26
LAPORAN KASUS UJIAN PSIKIATRI Oleh: Asrarudin H1A005005 Penguji: dr. Dian W. V., Sp.KJ. DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN / SMF ILMU PENYAKIT JIWA

Laporan Ujian Jiwa _ Asrarudin (REVISI)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Ujian Jiwa _ Asrarudin (REVISI)

LAPORAN KASUS UJIAN PSIKIATRI

Oleh:

Asrarudin

H1A005005

Penguji:

dr. Dian W. V., Sp.KJ.

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

BAGIAN / SMF ILMU PENYAKIT JIWA

RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

2013

Page 2: Laporan Ujian Jiwa _ Asrarudin (REVISI)

LAPORAN KASUS UJIAN

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : Tn AA.

Umur : 35 tahun.

Jenis kelamin : Laki-laki.

Alamat : Dsn Sinar Rinjani, BPS, Suralaga, Lombok Timur.

Agama : Islam.

Suku : Sasak.

Pendidikan : Tamat Sekolah Menengah Atas.

Pekerjaan : -

Status : Menikah.

MRS : Jum’at, 26 Juli 2013.

Pemeriksaan : Senin, 29 Juli 2013.

Pasien dibawa oleh keluarganya ke IGD RSJP NTB pada hari Jum’at, 26 Juli

2013, pukul 23.55 WITA. Sebelumnya pasien belum pernah di rawat inap ataupun

konsultasi dan rawat jalan ke Poli RSJP NTB. Ini adalah kunjungan pasien yang

pertama ke RSJP NTB.

II. Identitas Keluarga Pasien

Nama Keluarga : Tn. S

Umur : 33 tahun.

Jenis kelamin : Laki-laki.

Hubungan : Ipar.

Alamat : Dsn Sinar Rinjani, BPS, Suralaga, Lombok Timur.

Agama : Islam.

Suku : Sasak

Pendidikan : Tamat Sekolah Menengah Atas

Pekerjaan : Swasta

Status : Menikah.

1

Page 3: Laporan Ujian Jiwa _ Asrarudin (REVISI)

III. Riwayat Psikiatri

Data diperoleh dari:

Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 29 Juli 2013.

Alloanamnesis dengan ipar pasien pada tanggal 29 Juli 2013.

Rekam medis.

A. Keluhan Utama

Pasien suka mengamuk sejak ± 1,5 bulan sebelum datang ke IGD RSJP NTB.

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien dikeluhkan oleh keluarganya suka mengamuk, memukuli orang, serta

merusak barang disekitarnya sejak ± 1,5 bulan yang lalu. Saat mengamuk pasien

sempat memukul istrinya tanpa alasan yang jelas. Pasien juga pernah mengancam

membunuh anak dan istrinya. Selain itu, pasien juga dikeluhkan sering berteriak-

teriak, marah-marah dan cepat tersinggung. Pasien juga dikeluhkan sering

menghadang motor orang lain di jalanan tanpa alasan yang jelas. Keluarga juga

mengeluhkan bahwa pasien akhir-akhir sering bicara sendiri, malas makan dan

minum serta tidak bisa tidur di malam hari. Pasien juga terlihat sering murung dan

menyendiri serta suka curiga yang berlebihan terhadap orang di sekitarnya. Pasien

juga di keluhkan suka keluyuran. Hal tersebut membuat keluarga pasien mengambil

tindakan untuk membawa pasien ke Rumah Sakit Jiwa.

Menurut keterangan ipar korban, sebelumnya pasien mendapatkan telepon dari

kakaknya yang berada di Kalimantan bahwa tanah kebun karet miliknya hendak di

ambil setengahnya. Sementara tanah tersebut adalah bagian warisan untuk dirinya

dan menjadi jaminan untuk uang bank yang di ambil oleh pasien beberapa waktu

yang lalu. Tidak ada keterangan yang jelas mengapa kakak pasien ingin menguasai

tanah tersebut. Semenjak saat itu pasien di keluhkan sering murung dan banyak

pikiran. Pasien juga di keluhkan mulai menjaga jarak dengan keluarganya.

Pada beberapa bulan terakhir pasien mengeluhkan sering mendengar bisikan-

bisikan yang sangat mengganggu. Pasien juga menuturkan bahwa ia sering

mencium bau busuk di sekitarnya. Pasien menyatakan bahwa sangat membenci

segala hal yang kotor dan ingin membersihkannya. Pasien juga mengeluhkan sering

melihat penampakan-penampakan sosok berwarna putih. Pasien juga mengeluhkan

sering melihat beberapa ekor ular kobra dan selalu curiga kepada semua lubang

2

Page 4: Laporan Ujian Jiwa _ Asrarudin (REVISI)

yang di lihatnya. Pasien juga merasa orang-orang di sekitarnya menjelek-jelekkan

dirinya. Pasien juga merasa bahwa semenjak menonton film layar lebar ia merasa

televisi akan mempengaruhi dirinya. Merasa bahwa film “Harry Potter” akan

menjauhkan dirinya dari lingkungannya.

Pasien mengaku bahwa dirinya adalah penggagas E-KTP. Menurut pasien E-

KTP akan memudahkan masyarakat untuk memilih bupati di wilayah tempat

tinggalnya. Pasien menyatakan bahwa memiliki lahan perkebunan karet yang di

kelolanya di Kalimantan. Lahan tersebut ingin di ambil separuhnya oleh

saudaranya. Pasien juga curiga bahwa salah satu PT yang bergerak di bidang migas

ingin menguasai cadangan migas pada kebun karetnya.

Pasien mengaku bahwa dirinya adalah keturunan kelima dari raja

Mulawarman di daerah Kutai, Kertanegara, Kalimantan Timur. Menurut pasien

bahwa hal ini cuma dirinya saja yang tahu bahwa dia adalah turunan kerajaan. Dia

sengaja menyembunyikan identitas ini agar orang-orang tidak tahu dan tidak

menyakiti dirinya. Menurut pasien kelak suatu hari nanti ia akan menjadi orang

hebat dan akan memimpin kerajaan di Kutai, Kertanegara.

Pasien mengeluhkan pernah memiliki perasaan sangat sedih ketika istrinya

tidak mampu ia nafkahi kebutuhannya. Pasien mengaku pernah memukul istrinya

karena istrinya tidak patuh kepadanya. Pasien mengaku bahwa hubungan dengan

orang tua, mertua dan anggota-anggota keluarganya sangat baik. Tidak ada keluhan

pasien ingin melukai dirinya sendiri.

Keluarga pasien menyatakan bahwa ini adalah kali pertama pasien di bawa ke

RSJP Nusa Tenggara Barat. Pasien sebelumnya tinggal di tanah Kutai, Kalimantan

Timur. Pasien datang ke Nusa Tenggara Barat beberapa bulan terakhir karena

istrinya tidak betah tinggal di Kalimantan dan ingin menetap di Lombok.

Pasien masih bisa mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari di rumah

seperti makan, mandi, BAB, dan BAK.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

Menurut ipar pasien, keterangan dari orang tua pasien bahwa pasien pertama

kali mengalami gangguan ± 6 tahun yang lalu. Pasien pernah di rawat inap di salah

satu Rumah Sakit Jiwa yang ada di Kalimantan selama 3 bulan. Pasien dikeluhkan

suka berteriak-teriak, mengamuk, marah-marah, malas makan dan minum serta

3

Page 5: Laporan Ujian Jiwa _ Asrarudin (REVISI)

tidak bisa tidur di malam hari. Pasien juga di keluhkan sering murung, tampak

sedih, sering menyendiri dan melamun, berbicara sendiri dan terkadang keluyuran.

Pasien menceritakan bahwa ia sering merasa terganggu dengan adanya suara-

suara bisikan yang menyuruhnya untuk keluyuran. Suara-suara tersebut sudah

cukup lama didengarnya. Pertama kali pernah didengarnya ± 6 tahun yang lalu.

Suara yang didengarnya seperti bising dan kadang-kadang susah di mengerti

olehnya. Suara tersebut tidak tentu datangnya, pagi ataupun malam.

Pasien menuturkan bahwa ketika dahulu waktu di pesantren, pasien di tuduh

oleh teman-temannya mengambil rokok milik gurunya. Hal ini tentu saja membuat

pasien kesal karena di tuduh sebagai pencuri. Pasien juga merasa sedih dan sakit

hati karena hal tersebut.

Pasien pernah di pasung selama ± 8 bulan pada tahun 2007 (6 tahun lalu)

setelah keluar dari Rumah Sakit Jiwa. Pasien tidak pernah kontrol dan jarang

meminum obatnya. Pasien tidak ingat obat apa saja yang diterimanya saat itu

dengan pasti, pasien hanya ingat bahwa obat yang diberikan saat itu berwarna merah

dan putih. Keterangan keluarga pasien lebih lanjut menyatakan bahwa pasien

setelah di pasung tersebut tampak seperti orang normal. Mulai bekerja dan

melakukan aktifitas seperti orang kebanyakan, dan membina kehidupan rumah

tangga.

Riwayat cedera kepala, kejang, sakit kepala yang lama, demam tinggi,

hipertensi, diabetes mellitus, asma, dan penyakit jantung tidak ditemukan. Riwayat

penggunaan NAPZA (-), merokok (+), minum minuman keras (-). Pasien

menceritakan bahwa ia sudah merokok sejak ± 10 tahun yang lalu.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat prenatal

Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dan dikatakan lahir

secara normal di dukun. Untuk riwayat persalinan secara jelas tidak diketahui

keluarga pasien. Penyulit selama proses persalinan, riwayat biru atau tampak

kuning tidak diketahui.

2. Masa kanak-kanak awal (<3 tahun)

Pasien diasuh oleh ayah dan ibu kandungnya. Pasien tidak pernah

mengalami sakit berat, kejang, demam tinggi, ataupun penyakit kuning. Pasien

diberi ASI sampai usia ± 2 tahun, dan mulai diberi makanan/minuman selain

4

Page 6: Laporan Ujian Jiwa _ Asrarudin (REVISI)

ASI sejak usia 1 bulan. Pasien tidak mengalami keterlambatan pertumbuhan dan

perkembangan.

3. Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)

Pasien dikatakan mudah bergaul dan bersekolah seperti teman-teman

seusianya. Tidak ada perbedaan perlakuan dari orang tuanya kepada pasien atau

saudara-saudaranya. Pasien dikatakan sebagai anak yang cukup aktif.

4. Masa Kanak-kanak akhir dan remaja (11-18 tahun)

Pasien hidup normal seperti anak-anak lainnya. Hubungan pasien dengan

anggota keluarga lainnya dan orang sekitar terjalin baik. Walaupun sangat

tertutup mengenai hal-hal yang di anggapnya sebagai urusan pribadi.

5. Dewasa

Saat ini pasien tinggal dengan mertuanya. Pasien bekerja dengan membantu-

bantu mengurus tanah pertanian milik mertuanya. Menurut keluarga pasien lebih

gampang emosi dan bersikap tertutup terhadap lingkungannya. Pasien

mengkhawatirkan bagaimana membiayai anak istrinya.

E. Riwayat Keluarga

Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan seperti pasien.

Genogram keluarga pasien:

Gambar 1. Genogram keluarga pasien.

Laki-laki; Perempuan; Pasien;

Meninggal; ------- : serumah

5

Page 7: Laporan Ujian Jiwa _ Asrarudin (REVISI)

F. Situasi Sosial-Ekonomi Sekarang

Pasien tinggal bersama mertuanya. Pasien membantu mengurus tanah

pertanian milik mertuanya. Pasien mengkhawatirkan bagaimana membiayai anak

istrinya.

G. Persepsi pasien Tentang Diri dan Kehidupannya

Pasien mengatakan ini pertama kalinya ia datang ke RSJP NTB. Dan ini

merupakan inap pertama kali. Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini 6 tahun

lalu tetapi tidak pernah kontrol dan meminum obatnya. Bila seandainya keluhan-

keluhan tersebut dapat diatasi, pasien mengatakan bahwa ia ingin berkerja dan

hidup normal bersama anak dan istrinya.

IV. Status Mental

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Pasien seorang laki-laki berusia 35 tahun, tampak sesuai dengan usia,

berpakaian cukup rapi.

2. Kesadaran

Composmentis.

3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Tampak tenang, kontak mata (+).

4. Pembicaraan

Spontan, volume cukup, artikulasi cukup, relevan.

5. Sikap Terhadap Pemeriksa

Kooperatif.

B. Alam Perasaan dan Hidup Emosi

1. Mood

Disforik.

2. Afek

Terbatas.

3. Keserasian

Ekspresi emosional sesuai dengan isi pikir.

4. Empati

6

Page 8: Laporan Ujian Jiwa _ Asrarudin (REVISI)

Tidak dapat dirabarasakan.

C. Fungsi Intelektual

1. Taraf pendidikan pengetahuan dan kecerdasan

Pengetahuan dan kecerdasan sesuai dengan tingkat pendidikannya.

2. Daya Konsentrasi

Cukup.

3. Orientasi

Waktu : baik.

Tempat : baik.

Orang : baik.

4. Daya ingat

Daya ingat jangka panjang : cukup.

Daya ingat masa lalu belum lama : cukup.

Daya ingat baru saja : cukup.

Daya ingat segera : cukup.

5. Pikiran Abstrak

Cukup.

6. Bakat kreatif:

Belum dapat dievaluasi.

7. Kemampuan menolong diri sendiri

Cukup, pasien mempu mengurus dirinya sendiri.

D. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi

Halusinasi auditorik (+).

Pasien mengeluhkan sering mendengar bisikan-bisikan. Hal tersebut

membuat pasien terganggu dan menyebabkan pasien sering marah, pusing

dan sedih. Suara tersebut juga menyuruh pasien untuk keluyuran.

Halusinasi visual (+).

Pasien juga mengeluhkan sering melihat penampakan-penampakan

sosok berwarna putih. Pasien juga mengeluhkan sering melihat beberapa

ekor ular kobra

Halusinasi penghidu (+).

7

Page 9: Laporan Ujian Jiwa _ Asrarudin (REVISI)

Pasien juga menuturkan bahwa ia sering mencium bau busuk di

sekitarnya.

2. Depersonalisasi (-).

3. Derealisasi (-).

E. Proses Pikir

1. Bentuk Pikir

Nonrealistik.

2. Arus Pikir

Produktivitas: cukup.

Kontinuitas pikiran : asosiasi longgar

Hendaya berbahasa : (-).

3. Isi Pikiran

Preokupasi: (-).

Waham:

o Waham kejar (+).

Pasien merasa curiga bahwa orang-orang yang berbicara disekitarnya

sedang membicarakan dirinya dan mereka akan menyakiti dirinya.

F. Pengendalian Impuls

Cukup.

G. Daya Nilai

1. Daya nilai sosial : cukup.

2. Uji daya nilai : cukup.

H. Tilikan

Tilikan derajat II.

I. Penilaian Daya Realita (Reality Test Ability-RTA)

Terganggu.

J. Taraf Dapat Dipercaya

Secara umum dapat dipercaya.

V. Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut

8

Page 10: Laporan Ujian Jiwa _ Asrarudin (REVISI)

A. Status Generalis

Tanda vital

a. Tensi : 120/80 mmHg.

b. Nadi : 80 x/menit.

c. Pernapasan : 18 x/menit.

d. Suhu : 36,5˚C.

Kepala-leher

a. Mata: anemis (-/-). ikterus (-/-), refleks pupil (+/+), isokor.

b. THT: telinga dbn, hidung tampak jejas (-), krepitasi (-), deviasi septum (-).

c. Leher: struma (-), pembesaran KGB (-).

Thoraks

a. Cor: S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop(-).

b. Pulmo: vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing(-/-).

Abdomen

Distensi (-), bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), H/L/R :tidak teraba.

Sistem urogenital: tidak dievaluasi.

Ekstremitas: akral hangat (+), oedem (-).

B. Status Neurologis

Pupil: bentuk bulat, isokor(+/+), refleks cahaya (+/+).

Gejala rangsangan selaput otak: tidak ditemukan.

Gejala peningkatan tekanan intrakranial: tidak didapatkan.

Motorik: Normal.

Tonus: Normal.

Koordinasi: Baik.

Turgor: Normal.

Refleks: Tidak dievaluasi.

Sensibilitas: Baik.

Susunan saraf vegetatif: Baik.

Fungsi-fungsi luhur: Baik.

Gangguan khusus: Tidak ada.

VI. Ikhtisar Penemuan Bermakna

9

Page 11: Laporan Ujian Jiwa _ Asrarudin (REVISI)

Pasien di bawa ke IGD RSJP NTB karena suka mengamuk, memukuli orang,

serta merusak barang disekitarnya sejak ± 1,5 bulan yang lalu. Saat mengamuk pasien

sempat memukul istrinya. Pasien juga pernah mengancam membunuh anak dan istrinya.

Selain itu, pasien sering berteriak-teriak, marah-marah dan cepat tersinggung, sering

menghadang motor orang lain di jalanan. Pasien juga terlihat sering murung dan

menyendiri serta suka curiga yang berlebihan terhadap orang di sekitarnya serta suka

keluyuran. Pasien sering bicara sendiri (+) dan selalu berbicara tentang ular, kebun

karet serta anak istrinya

Terdapat perubahan sikap dari pasien sejak beberapa bulan yang lalu. Sejak

pasien mendapatkan telepon dari saudaranya di Kalimantan bahwa tanah kebun karet

miliknya hendak di ambil setengahnya. Semenjak saat itu pasien di keluhkan sering

murung dan banyak pikiran. Pasien juga di keluhkan mulai menjaga jarak dengan

keluarganya.

Pasien menceritakan bahwa ia sering merasa terganggu dengan adanya suara-

suara bisikan yang menyuruhnya untuk keluyuran. Suara-suara tersebut sudah cukup

lama didengarnya. Pertama kali pernah didengarnya ± 6 tahun yang lalu. Suara yang

didengarnya seperti bising dan kadang-kadang susah di mengerti olehnya. Suara

tersebut tidak tentu datangnya, pagi ataupun malam. Pasien mengaku makan minum (+)

tetapi kurang, tidur (+) tetapi tidak bisa terlelap. Pasien sering mencium bau busuk di

sekitarnya. Pasien juga mengeluhkan sering melihat penampakan-penampakan sosok

berwarna putih, sering melihat beberapa ekor ular kobra dan selalu curiga kepada semua

lubang yang di lihatnya. Pasien juga merasa orang-orang di sekitarnya menjelek-

jelekkan dirinya.

Pasien pernah di pasung oleh orang tuanya pada tahun 2007. Pemasungan

tersebut menurut pasien mungkin karena ia sering keluyuran. Pasien di pasung selama 8

bulan. Pasien mengaku pernah di bawa ke Rumah Sakit Jiwa di Kalimantan pada tahun

yang sama. Tetapi tidak pernah kontrol dan minum obat.

Status mental yaitu mood/afek: disforik/terbatas; halusinasi auditorik (+), visual

(+), olfactorius (+), bentuk pikir nonrealistik, waham curiga (+). Tilikan: II. Status

generalis dan status neurologis dalam batas normal.

VII. Diagnosis Multiaksial

10

Page 12: Laporan Ujian Jiwa _ Asrarudin (REVISI)

Aksis I : Gangguan Skizoafektif Tipe Manik.

Aksis II : Perlu dieksplorasi lebih lanjut.

Aksis III : Tidak ditemukan diagnosis.

Aksis IV : Masalah di lingkungan, ekonomi dan putus obat.

Aksis V : GAF Sekarang : 54.

GAF 1 tahun terakhir : 67.

VIII.Daftar Permasalahan

A. Organobiologik: Ketidakseimbangan neurotransmitter.

B. Psikologis/Perilaku: Sering murung, melamun, menyendiri, sering tidak tidur pada

malam hari, makan sedikit, tiba-tiba marah-marah dan mengamuk, mengancam

anggota keluarga.

C. Keluarga, Lingkungan dan Sosial Budaya: Hubungan dengan keluarga dan

produktifitas pasien menjadi terganggu karena pasien jarang berkomunikasi dengan

keluarga, pasien cenderung pendiam dan menjaga jarak dalam bersosialisasi.

IX. Diagnosis

Gangguan Skizoafektif Tipe Manik.

.

X. Rencana Terapi

A. Psikofarmasi

Risperidone 2 x 2 mg

Trihexyphenidyl 2 x 2 mg (bila perlu)

B. Psikoedukasi

Melalui psikoedukasi diberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga

mengenai gangguan yang dialami pasien, perjalanan penyakit, pengenalan gejala,

pengobatan, serta peran pasien dan keluarga dalam pengobatan tersebut. Hal ini

diharapkan dapat dipahami oleh pasien mengingat kemampuan kognitif pasien

adalah cukup baik. Selain itu perlu dijelaskan mengenai pentingnya mengkonsumsi

obat secara teratur untuk jangka waktu lama yang bertujuan untuk mengurangi

gejala, mencegah kekambuhan serta memberatnya gejala yang dialami pasien.

Selain itu perlu untuk menjelaskan mengenai efek samping obat yang mungkin

terjadi.

C. Psikoterapi

11

Page 13: Laporan Ujian Jiwa _ Asrarudin (REVISI)

Melalui psikoterapi diberikan dukungan dan motivasi kepada pasien untuk

mempertahankan atau meningkatkan semangat juang (fighting spirit) dalam

menghadapi hidup. Memberikan pemahaman kepada pasien mengenai gejala

penyakit yang dialaminya dan mengajaknya untuk turut aktif untuk mengelolanya.

Melatih pasien untuk mengenali faktor-faktor yang dapat mencetuskan gejala,

mengelola gejala, dan melatih keterampilan meredakan ketegangan dengan

mengembangkan strategi penyelesaian masalah (problem solving strategy).

Memberikan edukasi kepada pasien bahwa gangguan yang dialami akan bisa

berkurang jika pasien mau rutin berobat, serta memberi motivasi kepada pasien agar

mau berusaha hidup dan berinteraksi seperti orag lain.

D. Sosioterapi

Mengembalikan fungsi sosial pasien di masyarakat dan lingkungan sekitarnya

dengan memberi pengertian bahwa saat dirawat di rumah pasien dapat diterima

kembali sebagai individu yang memiliki hubungan dan kehidupan sosial yang baik.

Memberi penjelasan kepada keluarga mengenai keadaan yang dialami pasien

sehingga dapat menciptakan lingkungan yang optimal bagi pemulihan pasien,

dengan menurunkan stigmatisasi dan diskriminasi. Keluarga pasien diharapkan

dapat meningkatkan keterampilan dalam menyelesaikan masalah, memperbaiki

komunikasi antar anggota keluarga, reduksi stress, dan membangun dukungan.

Selain itu juga memberi penjelasan kepada keluarga mengenai pentingnya

mengawasi terapi yang dijalani oleh pasien dan dapat menjadi pengawas minim obat

bagi pasien sehingga dapat mencegah kekambuhan dan memberatnya gejala pada

pasien. Keluarga juga perlu diberi pengertian bahwa penyakit pasien membutuhkan

terapi jangka panjang sehingga diperlukan kesabaran dan perhatian keluarga.

XI. Prognosis

Faktor pendukung:

a. Dukungan dari keluarga untuk pengobatan pasien.

b. Sikap pasien yang kooperatif, pasien masih bisa diarahkan dan mau minum obat.

Faktor penghambat:

a. Pasien belum memahami dengan benar gangguan yang sedang dihadapi.

b. Kurangnya motivasi pasien untuk rutin minum obat.

Berdasarkan faktor-faktor di atas, prognosis pasien ini adalah:

Ad Vitam : bonam

12

Page 14: Laporan Ujian Jiwa _ Asrarudin (REVISI)

Ad Functionam : dubia ad bonam

Ad Sanationam : dubia ad malam

XII. Pembahasan

Pada pasien ini dijumpai adanya perubahan karakteristik perilaku yang bermakna

secara klinis dan menimbulkan penderitaan serta gangguan dalam berbagai fungsi

psikososial dan pekerjaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami suatu

gangguan jiwa.

Gejala gangguan kejiwaan pada pasien ini di tunjukkan dengan adanya keinginan

untuk mengamuk, memukuli orang, merusak barang, memukul istrinya dan mengancam

membunuh anak dan istrinya tersebut. Ia juga sering berteriak-teriak, marah-marah,

cepat tersinggung, susah makan dan minum, jarang tidur, suka keluyuran dan sering

menghadang motor orang lain di jalanan. Pasien juga terlihat sering murung dan

menyendiri serta suka curiga yang berlebihan terhadap orang di sekitarnya. Pasien juga

suka mendengar suara-suara bisikan yang tidak tentu datangnya, pagi ataupun malam.

Pasien juga sering mencium bau busuk di sekitarnya, sering melihat penampakan-

penampakan sosok berwarna putih, melihat beberapa ekor ular kobra dan selalu curiga

kepada semua lubang yang di lihatnya. Pasien juga merasa orang-orang di sekitarnya

menjelek-jelekkan dirinya. Gejala – gejala tersebut sebenarnya sudah terjadi kurang

lebih 6 tahun yag lalu, pernah dirawat dan menurut keluarganya sembuh, kemudian ±

1,5 bulan terakhir timbul kembali.

Berdasarkan alloanamnesis dan autoanamnesis tidak terdapat riwayat kejang,

trauma kepala, ataupun penyakit berat lainnya yang dapat menyebabkan gangguan

fisiologi otak sebelum timbul gejala gangguan jiwa, sehingga gangguan yang dialami

oleh pasien tidak termasuk gangguan mental organik. Riwayat penggunaan zat

psikoaktif yang dapat menyebabkan perubahan fisiologis otak sebelum timbul gejala

gangguan jiwa tidak dijumpai pada pasien, sehingga gangguan yang dialami oleh pasien

juga tidak termasuk gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif.

Berdasarkan PPDGJ III/ICD X, terdapat cirri afek yang meningkat secara menonjol

atau ada peningkatan afek yang tak begitu menonjol dikombinasikan dengan iritabilitas

atau kegelisahan yang memuncak. Dimana dalam episode yang sama harus jelas ada

sedikitnya satu atau lebih baik lagi dua, gejala skizofrenia yang khas, maka pasien ini

sesuai dengan kriteria Gangguan Skizoafektif Tipe Manik.

13

Page 15: Laporan Ujian Jiwa _ Asrarudin (REVISI)

Pada pasien ini tidak ditemukannya ciri kepribadian yang spesifik. Disamping itu,

tidak ditemukan adanya gangguan kondisi medis umum yang bermakna pada pasien.

Permasalahan yang ditemukan pada pasien ini adalah adanya permasalahan di

lingkungan sosial dan keluarga, dimana sebelumnya pasien menyatakan pernah di tuduh

oleh teman-temannya mengambil rokok milik gurunya. Hal ini menyebabkan pasien

merasa minder dan cenderung menutup diri. Sedangkan permasalahan keluarga yaitu

adanya keinginan saudaranya mengambil lahan karet miliknya. Selain itu, pasien juga

memiliki masalah putus pengobatan dan tidak pernah kontrol semenjak keluhan

pertamanya 6 tahun yang lalu.

Penilaian kemampuan penyesuaian diri dari pasien menggunakan skala GAF

menurut DSM-IV-TR untuk kondisi pada saat dilakukan pemeriksaan adalah 54, yaitu

gejala sedang (moderate), disabilitas sedang. Sedangkan GAF tertinggi satu tahun

terakhir kisaran 67, yaitu adanya beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan

dalam fungsi, secara umum masih baik.

Pilihan terapi yang diberikan pada pasien ini adalah antipsikotik, dan dapat

diberikan antikolinergik bila diperlukan. Antipsikotik yang diberikan adalah risperidon.

Risperidon merupakan obat antipsikosis golongan atipikal yang bekerja secara selektif

sebagai antagonis reseptor serotonin dan dopamin, tidak hanya menekan gejala positif

skizofrenia tapi juga memperbaiki gejala negatif. Hal ini terkait dengan adanya

keinginan pasien untuk berkerja kembali saat sudah pulang. Antipsikotik atipikal

merupakan pengobatan lini pertama pada pasien ini.

Risperidon menghambat dopamin di jalur mesolimbik tetapi tidak di mesokortikal

sehingga fungsi kognitif pada pasien tidak terganggu. Pada jalur mesolimbik, antagonis

serotonin 5-HT2A gagal melawan antagonis D2, sehingga terjadi blokade reseptor D2.

Apabila reseptor dopamin banyak dihambat maka akan terjadi up regulation dari

reseptor serotonin di post sinaps. Afinitas risperidon terhadap 5-HT2A 10-20 kali lebih

kuat dibandingkan dengan reseptor D2.

Risperidon memiliki efek samping sindrom ekstrapiramidal yang lebih rendah jika

dibandingkan dengan golongan obat antipsikosis tipikal seperti haloperidol. Dosis yang

digunakan pada terapi inisial 2 mg/hari dan besoknya dapat dinaikkan menjadi 4

mg/hari. Namun, sebagian besar pasien membutuhkan 4-6 mg/hari. Pada pasien ini

dosis diberikan 2 x 2 mg per hari terkait dengan waktu paruh risperidon 12-24 jam.

Dosis risperidon kemudian akan dinaikkan perlahan-lahan setiap 2-3 hari hingga

mencapai dosis efektif (gejala psikosis mulai mereda) dan dievaluasi setiap 2 minggu

14

Page 16: Laporan Ujian Jiwa _ Asrarudin (REVISI)

dan bila perlu dinaikkan hingga mencapai dosis optimal. Setelah mencapai dosis

optimal, dosis tersebut dipertahankan selama lebih kurang 8-10 minggu sebelum masuk

ke tahap pemeliharaan. Dalam tahap pemeliharaan, dosis dapat dipertimbangkan untuk

mulai diturunkan setiap 2 minggu sampai diperoleh dosis minimal yang dapat

dipertahankan tanpa menimbulkan kekambuhan. Follow up mengenai efek samping

risperidon selama periode pengobatan pada pasien ini mutlak dilakukan.

Efek sekunder atau efek samping dari pengobatan dengan antipsikosis generasi

kedua misalnya risperidon memang relatif minimal namun hal tersebut berbeda-beda

pada setiap orang. Sehingga bila terdapat efek samping berupa gejala ekstrapiramidal

maka dosis risperidon diturunkan terlebih dahulu. Bila efek samping tidak dapat

ditanggulangi dengan penurunan dosis maka diberikan obat-obat antikolinergik

misalnya trihexyphenidyl dengan dosis 2 x 2 mg per hari.

15

Page 17: Laporan Ujian Jiwa _ Asrarudin (REVISI)

XIII. Riwayat Perjalanan Gangguan Pada Pasien

Gambar 2. Riwayat Perjalanan Gangguan Pada Pasien.

Tabel 1. Riwayat Perjalanan Gangguan Pada Pasien.

MRS RSJ di Kalimantan (2007)

Antara Rawat Inap – Pasung

Post Pasung - 2013

MRS Pertama (Juli 2013)

Pencetus : Pasien di tuduh mengambil rokok milik gurunya

Pasien di keluhkan suka berteriak-teriak, mengamuk, malas makan dan minum, serta tidak bisa keluar tidur di malam hari. Pasien juga sering melamun, berbicara sendiri dan keluyuran.

Halusinasi auditorik (+), waham kejar (+).

MRS di RSJ di Kalimantan

Diberi obat berwarna merah dan putih, namun pasien tidak

Saat di pulangkan pasien masih sering murung, tampak sedih, sering menyendiri dan melamun, berbicara sendiri’

Jarang mau bersosialisasi

Halusinasi auditorik (+),waham kejar (+).

Pasien sering keluyuran oleh karena itu di pasung oleh keluarganya

Tidak pernah kontrol ke fasilitas pelayanan

Pasien kelihatan normal setelah di pasung

Pasien tidak keluhkan gejala-gejala apapun, tampak normal seperti orang pada umumnya

Pasien menikah dan bisa bekerja

Mengamuk, memukuli istrinya dan merusak barang-barang disekitarnya.

Pasien sering murung, tampak sedih, sering menyendiri dan melamun, berbicara sendiri, dan sering tidak tidur , makan minum malas.

Halusinasi auditorik (+), visual (+) melihat ular, olfaktorius (+) berupa bau-bauan,waham kejar (+)

MRS pertama di RSJP NTB.

16

Kasus Rokok MRS 2007 MRS Juli 2013Post Pasung. Normal. sembuh, tidak ada keluhan, namun tidak pernah berobat.

Page 18: Laporan Ujian Jiwa _ Asrarudin (REVISI)

menunjukkan perbaikan yang mencolok.

kesehatan lagi, obat tidak diminum

17