a  positive Mycobacterium tuberculosis culture from the exudates are higher in these cases.History takingRespiratory symptoms

Pleuritic   pain,   cough,,   and   dyspnoea   are   the   three   cardinal symptoms in pleural disease.A stick In the side constitutes the principal symptom of the antients. Since the 

Ilmu Penyakit Dalam 57

Page 58: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

lung and the visceral pleura do not have pain receptors, any pain witnessing a pleural involvement indicates that the parietal pleura and/or the accompanying fascia is Inflamed or infiltrated. The pleuritic pain does not indicate the presence of a pleural effusion; on the contrary, it tenda to subside when such an effusion appears.Most frequenly a pleuritic pain has a sudden onset; it is usually unilateral, fairly well   localised, felt   in the subaxillary region or beneath the breasts.   It   is  of a cutting,   stabbing  or   tearing   character;   it   is   also   described   as   a   knifelike   or shooting pain. It is definitely Intensified by deep breathing, coughing, laughing, or sneezing, but relieved by anything that assists in immobilizing the affected side,   for   instance  by   gentle  pressure  over   the   affected   side  or  by   stopping breathing. The pain may be of such a severity that it prevents sleep. In some cases (for instance in mesothelioma), it is dull and dragging in character, or only some chest discomfort is present.

Contrary   to   pleuritic   pain,   cough   is   a   non   specific   respiratory symptom. Dinical  observations  in  man suggest   that  cough receptors  are also present in the pleura, inducing mainly acute symptoms. It is short, dry and hacking,  unattended by expectoration,  but some scanty mucus may appear.At the outset of a pleuritic, dyspnoea may be due to fever and pain. Later with the development of an effusion, and if the exudation is rapid. A large effusion may even result   in the patient preferring to  lie  on their  affected side,  more rarely on the sound side.

Nonrespiratory symptomsThe   type   of   symptoms   Is   highly   dependent   on   the   underlying 

disorder.Chronic   congestive   heart   failure   (CCHF)   is   probably   the   most 

common   cause  of   all   pleural   effusions,  with  dyspnoea  on  exercise  and fatigue, as the two cardinal symptoms.

Ilmu Penyakit Dalam58

Page 59: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

Parapneumonic effusions

At   the   outset   of   pneumonia,   the   dinical   presentation   of   a   patient   with pneumonia  alone does not  differ   from patients  with  pneumonia  and pleural effusion. Later some purulent or haemoptoic sputum may appear,  as well  as general signs such a fever, chills, headache. In case of anaerobic infection, a bad breath or even a putrid smeel can be perceived from a distance. The frequency of parapneumonic effusions varies with the responsible microorganism, being >50% in cases if streptococcus pneumonlae and <10% in cases of mycoplasma pneumoniae.

Malignant effusions

If a patient is already known to suffer from a cancer, the history will be relatively easy to take. Otherwise the available symptoms should also be used to orientate the diagnosis. The age, sex, and smoking history all of major importance, lung and breast  cancer  being  the two most   frequent  causes  of  malignant  pleural effusion followed by lymphomas, and ovarian and gastrointestinal carcinomas. As the primary disease is already in an advanced stage, weight loss, anorexia, and malaise are commonly found.

Connective tissue diseases

Approximately 5% of patients with rheumatoid arthritis develop pleurisy, usually several years a'l*,er the onset of articular symptoms; it may mimic an acute or subacute disease, or be an asymptomatic radiographical finding. Involvement of the pleura (pleuritic pain or pleural effusion) occurs in more than one-half of the patients with systemic lupus erythematosus during the course of the disease (usually during an exacerbation), and is the presenting manifestation in 5% of the cases.

The meig's syndrome (which  associates   ascites  with   a   hydrothorax)   is 

found in females shortly following menopause.

Theurapeutic alms in patients with pleural effusion are palliation  of  symptoms 

Ilmu Penyakit Dalam 59

Page 60: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

(pain, dyspnea) treatment of underlying diseases, prevention of pleural fibrosis with   reduction   of   pulmonary   function,   and   prevention   of   recurrences.   The theurapeutic approach dependa on the availability of options for causal or only symptomatic treatment.

4.7. Tuberkulosis Paru

Pendahuluan

Penyakit Tuberkulosus (TB) saat ini merupakan salah satu masalAh 

kesehatan masyarakat yang cukup besar di seluruh dunia dan Indonesia. 

Indonesia  merupakan  negara  ketiga   terbesar  penyumbang  kasus  TBC  di 

dunia.

Menurut   survey   kesehatan   rumah   tangga   (SKRT),   penyakit   TBC 

merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kardlovaskuler 

dan   penyakit   pemafasan   pada   semua   kelompok   usla,   dan   no   1   dari 

golongan   penyakit   Infeksi   di   Indonesia.   Hal   Ini   menunjukkan   betapa 

pentingnya pengelolaan penyakit tuberkulosis paru di Indonesia.

Para  peserta  P3D diharapkan  mengetahui  dan  dapat  menjelaskan 

tentang gambaran penyakit tuberkulosis paru dan penanganannya.

Prasyarat:

Peserta P3D diharapkan sudah memiliki pengetahuan tentang

Anatomi dan fisiologi sistem respirasi. Etiologi  dan  patogenesls   serta   gambaran  klinik  penyakit   tuberkulosis 

paru.

Pengetahuan dan Teori :

Ilmu Penyakit Dalam60

Page 61: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

Peserta P3D diharapkan dapat menjelaskan

Situasi TBC di dunia dan di Indonesia. Penyebab tuberkulosis paru dan gejala-gejala tuberkulosis paru. Diagnosis tuberkulosis paru. Cara dan resiko penularan. Infeksi primer tuberkulosis paru. Tuberkulosis pasca-primer. Klasifikasi penyakit dan tipe penderita. Pengambilan bahan pemeriksaan sputum BTA. Indikasi radiologi paru. Komplikasi penyakit tuberkulosis paru. Prinsip dan manfaat pengobatan Tuberkulosis paru. Jenis dan cara kerja serta panduan obat anti tuberkulosis untuk setiap 

klasifikasl dan tipe penderita Penanganan penderita putus berobat. Pendeteksian dan penanganan komplikasi ringan, efek samping OAT dan 

rujukan ke institusl/unit pelayanan rujukan. Strategi DOTS dan kelima komponennya.

Kecakapan:

AnamesisPeserta P3D diharapkan dapat memperoleh riwayat penyakit untuk 

menegakkan diagnosis tuberkulosis paru meliputi :

lama  dan  progesivitas  dari   keluhan  utama  yang  dapat  berupa  batuk lama   (   >3  minggu,   batuk  darah,   sesak  papas,   nyeri   dada   atau  pangs badan)

gejala   sistemik  penyakit   tuberkulosis  paru   (demam,  penurunan  berat badan dan keringat malam).

riwayat pengobatan TBC paru apakah tuntas atau tidak.

Pemeriksaan Fisilk

Ilmu Penyakit Dalam 61

Page 62: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

Peserta   P3D   diharapkan   dapat   melakukan   pemeriksaan 

fisik untuk penegakan diagnosis dan beratnya penyakit tuberkulosis 

paru meliputi:

Tanda Vital. Berat dan tinggi badan. pemeriksaan fisik kepala untuk anemia. pemeriksaan leher untuk limfadenitis. pemeriksaan toraks: inpeksi, palpasi, perkusi, auskultasi meliputi: 

kelainan parenkim paru : konsolidasi, fibrosis, atelektasis, dan kerusakan parenkim 

dengan sisa suatu kavitas. kelainan saluran nafas radang dari mukosa dengan penyempitan 

maupun penimbunan sekret. perubahan   volume   paru   fibrosis,   etelektasis   dan   kavitas 

memperkecil   volume   jaringan   paru   yang   terkena   sehingga menarik jaringan sekitamya seperti : trakea, mediastinum, fossa supraklavikularis,  dan   infraklavikularls,   di   tambah   lagi  dengan penebalan  pleura.  Perubahan penghantaran  suara   (auskultasi) pada konsolidasi, fibrosis, obstruktif, atelektasis, sekret bronkus, penyempitan kavitas.

pemeriksaan ekstremitas : jari tabus.

Diagnosis Banding

Peserta   P3D  dapat  memaparkan   diagnosis   banding   berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.

Ilmu Penyakit Dalam62

Page 63: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

Pemeriksaan Penunjang

Peserta   P3D   dapat   merekomendasi   kankan   dan menginterpretasikan pemeriksaan penunjang meliputi :

o Sputum untuk diagnosis TB paruo Foto torakso PPD 5 TUo Hematologi dan urine rutino SGOT/SGPTo Ureum, kreatinin

Kecakapan berkomunikasi

Peserta P3D dapat :

o Menyampalkan diagnosis,   rencana,  dan prognosis  kepada pasien dan keluarganya

o Edukasi pasien tentang TB paru dan perlunya skrining pada orang-orang yang kontak erat terutama anak-anak.

o Menyampaikan tentang strategi DOTS dalam penanggulangan penyakit tuberkuiosis paru

Manajemen

Peserta P3D dapat melakukan evaluasi dan rencana pengelolaan pasien dengan:o TB paru sesual dengan tipe penderitao TB paru dengan putus obato TB paru dengan efek samping OAT (minor)

Sikap dan Perilaku

Peserta P3D dapat :o Menyadari   pentingnya   keteraturan   dan   kepatuhan   berobat   pada 

penderita TB paruo Menyadari kemungkinan efek samping pengobatan TB paruo Menyadari resiko pengobatan yang tidak teratur dan putus obat pada 

Ilmu Penyakit Dalam 63

Page 64: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

penderita TB paruo Menyadari   dan   mempertimbangkan   faktor   sosial   ekonomi   dalam 

penanganan TB paruo Melakukan   rujukan   ke   spesialis   penyakit   dalam/   intem   ist-konsultan 

paru pada kasuskasus yang sulit ditangani.

Referensi

1. DepkesRI,PedomanNasionalPenangguianganTuberkulosis,cetakanke8,Jakarta, 2002

2. WHO, TB A Dinical Manual For South East Asia, 1997

4.8. Nephrotic Syndrom

Prerequisite

Prior knowledge of the

Anatomy of the normal glomerulus and the structure of the glomerular caplillary wall and glomerular basement membrane (GBM)

The pathophysiology of edema formation Differential diagnosis of edema The pathophysiology of proteinuria

Knowledge

Students should be able to :

Describe definition of Nephrotic Syndrome (NS) Describe the main diseases that cause ISIS in adults (primary and 

secondary NS) Describe the pathophysiology of NS Describe the relationship between hypercholesterolemia and NS Describe the renal histopathological dassification of NS Describe dinical manifestation of NS Describe complications of NS

Ilmu Penyakit Dalam64

Page 65: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

Explain diagnostic tools to diagnose NS Give treatment of the major causes of NS: describe pharmacological 

properties of immuno-suppresive drugs (corticosteroid,cydophosphamide) and diuretics: mechanism of action, adverse reaction, contraindication, drug interaction

Explain prognosis of the disease

Skills

Students should demonstrate specific skills, induding:

History-Taking Skills :Students should be able to obtain, document, and present 

a medical history to diagnose NS:

swelling of the face periorbital edema edema of dependent parts. In most cases, this indudes the 

ankles or legs anasarca increase in weight frothy urine hematuria dedine in urine output thrombotic-eomplications (deep vein thrombosis of the calf 

veins or the renal vein ) history of an antecedent sore throat or skin infection History of allergy History of diabetes, arthritis, fever, skin rash History of drug exposure

Physical Exam SkillsStudents   should   be   able   to   perform   a 

physical exam which indudes :

Ilmu Penyakit Dalam 65

Page 66: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

¨ Vital  signs (  blood pressure hypertension  ,  pulse rate,  respiratory rate, temperature)

¨ Body weight and hight¨ Edema is the predominant feature and initially develops around the 

eyes and lower extremities examination of the head 4 generalized (anasarca)

¨ examination of the thorax: pleural effusion¨ examination of the abdomen:

subcutis edema ascites

Differential DiagnosisStudents should be able to generate a differential diagnosis 

for  each patient  with attention to probabilities  based on history  and 

physical examination

Laboratory InterpretationStudents   should   be   able   to   recommend   and   interpret 

diagnostic and laboratory tests:

¨ Examination of the urine urinalysis microscopic examination testing for the ratio of urinary protein to urinary creatinine determination of light-chain protein excretion

Blood serum chemistry profile, induding values for serum creatinine, 

urea nitrogen, serum albumin, and serum lipida complete blood cell count hepatitis B and hepatitis C testing, HIV screening serum complement values

Serum protein electrophoresis or urine protein electrophoresis Communication Skills: Students should be able to: communicate the 

Ilmu Penyakit Dalam66

Page 67: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

diagnosis, treatment plan, and subsequent follow-up to patients Management Skills :

Students   should   be   able   to   develop   an   appropriate evaluation and treatment plan for patients with NS Diet : dietary protein restriction, fluid and sodium restriction Diuretics: furosemide, spironolactone Albumin Anti proteirluria agents e.g ace-inhibitor, NSAIDA 

(indomethacin) Corticosteroid Immunosupressive agents: cydophosphamide,

4.9.Urinary Tract Infection (UTI)Prerequisite

Prior knowledge of the: anatomy and physiology of urinary tract the organisms associated with urinary infections (etiology of UTI) and 

the mechanisms which make these organisms uropathogenic (pathophysiology of UTI)

ability to interpret an urinalysis. Pharmacology of the major dasses of antimicrobial drug of UTI Describe the management of UTI

KnowledgeStudents should be able to:

Recognize and describe UTI and be able to distinguish between asymptomatic and symptomatic UTI lower and upper UTI uncomplicated and complicated UTI

Describe the dinical manifestation of UTI (frequency, dysuria, urgency, etc)

Describe the organisms associated with urinary infections and the mechanisms which make tl-ese organisms uropathogenic (pathophysiology of UTI)

Describe the diagnostic measurements of UTI

Ilmu Penyakit Dalam 67

Page 68: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

Describe the management of UTISkills

Students should demonstrate specific skills, induding:

History-Taking Skills:Students should be able to obtain, document, and present 

a medical history to differentiate the diagnosis of upper and lower 

UTI induding

dysuria urgency hecitancy polyuria incomplete void gross hematuria suprap u bic. and/or loin pain (costovertebro angle pain) presendie of fever, nausea, vomiting

Physical Exam SkillsStudents should be able to perform a physical exam which 

indudes: vital   signs   (   blood   pressure,   pulse   rate,   respiratory   rate, 

temperature) examination oh the head examination of the abdomen:

¨ palpate the kidney¨ suprapubic tendemess¨ unilateral or bilateral costovertebral angle tendemess

Differential DiagnosisStudents should be able to generate a differential  diagnosis for each patient  with  attention  to  probabilities  based  on  history  and  physical examination

Ilmu Penyakit Dalam68

Page 69: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

Laboratory InterpretationStudents   should   be   able   to   recommend   and   interpret 

diagnostic and laboratory tests :Examination of the urine (from midatream urine sample)

Macroscopic examination Microscopic examination Biochemical examination Culture (colony forming units) and sensitivity test

Complete blood count Blood culture Imaging studies: renal ultrasound for complicated UTI

Communication Skills: Students should be able to:communicate   the   diagnosis,   treatment   plan,   and 

subsequent follow-up to patients

Management Skills :Students   should   be   able   to   develop   an   appropriate   evaluation   and treatment plan for patients with UTI Diet : hydration Antimicrobial therapy

4.10. ThyrotoxitosisPrerequisitesPrior knowledge and skills during the predinical years should indude

Put on anamnesis and physical diagnosis of Thyrotoxicosis. Understand and analyze laboratory tests, and other diagnostic tests. Explain and summarize the diagnosis and differential diagnosis of 

Thyrotoxicosis Put on the principles of the management of Thyrotoxicosis. summarize the prognosis of Thyrotoxicosis and its complications

Ilmu Penyakit Dalam 69

Page 70: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

Knowledge

Students should be able to :

Know   and.   define   Thyrotoxicosis   and   Understand   and   explain   the etiology,   pathophysiology   and   dinical   signs   Thyrotoxicosis   and   its chronic complications.

Describe sign and simptoms complications Thyrotoxicosis Analyze   anamnesis   and   physical   diagnosis   of   Thyrotoxicosis   and 

complications. Analyze laboratory tests, and other diagnostic tests. Summarize the diagnosis and differential diagnosis of Thyrotoxicosis and 

complications. Explain   the   principles   of   the  management   of   Thyrotoxicosis   and   its 

complications. Explain   and   summarize   the   prognosis   of   Thyrotoxicosis   and   its 

complications.Skills

Students should demonstrate specific skills, induding :

A. History-Taking Skills:By the end of the derkship students should be atle to obtain, document, 

and present an age-appropriate history, that distinguishes among the type 

of etiology thyrotoxicosis induding :

Struma diffusa toksisStruma nodosa toksikMola Hydatidosa

Ilmu Penyakit Dalam70

Page 71: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

B. Physical Exam Skills:Students should be able to perform a physical examination 

to aid in the diagnosis and etiology of thyoid involment,

induding: Thyrotoxicosis, Struma nodosa non toxic

Physical:General signsTender thyroid gland or palpable nodule,fast pulse,tremor,eyelid lag,and warm moist skinpalpitations, andintolerance for warm room or weather is the pathognomonic,Decreased reflexesElderly patient may have few symptoms and limited signs of disease ; they may have only atrial fibrillation, lethargy, or weight loss.

Vital signs

TachycardiaHypotension

Fever, if infection

Coma

Ilmu Penyakit Dalam 71

Page 72: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

C. Perform Laboratory and Other Diagnostic ProceduresTo determine:

Baseline data on patient's health status.

The existence of thyrotoxycosis

Laboratory Interpretation:Students   should   be   able   to   perform   and   to   interpret   a   CBC, 

urinalysis, laboratory recommended or optional request, induding :

White blood cell count and blood and urine cultures to rule out infectionThyroid testingThyroid scanOther tests :

Kreatinine and ureum

TransaminaseThorax photo Lipid Profile Total Cholesterol, HDL- Cholesterol, LDL-cholesterol,Trigliserida,Uric AcidElectrocardiography

USG pankreas

BNO

BUN is increased.Anion gap is higher than normal.D. Management Skills:

The principle of management thyrotoxicosis

Antithyroid drugs

Radioactive iodine

Surgery

Ilmu Penyakit Dalam72

Page 73: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

4.11. ACUTE RENAL FAILURE (ARF)

Prerequisites

Prior knowledge and skills during the predinical years should indude :

Knowledge of drugs that can have adverse effect on renal function.

ability to interpret an urinalysis.

Knowledge

Students should be able to :

define and describe Acute Renal Failure (ARF) and be able to distinguish between the three major pathophysiologic etiologies for ARF:

decreased renal perfusion (pre-renal)

intrinsic renal disease (renal)

acute renal obstruction (post-renal)

¨ bladder outlet obstruction (prostatic hypertrophy)

¨ stone, thrombus or tumor in ureter

distinguish major pathophysiologic etiologiesof "pre-renal" ARF, induding:

o hypovolemia

o decreased cardiac output (CHF, tamponade)

o systemic vasodilation (sepsis)

o renal vasoconstriction

distinguish major pathophysiologic etiologies of intrinsic *"renal" ARF, induding :

o vascular lesions

¨ TTP

¨ Hemolytic-Uremic Syndrome

¨ DIC

¨ Malignant hypertension

¨ Renal vein thrombosis

Ilmu Penyakit Dalam 73

Page 74: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

o glomerular lesions

o interstitial nephritis

¨ drugs, infection

intra-tubule deposition/obstruction

¨ crystals, protein

o actue tubular necrosis

¨ ischemia (severe ? RBF)

¨ toxins (dye, aminoglycosides, amphotericin B, metals, acetaminophen, platinum)

¨ pigments

¨ discuss the natural history, initial evaluation and treatment and complications of ARF.

Skills

Students should demonstrate specific skills, induding :

¨ History-Taking Skills  :  By the end of the derkship students shou'ld be able to obtain, document, and present an age-appropriate history, that distinguishes among the three major reasons for ARF (pre-renal, post-renal), induding :

o pre-disposing conditions

o nephrotoxic drugs or agents

o Systemic disease

¨ Physical   Exam Skills  :  Students,should  be  able   to  perform a  physical examination to aid in the diagnosis and etiology of ARF, induding :

o the determination of a patient's volume status through estimation of the central venous pressure using the height of jugular venous distention and measurement of pulse and blood

o palpation   and   percussion   of   the   bladder   to   recognize   bladder distention

o examination for evidence of systemic disease, induding: skin, joints 

Ilmu Penyakit Dalam74

Page 75: Modul Ilmu Penyakit Dalam-20140419-225232

and nails

¨ Laboratory   Interpretation  :  Students   should  be  able   to  perform and interpret a urinalysis, induding :

o the   recognition   of   casts,   red   blood   cells,  white   blood   cells   and crystals

o calculate   fractional   excretion   of   sodium   and   appreciate   its usefulness   in  distinguishing  between pre-renal  and  intrinsic   renal disease

o calculate creatinine dearance

Students should be able to recommend when each of these tests should be ordered.

¨ Management Skills: Students should be able to design an appropriate management plan for initial management of ARF, induding

o discontinuing renal toxins

o volume management

o dietary recommendations

o drug dosage alterations

o electrolyte monitoring

o indications for acute dialysis (fluid overload, hyperkalemia, acidosis, complications of uremia - altered mental status, bleeding, pericarditis, myopathy)

Resources

¨ Nefrologi Klinik, E. Sukandar, Ed 2, 1997

¨ Braunwald E, Fauci As, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL editor. Harrison's Principle of Intemal Medicine, 15th Ed, Mac Graw Hill, NewYork, 2003.

Ilmu Penyakit Dalam 75