26
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN SUBDURAL HEMATOMA OLEH I MADE SUMAHARIANTA RADIN PO7120012083 Kementerian Kesehatan RI

Laporan Pendahuluan Subdural Hematoma

Embed Size (px)

DESCRIPTION

this is for nurse

Citation preview

Page 1: Laporan Pendahuluan Subdural Hematoma

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

SUBDURAL HEMATOMA

OLEHI MADE SUMAHARIANTA RADIN

PO7120012083

Kementerian Kesehatan RIPoliteknik Kesehatan Denpasar

2014

Page 2: Laporan Pendahuluan Subdural Hematoma

LAPORAN PENDAHULUAN SUBDURAL HEMATOMAI. KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN

Hematoma subdural adalah pengumpulan darah diantara dura dan dasar otak, suatu ruang ini pada keadaan normal diisi oleh cairan. Paling sering disebabkan oleh trauma, tetapi dapat juga terjadi kecenderungan perdarahan yang serius dan aneurisma. Hematoma subdural lebih sering terjadi pada vena dan merupakan akibat putusnya pembuluh darah kecil yang menjembatani ruang subdural.

Perdarahan subdural adalah perdarahan karena trauma yang terjadi antara membran luar dan menengah (meninges) yang meliputi otak. Hematoma subdural disebabkan karena robekan permukaan vena atau pengeluaran kumpulan darah vena. Hematoma subdural dalam bentuk kronik, hanya darah yang efusi ke ruang subdural akibat pecahnya vena-vena penghubung, umumnya disebabkan oleh cedera kepala tertutup. Efusi itu merupakan proses bertahap yang menyebabkan beberapa minggu setelah cedera, sakit kepala dan tanda-tanda fokal progresif yang menunjukkan lokasi gumpalan darah.

Jadi subdural hematom adalah perdarahan diantara lapisan durameter dan lapisan araknoid yang diakibatkan oleh trauma dimana terjadi robekan permukaan vena atau pengeluaran kumpulan darah vena.

B. PATOFISIOLOGI

Perdarahan terjadi antara duramater dan arakhnoidea. Perdarahan dapat terjadi akibat robeknya vena jembatan (bridging veins) yang menghubungkan vena di permukaan otak dan sinus venosus di dalam duramater atau karena robeknya araknoidea. Karena otak yang bermandikan cairan cerebrospinal dapat bergerak, sedangkan sinus venosus dalam keadaan terfiksir, berpindahnya posisi otak yang terjadi pada trauma, dapat merobek beberapa vena halus pada tempat di mana mereka menembus duramater Perdarahan yang besar akan menimbulkan gejala-gejala akut menyerupai hematoma epidural.

Perdarahan yang tidak terlalu besar akan membeku dan di sekitarnya akan tumbuh jaringan ikat yang membentuk kapsula. Gumpalan darah lambat laun mencair dan menarik cairan dari sekitarnya dan mengembung memberikan gejala seperti tumor serebri karena tekanan intracranial yang berangsur meningkat.

Perdarahan sub dural kronik umumnya berasosiasi dengan atrofi serebral. Vena jembatan dianggap dalam tekanan yang lebih besar, bila volume otak mengecil sehingga walaupun hanya trauma yang kecil saja dapat menyebabkan robekan pada

Page 3: Laporan Pendahuluan Subdural Hematoma

vena tersebut. Perdarahan terjadi secara perlahan karena tekanan sistem vena yang rendah, sering menyebabkan terbentuknya hematoma yang besar sebelum gejala klinis muncul. Pada perdarahan subdural yang kecil sering terjadi perdarahan yang spontan. Pada hematoma yang besar biasanya menyebabkan terjadinya membran vaskular yang membungkus hematoma subdural tersebut. Perdarahan berulang dari pembuluh darah di dalam membran ini memegang peranan penting, karena pembuluh darah pada membran ini jauh lebih rapuh sehingga dapat berperan dalam penambahan volume dari perdarahan subdural kronik.

Akibat dari perdarahan subdural, dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan perubahan dari bentuk otak. Naiknya tekanan intra kranial dikompensasi oleh efluks dari cairan likuor ke axis spinal dan dikompresi oleh sistem vena. Pada fase ini peningkatan tekanan intra kranial terjadi relatif perlahan karena komplains tekanan intra kranial yang cukup tinggi.

Meskipun demikian pembesaran hematoma sampai pada suatu titik tertentu akan melampaui mekanisme kompensasi tersebut. Komplains intrakranial mulai berkurang yang menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intra kranial yang cukup besar. Akibatnya perfusi serebral berkurang dan terjadi iskemi serebral. Lebih lanjut dapat terjadi herniasi transtentorial atau subfalksin. Herniasi tonsilar melalui foramen magnum dapat terjadi jika seluruh batang otak terdorong ke bawah melalui incisura tentorial oleh meningkatnya tekanan supra tentorial. Juga pada hematoma subdural kronik, didapatkan bahwa aliran darah ke thalamus dan ganglia basaalis lebih terganggu dibandingkan dengan daerah otak yang lainnya.

Terdapat 2 teori yang menjelaskan terjadinya perdarahan subdural kronik, yaitu teori dari Gardner yang mengatakan bahwa sebagian dari bekuan darah akan mencair sehingga akan meningkatkan kandungan protein yang terdapat di dalam kapsul dari subdural hematoma dan akan menyebabkan peningkatan tekanan onkotik didalam kapsul subdural hematoma. Karena tekanan onkotik yang meningkat inilah yang mengakibatkan pembesaran dari perdarahan tersebut. Tetapi ternyata ada kontroversial dari teori Gardner ini, yaitu ternyata dari penelitian didapatkan bahwa tekanan onkotik di dalam subdural kronik ternyata hasilnya normal yang mengikuti hancurnya sel darah merah. Teori yang ke dua mengatakan bahwa, perdarahan berulang yang dapat mengakibatkan terjadinya perdarahan subdural kronik, faktor angiogenesis juga ditemukan dapat meningkatkan terjadinya perdarahan subdural kronik, karena turut memberi bantuan dalam pembentukan peningkatan vaskularisasi di luar membran atau kapsul dari subdural hematoma. Level dari koagulasi, level abnormalitas enzim fibrinolitik dan peningkatan aktivitas dari fibrinolitik dapat menyebabkan terjadinya perdarahan subdural kronik.

C. TANDA DAN GEJALA

1. Hematoma Subdural Akut

Page 4: Laporan Pendahuluan Subdural Hematoma

Hematoma subdural akut menimbulkan gejala neurologik dalam 24 sampai 48

jam setelah cedera. Dan berkaitan erat dengan trauma otak berat. Gangguan

neurologik progresif disebabkan oleh tekanan pada jaringan otak dan herniasi

batang otak dalam foramen magnum, yang selanjutnya menimbulkan tekanan

pada batang otak. Keadan ini dengan cepat menimbulkan berhentinya pernapasan

dan hilangnya kontrol atas denyut nadi dan tekanan darah.

2. Hematoma Subdural Subakut

Hematoma ini menyebabkan defisit neurologik dalam waktu lebih dari 48 jam

tetapi kurang dari 2 minggu setelah cedera. Seperti pada hematoma subdural akut,

hematoma ini juga disebabkan oleh perdarahan vena dalam ruangan subdural.

Anamnesis klinis dari penmderita hematoma ini adalah adanya trauma kepala

yang menyebabkan ketidaksadaran, selanjutnya diikuti perbaikan status

neurologik yang perlahan-lahan. Namun jangka waktu tertentu penderita

memperlihatkan tanda-tanda status neurologik yang memburuk. Tingkat

kesadaran mulai menurun perlahan-lahan dalam beberapa jam.Dengan

meningkatnya tekanan intrakranial seiring pembesaran hematoma, penderita

mengalami kesulitan untuk tetap sadar dan tidak memberikan respon terhadap

rangsangan bicara maupun nyeri. Pergeseran isi intracranial dan peningkatan

intracranial yang disebabkan oleh akumulasi darah akan menimbulkan herniasi

unkus atau sentral dan melengkapi tanda-tanda neurologik dari kompresi batang

otak.

3. Hematoma Subdural Kronik

Timbulnya gejala pada umumnya tertunda beberapa minggu, bulan dan

bahkan beberapa tahun setelah cedera pertama. Trauma pertama merobek salah

satu vena yang melewati ruangan subdural. Terjadi perdarahan secara lambat

dalam ruangan subdural. Dalam 7 sampai 10 hari setelah perdarahan terjdi, darah

dikelilingi oleh membrane fibrosa. Dengan adanya selisih tekanan osmotic yang

mampu menarik cairan ke dalam hematoma, terjadi kerusakan sel-sel darah dalam

hematoma. Penambahan ukuran hematoma ini yang menyebabkan perdarahan

lebih lanjut dengan merobek membran atau pembuluh darah di sekelilingnya,

menambah ukuran dan tekanan hematoma.

Page 5: Laporan Pendahuluan Subdural Hematoma

Hematoma subdural yang bertambah luas secara perlahan paling sering terjadi

pada usia lanjut (karena venanya rapuh) dan pada alkoholik. Pada kedua keadaan

ini, cedera tampaknya ringan, selama beberapa minggu gejalanya tidak

dihiraukan. Hasil pemeriksaan CT scan dan MRI bisa menunjukkan adanya

genangan darah.

Hematoma subdural yang kecil pada dewasa seringkali diserap secara spontan.

Hematoma subdural yang besar, yang menyebabkan gejala-gejala neurologis

biasanya dikeluarkan melalui pembedahan. Petunjuk dilakukannya pengaliran

perdarahan ini adalah:

a. sakit kepala yang menetap

b. rasa mengantuk yang hilang-timbul

c. linglung

d. perubahan ingatan

e. kelumpuhan ringan pada sisi tubuh yang berlawanan.

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. CT-Scan (dengan atau tanpa kontras): Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan,

determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak. Catatan : Untuk mengetahui

adanya infark / iskemia jangan dilakukan pada 24 - 72 jam setelah injuri.

2. MRI: Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.

3. Cerebral Angiography: Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti: perubahan

jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.

4. Serial EEG: Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis.

5. X-Ray: Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis

(perdarahan/edema), fragmen tulang.

6. BAER: Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil.

7. PET: Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak.

8. CSF, Lumbal Punksi: Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan

subarachnoid.

9. ABGs: Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenisasi)

jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial.

Page 6: Laporan Pendahuluan Subdural Hematoma

10.Kadar Elektrolit: Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat

peningkatan tekanan intrkranial

11.Screen Toxicologi: Untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan

penurunan kesadaran.

E. PENATALAKSANAAN

1. Konservatif:

a. Bedrest total

b. Pemberian obat-obatan

c. Observasi tanda-tanda vital (GCS dan tingkat kesadaran)

2. Prioritas Perawatan:

a. Maksimalkan perfusi / fungsi otak

b. Mencegah komplikasi

c. Pengaturan fungsi secara optimal / mengembalikan ke fungsi normal

d. Mendukung proses pemulihan koping klien / keluarga

e. Pemberian informasi tentang proses penyakit, prognosis, rencana pengobatan,

dan rehabilitasi.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab): nama, umur, jenis kelamin,

agama, suku bangsa, status perkawinan, alamat, golongan darah, pengahasilan,

hubungan klien dengan penanggung jawab.

2. Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status

kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah kejadian.

3. Pemeriksaan fisik

a. Sistem respirasi : suara nafas, pola nafas (kusmaull, cheyene stokes, biot,

hiperventilasi, ataksik)

b. Kardiovaskuler : pengaruh perdarahan organ atau pengaruh PTIK

c. Sistem saraf :

1) Kesadaran GCS.

Page 7: Laporan Pendahuluan Subdural Hematoma

2) Fungsi saraf kranial trauma yang mengenai/meluas ke batang otak akan

melibatkan penurunan fungsi saraf kranial.

3) Fungsi sensori-motor adakah kelumpuhan, rasa baal, nyeri, gangguan

diskriminasi suhu, anestesi, hipestesia, hiperalgesia, riwayat kejang.

Skala Koma Glasgow

No RESPON NILAI1 Membuka Mata :

-Spontan-Terhadap rangsangan suara-Terhadap nyeri-Tidak ada

 4321

2 Verbal :-Orientasi baik-Orientasi terganggu-Kata-kata tidak jelas-Suara tidak jelas-Tidak ada respon

 54321

3 Motorik : - Mampu bergerak-Melokalisasi nyeri-Fleksi menarik-Fleksi abnormal-Ekstensi-Tidak ada respon

 654321

Total 3-15

d. Sistem pencernaan

1) Bagaimana sensori adanya makanan di mulut, refleks menelan,

kemampuan mengunyah, adanya refleks batuk, mudah tersedak. Jika

pasien sadar tanyakan pola makan?

2) Waspadai fungsi ADH, aldosteron : retensi natrium dan cairan.

3) Retensi urine, konstipasi, inkontinensia.

e. Kemampuan bergerak : kerusakan area motorik hemiparesis/plegia,

gangguan gerak volunter, ROM, kekuatan otot.

f. Kemampuan komunikasi : kerusakan pada hemisfer dominan disfagia atau

afasia akibat kerusakan saraf hipoglosus dan saraf fasialis.

Page 8: Laporan Pendahuluan Subdural Hematoma

g. Psikososial data ini penting untuk mengetahui dukungan yang didapat

pasien dari keluarga.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan pola napas berhubungan dengan depresi pada pusat napas di otak.

2. Inefektif kebersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sputum.

3. Gangguan perfusi jaringan otak berhubungan dengan udem otak.

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan kesadaran (soporos -

coma).

5. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi, tidak

adekuatnya sirkulasi perifer.

6. Nyeri berhubungan dengan trauma kepala.

7. Kecemasan keluarga berhubungan keadaan yang kritis pada pasien.

8. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan menurunnya

kesadaran.

9. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan mual dan muntah.

10. Risiko injuri berhubungan dengan menurunnya kesadaran atau meningkatnya

tekanan intrakranial.

11. Risiko infeksi berhubungan dengan kondisi penyakit akibat trauma kepala.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Gangguan pola napas berhubungan dengan depresi pada pusat napas di

otak.

Tujuan : Mempertahankan pola napas yang efektif melalui ventilator.

Kriteria evaluasi :

Penggunaan otot bantu napas tidak ada, sianosis tidak ada atau tanda-tanda

hipoksia tidak ada dan gas darah dalam batas-batas normal.

Rencana tindakan :

a. Hitung pernapasan pasien dalam satu menit. Pernapasan yang cepat dari

pasien dapat menimbulkan alkalosis respiratori dan pernapasan lambat

meningkatkan tekanan Pa CO dan menyebabkan asidosis respiratorik.

Page 9: Laporan Pendahuluan Subdural Hematoma

b. Cek pemasangan tube, untuk memberikan ventilasi yang adekuat dalam

pemberian tidal volume.

c. Observasi ratio inspirasi dan ekspirasi pada fase ekspirasi biasanya 2 x

lebih panjang dari inspirasi, tapi dapat lebih panjang sebagai kompensasi

terperangkapnya udara terhadap gangguan pertukaran gas.

d. Perhatikan kelembaban dan suhu pasien keadaan dehidrasi dapat

mengeringkan sekresi / cairan paru sehingga menjadi kental dan

meningkatkan resiko infeksi.

e. Cek selang ventilator setiap waktu (15 menit), adanya obstruksi dapat

menimbulkan tidak adekuatnya pengaliran volume dan menimbulkan

penyebaran udara yang tidak adekuat.

f. Siapkan ambu bag tetap berada di dekat pasien, membantu membarikan

ventilasi yang adekuat bila ada gangguan pada ventilator.

2. Inefektif kebersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan

sputum.

Tujuan : Mempertahankan jalan napas dan mencegah aspirasi

Kriteria Evaluasi :

Suara napas bersih, tidak terdapat suara sekret pada selang dan bunyi alarm

karena peninggian suara mesin, sianosis tidak ada.

Rencana tindakan :

a. Kaji dengan ketat (tiap 15 menit) kelancaran jalan napas. Obstruksi dapat

disebabkan pengumpulan sputum, perdarahan, bronchospasme atau

masalah terhadap tube.

b. Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi dada (tiap 1 jam ). Pergerakan

yang simetris dan suara napas yang bersih indikasi pemasangan tube yang

tepat dan tidak adanya penumpukan sputum.

c. Lakukan pengisapan lendir dengan waktu kurang dari 15 detik bila sputum

banyak. Pengisapan lendir tidak selalu rutin dan waktu harus dibatasi

untuk mencegah hipoksia.

Page 10: Laporan Pendahuluan Subdural Hematoma

d. Lakukan fisioterapi dada setiap 2 jam. Meningkatkan ventilasi untuk

semua bagian paru dan memberikan kelancaran aliran serta pelepasan

sputum.

3. Gangguan perfusi jaringan otak berhubungan dengan udem otak

Tujuan : Mempertahankan dan memperbaiki tingkat kesadaran fungsi

motorik.

Kriteria hasil :

Tanda-tanda vital stabil, tidak ada peningkatan intrakranial.

Rencana tindakan :

a. Monitor dan catat status neurologis dengan menggunakan metode GCS.

Rasional : Refleks membuka mata menentukan pemulihan tingkat

kesadaran.

Respon motorik menentukan kemampuan berespon terhadap stimulus

eksternal dan indikasi keadaan kesadaran yang baik.

Reaksi pupil digerakan oleh saraf kranial oculus motorius dan untuk

menentukan refleks batang otak.

Pergerakan mata membantu menentukan area cedera dan tanda awal

peningkatan tekanan intracranial adalah terganggunya abduksi mata.

b. Monitor tanda-tanda vital tiap 30 menit.

Peningkatan sistolik dan penurunan diastolik serta penurunan tingkat

kesadaran dan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial. Adanya

pernapasan yang irreguler indikasi terhadap adanya peningkatan

metabolisme sebagai reaksi terhadap infeksi.

Untuk mengetahui tanda-tanda keadaan syok akibat perdarahan.

c. Pertahankan posisi kepala yang sejajar dan tidak menekan.

Perubahan kepala pada satu sisi dapat menimbulkan penekanan pada vena

jugularis dan menghambat aliran darah otak, untuk itu dapat meningkatkan

tekanan intrakranial.

d. Hindari batuk yang berlebihan, muntah, mengedan, pertahankan

pengukuran urin dan hindari konstipasi yang berkepanjangan.

Dapat mencetuskan respon otomatik penngkatan intrakranial.

Page 11: Laporan Pendahuluan Subdural Hematoma

e. Observasi kejang dan lindungi pasien dari cedera akibat kejang.

Kejang terjadi akibat iritasi otak, hipoksia, dan kejang dapat meningkatkan

tekanan intrakrania.

f. Berikan oksigen sesuai dengan kondisi pasien.

Dapat menurunkan hipoksia otak.

g. Berikan obat-obatan yang diindikasikan dengan tepat dan benar

(kolaborasi). Membantu menurunkan tekanan intrakranial secara biologi /

kimia seperti osmotik diuritik untuk menarik air dari sel-sel otak sehingga

dapat menurunkan udem otak, steroid (dexametason) untuk menurunkan

inflamasi, menurunkan edema jaringan. Obat anti kejang untuk

menurunkan kejang, analgetik untuk menurunkan rasa nyeri efek negatif

dari peningkatan tekanan intrakranial. Antipiretik untuk menurunkan panas

yang dapat meningkatkan pemakaian oksigen otak.

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan kesadaran (soporos

- coma)

Tujuan : Kebutuhan dasar pasien dapat terpenuhi secara adekuat.

Kriteria hasil :

Kebersihan terjaga, kebersihan lingkungan terjaga, nutrisi terpenuhi sesuai

dengan kebutuhan, oksigen adekuat.

Rencana Tindakan :

a. Berikan penjelasan tiap kali melakukan tindakan pada pasien.

Penjelasan dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan kerja sama

yang dilakukan pada pasien dengan kesadaran penuh atau menurun.

b. Beri bantuan untuk memenuhi kebersihan diri.

Kebersihan perorangan, eliminasi, berpakaian, mandi, membersihkan mata

dan kuku, mulut, telinga, merupakan kebutuhan dasar akan kenyamanan

yang harus dijaga oleh perawat untuk meningkatkan rasa nyaman,

mencegah infeksi dan keindahan.

c. Berikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan.

Page 12: Laporan Pendahuluan Subdural Hematoma

Makanan dan minuman merupakan kebutuhan sehari-hari yang harus

dipenuhi untuk menjaga kelangsungan perolehan energi. Diberikan sesuai

dengan kebutuhan pasien baik jumlah, kalori, dan waktu.

d. Jelaskan pada keluarga tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga

lingkungan yang aman dan bersih.

Keikutsertaan keluarga diperlukan untuk menjaga hubungan klien -

keluarga. Penjelasan perlu agar keluarga dapat memahami peraturan yang

ada di ruangan.

e. Berikan bantuan untuk memenuhi kebersihan dan keamanan

lingkungan. Lingkungan yang bersih dapat mencegah infeksi dan

kecelakaan.

5. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi,

tidak adekuatnya sirkulasi perifer.

Tujuan : Gangguan integritas kulit tidak terjadi

Rencana tindakan :

a.Kaji fungsi motorik dan sensorik pasien dan sirkulasi perifer untuk

menetapkan kemungkinan terjadinya lecet pada kulit.

b.Kaji kulit pasien setiap 8 jam : palpasi pada daerah yang tertekan.

c.Berikan posisi dalam sikap anatomi dan gunakan tempat kaki untuk daerah

yang menonjol.

d.Ganti posisi pasien setiap 2 jam

e.Pertahankan kebersihan dan kekeringan pasien : keadaan lembab akan

memudahkan terjadinya kerusakan kulit.

f. Massage dengan lembut di atas daerah yang menonjol setiap 2 jam sekali.

g.Pertahankan alat-alat tenun tetap bersih dan tegang.

h.Kaji daerah kulit yang lecet untuk adanya eritema, keluar cairan setiap 8

jam.

i. Berikan perawatan kulit pada daerah yang rusak / lecet setiap 4 - 8 jam

dengan menggunakan H2O2.

Page 13: Laporan Pendahuluan Subdural Hematoma

6. Nyeri berhubungan dengan trauma kepala.

Tujuan: Klien akan merasa nyaman yang ditandai dengan klien tidak

mengeluh nyeri, dan tanda-tanda vital dalam batas normal.

Intervensi:

a. Kaji keluhan nyeri dengan menggunakan skala nyeri, catat lokasi nyeri,

lamanya, serangannya, peningkatan nadi, nafas cepat atau lambat,

berkeringat dingin.

b. Mengatur posisi sesuai kebutuhan anak untuk mengurangi nyeri.

c. Kurangi rangsangan.

d. Pemberian obat analgetik sesuai dengan program.

e. Ciptakan lingkungan yang nyaman termasuk tempat tidur.

f. Berikan sentuhan terapeutik, lakukan distraksi dan relaksasi.

7. Kecemasan keluarga berhubungan keadaan yang kritis pada pasien.

Tujuan : Kecemasan keluarga dapat berkurang

Kriteri evaluasi :

Ekspresi wajah tidak menunjang adanya kecemasan

Keluarga mengerti cara berhubungan dengan pasien

Pengetahuan keluarga mengenai keadaan, pengobatan dan tindakan

meningkat.

Rencana tindakan :

a. Bina hubungan saling percaya.

Untuk membina hubungan terpiutik perawat - keluarga.

b. Dengarkan dengan aktif dan empati, keluarga akan merasa diperhatikan.

c. Beri penjelasan tentang semua prosedur dan tindakan yang akan dilakukan

pada pasien. Penjelasan akan mengurangi kecemasan akibat ketidak

tahuan.

d. Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertemu dengan klien.

Mempertahankan hubungan pasien dan keluarga.

e. Berikan dorongan spiritual untuk keluarga.

Page 14: Laporan Pendahuluan Subdural Hematoma

Semangat keagamaan dapat mengurangi rasa cemas dan meningkatkan

keimanan dan ketabahan dalam menghadapi krisis.

8. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan

menurunnya kesadaran.

Tujuan: Kebutuhan sehari-hari anak terpenuhi yang ditandai dengan berat

badan stabil atau tidak menunjukkan penurunan berat badan, tempat tidur

bersih, tubuh anak bersih, tidak ada iritasi pada kulit, buang air besar dan

kecil dapat dibantu.

Intervensi:

a. Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan aktivitas, makan – minum,

mengenakan pakaian, BAK dan BAB, membersihkan tempat tidur, dan

kebersihan perseorangan.

b. Berikan makanan via parenteral bila ada indikasi.

c. Perawatan kateter bila terpasang.

d. Kaji adanya konstipasi, bila perlu pemakaian pelembek tinja untuk

memudahkan BAB.

e. Libatkan orang tua dalam perawatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari

dan demonstrasikan, seperti bagaimana cara memandikan anak.

9. Risiko kurangnnya volume cairan berhubungan dengan mual dan

muntah.

Tujuan: Tidak ditemukan tanda-tanda kekurangan volume cayran atau

dehidrasi yang ditandai dengan membran mukosa lembab, integritas

kulit baik, dan nilai elektrolit dalam batas normal.

Intervensi:

a. Kaji intake dan out put.

b. Kaji tanda-tanda dehidrasi: turgor kulit,

membran mukosa, dan ubun-ubun atau mata cekung dan out put urine.

c. Berikan cairan intra vena sesuai program.

Page 15: Laporan Pendahuluan Subdural Hematoma

10. Risiko injuri berhubungan dengan menurunnya kesadaran atau

meningkatnya tekanan intrakranial.

Tujuan: Anak terbebas dari injuri.

Intervensi:

a. Kaji status neurologis anak: perubahan kesadaran, kurangnya respon

terhadap nyeri, menurunnya refleks, perubahan pupil, aktivitas pergerakan

menurun, dan kejang.

b. Kaji tingkat kesadaran dengan GCS

c. Monitor tanda-tanda vital anak setiap jam atau sesuai dengan protokol.

d. Berikan istirahat antara intervensi atau pengobatan.

e. Berikan analgetik sesuai program.

11. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya injuri.

Tujuan: Klien akan terbebas dari infeksi yang ditandai dengan tidak

ditemukan tanda-tanda infeksi: suhu tubuh dalam batas normal, tidak

ada pus dari luka, leukosit dalam batas normal.

Intervensi:

a. Kaji adanya drainage pada area luka.

b. Monitor tanda-tanda vital: suhu tubuh.

c. Lakukan perawatan luka dengan steril dan hati-hati.

d. Kaji tanda dan gejala adanya meningitis, termasuk kaku kuduk, iritabel,

sakit kepala, demam, muntah dan kenjang.

D. IMPLEMENTASI

Perencanaan disesuaikan dengan kondisi dan respon klien

E. EVALUASI

1. Penggunaan otot bantu napas tidak ada2. Suara napas bersih3. Tidak ada peningkatan intrakranial.4. Tanda-tanda vital stabil

Page 16: Laporan Pendahuluan Subdural Hematoma

5. Kebersihan terjaga6. wajah tidak menunjang adanya kecemasan7. Keluarga mengerti cara berhubungan dengan pasien8. Pengetahuan keluarga mengenai keadaan, pengobatan dan tindakan meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Huda Nurarif, Amin, Hardi Kusuma.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnosa

medis dan NANDA NIC-NOC Jilid 1&2.Yogyakarta:Mediaction.

Juall Carpenito-Moyet, Lynda.2007.Buku Saku Diagnosa Keperawtan.Jakarta:EGC.

A.Price,Sylvia, Lorraine M. Wilson.2006.PATOFISIOLOGI Jilid 1.Jakarta:EGC.

Page 17: Laporan Pendahuluan Subdural Hematoma

Mengetahui Denpasar, November 2014 Pembimbing Praktik Mahasiswa

( I Made Sumaharianta Radin )NIM. P07120012083

Mengetahui Pembimbing Akademik