Author
zefaniayonisa
View
69
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Referat Psikiatri
REFERAT
GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR
OLEH :
Zefania Yonisa P.
NIM. G9914108
PENGUJI :
dr. Maria Rini I., Sp.KJ
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA
FK UNS/ RS JIWA DAERAH SURAKARTA
2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan bipolar merupakan salah satu gangguan jiwa tersering yang berat
dan persisten. Gangguan afektif bipolar adalah kondisi umum yang dijumpai, dan
diantara gangguan mental menempati posisi kedua terbanyak sebagai penyebab
ketidakmampuan/disabilitas. Gangguan bipolar ditandai dengan suatu periode depresi
yang dalam dan lama, serta dapat berubah menjadi suatu periode yang meningkat
secara cepat dan/atau dapat menimbulkan amarah yang dikenal sebagai mania.
Gejala-gejala mania meliputi kurang tidur, nada suara tinggi, peningkatan libido,
perilaku yang cenderung kacau tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, dan
gangguan pikiran berat yang mungkin/tidak termasuk psikosis. Diantara kedua
periode tersebut, penderita gangguan bipolar memasuki yang baik dan dapat hidup
secara produktif. Gangguan bipolar merupakan gangguan yang lama dan jangka
panjang.
Depresi bipolar sama pada kelompok pria dan wanita dengan angka kejadian
sekitar 5 per 1000 orang. Penderita depresi bipolar dapat mengalami bunuh diri 15
kali lebih banya dibandingkan dengan penduduk umum. Kebanyakan pasien dengan
gangguan afektif bipolar secara potensial dengan terapi yang optimal dapat kembali
fungsi yang normal. Dengan pengobatan yang kurang optimal hasilnya kurang baik
dan dapat kambuh untuk melakukan bunuh diri lagi (Yayan Israr, 2009).
Perbedaan ekstrem perasaan (manik dan depresi) penderita bipolar tidak selalu
bisa diamati oleh lingkungannya karena masing-masing individu reaksinya berlainan.
Ada yang menonjol kutub maniknya, sementara yang lain menonjol depresinya.
Kondisi tidak normal itu bisa terjadi hanya beberapa minggu sampai 2-3 bulan.
Setelah itu kembali ''normal'' untuk jangka waktu relatif lama, namun di kesempatan
lain muncul kembali (Yayan Israr, 2009).
2
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Gangguan bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan
pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana
perasaan, dan proses berfikir. Disebut bipolar karena penyakit kejiwaan ini
didominasi adanya fluktuasi periodik dua kutub, yakni kondisi manik (bergairah
tinggi yang tidak terkendali) dan depresi (Kessler et a, 2005).
Yang khas adalah biasanya ada penyembuhan sempurna dari dua periode.
Gangguan bipolar biasa muncul pada akhir masa remaja atau awal usia dewasa muda.
Sebagian besar kasus timbul sebelum usia 25 tahun. Gangguan bipolar tidak mudah
untuk didiagnosis, kebanyakan penderita dengan gangguan jiwa seperti ini baru bisa
ditegakkan diagnosis gangguan bipolar setelah beberapa tahun (Kessler et al, 2005).
B. TANDA DAN GEJALA
Gangguan bipolar memiliki dua ’kutub’ yaitu episode manik dan episode depresi.
Dari situ pulalah nama bipolar itu berasal. Setiap episode merepresentasikan suatu
perbedaan sikap yang sangat bertolak belakang.
Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III
(Rusdi Maslim, 2003), gangguan ini bersifat episode berulang yang menunjukkan
suasana perasaan pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, dan gangguan ini
pada waktu tertentu terdiri dari peninggian suasana perasaan serta peningkatan energi
dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan suasana
perasaan serta pengurangan energi dan aktivitas (depresi).
3
Gejala dari gangguan bipolar dapat dijelaskan sebagai berikut (National Institute
of Mental Health, 2012):
Gejala Episode Manik Gejala Episode Depresi
Kepercayaan diri yang
bertambah, rasa gembira
yang berlebihan
Sangat iritabilitas
Berbicara dengan sangat
cepat, lompat dari satu ide
ke ide lainnya
Peningkatan aktivitas yang
berlebihan
Tidak lelah dan kebutuhan
waktu tidur yang berkurang
bahkan menghilang
Terlalu optimis
Sering berperilaku impulsif
Rasa sedih dan tidak
berdaya
Kehilangan minat terhadap
aktivitas yang biasanya
disenangi, termasuk seks.
Rasa lelah yang berlebihan
Gangguan dalam
berkonsentrasi, mengingat
atau membuat keputusan
Perubahan pola makan,
tidur
Ada keinginan untuk
bunuh diri
Episode manik dibagi menjadi 3 menurut derajat keparahannya yaitu hipomanik,
manik tanpa gejala psikotik, dan manik dengan gejala psikotik. Episode manik harus
terjadi minimal satu minggu. Hipomanik ditandai dengan perasaan senang, sangat
bersemangat untuk beraktivitas, dan dorongan seksual yang meningkat. Derajat
hipomanik lebih ringan daripada manik karena gejala- gejala tersebut tidak
mengakibatkan disfungsi sosial. Tanpa penanganan yang tepat seorang dengan
hipomanik dapat berkembang menjadi mania atau justru ke arah depresi.
Pada manik, gejala-gejalanya sudah cukup berat hingga mengacaukan hampir
seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial. Harga diri membumbung tinggi dan terlalu
4
optimis. Perasaan mudah tersinggung dan curiga lebih banyak daripada elasi. Tanda
manik lainnya dapat berupa hiperaktifitas motorik berupa kerja yang tak kenal lelah
melebihi batas wajar dan cenderung non-produktif, banyak bicara. Bila gejala
tersebut sudah berkembang menjadi waham maka diagnosis mania dengan gejala
psikotik perlu ditegakkan.
Terkadang penderita memiliki gejala-gejala psikotik, seperti misalnya halusinasi
atau delusi. Misalnya bila penderita tersebut memiliki gejala psikotik pada saat
episode manik, maka ia akan memiliki suatu keyakinan bahwa ia adalah seorang yang
terkenal, punya banyak uang, memiliki kekuatan tertentu. Sedangkan bila gejala
psikotik tersebut muncul pada saat episode depresi, penderita mungkin berpikiran
bahwa ia adalah orang yang tidak berguna dan gagal. Penderita bipolar juga dapat
jatuh ke dalam penyalahgunaan alkohol, obat-obatan terlarang, bahkan tindak
kriminal (National Institute of Mental Health, 2012).
C. DIAGNOSIS
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar
dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Gangguan bipolar I atau tipe
klasik ditandai dengan adanya 2 episode yaitu manik dan depresi, sedangkan
gangguan bipolar II ditandai dengan hipomanik dan depresi. PPDGJ III membaginya
dalam klasifikasi yang berbeda yaitu menurut episode kini yang dialami penderita
Pembagian Gangguan Afektif Bipolar Berdasarkan PPDGJ III (F31) (Rusdi
Maslim, 2003):
F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik
F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik
F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik
F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang
F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik
5
F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala
psikotik
F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran
F31.7 Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi
F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya
F31.9 Gangguan afektif bipolar yang tidak tergolongkan
F31 Gangguan Afektif Bipolar
Gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari peninggian suasana perasaan
(mood) serta peningkatan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada
waktu lain berupa penurunan suasana perasaan (mood) serta pengurangan energi dan
aktivitas depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna
antar episode, dan insidensi pada kedua jenis kelamin kurang lebih sama dibanding
dengan gangguan suasana perasaan (mood) lainnya. Kedua macam episode itu
seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma mental lain
(adanya stres tidak esensial untuk penegakkan diagnosis (Rusdi Maslim, 2003).
F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini hipomanik
Pedoman diagnostik (Rusdi Maslim, 2003)
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania (F30.0) dan,
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik tanpa Gejala Psikotik
Pedoman diagnostik (Rusdi Maslim, 2003)
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala
psikotik (F30.1) dan,
6
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik
Pedoman diagnostik (Rusdi Maslim, 2003)
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala
psikotik (F30.2) dan,
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, episode kini Depresif Ringan atau Sedang
Pedoman diagnostik (Rusdi Maslim, 2003)
Untuk mendiagnosis pasti :
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan
(F32.0) ataupun sedang (F32.1), dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik
Pedoman diagnostik (Rusdi Maslim, 2003)
Untuk mendiagnosis pasti :
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat
tanpa gejala psikotik (F32.2), dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala Psikotik
Pedoman diagnostik (Rusdi Maslim, 2003)
7
Untuk mendiagnosis pasti :
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat
dengan gejala psikotik (F32.3), dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
Jika dikehendaki, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau
tidak serasi dengan afeknya.
F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran
Pedoman diagnostik (Rusdi Maslim, 2003)
a. Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik dan
depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala mania/hipomania
dan depresi sama-sama mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit
yang sekarang, dan telah berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu) dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, Kini dalam Remisi
Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan
terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif
hipomanik, manik atau campuran di masa lampau dan ditambah sekurang- kurangnya
satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran) (Rusdi Maslim,
2003).
F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya
F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT
8
D. TATALAKSANA
Gangguan bipolar memerlukan pengobatan jangka panjang, kontinu, tidak boleh
putus. Bila putus, fase normal akan memendek sehingga kekambuhan semakin sering.
Adanya fase normal pada gangguan bipolar sering mengakibatkan buruknya
compliance untuk berobat karena dikira sudah sembuh. Oleh karena itu, edukasi
sangat penting agar penderita dapat ditangani lebih dini (Miklowitz, 2006).
Mood stabilizers biasanya menjadi lini pertama pengobatan gangguan bipolar.
Lithium (atau sering dikenal sebagai Eskalith atau Lithobid) merupakan salah satu
mood stabilizer yang paling efektif. Ini merupakan obat mood stabilizer pertama yang
diterima oleh FDA untuk mengobati episode manik maupun depresi. Namun bila
penggunaanya dihentikan tiba-tiba, penderita cepat mengalami relaps. Selain itu,
indeks terapinya sempit dan perlu monitor ketat kadar lithium dalam darah.
Gangguan ginjal menjadi kontraindikasi penggunaan lithium karena akan
menghambat proses eliminasi sehingga menghasilkan kadar toksik. Di samping itu,
pernah juga dilaporkan lithium dapat merusak ginjal bila digunakan dalam jangka
lama. Karena keterbatasan itulah, penggunaan lithium mulai ditinggalkan (Yayan
Israr, 2009).
Antikonvulsan juga digunakan sebagai mood stabilizer. Obat ini sebenarnya
banyak digunakan sebagai anti kejang, namun antikonvulsan juga dapat mengontrol
mood. Antikonvulsan yang dapat digunakan sebagai mood stabilizer adalah (Mahli et
al, 2009):
Asam valproat, untuk mengatasi penderita pada episode manik. Obat ini
terkenal sebagai alternatif bila tidak ada lithium. Valproat menjadi pilihan
ketika penderita bipolar tidak memberi respon terhadap lithium. Bahkan
valproat mulai menggeser dominasi lithium sebagai regimen lini pertama.
Salah satu kelebihan valproat adalah memberikan respon yang baik pada
kelompok rapid cycler. Penderita bipolar digolongkan rapid cycler bila dalam
1 tahun mengalami 4 atau lebih episode manik atau depresi. Efek terapeutik
9
tercapai pada kadar optimal dalam darah yaitu 60-90 mg/L. Efek samping
dapat timbul ketika kadar melebihi 125 mg/L, di antaranya mual, berat badan
meningkat, gangguan fungsi hati, tremor, sedasi, dan rambut rontok. Dosis
akselerasi valproat yang dianjurkan adalah loading dose 30 mg/kg pada 2 hari
pertama dilanjutkan dengan 20 mg/kg pada 7 hari selanjutnya.
Lamotrigine (Lamictal), efektif untuk mengatasi penderita dengan depresi.
Antikonvulsan lainnya, seperti gabapentin (Neurontin), topiramate
(Topamax), dan oxcarbazepine (Trileptal).
Antipsikotik atipikal kadang digunakan untuk mengatasi gejala gangguan bipolar.
Pengobatan biasanya dengan mengkombinasikan dengan obat lain, misalnya
antidepressan. Antipsikotik atipikal misalnya:
Olanzapine (Zyprexa), yang bermanfaat untuk mengurangi gejala mania atau
mania dengan psikosis pada saat menjalani pengobatan dengan antidepressan.
Aripiprazole (Abilify), berguna mengatasi episode manik. Aripiprazole dapat
digunakan untuk pengobatan maintenance.
Quetiapine (Seroquel), risperidone (Risperdal) dan ziprasidone (Geodon) juga
dapat mengatasi episode manik.
Tabel 1. Panduan Obat-Obatan Bipolar (Journal of Prychopharmacology, 2003)
Obat Dosis Monitoring
Lithium Acute mania: 400–1200 mg/hr
Kadar lithium dalam serum harus dipantau setiap 3-6 bulan,
sedangkan tes fungsi ginjal dan tiroid diperiksa setiap 12 bulan.
Valproate Rawat inap: dosis inisial 20-30 mg/kg/hari.
Rawat jalan: dosis inisial 500 mg, titrasi
Tes fungsi hati pada 6 bulan pertama
10
250-500 mg/hari.
Dosis maksimum 60 mg/kg/hari.
Karbamazepin Dosis inisial 400 mg. Dosis maintenance: 200-1600 mg/hari.
Darah rutin, dan tes fungsi hati dilakukan pada 2 bulan pertama.
Lamotrigine Dosis inisial 25 mg/hari pada 2 minggu
pertama, lalu 50 mg pada minggu kedua dan
ketiga.Dosis diturunkan
setengahnya bila pasien juga mendapat
valproate.
Antidepresan terkadang juga digunakan dalam pengobatan gangguan bipolar,
seperti Fluoxetine (Prozac), paroxetine (Paxil), sertraline (Zoloft), dan bupropion,
terutama pada saat pasien mengalami episode depresi. Namun, pengobatan tunggal
dengan antidepresan dapat meningkatkan risiko manik atau hipomanik (Thase ME,
2000).
a. Episode manik
Penanganan gangguan bipolar episode manik termasuk penanganan akan
kesehatan dan keselamatan penderita sendiri maupun orang-orang di sekitarnya.
Tujuan tatalaksana gangguan bipolar episode manik adalah untuk mengurangi gejala
manik yang terjadi serta mengatasi gangguan perilaku lainnya. Penggunaan obat-
obatan yang menginduksi terjadinya manik perlu dihentikan secara bertahap
(misalnya antidepressan). Tatalaksana farmakologi untuk manik adalah lithium,
valproat, antipsikotik atipikal, atau carbamazepine. Pemilihan agen tergantung pada
tingkat keparahan gangguan, serta mempertimbangkan efek samping obat. Walaupun
pengobatan monoterapi dianjurkan, namun kombinasi antara lithium atau asam
11
valproat dengan antipsikotik atipikal lebih meningkatkan tingkat keberhasilan
pengobatan. Sebanyak 50% individu berrespon terhadap monoterapi, namun 75%
memiliki respon terhadap pengobatan kombinasi (Smith et al., 2007).
Bagan 1. Tatalaksana awal episode manik (Journal of Physopharmacology, 2009)
b. Episode depresi
12
Bagan 2. Tatalaksana awal episode depresi ((Journal of Physopharmacology, 2009)
Episode depresi merupakan suatu episode gangguan bipolar yang memiliki risiko
bunuh diri tinggi. Lini pertama pengobatan monoterapi pada episode depresi
13
termasuk lithium, valproate, quetiapine dan lamotrigine. Kombinasi yang disarankan
meiputi olanzapine ditambah fluoxetine, dan lithium yang dikombinasikan dengan
valproate atau lamotrigine
Psikoterapi dengan menggunakan terapi keluarga diperlukan untuk mengajarkan
keluarga tentang gangguan mood serius yang dapat terjadi pada anak-anak saat
terjadinya stres keluarga yang berat. Pendekatan psikoterapetik bagi anak terdepresi
adalah pendekatan kognitif dan pendekatan yang lebih terarah dan lebih terstruktur
dibandingkan yang biasanya digunakan pada orang dewasa. Karena fungsi
psikososial anak yang terdepresi mungkin tetap terganggu untuk periode yang lama,
walaupun setelah episode depresif telah menghilang, intervensi keterampilan sosial
jangka panjang adalah diperlukan. Psikoterapi adalah pilihan utama dalam
pengobatan depresi (Kaplan et al., 2010).
E. PROGNOSIS
Pasien dengan gangguan bipolar I mempunyai prognosis lebih buruk. Di dalam 2
tahun pertama setelah peristiwa awal, 40-50% tentang pasien mengalami serangan
manik lain. Hanya 50-60% pasien dengan gangguan bipolar I yang dapat diatasi
gejalanya dengan lithium. 7% pasien ini, gejala tidak terulang. 45% Persen pasien
mengalami lebih dari sekali kekambuhan dan lebih dari 40% mempunyai suatu
gejalayang menetap (Hoang et al., 2011).
Faktor yang memperburuk prognosis:
a. Riwayat pekerjaan yang buruk/kemiskinan
b. Disertai dengan penyalahgunaan alkohol
c. Disertai dengan gejala psikotik
d. Gejala depresi lebih menonjol
e. Jenis kelamin laki-laki
Prognosis lebih baik bila:
a. Masih dalam episode manik
14
b. Usia lanjut
c. Sedikit pemikiran bunuh diri
d. Tanpa atau minimal gejala psikotik
e. Sedikit masalah kesehatan medis
BAB III
PENUTUP
15
Gangguan bipolar adalah suatu gangguan kejiwaan yang memiliki dua kutub
yang bertolak belakang, yaitu manik dan depresi. Yang khas adalah adanya periode
remisi diantara dua episode tersebut. Pengobatan gangguan bipolar adalah
pengobatan yang jangka panjang dan diperlukan dukungan khusus dari pihak
keluarga maupun lingkungan sekitar.
Adanya fase normal pada gangguan bipolar sering mengakibatkan buruknya
compliance untuk berobat karena dikira sudah sembuh. Sehingga fase normal akan
memendek sehingga kekambuhan semakin sering. Oleh karena itu, terapi yang efektif
dan dukungan keluarga diperlukan pada kasus gangguan bipolar.
DAFTAR PUSTAKA
16
Malhi GS, Adams D, Cahill CM, et al. 2009. The management of individuals with
bipolar disorder: a review of the evidence and its integration into clinical
practice. Drugs; 69: 2063-2101.
GM Goodwin. 2009. Evidence-based guidelines for treating bipolar disorder: revised
second edition—recommendations from the British Association for
Psychopharmacology. Journal of Psychopharmacology 23(4) (2009) 346–388.
Kaplan, Sadock, Grebb, MD, 2010. Sinopsis Psikiatri. Jilid ke-2, Binapura Angkasa,
Jakarta.
Gijsman HJ, Geddes JR, Rendell JM, et al. Antidepressants for bipolar depression: a
systematic review of randomized, controlled trials. Am J Psychiatry 2004;
161: 1537-1547.
Hoang U, Stewart R, Goldacre MJ. 2011. Mortality after hospital discharge for people
with schizophrenia or bipolar disorder: retrospective study of linked English
hospital episode statistics. BMJ.
Kessler RC, Berglund P, Demler O, Jin R, Merikangas KR, Walters EE. 2005.
Lifetime prevalence and age-of-onset distributions of DSM-IV disorders in
the National Comorbidity Survey Replication. Arch Gen Psychiatry
Jun;62(6):593–602.
Israr YA.Gangguan Afektif Bipolar. 2009. FK UNRI.
Miklowitz DJ. 2006. A review of evidence-based psychosocial interventions for
bipolar disorder. J Consult Clin Psychol 67(Suppl 11):28–33.
Thase ME, Sachs GS. 2000. Bipolar depression: pharmacotherapy and related
therapeutic strategies. Biol Psychiatry Sep 15;48(6):558–572.
Maslim, Rusdi, 2003. Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas PPDGJ-III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
U.S. Department of Health and Human Services National Institutes of Health. 2012.
Bipolar Disorder in Adults. National Institutes of Mental Health.
17
Smith LA, Cornelius V, Warnock A, et al. Acute bipolar mania: a systematic review
and meta-analysis of co-therapy vs. monotherapy. Acta Psychiatr Scand 2007;
115: 12-20.