Upload
detti-fahmiasyari
View
316
Download
11
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bedah plastik
Citation preview
Trauma Maksilofasial
Disusun oleh :Detti Fahmiasyari 130112140517Atiqah binti zainal abidin 130112142544
Preceptor: Irra Rubianti Widada, dr., SpBP-RE(K)
Anatomi KraniofasialNeurocranium Viscerocranium
1. Os. Frontale 2. Os. Parietale 3. Os. Temporale 4. Os. Sphenoidale 5. Os. Occipitalis6. Os. Ethmoidalis
1. Os. Maksilare 2. Os. Palatinum 3. Os. Nasale 4. Os. Lacrimale 5. Os. Zygomatikum 6. Os. Concha nasalis inferior7. Vomer 8. Os. Mandibulare
Tulang wajah/maksilofasial dibagi menjadi tiga
bagian:
1. 1/3 atas wajah: tulang frontalis, regio supra orbita, rima orbita dan sinus frontalis
2. 1/3 tengah wajah: maksila, zigomatikus, lakrimal, nasal, palatinus, nasal konka inferior, dan tulang vomer
3. 1/3 bawah wajah: mandibula
Trauma pada wajah atau rahang yang
disebabkan oleh kekuatan fisik, benda asing, gigitan binatang, atau luka bakar yang menyebabkan cedera pada jaringan lunak serta jaringan keras di daerah wajah, mulut dan dentoalveolar
Cedera jaringan lunak: abrasi, kontusio, luka bakar laserasi
Cedera dentoalveolar: fraktur tulang alveolar, fraktur gigi geligi
Fraktur wajah: bagian atas, tengah, atau bawah
Definisi Trauma Maksilofasial
kecelakaan lalu lintas trauma ketika bermain di taman kecelakaan sewaktu bekerja atau industri kecelakaan sewaktu berolahraga tindak kejahatan dan kekerasan arus listrik bahan kimia
Etiologi
Trauma Maksilofacial dibagi atas fraktur
pada organ yang terjadi : Fraktur tulang hidung Fraktur tulang zigoma dan arkus zigoma Fraktur tulang maksila (mid facial) Fraktur tulang orbita Fraktur tulang mandibula
Klasifikasi
Trauma daerah wajah paling sering Diagnosis fraktur hidung dapat dilakukan
dengan inspeksi, palpasi dan pemeriksaan hidung bagian dalam dilakukan dengan rinoskopi anterior
Fraktur tulang hidung
Gambaran klinis :
Epistaksis Perubahan bentuk hidung Obstruksi jalan nafas Ekimosis infraorbital
Klasifikasi fraktur nasal :
- Fraktur hidung sederhanaMerupakan fraktur pada tulang hidung saja sehingga dapat dilakukan reposisi fraktur tersebut dalam analgesi lokal
Fraktur Tulang hidung terbukaMenyebabkan perubahan tempat dari tulang hidung tersebut yang juga disertai laserasi pada kulit atau mukoperiosteum rongga hidung. Kerusakan atau kelainan pada kulit dari hidung diusahakan untuk diperbaiki atau direkonstruksi pada saat tindakan.
- Fraktur tulang nasoorbitoetmoid
kompleks Jika nasal piramid rusak karena tekanan atau pukulan dengan beban berat akan menimbulkan fraktur yang hebat pada tulang hidung, lakrimal, etmoid, maksila dan frontal
Tindakan :
Reduksi tertutup dengan analgesia lokal atau analgesia lokal dengan sedasi ringan. Paling baik dilakukan 1-2 jam setelah trauma.Indikasi : Fraktur sederhana tulang hidung/septum hidung.
Reduksi terbuka, dilakukan dengan sedasi yang kuat atau analgesia umum.Indikasi : Fraktur dislokasi ekstensif tulang dan hidung, fraktur septum terbuka, fraktur dislokasi septum kaudal, persisten deformitas setelah reduksi tertutup.
Faktur Tulang Zygoma Tulang zigoma ini dibentuk oleh bagian-bagian
yang berasal dari tulang temporal, tulang frontal, tulang sfenoid dan tulang maksila. Bagian-bagian dari tulang yang membentuk zigoma ini memberikan sebuah penonjolam pada pipi di bawah mata sedikit ke arah lateral
Jenis fraktur yang selalu disebabkan oleh kekerasan langsung
Fraktur sering berupa Communited fracture
Fraktur tulang zigoma dan arkus zigoma
Gejala fraktur zigoma :
Pipi menjadi lebih rata (jika dibandingkan dengan sisi kontralateral atau sebelum trauma)
Diplopia dan terbatasnya gerakan bola mata Edem periorbita dan ekinosis Perdarahan subkonjungtiva Enoftalmus Ptosis karena kerusakan saraf infra-orbita Terbatasnya gerakan mandibula Emfisema subkutis Epistaksis karena perdarahan yang terjadi pada antrum
Tindakan :
Reduksi tidak langsung dari fraktur zigoma Reduksi terbuka dari tulang zigoma
Fraktur Arkus Zigoma Arkus zigoma merupakan bagian dari subunit wajah
yang dikenal sebagai zygomaticomaxillary complex (ZMC), yang memiliki 4 fusi tulang dengan tengkorak.
Fraktur arkus zigoma tidak sulit untuk dikenal sebab pada tempat ini timbul rasa nyeri waktu bicara atau mengunyah. Kadang-kadang timbul trismus.
Fraktur arkus zigoma yang tertekan atau terdepresi dapat dengan mudah dikenal dengan palpasi
Fraktur dari tulang maksila ini berpotensi
mengancam nyawa karena dapat menimbulkan gangguan jalan nafas serta perdarahan hebat yang berasal dari arteri maksilaris interna atau arteri ethmoidalis sering terjadi pada fraktur maksila
Fraktur Tulang Maksila
Klasifikasi fraktur maksila :
Fraktur Maksila Le Fort IMeliputi fraktur horizontal bagian bawah antara maksila dan palatum atau arkus alveolar kompleks, rahang atas mengalami pergerakan yang disebut floating jaw.
Fraktur Maksila Le Fort II (fraktur piramid)
Berjalan melalui tulang hidung dan diteruskan ke tulang lakrimalis, dasar orbita, pinggir infraorbita dan menyebrang ke bagian atas dari sinus maksila juga ke arah lamin pterigoid sampai ke fossa pterigopalatina.
Manifestasi: edema di kedua periorbital, disertai juga dengan ekimosis, yang terlihat seperti racoon sign. Keluarnya cairan cerebrospinal dan epistaksis juga dapat ditemukan pada kasus ini.
Fraktur Le Fort III (craniofacial dysjunction)
Suatu fraktur yang memisahkan secara lengkap antara tulang dan tulang kranial
Tanda: remuknya wajah serta adanya mobilitas tulang zygomatikomaksila kompleks, disertai pula dengan keluarnya cairan serebrospinal, edema, dan ekimosis periorbital.
Fraktur maksila sangat erat hubungannya
dengan timbulnya fraktur orbita terutama pada penderita yang menaiki kendaraan bermotor
Orbita dibentuk oleh 7 tulang wajah, yaitu tulang frontal, tulang zigoma,tulang maksila, tulang lakrimal, tulang etmoid, tulang sphenoid dan tulang palatina
Fraktur Tulang Orbita
Gejala – gejala :
Enoftalmus Eksoftalmus Diplopia Asimetris pada muka Gangguan saraf sensoris
Disebabkan oleh kondisi mandibula yang
terpisah dari kranium Penanganan fraktur mandibula ini sangat
penting terutama untuk mendapatkan efek kosmetik yang memuaskan, oklusi gigi yang sempurna, proses mengunyah dan menelan yang sempurna
Fraktur Tulang Mandibula
Diagnosis :
Pembengkakan, ekimosis ataupun laserasi pada kulit yang meliputi mandibula
Rasa nyeri yang disebabkan kerusakan pada nervus alveolaris inferior.
Anestesia dapat terjadi pada satu bibir bawah, pada gusi atau pada gigi dimana nervus alveolaris inferior menjadi rusak.
Maloklusi, adanya fraktur mandibula sangat sering menimbulkan maloklusi.
Gangguan morbilitas atau adanya krepitasi. Rasa nyeri saat mengunyah. Gangguan jalan nafas, kerusakan hebat pada
mandibula menyebabkan perubahan posisi, trismus, hematoma, serta edema pada jaringan lunak.
a. Primary Survey: ABCDEb. Secondary Survey
Anamnesis1. Bagaimana kejadiannya?2. Kapan kejadiannya?3. Spesifikasi luka, termasuk tipe objek yang terkena, arah terkena, dan alat yang kemungkinan dapat menyebabkannya?4. Apakah pasien mengalami hilangnya kesadaran?5. Gejala apa yang sekarang diperlihatkan oleh pasien, termasuk nyeri, sensasi, perubahan penglihatan, dan maloklusi
Penilaian Awal & Diagnosis
Evaluasi menyeluruh pada sistem:alergi, obat-obatan, imunisasi tetanus terdahulu, kondisi medis, dan pembedahan terdahulu
Jejas 1/3 atas wajah: sakit kepala, kaku di daerah nasal, hilangnya kesadaran, dan mati rasa di daerah kening.
Jejas 1/3 tengah wajah: perubahan ketajaman penglihatan, diplopia, perubahan oklusi, trismus, mati rasa di daerah paranasal dan infraorbital, dan obstruksi jalan nafas.
Jejas 1/3 bawah wajah: perubahan oklusi, nyeri pada rahang, kaku di daerah telinga, dan trismus.
Pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan jantung dan paru, fungsi neurologis, dan area lain yang berpotensi terkena trauma, termasuk dada, abdomen, dan area pelvis.
Pemeriksaan klinis pada wajah
c. Pemeriksaan Radiologis
Mandibula: panoramic view, open-mouth Towne’s view, postero-anterior view, lateral oblique view.
Fraktur sepertiga tengah wajah: Water’s view, lateral skull view, posteroanterior skull view, dan submental vertex view
Computed Tomography (CT) scans dapat juga memberi informasi bila terjadi trauma yang dapat menyebabkan tidak memungkinkannya dilakukan teknik foto radiografis biasa.
Hasil : penyembuhan tulang yang cepat, normalnya
kembali okular, sistem mastikasi, dan fungsi nasal, pemulihan fungsi bicara, dan kembalinya estetika wajah dan gigi.
Prinsip dasar perawatan fraktur maksilofasial : reduksi fraktur tertutup atau terbuka (mengembalikan
segmen-segmen tulang pada lokasi anatomi semula) fiksasi segmen-segmen tulang untuk meng-imobilisasi
segmen-segmen pada lokasi fraktur sebagai tambahan, sebelum tindakan, oklusi sebaiknya
sudah direstorasi dan infeksi pada area fraktur sebaiknya di cegah dan dihilangkan terlebih dahulu.
Tatalaksana
TERIMA KASIH